Anda di halaman 1dari 8

Mencintai dan Menghormati Nabi SAW.

Rasulullah saw. bersabda,

‫ وَ َأنْ يَ ْكرَ َه‬،‫هلل‬


ِ ِ َّ‫ وَ َأنْ يُحِبَّ ا ْلمَرْ َء الَ يُ ِحبُّ ُه ِإال‬،‫هللا وَ رَ سُوْ لُ ُه َأحَ بَّ ِإلَ ْي ِه ِممَّا ِسوَ ا ُهمَا‬ ِ ‫ث مَنْ ُكنَّ ِف ْي ِه وَ جَ َد ِب ِهنَّ حَ الَوَ َة ْاِإل ْيم‬
ُ َ‫ مَنْ َكان‬،‫َان‬ ٌ َ‫ثَال‬
‫َأ‬ ُ ‫َأنْ يَعُوْ َد ِفي ا ْل ُكف ِْر بَ ْع َد َأنْ َأ ْن َق َذ ُه‬.
ِ ‫ َكمَا يَ ْكرَ ُه نْ يُ ْق َذفَ ِفي الن‬،ُ‫هللا ِم ْنه‬
‫َّار‬

“Ada tiga perkara yang apabila perkara tersebut ada pada seseorang, ia akan mendapatkan
manisnya iman, yaitu (1) hendaknya Allah dan Rasul-Nya lebih ia cintai daripada selain
keduanya, (2) apabila ia mencintai seseorang, ia hanya mencintainya karena Allah, dan (3) ia
tidak suka untuk kembali kepada kekufuran setelah Allah menyelamatkannya, sebagaimana
ia tidak mau untuk dilemparkan ke dalam api.” (HR Bukhari No. 16, Muslim No. 43, Tirmidzi
No. 2624, Nasa-i VIII/96, dan Ibnu Majah No. 4033 dari hadis Anas bin Malik)

Nabi Muhammad saw. adalah utusan Allah SWT kepada umat manusia untuk
menyampaikan risalah ilahiah. Sebagai rasul, Nabi saw. sangat dicintai oleh Allah SWT,
bahkan beliau sering dijuluki habibullah (kekasih Allah SWT). Karena itu, kita sebagai
umatnya wajib mencintai dan memuliakan Rasulullah saw.

Hadis di awal mengingatkan kita bahwa salah satunya adalah kecintaan kita kepada Allah
dan Rasul-Nya yang harus melebihi cinta kepada siapa ada apa pun. Bisa jadi kita mencintai
ayahbunda kita, itu sudah pasti. Kita mencintai anak cucu kita, itu manusiawi. Namun,
kecintaan kita kepada Rasulullah saw. harus melebihi dari segalanya. Apalagi, Nabi saw.
menjadi teladan kita yang tidak ada teladan yang paling bagus dan mulia selain Rasulullah
saw.

Para sahabat adalah orang yang paling mencintai dan menghormati Rasulullah saw. karena
dalam kesehariannya mereka selalu bersama Rasulullah. Kecintaan mereka dan
penghormatan yang diberikan kepada beliau tidak tanggung-tangung. Demi perjuangan
beliau, para sahabat rela mengorbankan harta, bahkan jiwa sekalipun.

Ada kisah heroik sahabat Rasulullah saw. ketika panggilan jihad yang dikomandoi Rasulullah
dalam suatu peperangan dengan kaum musyrikin. Dalam beberapa peperangan yang
dipimpin Rasulullah, antara lain, Perang Uhud dia ikut bersama Rasulullah saw. Dialah
seorang perempuan yang dijuluki Ummu Imarah atau Ummu Umara (Ibu para pemimpin),
yakni Nusaibah binti Ka’ab bin Amr.

Nusaibah termasuk kelompok perempuan yang pertama beriman kepada Rasulullah saw.
Dia adalah perempuan yang gagah berani. Di beberapa kali peperangan bersama Nabi, ia
bertugas merawat para mujahid yang terluka. Bahkan, ia pun juga termasuk orang yang
membela dan melindungi Rasululah dari serangan musuh. Justru dia terjun di medan
perang melindungi Baginda Rasulullah dari musuh hingga Nusaibah terkenal dengan
julukan “Sang Perisai Rasulullah saw.”

Waktu Perang Uhud, Nusaibah keluar memberi minum kepada pasukan muslimin yang
kehausan dan merawat mereka yang mendapat luka. Ketika tentera Islam terlena dengan
ganimah yang ditinggalkan musuh, lalu terdesak dan lari dari medan perang, hanya ada
seratus orang saja yang bertahan. Nusaibah pun menjadi salah seorang yang
menghunuskan pedang serta memakai perisai untuk melindungi Rasulullah saw. dari
sasaran musuh. Saat itu ia berperang dengan gagah berani di sisi Rasulullah dan melindungi
beliau. Dengan lincah , tetapi tetap siaga, ia bergerak ke sana kemari bersama putranya.
Bahkan, banyak sahabat Rasul saw. malu karena menyadari bahwa mereka kalah tegar, kalah
gagah, dan kalah perkasa jika dibandingkan dengan perempuan bangaikan singa lapar
menghadapi musuh! Masyaallah, Nusaibah menderita belasan luka pada tubuhnya dengan
luka paling parah di bagian pangkal lehernya.

Kehebatan Nusaibah melindungi Rasulullah sampai menaruh perhatian Rasulullah. Beliau


berkata, “Aku tidak menoleh ke kiri dan ke kanan, kecuali melihat Ummu Imarah (Nusaibah)
berperang di hadapanku.” Ketika itu, anaknya Abdullah luka parah ditikam musuh. Dia
mengikat luka anaknya, lalu berkata, “Bangun wahai anakku.” Anaknya itu terus bangun dan
melawan tentera musuh.” Rasulullah yang melihat peristiwa itu merasa terharu. “Wahai
Ummu Imarah, siapakah yang mampu berbuat seperti yang engkau lakukan?” kata
Rasulullah kepadanya.

Ketika tentera musuh yang menikam anaknya itu, ia menghampirinya. Rasulullah berkata
kepadanya, “Ini orangnya yang telah melukai anakmu.” Nusaibah menghampiri orang itu
dan menikam betisnya dengan pedang. “Ya Ummu Imarah, engkau berhasil membalasnya,”
kata Rasulullah sambil tersenyum melihat kesungguhan Nusaibah.

Kemudian, Nusaibah dengan bantuan beberapa tentera muslimin berhasil membunuh


orang itu. Melihat keadaan ini, Rasulullah berkata, “Segala puji bagi Allah yang telah
menenangkanmu dan menggembirakan hatimu dari musuhmu serta memperlihatkan
pembalasan di hadapanmu.” Permintaannya kepada Rasulullah untuk mendoakannya
dikabulkan. Tidak salah Rasulullah mendoakannya, “Ya Allah, jadikanlah mereka orang-
orang yang menemaniku di surga.” Sungguh suatu rahmat yang tak terkira. Satu keluarga
itu mendapatkan doa dari Rasulullah. Doa yang tak pernah tertolak dan selalu dikabulkan
oleh Allah SWT.

Kecintaan Nusaibah membela panji-panji Islam berlanjut sampai masa pemerintahan Abu
Bakar Siddik. Pada saat itu banyak kaum muslimin yang murtad dan enggan berzakat.
Pemimpin orang yang murtad itu adalah Musailamah al-Kazzab yang justru
memproklamasikan dirinya sebagai nabi. Abu Bakar mempersiapkan pasukan untuk
menumpas Musailamah dengan menunjuk Habib bin Zaid bin Ashim, putra Nusaibah,
sebagai utusan. Nusaibah pun mendaftar untuk ikut berperang menumpas Musailamah.
Abu Bakar pun tidak dapat menolak keinginan Nusaibah itu, apalagi Abu Bakar tahu persis
bagaimana kehebatan Nusaibah di dalam setiap peperangan yang diikutinya. Dia
bergabung di dalam pasukan.

Perang pun berkecamuk. Habib ditawan oleh Musailamah. Bahkan, Habib dipaksa untuk
mengakui kenabian Musailamah dengan berbagai siksaan kepadanya. Keteguhan iman
Habib sudah tidak diragukan lagi sehingga siksaan tidak menggoyahkan imannya. Habib
pun syahid dengan cara bagian anggota tubuhnya dipotong satu per satu oleh Musailamah
al-Kazzab.

Nusaibah merasa terpukul dengan kematian putranya Habib di dalam Perang Yamamah. Ia
ingin menghabisi Musailamah dengan tangannya sendiri yang telah membunuh Habib.
Namun, yang berhasil membunuh Musailamah bukan dia, tetapi putranya yang lain, yakni
Abdullah bersama sahabat Wahsyi bin Harb.
Ketika mengetahui Musailamah tewas di tangan anaknya, Nusaibah bersujud syukur kepada
Allah SWT. Namun, ia pun membawa pulang belasan luka pada tubuhnya dan kehilangan
satu tangannya dan seorang anaknya, Habib. Nusaibah wafat beberapa tahun setelah
peristiwa Perang Yamamah.

Kecintaan Nusaibah kepada Rasulullah dan perjuangan beliau dan para sahabat penerus
Rasulullah menjadi bukti kehebatan pribadi perempunan muslimah yang tidak kalah
semangat juang dan pembelaannya kepada Rasulullah. Apa pun kesempatan dan peluang
untuk membela ajaran Nabi Muhammad tidak disia-siakannya walaupun dia seorang ibu.
Para sahabat yang laki-laki pun merasa malu kepadanya atas kegigihan dan ketegaran
hatinya dalam kondisi yang sangat sulit sekalipun. Luka dengan belasan tusukan di dalam
Perang Uhud, bahkan luka yang menganga di bahunya yang memerlukan pearawatan
sampai satu tahun, tidak menyurutkan hatinya untuk membela dan melindungi Rasulullah.
Bahkan, di dalam Perang Yamamah ada belasan luka menganga dan buntungnya salah satu
tangannya justru menjadikan dia makin tegar dalam memperjuangakan kebenaran risalah
Rasulullah saw.

Di pihak lain Rasulullah sangat mencintai orang-orang yang memberikan penghormatan


yang begitu besar kapada beliau. Jangankan Nusaibah didoakan oleh Rasulullah saw., kita
yang belum pernah berjumpa dan berjuang bersama beliau dipikirkan oleh Rasulullah saw.
Beliau sangat memperhatikan memikirkan umatnya sampai akhar zaman. Bukankah pada
saat akhir hayat beliau terungkap ucapan beliau, “Ummati, ummat, ummati (Umatku,
umatku, umatku)!”

Bukan hanya itu, sadarkah kita bahwa kita sebagai umat beliau sudah berkurban hewan
karena beliau setiap berkurban pada Iduladha selalu memotong dua ekor hewan kurban:
satu ekor untuk keluarga beliau dan satu ekor lagi untuk umat beliau. Sebaliknya, apakah
kita sudah mencintai dan memberikan penghormatan yang besar kepada beliau?

Bagaimana cara yang kita lakukan untuk mencintai dan menghormati Rasulullah saw.?

Pertama, kita mencintai Rasulullah saw. yang menuntut kita untuk mengagungkan,


memuliakan, meneladani beliau. Kita mendahulukan sabda Rasulullah daripada ucapan
makhluk dan mengagungkan sunah-sunahnya. Di situlah letaknya manisnya iman seseorang
karena mencintai Allah dan Rasul-Nya melebihi cinta dari yang lain. Allah SWT berfirman,

ِ ‫يَا َأيُّ َها الَّذِينَ آ َمنُوا اَل تُ َق ِّدمُوا بَيْنَ يَ َد‬


َ ‫ي اللَّ ِه وَ رَ سُو ِل ِه ۖ وَ اتَّقُوا اللَّ َه ۚ ِإنَّ اللَّ َه‬
‫سمِيعٌ عَ ِلي ٌم‬

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mendahului Allah dan Rasul-Nya dan
bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.”
(QS Al-Hujurat: 1)

Kedua, menaati apa yang diperintahkan Rasulullah saw. Ketaatan kepada Rasulullah


penyebab seseorang masuk surga. Allah SWT berfirman,

ِ ‫َّات تَجْ ِري مِنْ تَحْ ِت َها اَأْل ْن َهارُ خَ ا ِلدِينَ ِفي َها ۚ وَ ٰ َذلِكَ ا ْل َفوْ زُ ا ْلع‬
‫َظي ُم‬ ٍ ‫ِت ْلكَ ُحدُو ُد اللَّ ِه ۚ وَ مَنْ ي ُِط ِع اللَّ َه وَ رَ سُولَ ُه يُ ْد ِخ ْل ُه جَ ن‬

“(Hukum-hukum tersebut) itu adalah ketentuan-ketentuan dari Allah dan Rasul-Nya, niscaya
Allah memasukkannya ke dalam surga yang mengalir di dalamnya sungai sungai, sedang
mereka kekal di dalamnya. Itulah kemenangan yang besar.” (QS An-Nisaa’: 13)

Ketiga, kita membenarkan apa yang beliau sampaikan karena bicaranya bukan karena hawa
nafsu, tetapi berupa wahyu. Allah SWT berfirman,

ٌ ْ‫ْطقُ عَ ِن ا ْل َهوَ ٰى ِإنْ هُوَ ِإاَّل وَ ح‬


ٰ‫ي يُوحَ ى‬ ِ ‫وَ مَا يَن‬

“Tiadalah yang diucapkannya itu menurut kemauan hawa nafsunya. Ucapannya itu tiada lain
hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya).” [QS An-Najm: 3-4]

Keempat, kita menahan diri dari apa yang dilarang dan dicegah Rasulullah saw. Allah SWT
berfirman,

ِ ‫ش ِدي ُد ا ْل ِعقَا‬
‫ب‬ َ ‫وَ مَا آتَا ُك ُم الرَّ سُو ُل َفخُ ُذو ُه وَ مَا نَ َها ُك ْم عَ ْن ُه َفا ْنتَ ُهوا ۚ وَ اتَّقُوا اللَّ َه ۖ ِإنَّ اللَّ َه‬
“Apa yang diberikan Rasul kepadamu terimalah dia dan apa yang dilarangnya bagimu
tinggalkanlah. Bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah sangat keras hukuman-Nya.”
(QS Al-Hasyr: 7)

Kelima, kita beribadah sesuai dengan apa yang beliau syariatkan atau ittiba’ kepada
Rasulullah saw. Beliau mengajarkan umat Islam bagaimana cara yang benar dalam
beribadah kepada Allah dan telah menyampaikan semuanya. Oleh karena itu, umat Islam
wajib itibak kepada Rasulullah saw. agar mereka mendapatkan kecintaan Allah SWT
sehingga mengantarkannya ke dalam surga. Allah SWT berfirman.

‫ُق ْل ِإنْ ُك ْنتُ ْم تُ ِحبُّونَ اللَّ َه َفات َِّبعُو ِني يُحْ ِب ْب ُك ُم اللَّ ُه وَ يَ ْغفِرْ َل ُك ْم ُذنُوبَ ُك ْم ۗ وَ اللَّ ُه َغفُورٌ رَ ِحي ٌم‬

“Katakanlah, ‘Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mencintai
kamu dan mengampuni dosa-dosamu. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.’” [Ali
‘Imran: 31]

Keenam, kita mengamalkan sunahnya. Bahkan, umat Rasulullah berkewajiban


menghidupkan sunah dalam kehidupannya. Selain itu, mereka juga mengajak kaum
muslimin untuk mengamalkannya dan berjuang membela sunah dari orang-orang yang
mengingkari dan melecehkannya. Rasulullah saw.bersabda,
‫ش ْيًئا‬
َ ‫ور ِه ْم‬ ‫ُأ‬ َ ‫سنَّ ِتى َف َع ِم َل ِب َها النَّاسُ َكانَ لَ ُه ِم ْث ُل َأجْ ِر مَنْ عَ ِم َل ِب َها‬
ِ ‫ال يَ ْنقُصُ مِنْ ُج‬ ُ ‫مَنْ َأحْ يَا‬
ُ ْ‫سنَّ ًة مِن‬
“Siapa yang menghidupkan satu sunah dari sunah-sunahku, kemudian diamalkan oleh
manusia, akan mendapatkan (pahala) seperti pahala orang-orang yang mengamalkannya
dengan tidak mengurangi pahala mereka sedikit pun“ (HR Ibnu Majah No. 209).
Sebaliknya, jika ada orang yang menentang sunah Rasulullah saw. dengan membenci dan
merasa alergi dengan sunahmya pada hakikatnya bukanlah termasuk umat Rasululullah saw.
Nabi saw. bersabda,
‫سنَّ ِتى َفلَيْسَ ِمنِّى‬
ُ ْ‫َفمَنْ رَ ِغبَ عَ ن‬
““Siapa yang membenci sunnahku bukan dariku.” (HR Bukhari No. 5063)

Ada di kalangan umat Islam yang menolak sunah Rasulullah yang menamakan kelompok
inkarussunnah. Kelompok itu meyakini (1) beraragama itu harus bersifat konkret dan pasti,
(2) Al-Qur’an sudah lengkap, dan (3) Al-Qur’an tidak memerlukan penjelas lagi. Artimya,
mereka hanya berpegang dan mengambil dalil Al-Qur’an sehingga semua hadis tidak
mereka gunakan sebagai dalil dan sumber hukum.

Pertanyaannya, apakah mungkin mereka dapat melaksanakan ajaran Islam tanpa


menggunakan hadis Rasulullah? Jawabannya pasti mustahil. Misalnya, apakah mungkin
orang melaksanakan salat dengan benar tanpa sunah Rasulullah? Pasti jawabannya tidak
mungkin. Soalnya, di dalam Al-Qur’an tata cara salat tidak disebutkan. Yang ada di dalam
Al-Qur’an hanya perintah salat, seperti ‫( وَ َأ ِق ِم ٱلصَّ لَ ٰو َة‬Dirikanlah salat!). Tidak ada ayat Al-Qur’an
yang menjelaskan lima waktu salat wajib, jumlah rakaatnya, dan rukun-rukun salat. Memang
syarat salat, yakni berwudu, ada di dalam Al-Qur’an. Jika ada umat Islam yang melaksanakan
salat dengan mengingat Allah SWT dengan berdalil Al-Qur’an surat Taha ayat 14, hal itu
merupakan bukti bahwa orang itu mengingkari sunah Rasulullah. Firman Allah itu adalah,

ٓ ‫ٱعبُدۡ ِني وَ َأ ِق ِم ٱلصَّ لَ ٰو َة ِل ِذ ۡك ِر‬


‫ي‬ ۡ ‫ي َأنَا ٱللَّ ُه ٓاَل ِإ ٰلَ َه ِإٓاَّل َأن َ۠ا َف‬
ٓ ‫ِإنَّ ِن‬

“Sungguh, Aku ini Allah, tidak ada tuhan selain Aku, Maka, sembahlah Aku dan
laksanakanlah salat untuk mengingat Aku.” (QS Taha: 14)

Padahal, perintah salat dalam ayat itu ditujukan kepada Nabi Musa a.s. dan begitulah salat
yang dilakukan Nabi Musa. Berarti salat mereka cukup eling, tanpa mengikuti tata cara salat
yang dicontohkan oleh Rasulullah saw. Itulah contoh kalangan umat Islam yang tidak
mengakui sunah Rasulullah (inkarussunnah). Jika tidak mengakui sunah Rasulullah, berrti
mereka juga tidak akan mengakui kebenaran Rasulullah saw. dan kerasulannya? Bukankah
Al-Qur;an itu disampaikan melalui lisan Rasulullah saw.?

Akhirnya, mencintai dan memulikan Rasulullah saw. merupakan kewajiban orang yang
mengaku sebagai umat Rasulullah. Kecintaan kepadanya harus melebihi kecintaan dari
segala kecintaan duniawi. Itulah bukti kita beriman kepada Rasulullah saw.

Wabillahit-taufiq wal-hidayah.

Sumber: https://sangpencerah.id/2020/06/mencintai-dan-menghormati-rasulullah-saw/

Anda mungkin juga menyukai