Pedoman Internal Diare
Pedoman Internal Diare
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit diare merupakan masalah kesehatan di dunia termasuk Indonesia.
Menurut WHO dan UNICEF, terjadi sekitar 2 milyar kasus penyakit diare di seluruh
dunia setiap tahun, dan sekitar 1,9 juta anak balita meninggal karena penyakit
diare setiap tahun, sebagian besar terjadi di negara berkembang. Dari semua
kematian anak balita karena penyakit diare, 78% terjadi di wilayah Afrika dan Asia
Tenggara. Hasil Riskesdas tahun 2013 menunjukkan period prevalence diare
adalah 3,5%, lebih kecil dari hasil Riskesdas 2007 (9%). Pada Riskesdas 2013,
sampel diambil dalam rentang waktu yang lebih singkat. Insiden diare untuk
seluruh kelompok umur di Indonesia adalah 3,5%. Pe rn ya ta a n be rsa ma
W HO- UN IC EF ta h un 2 0 04 merekomendasikan pemberian oralit, tablet
zinc, pemberian ASI dan makanan serta antibiotika selektif merupakan bagian
utama dari manajemen penyakit diare.
Hasil Kajian Masalah Kesehatan berdasarkan siklus kehidupan 2011 yang
dilakukan oleh Litbangkes tahun 2011 menunjukkan penyebab utama kematian
bayi usia 29 hari nil bulan adalah Pnemonia (23,3%) dan Diare (17,4%). Dan
penyebab utama kematian anak usia 1-4 tahun adalah Pnemonia (20,5%) dan
Diare (13,3%).
Hasil kajian morbiditas yang dilakukan oleh Subdit Diare dan ISP menunjukkan
bahwa angka kesakitan diare semua umur tahun 2012 adalah 214/1.000 penduduk
semua umur dan angka kesakitan diare pada balita adalah 900/1.000 balita.
Kematian diare pada balita 75,3 per 100.000 balita dan semua umur 23,2 per
100.000 penduduk semua umur.
B. Tujuan
1. Umum
Tersusunnya pedoman pengendalian penyakit diare dan terselenggaranya
kegiatan pengendalian penyakit diare dalam rangka menurunkan angka
kesakitan dan angka kematian akibat penyakit diare bersama lintas program
dan lintas sektor terkait.
2. Khusus
a. Tersedianya panduan bagi penentu kebijakan dalam pelaksanaan dan
pengembangan program pengendalian penyakit diare.
b. Tersedianya panduan dalam pelaksanaan surveilans epidemiologi
penyakit diare dan upaya pengendaliannya.
c. Tersedianya panduan tatalaksana penyakit diare sesuai standar.
d. Tersedianya panduan dalam meningkatkan pengetahuan petugas dalam
pengendalian penyakit diare.
e. Tersedianya panduan untuk sistem pencatatan. pelaporan, monitoring dan
evaluasi program pengendalian penyakit diare.
f. Tersedianya panduan dalam pengadaan logistik untuk pengendalian
penyakit diare.
g. Terbentuknya jejaring kerja dalam pengendalian penyakit diare.
C. Kebijakan
Kebijakan program pengendalian penyakit diare adalah
sebagai berikut :
1. Pengendalian penyakit diare berdasarkan pada partisipasi dan pemberdayaan
masyarakat serta disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan masing-masing
daerah (local area spesific).
2. Pengendalian penyakit diare dilaksanakan melalui pengembangan kemitraan
dan jejaring kerja secara multi disiplin, lintas program dan lintas sektor.
3. Pengendalian penyakit diare dilaksanakan secara secara terpadu baik dalam
upaya preventif, kuratif dan promotif.
4. Pengendalian penyakit diare dikelola secara profesional, berkualitas, merata
dan terjangkau oleh masyarakat melalui penguatan seluruh sumber daya.
5. Penguatan sistem surveilans penyakit diare sebagai bahan informasi bagi
pengambilan kebijakan dan pelaksana program.
6. Pelaksanaan kegiatan pengendalian penyakit diare hams dilakukan secara
efektif dan efisien melalui pengawasan yang terus ditingkatkan intensitas dan
kualitasnya dengan pemantapan sistem dan prosedur, bimbingan dan
evaluasi.
D. Strategi
1. Menggerakkan dan memberdayakan masyarakat untuk berperilaku hidup
bersih dan sehat (PHBS) sehingga terhindar dari penyakit diare.
2. Mendorong dan memfasilitasi pengembangan potensi dan peran serta
masyarakat untuk penyebar luasan informasi kepada masyarakat tentang
pengendalian penyakit diare.
3. Mengernbangkan Sistem Kewaspadaan Dini (SKD) yang efektif dan efisien
terutama bagi masyarakat yang berisiko.
4. Meningkatkan pengetahuan petugas dan menerapkan pelaksanaan
tatalaksana penyakit diare secara standar disemua fasilitas kesehatan.
5. Meningkatkan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang
berkualitas melalui peningkatan sumber daya manusia dan penguatan institusi,
serta standarisasi pelayanan.
6. Meningkatkan surveilans epidemiologi penyakit diare di seluruh fasilitas
pelayanan kesehatan.
7. Mengernbangkan jejaring kemitraan secara multi disiplin lintas program dan
lintas sektor di semua jenjang baik pemerintah maupun swasta.
E. Kegiatan
1 Advokasi dan sosialisasi kepada pemangku kepentingan.
2 Sosialisasi dan edukasi tentang pengendalian penyakit diare kepada petugas
kesehatan terkait.
3 Promosi kesehatan kepada masyarakat melalui media komunikasi baik cetak
maupun elektronik.
4 Penyusunan dan pengembangan pedoman pengendalian penyakit diare dan
tatalaksana penderita penyakit diare sesuai standar.
5 Penanganan penderita penyakit diare sesuai tatalaksana standar.
6 Surveilans epidemiologi dan bantuan teknis dalam penanggulangan KLB
penyakit diare.
7 Upaya pencegahan yang melibatkan lintas program, lintas sektor dan
masyarakat.
8 Pengelolaan logistik sebagai sarana penunjang program.
9 Pe ma n tau a n d a n e va l u a s i se ca ra b e rka l a d a n
berkesinambungan.
BAB II
KEGIATAN PENGENDALIAN PENYAKIT DIARE
A. Surveilans Epidemiologi
1. Tujuan
Diketahuinya situasi epidemiologi dan besaran masalah penyakit diare di
masyarakat, sehingga dapat dibuat perencanaan dalam pencegahan,
penanggulangan, dan pengendaliannya di semua jenjang pelayanan.
2. Pengertian
a. Epidemiologi
Epidemiologi berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari tiga kata dasar,
yaitu epi yang berarti pada atau tentang, demos yang berarti penduduk,
dan logos yang berarti ilmu pengetahuan. Jadi Epidemiologi adalah ilmu
yang mempelajari tentang penduduk. Sedangkan dalam pengertian
modern saat ini Epidemiologi adalah illmu yang mempelajari tentang
frekuensi dan distribusi (penyebaran) serta determinan masalah kesehatan
pada sekelompok orang/masyarakat serta determinannya (faktor-faktor
yang mempengaruhinya).
b. Surveilans Epidemiologi
Surveilans epidemiologi adalah kegiatan analisis secara sistematis dan
terus-menerus terhadap penyakit atau masalah-masalah kesehatan dan
kondisi yang mempengaruhi terjadinya peningkatan dan penularan
penyakit atau masalah-masalah kesehatan tersebut agar dapat melakukan
tindakan penanggulangan secara efektif dan efisien melalui proses
pengumpulan data, pengolalian dan penyebaran informasi epidemiologi
kepada penyelenggara program kesehatan.
c. Wabah
Wabah adalah kejadian berjangkitnya suatu penyakit menular dalam
masyarakat yang jumlah penderitanya meningkat secara nyata melebihi
daripada keadaan yang lazim pada waktu dan daerah tertentu serta dapat
menimbulkan malapetaka.3
d. Kejadian Luar Biasa (KLB)
Kejadian Luar Biasa (KLB) yaitu timbulnya atau meningkatnya kejadian
kesakitan dan atau kematian yang bermakna secara epidemiologis pada
suatu daerah dalam kurun waktu tertentu. dan merupakan keadaan yang
dapat menjurus pada terjadinya wabah.
Kriteria KLB sesuai dengan ketentuan peraturan Peraturan Menteri
Kesehatan Nomor 1501/Menkes/ Per/X/2010 tentang Jenis Penyakit
Menular Tertentu Yang Dapat Menimbulkan Wabah Dan Upaya
Penanggulangan.
3. Prosedur Surveilans
a. Cara Pengumpulan Data Penyakit Diare
Ada tiga cara pengumpulan data penyakit diare, yaitu melalui laporan rutin,
laporan KLB, dan pengumpulan data melalui studi kasus.
1) Laporan Rutin
Untuk dapat membuat laporan rutin perlu pencatatan setiap hari (register)
penderita penyakit diare yang datang ke fasilitas pelavanan kesehatan.
posvandu atau kader. Data register harian dapat mendeteksi adanyanya
peningkatan jumlah kasus dan tanda-tanda akan terjadinya KLB sehingga
dapat segera dilakukan tindakan penanggulangan secepatnya. Laporan
rutin ini dikompilasi oleh petugas pencatatan dan pelaporan penyakit diare
di puskesmas kemudian dilaporkan ke kabupaten/kota melalui laporan
bulanan (LB) dan STP setiap bulan.
2) Laporan KLB/Wabah
Setiap terjadi KLB/wabah harus dilaporkan dalam periode 24 jam dengan
Format Laporan W1 dan dilanjutkan dengan laporan khusus yang meliputi :
Kronologi terjadinya KLB.
Cara penyebaran serta faktor-faktor yang mempengaruhinya.
Keadaan umum penderita.
Hasil penyelidikan epidemiologi yang telah dilakukan.
Hasil penanggulangan KLB dan rencana tindak lanjut.
3) Pen g um pu l a n da ta me la lu i s tu d i ka su s
Pengumpulan data ini dapat dilakukan satu tahun sekali, misalnva pada
pertengahan atau akhir tahun. Tujuannya untuk mengetahui data dasar
(base line data) sebelum atau setelah program dilaksanakan dan hasil
penilaian tersebut dapat digunakan untuk pe re n can a a n d i tah u n
ya n g a ka n da ta n g .
b. Pengolahan, Analisis. dan Interpretasi
Data yang telah dikumpulkan, diolah, dan ditampilkan dalam bentuk tabel atau
grafik, kemudian dianalisis dan diinterpretasi. Analisis ini sebaiknva dilakukan
berjenjang dari puskesmas hingga pusat sehingga apabila terdapat
permasalahan segera dapat diketahui dan diambil tindakan pemecahannya.
c. Penyebarluasan Hasil Interpretasi
Hasil analisis dan interpretasi data yang telah dikumpulkan. diumpanbalikkan
kepada pihak yang berkepentingan. yaitu kepada pimpinan di daerah
(kecamatan hingga dinas kesehatan provinsi) untuk mendapatkan tanggapan
dan dukungan.
1 Puskesmas
Petugas surveilans.
a. Pra –KLB
1) Mempersiapkan tenaga dan logistik yang cukup di Puskesmas,
kabupaten/kota, dan provinsi dengan menibentuk Tim Gerak Cepat
(TGC).
2) Meningkatkan upaya promosi kesehatan.
3) Mempersiapkan pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui
etiologi/penyebab KLB Diare.
4) Meningkatkan kegiatan lintas program dan sektor.
a. Tujuan
Untuk mengetahui penyebab diare
b. Bahan
1) Rectal swab (usap dubur), sebaiknya diambil sebelum diberi
antibiotika.
2) Sumber air minum yang dicurigai.
3) Makanan, minuman, dan bahan lain (bahan muntahan).
c. Alat
1) Untuk Rectal Swab
Kapas lidi steril (lidi yang bagian ujungnya dibalut dengan kapas
yang sudah disterilkan/suci hama).
Medium transport Carry Blair.
Sarung tangan, alat pelindung diri.
Jas laboratorium, tas sampling.
Label identitas penderita.
Spidol, pulpen (alat tulis).
Coolbox (termos es) dan ice pack.
2) Untuk pemeriksaan air
Botol steril mulut lebar dengan kapasitas 500 cc.
Natrium Thiosulfat/Hyposulfit untuk menetralkan air.
Label identitas untuk botol.
Spidol, pulpen (alat tulis).
Coolbox (termos es) dan Ice pack.
3) Untuk pemeriksaan makanan.
Sarung tangan.
Sendok/garpu.
Alat potong (pisau/gunting).
Kantung plastik steril/botol steril.
Label identitas sample.
Spidol, pulpen (alat tulis).
Coolbox (termos es) dan ice pack.
4) Untuk pemeriksaan bahan lain (muntahan)
Sarung tangan.
Sendok/garpu.
Alat potong (pisau/gunting).
Kantung plastik steril/botol steril.
Label identitas sample.
Spidol, pulpen (alat tulis).
Coolbox (termos es) dan ice pack.
d. Pengambilan, Penyimpanan, Pengemasan, dan Pengiriman Specimen.
1) Pengambilan Specimen
(a) Rectal Swab (usap dubur)
Siapkan peralatan yang dibutuhkan terlebih dahulu.
Penderita tidur dengan posisi miring, satu kaki yang dibawah
dalam posisi lurus dan satu kaki yang diatas dalam posisi
ditekuk 90°.
Petugas yang sudah memakai jas laboratorium dan sarung
tangan.
Kapas lidi steril terlebih dahulu dicelupkan kedalam agar yang
ada dalam tabung Cary & Blair agar supaya tidak sulit
memasukkan dalam liang dubur/anus.
Kapas lidi dimasukkan perlahan-lahan kedalam dubur, setelah
masuk dubur, lidi ditekan sedikit lagi sampai memasuki rectum
(±1,5 cm). Kalau kapas lidi masih terlihat dari luar berarti
kapas belum sempurna memasuki liang dubur/anus apalagi
untuk memasuki rectum.
Lidi diputar kekanan (searah putaran jarum jam sampai satu
putaran penuh 360°).
Kapas lidi dicabut kembali sambil diputar kekanan. Setelah lidi
sampai diluar segera masukkan dalam tabung Cary & Blair,
lidi ditekan sampai ke dasar botol sehingga seluruh bagian lidi
yang terbalut kapas terendam dalam agar. Jika ada bagian lidi
yang terlalu panjang sampai melewati mulut tabung, potong
persis dipinggir mulut tabung dan tabung segera ditutup.
Pasangi label pada setiap botol specimen.
No.urut / No.kode : ........................
Tgl pengambilan specimen : ............
Nama : ........................
Umur / Jenis kelamin : ......................
Alamat : ........................
(b) Air
1. Siapkan alat-alat yang dibutuhkan terlebih dahulu.
2. Cara mengambil sampel air (dari suraber air yang dicurigai)
Sungai dangkal: gunakan botol bersih bermulut lebar. Arah
pengambilan sampel melawan arus sungai dan 10 cm di
bawah permukaan air.
Sungai dalam: air diambil pada bagian tengah sungai,
minimal 1,5 m dari kedua tepinya dengan menggunakan
pemberat pada botol sampel air diambil 30 cm dibawah
permukaan. Untuk sungai yang lebar air diambil dari 3
tempat (bagian tengah dan kedua tepinya).
Air danau: air diambil di bagian tengah. minimal 1,5 m dari
tepi dan 50 cm dari permukaan.
Air hujan: air diambil dari bak penampungan air hujan.
Air sumur: gunakan botol dengan pemberat dan air diambil
dari bagian dalam su mu r .
Ai r pi p a : b e rsi h ka n p ip a d en g a
n desinfektan/dibakar kemudian buka kran dan biarkan air
mengalir selama 5-10 menit kemudian tampung dengan
botol bermulut lebar. jarak m ul u t kran dan mu lu t bo to l
+ 2 , 5 cm .
3. Botol segera ditutup dan diberi label
: Asal air......................................:
Alamat pengambilan : ..............
Tanggal......................................:
Hari : ........................................
Jam: ........................................
Perlu diperhatikan :
■ Bila dilakukan pemeriksaan air disuatu lokasi, maka semua
su mb e r a i r ha ru s di p e r i ksa . misalnya sumur, ta n k i
air, air pipa sa lu ra n .
■ Apabila air telah dichlorinasi, maka air harus d in e t ra l kan d
ul u d e ng a n pe n am ba h an Hyposulphit atau Natrium
Thiosulfat segera setelah pengambilan sampel.
■ Botol tidak boleh diisi penuh, bila pada saat pengambilan botol
terisi penuh maka keluarkan sebagian air.
(c) Makanan
■ Siapkan alat-alat yang dibutuhkan terlebih dahulu.
■ Petugas yang telah menggunakan sarung tangan secara aseptis
memasukkan sampel ke dalam botol dengan sendok. garpu
yang dilakukan secara acak.
■ Apabila bentuk sampel terlalu besar maka perlu dipotong
menjadi kecil agar mudah dianalisa di laboratorium.
■ Apabila sampel berkuah sebaiknva kuahnya juga diambil.
■ Botol segera ditutup. secara aseptis dan diberi
label. Nama makanan : ..............................
Nama penderita : ..............................
Tanggal pengambilan : ......................
Jam pengambilan : ............................
Asal sampel : ..............................
(d) Muntahan
Siapkan alat alat yang dibutuhkan terlebih dahulu.
Petugas yang telah memakai sarung tangan secara aseptis
memasukkan sampel kedalam botol dengan sendok dan garpu
secara acak.
▪ Apabila bentuk sampel terlalu besar maka perlu di p o to ng
m en ja d i ke c i l n ke c i l de n g an pi sa u / g un t i n
g agar
m ud ah di a na l i sa di laboratorium.
.
B. Promosi Kesehatan
1. Pengertian
Promosi Kesehatan adalah upaya untuk meningkatkan kemampuan
masyarakat melalui pembelajaran dari, oleh, untuk, dan bersama masyarakat,
agar mereka dapat menolong dirinya sendiri, serta mengembangkan kegiatan
yang bersumberdaya masyarakat'; sesuai sosial budaya setempat dan
didukung oleh kebijakan publik yang berwawasan kesehatan 5 . Strategi
Promosi Kesehatan adalah cara atau langkah yang diperlukan untuk
mencapai, memperlancar atau mempercepat pencapaian tujuan promosi
kesehatan.
2. Tujuan
Terwujudnya masyarakat yang.mengerti, menghayati dan melaksanakan hidup
sehat melalui komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) sehingga kesakitan dan
kematian karena penyakit diare dapat dicegah.
3. Strategi
Strategi promosi kesehatan9 terdiri dari :
1. Pengembangan kebijakan promosi kesehatan daerah.
2. Peningkatan sumber daya promosi kesehatan.
3. Pengembangan organisasi promosi kesehatan.
4. Intergrasi dan sikronisasi promosi kesehatan.
5. Pendayagunaan data dan pengembangan sistem informasi promosi
kesehatan.
6. Peningkatan kerjasama dan kemitraan.
7. Pengembangan metode. teknik dan media.
8. F a s i l i t a s i p e n i n g k a t a n p r o m o s i k e s e h a t a n .
C. Pencegahan
1. Tujuan
Tercapainya penurunan angka kesakitan dan kematian penyakit diare melalui
pengendalian faktor risiko.
2. Kegiatan
Pencegahan penyakit diare dilakukan melalui :
a. Perilaku hidup bersih dan sehat
Pemberian ASI
Makanan Pendamping ASI
Menggunakan Air Bersih Yang Cukup
Mencuci Tangan
Menggunakan Jamban
Membuang Tinja Bayi Yang Benar
Pemberian Imunisasi Carnpak
b. Penyehatan Lingkungan
Untuk mencapai kondisi sanitasi total sebagaimana yang dimaksud,
masyarakat menyelenggarakan STBM dengan berpedoman pada 5 pilar
STBM yaitu:
Stop Buang air besar Sembarangan
Cuci Tangan Pakai Sabun
Pengelolaan Air Minumdan Makanan Rumah Tangga
Pengamanan Sampah Rumah Tangga
Pengamanan Limbah Cair Rumah Tangga
c. Penyediaan Air Bersih
Mengingat bahwa ada beberapa penyakit yang dapat ditularkan melalui air
antara lain adalah diare, hepatitis A dan E, penyakit kulit, penyakit mata dll,
maka penyediaan air bersih baik secara kuantitas dan kualitas mutlak
diperlukan dalam memenuhi kebutuhan air sehari-hari termasuk untuk
menjaga kebersihan diri dan lingkungan. Untuk mencegah terjadinya
penyakit tersebut, penyediaan air bersih yang cukup di setiap rumah tangga
harus tersedia. Di samping itu perilaku hidup bersih harus tetap
dilaksanakan.
d. Pengelolaan Sampah
e. Sarana Pembuangan Air Limbah
Air limbah baik limbah pabrik atau limbah rumah tangga harus dikelola
sedemikian rupa agar tidak menjadi sumber penularan penyakit.
D. Pengelolaan Logistik
1. Tujuan
Tersusunnya kebutuhan dan terlaksananya sistim pengadaan, penyimpanan,
distribusi dan persediaan logistik pengendalian penyakit diare.
2. Pengelolaan
Logistik yang dibutuhkan dalam pengendalian penyakit diare ad a la h un tu k
ke b u tuh a n ru t i n d an sa a t KL B.
a. Kebutuhan Rutin
(1) Oralit
Perhitungan ke b u tuh a n logistik penyakit d ia re ditentukan
berdasarkan perkiraan jumlah penderita penyakit diare yang datang ke
fasilitas pelayanan kesehatan dan kader.
Kebutuhan Oralit = (Target Penemuan Penderita Penyakit Diare x 6
bks) + Cadangan*) - Stok
(2) Obat Zinc
Target Penemuan Penderita Penyakit Diare Balita x lj 10 Tablet +
Cadangan*) - Stok
b. Kebutuhan Obat Paket KLB
1) Oralit
Kebutuhan Oralit = Ppenderita x 10 bungkus
2) Zinc
Kebutuhan Zinc = 50% x Ppenderita x 10 tablet
3) Ringer Laktat (RL)
30% x Ppenderita = Rpenderita
4) Selang Infus
Jumlah penderita yang membutuhkan infus set adalah semua penderita yang
mendapat RL x 1 set.
A. Pembagian Diare
1. Diare Pada Anak
a. Diare Akut
Buang air besar yang frekuensinya lebih sering dari biasanya (pada
umumnya 3 kali atau lebih) perhari dengan konsistensi cair dan
berlangsung kurang dari 7 hari.
1) Etiologi
Secara klinis penyebab diare akut dibagi dalam 4 kelompok yaitu
infeksi, malabsorbsi, keracunan makanan dan diare terkait
penggunaan antibiotika.
Infeksi dapat disebabkan oleh bakteri, virus, fungi, parasit (protozoa,
cacing). Dari berbagai penyebab tersebut, yang sering ditemukan
adalah diare yang disebabkan oleh infeksi virus.
2) Patofisiologi
a) Diare Sekretorik
Disebabkan oleh sekresi air dan elektrolit ke dalam usus halus
yang terjadi akibat gangguan absorpsi natrium oleh vilus saluran
cerna, sedangkan sekresi klorida tetap berlangsung atau
meningkat. Keadaan ini menyebabkan air dan elektrolit keluar dari
tubuh sebagai tinja cair.
Diare sekretorik ditemukan pada diare yang disebabkan oleh
infeksi bakteri akibat rangsangan pada mukosa usus oleh toksin,
misalnya toksin E.coli atau V.cholera 01.
b) Diare Osmotik
Mukosa usus halus adalah epitel berpori yang dapat dilalui oleh air
dan elektrolit dengan cepat untuk mempertahankan tekanan
osmotik antara lumen usus dan cairan intrasel. Oleh karena itu, bila
di lumen usus terdapat bahan yang secara osmotik aktif dan sulit
diserap akan menyebabkan diare.
b. Diare Bermasalah
Diare bermasalah terdiri dari disentri, diare berkepanjangan (prolonged
diarrhea), diare persisten/ kronik dan diare dengan gizi buruk (malnutrisi) serta
diare dengan penyakit penyerta.
2. Diare Pada Pelancong (Traveller’s Diarrhea)
Diare pada pelancong adalah penyakit diare yang sering ditemukan pada orang
yang melaksanakan perjalanan ke tempat yang baru. Angka serangan (attack rate)
40-60% pengunjung dari negara maju ke negara berkembang akan menderita
diare.
Pembagian wilayah menurut risiko terkena diare pada pelancong dapat dibagi
dalam :
■ Low Risk (< 10%) -> Eropa Timur,Australia dan New Zealand, United States,
Canada, Singapura dan Jepang.
■ Moderate Risk (10-20%) -> Pulau Caribbean, Afrika Selatan, negara-negara
yang berbatasan laut Mediteranean termasuk Israel.
■ High Risk (> 30%) -> Asia (kecuali Singapura), Afrika (kecuali Afrika selatan),
Amerika Selatan. Amerika Tengah dan Mexico.
JUMLAH ORALIT 200 - 400 m1 400 - 700 ml 700 - 900 ml 800 - 1400 ml
AMATIANAKD5NGANSEKSAMADANBANTEBUM5MBDRNANORAiIT
• Tunjukkan jumlah tairan yang harus dfbertkan.
• Berlkan sedtkit demi sedikit tapi sertng darl gelas
• Bila kelopak mata anak bengkak, hentlkan pemberian oraltt dan bertkan alr masak atau ASI.
• Beri oralit sesuai Rencana Terapi A bila pembtkakan telah hilang
' iunjudan jNñ orñ t yang hens é1abis\an édan terapi 3 jm éi runah
' Berñ an Orñt 6 bungles untuk ptrsehiaan di runah.
' jrlastan 5 1ang\ñ Rencana lciapi â ontut orn obati and di mms.
Dapatkah Saudara
YA Beri cairan lntrauna stgera. Ringtr 1.aktat atau NaCl 0,9s (bila 9L tiñ ñ tersedia|
memberñ an Caran lntravtna?
100 6/kg, rtibagi sebagai berikut:
Bayi ‹ 1 tahun
anti layi bila denyuf nadi masifi leinoh atau fidalr teraba.
• Nilai kembdi trap l5 - 30 nenit. Bila nadi btlum ttraba, beri tazan leblh cepat
• Juga beri oralit l5ml/kg/jam) bra penderita bisa minum biasanya setelah 3 - 4 jam
(bayi) atau l - 2 jain (analt}.
• Berikan obat hint selama 10 hari berturut
• Setelah 6 jan (bayi) atau 3 jain (anak) ndai lagi derajat dehidiasi
• freudian pilihlah Rencana Ttrapi yang sesuai (A, B atau C} untuk melanjutkan
crap
• Mu1a1 rehldrasf fiengan oraht melalui mulut. Berikan sediktt demi stdi\it, 20ml/kg
BB/jam selama 6 jam.
Apakali penderlta bisa rriinn? YA NJai sttiap
- Bila muntah atau pcrut kembung berñan cairan ltbih lambat
BJa rehidrasi tidak terdapat setalah 3 jain rujuk untuk terapi lntravena
ah 6 jain nJai kemball dan pi!ih Rencana Terap yang sesuai
(2) Ringan
(3) Sedang
(4) Berat 9
3
b. Jenis cairan
Semua diare dimulai dengan pemberian ORALIT ( E vi d e n ce LA) atau
dimulai dengan cairan rumah tangga (air matang, air tajin.air kelapa. kuah
savur) ( Evi d e n ce IV).
Komposisi ORALIT terdiri dari:
■ Natrium klorida
■ Natrium bikarbonat
■ Kalium klorida
■ Glukosa
Cairan tersebut diatas tersedia dalam kemasan sachet (ORALIT 200 ml).
Pada penderita yang memerlukan pemberian cairan secara intra vena
diberikan cairan Ringer lactat atau Ringer asetat.
c. Jumlah Cairan
Jumlah cairan yang diberikan harus sesuai dengan jumlah cairan yang
dikeluarkan dengan menggunakan Skor Daldiyono (lihat tabel 4)atau
perkiraan klinis :
Tanpa dehidrasi: ORALIT
Dehidrasi Ringan: ORALIT
Dehidrasi Sedang: ORALIT dan Cairan Infus
Dehidrdasi Berat: Cairan Infus dan ORALIT
d. Cara Pemberian
Kehilangan cairan sesuai perhitungan diberikan dalam 2 jam pertama,
selanjutnya diberikan cairan dosis pemeliharaan (1500 cc - 2000 cc per 24
jam) ditambah kehilangan cairan baru.
Catatan :
Dalam keadaan dimana cairan infus tidak bisa diberikan, dianjurkan
pemberian cairan dengan sonde lambung secukupnya sampai infus bisa
terpasang. Untuk pasien rawat jalan d ib e r i kan 10 bu n g ku s o ra l i
t.
e. Monitoring dan Rujukan
Selama terapi dengan pemberian infuse pasien harus dimonitor baik
secara klinis maupun laboratorium. Monitoring meliputi:
1. Diuresis
2. Tanda vital
3. Intake dan output cairan
4. Pasien dengan dehidrasi berat atau syok perlu dimonitor, ureum
kreatinin dan elektrolit
5. Pasien yang ditangani di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer, yang
menunjukkan tanda over hidrasi, harus diberikan diuretika intravena
kemudian dirujuk untuk penanganan lebih lanjut.
f. Tatalaksana diare kronik
1. Pasien dengan diare kronik pada orang dewasa dilakukan pemeriksaan
feses.Bila terdapat Amoebiasis, langsung diberikan Metronidazol 3x500
mg selama 7nl0 hari.
2. Apabila terdapat Amoebiasis berulang, maka rujuk untuk evaluasi lebih
lanjut dengan pemeriksaan endoskopi.
3. Bila Amoeba tidak ditemukan, maka dirujuk ke rumah sakit.
g. Faktor risiko
Sebagian besar penderita HIV mempunyai presentasi klinis berupa diare
kronis. Oleh sebab itu pada-pasien dengan diare kronis perlu dilakukan
skrining untuk HIV.
Riwayat kanker pada keluarga juga perlu ditanyakan. Ranker kolorektal
menimbulkan keluhan diare kronis yang kadang-kadairg disertai dengan
amoebiasis berulang.
9
BAB IV
PENUTUP