Anda di halaman 1dari 12

PENJATUHAN PIDANA TERHADAP TINDAK PIDANA

PERUSAKAN SECARA BERSAMA-SAMA


MENURUT PASAL 170 AYAT (1)
KITAB UNDANG-UNDANG
HUKUM PIDANA
Oleh :

Andi Adikitia Ulfa 1, Dwi Wachidiyah Ningsih 2


1. Pegawai Kantor Hukum
2. Dosen Program Studi Ilmu Hukum, Fakultas Hukum, Universitas Gresik

ABSTRAK
Suatu undang-undang hukum acara pidana nasional yang modern sudah lama didambakan
semua orang. Dikehendaki suatu hukum acara pidana yang dapat memenuhi kebutuhan
hukum masyarakat dewasa ini yang sesuai dan selaras dengan pancasila dan Undang-
Undang Dasar 1945. Dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) diatur
mengenai kejahatan yang salah satunya adalah tindak pidana perusakan yang diatur dalam
Pasal 406 dan Pasal 170 Ayat (1) KUHP. Pada penjatuhan pidana terhadap tindak pidana
perusakan, hakim menjatuhkan pidana berorientasi pada kebenaran, keadilan dan tata
nilai yang bertumpu pada ketentuan perundang-undangan yang menjamin ketertiban dan
kepastian hukum. Dalam penerapan penjatuhan tindak pidana, keyakinan hakim tidak
hanya semata-mata berdasarkan keyakinan hati nurani sendiri dengan memetapkan bahwa
terdakwa telah melakukan perbuatan yang didakwakan. Namun, seharusnya hakim
memutuskan seseorang bersalah berdasarkan atas pembuktian dan fakta yang terungkap
dalam proses persidangan serta kesimpulan yang berlandaskan berdasarkan peraturan-
peraturan yang berlaku.

Kata Kunci : Penjatuhan Pidana, Tindak Pidana Perusakan, Keyakinan Hakim

A. PENDAHULUAN pidana dalam undang-undang, yang ada


1.1. Latar Belakang Masalah terdahulu dari pada perbuatan itu.”1
Sumber dari hukum pidana di Pasal diatas menerangkan bahwa
Indonesia adalah undang-undang, dan suatu perbuatan atau suatu tindakan
ini sesuai dengan ketentuan Pasal 1 tidak dapat dihukum jika tidak ada
Kitab Undang-Undang Hukum Pidana ketentuannya dalam undang-undang. Isi
yang berisi: dari pasal ini biasa disebut dengan asas
“tiada suatu perbuatan boleh dihukum, legalitas.
melainkan atas kekuatan ketentuan

1
R. Soesilo, Kitab Undang-Undang
Hukum Pidana (KUHP), Politeia, Bogor,
1996, hlm. 27.

Page | 1
Kitab Undang-Undang Hukum Pasal 448 sampai dengan
Pidana 2 adalah salah satu contoh hukum Pasal 569.
positif di negara `Indonesia ini. Di C.S.T. Kansil menjelaskan yang
3
dalam KUHP setiap peristiwa pidana dimaksud dengan pelanggaran ialah
yang terjadi diselesaikan berdasarkan mengenai hal-hal kecil atau ringan, yang
pasal-pasalnya yang sesuai dengan diancam dengan hukuman denda,
peristiwa hukum. 4 sedangkan kejahatan adalah mengenai
Adapun sistematika dalam soal-soal yang besar, yang diamcam
pengaturan hukum yang menyangkut dengan perbuatan hukum sebagaimana
perbuatan tindak pidana yang ada pada tertera pada peraturan hukum pidana.
KUHP terdiri atas 569 pasal, secara Dapat disebut sebuah kejahatan
5
sistematik dibagi dalam: apabila perbuatan tersebut telah
Buku I memuat tentang ketentuan- memenuhi unsur-unsur tindak pidana.
ketentuan umum (Algemene Moeljatno berpendapat mengenai unsur-
Leerstrukken), yaitu dari unsur tindak pidana, yaitu sebagai
Pasal 1 sampai dengan berikut :6
Pasal 103; 1. Perbuatan yang terdiri dari
Buku II mengatur tentang tindak kelakuan dan akibat;
pidana Kejahatan 2. Hal ikhwal atau keadaan yang
(Misdrijiven), yaitu dari menyertai perbuatan;
Pasal 103 sampai dengan 3. Keadaan tambahan yang
Pasal 488; dan memberatkan pidana;
Buku III mengatur tentang tindak 4. Unsur melawan hukum yang
Pidana Pelanggaran objektif; dan
(Overstredingen), yaitu dari 5. Unsur melawan hukum yang
subjektif.
Perusakan barang milik orang lain
2
Kitab Undang-Undang Hukum
Pidana untuk selanjutnya disingkat dengan secara bersama-sama adalah suatu
KUHP kejahatan, karena telah memenuhi
3
Peristiwa pidana/delik/perbuatan
pidana adalah tindakan manusia yang unsur-unsur tindak pidana yang telah
memenuhi rumusan undang-undang yang
bersifat melawan hukum dan dilakukan oleh disebutkan diatas. Perusakan barang
orang yang dapat dipertanggungjawabkan. merupakan salah satu tindak pidana
4
Mokhammad Najih dan Soimin,
Pengantar Hukum Indonesia, Setara Press,
Malang, 2014, hlm. 162.
5 6
Ibid., hlm.164. Ibid., hlm. 94.

Page | 2
yang termuat dalam Buku Ke-II KUHP secara bersama-sama menurut pasal 170
yaitu dalam ketentuan Pasal 406 Ayat ayat (1) kitab undang-undang hukum
(1) KUHP junto Pasal 55 ayat (1) ke-1 pidana”.
KUHP dan Pasal 170 Ayat (1) KUHP.
1.2. Rumusan Masalah
Terdapat perbedaan diantara kedua pasal
Dari latar belakang masalah yang
ini dalam hal pasal yang diterapkan oleh
telah diuraikan penulis diatas, maka
jaksa penuntut umum dan penjatuhan
rumusan masalah yang tepat agar latar
pidana oleh hakim.
belakang masalah tersebut dapat
Contoh kasus yang terjadi
terjawab adalah sebagai berikut :
dikarenakan tindak pidana perusakan
a. Bagaimana penjatuhan pidana
secara bersama- sama dalam Pasal 170
terhadap tindak pidana perusakan
ayat (1) KUHP ini terdapat pada perkara
secara bersama-sama?
terdakwa Drs. Abdul Kafi Rozi dan
b. Bagaimana implementasi
terdakwa Abdul Fadlol, S.Pd. dengan
penjatuhan pidana Pasal 170 ayat
putusan perkara Nomor 261/Pid.B/2016/
(1) Kitab Undang-Undang Hukm
PN.Gsk. kedua terdakwa tersebut
Pidana dalam putusan perkara
melakukan perusakan terhadap sebuah
Nomor 261/Pid.B/2016/ PN.Gsk.?
bangunan pasar milik Muslihatin. Maka
berdasarkan fakta dipersidangan, majelis 1.3. Tujuan Penelitian
hakim memutuskan 6 (enam) bulan Penulisan skripsi ini bertujuan untuk:
penjara pada terdakwa Drs. Abdul Kafi a. Mengetahui bagaimanakah
Rozi, dan bebas murni pada terdakwa penjatuhan pidana terhadap tindak
Abdul Fadlol, S.Pd. pidana perusakan secara bersama-
Berdasarkan permasalahan dan sama khususnya dalam Kitab
realitas yang disebutkan di atas pada Undang-Undang Hukum Pidana;
kasus putusan perkara Nomor b. Mengetahui bagaimana
261/Pid.B/2016/PN.GSK, yang mana implementasi penjatuhan pidana
seharusnya terdakwa Drs. Abdul Kafi Pasal 170 ayat (1) Kitab Undang-
Rozi, dan terdakwa Abdul Fadlol, S.Pd Undang Hukum Pidana dalam
seharusnya diputus dengan hukuman perkara Nomor 261/Pid.B/2016/
yang sama. Berdasarkan uraian ini, PN.Gsk.
maka penulis tertarik untuk melakukan
kajian lebih lanjut tentang” penjatuhan
pidana terhadap tindak pidana perusakan

Page | 3
1.4. Manfaat Penelitian hukuman. Hukuman dalam hukum
Dari penelitian skripsi ini, penulis pidana terdiri dari pidana pokok
berharap atas hasil penelitiannya dapat (hukuman mati, hukuman penjara,
memberikan manfaat yang berguna bagi hukuman kurungan, hukuman denda),
pembaca. Berikut manfaat yang dapat dan pidana tambahan (pencabutan hak-
diambil dalam penelitian ini: hak tertentu, perampasan barang
a. Memberikan wawasan dan tertentu, dan pengumuman keputusan
pandangan terhadap kebutuhan- hakim) yang sesuai dengan ketentuan
kebutuhan informasi mengenai Pasal 10 KUHP.
penjatuhan pidana terhadap tindak Hukuman yang diberikan kepada
pidana perusakan secara bersama- terdakwa oleh hakim disebut dengan
sama dalam KUHP; penjatuhan pidana. Penjatuhan pidana
b. Memberikan sumbangan ini dilakukan oleh hakim pada saat akhir
pemikiran dalam praktik setelah seluruh rangkaian persidangan
penegakan hukum (penjatuhan telah dilaksanakan.
pidana) atas tindak pidana Tujuan dari penjatuhan pidana ini
perusakan secara bersama-sama adalah sebagai pembalasan atas
dalam pasal 170 ayat (1) KUHP perbuatannya, pencegahan, dan
atas putusan perkara Nomor mempertahankan tata tertib kehidupan
261/Pid.B/2016/PN.Gsk. bersama (memperbaiki orang yang telah
berbuat).8 dari segi persidangan di
B. TINJAUAN PUSTAKA
peradilan, penjatuhan pidana bertujuan
Tindak pidana yang juga dikenal
untuk penyelesaian perkara pidana, dan
dengan strafbaar feit yang berarti
sebagai penyelesaian perkara dengan
perbuatan pidana. Seperti kata
cara yang adil untuk memperoleh
Moeljatno, yang mendefinisikan
kebenaran. Penjatuhan pidana ini juga
perbuatan pidana sebagai perbuatan
merupakan praktik dari asas praduga tak
yang dilarang dalam undang-undang dan
bersalah (presumption of innoncence)
diancam dengan pidana barang siapa
yang berarti bahwa setiap orang yang
melanggar larangan itu. 7
disangka, ditangkap, ditahan, dan
Diancam dengan pidana yang
dihadapkan diperadilan, wajib dianggap
dimaksud adalah diancam dengan
tidak bersalah sampai adanya putusan
7
Eddy.O.S. Hiariej, Prinsip-Prinsip
Hukum Pidana, Cahaya Atma Pustaka,
8
Yogyakarta, 2014, hlm. 29 R.Soesilo, Op. Cit, hlm. 35.

Page | 4
peradilan yang menyatakan satu terdakwanya tidak terbukti bersalah
kesalahannya dan memperoleh kekuatan melakukan tindak pidana.
hukum tetap. 9 Secara bersama-sama memiliki arti dua
Salah satu contoh tindak pidana orang atau lebih yang melakukan suatu
adalah tindak pidana perusakan dalam kegiatan dengan cara, waktu, atau cara
ketentuan Pasal 170 Ayat (1) KUHP dan waktu yang sama. Bersama-sama ini
yang berbunyi : juga disebut dengan perbarengan dalam
“Barangsiapa dimuka umum bersama- ketentuan Pasal 55 KUHP. Jadi, Pasal
sama melakukan kekerasan terhadap 170 Ayat (1) KUHP tidak memerlukan
orang atau barang, dihukum penjara Pasal 55 KUHP sedangkan Pasal 406
selama-lamanya lima tahun enam Ayat (1) KUHP memerlukan Pasal 55
bulan”. KUHP (pasal penyertaan).
Berbeda dengan tindak pidana
C. METODE PENELITIAN
perusakan dalam ketentuan Pasal 406
Penelitian ini menggunakan
Ayat (1) KUHP Berikut bunyi ketentuan
metode penelitian hukum normatif
Pasal 406 Ayat (1) KUHP :
Penelitian hukum normatif ini
“barangsiapa dengan sengaja dan
merupakan penelitian hukum dengan
dengan melawan hak membinasakan,
cara melakukan kajian atau telaah
merusakkan, membuat sehingga tidak
terhadap data dalam dokumen-dokumen,
dapat dipakai lagi atau menghilangkan
buku-buku, peraturan perundang-
suatu barang yang sama sekali atau
undangan, putusan pengadilan dan lain
bagiannya kepunyaan orang lain,
sebagainya yang berhubungan dengan
dihukum penjara selama-lamanya dua
penjatuhan pidana terhadap tindak
tahun delapan bukan atau denda
pidana perusakan secara bersama-sama
sebanyak-banyaknya Rp. 4.500”.
dalam Pasal 170 ayat (1) KUHP.
Letak inti dari isu hukum yang
Dalam penelitian ini, penulis
diangkat oleh penulis terletak pada
menggunakan 3 pendekatan , yaitu :
bagaimana penjatuhan pidana oleh
pendekatan perundang-undangan
hakim terhadap unsur “secara bersama-
(statute approach) adalah dengan
sama” menurut Pasal 170 Ayat (1)
menganalisis, mengkaji dan menelaah
KUHP dalam putusannya apabila salah
perundang-undangan yang terkait
dengan isu hukum yang diangkat oleh
9
M. Najih dan Soimin, Op. Cit, hlm. penulis, pendekatan kasus (case
184.

Page | 5
approach) yang bertujuan agar menjawab permasalahan hukum yang
permasalahan hukum yang dimaksud diangkat oleh penulis.
oleh penulis dapat tersampaikan melalui D. HASIL PENELITIAN DAN
sebuah kasus, dalam hal ini kasus PEMBAHASAN
perkara No. 261/Pid.B/2016/PN.Gsk, 4.1. Fakta Yuridis
dan yang terakhir yaitu pendekatan Bahwa berdasarkan keterangan
konseptual yang berarti bahwa penulis para saksi, keterangan terdakwa serta
menggunakan pandangan-pandangan dihubungkan dengan barang bukti yang
dan doktrin-doktrin yang berkembang diajukan di persidangan maka diperoleh
dalam ilmu hukum sebagai pedoman fakta-fakta yuridis sebagai berikut:
atau prinsip dalam menyelesaikan Pada hari Minggu tanggal 25
penelitian ini. April 2015 sekitar pukul 10.00 WIB,
Sumber bahan hukum yang bertempat di Dusun Sumurber Desa
dipakai dalam sebuah penelitian terbagi Sumurber RT. 22 RW. 07 Kecamatan
menjadi 3, yaitu sumber bahan hukum Panceng Kabupaten Gresik, Drs. Abdul
primer (berupa peraturan perundang- Kafi Rozi dan Abdul Fadlol, S.Pd secara
undangan yang berkaitan dengan bersama-sama dengan terang-terangan
putusan perkara No. dan dengan tenaga bersama
261/Pid.B/2016/PN.Gsk), sumber bahan menggunakan kekerasan terhadap orang
hukum sekunder (bahan hukum seperti atau barang (yaitu bangunan pasar) milik
buku-buku yang dapat menunjang bahan Muslihatin yang dilakukan dengan cara
hukum primer, yaitu buku-buku hukum sebagai berikut :
yang relevan dengan permasalahan 1) Mengikatkan tali tampar pada
hukum yang diangkat), dan yang tiang-tiang Pancang bangunan
terakhir bahan hukum tertier (yaitu pasar tersebut, selanjutnya secara
sebagai petunjuk dan kejelasan terhadap bersama-sama ditarik oleh saksi
bahan hukum primer dan sekunder, Masykur Hadi, Khabib, Nur Ali,
seperti kamus bahasa indonesia dan Hadi, Rolis, Naf’an Fanani,
kamus hukum). Khakim, Sutikno, Nonok, Muslan
Selanjutnya, seluruh bahan hukum dan Mutrofin sampai bangunan
yang tersebut diatas dikumpulkan, pasar roboh, setelah itu Drs.
dibaca, dan kemudian dianalisis untuk Abdul Kafi Rozi memberikan
diambil kesimpulan yang dapat uang kepada orang-orang yang
membantu menarik bangunan

Page | 6
tersebut setiap orang dan disusun berdasarkan pemeriksaan
mendapatkan Rp. 100.000,- saksi, ahli, alat bukti, dan keterangan
(seratus ribu rupiah) yang terdakwa akan menjadi bahan bagi
dikeluarkan dari uang Abdul Kafi hakim dalam membuat putusan.
Rozi sendiri. Pengaturan mengenai tuntutan
2) Setelah bangunan pasar milik pidana terdapat dalam Pasal 182 Ayat
saksi korban Muslihatin tersebut (1) KUHAP yang berbunyi:
roboh, kemudian Drs. Abdul Kafi (1) Setelah pemeriksaan
Rozi dan Abdul Fadlol, S.Pd dinyatakan selesai, penuntut
mengawal truk-truk yang umum mengajukan tuntutan
menurunkan tanah uruk pedel dan pidana;
mengatur dimana tanah uruk Setelah rangkaian pemeriksaan
pedel tersebut harus diturunkan saksi-saksi dan terdakwa, jaksa penuntut
dan diratakan dengan buldoser umum memberikan tuntutan dengan
yang telah disiapkan sebelumnya. penjatuhan pidana terhadap terdakwa
3) Pada saat kejadian tersebut diatas Drs. Abdul Kafi Rozi dan terdakwa
banyak sekali orang yang Abdul Fadlol, S.Pd dengan pidana
berkerumun melihat kejadian penjara masing-masing selama 1 (satu)
tersebut karena dilakukan dengan tahun dan 2 (dua) bulan penjara
cara menghancurkan bangunan dikurangkan secara keseluruhan dengan
pasar milik Muslihatin yang masa tahanan yang telah dijalani oleh
merupakan tempat umum. para terdakwa.

4.2. Tuntutan Jaksa Penuntut 4.3. Amar Putusan


Umum Setelah melalui alur persidangan
Sebelum agenda putusan mulai dari dakwaan hingga pledoi,
dilakukan, hakim memberi kesempatan sesuai dengan Pasal 193 KUHAP
pada jaksa penuntut umum untuk selanjutnya majelis hakim melakukan
mengajukan surat tuntutan. Surat musyawarah untuk mempertimbangkan
tuntutan adalah surat yang diajukan oleh hal-hal yang telah disebutkan pada sub
jaksa penuntut umum kepada hakim sub bab sebelumnya, untuk itu majelis
yang berisi tentang tuntutan jaksa hakim memutuskan untuk menjatuhkan
penuntut umum terhadap terdakwa, baik pidana kepada terdakwa Drs. Abdul Kafi
berupa penghukuman atau pembebasan Rozi terbukti secara sah dan meyakinkan

Page | 7
melakukan tindak pidana secara dan Muselan yang disebut sebagai
bersama-sama dimuka umum melakukan saksi, sedangkan Abdul Fadlol, S.Pd
kekerasan terhadap barang dalam tidak terbukti, lalu pada unsur yang
dakwaan tunggal dan dipidana penjara 6 terakhir, yaitu unsur terhadap barang
bulan, dan sedangkan Abdul Fadlol, atau orang, majelis hakim berpendapat
S.Pd tidak terbukti secara sah dan berdasarkan pembuktian barang yang
meyakinkan bersalah melakukan tindak dimaksud adalah tidak harus barang
pidana sebagaimana yang didakwakan milik orang lain, jadi, maksud majelis
dalam dakwaan tunggal, untuk itu Abdul hakim disini adalah milik sendiri juga
Fadlol, S.Pd dinyatakan bebas dari dapat termasuk dalam unsur terhadap
segala dakwaan (bebas murni). Lalu, barang atau orang. Jadi, Drs. Abdul Kafi
pada tingkat Pengadilan Tinggi di Rozi telah memenuhi semua unsur-unsur
Surabaya dengan putusan No. dalam Pasal 170 Ayat (1) KUHP.
961/PID/2016/PT.SBY, memutus Terhadap paragraf diatas, penulis
menguatkan putusan Pengadilan Negeri menganalisis unsur secara bersama-sama
Gresik. Dan terakhir putusan kasasi pada melakukan kekerasan. Bahwa
Mahkamah Agung di Jakarta yang disebutkan Drs. Abdul Kafi Rozi
memutuskan pembatalan terhadap bersama-sama melakukan kekerasan
putusan Pengadilan Negeri Gresik No. dengan Nur Ali, Sutikno, dan Muselan,
261/Pid.B/2016/PN.Gsk dan bukan dengan Abdul Fadlol, S.Pd,
menyatakan bahwa terdakwa Abdul sedangkan kembali lagi pada surat
Fadlol, S.Pd, terbukti secara sah dan dakwaan, bahwa yang didakwakan
meyakinkan bersalah melakukan tindak dengan Pasal 170 Ayat (1) KUHP
pidana “secara bersama-sama dimuka adalah Drs. Abdul Kafi Rozi dengan
umum melakukan kekerasan terhadap Abdul Fadlol, S.Pd, untuk itu penulis
barang”, menjatuhkan pidana penjara berpendapat seharusnya, unsur secara
selama 6 (enam) bulan. bersama-sama melakukan kekerasan ini
tidak dapat terbukti mengingat yang
4.4. Analisis Yuridis
ditulis oleh penuntut umum sebagai
Pertimbangan unsur secara
identitas terdakwa secara bersama-sama
bersama-sama melakukan kekerasan dan
melakukan kekerasan adalah Drs. Abdul
memiliki keyakinan bahwa Drs. Abdul
Kafi Rozi dan Abdul Fadlol, S.Pd.
Kafi Rozi melakukan kekerasan
Selanjutnya, penulis menganalisis
bersama-sama dengan Nur Ali, Sutikno,
unsur terhadap barang atau orang yang

Page | 8
mana majelis hakim berpendapat bahwa Berdasarkan hasil penelitian dan
barang tersebut tidak harus milik orang pembahasan yang telah dipaparkan pada
lain, maksudnya adalah milik sendiri bab terdahulu, maka dapat diambil
pun sudah bisa dikatakan melakukan kesimpulan bahwa :
kekerasan. a. Penjatuhan pidana oleh hakim
Jadi, penulis memiliki kesimpulan terhadap tindak pidana perusakan
bahwa, putusan ini belum bisa dikatakan secara bersama-sama dalam
tepat sasaran mengenai perkara No.
penerapan/implementasi unsur-unsur 261/Pid.B/2016/PN.Gsk di tingkat
Pasal 170 Ayat (1) KUHP pada perkara Pengadilan Negeri dan Pengadilan
a quo, terutama pada penerapan unsur Tinggi ini kurang tepat, terkesan
secara bersama-sama melakukan asal, dan tidak adanya keadilan,
kekerasan dan unsur terhadap barang kepastian hukum maupun
atau orang. kemanfaatan yang didapatkan.
Berdasarkan pengambilan Selain itu, juga terdapat
keputusannya, Pengadilan Negeri dan kekurangcermatan jaksa penuntut
Pengadilan Tinggi merupakan judex umum dalam membuat surat
facti yang berwenang memeriksa fakta dakwaan. Sehingga putusan
dan bukti yang terungkap dari suatu tersebut harus dibatalkan oleh
perkara. Dan Mahkamah Agung hanya Mahkamah Agung.
memeriksa penerapan hukum dari suatu b. Dalam implementasi Pasal 170
perkara, dan tidak memeriksa fakta dari Ayat (1) KUHP, penulis
perkaranya. Untuk itu, bahwa dalam berkesimpulan, seharusnya Drs.
putusan di tingkat Pengadilan Negeri Abdul Kafi Rozi dan Abdul
dan Pengadilan Tinggi terdapat Fadlol, S.Pd diputus secara
kurangnya ketelitian hakim dalam bersama-sama (tidak
memeriksa dan mengadili sebuah terpisah/mendapat hukuman yang
perkara untuk dapat memenuhi rasa sama). Kurangnya ketelitian
keadilan bagi terdakwa maupun pihak terhadap penerapan unsur-unsur
yang dirugikan. bukan hanya pada majelis hakim
saja yang notabene hanya
E. KESIMPULAN DAN SARAN
memeriksa dan mengadili. Tetapi
5.1. Kesimpulan
kurangnya ketelitian juga terjadi
pada jaksa penuntut umum, yang

Page | 9
pada dasarnya hakim memeriksa terdakwa tidak perlu mnggunakan
dan mengadili sesuai dengan surat hak banding maupun kasasinya.
dakwaan yang dibuat oleh jaksa Dengan menjatuhkan putusan
penuntut umum. Selanjutnya, yang sesuai dengan nilai-nilai
penulis berkesimpulan bahwa hukum dan rasa keadilan yang
apabila Drs. Abdul Kafi Rozi dan hidup di masyarakat, diharapkan
Abdul Fadlol, S.Pd didakwakan putusan hakim bukan hanya
dengan Pasal 406 KUHP juncto sekedar memelihara ketertiban,
Pasal 55 Ayat (1) KUHP, bisa namun juga sebagai pendorong
saja jaksa penuntut umum dan dalam memperbaiki nilai-nilai
majelis hakim terhindar dari yang hidup pada masyarakat.
kurangnya ketelitian dan unsur- b. Sebelum suatu surat dakwaan
unsurnya dapat terbukti secara dibawa di depan persidangan,
keseluruhan. Karena menurut jaksa penuntut umum supaya
penulis, kasus ini lebih cocok menyusun surat dakwaan dengan
dipasangkan dengan Pasal 406 sebaik mungkin, yang benar-benar
KUHP juncto Pasal 55 Ayat (1) sesuai dengan tindak pidana yang
KUHP. dilakukan oleh terdakwa, agar
bisa tepat sasaran. Dan dalam
5.2. Saran
menjatuhkan pidana, hakim bisa
Saran yang dapat penulis berikan
dapat lebih memperhatikan dalam
setelah menyimpulkan hasil dari
menentukan kesalahan seseorang
penelitian ini adalah sebagai berikut :
terdakwa ketika memeriksa
a. Dalam asas kepastian, keadilan
perkara pidana yang ditegaskan
dan kemanfaatan yang paling
dalam ketentuan Pasal 6 ayat (2)
pertama dan utama adalah
Undang-Undang tentang
keadilan, namun tetap saja sebisa
Kekuasaan Kehakiman yang
mungkin dalam putusannya dapat
bukan hanya tentang keyakinan
mengandung asas kepastian,
hakim namun juga adanya dua
keadilan, dan kemanfaatan secara
alat bukti yang sah. Sebaiknya
keseluruhan. Jadi, bagaimana
majelis hakim dan penuntut
sebissa mungkin hakim
umum bisa lebih cermat dan teliti
memberikan putusan yang mana
dalam mengimplementasikan
jaksa penuntut umum maupun
suatu pasal (dakwaan) pada

Page | 10
tersangka atau terdakwa, agar
sesuai dengan fakta hukum yang
terjadi dan tidak terjadi kesalahan
fatal yang mengakibatkan
putusnya suatu perkara dengan
putusan bebas atau lepas dari
segala tuntutan.

DAFTAR PUSTAKA
R. Soesilo, Kitab Undang-Undang
Hukum Pidana (KUHP), Politeia,
Bogor, 1996.
Mokhammad Najih dan Soimin,
Pengantar Hukum Indonesia,
Setara Press, Malang, 2014.
Eddy.O.S. Hiariej, Prinsip-Prinsip
Hukum Pidana, Cahaya Atma
Pustaka, Yogyakarta, 2014.

Page | 11
Page | 12

Anda mungkin juga menyukai