Anda di halaman 1dari 27

KOTA DUMAI

B E R I TA D A E R A H
K O TA D U M A I
PERATURAN WALIKOTA DUMAI
NOMOR 03 TAHUN 2009
TENTANG
RETRIBUSI PELAYANAN KEBANDARUDARAAN DI BANDAR UDARA
PINANG KAMPAI DUMAI
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
WALIKOTA DUMAI,

Menimbang : a. bahwa dengan semakin meningkatnya kebutuhan


masyarakat akan jasa transportasi angkutan udara disamping
untuk mempercepat waktu tempuh juga mempercepat
perputaran ekonomi masyarakat antar daerah dan antar
kota sehingga diperlukan suatu bandar udara yang dikelola
secara terbuka dan bisa dilandasi oleh pesawat ukuran sedang
dan besar, sedangkan bandar udara pinang kampai selama
ini dikelola oleh PT. Pertamina (persero) UP. II yang
diperuntukkan hanya melayani penumpang tertentu dan bisa
didarati oleh pesawat ukuran sedang;
b. bahwa untuk mendukung hal diatas Pemerintah Kota Dumai
menyepakati dengan PT. Pertamina (Persero) UP II Dumai
melakukan Perjanjian Pinjam Pakai, terhitung sejak tanggal
1 Januari 2009 untuk pengoperasian Bandar Udara Pinang
Kampai oleh Pemerintah Kota Dumai, agar terjaminnya
pelayanan kepada masyarakat pengguna jasa penerbangan;

12
c. bahwa Peraturan Daerah yang menjadi dasar dalam
melakukan pungutan retribusi terhadap pelayanan yang
diberikan oleh Pemko Dumai belum ditetapkan oleh DPRD
Kota Dumai;
d. bahwa dari konsultasi dan koordinasi ke Biro Hukum
Depdagri, disarankan menambah klausul diketentuan
menimbang peraturan daerah bahwa sambil menunggu
ditetapkan Peraturan Daerah Retribusi Pelayanan
Kebandaraudaraan di Bandar Udara Pinang Kampai Dumai
dipandang perlu menetapkan Peraturan Walikota dengan
persetujuan pimpinan DPRD Kota Dumai;
e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud
pada huruf a, b, c dan d dipandang perlu menetapkan
retribusi pelayanan kebandaraudaraan di Bandara Udara
Pinang Kampai di Dumai dengan Peraturan Walikota.

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1992 tentang


Penerbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia tahun
1992 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 3481);
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 1999
tentang Pembentukan Kotamadya Dumai (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 50,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
3829);
3. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1999 tentang Pajak
Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Tahun 1997
Nomor 41, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3685)
sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor
34 Tahun 2000 tentang Perubahan Undang-Undang Nomor
18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor
246, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4046);

13
4. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang
Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4389);
5. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah
beberapa kali terakhir dengan Perubahan Kedua atas Undang-
Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Pemerintah Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor
59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4844);
6. Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2001 tentang
Keamanan dan Keselamatan Penerbangan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 9, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4075);
7. Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2001 tentang
Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2001 Nomor 119, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4139);
8. Peraturan Pemerintah Nomor 70 Tahun 2001 tentang
Kebandarudaraan, (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2001 Nomor 128, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4146);
9. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang
Pembagian Urusan Antara Pemerintah, Pemerintah Daerah
Provinsi dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2007, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4737);
10. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 40 Tahun 2000
tentang Petunjuk Pelaksanaan Tarif atas Jasa Penerimaan
Negara Bukan Pajak yang berlaku pada Direktorat Jenderal
Perhubungan Udara;

14
11. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 44 Tahun 2002
tentang Tatanan Kebandarudaraan Nasional;
12. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 45 Tahun 2002
tentang Penyerahan Penyelenggaraan Bandar Udara Umum
(Unit Pelaksana Teknis/Satuan Kerja) kepada Pemerintah
Kabupaten/Kota;
13. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 47 Tahun 2002
tentang Sertifikasi Operasi Bandar Udara;
14. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 48 Tahun 2002
tentang Penyelenggaraan Bandar Udara Umum;
15. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 28 Tahun 2003
tentang Penetapan Sementara Bandar Udara Khusus Pinang
Kampai Dumai yang dapat melayani penerbangan untuk
kepentingan umum.

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN WALIKOTA TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN


KEBANDARUDARAAN DI BANDAR UDARA PINANG KAMPAI DUMAI

BAB I
KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Daerah ini, yang dimaksud dengan :


1. Daerah adalah Kota Dumai.
2. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kota Dumai.
3. Kepala Daerah adalah Walikota Dumai.
4. Dinas adalah Dinas yang berwenang dalam bidang
Perhubungan pada Pemerintah Kota Dumai.
5. Unit Pelaksana Teknis Dinas yang selanjutnya disingkat UPTD
adalah UPTD Perhubungan Kota Dumai di Bandar Udara
Pinang Kampai Dumai;

15
6. Bandar Udara adalah Bandar Udara Pinang Kampai Dumai.
7. Kepala Bandar Udara yang selanjutnya disebut Kabandara
adalah pejabat yang mengepalai unit pelaksana teknis Bandar
Udara Pinang Kampai Dumai.
8. Pesawat Udara adalah alat angkut yang dapat terbang di
atmosfir karena daya angkut dan reaksi udara.
9. Perusahaan Angkutan Udara atau Operator adalah pihak
yang bertanggungjawab atas pengoperasian pesawat udara.
10. Penumpang atau penumpang pesawat udara adalah
penumpang (dewasa dan/atau anak-anak) yang melakukan
perjalanan dengan pesawat udara yang tidak diberikan free
baggage allowance oleh perusahaan angkutan udara dan
terdaftar sebagai awak pesawat udara.
11. Pelayanan Jasa Penerbangan (PJP) atau Route Air
Navigation Service adalah pelayanan yang diberikan kepada
penerbangan untuk penerbangan dalam negeri,
penerbangan lintas (over flying).
12. Pelayanan Jasa Penumpang Pesawat Udara (PJP2U) adalah
pelayanan yang diberikan kepada penumpang pesawat
udara sejak memasuki kawasan terminal bandar udara
hingga meninggalkan terminal bandar udara.
13. Pelayanan Jasa Pendaratan, Penempatan dan Penyimpanan
Pesawat Udara adalah.
a. Pelayanan Jasa Pendaratan adalah pelayanan yang
diberikan terhadap pesawat udara yang mendarat di
Bandar Udara;
b. Pelayanan Jasa Penempatan adalah pelayanan yang
diberikan untuk penempatan pesawat udara ditempat
terbuka di bandar udara;
c. Pelayanan Jasa Penyimpanan adalah pelayanan yang
diberikan terhadap penyimpanan pesawat udara di dalam
hanggar.
14. Pelayanan Jasa Counter adalah jasa penggunaan counter
oleh perusahaan angkutan udara.

16
15. Badan adalah lembaga pengguna jasa Bandar Udara
maskapai penerbangan, penyewa gudang, penyewa
ruangan, pemasang bilboard, dan lainnya.
16. Perorangan adalah orang perorang sebagai pengguna jasa
Bandar Udara.
17. Pelayanan Jasa Penggunaan Bandar Udara di luar jam operasi
adalah pelayanan yang diberikan kepada pengguna jasa atas
penggunaan bandar udara diluar jam operasi.
18. Pelayanan Jasa Penumpukan Barang dalam Gudang Lini I
Bandar Udara adalah pelayanan jasa penumpukan barang di
Gudang Lini I yang disediakan oleh penyelenggara bandar
udara.
19. Lahan diperkeras adalah tanah yang permukaannya dilapisi
dengan semen, aspal, lantai dan lain-lain.
20. Pelayanan Jasa Sewa dan Pas Masuk Kawasan Terbatas di
Bandar Udara adalah pelayanan atas jasa penyewaan
ruangan, lahan dan lain-lain milik bandar udara dan izin
memasuki kawasan terbatas di bandar udara.
21. Retribusi Kebandarudaraan yang selanjutnya disebut retribusi
adalah pembayaran atas pemberian jasa pelayanan
kebandarudaraan kepada orang pribadi atau badan di lokasi
bandar udara Pinang Kampai Dumai.
22. Wajib Retribusi adalah orang pribadi atau badan yang
memperoleh jasa pelayanan kebandarudaraan di bandara
Pinang Kampai Dumai.
23. Masa Retribusi adalah suatu jangka waktu tertentu yang
merupakan batas waktu bagi wajib retribusi untuk mendapat
jasa pelayanan kebandarudaraan;
24. Surat Ketetapan Retribusi Daerah Kurang Bayar selanjutnya
disingkat SKRDKB adalah surat ketetapan yang menentukan
besarnya jumlah retribusi yang terutang.
25. Surat Ketetapan Retribusi Daerah Kurang Bayar yang
selanjutnya disingkat SKRDKB adalah surat keputusan yang
menentukan besarnya jumlah retribusi yang terutang, jumlah
kredit retribusi, jumlah pembayaran pokok retribusi, besarnya
sanksi administrasi dan jumlah masih harus dibayar.

17
26. Surat Ketetapan Retribusi Daerah Kurang Bayar Tambahan
yang selanjutnya disingkat SKRDKBT adalah surat keputusan
yang menentukan tambahan atas jumlah retribusi yang telah
ditetapkan.
27. Surat Ketetapan Retribusi Daerah Lebih Bayar yang
selanjutnya disingkat SKRDLB adalah surat keputusan yang
menentukan jumlah kelebihan pembayaran retribusi karena
jumlah lebih besar daripada retribusi yang terutang atau
seharusnya terutang.
28. Surat Tagihan Retribusi Daerah yang selanjutnya disingkat
STRD adalah surat untuk melakukan tagihan retribusi dan
atau sanksi administrasi berupa bunga dan atau denda.
29. Surat Keputusan Keberatan adalah surat keputusan atas
keberatan terhadap SKRD atau dokumen lain yang
disamakan, yang diajukan oleh Wajib Retribusi.

BAB II
NAMA, OBJEK DAN SUBYEK RETRIBUSI

Pasal 2

Atas pelayanan kebandarudaraan dipungut retribusi dengan nama


retribusi pelayanan kebandarudaraan.

Pasal 3

Obyek retribusi kebandarudaraan meliputi jenis pelayanan


kebandarudaraan dalam penyelenggaraan bandar udara.

Pasal 4

Subyek retribusi meliputi setiap orang atau badan yang


menggunakan jasa pelayanan kebandarudaraan.

18
BAB III
JENIS PELAYANAN KEBANDARUDARAAN

Pasal 5

Jenis pelayanan kebandarudaraan yang diberikan dalam


penyelenggaraan bandar udara meliputi :
a. Pelayanan Jasa Penerbangan;
b. Pelayanan Jasa Penumpang Pesawat Udara;
c. Pelayanan Jasa Pendaratan, Penempatan, dan Penyimpanan
Pesawat Udara;
d. Pelayanan Jasa Pemakaian Counter;
e. Pelayanan Jasa Penggunaan Bandar Udara di Luar Jam
Operasi;
f. Pelayanan Jasa Penumpukan Barang Dalam Gudang Lini I
Bandar Udara;
g. Pelayanan Jasa Sewa dan Pas Masuk Kawasan Terbatas di
Bandar Udara;
h. Pelayanan Jasa Informasi Aeronautika;
i. Tanda masuk kendaraan di kawasan umum;
j. Parkir inap kendaraan;
k. Tanda masuk kawasan anjungan pengantar di Bandar Udara.

BAB IV
PELAYANAN JASA PENERBANGAN (PJP)

Pasal 6

1. Penyelenggara Bandar Udara memberikan Pelayanan Jasa


Penerbangan kepada Pesawat Udara yang melakukan
penerbangan di wilayah udara Indonesia untuk mewujudkan
keselamatan penerbangan.
2. Pelayanan Jasa Penerbangan diberikan kepada setiap pesawat
udara yang terbang di wilayah udara Indonesia baik
melakukan pendaratan di Bandar Udara maupun hanya
melakukan penerbangan lintas.

19
Pasal 7
1. Pemberian pelayanan jasa penerbangan sebagaimana
dimaksud dalam pasal 6 ayat (2) dikenakan retribusi jasa
pelayanan penerbangan.
2. Retribusi Pelayanan Jasa Penerbangan untuk pesawat udara
yang melakukan pendaratan di Bandar udara ditagih kepada
pemakai atau pemilik pesawat udara oleh Kabandar.
Pasal 8
Kewajiban pembayaran retribusi atas pelayanan jasa penerbangan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1) dapat dibebaskan
terhadap :
a. Pesawat Udara milik Negara Republik Indonesia;
b. Pesawat Udara yang dipergunakan untuk keperluan
pencarian dan pertolongan (search and rescue) atau kegiatan
kemanusiaan;
c. Pesawat udara khusus dipergunakan oleh Tamu Negara,
Kepala Daerah atau Kepala Pemerintahan beserta rombongan
dalam kunjungan kenegaraan di Indonesia;
d. Pesawat udara milik Departemen Perhubungan yang
dipergunakan untuk pendidikan awak kokpit pesawat udara,
kalibrasi alat bantu navigasi udara, atau kegiatan lainnya yang
berkaitan dengan pembinaan keselamatan penerbangan;
e. Pesawat udara milik perkumpulan olah raga penerbangan
yang diberikan pembebasan oleh Direktur Jenderal
Perhubungan Udara;
f. Pesawat udara militer asing yang dapat menunjukkan
rekomendasi dari Departemen Pertahanan atau Mabes TNI.
BAB V
PELAYANAN JASA PENUMPANG PESAWAT UDARA (PJP2U)
Pasal 9
Setiap penumpang pesawat udara yang berangkat dari bandar
udara dikenakan retribusi pelayanan jasa penumpang.

20
Pasal 10

1. Pemungutan retibusi pelayanan jasa penumpang dilakukan


oleh penyelenggara bandar udara di tempat lapor
pemberangkatan (chek in counter).
2. Penyelenggara bandar udara wajib memberikan kupon/stiker
kepada penumpang pesawat udara sebagai bukti pelunasan
retribusi.

Pasal 11

Kewajiban membayar retribusi pelayanan jasa penumpang


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 tidak berlaku bagi :
a. Bayi yang membayar 10% dari harga tiket pesawat udara;
b. Tamu Negara beserta rombongan dalam rangka kunjungan
kenegaraan di Indonesia;
c. Penumpang transit yang memiliki tiket penerbangan
langsung; atau
d. Awak cadangan pesawat udara yang namanya tidak
tercantum dalam daftar penumpang.

BAB VI
PELAYANAN JASA PENDARATAN, PENEMPATAN DAN PENYIMPANAN
PESAWAT UDARA

Pasal 12
1. Setiap pesawat udara yang melakukan pendaratan,
penempatan dan/atau penyimpanan diberi pelayanan jasa
pendaratan, penempatan dan/atau penyimpanan.
2. Pelayanan jasa pendaratan, penempatan, penyimpanan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikenakan retribusi.

21
Pasal 13

1. Bagi pemilik atau pemakai pesawat udara yang melakukan


penerbangan tidak berjadwal (non schedule flight), pelunasan
pembayaran retribusi jasa pendaratan, penempatan dan
penyimpanan pesawat udara diselesaikan dengan Kabandara
sebelum pesawat meninggalkan bandar udara.
2. Bagi pemilik atau pemakai pesawat udara yang melakukan
penerbangan berjadwal (schedule flight) , pelunasan
pembayaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diselesaikan dengan Kabandara setiap akhir bulan.

Pasal 14

Penagihan retribusi jasa pendaratan, penempatan dan


penyimpanan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 dibebaskan
bagi :
a. Pesawat Udara milik Negara Republik Indonesia;
b. Pesawat Udara yang dipergunakan untuk keperluan
pencarian dan pertolongan atau kegiatan kemanusiaan (SAR);
c. Pesawat udara yang khusus dipergunakan oleh Tamu Negara,
Kepala Negara atau Kepala Pemerintahan beserta rombongan
dalam kunjungan kenegaraan di Indonesia;
d. Pesawat udara, kalibrasi alat bantu navigasi udara, atau
kegiatan lainnya yang berkaitan dengan pembinaan
keselamatan penerbangan;
e. Pesawat udara milik perkumpulan olah raga penerbangan
yang diberikan pembebasan dari Direktur Jenderal
Perhubungan Udara; atau
f. Pesawat udara militer asing yang dapat menunjukkan
rekomendasi pembebasan dari Departemen Pertahanan atau
Mabes TNI.

22
BAB VII
PELAYANAN JASA PEMAKAIAN COUNTER

Pasal 15

1. Penyelenggara bandar udara memberikan pelayanan jasa


pemakaian counter kepada operator.
2. Pemakaian jasa counter sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dikenakan retribusi.

Pasal 16

1. Retribusi jasa counter sebagaimana dimaksud dalam Pasal


15 ayat (2) dibebankan pada perusahaan angkutan udara
yang bersangkutan.
2. Pembayaran retribusi jasa pemakaian counter diserahkan
kepada Kabandara.

BAB VIII
PELAYANAN JASA PENGGUNAAN BANDAR UDARA
DI LUAR JAM OPERASI

Pasal 17

1. Pemberian pelayanan jasa penggunaan bandar udara diluar


jam operasi dimaksud agar pesawat udara yang karena alasan
tertentu harus melakukan penerbangan atau pendaratan
diluar jam operasi dapat memperoleh pelayanan dari bandar
udara.
2. Perusahaan angkutan udara atau operator yang memperoleh
pelayanan jasa penggunaan bandar udara diluar jam operasi
bandar udara sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dikenakan retribusi pelayanan penggunaan bandar udara
diluar jam operasi.

23
Pasal 18

1. Setiap perusahaan angkutan udara yang memerlukan


pelayanan jasa penggunaan bandar udara diluar jam operasi
wajib mengajukan permohonan tertulis kepada Kabandara
dengan tembusan kepada Kepala Dinas.
2. Permohonan pelayanan penggunaan bandar udara diluar jam
operasi wajib diterima Kabandara selambat-lambatnya 2 (dua)
jam sebelum jam operasi tutup.
3. Pembatalan permohonan pelayanan penggunaan Bandar
udara diluar jam operasi yang diterima oleh Kabandara 1
(satu) jam sebelum berakhirnya batas waktu jam operasi
bandar udara, tidak dikenakan tarif pelayanan jasa
penggunaan bandar udara diluar jam operasi.

Pasal 19

Penggunaan retribusi pelayanan jasa penggunaan bandar udara


diluar jam operasi sebagaimana dimaksud pada Pasal 17 ayat (2)
dibebaskan bagi :
a. Pesawat Udara Negara Republik Indonesia;
b. Pesawat Udara yang dipergunakan untuk keperluan
pencarian dan pertolongan atau kegiatan kemanusiaan;
c. Pesawat udara yang khusus dipergunakan oleh Tamu Negara,
Kepala Negara atau Kepala Pemerintahan beserta rombongan
dalam kunjungan kenegaraan di Indonesia;
d. Awak kokpit pesawat udara, kalibrasi alat-alat bantu navigasi
udara, atau kegiatan lainnya yang berkaitan dengan
pembinaan keselamatan penerbangan;
e. Pesawat udara milik perkumpulan olah raga penerbangan
yang diberikan pembebasan dari Direktur Jenderal
Perhubungan Udara;
f. Pesawat udara militer asing yang dapat menunjukkan
rekomendasi pembebasan dari Departemen Pertahanan atau
Mabes TNI.

24
BAB IX
PELAYANAN PEMANFAATAN GUDANG

Pasal 20

1. Setiap orang atau badan yang memanfaatkan gudang akan


dikenakan retribusi.
2. Retribusi pemanfaatan gudang dibayar langsung oleh pemilik
barang atau agen kepada Kebandara.
3. Besaran retribusi dimaksud pada ayat (1) sebagaimana
tercantum dalam lampiran Perwa ini.

BAB X
PELAYANAN JASA SEWA DAN TANDA MASUK KAWASAN TERBATAS
DI BANDAR UDARA

Pasal 21

Pemberian pelayanan jasa sewa dan tanda masuk kawasan


terbatas di bandar udara dimaksudkan agar badan usaha, instansi,
perorangan yang berkepentingan dengan Bandar Udara
memperoleh pelayanan berupa penggunaan fasilitas bandar udara
atas dasar sewa atau pemberian tanda masuk.

Pasal 22

Pelayanan sewa, tanda masuk kawasan terbatas dan parkir


kendaraan di bandar udara meliputi :
a. Pemasangan reklame dengan menggunakan tiang pancang;
b. Penyewaan ruangan untuk tempat usaha;
c. Sewa ruangan (di dalam dan di luar terminal dan hanggar);
d. Pemasangan reklame dalam ruangan;
e. Penyewaan tanah;
f. Usaha pemasangan reklame melalui Closed Circuit Television
(CCTV);

25
g. Sewa ruangan untuk promosi peragaan produk;
h. Shooting film, pemotretan dan promosi;
i. Pemakaian ruang tunggu khusus;
j. Penggunaan conveyor oleh perusahaan penerbangan; dan/
atau
k. Tanda masuk kawasan terbatas di bandar udara (Pas orang
dan Pas kendaraan);
l. Parkir kendaraan.

Pasal 23

1. Penggunaan fasilitas Bandar udara atas dasar sewa kontrak


dilaksanakan melalui :
a. Penggunaan fasilitas secara terus menerus dilaksanakan
dalam bentuk perjanjian sewa kontrak berjangka waktu
5 (lima) tahun;
b. Perjanjian sewa mengikuti tarif yang berlaku dan
pembayaran dapat dicicil setiap bulan.
2. Perjanjian sewa dalam penggunaan fasilitas bandar udara
harus mengatur jelas hak dan kewajiban para pihak.

Pasal 24

Penggunaan fasilitas bandar udara harian dilaksanakan sebagai


berikut :
a. Pungutan dikenakan pada konsumen jasa setiap hari dan
tanda bukti pembayaran diberikan kepada orang yang
bersangkutan;
b. Pelayanan jasa atas dasar harian harus disertai kewaspadaan
yang tinggi, karena pengguna jasa dapat memasuki kawasan
terbatas di bandar udara.

Pasal 25

1. Tarif sewa lahan diperkeras berlaku juga untuk sewa lahan


dipelataran parkir dari tempat peralatan operasional di bandar
udara.
2. Tanah yang tidak dipergunakan untuk keperluaan operasional
bandar udara dapat disewakan.

26
Pasal 26

1. Penyewaan ruangan untuk kegiatan usaha selain dikenakan


tarif sewa ruangan dikenakan pungutan tambahan maksimal
5% (lima persen) dari total penjualan yang pelaksanaanya
diatur dalam perjanjian sewa antara Kabandara dengan
penyewa.
2. Pungutan tambahan dikecualikan terhadap perusahaan
penerbangan dan perusahaan ground handling.

BAB XI
GOLONGAN RETRIBUSI

Pasal 27

Retribusi Kebandarudaraan digolongkan sebagai retribusi


pelayanan jasa umum.

BAB XII
CARA MENGUKUR TINGKAT PENGGUNAAN JASA

Pasal 28

1. Tingkat penggunaan jasa diukur berdasarkan jenis pelayanan


yang diberikan.
2. Tingkat pengukuran dimaksud pada ayat (1) sebagaimana
dinyatakan dalam lampiran Peraturan Walikota.

BAB XIII
PRINSIP DAN SASARAN PENETAPAN
STRUKTUR DAN BESARNYA TARIF

Pasal 29

Prinsip dan sasaran dalam penetapan struktur dan besarnya


tarif retribusi didasarkan pada tujuan untuk menutup sebagian
atau sama dengan biaya penyelenggaraan pelayanan
kebandarudaraan dengan didasarkan pada Peraturan
Perundang-undangan tentang Tarif.

27
BAB XIV
STRUKTUR DAN BESARNYA TARIF RETRIBUSI
Pasal 30
1. Besarnya tarif retribusi digolongkan berdasarkan jenis
pelayanan.
2. Besarnya tarif retribusi dimaksud pada ayat (1) adalah
sebagaimana dinyatakan dalam lampiran Peraturan Walikota
ini.

BAB XV
TATA CARA DAN WILAYAH PEMUNGUTAN
Pasal 31
1. Retribusi dipungut dengan menggunakan SKRD atau
dokumen lain yang dipersamakan.
2. Hasil pungutan retribusi sebagai mana dimaksud pada ayat
(1) disetor ke Kas Daerah paling lambat dalam waktu (1)
hari kerja.
3. Pungutan retribusi tidak dapat diborongkan.
4. Retribusi terutang dipungut di wilayah daerah.
BAB XVI
SAAT RETRIBUSI TERUTANG
Pasal 32
Retribusi terutang dalam masa retribusi terjadi pada saat di
tetapkan SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan.
BAB XVII
TATA CARA PENERIMAAN, PENYETORAN DAN PELAPORAN
Pasal 33
1. Seluruh retribusi wajib di setor langsung ke kas daerah.
2. Penyetoran sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) wajib
disetor paling lambat 1 (satu) kali 24 jam.
3. Seluruh retribusi dikelola dalam sistem Anggaran Pendapatan
dan Belanja Daerah.

28
Pasal 34

1. Untuk penyetoran retribusi dibuka rekening bendaharawan


penerima Dinas pada bank pemerintah yang ditunjuk oleh
Walikota.
2. Bendaharawan penerima pada bandar udara membukukan
penerimaan sesuai ketentuan yang berlaku dan menyetorkan
penerimaan sebesar 4% (empat persen) dari hasil retribusi
pelayanan jasa penerbangan ke rekening bendaharawan
penerima BMG.
3. Bendaharawan penerima Kantor Dinas memantau, menerima
bukti setoran dari bendaharawan penerima sebagaimana
dimaksud dalam ayat (2) dan menyetorkan seluruh
penerimaan retribusi ke kas daerah serta melakukan penata
usahaan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
4. Tata cara pelaksanaan penyetoran administrasi keuangan dan
pengawasan diatur lebih lanjut dalam Peraturan Walikota.

Pasal 35

1. Paling lambat 1 (satu) minggu untuk penerimaan retribusi,


bendaharawan penerima pada bandar udara melaporkan
jumlah penerimaan kepada pimpinan unit kerja yang
bersangkutan.
2. Paling lambat 2 (dua) minggu setelah batas waktu penerimaan
retribusi, Pimpinan bandar udara melaporkan secara tertulis
jumlah penerimaan retribusi kepada Kepala Dinas dengan
tembusan kepada Sekretaris Daerah c.q Kepala Dinas
Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan Daerah.
3. Kepala Dinas menyampaikan laporan bulanan penerimaan
retribusi Paling lambat tanggal 7 (tujuh) bulan berikutnya
kepada Sekretaris Daerah c.q Kepala Dinas Pendapatan dan
Pengelolaan Keuangan Daerah.

29
4. Kepala Dinas paling lambat tanggal 10 (sepuluh) Januari tahun
berikutnya menyampaikan laporan tahunan yang merupakan
rekapitulasi laporan bulan retribusi kepada Sekretaris Daerah
cq Kepala Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan
Daerah.

Pasal 36

1. Retribusi yang telah dibayarkan tidak dapat dikembalikan lagi


pada wajib bayar.
2. Bukti setoran retribusi asli digunakan dan disimpan oleh wajib
bayar sesuai dengan keperluannya.

BAB XVIII
PENGAWASAN

Pasal 37

1. Walikota berwenang melakukan pembinaan dan pengawasan


terhadap pelaksanaan Peraturan Walikota
2. Dalam melaksanakan pengawasan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) Walikota menunjuk pejabat di lingkungan Dinas
Perhubungan.

BAB XIX
SANKSI ADMINISTRASI

Pasal 38

Dalam hal wajib retribusi tidak membayar tepat pada waktunya


atau kurang membayar sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7
(1), Pasal 9, Pasal 15, Pasal 20, dan Pasal 22 dikenakan sanksi
administrasi berupa denda administrasi sebesar 2% (dua persen)
setiap bulan dari retribusi yang terutang yang tidak atau kurang
bayar dan ditagih dengan menggunakan STRD.

30
BAB XXII
KETENTUAN PENUTUP

Pasal 41

Hal-hal yang belum diatur dalam peraturan walikota ini sepanjang


mengenai pelaksanaanya ditetapkan lebih lanjut oleh Walikota.

Pasal 42

Peraturan Walikota ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahui memerintahkan pengundangan


Peraturan Walikota ini dengan penempatannya dalam Berita
Daerah Kota Dumai.

Ditetapkan di Dumai
pada tanggal 05 Januari 2009

WALIKOTA DUMAI

cap/dto,

H. ZULKIFLI A.S

Diundangkan di Dumai
pada tanggal 06 Januari 2009
SEKRETARIS DAERAH KOTA DUMAI

cap/dto,

H. WAN FAUZI EFFENDI


Pembina Utama Muda NIP.19501114 197010 1 001

BERITA DAERAH KOTA DUMAI TAHUN 2008 NOMOR 01 SERI B

32
Lampiran : PERATURAN WALIKOTA DUMAI
Nomor : 03 Tahun 2009
Tanggal : 05 Januari 2009

JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK SATUAN TARIF

i. Pelayanan Jasa Penerbangan (PJP) :


1. Pelayanan Jasa Penerbangan dalam Per route unit Rp. 1.000,-
negeri
2. Pelayanan Jasa Penerbangan luar Per route unit US $ 1.95
negeri
Catatan : 4% dari tarif PJP merupakan
tarif meteorologi penerbangan
ii. Pelayanan Jasa Penumpang Pesawat Per Penumpang Rp. 9.000,-
Udara (PJP2U)
iii. Pelayanan Jasa Pendaratan, Penempatan
dan penyimpanan pesawat udara (PJP4U) :
I. PJP4U dalam negeri ;
1. Jasa Pendaratan
a. Bobot pesawat s/d 40.000 kg Tiap 1.000 kg Rp. 2.725,-
atau bagiannya

b. Bobot pesawat di atas 40.000 kg Tiap 1.000 kg Rp 99.000,- +


s/d 100.000 kg atau bagiannya Rp 3.265 ,-
tiap 1.000 kg
atau bagiannya
2. Jasa Penempatan Tiap 1.000 kg
atau bagiannya Rp. 615,-

3. Jasa Penyimpanan Rp. 625,-


JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK SATUAN TARIF

b. Bobot pesawat di atas 40.000 kg Tiap 1.000 kg US $ 0.72


s/d 100.000 kg atau bagiannya

2. Jasa Penempatan Tiap 1.000 kg US $ 1.2


atau bagiannya

3. Jasa Penyimpanan

iv. Pelayanan Jasa Pemakaian Counter


1. Penerbangan dalam negeri Per Penumpang Rp. 550,-
2. Penerbangan luar negeri Per Penumpang US $ 1.35

v. Pelayanan Jasa atas penggunaan bandar


udara di luar jam operasi.
1. Pesawat udara dengan berat sampai Per Pendaratan 50 % x tarif jasa
dengan 100 ton dikenakan biaya pendaratan
tambahan (biaya tambahan
terendah
Rp. 50.000,-)

2. Di atas 100 ton dikenakan biaya Per Pendaratan 25 % x tarif jasa


tambahan pendaratan

3. Bandara alternatif untuk pendaratan


darurat pada penerbangan lintas Per sekali lintas
(Alternate Acrodrome Over Flying).

vi. Sewa-sewa dan tanda masuk kawasan


terbatas di bandar udara
1. Pemasangan reklame dengan
menggunakan tiang pancang, selain
dikenakan sewa pemasangan reklame,
dikenakan sewa tiang pancang per m2
JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK SATUAN TARIF

2. Penyewaan ruangan yang melakukan Per konsesioner Max 5 % x total


kegiatan usaha, selain dikenakan tarif penjualan
sewa ruangan, dikenakan pungutan
tambahan (konsesi)

3. Sewa Tanah
1). Tanah tidak diperkeras Per m2 per bulan Rp. 1.000,-
2). Tanah diperkeras Per m2 per bulan Rp. 6.000,-
3). Tanah kosong untuk agrobisnis Per m2 per bulan Rp. 500,-
4. Usaha pemasangan reklame melalui Per konsesioner Max 5 % x total
Closed Circuit Televisi (CCTV) selain penjualan
dikenakan sewa ruangan, dikenakan
pungutan tambahan (konsesi)

5. Sewa ruangan untuk promosi berupa Per m2 per bulan Rp. 75.000,-
peragaan (display) produk

6. Shooting film, pemotretan dan promosi


1). Shooting film Per hari Rp. 500.000,-
2). Pemotretan Per hari Rp. 100.000,-
3). Promosi tanpa counter Per hari Rp. 25.000,-
4). Promosi dengan counter Per hari Rp. 50.000,-
7. Pemakaian ruang tunggu khusus Per orang Rp. 40.000,-
(CIP/Commercial Important Person Room)

8. Penggunaan conveyor oleh perusahaan Per penumpang Rp. 500,-


penerbangan

9. Sewa ruangan

a. Di dalam terminal
1). Terbuka tanpa AC
JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK SATUAN TARIF

b. Di luar terminal
1) Terbuka tanpa AC Per m2 per bulan Rp. 12.500,-
2) Tertutup tanpa AC Per m2 per bulan Rp. 22.500,-
3) Terbuka dengan AC Per m2 per bulan Rp. 17.500,-
4) Tertutup dengan AC Per m2 per bulan Rp. 27.500,-

10. Retribusi izin pemasangan reklame


1) Satu sisi pandang tanpa lampu Per m2 per bulan Rp. 10.000,-

2) Satu sisi pandang pakai lampu atau Per m2 per bulan Rp. 20.000,-
dua sisi pandang tanpa lampu

3) Dua sisi pandang pakai lampu atau Per m2 per bulan Rp. 5.000,-
tiga sisi pandang tanpa lampu

4) Tiga sisi pandang pakai lampu atau Per m2 per bulan Rp. 30.000,-
empat sisi pandang tanpa lampu

5) Empat sisi pandang atau lebih pakai Per m2 per bulan Rp. 120.000,-
lampu

11. Tanda masuk kawasan terbatas di


bandar udara
1). Orang
a) Umum
(1) Harian Per orang Rp. 5.000,-
(2) Bulanan Per orang Rp. 200.000,-
(3) Tahunan Per orang Rp. 2.000.000,-
b) Perusahaan Penerbangan
(1) Bulanan
(2) Tahunan

c) Non Perusahaan Penerbangan


JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK SATUAN TARIF

2). Sedan / pick-up / jeep


a) Umum
(1) Harian Per Kendaraan Rp. 5.000,-
(2) Bulanan Per Kendaraan Rp. 50.000,-
(3) Tahunan Per Kendaraan Rp. 500.000,-
b) Perusahaan Penerbangan
(1) Bulanan Per Kendaraan Rp. 6.000,-
(2) Tahunan Per Kendaraan Rp. 60.000,-
c) Non Perusahaan Penerbangan
(1) Bulanan Per Kendaraan Rp. 8.000,-
(2) Tahunan Per Kendaraan Rp. 80.000,-
3). Sepeda motor
a) Umum
(1) Harian Per Kendaraan Rp. 4.000,-
(2) Bulanan Per Kendaraan Rp. 40.000,-
(3) Tahunan Per Kendaraan Rp. 400.000,-
b) Perusahaan Penerbangan
(1) Bulanan Per Kendaraan Rp. 4.000,-
(2) Tahunan Per Kendaraan Rp. 40.000,-
c) Non Perusahaan Penerbangan
(1) Bulanan Per Kendaraan Rp. 6.000,-
(2) Tahunan Per Kendaraan Rp. 60.000,-
4). Truk / bus / tangki dsb
a) Umum
(1) Harian Per Kendaraan Rp. 6.000,-
(2) Bulanan
(3) Tahunan

b) Perusahaan Penerbangan
JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK SATUAN TARIF

c) Non Perusahaan Penerbangan


(1) Bulanan Per Kendaraan Rp. 20.000,-
(2) Tahunan Per Kendaraan Rp. 200.000,-

5). Tanda Kenal Diri


a) Umum
(1) Bulanan Per orang Rp. 15.000,-
(2) Tahunan Per orang Rp. 45.000,-

b) Perusahaan Penerbangan
(1) Bulanan Per orang Rp. 15.000,-
(2) Tahunan Per orang Rp. 45.000,-

c) Non Perusahaan Penerbangan


(1) Bulanan Per orang Rp. 15.000,-
(2) Tahunan Per orang Rp. 45.000,-

6) Sticker
a) Umum Per lembar Rp. 15.000,-
b) Perusahaan Penerbangan Per lembar Rp. 15.000,-
c) Non Perusahaan Penerbangan Per lembar Rp. 15.000,-

12. Tanda masuk kendaraan di kawasan


umum Bandar udara
1) Sedan / pick-up / jeep
(a) Harian Per Kendaraan Rp. 2.000,-
(b) Bulanan Per Kendaraan Rp. 40.000,-
(c) Tahunan

2) Sepeda motor
(a) Harian
(b) Bulanan
(c) Tahunan
JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK SATUAN TARIF

3) Truk / bus / tangki dsb


(a) Harian
(b) Bulanan Per Kendaraan Rp. 3.000,-
(c) Tahunan Per Kendaraan Rp. 60.000,-
Per Kendaraan Rp. 720.000,-
13. Parkir inap kendaraan
1) Sedan / pick-up / jeep
(a) Perjam
(b) Perhari Per Kendaraan Rp. 4.000,-
Per Kendaraan Rp. 50.000,-
2) Sepeda motor
(a) Perjam
(b) Perhari Per Kendaraan Rp. 1.500,-
Per Kendaraan Rp. 20.000,-
3) Truk / bus / tangki dsb
(a) Perjam
(b) Perhari Per Kendaraan Rp. 5.000,-
Per Kendaraan Rp. 60.000,-
14. Tanda masuk kawasan anjungan
pengantar di Bandar udara Per orang Rp. 2.000,-

WALIKOLTA DUMAI,

cap/dto,

H. ZULKIFLI A.S

39

Anda mungkin juga menyukai