Perwa 2009 No 03
Perwa 2009 No 03
B E R I TA D A E R A H
K O TA D U M A I
PERATURAN WALIKOTA DUMAI
NOMOR 03 TAHUN 2009
TENTANG
RETRIBUSI PELAYANAN KEBANDARUDARAAN DI BANDAR UDARA
PINANG KAMPAI DUMAI
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
WALIKOTA DUMAI,
12
c. bahwa Peraturan Daerah yang menjadi dasar dalam
melakukan pungutan retribusi terhadap pelayanan yang
diberikan oleh Pemko Dumai belum ditetapkan oleh DPRD
Kota Dumai;
d. bahwa dari konsultasi dan koordinasi ke Biro Hukum
Depdagri, disarankan menambah klausul diketentuan
menimbang peraturan daerah bahwa sambil menunggu
ditetapkan Peraturan Daerah Retribusi Pelayanan
Kebandaraudaraan di Bandar Udara Pinang Kampai Dumai
dipandang perlu menetapkan Peraturan Walikota dengan
persetujuan pimpinan DPRD Kota Dumai;
e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud
pada huruf a, b, c dan d dipandang perlu menetapkan
retribusi pelayanan kebandaraudaraan di Bandara Udara
Pinang Kampai di Dumai dengan Peraturan Walikota.
13
4. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang
Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4389);
5. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah
beberapa kali terakhir dengan Perubahan Kedua atas Undang-
Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Pemerintah Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor
59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4844);
6. Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2001 tentang
Keamanan dan Keselamatan Penerbangan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 9, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4075);
7. Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2001 tentang
Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2001 Nomor 119, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4139);
8. Peraturan Pemerintah Nomor 70 Tahun 2001 tentang
Kebandarudaraan, (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2001 Nomor 128, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4146);
9. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang
Pembagian Urusan Antara Pemerintah, Pemerintah Daerah
Provinsi dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2007, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4737);
10. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 40 Tahun 2000
tentang Petunjuk Pelaksanaan Tarif atas Jasa Penerimaan
Negara Bukan Pajak yang berlaku pada Direktorat Jenderal
Perhubungan Udara;
14
11. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 44 Tahun 2002
tentang Tatanan Kebandarudaraan Nasional;
12. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 45 Tahun 2002
tentang Penyerahan Penyelenggaraan Bandar Udara Umum
(Unit Pelaksana Teknis/Satuan Kerja) kepada Pemerintah
Kabupaten/Kota;
13. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 47 Tahun 2002
tentang Sertifikasi Operasi Bandar Udara;
14. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 48 Tahun 2002
tentang Penyelenggaraan Bandar Udara Umum;
15. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 28 Tahun 2003
tentang Penetapan Sementara Bandar Udara Khusus Pinang
Kampai Dumai yang dapat melayani penerbangan untuk
kepentingan umum.
MEMUTUSKAN :
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
15
6. Bandar Udara adalah Bandar Udara Pinang Kampai Dumai.
7. Kepala Bandar Udara yang selanjutnya disebut Kabandara
adalah pejabat yang mengepalai unit pelaksana teknis Bandar
Udara Pinang Kampai Dumai.
8. Pesawat Udara adalah alat angkut yang dapat terbang di
atmosfir karena daya angkut dan reaksi udara.
9. Perusahaan Angkutan Udara atau Operator adalah pihak
yang bertanggungjawab atas pengoperasian pesawat udara.
10. Penumpang atau penumpang pesawat udara adalah
penumpang (dewasa dan/atau anak-anak) yang melakukan
perjalanan dengan pesawat udara yang tidak diberikan free
baggage allowance oleh perusahaan angkutan udara dan
terdaftar sebagai awak pesawat udara.
11. Pelayanan Jasa Penerbangan (PJP) atau Route Air
Navigation Service adalah pelayanan yang diberikan kepada
penerbangan untuk penerbangan dalam negeri,
penerbangan lintas (over flying).
12. Pelayanan Jasa Penumpang Pesawat Udara (PJP2U) adalah
pelayanan yang diberikan kepada penumpang pesawat
udara sejak memasuki kawasan terminal bandar udara
hingga meninggalkan terminal bandar udara.
13. Pelayanan Jasa Pendaratan, Penempatan dan Penyimpanan
Pesawat Udara adalah.
a. Pelayanan Jasa Pendaratan adalah pelayanan yang
diberikan terhadap pesawat udara yang mendarat di
Bandar Udara;
b. Pelayanan Jasa Penempatan adalah pelayanan yang
diberikan untuk penempatan pesawat udara ditempat
terbuka di bandar udara;
c. Pelayanan Jasa Penyimpanan adalah pelayanan yang
diberikan terhadap penyimpanan pesawat udara di dalam
hanggar.
14. Pelayanan Jasa Counter adalah jasa penggunaan counter
oleh perusahaan angkutan udara.
16
15. Badan adalah lembaga pengguna jasa Bandar Udara
maskapai penerbangan, penyewa gudang, penyewa
ruangan, pemasang bilboard, dan lainnya.
16. Perorangan adalah orang perorang sebagai pengguna jasa
Bandar Udara.
17. Pelayanan Jasa Penggunaan Bandar Udara di luar jam operasi
adalah pelayanan yang diberikan kepada pengguna jasa atas
penggunaan bandar udara diluar jam operasi.
18. Pelayanan Jasa Penumpukan Barang dalam Gudang Lini I
Bandar Udara adalah pelayanan jasa penumpukan barang di
Gudang Lini I yang disediakan oleh penyelenggara bandar
udara.
19. Lahan diperkeras adalah tanah yang permukaannya dilapisi
dengan semen, aspal, lantai dan lain-lain.
20. Pelayanan Jasa Sewa dan Pas Masuk Kawasan Terbatas di
Bandar Udara adalah pelayanan atas jasa penyewaan
ruangan, lahan dan lain-lain milik bandar udara dan izin
memasuki kawasan terbatas di bandar udara.
21. Retribusi Kebandarudaraan yang selanjutnya disebut retribusi
adalah pembayaran atas pemberian jasa pelayanan
kebandarudaraan kepada orang pribadi atau badan di lokasi
bandar udara Pinang Kampai Dumai.
22. Wajib Retribusi adalah orang pribadi atau badan yang
memperoleh jasa pelayanan kebandarudaraan di bandara
Pinang Kampai Dumai.
23. Masa Retribusi adalah suatu jangka waktu tertentu yang
merupakan batas waktu bagi wajib retribusi untuk mendapat
jasa pelayanan kebandarudaraan;
24. Surat Ketetapan Retribusi Daerah Kurang Bayar selanjutnya
disingkat SKRDKB adalah surat ketetapan yang menentukan
besarnya jumlah retribusi yang terutang.
25. Surat Ketetapan Retribusi Daerah Kurang Bayar yang
selanjutnya disingkat SKRDKB adalah surat keputusan yang
menentukan besarnya jumlah retribusi yang terutang, jumlah
kredit retribusi, jumlah pembayaran pokok retribusi, besarnya
sanksi administrasi dan jumlah masih harus dibayar.
17
26. Surat Ketetapan Retribusi Daerah Kurang Bayar Tambahan
yang selanjutnya disingkat SKRDKBT adalah surat keputusan
yang menentukan tambahan atas jumlah retribusi yang telah
ditetapkan.
27. Surat Ketetapan Retribusi Daerah Lebih Bayar yang
selanjutnya disingkat SKRDLB adalah surat keputusan yang
menentukan jumlah kelebihan pembayaran retribusi karena
jumlah lebih besar daripada retribusi yang terutang atau
seharusnya terutang.
28. Surat Tagihan Retribusi Daerah yang selanjutnya disingkat
STRD adalah surat untuk melakukan tagihan retribusi dan
atau sanksi administrasi berupa bunga dan atau denda.
29. Surat Keputusan Keberatan adalah surat keputusan atas
keberatan terhadap SKRD atau dokumen lain yang
disamakan, yang diajukan oleh Wajib Retribusi.
BAB II
NAMA, OBJEK DAN SUBYEK RETRIBUSI
Pasal 2
Pasal 3
Pasal 4
18
BAB III
JENIS PELAYANAN KEBANDARUDARAAN
Pasal 5
BAB IV
PELAYANAN JASA PENERBANGAN (PJP)
Pasal 6
19
Pasal 7
1. Pemberian pelayanan jasa penerbangan sebagaimana
dimaksud dalam pasal 6 ayat (2) dikenakan retribusi jasa
pelayanan penerbangan.
2. Retribusi Pelayanan Jasa Penerbangan untuk pesawat udara
yang melakukan pendaratan di Bandar udara ditagih kepada
pemakai atau pemilik pesawat udara oleh Kabandar.
Pasal 8
Kewajiban pembayaran retribusi atas pelayanan jasa penerbangan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1) dapat dibebaskan
terhadap :
a. Pesawat Udara milik Negara Republik Indonesia;
b. Pesawat Udara yang dipergunakan untuk keperluan
pencarian dan pertolongan (search and rescue) atau kegiatan
kemanusiaan;
c. Pesawat udara khusus dipergunakan oleh Tamu Negara,
Kepala Daerah atau Kepala Pemerintahan beserta rombongan
dalam kunjungan kenegaraan di Indonesia;
d. Pesawat udara milik Departemen Perhubungan yang
dipergunakan untuk pendidikan awak kokpit pesawat udara,
kalibrasi alat bantu navigasi udara, atau kegiatan lainnya yang
berkaitan dengan pembinaan keselamatan penerbangan;
e. Pesawat udara milik perkumpulan olah raga penerbangan
yang diberikan pembebasan oleh Direktur Jenderal
Perhubungan Udara;
f. Pesawat udara militer asing yang dapat menunjukkan
rekomendasi dari Departemen Pertahanan atau Mabes TNI.
BAB V
PELAYANAN JASA PENUMPANG PESAWAT UDARA (PJP2U)
Pasal 9
Setiap penumpang pesawat udara yang berangkat dari bandar
udara dikenakan retribusi pelayanan jasa penumpang.
20
Pasal 10
Pasal 11
BAB VI
PELAYANAN JASA PENDARATAN, PENEMPATAN DAN PENYIMPANAN
PESAWAT UDARA
Pasal 12
1. Setiap pesawat udara yang melakukan pendaratan,
penempatan dan/atau penyimpanan diberi pelayanan jasa
pendaratan, penempatan dan/atau penyimpanan.
2. Pelayanan jasa pendaratan, penempatan, penyimpanan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikenakan retribusi.
21
Pasal 13
Pasal 14
22
BAB VII
PELAYANAN JASA PEMAKAIAN COUNTER
Pasal 15
Pasal 16
BAB VIII
PELAYANAN JASA PENGGUNAAN BANDAR UDARA
DI LUAR JAM OPERASI
Pasal 17
23
Pasal 18
Pasal 19
24
BAB IX
PELAYANAN PEMANFAATAN GUDANG
Pasal 20
BAB X
PELAYANAN JASA SEWA DAN TANDA MASUK KAWASAN TERBATAS
DI BANDAR UDARA
Pasal 21
Pasal 22
25
g. Sewa ruangan untuk promosi peragaan produk;
h. Shooting film, pemotretan dan promosi;
i. Pemakaian ruang tunggu khusus;
j. Penggunaan conveyor oleh perusahaan penerbangan; dan/
atau
k. Tanda masuk kawasan terbatas di bandar udara (Pas orang
dan Pas kendaraan);
l. Parkir kendaraan.
Pasal 23
Pasal 24
Pasal 25
26
Pasal 26
BAB XI
GOLONGAN RETRIBUSI
Pasal 27
BAB XII
CARA MENGUKUR TINGKAT PENGGUNAAN JASA
Pasal 28
BAB XIII
PRINSIP DAN SASARAN PENETAPAN
STRUKTUR DAN BESARNYA TARIF
Pasal 29
27
BAB XIV
STRUKTUR DAN BESARNYA TARIF RETRIBUSI
Pasal 30
1. Besarnya tarif retribusi digolongkan berdasarkan jenis
pelayanan.
2. Besarnya tarif retribusi dimaksud pada ayat (1) adalah
sebagaimana dinyatakan dalam lampiran Peraturan Walikota
ini.
BAB XV
TATA CARA DAN WILAYAH PEMUNGUTAN
Pasal 31
1. Retribusi dipungut dengan menggunakan SKRD atau
dokumen lain yang dipersamakan.
2. Hasil pungutan retribusi sebagai mana dimaksud pada ayat
(1) disetor ke Kas Daerah paling lambat dalam waktu (1)
hari kerja.
3. Pungutan retribusi tidak dapat diborongkan.
4. Retribusi terutang dipungut di wilayah daerah.
BAB XVI
SAAT RETRIBUSI TERUTANG
Pasal 32
Retribusi terutang dalam masa retribusi terjadi pada saat di
tetapkan SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan.
BAB XVII
TATA CARA PENERIMAAN, PENYETORAN DAN PELAPORAN
Pasal 33
1. Seluruh retribusi wajib di setor langsung ke kas daerah.
2. Penyetoran sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) wajib
disetor paling lambat 1 (satu) kali 24 jam.
3. Seluruh retribusi dikelola dalam sistem Anggaran Pendapatan
dan Belanja Daerah.
28
Pasal 34
Pasal 35
29
4. Kepala Dinas paling lambat tanggal 10 (sepuluh) Januari tahun
berikutnya menyampaikan laporan tahunan yang merupakan
rekapitulasi laporan bulan retribusi kepada Sekretaris Daerah
cq Kepala Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan
Daerah.
Pasal 36
BAB XVIII
PENGAWASAN
Pasal 37
BAB XIX
SANKSI ADMINISTRASI
Pasal 38
30
BAB XXII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 41
Pasal 42
Ditetapkan di Dumai
pada tanggal 05 Januari 2009
WALIKOTA DUMAI
cap/dto,
H. ZULKIFLI A.S
Diundangkan di Dumai
pada tanggal 06 Januari 2009
SEKRETARIS DAERAH KOTA DUMAI
cap/dto,
32
Lampiran : PERATURAN WALIKOTA DUMAI
Nomor : 03 Tahun 2009
Tanggal : 05 Januari 2009
3. Jasa Penyimpanan
3. Sewa Tanah
1). Tanah tidak diperkeras Per m2 per bulan Rp. 1.000,-
2). Tanah diperkeras Per m2 per bulan Rp. 6.000,-
3). Tanah kosong untuk agrobisnis Per m2 per bulan Rp. 500,-
4. Usaha pemasangan reklame melalui Per konsesioner Max 5 % x total
Closed Circuit Televisi (CCTV) selain penjualan
dikenakan sewa ruangan, dikenakan
pungutan tambahan (konsesi)
5. Sewa ruangan untuk promosi berupa Per m2 per bulan Rp. 75.000,-
peragaan (display) produk
9. Sewa ruangan
a. Di dalam terminal
1). Terbuka tanpa AC
JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK SATUAN TARIF
b. Di luar terminal
1) Terbuka tanpa AC Per m2 per bulan Rp. 12.500,-
2) Tertutup tanpa AC Per m2 per bulan Rp. 22.500,-
3) Terbuka dengan AC Per m2 per bulan Rp. 17.500,-
4) Tertutup dengan AC Per m2 per bulan Rp. 27.500,-
2) Satu sisi pandang pakai lampu atau Per m2 per bulan Rp. 20.000,-
dua sisi pandang tanpa lampu
3) Dua sisi pandang pakai lampu atau Per m2 per bulan Rp. 5.000,-
tiga sisi pandang tanpa lampu
4) Tiga sisi pandang pakai lampu atau Per m2 per bulan Rp. 30.000,-
empat sisi pandang tanpa lampu
5) Empat sisi pandang atau lebih pakai Per m2 per bulan Rp. 120.000,-
lampu
b) Perusahaan Penerbangan
JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK SATUAN TARIF
b) Perusahaan Penerbangan
(1) Bulanan Per orang Rp. 15.000,-
(2) Tahunan Per orang Rp. 45.000,-
6) Sticker
a) Umum Per lembar Rp. 15.000,-
b) Perusahaan Penerbangan Per lembar Rp. 15.000,-
c) Non Perusahaan Penerbangan Per lembar Rp. 15.000,-
2) Sepeda motor
(a) Harian
(b) Bulanan
(c) Tahunan
JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK SATUAN TARIF
WALIKOLTA DUMAI,
cap/dto,
H. ZULKIFLI A.S
39