Anda di halaman 1dari 5

“114L1Y1”

Pembukaan*

Kaliya seorang anak yang telah pulang dari pesantren. Selama dia tinggal di rumahnya ia mulai
mendapatkan gangguan-gangguan. Karena teror-teror yang dia dapatkan, ia mulai mencari tau apa
yang menyebabkan ia mendapat gangguan tersebut.

*Kring, kring, kring* bunyi suara telpon.

Kaliya : halo?

Ibu : Kaliya, kamu ga apa-apa kan kalau di rumah berdua doang sama adek?

Kaliya : iya ga apa-apa, Bu

Saat pagi, Kaliya memutuskan untuk berjalan-jalan di sekitar daerah rumah. Saat berjalan ia
mendengar seseorang memanggil nya.

? : Kal?

Kaliya : uh.., siapa ya?

? : Masa lupa sih.

Kaliya : ...

Mara : Mara, ingat ga?. Aku temen kamu waktu SMP.

Kaliya : oh! Mara, maaf aku nga nyadar kalau itu kamu, Mar.

Mara : ga apa-apa, kamu lagi jalan-jalan ya?

Kaliya : iya.

Mara : aku ikut boleh kan!

Kaliya pun memperbolehkan Mara ikut bersama nya. Mereka pun membahas masa-masa SMP
mereka. Tapi, Kaliya merasa seperti ada yang mengikuti mereka dari belakang. Tiba-tiba ada seorang
wanita yang memukul Kaliya dengan kayu.

*Buk*

Mara : KAL!?

? : SETAN! DASAR SETAN!

Mara : pergi kamu dasar gila!

Pandangan Kaliya mulai kabur. Mara yang panik pun berteriak ke arah wanita tersebut,
membuat beberapa orang berkumpul untuk menonton Kaliya. Saat itu ada yang memperhatikan
mereka berdua dari jauh. Kaliya di antar ke rumahnya. Tidak lama kemudian kaliya pun siuman, dan
dia bertanya ke Mara siapa wanita yang memukul nya tadi.
Kaliya : Mara, tadi itu siapa ya..?

Mara : ...

Kaliya : Mar?

Mara : dia itu ibunya, Hanna. Kamu tau kan kejadian sebelum kamu pindah SMP...

Mara pun menceritakan kejadian ketika mereka SMP. Hanna adalah gadis yang berbakat dan
pintar, dia juga sangat Samah terhadap semua orang. Tapi pada suatu saat Hanna ditemukan mati
tertusuk dengan pisau, dan sampai sekarang pelakunya belum di temukan sama sekali. Hal tersebut
membuat mental ibu Hanna terganggu, dan sering memukul wanita yang lewat di depan nya. Maya
juga mengatakan mungkin pelakunya adalah wanita.

Sudah 2 hari Hanna tinggal disitu, dia juga sudah mulai dekat dengan orang-orang disana.
Sampai pada malam hari dia mendapatkan sebuah paket.

Kaira : kak Kal, ada paket ni.

Kaliya : paket? Sini coba aku liat.

Kaira : nih, adek ke kamar dlu ya.

Kaliya : iya

Saat kaliya membuka paket tersebut, tercium bau amis. Kaliya yang ingin tau apa isi paket
tersebut tetap membuka nya. Terlihat sebuah surat dan sesuatu yang di bungkus. Kaliya pun
menyadari bahwa bau amis tersebut berasal dari sesuatu yang di bungkus pun membukanya.
Terlihat sebuah jari, sontak hal tersebut membuat kaliya berteriak.

Paginya, Kaliya menceritakan kejadian tersebut ke Mara.

Mara : jadi isi surat nya apa?

Kaliya : aku belum baca sih...

Mara : kamu bawa kan surat nya? Sini aku liat

Kaliya pun mengeluarkan surah tersebut dari kantong bajunya. Mara pun mulai membacanya,
di sana tertulis sebuah angka yang menunjukkan siapa pembunuh dari Hanna. Mereka pun
kebingungan, tetapi tidak lama dari itu terdengar suara pecahan kaca dan terlihat Kaira yg
tangannya tergores Karna terkena pecahan kaca tersebut. Dan di situ juga terdapat ibu Hanna yang
melemparkan kaca tersebut ke arah kaira.

Ibu Hanna : PEMBUNUH, SETAN, IBLIS!!

Mara : Pergi dari sini! Atau saya panggil polisi!

Kaliya : kaira! Ayo kedalam kakak obati.

Terlihat dari kejauhan ada seseorang yang memperhatikan mereka. Tidak lama kemudian,
terdengar berita bahwa ibu Hanna di bunuh oleh seseorang. Tidak butuh waktu yang lama berita
tersebut tersebar dengan cepat. Kaliya yang panik menelpon Mara untuk datang kerumahnya.

Kaliya : Mar, aku takut. Apa ini gara-gara aku ya..

Mara : Kal, tenang. Ini bukan salah kamu.


Kaliya: tapi-

Mara: kamu sadar ga, kalau dari kemarin ada yang memperhatikan kita.

Kaliya: m-maksud kamu, Mar?

Mara : kemungkinan pelaku yang ngebunuh Ibu Hanna itu sama, sama pelaku yang ngebunuh
Hanna. Dan mungkin dia orang yg selalu memperhatikan kita.

Kaliya: kalau dia yang memperhatikan kita, kenapa mereka yang di bunuh?

Mara : bukan gitu, Kal. Tapi setiap kita ketemu sama ibunya Hanna, kita baru merasakan ada yg
ngikutin.

Kaliya : Mar... Aku takut.

Mara : ga apa-apa. Kali ini aku nginap di rumah kamu. Biar kalau ada apa-apa aku bisa ngelindungin
kamu.

Saat malam hari. Mereka yang gelisah kesulitan untuk tidur, memutuskan untuk menceritakan
kehidupan mereka selama berpisah.

Mara : hahaha, jadi kamu enak ya.

Kaliya : maksud kamu, Mar?

Mara : yah... Orang tua aku udah cerai dari lama. Makanya aku hidup sendirian. Dan juga 2 tahun
lalu ibu aku bunuh diri, gara-gara stress berat. Dan juga ayah aku ngebawa lari semua duit ibu aku.

Kaliya: Mar... Maafin aku ya, udh buat kamu cerita in masalah kamu..

Mara : haha, ga apa-apa. Udah malam nih tidur yu.

Kaliya : oke..

Kaliya pun mematikan lampu. Tidak berselang lama terdengar suara berisik dari arah luar.
Kaliya yang kebangun panik, karena tidak adanya Mara di sebelah nya. Merasa panik karena suara
dari luar dan Mara yang hilang, Kaliya pun mengecek keadaan diluar. Di suatu ruang ia mendengar
arah suara tersebut. Di sana ia melihat Mara yang sedang diam-diam mengambil perhiasan milih ibu
Kaliya.

Kaliya : M-mar..

Mara : h-huh, K-kal. I-ini ga seperti yang kamu liat k-kok

Kaliya : kamu kok tega banget..

Kaliya yang marah pun menarik tangan Mara, ia membawa Mara ke kamar Kaira. Di situ Kaliya
ribut dengan Mara.

Kaliya : Mar!? Kamu kok tega!

Kaira : k-kak..?

Mara : aku kan cuman ngambil beberapa ga banyak!

Kaliya: beberapa!? Tapi itu kan tetep ga boleh!


Kaira : kak, tenang dulu. Kok tiba-tiba ribut..?

Kaliya : Mara, dia ngambil perhiasan mama!

Mara : aku kan cuman ngambil beberapa!

Kaira : tenang dulu, bahas baik-baik dulu.

Kaliya : jangan-jangan.. kamu yang bunuh ibunya Hanna sama Hanna kan!?

Mara : atas dasar apa kamu nuduh aku!?

Kaliya : kamu tau kan kalau saat kematiannya ibu Hanna, katanya barang-barang ibu Hanna di ambil
juga-!

Mara : lalu kamu kira abis aku ngambil perhiasan kamu aku bunuh kamu sama adek kamu gitu!

Kaira : k-kak tenang!

Kaliya : kamu emang ga pernah berubah, dulu kamu suka malakin Hanna kan!

Mara : kamu kan-!

Tiba-tiba lampu padam dengan sendirinya. Mereka pun mulai panik, tetapi Kaira memutuskan
untuk memperiksa keadaan saklar lampu. Kaliya dan Mara hanya bisa saling diam, Karna kejadian
tadi. Tiba-tiba Mara berbicara.

Mara : aku tau siapa pembunuh Hanna sama Ibunya.

Kaliya : s-siapa?

Mara : ga usah pura-pura ga tau.

Kaliya : maksud kamu?

Mara : kan udah jelas siapa

Kaliya yang mendengar siapa pelakunya pun kaget. Posisi berpindah ke Kaira yang sedang
memperbaiki saklar lampu. Tiba-tiba saat lampunya sudah hidup, ada seseorang yang ingin
menusuk-nya. Ia yang menyadari nya, reflek menghindari dan berlari ke dalam rumah untuk
meminta tolong kepada sang kakak.

Kaira : KAK! TOLONG!

? : Berhenti.

Orang tersebut melempar pisau dari tangan nya, dan itu membuat Kaira saat ingin menghindar
terpeleset karena darah dilantai.

Kaira : KAK! TOLONG AKU TAKUT!

Jerit Kaira dengan takut, saat orang tersebut kamu menusuk kaila dengan pisau. Kaliya datang
dari belakang dan memukul orang tersebut dengan panci.

Kaliya : h-huh...

Kaira : kakak! Aku takut.

Kaliya langsung memeluk kaira dengan erat.


Kaliya : tenang, kakak disini

Kaira : kak... KAKAK AWAS!

Kaliya : aakh!

? : Dasar kaliya sialan.

Kaliya : dek lari! Telpon polisi!

Kaira : tapi-

Kaliya : CEPAT!

? : lihat lah dirimu apa kau berpikir masih bisa selamat?

Kaliya : Lisa.

Orang tersebut pun membuka topengnya.

Lisa : ternyata kau menyadari nya.

Kaliya : apa mau mu... Pembunuh.

Lisa : dasar tidak tau diri.

Lisa mulai menyerang Kaliya. Kaliya pun terpojok, Lisa berusaha menusuk Kaliya di bagian
jantung. Saat sedikit lagi tertusuk, Kaliya menendang Lisa. Lisa yang semakin kesal pun melempar
pisau nya ke arah Kaliya, bagian pundaknya tergores karena pisau tersebut. Tiba-tiba Kaira datang
dan berusaha melepaskan pisau dari tangan Lisa. Lisa yang mulai terpojok, malah menusuk perut
Kaira. Polisi yang sudah sampai, menahan pergerakan Lisa.

Dirumah sakit Kaliya menjenguk Kaira.

Kaira : kak...

Kaliya : ya?

Kaira : kak Mara, katanya di bunuh juga ya...?

Kaliya : iya.

Kaira : kakak ga sedih...?

Dengan tatapan kosong dan senyuman, kaliya menjawab.

Kaliya : dia.. memang pantas mendapatkan nya.

Anda mungkin juga menyukai