Bursa taruhan Soccerstats memberi probabilitas scudetto 14,02 bagi
Juventus dan berada di posisi unggulan keempat setelah Lazio. Begitu besarnya pengaruh seorang Zidane sampai bursa berpengaruh di Italia, Italian Bet, hanya menempatkan rekor juara liga ini di urutan keenam. Dengan taruhan 15,8 berarti peluang I Bianconeri untuk merebut scudetto 2001/02 lebih kecil ketimbang AC Parma, yang memiliki probabilitas lebih baik 1,6. Faktor lain yang cukup mempengaruhi kepercayaan bursa meluntur pada Juventus adalah gagalnya pembelian dua gelandang rising star Perugia, Fabio Liverani dan Davide Baiocco. Nama pertama justru lebih memilih SS Lazio. Fakta ini juga diperkuat dengan hengkannya bomber Filippo Inzaghi ke AC Milan dan dilengkapi oleh gagalnya pembelian Christian Vieri. Semula Vieri diharapkan bisa membantu merebut scudetto seperti dilakukannya pada 1997-98. Skenario yang gagal Si Nyonya Besar seperti kehilangan induk. Tanpa harus membuat klub yang sudah ada sejak 1897 ini salah tingkah. Beruntung polemik tidak berlangsung lama. Direktur Transfer Luciano Moggi mengungkapkan bahwa Juventus mendatangkan kembali pelatih kawakan Marcello Lippi. Pelatih kelahiran 12 April 1948 ini menjadi kunci dari segala sukses yang diraih Juventus pada tahun-tahun berikutnya. Lippi resmi kembali setelah menandatangani kontrak pada 26 Agustus 2001. Kehadiran Lippi tentu kenangan para Juventini membekali Lippi memutuskan kembali ke klub pada 7 Februari. Ada celah yang bisa untuk kembali mengankat pamor Juventus. Rekor transfer dunia saat melepas Zinedine Zidane membuat Lippi punya banyak dana untuk membeli pilarpilar baru. Orang pertama yang akan dibeli adalah Pavel Nedved yang bersikeras untuk membuat pilihan sulit. Potensi besar yang dimiliki Nedved membuat Lippi tidak segan membayar transfernya dengan harga tinggi, apalagi Lazio saat itu sangat membutuhkan dana segar untuk mengisi neraca keuangannya yang terus bergerak negatif. Pada 12 Juli 2001, pemilik tendangan geledek itu resmi mengikat kontrak bersama Juventus dengan harga fantastis, 25,5 juta poundsterling. Meski lebih rendah dari Zidane, angka ini banyak membuat orang terkaget-kaget. Pasalnya belum ada dalam sejarah Lega Calcio sebuah klub membayar pemain asal Ceko begitu tinggi. Apalagi Juventus baru “mengenal” pemain- pemain Eropa Timur setelah Zbigniew “Zibi” Boniek, yang bermain sepanjang 1982-85. Zibi adalah salah satu pemain kesayangan mendiang Gianni Agnelli. Ia kerap memanggil Zibi dengan nama Bello di Notte (Nighty Beauty). Panggilan ini diberikan oleh bos Fiat itu karena Zibi lebih sering bermain cantik pada pertandingan yang dimainkan pada malam hari. Meski Juventus kental dengan trademark stranieri, kebanyakan yang datang adalah pemain dari Eropa Barat. Karena itu jangan heran pemain berbakat sekelas Darko Kovacevic bisa tidak berkembang di sana. Bintang Yugoslavia itu baru bisa berkembang setelah bermain bersama klub La Liga Spanyol, Real Sociedad.