mencatat, dictator Fasis Benito Mussolini pernah memanfaatkan sepak bola demi kepopuleran paham fasis-nya. Pada akhir tahun 80-an banyak yang mengkritik tentang cara bermain kesebelasan Italia yang ekstra bertahan. Itu jelas kritikan yang salah. Bagaimanapun, catenaccio tetaplah salah satu seni dalam sepak bola. Dengan pasukan catenaccio ini pulalah Italia berhasil menyabet 3 kali gelar dunia dan 1 kali gelar Eropa. Alasan kami mengambil judul, Geliat persepak bolaan Italia dalam pentas dunia karena kami ingin agar pembaca lebih tahu tentang bagaimana sejarah persepak bolaan di Italia dan sepak terjang negeri pizza ini dalam pentas dunia.
1.3.
Tujuan
Makalah ini tidak begitu saja kami buat, tetapi ada tujuannya juga, yaitu : 1) Agar pembaca mengetahui secara pasti prestasi apa sajakah yang telah berhasil diukir timnas Italia. 2) Supaya pembaca mengetahui lebih mendalam taktik pertahanan gerendel milik Italia
3) Agar pembaca mengerti siapa sajakah orang di balik kesuksesan timnas Italia di ajang dunia.
1.5.
perpustakaan umum, milik sendiri, dan pinjam dari teman. Dalam penulisan ini kami menggunakan metode Deskriptif Kualitatif atau dengan banyak membaca buku.
PEMBAHASAN
2.1. SEJARAH PERKEMBANGAN SEPAK BOLA DI ITALIA
Belum ada Paolo Maldini, tak ada Gianluigi Buffon, Francesco Totti pun belum lahir. Tidak ada pula pemain top mancanegara semacam Kaka, Sheva, Ronaldo, ataupun Zidane. Lebih dari berabad-abad silam, belum ada bintangbintang lapangan hijau di Italia. Namun, sepak bola sudah sangat membumi antusiasme besar berlimpah sudah terlihat pada masyarakat Italia sejak dahulu kala. Jauh sebelum pelaut-pelaut Inggris, Swiss, dan Skotlandia memperkenalkan sepak bola pada abad-19, bangsa Italia sudah mengenal sejenis olahraga yang mirip sepak bola. Pada abad ke-15, sudah terlihat remaja-remaja Fiorence bermain olahraga yang dinamakan Guico Del Calcio Fiorentina di beberapa tanah lapang di kota ini yang sekilas mirip sepak bola. Bahkan, jauh sebelum itu, kekaisaran Romawi kuno biasanya mengadakan pertandingan mengolah bola yang dinamakan Piede Palla. Giovanni de Bardi seorang penulis Italia dalam bukunya yang berjudul Discorso Sopra II Gioco del Calcio Fiorentino juga menggambarkan dengan jelas bagaimana olahraga kuno yang dimainkan dengan tangan dan kaki menggunakan sebuah kulit bulat berkembang luas. De Bardi menegaskan bahwa saat itu olahraga ini tidak hanya dimainkan di Florence saja, tetapi di beberapa kota juga ada seperti Bologna, Padova, Urbino, Mantova, dan Venezia. Pendapat De Bardi dikuatkan Antonio Scaino dalam sebuah buku berjudul Trattato Del Gioco Della Palla. Dalam bukunya itu Scaino menyebutkan bahwa ketika sekolah-sekolah di Inggris mulai mengembangkan sepak bola modern, di Italia perkembangan itu juga terjadi. Hanya tidak serapi dan terorganisasi dengan baik seperti di Inggris. Selain tidak rapi, ada kendala lain yang muncul. Seperti larangan yang dikeluarkan pemerintah setempat. Larangan itu muncul karena banyaknya Insiden yang terjadi pada olahraga itu. Akibat temperamen penduduk
yang mudah meledak, nyaris setiap kali dimainkan, olahraga itu selalu berujung dengan kekerasan.
2.1.1.
penduduk tak bisa dibendung. Tak heran pelaut-pelaut Inggris memperkenalkan sepak bola modern itu ketika di Florence. Sepak bola langsung berkembang dengan sangat cepat. Pemerintah setempat mulai mencabut larangan mereka karena sepak bola modern yang penuh dengan peraturan dianggap dapat mencegah kekerasan. Sejak 1863, ketika FA berdiri di Inggris mulailah penyebaran sepak bola ke penjuru dunia, termasuk Italia. Di Italia pelaut-pelaut itu pertama-tama mengunjungi Turin, Milan, dan Genoa. Sedikit demi sedikit sepak bola modern mulai marasuk di jiwa penduduk Italia, khususnya kawasan Turin, Milan, dan Genoa. Lapangan dengan standar FA pun dibuat. Tak hanya itu, beberapa kompetisi tingkat lokal dan satu lagi untuk kaum pendatang. Melihat kondisi itu, tak butuh waktu yang lama untuk menuggu berdirinya sebuah klub sepak bola. Benar saja, pada tahun 1890 berdirilah klub sepak bola pertama di Italia, namanya Internazionale Torino, disusul Pro Vercelli (1892), dan Genoa Cricket and Football Club pada 7 September 1893 (kini berganti nama Genoa 1893). Bagai cendawan di musim hujan, klub-klub lain pun berdiri, tak lama berselang Udinese pada 1896, Juventus (1897), Milan (1899) dan lain-lain.
2.1.2.
lokal dan pendatang lenyap. Kompetisi amatir itu pun bergabung pada 1897. Geliat sepak bola Italia memuncak pada 1898 sebuah pertemuan antara berbagai kalangan pecinta sepak bola di Italia diadakan di kota Turin.
Hasil pertemuan yang diadakan pada 15 Maret 1898 itu adalah terbentuknya sebuah organisasi yang khusus mengurusi sepak bola Italia. Organisasi itu dinamakan Federazione Italiana Gioco Calcio atau disingkat dengan FIGC dengan empat klub sebagai anggota, yakni : Genoa, FC Torinose, Internazionale Of Torino dan Gymnastic Society of Torino. Sementara klub-klub lain belum menyatakan kesediaannya untuk bergabung. Saat itulah titik tolak sepak bola modern di Italia di mulai. Tonggak sejarah dan momen yang dinanti-nantikan masyarakat Italia akhirnya terjadi juga. Yaitu dengan terbentuknya sebuah kompetisi resmi yang terjadi setelah 2 bulan berdirinya FIGC. Kompetisi kecil selama satu hari pada tanggal 8 Mei 1898 yang diselenggarakan FIGC itu terselenggara berkat dukungan kuat dari penguasa yang ada saat itu yakni Royal House Of Savoy. Kompetisi kecil ini akhirnya dimenangkan oleh Genoa dan piala diserahkan oleh Duca Degli Abruzzi, anggota Royal House Of Savoy. Melihat kompetisi itu berjalan dengan sangat lancar, semakin banyak klubklub yang berminat masuk ke dalam keanggotaan FIGC. Bahkan, pada tahun 1908, FIGC harus memecah kompetisi menjadi 2 wilayah bagian, yaitu utara dan selatan. Ini dikarenakan banyaknya klub yang ingin ikut ambil bagian dalam kompetisi yang diselenggarakan FIGC. Pada saat itulah sepak bola modern Italia mengalami fase perkembangan pesat.
Untuk menguji ketangguhan tim racikan Umberto Meazza itu, diadakanlah sebuah partai persahabtan melawan timnas Perancis. Pertandingan persahabatan melawan Perancis itu diadakan di stadion Civico Arena, Milan pada tanggal 15 Mei 1910. Tampil sebagai kapten kesebelasan dari Italia adalah Francesco Cali, seorang pemain kebanggaan SS Doria. Hasil pertandingan itu menakjubkan dan sangat memuaskan. Italia mencetak rekor membanggakan pada pertandingan debut itu. Perancis dihajar telak 6 2. Tampil sebagai pahlawan adalah penyerang asal AC Milan, Pietro Lana yang mencetak hat-trick. Hat-trick Lana itu juga mencatatkan sejarah sebagai hat-trick pertama Italia dan juga kemenangan pertama Italia di pentas Internasional. Satu ancaman bagi sepak bola dunia telah terjadi akibat kelahiran tim nasional Italia yang kelak berjuluk Gli Azzuri.
Tak pelak antusiasme public Italia pun meledak-ledak. Termasuk dictator Fasis Benito Mussolini. Dia sangat bernafsu karena ajang ini dinilai sebagai alat yang efektif untuk propaganda paham fasisnya. Mussolini ingin Italia dikenal dunia dan diakui kebesarrannya sehingga pengaruhnya akan makin luas. Demi ambisinya itu, Mussolini tidak segan-segan ancaman bengis. Tim asuhan Vittorio Pozzo harus bisa jadi juara. Jika gagal siap-siap saja kepala Vittorio Pozzo dan tim asuhannya dipenggal. Saking berambisinya juara, para pemain Italia diberi menu latihan khusus di tempat isolasi. Bahkan, para pemain lebih mirip disiapkan untuk perang dibanding bermain bola. Namun hasil gemblengan itu mengesankan mental para pemain menjadi kuat. Meski dibayang-bayangi ancaman pemenggalan pemain tidak grogi. Italia melenggang mulus dibabak awal setelah mengalahkan AS 7-1 dan diperempat final mengalahkan Spanyol 1-0. Semangat pun makin membumbung setelah mengalahkan Austria 1-0 di semifinal. Di partai final, pemain Italia berjuang seperti tentara di medan perang. Italia akhirnya berhasil mengalahkan Cekoslowakia di final dengan skor 2-1. Italia menjadi juara dan selamatlah nyawa skuad Gli Azzuri. Skuad juara Italia Pelatih Formasi Pemain inti : Vittorio Pozzo : 2-3-2-3 : Combi, Monzeglio, Ferraris, Monti, Allemandi, Bertolin, Guaita, Ferrari, Meazza, Orsi, Schiavo.
merebut emas olimpiade. Sebuah raihan hebat mengingat Pozzo hanya mengandalkan pemain-pemain muda yang miskin pengalaman. Di saat-saat akhir penentuan pemain yang akan dibawa, Pozzo tiba-tiba memilih untuk membawa pemain muda yang berasal dari beberapa perguruan tinggi bahkan ada yang belum pernah bermain di kompetisi local. Pozzo lalu melatih mereka bagaimana cara bermain menggunakan taktik andalannya, Metodo. Berangkat ke Berlin dengan tekad penuh, para pemain yang rata-rata berumur 21 tahun itu pulang dengan membawa medali kemenangan. Dipimpin oleh Annibale Frossi yang bermain menggunakan kacamata. Italia menundukkan Austria dengan skor 2-1 di babak Final. Kedua gol kemenangan Italia dilesakkan Frossi. Emas pertama dan satu-satunya hingga saat ini. Setelah sekian puluh tahun lamanya, prestasi di Olimpiade 1936 tak juga mampu diulang. Terakhir, di Olimpiade 2004 yang diadakan di Athena, Yunani, Italia hanya meraih medali perunggu setelah di kalahkan Argentina, 0-3 di semifinal. Perunggu itu merupakan perunggu kedua setelah pada tahun 1928 Italia juga meraih perunggu. Skuad emas Olimpiade 1936 Pelatih Formasi Pemain inti = Vittorio Pozzo = 2-3-2-3 = Venturini, Foni, Rava, Baldo, Diccini, Locatelli, Mancini, Biagi, Frossi, Bertoni, Gabrioto.
yaitu Austria tapi ternyata Austria dicoret sehingga membuat Italia di atas kertas menjadi tim terkuat. Status itu membuat Pozzo makin rajin berinovasi. Meski sudah mempunyai trio pemain terbaik dunia kala itu (Colaussi, Piola, dan Meazza) Pozzo tetap merumuskan taktik yang lebih jitu. Seolah belum yakin benar dengan strateginya yang lama. Strategi metodo, racikan yang sukses mengantarkan Italia menjuarai Piala Dunia 1934 sedikit diperbarui. Pozzo memperkenalkan posisi stopper ke timnya. Hilangnya Austria dari perhelatan ternyata tak mengurangi ancaman terhadap Italia. Jerman mencoba menggunakan berbagai cara untuk memenangkan turnamen ini. Enam bintang tim Austria direkrut tim panser. Untunglah tim bajakan Austria ini kalah dari Swiss di babak pertama. Lawan terberat lainnya adalah Brasil. Negara yang diperkuat pemain genius Leonidas da Silva. Benar saja, akhirnya Brasil bertemu Italia di semi final. Beruntunglah Italia, pelatih Brasil Pimenta melakukan blunder. Karena menganggap Italia tim enteng. Pimenta menyimpan Leonidas untuk final kesempatan ini tak dilewatkan Pozzo. Brasil ditekuk 2-1. sejarah pun terjadi Italia akhirnya menjadi tim pertama yang berhasil merebut Piala Dunia kedua kalinya setelah di partai Final mengalahkan Huangaria 4-2. Skuad Juara Dunia 1938 Pelatih Formasi Tim inti = Vittorio Pozzo = 2-3-2-3 = Foni, Oliviera, Rava, Serantoni, Andreolo, Locatelli, Piola, Biavati, Meazza, Ferrasi dan Colaussi.
10
memang berperan besar dalam kejayaan Italia pada saat itu. Peristiwanya terjadi di partai semifinal Italia melawan Uni Soviet. Partai yang akhirnya dimenagkan Italia dengan cara yang tidak biasa, lemparan koin. Koin, rasanya terlalu hina jika kesuksesan Italia menjuarai Piala Eropa semata-mata hanya karena koin. Perjuangan dan semangat pastilah memegang peranan yang tak kalah penting. Hal itu tergambar bagaimana Dino Zoff cs bermain dengan semangat dan determinasi yang tinggi selama 120 menit(90 menit waktu normal dan 30 tambahan). Jika akhirnya Italia harus lolos lewat undian, itu karena mereka terlebih dulu telah dengan gagah mengatasi gencarnya serangan Uni Soviet. Semangat tim Italia juga dibuktikan di final melawan Yugoslavia. Semangat pantang menyerah membuat Giacinto Faccheti dkk tetap bermain optimal walaupun kelelahan menyerang karena harus melakoni 2 partai final dalam kurun waktu yang berdekatan. Di partai final pertama, kedua tim bermain imbang. Namun, karena saat itu belum mengenal system adu penalty dan pengundian koin diharapkan untuk partai final, maka kedua tim mesti melakukan partai ulangan. Di partai kedua yang diadakan dua hari berselang inilah pemain-pemain Italia menunjukkan semangatnya. Di saat pemain Yugoslavia terseok karena capek, pemain-pemain Italia dengan motivasi berlipat tampil luar biasa dan akhirnya Yugoslavia digulung 2 gol tanpa balas. Italia pun menjadi juara Eropa. Skuad Juara Eropa 1968 Pelatih = Ferrucio Val Careggi Formasi = 5-4-4-1 atau 1-3-3-3 Tim inti = Dino Zoff, Salvadore, Burgnich, Guarneri, Rosato, Farcheti, Domenghini, De Sisti, Mazzola, Anasti, dan Riva.
11
12
Formasi = 1-3-3-2-1 Tim Inti = Dino Zoff, Scirea, Gentile, Bergomi, Collovati, Orialir, Tardeli, Conti, Rosi dan Graziani.
13
tidak perlu. Formasi WM juga memperkenalkan posisi baru dalam sepak bola, yaitu stopper. Jadi, marking. Pozzo tidak memakai keduanya. Alasannya jika menggunakan formasi pyramid pemain tengahnya tidak cukup. Sedangkan formasi WM dianggap tidak cocok dengan karakter timnya. Maka dengan kejeniusannya, diciptakanlah formasi baru. Pozzo menyadari barisan pertahanannya membutuhkan dukungan dari tengah karena itu, dia menarik 2 penyerangnya untuk dijadikan gelandang. Formasi inilah yang dinamakan Metodo. dari formasi inilah berkembang taktik bertahan man to
14
menggunakan formasi 2-3-5. Italia menang 4-2 dengan permainan lebih cepat dan hemat energi. Garis besar taktik ini bertahan hingga akhir 40-an, kala Pozzo akhirnya mengundurkan diri dari kursi kepelatihan tim nasional Italia.
15
16
17
18
mendapat hadiah penalty dan Meazza sebagai algojonya. Saat dia mengambil ancang-ancang celananya melorot, kontan semua orang tertawa. Tapi Meazza cuek saja dan menendang. Gol, gol itulah yang memastikan Italia ke final dan tampil sebagai juara.
19
Di partai kedua nelawan Peru dia malah diganti pada awal babak kedua karena mati kutu dikawal bek lawan. Begitupun melawan Kamerun dan Argentina. Pers Italia lalu mengecam kebijakan Bearzot mempercayakan posisi striker utama kepada Rossi. Bearzot tetap cuek dan Rossi membayarnya kontan. Di partai hidup mati melawan Brasil, dia tampil trengginas. Tidak tanggungtanggung, Rossi mencetak hat-trick dan Italia menang 3-1 dan lolos ke semifinal. Di semifinal, Rossi memborong dua gol kemenangan Italia atas Polandia. Satu gol lagi dicetaknya di partai puncak melawan Jerman Barat. Trofi pun diraih, Rossi tampil sebagai pencetak gol terbanyak di turnamen itu. Namanya yang buruk kontan harum, FROM ZERO TO HERO. Rossi, seorang pesakitan yang dalam waktu singkat berubah menjadi pahlawan.
20
Kesuksesan timnas Italia tak bisa dilepaskan dari tangan seorang pelatih. Pelatih adalah seorang yang bertugas mengatur pemain dan taktik bertanding. Dan juga seorang pemimpin di luar lapangan. Italia mempunyai banyak pelatih berkelas. Salah satu ciri khas pelatih Italia adalah hampir semua pelatih Italia menggunakan taktik catenaccio atau pertahanan gerendel. Sampai saat ini pelatih yang dianggap terbaik di Italia adalah Vittorio pozzo. Pelatih yang jenius mengantarkan skuad Italia menjuarai 2 piala dunia dan juara Olimpiade secara beruntun. Selain Vittorio Pozzo masih banyak lagi pelatih legenda Italia. Seperti Arrigo Sacchi, Valcareggi, Enzo Bearzot dan juga mantan kiper terbaik Italia Dino Zoff. Di bawah ini akan kami jelaskan tentang bagaimana sepak terjang pelatihpelatih legenda Italia ini berhasil mengantarkan Italia ke puncak tertinggi suatu kejuaraan. Dan kami juga menjelaskan bagaimana kehidupannya masa itu. Maka, tak heran ketika Baresi mundur, Maldini-lah yang menjadi penggantinya sebagai
21
kapten Gli Azzuri. Tapi, karier Maldini yang masih gemilang itu masih menyisakan noda. Apalagi kalau bukan gelar bersama timnas. Memang tak ada gading yang tak retak.
22
bicara kepada pers yang dianggap sudah keterlaluan. Bearzot membalas kritikan itu dengan membawa pulang piala dunia.
23
24
25
pasca piala dunia 2002. sulit mencari pengganti yang mempunyai karisma dan kemampuan layaknya kapten AC Milan itu. Pelatih timnas Italia saat itu, Giovanni Trappattoni lalu menunjuk Cannavaro sebagai pengganti. Banyak yang terperangah dan kaget mendengar keputusan Mr. Trap. Tapi Cannavaro membuktikan bahwa dia layak menyandang ban kapten. Dari segi karisma mungkin dia masih kalah dari Maldini. Namun tidak dari segi kualitas permainan. Seorang Cannavaro layak disejajarkan dengan seorang Maldini. Pria yang pintar memasak ini sepertinya ingin memberikan persembahan pamungkas untuk negaranya. Ini karena sejak debutnya melawan Irlandia Utara pada tahun 1997, Cannavaro memang belum pernah memberikan gelar untuk bangsanya. Posisi runner-up di piala Eropa 2000 merupakan prestasi tertinggi Cannavaro.
26
Rivera. Bahkan mungkin pirlo lebih hebat. Kemampuannya mengeksekusi freekick setara dengan David Beckam, Roberto Carlos dan Juninho. Buktinya tiga dari 4 golnya di timnas Italia lahir melalui tendangan bebas.
27
satu gol dibandingkan top scorer Cristiano Lucarelli. Musim ini, bersama AC Milan dari 15 partai yang dimainkan, Gilardino mencetak 11 gol. Dia ingin menutup musim ini dengan top scorer. Publik Italia ingat benar ketika Gilardino disiasiakan Mr.Trap saat piala Eropa 2004. hasilnya Italia langsung kandas di babak penyisihan. Masa penantian Gilardino tiba juga. Marcello lippi sebagai pelatih Italia yang baru percaya akan kemampuan Gilardino. Pada September 2004, Gilardino dipercaya melakukan debutnya melawan Norwegia. Penampilan perdana Gilardino tidak mengecewakan. Sejak itu, dia selalu menjadi langganan timnas. Kesuburannya di Serie-A pun dibawanya ke timnas Italia. Dari 12 partai yang dimainkan, Gilardino mencetak lima gol. Sekarang sangat sulit untuk mengusik posisinya. Satu tempat di timnas Italia hampir pasti menjadi miliknya.
28
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Kesimpulan dari makalah ini adalah bahwa banyak hal yang dilakukan oleh masyarakat Italia sebelum menjadi raksasa dunia sepak bola seperti saat ini. Selain itu sepak bola di Italia maju menurut sejarahnya juga dikarenakan rakyat Italia sudah mengenal olahraga menendang bola saat abad ke-16. Puncak kejayaan Italia yaitu ketika Italia secara beruntun menjuarai piala dunia 1934, emas olimpiade 1936 dan piala dunia 1938. Kejayaan Italia juga tidak dapat dilepaskan dari andil seorang pelatih legenda Italia, Vittorio Pozzo yang memperkenalkan system pertahanan gerendel (catenaccio) yang dipakai hingga sekarang. Sistem pertahanan inilah yang sampai saat ini telah mampu merengkuh 3 gelar juara dunia, 1 juara Eropa dan 1 emas Olimpiade. Selain Vittorio Pozzo, pemain legenda Italia seperti Dino Zoff pun ikut andil memajukan sepak bola Italia. Sepak bola di Italia sempat terpuruk di tahun 90-an. Akan tetapi pada akhirakhir ini sepak bola di Italia mulai meningkat kembali. Bintang-bintang muda Italia mulai menampakkan cahayanya. Harapan baru pun muncul kembali di kalangan pencinta sepak bola Italia. Harapan agar Italia dapat menjuarai Piala Dunia 2006 setelah puasa gelar selama 24 tahun.
3.2. Saran
Dari permasalahan yang telah dibahas dalam makalah ini saya akan memberi saran pada pembaca, sebaiknya pembaca bisa meneladani sikap para pemain dan pelatih timnas Italia yang berjuang keras tak kenal lelah. Karena berkat kerja keras merekalah timnas Italia dapat menjadi sebuah raksasa sepak bola dunia. Dan dapat meneladani sistem bermain Italia yang cukup baik.
29
Daftar Pustaka
Herlambang, Adrian S. 2000. Liga Italia. Jakarta : PT. Sportjaya sukses lestari Nursanto, Entong. 2005. Playmaker. Jakarta : PT. Gramedia Rachdyatmaka, Angriyanto. 2006. Gli Azzuri. Jakarta : PT. Gramedia Sunito, Ignatius. 2002. Bola vaganza. Jakarta : PT. Gramedia . 2005. Edizione Speciale Serie-A. Jakarta : PT. Gramedia . 2006. Italia Bangkit. Surabaya : Jawa Pos
30