Hizkia Rigel Tandapai // 0106012110139
Bab 1. Pendahuluan
Wheel of Consumer adalah model yang
digunakan untuk menggambarkan proses
pembelian konsumen dan terdiri dari lima
tahapan yang berbeda. Model ini membantu
perusahaan untuk = memahami _ perilaku
konsumen dan apa yang bisa mereka lakukan
untuk —mempengaruhi proses _pembelian ]
konsumen. Tahapan-tahapan dalam Wheel of
Consumer meliputi_ memahami kebutuhan,
mencari_informasi, mengevaluasi_alternatif,
membuat keputusan, dan —mengevaluasi
pengalaman.
Marketing
Strategy
Memahami tahapan dalam proses pembelian konsumen sangat penting bagi
perusahaan karena dapat membantu mereka dalam merancang strategi pemasaran
yang efektif. Dengan memahami kebutuhan konsumen dan tahapan-tahapan yang
mereka alami dalam proses pembelian, perusahaan dapat mengembangkan produk
atau layanan yang lebih cocok dengan kebutuhan konsumen dan mengembangkan
kampanye pemasaran yang efektif untuk menjangkau konsumen pada setiap tahap
dalam proses pembelian.
Dalam Wheel of Consumer, penting untuk memahami bahwa proses pembelian
konsumen tidak selalu linear dan bisa melibatkan tahapan yang berulang-ulang atau
diabaikan sepenuhnya tergantung pada situasi dan produk yang dibeli. Meskipun
begitu, model ini memberikan pandangan yang bermanfaat bagi perusahaan untuk
memahami perilaku konsumen dan mengembangkan strategi pemasaran yang
efektif.
ada model analisis yang dikenal dengan Wheel of Consumer Analysis yang mencakup
tiga komponen yaitu affect and cognition, customer environment, dan consumer
behavior. Berikut adalah penjelasan singkat tentang ketiga komponen tersebut:
* Affect and Cognition: Komponen pertama mencakup peran emosi dan pemikiran
pada perilaku konsumen. Affect mengacu pada emosi dan perasaan konsumen
terhadap produk atau merek tertentu, sedangkan cognition berkaitan dengan
pemikiran dan persepsi konsumen terhadap produk atau merek tersebut.
Keduanya saling terkait dan berdampak pada keputusan pembelian konsumen.
Contoh: Seorang konsumen mungkin merasa senang atau puas dengan produk
tertentu karena merek tersebut memiliki citra positif dalam pikirannya dan
memenuhi kebutuhan dan keinginan mereka. Di sisi lain, konsumen mungkin
merasa cemas atau tidak nyaman dengan produk lain karena mereka memiliki
persepsi negatif atau pengalaman buruk dengan produk tersebut.
* Customer Environment: Komponen kedua mencakup faktor lingkungan yang
mempengaruhi perilaku konsumen, baik secara langsung maupun tidak
langsung. Faktor-faktor ini meliputi budaya, nilai, norma sosial, gaya hidup, dan
faktor geografis seperti iklim dan lokasi geografis, Faktor-faktor tersebut
memengaruhi kebutuhan dan keinginan konsumen, serta mempengaruhi
persepsi mereka terhadap produk atau layanan tertentu.Contoh: Perusahaan makanan cepat saji di India harus mempertimbangkan faktor-
faktor seperti kepercayaan agama dan kebiasaan makan lokal dalam
mengembangkan menu mereka, seperti memasukkan opsi vegetarian atau halal. Di
negara yang memiliki iklim dingin, perusahaan pakaian harus mempertimbangkan
bagaimana merek mereka akan menawarkan produk yang sesuai dengan musim
dingin.
* Consumer Behavior: Komponen ketiga mencakup perilaku konsumen selama
proses pembelian dan penggunaan produk atau layanan. Hal ini termasuk tahap-
tahap seperti mencari informasi, mengevaluasi alternatif, membuat keputusan,
dan mengevaluasi pengalaman setelah pembelian. Faktor-faktor seperti
pengaruh sosial, keyakinan, nilai, dan preferensi individu mempengaruhi perilaku
konsumen pada setiap tahap tersebut.
Contoh: Seorang konsumen yang ingin membeli mobil baru mungkin melakukan
riset online tentang merek dan model yang berbeda, mengunjungi dealer mobil, dan
mencoba berkendara dengan mobil yang berbeda sebelum membuat keputusan
pembelian. Setelah membeli mobil, konsumen mungkin mengevaluasi pengalaman
mereka dengan mobil tersebut, termasuk kinerja, kenyamanan, dan biaya
pemeliharaan.
Dengan memahami ketiga komponen ini, perusahaan dapat_mengembangkan
strategi pemasaran yang efektif untuk menarik konsumen dan memengaruhi
perilaku pembelian mereka. Misalnya, perusahaan dapat mengembangkan strategi
pemasaran yang mencerminkan nilai dan norma sosial dalam lingkungan konsumen,
atau mengembangkan kampanye iklan yang menarik emosi konsumen untuk
mempromosikan produk mereka.
Bab 2. Strategi Pemasaran Lifebuoy
Lifebuoy adalah sebuah brand dibawah Unilever dan dinobatkan sebagai Global
Brand VP untuk sabun Lifebuoy pada awal 2010. Namun, berdasarkan data yang ada,
merek ikonik dari Unilever ini sedang mengalami tantangan yang begitu besar. Total
pangsa pasar secara global telah turun dari 11,2 % di tahun 2005 menjadi 9,7% pada
2009. Di india sendiri, terjadi penurunan yang lebih signifikan dibandingkan dengan
pangsa pasar globalnya. Dari yang awalnya 18,4% pada tahun 2005 menjadi 15,5
empat tahun setelahnya. Untuk itu, Samir Singh sebagai CMO dari Lifebuoy
mendapat tantangan untuk meningkatkan penjualan sebanyak 2 kali lipat dalam
jangka waktu selama 5 tahun.
Disisi lain, Lifebuoy juga harus berkontribusi dengan meningkatkan kesehatan dan
kebersihan 1 miliar orang di tahun 2015 yang merupakan salah satu goals dari
Unilever Sustainable Living Program (USLP). Untuk itu, maka diperlukan strategi yang
tepat untuk pengembangan merek ini 5 tahun yang akan datang. Selain itu, Unilever
juga menuntut agar bahan baku pertanian yang digunakan sebagai produk
merupakan bahan baku yang mendukung USLP dan dapat meminimalisir setidaknya
50% dampak buruk dari pengaruh lingkungan yang dihasilkan Lifebuoy
Di India sendiri, produk Lifebuoy telah dikenal dengan cukup luas. Brand awareness
dari produk juga sangat baik. Namun, hal ini belum cukup untuk mencapai ambisi
Lifebuoy dalam menggandakan penjualanselama 5 tahun dan juga berkontribusi
pada 1 miliar pelanggan dalam peningkatan kesehatan dan kebersihan. Ditambah
lagi, ancaman kompetitor yang sudah memberikan dampak yang cukup signifikanbagi perkembangan Lifebuoy di India. Selain itu, pesaing lokal juga turut
memberikan dampak dalam penurunan penjualan produk sabun Lifebuoy terutama
di pedesaan.
Program yang dibuat oleh Lifebuoy seperti Swasthya Chetna (SC) atau yang dapat
diartikan sebagai “Kebangkitan Kesehatan’ telah memberikan dampak yang baik bagi
pertumbuhan Lifebuoy. Program ini dibuat untuk menjangkau pasar yang lebih |uas
serta turut serta dalam pengurangan masalah penyakit terutama diare yang
merenggut setidaknya 600.000 anak balita setiap 5 tahun. Program SC ini dibentuk
dengan menggapai masyarakat yang kurang mendapat akses media khususnya
seputar kesehatan. Menargetkan anak-anak sekolah, tim Lifebuoy menargetkan 72
sekolah dengan mengkampanyekan pesan kesehatan melalui game, kuis dan
sosialisasi. Program yang paling berhasil adalah "Glo-Germ’. Program unggulan ini
dilakukan dengan cara mengajak anak-anak untuk menggosok bubuk UV putih di
tangan mereka. Lalu anak-anak tersebut diarahkan untuk mencuci tangan hanya
dengan menggunakan air. Ketika tangan mereka ditaruh diatas sinar ultraviolet,
maka tangan mereka akan bersinar. Namun ketika menggunakan sabun, maka
tangan mereka tidak akan mengeluarkan sinar karena telah bersih dengan
sempurna.
Program ini cukup efektif dalam menjangkau pasar pedesaan, namun untuk
menggapai pasar sejumlah 1 miliar, maka diperlukan strategi yang lebih efektif.
Untuk itu, Lifebuoy memberikan 3 program yang akan dikembangkan dalam 5 tahun
kedepan. Program tersebut adalah Khasyan Ki Doli (KKD) Outreach, Madhya Pradesh
Partnership, Urban Liquids. Strategi pertama yaitu KKD Outreach memang terbukti
efektif untuk memperluas brand awareness dari Lifebuoy namun tidak memberikan
peningkatan profit. Bahkan selama 10 tahun, program KKD Outreach tidak dapat
mengembalikan modal yang sudah dikeluarkan oleh Unilever.
Selanjutnya adalah Madhya Pradesh (MP) Partnership yang bekerjasama dengan
sekolah dan LSM untuk menyebarkan campaign cuci tangan pada sekolah-sekolah.
Lalu setiap sekolah yang sudah mendapatkan sosialisasi akan diwajibkan untuk
menyebarkan ke 3 sekolah lain. Dengan begitu, kampanye yang dilakukan akan
semakin efektif dan efisien. Namun, menurut perhitungan lifebuoy, diperlukan 13,5
tahun untuk mendapatkan investment payback dari program ini.
Terakhir, adalah program urban liquids. Program ini hanya akan berfokus pada
lifebuoy, dan bukan produk unilever lain. Produk ini juga ditujukan untuk daerah
perkotaan dan bukan dari daerah pedesaan. Dengan menargetkan anak-anak,
program ini dibuat dengan menggunakan metode Lifebuoy Liquid Hand Washing.
Selain itu, program ini akan diperluas dengan cara yang mirip dengan program MP
Partnership yaitu dari satu sekolah ke 5 sekolah lain. Tentunya program ini akan
didukung dengan games yang menarik, lagu dan demonstrasi “Glo-Germ”
Bab 3. Peran Wheel of Consumer Behaviour
3.1 Afeksi dan Kogni
Dalam melaksanakan strategi KKD Outreach, Lifebuoy harus mempertimbangkan
afeksi dan kognisi konsumen terhadap merek Lifebuoy. KKD Outreach adalah
program yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentangpentingnya menjaga kebersihan dan kesehatan diri. Dalam hal ini, Lifebuoy perlu
membangun afeksi positif terhadap mereknya dengan menunjukkan bahwa
produknya efektif dalam membantu melindungi kesehatan konsumen. Di sisi lain,
Lifebuoy juga perlu memperkuat kognisi konsumen dengan menyediakan informasi
yang jelas dan akurat tentang manfaat produknya
Dalam melaksanakan strategi MP Partnership, Lifebuoy harus mempertimbangkan
afeksi dan kognisi konsumen terhadap merek dan mitra perusahaan. MP
Partnership adalah program yang bekerja sama dengan mitra lokal untuk
meningkatkan akses masyarakat terhadap produk-produk Lifebuoy. Dalam hal ini,
Lifebuoy perlu membangun afeksi positif terhadap mereknya dengan menunjukkan
bahwa produknya adalah solusi terbaik untuk menjaga kesehatan dan kebersihan.
Lifebuoy juga perlu memperkuat kognisi konsumen tentang mitra perusahaan
dengan menyediakan informasi tentang mitra yang terpercaya dan dapat
diandalkan.
Dalam melaksanakan strategi Urban Liquid, Lifebuoy harus mempertimbangkan
afeksi dan kognisi konsumen terhadap merek dan produk. Urban Liquid adalah
kampanye yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang
pentingnya ‘mencuci tangan dengan sabun secara teratur. Dalam hal ini, Lifebuoy
perlu membangun afeksi positif terhadap mereknya dengan menunjukkan bahwa
produknya efektif dalam membantu melindungi kesehatan konsumen. Di sisi lain,
Lifebuoy juga perlu memperkuat kognisi konsumen dengan menyediakan informasi
yang jelas dan akurat tentang manfaat mencuci tangan dengan sabun.
3.2 Perilaku
KKD Outreach: Lifebuoy memiliki misi untuk meningkatkan kesehatan dan
kesejahteraan masyarakat dengan cara mempromosikan praktik mencuci tangan
yang baik. Dalam rangka mencapai misinya, Lifebuoy mengadakan program KKD
Outreach atau Kampanye Kesehatan Dalam Komunitas untuk meningkatkan
kesadaran dan pemahaman masyarakat tentang pentingnya mencuci tangan
dengan sabun secara teratur. Melalui program ini, Lifebuoy memberikan edukasi,
pelatihan, dan kampanye sosial tentang mencuci tangan kepada masyarakat,
terutama di daerah-daerah yang memiliki akses terbatas terhadap air bersih dan
sanitasi.
MP Partnership: Lifebuoy menyadari bahwa upaya untuk meningkatkan kesehatan
masyarakat tidak dapat dilakukan sendiri, oleh karena itu perusahaan ini menjalin
kemitraan dengan berbagai mitra, seperti organisasi nirlaba, pemerintah daerah,
dan perusahaan lain untuk mencapai tujuannya. Melalui kemitraan ini, Lifebuoy
berkolaborasi untuk menciptakan program-program edukasi dan pelatihan yang
lebih luas dan efektif untuk meningkatkan kesadaran dan pemahaman masyarakat
tentang pentingnya mencuci tangan dengan sabun secara teratur.
Urban Liquid: Lifebuoy menghadapi tantangan dalam mencapai konsumennya di
perkotaan, di mana masalah kesehatan seperti polusi udara, asap rokok, dan
lingkungan yang kurang bersih dapat memperburuk kesehatan dan kesejahteraan
masyarakat. Oleh karena itu, Lifebuoy mengembangkan produk sabun cair yang
diformulasikan khusus untuk mengatasi masalah kesehatan yang umum terjadi di
perkotaan. Produk ini dirancang untuk membantu mengatasi masalah polusi udara
dan kelembapan, serta membantu mencegah penyakit kulit yang umum terjadi di
daerah perkotaan.3.3 Lingkungan
KKD Outreach adalah program yang bertujuan untuk meningkatkan akses
kebersihan dan sanitasi di komunitas miskin di seluruh dunia. Untuk melaksanakan
program ini, perusahaan Lifebuoy harus mempertimbangkan beberapa faktor
lingkungan, seperti kondisi sanitasi dan ketersediaan air bersih di daerah target,
budaya dan perilaku masyarakat setempat terkait kebersihan dan sanitasi, serta
regulasi dan kebijakan pemerintah terkait dengan sanitasi dan kesehatan
masyarakat. Perusahaan Lifebuoy juga harus mempertimbangkan faktor ekonomi,
seperti kemampuan masyarakat untuk membeli produk kebersihan dan sanitasi.
MP Partnership adalah program kemitraan dengan petugas medis dan rumah sakit
untuk mempromosikan cuci tangan yang benar dan mengurangi infeksi nosokomial.
Untuk melaksanakan program ini, perusahaan Lifebuoy harus mempertimbangkan
lingkungan di sekitar rumah sakit, seperti kondisi sanitasi dan ketersediaan air bersih
di area rumah sakit, protokol dan praktik cuci tangan yang ada, serta penggunaan
dan ketersediaan produk kebersihan dan sanitasi lainnya di rumah sakit. Perusahaan
Lifebuoy juga harus mempertimbangkan regulasi dan kebijakan terkait dengan
sanitasi dan kesehatan di rumah sakit.
Urban Liquid adalah program yang bertujuan untuk memberikan akses ke air bersih
dan sanitasi yang aman di kota-kota besar di seluruh dunia. Untuk melaksanakan
program ini, perusahaan Lifebuoy harus mempertimbangkan lingkungan di kota
kota target, seperti kondisi sanitasi dan ketersediaan air bersih di kota, kebijakan dan
regulasi terkait sanitasi dan kesehatan masyarakat, serta perilaku masyarakat terkait
kebersihan dan sanitasi. Perusahaan Lifebuoy juga harus mempertimbangkan faktor
ekonomi, seperti kemampuan masyarakat untuk membeli produk kebersihan dan
sanitasi, serta infrastruktur yang tersedia untuk mendistribusikan produk ke daerah
target.
Bab 4. Kesimpulan
Lifebuoy memiliki tiga strategi pemasaran kunci: MP Partnership, KKD Outreach, dan
Urban Liquid. Dalam strategi MP Partnership, Lifebuoy bermitra dengan penyedia
layanan kesehatan untuk memberikan akses ke produk mereka kepada masyarakat
di wilayah terpencil atau sulit dijangkau. Melalui KKD Outreach, Lifebuoy berupaya
meningkatkan kesadaran tentang pentingnya mencuci tangan secara teratur dengan
mengadakan kampanye edukasi di sekolah-sekolah dan komunitas lokal. Terakhir,
Urban Liquid adalah strategi yang menargetkan konsumen di daerah perkotaan
dengan produk-produk cair Lifebuoy yang praktis digunakan dan mudah dibawa
Untuk meningkatkan efektivitas strategi pemasaran tersebut, Lifebuoy perlu
mempertimbangkan perilaku konsumen dalam mempromosikan produk mereka.
Dalam hal ini, mereka dapat menggunakan kerangka Wheel of Consumer Behaviour
untuk memahami bagaimana konsumen mempersepsikan, memotivasi, dan
mempelajari produk mereka. Dengan memahami perilaku konsumen ini, Lifebuoy
dapat menargetkan pesan-pesan pemasaran yang lebih tepat dan meningkatkan
tingkat adopsi produk mereka oleh konsumen.
HUL, 2001 Annual Report, page XX!
Fresh Lease of Lifebuoy?,” Business Standard, February 25, 2002
“HLL Uses Health Card to Push Lifebuoy Sales in Rural Areas," Business Standard, October 25, 2
HUL 2001 Annual Report, page XX
HUL-Repositioning Strengthens Lifebuoy’s 107-YearHeritage,” press release 31
ifebuoy - Swasthya Chetna," posted by bsaikrishna on October 2010, Brandalyzer,
/forandalyzer. wordpress.com/2010/10/03/ifebuoy-swasthya-chetna/, accessed May 18, 2013.
Shailesh Oururani, "The Lifebuoy Story: Repositioning of a Brand,” November 3, 2012,
co://wwwslideshare,net/shalleshgururanillifebuoy-15005646,