Anda di halaman 1dari 61

MANAJEMEN PEMBINAAN EKSTRAKURIKULER

PRAMUKA DALAM MEMBENTUK KARAKTER


PESERTA DIDIK DI MTs NEGERI 1 CIREBON

TESIS
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan dalam Memperoleh
Gelar Magister Pendidikan Islam (M.Pd.)
Program Studi Manajemen Pendidikan Islam

Oleh :
MAMAN ROHIMAN
NIM : 2021.8.1.6.0291

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM


PASCASARJANA PROGRAM MAGISTER
UNIVERSITAS ISLAM BUNGA BANGSA CIREBON
TAHUN 2023
MAMAN ROHIMAN

MANAJEMEN PEMBINAAN EKSTRAKURIKULER


PRAMUKA DALAM MEMBENTUK KARAKTER
PESERTA DIDIK DI MTs NEGERI 1 CIREBON

Diajukan untuk Seminar Hasil Penelitian Tesis

Disetujui oleh :

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Amirudin, M.M Dr. Euis Setiawati, M.Pd


NIDN. 2108047701 NIDN. 8980550022

Mengetahui,
Ketua Program Studi S2 Manajemen Pendidikan Islam

Dr. Dian Widiantari, M.Ag


NIDN. 2119118201
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Pendidikan merupakan salah satu faktor yang memiliki peranan
penting dalam pembentukan karakter bangsa Indonesia. Proses pendidikan
yang dilaksanakan di Indonesia bertujuan tidak hanya untuk menambah ilmu
pengetahuan, namun juga untuk mewujudkan potensi dan pembudayaan siswa
sehingga membangun karakter yang baik sebagai warga Negara. Melalui
pendidikan diharapkan mampu mencetak generasi bangsa yang berkualitas dan
dapat berkontribusi yang positif bagi kehidupan bangsa dan negara.
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan
nasional pasal 3 menyebutkan bahwa pendidikan nasional bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman
dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang
1
demokratis serta bertanggung jawab . Pengembangan kompentensi peserta
didik sebagaimana yang telah dijabarkan dalam tujuan pendidikan nasional
salah satunya dapat diwujudkan dalam kegiatan ekstrakurikuler.
Untuk membuat bangsa ini menjadi bangsa yang cerdas dan
berkarakter, tentunya diperlukan pembentukan generasi emas sejak dini. Salah
satu caranya adalah dengan membangun kepemimpinan, kepribadian, dan
pengembangan budi pekerti peserta didik lewat kegiatan ekstrakurikuler.
Kegiatan ekstrakurikuler dalam pelaksanaannya harus dapat
memberikan sumbangan dalam perkembangan peserta didik, melalui
partisipasinya dalam kegiatan ekstrakurikuler. Peserta didik dapat belajar

1
Undang-undang Sisdiknas No. 20 tahun 2003

1
2
dan mengembangkan kemampuan berkomunikasi, bekerja sama dengan orang
lain, serta menemukan dan mengembangkan potensi yang dimiliki. Kegiatan
ekstrakurikuler juga memberikan manfaat sosial yang sangat besar.
Gerakan pramuka sebagai satu-satunya wadah kegiatan kepanduan di
sekolah merupakan tempat pendidikan bagi anak-anak yang dilaksanakan
dengan penuh kegembiraaan, penuh pendidikan dan dilakukan di luar jam-jam
sekolah maupun jam-jam keluarga. Sebagai satu-satunya kegiatan kepanduan,
pramuka diharapkan dapat memberikan peranan penting dalam peningkatan
dan pembentukan sikap dan mental peserta didik pada sikap yang baik. Sikap
baik dalam arti berakhlaq mulia, sopan santun, rasa cinta kasih sesama, patriot,
suci dalam segala pikiran maupun perbuatan, bertaqwa kepada Tuhannya, dan
segala sikap yang lain. Pendek kata diharapkan anggota pramuka dapat
melaksanakan Dasa Dharma dan Tri Satya yang merupakan kode etik dan janji
pramuka
Masuknya pendidikan pramuka dalam struktur kurikulum pada
pendidikan dasar dan menengah patut diapresiasi. Pramuka dianggap sebagai
wahana pembentukan karakter siswa, karena dalam Pramuka siswa dilatih
kepemimpinan, kerja sama, solidaritas, mandiri, dan keberanian. Hal ini
kiranya sebagai penyeimbang kegiatan pembelajaran dalam kurikulum formal
yang lebih berorientasi pada ranah kognitif (pengetahuan) dan psikomotorik
(ketrampilan). Kegiatan Pramuka ini akan mampu membangun kecerdasan
siswa pada ranah afeksi (sikap dan perilaku), sehingga siswa akan mampu
mengembangkan karakternya secara positif.
Dalam sejarahnya, Pramuka yang merupakan singkatan dari Praja
Muda Karana merupakan organisasi kepanduan yang tidak hanya populer di
Indonesia, namun juga di kancah dunia. Boden Powell, sang bapak pandu
dunia mengandaikan kegiatan kepanduan ini sebagai sarana pendidikan melalui
3

kegiatan yang menyenangkan. Tipologi menyenangkan ini tentu saja menarik


simpati dan minat anak-anak. Sehingga, kegiatan kepanduan ini cepat
menyebar ke seluruh dunia. Di Indonesia, organisasi kepanduan ini sangat
berperan penting dalam sejarah pergerakan nasional, baik pra maupun pasca
kemerdekaan.
Hingga saat ini, Pramuka menjadi kosakata yang tidak asing lagi dalam
dunia pendidikan. Meskipun sebelumnya Pramuka ini bukan merupakan
kegiatan wajib di sekolah, namun faktanya hampir semua satuan pendidikan,
mulai SD (Siaga dan Penggalang), SMP (Penggalang), SMA (Penegak),
bahkan di tingkat Perguruan Tinggi ada satuan gerakan Pramuka yang disebut
Racana. Dan, diakui atau tidak keberadaan kegiatan Pramuka di sekolah atau
madrasah terbukti telah mampu memberikan arti tersendiri terhadap proses
pembelajaran. Pada titik inilah, kebijakan Pramuka yang dijadikan sebagai
ekstrakurikuler wajib di sekolah menjadi faktor penting dalam mewujudkan
pendidikan karakter.
Kegiatan pramuka merupakan salah satu kegiatan ekstrakurikuler yang
dapat mengembangkan bakat dan minat serta karakter anak. Karena dalam
kegiatan pramuka terdapat berbagai macam kegiatan-kegiatan yang dapat
mengembangkan karakter anak seperti cinta tanah air, disiplin, komunikatif
atau bersahabat, disiplin, jujur, mandiri, bertanggung jawab, kerja keras,
berjiwa sosial dan lain-lain.
Implementasi kurikulum 2013 membagi kegiatan ekstrakurikuler
menjadi dua kelompok, yakni ekstrakurikuler wajib dan ekstrakurikuler
pilihan. Ekstrakurikuler wajib yang ditetapkan adalah pendidikan kepramukaan
pada pendidikan dasar dan pendidikan menengah. Sedangkan ekstrakurikuler
pilihan antara lain adalah OSIS, UKS, PMR dan ekstrakurikuler kelompok atau
klub misalnya klub olahraga, klub seni, dan klub bahasa.
4

Diterbitkannya Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan nomor


63 tahun 2014 mempertegas keberadaan pendidikan kepramukaan yang wajib
diikuti oleh seluruh peserta didik. Hal ini sebagaimana dinyatakan dalam pasal
2 ayat (1) Pendidikan Kepramukaan dilaksanakan sebagai Kegiatan
Ekstrakurikuler wajib pada pendidikan dasar dan menengah2.
Gerakan Pramuka atau disebut juga Kepanduan sendiri, dirumuskan
sebagai media untuk meningkatkan dan juga membentuk karakter siswa serta
melatih siswa untuk mampu bertanggungjawab dan mandiri ketika mereka
bergaul di kalangan masyarakat kelak 3. Hal ini tentu sangat erat kaitannya
dengan Penguatan Pendididkan Karakter sendiri kegiatan ekstrakurikuler
adalah penguatan nilai-nilai karakter dalam rangka perluasan potensi, bakat,
minat, kemampuan, kepribadian, kerja sama, dan kemandirian peserta didik
secara optimal. Kegiatan ekstrakurikuler tersebut meliputi kegiatan krida,
karya ilmiah, latihan olah bakat/olah minat, dan kegiatan keagamaan, serta
kegiatan penghayatan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Kegiatan
keagamaan sebagaimana dimaksud dapat dilaksanakan paling sedikit melalui
pesantren kilat, ceramah keagamaan, dan/atau baca tulis Al Qur‟an.
Dalam hal ini pembentukan karakter merupakan hal yang harus
diperhatikan karena tidak hanya keluarga melainkan sekolah, lingkungan dan
juga pemerintah turut andil dalam pembentukan karakter tersebut. Selanjutnya
karakter akan terbentuk apabila aktifitas dilakukan berulang-ulang secara rutin,
sehingga menjadi suatu kebiasaan (habit), yang akhirnya tidak hanya menjadi
suatu kebiasaan saja tetapi menjadi suatu karakter.
Salah satu wadah untuk mencapai tujuan pendidikan nasional adalah
sekolah atau madrasah. Sekolah atau madarasah merupakan sebuah lembaga

2
Permendikbud tentang Pramuka sebagai Ekskul wajib No.63 tahun 2014.
3
Kak Lukman Santoso AZ,2014, Panduan Lengkap Pramuka, Jakarta
5

pendidikan yang bertanggung jawab untuk memberikan berbagai pengetahuan


dan keterampilan, membentuk karakter, serta mengembangkan berbagai nilai
dan sikap baik melalui pendidikan formal maupun pendidikan non formal.
Pengembangan potensi peserta didik sebagaimana dimaksud dalam tujuan
pendidikan nasional dapat diwujudkan melalui kegiatan ekstrakurikuler.
Kegiatan ekstrakurikuler memiliki peranan penting dalam
pembelajaran di sekolah khususnya dalam mencapai tujuan pendidikan
nasional. Ekstrakurikuler merupakan kegiatan yang diselenggarakan oleh pihak
sekolah di luar jam sekolah guna memberikan pengaruh yang positif terhadap
pembentukan kepribadian peserta didik. Menurut Joko (2010:26), bahwa
ekstrakurikuler adalah salah satu perangkat operasional (supplement and
complements) dalam kurikulum pendidikan nasional.
Diadakannya kegiatan ekstrakurikuler di luar jam sekolah agar peserta
didik dapat meningkatkan kemampuannya mengenai pembelajaran yang akan
atau telah dilakukannya dalam intrakurikuler, serta juga sebagai wadah dalam
menyalurkan minat dan bakat peserta didik, serta membantu mewujudkan
pembentukan kepribadian yang baik bagi peserta didik. Di samping itu,
kedudukan ekstrakurikuler dalam sistem kurikulum nasional tidak hanya
sebagai pengisi waktu luang, tetapi sebagai komplemen kurikulum yang
dirancang secara terstruktur dan sistematis, serta relevan sebagai upaya dalam
meningkatkan mutu pendidikan nasional di sekolah. Melalui kegiatan
ekstrakurikuler inilah pembinaan dan pengembangan bakat dan minat peserta
didik sebagai bagian yang tidak terpisahkan bagi generasi muda yang
diupayakan dan direalisasikan di sekolah. Pengembangan ekstrakurikuler
dinilai dapat bermanfaat bagi sekolah sebagai sarana untuk promosi kepada
masyarakat.
6

Untuk lebih berperan aktif dalam pembentukan sikap, dalam gerakan


pramuka perlu adanya keseragaman langkah bagi pengelola gerakan pramuka
yang tergabung dalam suatu gugus depan. Ada keterkaitan yang erat antara
peserta didik sebagai anggota pramuka, pembina pramuka dan unsur majelis
pembimbing gugus depan. Tanpa kerja sama yang baik dari unsur-unsur
tersebut rasanya tidak mungkin pramuka dapat dan mampu berperan aktif
dalam pembentukan sikap peserta didik.
Sesuai dengan Peraturan Presiden No. 87 tahun 2017 tentang
penguatan pendidikan karakter (PPK) adalah program pendidikan di Sekolah
bertujuan untuk memperkuat karakter siswa melalui harmonisasi olah hati, olah
rasa, olah pikir, dan olah raga dengan pelibatan dan kerja sama antara satuan
pendidikan, keluarga, dan masyarakat sebagai bagian dari Gerakan Nasional
Revolusi Mental (GNRM). Pendidikan karakter ini harus diorientasikan untuk
menumbuh kembangkan potensi siswa secara menyeluruh dan terpadu. Melalui
keterpaduan olah hati, olah rasa, olah pikir dan olah raga maka siswa akan
dapat mengembangkan emosi dan kognisi secara maksimal.
Karakter sendiri sangat erat kaitanya dengan kehidupan umat Islam,
sebagaimana Allah SWT berfirman dalam QS. Lukman ayat 12 ;

‫َولَقَ ْد َءات َ ْيٌَا لُ ْق َٰ َويَ ْٱل ِح ْك َوتَ أ َ ِى ٱ ْش ُك ْر ِ هّلِلِ ۚ َو َهي يَ ْش ُك ْر‬


‫ى َح ِويد‬ ٌّ ٌِ‫غ‬ ‫فَإًِه َوا يَ ْش ُك ُر ِلٌَ ْف ِسِۦه ۖ َو َهي َكفَ َر فَإِ هى ه‬
َ َ‫ٱّلِل‬
Artinya: Dan sesungguhnya telah Kami berikan hikmat kepada Luqman, yaitu:
"Bersyukurlah kepada Allah. Dan barangsiapa yang bersyukur (kepada Allah),
maka sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri; dan barangsiapa yang
tidak bersyukur, maka sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji"4.

4
https://tafsirweb.com/7496-surat-luqman-ayat-12.html
7

Sedangkan dalam ayat lain QS. Lukman ayat 17 disampaikan5 :

ْ ‫ع ِي ْٱل ُوٌ َك ِر َوٱ‬


‫ص ِب ْر‬ َ َ‫وف َوٱ ًْه‬ ِ ‫صلَ َٰوة َ َوأْ ُه ْر ِب ْٱل َو ْع ُر‬
‫ى أَقِ ِن ٱل ه‬
‫َٰيَبٌَُ ه‬
‫ور‬ َ ‫صابَ َك ۖ إِ هى َٰذَ ِل َك ِه ْي‬
ِ ‫ع ْز ِم ْٱْل ُ ُه‬ َ َ‫علَ َٰى َها ٓ أ‬
َ
Artinya : “Wahai anakku ! laksanakanlah sholat dan suruhlah (manusia)
berbuat yang makruf dan cegahlah (mereka) dari yang mungkar dan
bersabarlah terhadap apa yang menimpamu. Sesungguhnya yang demikian itu
termasuk perkara yang penting”
Dalam tafsir Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa‟di menyampaikan
bahwa ayat diatas Allah SWT menginformasikan tentang pemberian karunia-
Nya kepada seorang hamba-Nya yang mulia, Lukman berupa hikmah, yaitu
ilmu pengetahuan tentang yang haq sesuai dengan wajah dan hikmah-Nya,
yaitu ilmun tentang hukum-hukum dan pengetahuan tentang rahasia dan
hukum-hukum yang terkandung didalamnya. Seseorang bias saja menjadi
seorang alim (berilmu) akan tetapi belum tentu dia hakim. Sebab hikmah itu
pasti mengharuskan adanya ilmu, bahkan adanya amal. Maka dari itu hikmah
ditafsirkan (diartikan) dengan ilmu yang bermanfaat dan amal shalih. Ketika
Allah mengaruniakan kepadanya karunia yang sangat agung ini, Allah
memerintahkan kepadanya untuk bersyukur atas karunia besar yang diberikan
kepadanya, agar Allah memberkahinya dan menambah karunia-Nya
kepadanya.
Selanjutnya Allah SWT mengabarkan bahwa syukurnya orang-orang
yang bersyukur itu manfaatnya kembali kepada diri mereka sendiri, dan bahwa
siapa saja yang ingkar, lalu tidak bersyukur kepada Allah maka bahayanya
menimpa dirinya sendiri, sedangkan Allah Maha kaya, tidak butuh kepadanya
lagi Maha terpuji dalam apa saja yang Dia takdirkan dan Dia putuskan

5
https://tafsirweb.com/7501-surat-luqman-ayat-17.html
8

terhadap orang yang menyalahi perintah-Nya. Jadi kekayaan-Nya (ketidak


butuhan-Nya kepada hamba-hamba-Nya) merupakan kepastian Dzat-Nya. Dan
keberadaannya terpuji pada sifat-sifat kesempurnaan-Nya didalam kebaikan
yang dilakukan-Nya merupakan kepastian Dzat-Nya. Setiap masing-masing
dari dua ungkapan ini adalah sifat kesempurnaan dan berkumpulnya salah satu
kepada yang lain adalah taambahan kesempurnaan kepada kesempurnaan.
Sementara itu dalam Qur‟an surat al-Mukminun ayat 1-11, Allah SWT
menyampaikan pesan ciri-ciri orang mukmin yang akan mendapat kemenangan
diantaranya yakni :
1. Khusuk dalam shalat
2. Menjauhkan diri dari perbuatan yang tidak berguna
3. Menunaikan zakat
4. Menjaga kemaluan
5. Tidak berzina
6. Memelihara amanat-amanat yang diserahkan kepadanya
7. Memelihara shalatnya dalam keadaan apapun
Orang yang memiliki sifat-sifat tersebut akan dimasukkan dalam
golongan orang-orang yang mulia, mempunyai akhlaq yang tinggi serta
pengikut Nabi SAW yang setia dan yang sangat memperhatikannya. Hal
tersebut dikarenakan tujuan Nabi diutus oleh Allah SWT adalah untuk
menyempurnakan budi pekerti yang mulia, dan nabi sendiri telah mendapat
predikat budiman yang agung6.
Maraknya perilaku pelajar yang seperti tindakan pelajar melawan guru
dan orang tua, tawuran antarpelajar dan adanya fenomena geng motor yang
berdampak pada tindakan kriminalitas saat ini, menimbulkan rasa prihatin dan
kecemasan yang mendalam semua pihak. Hal ini karena pelaku-pelaku geng

6
Artikel Tribunnews.com 24 Sep 2021 13:59
9
motor dan tindakan kriminal adalah anak-anak muda yang merupakan anak-
anak harapan orang tua penerus estapet kepemimpinan bangsa. Mereka telah
berjalan di rel yang salah. Tentunya hal ini membutuhkan solusi bersama
masyarakat dan pemerintah untuk mengatasinya. Anak-anak muda harus
diarahkan dalam kegiatan-kegiatan yang bermanfaat dan positif, yang salah
satunya yaitu melalui kegiatan dan pembinaan ekstrakurikuler Pramuka.
MTs Negeri 1 Cirebon merupakan salah satu lembaga pendidikan
dibawah naungan Kementerian Agama Republik Indonesia yang berada di
wilayah kabupaten Cirebon yang tetap konsisten melaksanakan kegiatan
ekstrakurikuler Pramuka. Kegiatan estrakurikuler Pramuka ini telah berjalan
lama yang mana kegiatan tersebut dilaksanakan secara rutin setiap hari Jum‟at
mulai pukul 14.00 wib sampai dengan pukul 16.00 wib. Selian itu ada kalanya
hari Sabtu juga dijadikan waktu tambahan untuk berlatih pramuka.
Hasil observasi dan pengamatan pada awal survey, peneliti menilai
bahwa kegiatan ekstrakurikuler Pramuka di MTs Negeri 1 Cirebon sangat aktif.
Hal ini dibuktikan dengan rutinnya kegiatan mingguan dilaksanakan dan
tingginya tingkat partisipasi anggota-anggota penggalang dalam kegiatan
Pramuka baik itu di tingkat kwarran atau kecamatan maupun di tingkat
kwarcab atau kabupaten. Selain itu sejumlah prestasi juga telah banyak diraih
oleh anggota-anggota penggalang Umar Bin Khotob dan Siti Aisyah tersebut.
Selain itu ada nilai positif yang didapatkan dari beberapa alumni dan anggota
Pramuka aktif hasil dari keikutsertakan dalam kegiatan Pramuka diantaranya
sikap positif nilai disiplin, kerja sama dengan kelompok, rasa tanggung jawab,
jiwa kepemimpinan dan rasa percaya diri.
Kegiatan ekstrakurikuler Pramuka telah menjadi icon dan ciri khas
kegiatan ekstrakurikuler pavorit yang ada di MTs Negeri 1 Cirebon, disamping
10
kegiatan ekstrakurikuler lainnya. Hal ini sebagaimana informasi yang peneliti
terima dari beberapa informan dan beberapa alumni.
Berdasarkan latarbelakang dan fakta-fakta dari observasi di lapangan
terkait dengan kegiatan ekstrakurikuler Pramuka di MTs Negeri 1 Cirebon
kabupaten Cirebon, maka peneliti tertarik untuk meneliti tentang “Manajemen
Pembinaan Ekstrakurikuler Pramuka dalam Membentuk Karakter Peserta
Didik di MTs Negeri 1 Cirebon”.

B. Fokus Penelitian
Untuk lebih memudahkan peneliti supaya lebih terarah dan
mendapatkan hasil sesuai dengan yang diharapkan, maka perlu adanya
pembatasan masalah atau fokus penelitian yaitu pada aspek pelaksanaan
kegiatan Pramuka, kendala-kendala yang hadapi dalam pada saat pembinaan
pramuka serta dampak pelaksanaan kegiatan Pramuka dalam membentuk
karakter peserta didik di MTs Negeri 1 Cirebon. Fokus penelitian ini
diharapkan dalam kegiatan ekstrakurikuler Pramuka peserta didik mampu
membentuk karakter disiplin, rasa tanggung jawab dan percaya diri.

C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latarbelakang dan bertitik tolak pada masalah diatas,
maka rumusan permasalahan dalam penelitian ini adalah ;
1. Bagaimana pelaksanaan pembinaan kegiatan ekstrakurikuler Pramuka
dalam membentuk karakter peserta didik di MTs Negeri 1 Cirebon ?
2. Bagaimana kendala-kendala pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler
Pramuka dalam membentuk karakter peserta didik di MTs Negeri 1
Cirebon ?
11

3. Bagaimana dampak atau pengaruh pelaksanaan kegiatan


ekstrakurikuler Pramuka dalam membentuk karakter peserta didik di
MTs Negeri 1 Cirebon ?
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan dari penelitian
ini untuk mendeskripsikan:
1. Pelaksanaan kegiatan pembinaan ekstrakurikuler Pramuka dalam
membentuk karakter siswa di MTs Negeri 1 Cirebon.
2. Kendala-kendala apa saja dalam pelaksanaan kegiatan pembinaan
ekstrakurikuler Pramuka dalam membentuk karakter siswa di MTs
Negeri 1 Cirebon.
3. Dampak atau pengaruh yang dihasilkan dari kegiatan pembinaan
ekstrakurikuler Pramuka dalam membentuk karakter siswa di MTs
Negeri 1 Cirebon.
.
E. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pemikiran bagi
MTs Negeri 1 Cirebon dalam pembentukan karakter siswa melalui
kegiatan pembinaan ekstrakurikuler Pramuka
2. Manfaat Praktis
a. Sebagai bahan informasi tentang kualitas kegiatan pembinaan
ekstrakurikuler Pramuka yang ada di MTs Negeri 1 Cirebon
b. Sebagai bahan masukan bagi kepala madrasah dan guru serta para
pembina di MTs Negeri 1 Cirebon dalam menerapkan pola
pembinaan ekstrakurikuler Pramuka dan ekstrakurikuler lainnya
12
c. Penelitian ini dilaksanakan dalam rangka memenuhi persyaratan
mencapai gelar Magister Pendidikan Islam (M.Pd)
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Deskripsi Teori
1. Manajemen
Manajemen berasal dari kata to manage yang artinya mengatur.
Adapun unsur-unsur manajemen yang terdiri dari 6M yaitu man, money,
mothode, machines, materials, dan market. Manajemen adalah suatu cara/seni
mengelola sesuatu untuk dikerjakan oleh orang lain. Untuk mencapai tujuan
tertentu secara efektif dan efisien yang bersifat masif, kompleks dan bernilai
tinggi tentulah sangat dibutuhkan manajemen. Sumber daya manusia
merupakan kekayaan (asset) organisasi yang harus didayagunakan secara
optimal sehingga diperlukannya suatu manajemen untuk mengatur sumber
daya manusia sedemikian rupa guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan
sejak awal.
Adapun definisi manajemen yang dikutip oleh Malayu S.P. Hasibuan
(2012;1) menyatakan “manajemen adalah ilmu dan seni mengatur proses
pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber lainnya secara efektif
dan efisien untuk mencapai suatu tujuan tertentu”. Kemudian definisi
Manajemen menurut Massie yang dikutip oleh Azhar Arsyad (2002;1)
menyatakan “Manajemen adalah suatu proses dimana kelompok secara
kerjasama mengerahkan tindakan atau kerjanya untuk mencapai tujuan
bersama. Proses tersebut mencakup teknik-teknik yang digunakan oleh para
manajer untuk mengkoordinasikan kegiatan atau aktifitas orang lain menuju
tercapainya tujuan bersama”.
Sedangkan menurut G.R. Terry (2010;16) menjelaskan bahwa
“Manajemen merupakan suatu proses khas yang terdiri atas tindakan-tindakan

13
14
perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, dan pengendalian untuk
menentukan serta mencapai tujuan melalui pemanfaatan sumber daya manusia
dan sumber daya lainnya”. Selanjutnya dijelaskan lebih lanjut dalam proses
pelaksanaannya, manajemen memiliki tugas khusus yang harus dilaksanakan.
Tugas-tugas inilah yang disebut sebagai fungsi-fungsi manajemen.
Fungsi perencanaan kegiatan merumuskan apa yang akan dilakukan di
masa yang akan datang. Perencanaan ini biasanya dirumuskan setelah
penetapan tujuan yang akan dicapai telah ada1. Pada perencanaan terkandung
di dalamnya mengenai hal-hal yang harus dikerjakan seperti apa yang harus
dilakukan, kapan, di mana dan bagaimana melakukannya ? Dalam Kamus
Besar Bahasa Indonesia disebutkan bahwa perencanaan dapat berarti proses,
perbuatan, cara merencanakan atau merancangkan2.
Perencanaan dapat berarti meliputi tindakan memilih dan
menghubungkan fakta-fakta dan membuat serta menggunakan asumsi-asumsi
mengenai masa yang akan datang dalam hal memvisualisasikan serta
merumuskan aktivitas-aktivitas yang diusulkan yang dianggap perlu untuk
mencapai hasil-hasil yang diinginkan. Perencanaan berarti menentukan
sebelumnya apa yang harus dilakukan dan bagaimana cara melakukannya. 3
Dengan demikian, perencanaan merupakan proses pemikiran, baik
secara garis besar maupun secara detail dari satu pekerjaan yang dilakukan
untuk mencapai kepastian yang paling baik dan ekonomis. Perencanaan
merupakan gambaran dari suatu kegiatan yang akan datang dalam waktu
tertentu dan metode yang akan dipakai. Oleh karena itu, perencanaan
merupakan sikap mental yang diproses dalam pikiran sebelum diperbuat, ia

1
Zuchdi, Humanisasi Pendidikan, 2009, Jakarta: PT Bumi Aksara
2
Zubaidi, 2011, Desain Pendidikan Karakter, Jakarta: Prenada
3
Suharso dan Ana Retnonongsih, 2011, Kamus Besar Bahasa Indonesia, edisi Lux. Semarang: Widya Karya
15

merupakan perencanaan yang berisikan imajinasi ke depan sebagai suatu tekad


bulat yang didasari nilai-nilai kebenaran.

Merencanakan di sini menyangkut merumuskan sasaran atau tujuan


dari organisasi tersebut, menetapkan strategi menyeluruh untuk mencapai
tujuan dan menyusun hirarki lengkap rencana-rencana untuk mengintegrasikan
dan mengkoordinasikan kegiatan-kegiatan.
Dengan demikian perencanaan dapat berjalan secara efektif dan efisien
bila diawali dengan persiapan yang matang. Sebab dengan pemikiran secara
matang dapat dipertimbangkan kegiatan prioritas dan non prioritas, Oleh
karena itu, kegiatan-kegiatan dapat diatur sedemikian rupa, sehingga dapat
mencapai sasaran dan tujuannya.
Fungsi pengorganisasian merupakan proses pengelompokan kegiatan-
kegiatan untuk mencapai tujuan-tujuan dan penegasan kepada setiap kelompok
dari seorang manejer. Pengorganisasian dilakukan untuk menghimpun dan
mengatur semua sumber-sumber yang diperlukan, termasuk manusia. Gumur
merumuskan organizing ke dalam pengelompokan dan pengaturan orang untuk
dapat digerakkan sebagai satu kesatuan sesuai dengan rencana yang telah
dirumuskan, menuju tercapainya tujuan yang ditetapkan.4
Sedangkan Fayol menyebutkan sebagai to organize a bussiness is to
provide it with everything useful to its fungsioning, raw materials, tools,
capital, personal.5

4
Suharso dan Ana Retnonongsih, 2011, Kamus Besar Bahasa Indonesia, edisi Lux. Semarang: Widya
Karya
5
Muchlas Samani, Konsep dan Model, hlm. 45
16
Fayol melihat bahwa organisasi merupakan wadah pengambilan
keputusan terhadap segala kesatuan fungsi seperti bahan baku, alat-alat
kebendaan, menyatukan segenap peralatan modal dan personil (karyawan).
Baik Gumur maupun Fayol sama-sama melihat bahwa organizing
merupakan pengelompokan orang-orang dan alat-alat ke dalam satu kesatuan
kerja guna mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Adapun
mengenai wujud dari pelaksanaan organizing adalah tampaknya kesatuan yang
utuh, kekompakan, kesetiakawanan dan terciptanya mekanisasi yang sehat,
sehingga kegiatan lancar, stabil dan mudah mencapai tujuan yang ditetapkan.
Berdasarkan dari uraian di atas, maka terlihat adanya tiga unsur
organizing yaitu: Pengenalan dan pengelompokan kerja, penentuan dan
pelimpahan wewenang serta tanggung jawab dan pengaturan hubungan kerja.
Fungsi penggerakan adalah seluruh proses pemberian motivasi kerja
kepada para bawahan sedemikian rupa, sehingga mereka mampu bekerja
dengan ikhlas demi tercapainya tujuan organisasi dengan efisien dan
ekonomis. 6 Setelah rencana ditetapkan, begitu pula setelah kegiatan-kegiatan
dalam rangka pencapaian tujuan itu dibagi-bagikan, maka tindakan berikutnya
dari pimpinan adalah menggerakkan mereka untuk segera melaksanakan
kegiatan-kegiatan itu, sehingga apa yang menjadi tujuan suatu kegiatan usaha
benar-benar tercapai. Tindakan pimpinan menggerakkan itu disebut
"penggerakan" (actuating).
Inti kegiatan penggerakan adalah bagaimana menyadarkan anggota
suatu organisasi untuk dapat bekerjasama antara satu dengan yang lain. 7
Menurut SP. Siagian bahwa suatu organisasi hanya bisa hidup apabila di

6
Suharso dan Ana Retnonongsih, 2011, Kamus Besar Bahasa Indonesia, edisi Lux. Semarang: Widya Karya
7
Muchlas Samani, Konsep dan Model, hlm. 45
17

dalamnya terdapat para anggota yang rela dan mau bekerja-sama satu sama
lain.
Pencapaian tujuan organisasi akan lebih terjamin apabila para anggota
organisasi dengan sadar dan atas dasar keinsyafannya yang mendalam bahwa
tujuan pribadi mereka akan tercapai melalui jalur pencapaian tujuan organisasi.
Kesadaran merupakan tujuan dari seluruh kegiatan penggerakan yang
metode atau caranya harus berdasarkan norma-norma dan nilai-nilai sosial
yang dapat diterima oleh masyarakat. 8
Kesadaran yang muncul dari anggota organisasi terutama kaitannya
dengan proses suatu kegiatan usaha, maka dengan sendirinya telah
melaksanakan fungsi manajemen. Penggerakan merupakan lanjutan dari fungsi
perencanaan dan pengorganisasian, setelah seluruh tindakan dipilah-pilah
menurut bidang tugas masing-masing, maka selanjutnya diarahkan pada
pelaksanaan kegiatan. Tindakan pimpinan dalam menggerakkan anggotanya
dalam melakukan suatu kegiatan, maka hal itu termasuk actuating.
Fungsi Pengendalian atau disebut juga evaluasi Pengendalian berarti
proses, cara, perbuatan mengendalikan, pengekangan, pengawasan atas
kemajuan (tugas) dengan membandingkan hasil dan sasaran secara teratur serta
menyesuaikan usaha (kegiatan) dengan hasil pengawasan.9
Pengertian pengendalian menurut istilah adalah proses kegiatan untuk
mengetahui hasil pelaksanaan, kesalahan, kegagalan untuk diperbaiki dan
mencegah terulangnya kembali kesalahan itu, begitu pula mencegah sebagai
pelaksanaan tidak berbeda dengan rencana yang telah ditetapkan.10

8
Satya Nugraha, Panduan Lengkap Pramuka, Pustaka Mahardika
9
Sutarjo Adisusilo, 2011, Pembelajaran Nilai-Karakter Konstruktivisme dan VCT sebagai Inovasi
Pendekatan Pembelajaran Afektif, (Jakarta: Rajagrafindo Persada
10
Zuchdi, Humanisasi Pendidikan, 2009, Jakarta: PT Bumi Aksara
18

Pengendalian atau pengawasan yang dilakukan sering disalah artika


untuk sekedar mencari-cari kesalahan orang lain. Padahal sesungguhnya
pengendalian atau pengawasan ialah tugas untuk mencocokkan program yang
telah digariskan dilaksanakan sebagaimana mestinya.
Berdasarkan definisi-definisi diatas maka dapat disimpulkan bahwa
manajemen merupakan suatu ilmu, seni dan proses kegiatan yang dilakukan
dalam upaya mencapai tujuan bersama dengan mengelola sumber daya
manusia dan sumber daya lainnya secara optimal melalui kerjasama antar
anggota organisasi.

2. Pembinaan
Menurut Mitha Thoha Pembinaan adalah Suatu tindakan, proses, hasil,
atau pernyataan yang lebih baik. Dalam hal ini menunjukkan adanya kemajuan,
peningkatan pertumbuhan, evolusi atas berbagai kemungkinan, berkembang
atau peningkatan atas sesuatu. Ada dua unsur dari definisi pembinaan yaitu :
a. Pembinaan itu bisa berupa suatu tindakan, proses, atau pernyataan
tujuan, dan;
b. Pembinaan bisa menunjukan kepada perbaikan atas sesuatu.
Menurut Poerwadarmita (dalam bukharistyle.blogspot.com :2012).
Pembinaan adalah suatu usaha, tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara
berdaya guna berhasil guna untuk memperoleh hasil yang lebih baik. Secara
umum pembinaan disebut sebagai sebuah perbaikan terhadap pola kehidupan
yang direncanakan. Setiap manusia memiliki tujuan hidup tertentu dan ia
memiliki keinginan untuk mewujudkan tujuan tersebut. Apabila tujuan hidup
tersebut tidak tercapai maka manusia akan berusaha untuk menata ulang pola
kehidupannya. Pengertian Pembinaan Menurut Psikologi Pembinaan dapat
diartikan sebagai upaya memelihara dan membawa suatu keadaan yang
19

seharusnya terjadi atau menjaga keadaan sebagaimana seharusnya. Dalam


manajemen pendidikan luar sekolah, pembinaan dilakukan dengan maksud
agar kegiatan atau program yang sedang dilaksanakan selalu sesuai dengan
rencana atau tidak menyimpang dari hal yang telah direncanakan.
Pembinaan secara etimologi berasal dari kata bina. Pembinaan adalah
proses, pembuatan, cara pembinaan, pembaharuan, usaha dan tindakan atau
kegiatan yang dilakukan secara berdaya guna dan berhasil guna dengan baik.
Dalam pelaksanaan konsep pembinaan hendaknya didasarkan pada hal bersifat
efektif dan pragmatis dalam arti dapat memberikan pemecahan persoalan yang
dihadapi dengan sebaik- baiknya, dan pragmatis dalam arti mendasarkan fakta-
fakta yang ada sesuai dengan kenyataan sehingga bermanfaat karena dapat
diterapkan dalam praktek.
Pembinaan menurut Masdar Helmi adalah segala hal usaha, ikhtiar dan
kegiatan yang berhubungan dengan perencanaan dan pengorganisasian serta
pengendalian segala sesuatu secara teratur dan terarah. Ketidaktercapaian apa
yang diharapkan akan sangat mempengaruhi kondisi seseorang tersebut baik
secara psikis maupun mental. Di sini peran pembinaan ini sangat diperlukan
guna me-refresh kondisi prsikis dan mental seseorang agar kembali agar tidak
mengalami depresi, dan hal ini sangat membantu agar apa yang direncanakan
tadi dapat tercapai dengan baik.
Berdasarkan pengertian-pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa
pembinaan adalah proses dan usaha yang dilakukan secara terarah untuk
mencapai hasil yang lebih baik sesuai dengan tujuan.

3. Ekstrakurikuler
Dalam kegiatan belajar dan mengajar sering sekali muncul adanya
istilah kokurikuler, intrakurikuler dan ekstrakurikuler. Menurut Peraturan
20

Presiden nomor 87 tahun 2017 tentang Penguatan Pendidikan Karakter,


kokurikuler adalah kegiatan yang dilaksanakan untuk penguatan, pendalaman,
dan/atau pengayaan kegiatan Intrakurikuler. Sedangkan menurut Winarno
Hamiseno, kegiatan kokurikuler adalah kegiatan di luar jam pelajaran biasa
(termasuk waktu libur), yang dilakukan di sekolah ataupun di luar sekolah
dengan tujuan menunjang pelaksanaan program intrakurikuler agar siswa dapat
lebih menghayati bahan yang telah dipelajarinya serta melatih siswa untuk
melaksanakan tugas secara bertanggung jawab. Sedangkan intrakurikuler
adalah kegiatan pembelajaran untuk pemenuhan beban belajar dalam
kurikulum sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan11.
Pengertian ekstrakurikuler adalah kegiatan non-pelajaran formal yang
dilakukan peserta didik sekolah atau universitas, umumnya diluar jam
belajar kurikulum standar. Kegiatan-kegiatan ini ada pada setiap
jenjang pendidikan dari mulai tingkat sekolah dasar sampai universitas.
Kegiatan ekstrakurikuler ditujukan agar siswa dapat mengembangkan
kepribadian, bakat, dan kemampuannya diberbagai bidang di luar bidang
akademik. Kegiatan ini diadakan secara swadaya dari pihak sekolah maupun
siswa-siswi itu sendiri untuk merintis kegiatan di luar jam pelajaran sekolah
(ensiklopedia bebas, Jum‟at pukul 23.04).
Peraturan menteri pendidikan dan kebudayaan No 63 Tahun
2014 menyebutkan bahwa kegiatan ekstrakurikuler adalah kegiatan
kurikuler yang dilakukan oleh peserta didik diluar jam belajar kegiatan
intrakurikuler dan kegiatan kokurikuler dibawah bimbingan dan pengawasan
satuan pendidikan. Sedangkan menurut Suprastowo dkk (2009:16)
ekstrakurikuler merupakan kegiatan penunjang intrakurikuler dan
dilangsungkan diluar dari jam belajar efektif secara akademik. Kegiatan

11
Perpres no 87 tahun 2017 tentang Penguatan Pendidikan Karakter
21

ekstrakurikuler merupakan salah satu komponen dari kegiatan


pengembangan diri yang terprogram.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa kegiatan
ekstrakurikuler adalah kegiatan tambahan diluar struktur program yang
dilaksanakan diluar jam pelajaran biasa yang bertujuan untuk memperkaya dan
memperluas wawasan dan kemampuan siswa, selain itu juga untuk
menyalurkan minat dan bakatnya.
Sesuai dengan keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Republik Indonesia nomor 81a tahun 2013 tentang implementasi kurikulum,
dijelaskan bahwa tujuan pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler pada satuan
pendidikan adalah sebagai berikut ; (a) Kegiatan ekstrakurikuler dapat harus
dapat meningkatkan kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik peserta
didik, (b) kegiatan ekstrakurikuler harus dapat mengembangkan minat dan
bakat peserta didik dalam upaya pembinaan pribadi menuju pembinaan
manusia seutuhnya.
Kegiatan ekstrakurikuler sebagai seperangkat pengalaman belajar
memiliki nilai-nilai manfaat bagi pembentukan kepribadian siswa. Adpaun
tujuan pelaksanaan ekstrakurikuler di sekolah terbagi menjadi 3 (tiga) yaitu ;
a. Tujuan bersifat individual, yaitu ; (1) menggunakan waktu yang
konstruktif, (2) mengembangkan kepribadian, (3) memperkaya
kepribadian, (4) mencapai realisasi diri untuk maksud-maksud baik, (5)
mengembangkan inisiatif dan tanggungjawab, (6) belajar memimpin
dan turut aktif dalam pertemuan-pertemuan, (7) menyediakan
kesempatan bagi penegenal diri
b. Tujuan bersifat sosial, yaitu ; (1) memberikan reaksi mental dan fisik
yang sehat, (2) memperoleh pengalaman dalam bekerja dengan orang
lain, (3) mengembangkan tanggungjawab kelompok demokrasi, (4)
22

belajar mempraktekan hubungan manusia yang baik, (5) memahami


proses kelompok, (6) memupuk hubungan guru dan murid yang baik,
(7) menyediakan kesempatan bagi partisipasi murid dan guru, (8)
meningkatkan hubungan sosial.
c. Tujuan bersifat sivic dan etis, yaitu ; (1) memupuk ikatan persaudaraan
diantara siswa-siswi tanpa membedakan daerah, suku, agama, status
ekonomi, dan kesanggupan, (2) membagun minat dan gairah terhadap
program sekolah, (3) menyediakan saran dimana siswa dapat
menyambung pada kesejahteraan dirinya sendiri.
Tujuan ekstrakurikuler dalam perspektif lain adalah (a) kegiatan
ekstrakurikuler harus dapat meningkatkan kemampuan siswa beraspek
kognitif, afektif, dan psikomotorik, (b) mengembangkan bakat dan minat
siswa dalam upaya pembinaan pribadi menuju pembinaan manusia
seutuhnya yang positif, (c) dapat mengetahui, mengenal serta membedakan
antara hubungan suatu pelajaran dengan mata pelajaran12.
Untuk lebih memahami perbedaan karakteristik kegiatan
intrakurikuler, kokurikuler dan ekstrakurikuler, maka cermati table berikut
ini;
Intrakurikuler Kokurikuler Ekstrakurikuler
 Kegiatan utama  Kegiatan tambahan  Kegiatan tambahan
 Mencapai tujuan minimal KD  Penguatan, pendalaman,  Mengembangkan bakat dan
dan/atau pengayaan minat peserta didik
 Di sekolah  Di sekolah dan/atau di luar  Di sekolah dan/atau di luar
sekolah sekolah
 Guru mata pelajaran  Guru mata pelajaran  Guru atau petugas yang memiliki
potensi
 Terjadwal (jam pelajaran)  Di luar jadwal intrakurikuler  Di luar jadwal intrakurikuler

12
Usman, Muh. Uzer & Setiawan Lilis. 1993. Upaya Optimalisasi Kegiatan Belajar Mengajar.
Bandung : Remaja Rosda Karya. Hal 65.
23

Berdasarkan penjelasan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa,


kegiatan ekstrakurikuler merupakan kegiatan tambahan yang dilakukan diluar
jadwal utama dapat dilakukan diluar sekolah, memiliki dampak yang sangat
positif bagi perkembangan mental, sikap dan pembentukan karakter serta
pengembangan minat dan bakat peserta didik.

4. Ekstrakurikuler Pramuka
Selama ini penggunaan istilah gerakan pramuka, kepramukaan dan
pramuka Nampak masih digunakan secara tumpang tindih. Kwartir Nasional
atau disingkat Kwarnas menjelaskan bahwa gerakan pramuka adalah nama
organisasi pendidikan diluar sekolah dan di luar keluarga yang menggunakan
prinsip dasar kepramukaan dan metode kepramukaan13. Kepramukaan adalah
nama kegiatan anggota gerakan pramuka. Sedangkan pramuka merupakan
sebutan bagi anggota gerakan pramuka, yang berusia 7 tahun sampai dengan
25 tahun, dan berkedudukan sebagai peserta didik yaitu sebagai pramuka siaga
usia 7-10 tahun, pramuka penggalang usia 11-15 tahun, usia penegak 16-20
tahun dan pramuka pandega usia 21-25 tahun. Selain itu ada juga anggota
pramuka dewasa, seperti Pembina pramuka, andalan, pelatih, dan majelis
pembimbing.
Pramuka merupakan singkatan dari Praja Muda Karana, yang berarti
organisasi pemuda yang mendidik anggotanya dalam berbagai keterampilan14.
Praja Muda Karana mempunyai arti yaitu rakyat muda yang suka berkarya.
Dengan demikian pramuka sebagai peserta didik dalam gerakan pramuka

13
Kwarnas 1983 hal 22
14
Suharso dan Ana Retnonongsih, (2011). Kamus Besar Bahasa Indonesia: edisi Lux. Semarang:
Widya Karya. Hal 389
24
mendapat pendidikan berupa keterampilan yang akan berguna bagi
kehidupannya.
Menurut keputusan Kwartir Nasional Gerakan Pramuka nomor 2013
tahun 2009 pasal 1 menyataka bahwa Gerakan Pramuka atau Gerakan Praja
Muda Karana adalah lembaga pendidikan kaum muda yang didukung oleh
orang dewasa. Gerakan Pramuka menyelenggarakan pendidikan kepramukaan
sebagai cara mendidik kaum muda dengan bimbingan orang dewasa15.
Kepramukaan sebagaimana tercantum dalam anggaran dasar dan
rumah tangga gerakan pramuka (bab II pasal 7) adalah proses pendidikan
diluar lingkungan sekolah dan luar lingkungan keluarga dalam bentuk kegiatan
menarik, menyenangkan, sehat, teratur, terarah, praktis yang di alam terbuka
dengan prinsip dasar kepramukaan (PDK) dan metode kepramukaan (MK)
yang sasaran akhirnya pembentukan watak, akhlak, dan budi pekerti luhur16.
5. Karakter
Pendidikan karakter merupakan bagian integral yang sangat penting
dari pendidikan di Indonesia, yang dapat dimaknai sebagai pendidikan nilai,
pendidikan budi pekerti, pendidikan moral, pendidikan watak yang bertujuan
untuk mengembangkan kemampuan perserta didik untuk memberikan
keputusan baik buru, memelihara apa yang baik dan mewujudkan kebaikan itu
dalam kehidupan sehari-hari dengan sepenuh hati, sehingga terbentuk manusia
sutuhnya yang berkarakter dalam dimensi hati, pikir, raga, rasa, serta karsa17.
Pendidikan karakter yang dibangun dalam pendidikan dapat mengacu
pada Pasal 3 UU Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003, bahwa:

15
Satya Nugraha. Panduan Lengkap Pramuka. Pustaka Mahardika. Hal 139.
16
Azrul Azwar.2009.Gerakan Pramuka AD/ART.Jakarta:Kwartir Nasional Gerakan
Pramuka.Hal.78.
17
Abidinsyah, Urgensi Pendidikan Karakter dalam Membangun Peradaban Bangsa yang
Bermartabat, (Jurnal Ilmu-ilmu Sosial “Socioscienta”, vol. 3 no. 1, Februari 2011), hlm. 03
25

“Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan dan membentuk watak serta


peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan
bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggungjawab”18.
Pendidikan karakter, menurut Ratna Megawangi adalah “sebuah usaha
untuk mendidik anak-anak agar dapat mengambil keputusan dengan bijak dan
mempraktikkannya dalam kehidupan sehari-hari, sehingga mereka dapat
memberikan kontribusi yang positif kepada lingkungannya” 19 . Sedangkan
menurut Ramli, pendidikan karakter memiliki esensi dan makna yang sama
dengan pendidikan moral dan pendidikan akhlak. Tujuannya adalah mem-
bentuk pribadi anak, supaya menjadi manusia yang baik, warga masyarakat,
dan warga negara yang baik. Oleh karena itu, hakikat dari pendidikan karakter
dalam konteks pendidikan di Indonesia adalah pendidikan nilai, yakni
pendidikan nilai-nilai luhur yang bersumber dari budaya bangsa Indonesia
sendiri, dalam rangka membina kepribadian generasi muda20.
Menurut Lickona, karakter berkaitan dengan konsep moral (moral
knonwing), sikap moral (moral felling), dan perilaku moral (moral behavior).21
Berdasarkan ketiga komponen ini dapat dinyatakan bahwa karakter yang baik
didukung oleh pengetahuan tentang kebaikan, keinginan untuk berbuat baik,
dan melakukan perbuatan kebaikan. Menurut Thomas Lickona mengartikan
pendidikan karakter adalah pendidikan untuk membentuk kepribadian

18
Undang-undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional
2003, (Jakarta: Cemerlang, 2003), hlm. 07
19
Dharma, Pendidikan Karakter, hlm. 05
20
Heri Gunawan, Pendidikan Karakter Konsep Dan Implementasi, (Bandung: Alfabeta, 2012),
hlm.
21
Zubaidi, Desain Pendidikan Karakter, (Jakarta: Prenada, 2011)
26

seseorang melalui pendidikan budi pekerti, yang hasilnya terlihat dalam


tindakan nyata seseorang, yaitu tingkah laku yang baik, jujur
bertanggungjawab, menghormati hak orang lain, kerja keras, dan sebagainya 22.
Selanjutnya ditambah lagi pengertiannya oleh Elkind dan Sweet yang
mengartikan pendidikan karakter sebagai upaya yang disengaja untuk
membantu memahami manusia, peduli dan inti atas nilai-nilai etis/susila 23 .
Sedangkan karakter menurut pencetus pendidikan karakter F.W. Foerster,
menyebutkan bahwa karakter adalah seperangkat nilai yang telah menjadi
kebiasaan hidup sehingga menjadi sifat tetap dalam diri seseorang, misalnya
kerja keras, pantang menyerah, jujur, sederhana, dan lain-lain. Dengan karakter
itulah kualitas seorang pribadi diukur. Sedangkan tujuan pendidikan karakter
adalah terwujudnya kesatuan esensial si subjek dengan perilaku dan sikap/nilai
hidup yang dimilikinya. Jadi, pendidikan karakter dapat dilakukan dengan
pendidikan nilai pada diri seseorang24.
Berdasarkan tujuan pendidikan nasional, maka pendidikan karakter
adalah suatu program pendidikan (sekolah dan luar sekolah) yang mengorga-
nisasikan dan menyederhanakan sumber-sumber moral dan disajikan dengan
memperhatikan pertimbangan psikologis untuk pertimbangan pendidikan.
Sedangkan menurut Prof. Dr. Muchlas Samani dalam bukunya memaknai
pendidikan karakter adalah proses pemberian tuntutan kepada peserta didik
untuk menjadi manusia seutuhnya yang berkarakter dalam dimensi hati, pikir,
raga, serta rasa dan karsa25.

22
Heri, Pendidikan Karakter, hlm. 23
23
Zubaidi, Desain Pendidikan Karakter, (Jakarta: Prenada, 2011), hlm. 2
24
Sutarjo Adisusilo, Pembelajaran Nilai-Karakter Konstruktivisme dan VCT sebagai Inovasi
Pendekatan Pembelajaran Afektif, (Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2012), hlm. 78
25
Muchlas Samani, Konsep dan Model, hlm. 45
27

Berdasarkan grand design yang dikembangkan Kemendiknas pada


tahun 2010, secara psikologis dan sosial kultural pembentukan karakter dalam
diri individu merupakan fungsi dari seluruh potensi individu manusia (kognitif,
afektif, konatif, dan psikomotik) dalam konteks interaksi sosial kultural (dalam
keluarga, sekolah, dan masyarakat) dan berlangsung sepanjang hayat.
Konfigurasi karakter dalam konteks totalitas proses psikologis dan sosial-
kultural tersebut dapat dikelompokkan dalam: 1) olah hati (spiritual and
emotional development), 2) olah pikir (intellectual development), 3) olah raga
dan kinestetik (physical and kinesthetic develompent), dan olah rasa dan karsa
(affective and creativity), keempat hal ini tidak dapat dipisahkan satu sama
lainnya, bahkan saling melengkapi dan saling keterkaitan26.
Bila ditelusuri, karakter berasal dari bahasa Latin “kharakter”,
“kharassein”, “kharax”, dalam bahasa Inggris: “character” dan Indonesia
“karakter”, Yunani “character”, dari “charassein” yang berarti membuat tajam,
membuat dalam. Dalam Kamus Poerwadarminta, karakter diartikan sebagai
tabiat, watak, sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan
seseorang dengan yang lain. Nama dari jumlah seluruh ciri pribadi yang
meliputi hal-hal seperti perilaku, kebiasaan, kesukaan, ketidak- sukaan,
kemampuan, kecenderungan, potensi, nilai-nilai, dan pola pemikiran27.
Karakter adalah kualitas mental atau moral, kekuatan moral, nama atau
reputasi. Hermawan Kertajaya mendefinisikan karakter adalah “ciri khas” yang
dimiliki oleh suatu benda atau individu. Ciri khas tersebut adalah “asli” dan
mengakar pada kepribadian benda atau individu tersebut dan merupakan
„mesin‟ pendorong bagaimana seorang bertindak, bersikap, berujar, dan

26
Muchlas Samani, Konsep dan Model, hlm. 45
27
Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Karakter Prespektif Islam, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2011), hlm. 11
28

merespons sesuatu. Dharma Kesuma dan kawan-kawan mendefinisikan


pendidikan karakter sebagai pembelajaran yang mengarah pada penguatan dan
pengembangan perilaku anak secara utuh yang didasarkan pada suatu nilai
tertentu yang dirujuk oleh sekolah28.
Pendidikan karakter juga dapat didefiniskan sebagai pendidikan yang
mengembangkan karakter yang mulia (good character) dari peserta didik
dengan mempraktikkan dan mengajarkan nilai-nilai moral dan pengambilan
keputusan yang beradab dalam hubungan dengan sesama manusia maupun
dalam hubungannya dengan tuhannya29.
Dari beberapa definisi tersebut di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa
pendidikan karakter adalah pendidikan yang mengarahkan siswa didik untuk
berperilaku terpuji kepada sesama manusia dan kepada Tuhannya yang
dikembangkan dan dibiasakan melalui pembelajaran, dan pada akhirnya akan
tertanam pada diri siswa yang menunjukkan ciri khas seseorang dalam
bertindak, bertutur, dan merespon sesuatu.
Para pakar pendidikan pada umumnya sependapat tentang pentingnya
upaya peningkatan pendidikan karakter pada jalur pendidikan formal. Namun
demikian, ada perbedaan-perbedaan pendapat di antara mereka tentang
pendekatan dan modus pendidikannya. Berhubungan dengan pendekatan,
sebagian pakar menyarankan penggunaan pendekatan-pendekatan pendidikan
moral yang dikembangkan di negara-negara barat, seperti: pendekatan
perkembangan moral kognitif, pendekatan analisis nilai, dan pendekatan
klarifikasi nilai. Sebagian yang lain menyarankan penggunaan pendekatan

28
Dharma, Pendidikan Karakter, hlm. 05
29
Muchlas Samani, Konsep dan Model, hlm. 44
28
tradisional, yakni melalui penanaman nilai-nilai sosial tertentu dalam diri
perserta didik30.
Tujuan pendidikan karakter adalah mengajarkan nilai-nilai tradisional
tertentu, nilai-nilai yang diterima secara luas sebagai landasan perilaku yang
baik dan bertanggung jawab. Nilai-nilai ini juga digambarkan sebagai perilaku
moral31.
Pendidikan karakter selama ini baru dilaksanakan pada jenjang
pendidikan pra sekolah/madrasah (taman kanak-kanak atau raudhatul athfal).
Sementara pada jenjang sekolah dasar dan seterusnya kurikulum di Indonesia
masih belum optimal dalam menyentuh aspek karakter ini, meskipun sudah ada
materi pelajaran Pancasila dan Kewarganegaraan. Padahal jika Indonesia ingin
memperbaiki mutu sumber daya manusia dan segera bangkit dari
ketinggalannya, maka Indonesia harus merombak sistem pendidikan yang ada,
antara lain memperkuat pendidikan karakter. Sedangkan tujuan pendidikan
karakter yang tertuang dalam panduan Panduan Pelaksanaan Pendidikan
Karakter oleh Kementerian Pendidikan Nasional, menyebutkan bahwa
pendidikan karakter bertujuan mengembang- kan nilai-nilai yang membentuk
karakter bangsa yaitu Pancasila, meliputi: 1) mengembangkan potensi peserta
didik agar menjadi manusia berhati baik, berpikiran baik, dan berperilaku baik;
2) membangun bangsa yang ber- karakter Pancasila; 3) mengembangkan
potensi warganegara agar memiliki sikap percaya diri, bangga pada bangsa dan
negaranya, serta mencintai umat manusia32.
Selain tujuan pendidikan karakter dari Kementerian Pendidikan,
Dharma Kesuma juga menyebutkan tujuan pendidikan karakter dibagi menjadi

30
Heri, Pendidikan Karakter, hlm. 24
31
Zuchdi, Humanisasi Pendidikan, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2009), hlm. 39
32
Kementerian, Panduan, hlm. 07
30

tiga. Pertama, memfasilitasi penguatan dan pengembangan nilai-nilai tertentu


sehingga terwujud dalam perilaku anak, baik ketika proses sekolah maupun
setelah proses sekolah (setelah lulus dari sekolah). Kedua, mengkoreksi
perilaku peserta didik yang tidak bersesuaian dengan nilai-nilai yang
dikembangkan oleh sekolah. Ketiga, membangun koneksi yang harmoni
dengan keluarga dan masyarakat dalam memerankan tanggung jawab pen-
didikan karakter secara bersama33.
Dari keterangan para pakar pendidikan yang telah disebutkan
menunjukkan bahwa pendidikan karakter di Indonesia diarahkan menjadikan
Pancasila sebagai dasar manusia Indonesia untuk bernegara dan mencintai
tanah air serta mencintai sesama manusia. Hal tersebut diungkapkan oleh Heri
Gunawan yang menyebutkan bahwa pendidikan karakter pada intinya
bertujuan membentuk bangsa yang tangguh, kompetitif, berakhlak mulia,
bermoral, bertoleran, bergotong royong, berjiwa patriotik, berkembang
dinamis, berorientasi ilmu pengetahuan dan teknologi yang semuanya dijiwai
oleh iman dan takwa kepada Tuhan yang Maha Esa berdasarkan Pancasila34.
Secara substantif, tujuan pendidikan karakter adalah membimbing dan
memfasilitasi anak agar memiliki karakter positif (baik). Tujuan pendidikan
karakter yang harus dipahami oleh guru meliputi tujuan berjenjang dan tujuan
khusus pembelajaran. Tujuan berjenjang mencakup tujuan pendidika nasional,
tujuan institusional, tujuan kurikuler, dan tujuan umum pembelajaran35.
Berdasarkan fungsi dan tujuan pendidikan nasional, jelas bahwa
pendidikan disetiap jenjang, mulai pendidikan dasar hingga pendidikan tinggi,
harus dirancang dan diselenggarakan secara sistematis guna mencapai tujuan

33
Kementerian, Panduan, hlm. 07
34
Heri, Pendidikan Karakter, hlm. 30
35
Agus Zainul Fitri, Reinventing Human Character: Pendidikan Karakter Berbasis Nilai & Etika
di Sekolah, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2012), hlm. 22
31
tersebut. Dalam rangka pembentukan karakter peserta didik sehingga
beragama, beretika, bermoral, dan sopan santun dalam berinteraksi dengan
masyarakat, maka pendidikan harus dipersiapkan, dilaksanakan, dan dievaluasi
dengan baik dan harus mengintegrasikan pendidikan karakter di dalamnya
guna mewujudkan insan-insan Indonesia yang berkarakter mulia.
Dengan demikian, hasil pembelajarannya ialah terbentuknya kebiasaan
berpikir dalam arti peserta didik memiliki pengetahuan, kemauan dan
keterampilan dalam berbuat kebaikan. Melalui pemahaman yang kompre-
hensif ini diharapkan dapat menyiapkan pola-pola manajemen pembelajaran
yang dapat menghasilkan anak didik yang memiliki karakter yang kuat dalam
arti memiliki ketangguhan dalam keilmuan, keimanan, dan perilaku shaleh,
baik secara pribadi maupun sosial.
Pendidikan karakter pada tingkat satuan pendidikan mengarah pada
pembentukan budaya sekolah/madrasah yaitu nilai-nilai yang melandasi
perilaku, tradisi, kebiasaan sehari-hari, serta simbol-simbol yang dipraktikkan
oleh semua warga sekolah/madrasah, dan masyarakat sekitarnya 36.
Termasuk didalamnya, pendidikan karakter yang diterapkan di dalam
ekstrakurikuler Pramuka diharapkan juga dapat membentuk peserta didik yang
bermartabat dan mulia sesuai dengan isi dasa darma Pramuka.
Dalam publikasi Pusat Kurikulum Badan Penelitian dan
Pengembangan Kemeterian Pendidikan Nasional berjudul Pedoman
Pelaksanaan Pendidikan Karakter, telah mengidentifikasi sejumlah nilai
pembentuk karakter yang merupakan hasil kajian empirik Pusat Kurikulum
yang bersumber dari agama, pancasila, budaya, dan tujuan pendidikan
nasional. Dari hasil kajian-kajian tersebut, maka terdapat beberapa nilai inti

36
E. Mulyasa, Manajemen Pendidikan Karakter, (Jakarta: Bumi Aksara, 2011), hlm. 09
32

yang dapat dikembangkan di sekolah/madrasah, nilai-nilai tersebut adalah


sebagai berikut:37
1. Religius (sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran
agama yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama
lain, dan hidup rukun dengan pemeluk agama lain).
2. Jujur (perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya
sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan,
tindakan, dan pekerjaan).
3. Toleransi (sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama,
suku, etnis, pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda
dari dirinya).
4. Disiplin (tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada
berbagai ketentuan dan peraturan).
5. Kerja keras (perilaku yang menunjukkan upaya yang sungguh-
sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan guna menyelesaikan
tugas (belajar/pekerjaan) dengan sebaik-baiknya).
6. Kreatif (berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara
atau hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki).
7. Mandiri (sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada
orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas).
8. Demokratis (cara berpikir, bersikap, dan bertindak yang menilai
sama hak dan kewajiban dirinya dan orang lain).
9. Rasa ingin tahu (sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk
mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang
dipelajari, dilihat, dan didengar).
10. Semangat kebangsaan (cara berpikir, bertindak, dan berwawasan
yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas
kepentingan diri dan kelompoknya).
11. Cinta tanah air (ciri berpikir, bersikap, dan berbuat yang
menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi
terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan
politik bangsa).
12. Menghargai prestasi (sikap dan tindakan yang mendorong dirinya
untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan
mengakui, serta menghormati keberhasilan orang lain).

37
Kementerian Pendidikan Nasional, Bahan Pelatihan Penguatan Metodologi Pembelajaran
Berdasarkan Nilai-nilai Budaya untuk Membentuk Daya Saing dan Karakter Bangsa, (Jakarta:
Pusat Kurikulum, 2010), hlm. 09
33
13. Bersahabat/komunikatif (tindakan yang memperlihatkan rasa
senang berbicara, bergaul, dan bekerjasama dengan orang lain).
14. Cinta damai (sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk
menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan
mengakui, serta menghormati keberhasilan orang lain)
15. Gemar membaca (kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca
berbagai bacaan yang memberikan kebijakan bagi dirinya) .
16. Peduli lingkungan (sikap dan tindakan yang selalu berupaya
mencegah kerusakan lingkungan alam di sekitarnya, dan
mengembangkan upaya- upaya untuk memperbaiki kerusakan alam
yang sudah terjadi).
17. Peduli sosial (sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi
bantuan pada orang lain dan masyarakat yang membutuhkan).
18. Tanggung jawab (sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan
tugas dan kewajiban, yang seharusnya dia lakukan terhadap diri
sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial, dan budaya), negara
dan Tuhan Yang Maha Esa).

6. Manajemen Pelaksanaan Ekstrakurikuler Pramuka


Pendidikan karakter dapat diimplementasikan melalui beberapa strategi
dan pendekatan yang meliputi: (1) pengintegrasian nilai dan etika pada setiap
mata pelajaran; (2) internalisasi nilai positif yang ditanamkan oleh semua
warga sekolah (kepala sekolah, guru, dan orangtua); (3) pembiasaan dan
latihan. Dengan komitmen dan dukungan berbagai pihak, institusi sekolah
dapat mengimplementasikan kegiatan-kegiatan positif seperti salam, senyum,
dan sapa (3S) setiap hari saat anak datang dan pulang sekolah; (4) pemberian
contoh/teladan; (5) penciptaan suasana berkarakter sekolah; (6) pembudayaan.
Pembudayaan adalah tujuan institusional suatu lembaga yang ingin
mengimplementasikan pendidikan karakter di sekolah. Tanpa adanya
pembudayaan, nilai dan etika yang diajarkan hanya akan menjadi pengetahuan
kognitif semata. Perlu upaya, komitmen, dan dukungan dari semua komponen
untuk mendukung keberhasilan pendidikan karakter berbasis nilai dan etika
tersebut.
34
Pendidikan karakter di sekolah tidaklah berdiri sendiri, melainkan
muatan nilai-nilai yang menjadi satu kesatuan yang universal dalam setiap
pembelajaran. Nilai-nilai dalam karakter tersebut ketika ditanamkan ke siswa
tidak langsung terlihat hasilnya, tetapi memerlukan proses dan waktu yang
dilakukan secara konsisten dan berkelanjutan.
Dalam implementasinya, pendidikan karakter memerlukan semua
aspek yang ada dalam pendidikan di sekolah. Semua aspek tersebut diupayakan
terintegrasi dengan pendidikan karakter dalam kehidupan di sekolah, baik
dalam konteks pembelajaran di dalam kelas maupun di luar kelas. Ketika
diimplementasikan di sekolah, semua personalia yang berkaitan mempunyai
tanggung jawab untuk membentuk karakter peserta didiknya. Dalam hal ini
yang paling berperan adalah guru. Perilaku guru harus menunjukkan tauladan
yang baik bagi siswanya, jangan sampai menjadi tauladan yang buruk yang
mudah ditiru oleh siswanya. Karena perilaku sehari-hari guru di sekolah selalu
ditiru siswa, dan menurut siswa perilaku guru selama berada di sekolah
dianggap benar oleh siswanya.
Sebagai suatu manajemen, kegiatan ekstrakurikuler Pramuka memuat
beberapa fungsi manajemen, yang mengacu pada jenis-jenis kegiatan
ekstrakurikuler Pramuka, sebagai berikut;
a. Sasaran kegiatan Pramuka
b. Substansi kegiatan Pramuka
c. Pelaksanaan kegiatan Pramuka
d. Waktu dan tempat kegiatan Pramuka
e. Sarana kegiatan Pramuka
Pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler Pramuka adalah tindakan atau
pelaksanaan dari sebuah rencana kegiatan Pramuka yang sudah disusun secara
matang dan terperinci, implementasi biasanya dilakukan setelah perencanaan
35

sudah dianggap siap. Secara sederhana pelaksanaan bias diartikan penerapan.


Majone dan Widavsky mengemukakan pelaksanaan sebagai evaluasi. Browne
dan Widavsky mengemukakan bahwa pelaksanaan adalah perluasan aktifitas
yang saling menyesuaikan. Pelaksanaan menurut Westra adalah sebagai usaha-
usaha yang dilakukan untuk melaksanakan semua rencana dan kebijaksanaan
yang telah dirumuskan dan diterapkan dengan melengkapi segala kebutuhan
alat-alat yang diperlukan, siapa yang dapat melaksanakan, dimana tempat
pelaksanaan dan kapan dimulainya. Sedangkan menurut Bintoro
Tjokroadmudjoyo pelaksanaan adalah sebagai proses dalam bentuk rangkaian
kegiatan, yaitu berawal dari kebijakan guna mencapai suatu tujuan maka
kebijakan itu diturunkan dalam suatu program proyek 38.
Dari pengertian-pengertian yang telah dijelaskan diatas, dapat ditarik
kesimpulan bahwa kata pelaksanaan bermuara pada aktifitas, adanya aksi,
tindakan, atau mekanisme suatu sistem. Ungkapan mekanisme mengandung
arti bahwa pelaksanaan bukan sekedar aktifitas, tetapi suatu kegiatan yang
terencana dan dilakukan secara sungguh-sungguh berdasarkan norma tertentu
untuk mencapai tujuan kegiatan.

7. Dampak Pelaksanaan Kegiatan Ekstrakurikuler Pramuka


Setiap orang pasti merasakan pengalaman unik setiap mengikuti
kegiatan. Terlebih lagi dalam mengikuti kegiatan ekstrakurikuler Pramuka.
Berbagai macam tanggapan dan komentar dari pengalaman dalam mengikuti
suatu kegiatan. Ada yang menyukai semua kegiatan dan permainannya. Ada
yang netral, biasa saja. Ada juga yang membencinya karena hanya dianggap
membuang-buang waktu.

38
Sutopo.1999. Administrasi Manajemen dan organisasi. Jakarta. LAN RI
36
Kegiatan kepramukaan yang dicanangkan pemerintah dalam kurikulum
2013 dilakukan mulai SD hingga SMA. Menyikapi program wajib yang
diberikan pemerintah mengenai kegiatan ekstrakulikuler Pramuka, MTs
NEGERI 1 CIREBON kabupaten Cirebon telah melaksanakan program
pengembangan karakter melalui kegiatan pembinaan ekstrakurikuler Pramuka,
harapannya melalui kegiatan kepramukaan ini peserta didik memiliki karakter
bangsa yang kuat, menjadi pribadi yang tangguh serta dapat mengamalkan
nilai-nilai kemanusiaan yang tertera dalam Trisatya dan Dasa Darma Pramuka.
Pramuka diatur dalam Undang-Undang RI Nomor 12 Tahun 2010.
Gerakan Pramuka adalah organisasi yang dibentuk oleh pramuka untuk
menyelenggarakan pendidikan kepramukaan. Pramuka adalah warga negara
Indonesia yang aktif dalam pendidikan kepramukaan serta mengamalkan Satya
Pramuka dan Darma Pramuka. Kepramukaan adalah segala aspek yang
berkaitan dengan pramuka. Pendidikan Kepramukaan adalah proses
pembentukan kepribadian, kecakapan hidup, dan akhlak mulia pramuka
melalui penghayatan dan pengamalan nilai-nilai kepramukaan. Gerakan
pramuka bertujuan untuk membentuk setiap pramuka agar memiliki
kepribadian yang beriman, bertakwa, berakhlak mulia, berjiwa patriotik, taat
hukum, disiplin, menjunjung tinggi nilai-nilai luhur bangsa, dan memiliki
kecakapan hidup sebagai kader bangsa dalam menjaga dan membangun Negara
Kesatuan Republik Indonesia, mengamalkan Pancasila, serta melestarikan
lingkungan hidup39.

B. Penelitian Terdahulu Yang Relevan

39
Artikel. Midya Yuli Amreta, M.Pd. Pengaruh Kegiatan Pramuka Terhadap Karakter Siswa
Madrasah Ibtidaiyah Di Era Digital.2018. IAI Sunan Giri Bojonegoro
37
1. Muhammad Rizqi Hidayat NIM : 17704251002, judul : Kegiatan
Ekstrakurikuler Pramuka Dalam Membangun Nilai Karakter Gotong
Royong Di Sekolah Dasar Kabupaten Sleman Provinsi D.I. Yogyakarta,
Universitas Negeri Yogyakarta Tahun 2019
Hasil penelitian ini adalah sebagai berikut. (1) Penyelenggaraan
kegiatan ekstrakurikuler Pramuka dimulai dari
tahapan Pertama, Perencanaan Penyelenggaraan Kegiatan
Ekstrakurikuler Pramuka yang terdiri dari Manajemen waktu,
Tersedianya sarana dan prasarana, Tersedianya sumber daya manusia,
Manajemen keuangan dan Minat siswa. Tahapan Kedua, Pelaksanaan
pada proses pembelajaran yang terdiri dari Perencanaan program
pembelajaran Pramuka (kurikulum), Metode yang diterapkan, Media
yang digunakan, Kompetensi yang digali, Materi pembelajaran
Pramuka yang memuat karakter gotong royong dan Evaluasi proses
pembelajaran ekstrakurikuler Pramuka. Tahapan Ketiga, Evaluasi dalam
penyelenggaraan kegiatan ekstrakurikuler Pramuka yang terdiri dari
Kontribusi Pramuka untuk sekolah dan Dukungan Wali murid.
Terakhir, Tahapan Keempat, Output yang diharapkan dari nilai karakter
gotong royong dalam penyelenggaraan kegiatan ekstrakurikuler
Pramuka. (2) Kandungan nilai yang terdapat pada kegiatan
ekstrakurikuler Pramuka adalah nilai gotong royong yang memiliki
butir-butir nilai seperti: Menghargai, Demokrasi, Toleransi, Empati,
Musyawarah, Tolong menolong, Anti diskriminasi, Kerelawanan.
Kegiatan yang dilakukan terdapat nilai karakter gotong royong di
sekolah, melalui upacara bendera setiap senin, piket kebersihan di kelas,
kegiatan senam sehat setiap Jumat dan kegiatan jumat bersih. (3) Faktor
penghambat dalam penelitian di SD Negeri Deresan mengenai
38

pembentukan nilai karakter gotong royong melalui kegiatan


ekstrakurikuler Pramuka ini yaitu Cuaca, Pembiayaan, Kurangnya
ketersediaan media, Ketidakmampuan manajemen siswa selama
pembelajaran, Lemahnya system penilaian (evaluasi) dan faktor
pendukung dalam penelitian ini yaitu Sarana Prasarana yang memadai
dan Dukungan penuh orang tua.
2. Anwar Nim : P0205216017, Judul : Membangun Karakter Peserta
Didik Melalui Proses Pendidikan Di SMA Negeri 10 Maros,
Universitas Hasanuddin Tahun 2019
Hasil penelitian menunjukkan bahwa untuk membangun karakter
peserta didik diperlukan kerja sama antara kepala sekolah, pendidik,
dan komite sekolah dengan mewujudkan visi dan misi sekolah.
Dilakukan pula pembinaan secara berjenjang dan pembiasaan berbuat
posistif, beretika, pemberian nasihat, serta pemberian sanksi kepada
peserta didik yang menyalahi aturan tata tertib sekolah.
3. Irma Sofiasyari NIM : 0103518093 Judul : Implementasi Pendidikan
Karakter Dalam Pembelajaran Tematik Di Kelas IV Sekolah Dasar
Kota Semarang, Universitas Negeri Semarang Tahun 2020
Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) pendidikan karakter pada
pembelajaran tematik di kelas IV SD Islam Al Madina, SDN
Petompon 01 dan SD Marsudirini semuanya dilaksanakan dengan cara
mengintegrasikan nilai karakter dalam tiga tahapan, yaitu tahap
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Setiap tahapan ketiga sekolah
memiliki kegiatan yang berbeda dan menanamkan nilai karakter yang
berbeda juga, disesuaikan dengan ciri khas, visi misi dan tujuan setiap
sekolah. (2) Kendala yang dialami oleh ketiga SD berhubungan dengan
sarana dan pra sarana, kondisi siswa, pengalaman guru dalam mengajar
39

di kelas dan kurang baiknya komunikasi pihak sekolah dengan orang


tua siswa. Solusinya yaitu memanfaatkan sarana dan pra sarana dengan
baik, lebih memperhatikan siswa yang memerlukan bimbingan,
memanfaatkan waktu sebaik mungkin, dan mengadakan pertemuan
dengan orang tua secara rutin. (3) Nilai karakter yang tampak pada
siswa di SD Islam Al Madina, SDN Petompon 01 dan SD Marsudirini
sesuai dengan penekanan nilai karakter yang dilakukan di setiap
sekolah, yaitu didasarkan pada visi misi, ciri khas, tujuan setiap
sekolah dan disesuaikan dengan materi yang diajarkan.

4. Ilviatun Navisah NIM : 14760040 Judul : Pendidikan Karakter dalam


Keluarga, UIN Maulana Malik Ibrahim Malang Tahun 2016
Hasil penelitian menunjukan bahwa : (1) Nilai-nilai pendidikan
karakter yang ditanamkan meliputi: Religius, mandiri, tanggung jawab,
kebersihan atau peduli lingkungan, jujur, disiplin, saling menyayangi,
patuh atau hormat dan gemar membaca . (2) Metode penanaman nilai-
nilai karakter meliputi metode pembiasaan, metode keteladanan,
metode nasihat dan motivasi, metode cerita dan metode hukuman. (3)
Meskipun dalam penanaman nilai-nilai karakter dalam diri seorang
anak memiliki persamaan akan tetapi dampak yang ditimbulkan
berbeda. Hal tersebut dikarenakan ada beberapa nilai-nilai karakter
yang ditanaman dan tidak hanya cukup dengan menggunakan satu
metode saja, akan tetapi perlu ditambah dengan menggunakan metode
lain sebagai pendukung.

5. Ribuwati NIM : 20176013003, Judul : Kepemimpinan Kepala Sekolah


dalam Membangun Karakteristik Peserta Didik di SMAN 1 Belitang
40

Kabupaten Oku Timur Meningkatkan, Universitas PGRI Palembang


Tahun 2019.
Hasil penelitian menunjukan bahwa : (1) Implementasi visi dan misi
Kepala SMAN 1 Belitang dalam membangun karakter religius dan
disiplin peserta didik sudah sesuai dengan apa yang menjadi visi dan
misi SMAN 1 Belitang untuk menjadikan karakter Luhur Budi Pekerti
yang menjadi perangai mereka dalam kesehariannya dan sesuai dengan
nilai-nilai karakter yang dikembangkan oleh pemerintah, (2) Strategi
Kepala SMAN 1 Belitang dalam membentuk karakter peserta didik
adalah melalui strategi pengintegrasian, pengintegrasian karakter lewat
kegiatan yang diprogramkan, melalui keteladanan, teguran, motivasi,
pengkondisian lingkungan, kegiatan rutin/pembiasaan dan
pengintegrasian karakter lewat kegiatan pembelajaran, (3) Pengawasan
yang dilakukan kepala sekolah dalam membentuk karakter peserta
didik membina para guru dalam menyusun rencana pembelajaran yang
memuat nilai-nilai karakter, antara lain, memantau para guru dalam
melaksanakan pembelajaran karakter di kelas, mengawasi jalannya
program-program kegiatan pendidikan karakter, mengecek keadaan
dan keutuhan fasilitas SMAN 1 Belitang sebagai penunjang proses
pendidikan karakter, dan mengevaluasi lewat briefing dan rapat
tentang program pendidikan karakter.

C. Asumsi Penelitian
Peneliti berasumsi bahwa kegiatan ekstrakurikuler Pramuka memiliki
banyak manfaat yang sangat positif dalam rangka menumbuhkan dan
membentuk karakter peserta didik. Melalui kegiatan pembinaan
ekstrakurikuler Pramuka yang variatif, menarik dan menyenangkan serta
41

menantang akan menghilangkan siswa dari kejenuhan dan kebosanan,


karena intinya kegiatan pramuka adalah kegiatan bermain yang mendidik
dan menyenangkan.
Pembinaan pendidikan kepramukaan adalah proses pembentukan
kepribadian, kecakapan hidup, dan akhlak mulia pramuka melalui penghayatan
dan pengamalan nilai-nilai kepramukaan yang pada akhirnya akan membentuk
karakter peserta didik yang baik sesuai dengan apa yang diaharapkan.
BAB III
METODELOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian
Penelitian ini termasuk dalam kategori penelitian lapangan (field
research), yaitu meneliti peristiwa-peristiwa yang ada di lapangan yang
pengumpulan datanya dilakukan dilapangan, seperti dilingkungan
masyarakat, lembaga-lembaga, organisasi kemasyarakatan dan lembaga
pendidikan sebagaimana adanya. Berdasarkan latar belakang masalah,
maka penelitian ini digolongkan dalam penelitian kualitatif deskriptif,
yaitu data yang terkumpul berbentuk kata-kata, gambaran bukan angka –
angka. Kalaupun ada angka-angkat sifatnya hanya sebagai penunjang.
Lexy J. Moleong menyatakan bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian
yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh
subyek penelitian (perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dsb) secara
holistik, dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada
konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode
ilmiah.
Sedangkan Pendekatan penelitian, demi fokus dan lancarnya
penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan deskriptif. Pendekatan ini
peneliti gunakan untuk mengetahui fenomena yang terjadi di lapangan
dalam hubungannya dengan fokus penelitian yang peneliti lakukan guna
mendapatkan data yang akurat tentang pelaksanaan kegiatan
ekstrakurikuler Pramuka di MTs Negeri 1 Cirebon dan dampak dari
pelaksanaan kegiatan tersebut. Penelitian ini berusaha memahami arti
peristiwa dan kaitan-kaitannya terhadap orang–orang biasa dalam situasi-

42
43

situasi tertentu. Yaitu terfokus pada penafsiran, teks- teks kehidupan dan
pegalaman hidup.

B. Waktu danTempat Penelitian


Waktu penelitian yang digunakan oleh peneliti berlangsung selama
5 bulan ( Desember 2022 – Mei 2023). Adapun tempat atau lokasi
penelitian ini akan dilakukan di MTs Negeri 1 Cirebon yang beralamat di
Jalan Pangeran Sutajaya No. 23 Desa Babakangebang Kecamatan Babakan
kabupaten Cirebon Jawa Barat kode pos 45191. Alasan peneliti memilih
MTs Negeri 1 Cirebon, yaitu ;
1. MTs Negeri 1 Cirebon merupakan salah satu sekolah unggulan yang
berlokasi di kabupaten Cirebon yang sedang berkembang dan menjadi
alternative pilihan orang tua dan peserta didik.
2. MTs Negeri 1 Cirebon memiliki sejumlah prestasi dibidang akademik
dan non-akademik yang membanggakan, baik ditingkat kecamatan,
kabupaten maupun provinsi.
3. MTs Negeri 1 Cirebon memiliki berbagai jenis kegiatan yang salah
satunya adalah kegiatan ekstrakurikuler Pramuka yang sangat
berkembang dan favorit dan selalu meraih juara.

C. Sampel Sumber Data


Informan penelitian adalah semua pihak yang dipandang mampu
memberikan informasi selengkap-lengkapnya mengenai perencanaan,
implementasi dan evaluasi kegiatan ekstrakulikuler Pramuka di MTs
Negeri 1 Cirebon sebagai data yang diperoleh dan diakui kebenaranya.
Penelitian ini memperoleh sumber dari beberapa informan, diantaranya
adalah :
44

1. Kepala MTs Negeri 1 Cirebon (H. Muhamad Ikhlas, S.Ag, MM)


2. Wakil kepala Madrasah bidang Kesiswaan (Hj. Nurhayati, M.Pd.I)
3. Pembina OSIS (Udin Mauluddin, S.Pd)
4. Pembina Esktrakulikuler Pramuka MTs Negeri 1 Cirebon
a. Pembina Putra : Mokhamad Fadli, S.Pd
b. Pembina Putri : Nurhidayah, S.Ag
5. 2 anggota Pramuka Penggalang

D. Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode pengumpulan data
yang telah biasa dipakai dalam penelitian ilmiah, yaitu :
1. Observasi
Observasi merupakan kegiatan pengamatan dan pencatatan secara
sistematik terhadap gejala yang tampak pada objek penelitan. Dalam
penelitian ini observasi yang dilakukan dengan observasi partisipan.
Pada penelitian ini peneliti melakukan pengamatan dengan ikut
mengambil bagian dalam kehidupan orang – orang yang diobservasi.
Peneliti berlaku sungguh – sungguh seperti anggota dari kelompok
yang akan diobservasi.
Fokus observasi (pengamatan) dilakukan terhadap tiga komponen
utama yaitu :
a. Ruang Tempat
Yaitu tempat di mana interaksi dalam situasi sosial sedang
berlangsung, dalam penelitian ini ruang dan tempat penelitiannya
adalah Lingkungan MTs Negeri 1 Cirebon
b. Pelaku
45

Yaitu orang-orang yang sedang memainkan peran tertentu, dalam


penelitian ini pelaku adalah informan terpilih antara lain : kepala
madrasah, wakil kepala bidang akademik, wakil kepala bidang
kesiswaan, Pembina Pramuka dan anggota Pramuka Penegak yang
terlibat langsung.
c. Aktifitas (kegiatan)
Yaitu kegiatan yang dilakukan oleh aktor dalam situasi sosial yang
sedang berlangsung, dalam penelitian ini kegiatannya adalah
situasi kegiatan perencanaan, implementasi dan evaluasi program
ektrakulikuler Pramuka di MTs Negeri 1 Cirebon

2. Wawancara
Wawancara merupakan teknik atau cara mengumpulkan data untuk
tujuan penelitian dalam hal ini antara peneliti sebagai pewawancara
dengan subjek peneliti yang telah ditentukan. Pada penelitian ini
digunakan wawancara indep, yang berarti wawancara secara
mendalam, yaitu pertanyaan-pertanyaan penelitian menggunakan
kalimat tanya apa, bagaimana dan mengapa. Teknik wawancara ini
dimaksudkan untuk menggali data dan informasi tentang kegiatan
perencanaan, implementasi dan evaluasi program ektrakulikuler
Pramuka di MTs Negeri 1 Cirebon. Dalam penelitian ini peneliti
menggunakan metode wawancara tak terstruktur ( intructured
interview) pada awal observasi. Sebelum benar benar meneliti, peneliti
telah melakukan observasi awal dengan mewanwancarai seorang
Pembina Pramuka. Setelah memahami permasalahan yang ditemui
dilapangan peneliti melakukan pengumpulan data dengan melakukan
wawancara semiterstruktur (Semistructure Interview) dengan beberapa
46
informan. Setelah terjalin keterbukaaan dari peneliti dan informan
maka peneliti fokus mewawancari dengan melakukan serentetan
pertanyaan yang sudah terstruktur kemudian satu persatu diperdalam
dengan menggali dan mencari, pertanyaan lebih lanjut. Dengan
demikian peneliti dapat memperoleh jawaban mengenai semua
permasalahan dengan keterangan yang lengkap dan mendalam.

3. Studi Dokumentasi
Dokumentasi digunakan untuk memperoleh data yang telah tersedia
berupa bahan-bahan atau keterangan yang mendukung penelitian.
Data-data tersebut berupa struktur organisasi, peta/lokasi sekolah,
sejarah sekolah, dan perkembangannya. Pengumpulan data dengan
dokumentasi akan dilakukan peneliti sejak peneliti berada dilapangan.
Teknik ini digunakan untuk memperkuat data dari hasil wawancara.
Dokumentasi merupakan cacatan peristiwa yang sudah berlalu. Data
dan dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar atau karya-karya
momumental dari seseorang.

E. Instrumen Penelitian
Instrumen utama dalam penelitian adalah peneliti sendiri, adapun
instrumen penunjang yaitu pedoman wawancara disertai kisi-kisi
wawancara (interviewguide), pedoman observasi dan daftar ceklis untuk
studi dokumentasi.

F. Prosuder Penelitian
Data-data penelitian yang telah terkumpul dari sumber penelitian dengan
menggunakan instrument yang disebutkan diatas, maka data tersebut akan
47

disajikan dan dianalisis secara sistematis sehingga mencapai hasil yang


dapat dipertanggung jawabkan.
Analisis data kualitatif bersifat induktif, yaitu hasil analisis dikembangkan
menjadi hipotesis. Dari hipotesis kembali dilakukan dicarikan data lagi
sampai berulang-ulang, sampai data itu jenuh, apabila hipotesis data yang
berulang-ulang tadi diterima maka hipoteisis berkembang menjadi teori.
Dalam penelitian kualitatif ini, proses analisis data dilaksanakan sejak
penulis belum turun ke lapangan, yaitu penganalisaan terhadap data-data
sekunder yang didapat dari studi pendahuluan sehingga penulis bisa
menentukan fokus penelitian. Jadi dalam penelitian kualitatif ini analisis
data dilakukan sejak awal penelitian dan selama proses penelitian
dilaksanakan. Data diperoleh kemudian dikumpulkan untuk kemudian
diolah secara sistematis. Teknis analisis data dalam penelitian ini
menggunakan model analisis interaktif, sebagai sumber utama Miles dan
Huberman seperti pada (gambar 1) berikut :
Gambar .1 Komponen dalam analisis data (interactive model)

Pengumpulan Data

Reduksi Data Reduksi Data

Penarikan Kesimpulan

Teknik analisis data adalah suatu usaha untuk memberikan intepretasi terhadap
data yang telah diteliti. Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini
dibagi menjadi tiga, yaitu :
48
1. Pengumpulan Data
Pada tahap awal ini Peneliti dilapangan berusaha mengumpulkan data
sebanyak mungkin baik itu data primer maupun data sekunder melalui
observasi, wawancara dokumentasi maupun pencermatan. Sehingga pada
tahap ini peneliti dapat mengumpulkan data sebanyak mungkin untuk
mendukung penelitian yang akan dilakukan serta menuju tahap reduksi
data.
2. Reduksi Data
Reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian pada
penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data yang kasar yang
muncul dari catatan-catatan yang tertulis di lapangan. Reduksi data
dilakukan terus menerus selama proses penilaian berlangsung dan berlanjut
sesudah penelitian di lapangan, sampai laporan akhir lengkap tersusun.
Dari lokasi penelitian , data lapangan dituangkan dalam uraian laporan
yang lengkap dan terinci. Data laporan dari lapangan kemudian direduksi,
dirangkum, dan kemudian dipilah-pilah hal yang pokok, difokuskan untuk
dipilih yang terpenting kemudian dicari tema atau polanya ( melalui proses
penyuntingan, pemberian kode dan pentabelan). Reduksi data dilakukan
terus menerus selama proses penelitian berlangsung. Pada tahapan ini
setelah data dipilah kemudian disederhanakan, data yang tidak diperlukan
disortir agar memberi kemudahan dalam penampilan, penyajian, serta
untuk menarik kesimpulan sementara.
3. Sajian Data
Penyajian adalah sekumpulan informasi tersusun yang memberi
kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan.
Sebagaimana halnya dengan reduksi data, penciptaan dan penggunaan
penyajian data tidak terpisah dari kegiatan analisis. Kegiatan ini meliputi
49

merancang deretan dan kolom-kolom sebagai matriks untuk data kualitatif


dan memutuskan jenis dan bentuk yang harus dimasukkan ke dalam
kotak-kotak matriks. Penyajian data (display data) dimaksudkan agar
lebih mempermudah bagi peneliti untuk dapat melihat gambaran secara
keseluruhan atau bagian tertentu yang diperlukan dalam penelitian. Hal ini
merupakan pengorganisasian data kedalam suatu bentuk tertentu sehingga
kelihatan jelas sosoknya lebih utuh. Data-data tersebut kemudian dipilah-
pilah dan disisihkan untuk disortir menurut kelompoknya dan disusun
sesuai dengan kategori yang sejenis untuk ditampilkan agar selaras
dengan permasalahan yang dihadapi, termasuk kesimpulan-kesimpulan
sementara yang diperoleh pada waktu reduksi.

4. Penarikan Kesimpulan
Langkah analisis data selanjutnya adalah menarik kesimpulan.
Kesimpulan penelitian dengan melihat hasil reduksi data dan tetap
mengacu pada perumusan masalah serta tujuan yang hendak dicapai.
Data yang telah tersusun tersebut dihubungkan dan dibandingkan
antara satu dengan lainya, sehingga mudah ditarik kesimpulan sebagai
jawaban dari setiap permasalahan yang ada. Pada penelitian kualitatif,
verifikasi data dilakukan secara terus menerus sepanjang proses
penelitian dilakukan. Sejak pertama memasuki lapangan dan selama
proses pengumpulan data, peneliti berusaha menganalisis dan mencari
makna dari data yang dikumpulkan, yaitu mencari pola tema,
hubungan persamaan, hipotesis dan selanjutnya dituangkan dalam
bentuk kesimpulan yang masih bersifat tentatif. Dalam tahapan untuk
menarik kesimpulan dari kategori-kategori data yang telah direduksi
dan disajikan untuk selanjutnya menuju kesimpulan akhir mampu
50

menjawab permasalahan yang dihadapi. Dengan kata lain, setiap


kesimpulan senantiasa akan selalu terus dilakukan verifikasi selama
penelitian berlangsung yang melibatkan interpretasi peneliti. Analisis
data merupakan suatu kegiatan yang logis, data kualitatif berupa
pandangan-pandangan tertentu terhadap fenomena yang terjadi dalam
pembelajaran, utamanya peran pengawas dalam melaksanakan
supervisi akademik dan supervisi manajerial dalam membina
profesionalitas pendidik yang efektif untuk mendukung adanya
presentase hubungan antara data yang berkaitan dengan pokok
bahasan. Untuk itu diperoleh suatu hubungan antara peran pengawas
dalam melaksnakan supervisi kademik dan supervisi manajerial dalam
membina profesionalitas pendidik.

G. Analisis Data
Analisis data dilakukan sebelum di lapangan dan selama di lapangan.
Sebelum di lapangan penulis mengkaji berbagai literature terkait fokus
penelitian. Kemudian selama di lapangan menurut Miles and Hubberman
dapat dilakukan dari reduksi data, display data dan verifikasi data.
1. Reduksi data
Penulis melakukan pengkodean verbatim wawancara. Pada tahapan
display data penulis menyajikan hasil analisis berupa skema yang
diimport dari aplikasi atlas.ti atau dilakukan secara manual. Skema
yang telah diimport direlevansikan dengan teori yang sudah ditulis
pada bab II dan pada penelitian terdahulu yang relevan. Kemudian
penulis melakukan analisis personal.
51
2. Display data
Penulis menyajikan data berupa deskriptif, tabel, grafik, histogram,
matrik dan curva.
3. Verifikasi
Penulis menyimpulkan berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan.

H. Pengujian Keabsahan Data


Teknik pemeriksaan keabsahan data merupakan teknik yang dipakai untuk
memeriksa dan membandingkan keabsahan dari suatu data. Pada penelitian
ini data yang dianalisis diperiksa keabsahanya dengan teknik triangulasi
data. Triangulasi data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
triangulasi metode dan sumber. Teknik triangulasi sumber adalah
membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu infomasi
yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam penelitian
kualitatif. Pada pelaksanaan teknik triangulasi sumber dalam penelitian ini
dilakukan dengan cara membandingkan hasil wawancara antara subyek
penelitian dengan obyek penelitian. Pada teknik teknik trianggulasi
pemeriksaan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu
untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding data itu. Dalam
teknik pengumpulan data, trianggulasi diartikan sebagai teknik
pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik
pengumpulan data dan sumber data yang telah ada. Dalam penelitian
kualitatif, data diperoleh dari berbagai sumber, dengan menggunakan
teknik pengumpulan data yang bermacam-macam (trianggulasi), dan
dilakukan secara terus menerus sampai data jenuh. Triangulasi dalam
pengujian kredibilitas ini diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai
sumber dan berbagai cara. Dengan demikian untuk menguji kredibilitas
52

keabsahan data maka jenis triangulasi yang digunakan oleh peneliti dalam
penelitian ini yaitu; triangulasi sumber dan triangulasi teknik. Triangulasi
sumber, yaitu teknik pengujian keabsahan data dengan menggunakan
metode pengumpulan data yang sama dengan sumber yang berbeda. Dalam
penelitian ini, untuk menguji kebenaran data, maka penulis menggunakan
metode pengumpulan data yang sama misal (wawancara) dengan sumber
yang berbeda untuk jenis pertanyaan yang sama. Dengan menggunakan
sumber yang berbeda untuk data yang sama, dengan intrumen pertanyaan
yang sama pula, maka akan memperlihatkan kualitas akurasi/validitas dari
data yang diperoleh atau peneliti akan mendapatkan data yang sebenarnya.
Triangulasi teknik yaitu teknik pengujian keabsahan data dengan
menggunakan teknik/ metode pengumpulan data yang berbeda untuk
mendapatkan data yang sama. Dalam penelitian ini, maka data yang sama
akan penulis uji tingkat akurasinya/kebenarannya dengan menggunakan
metode pengumpulan data yang berbeda yaitu dengan wawancara dan
observasi untuk data yang sama. Triangulasi sebagai sumber berarti
membandingkan dan mengecek kepercayaan suatu informasi yang
diperoleh, melalui waktu dan alat berbeda dalam penelitian kualitatif.
Dalam penelitian ini penulis menggunakan dua cara yakni membandingkan
data hasil pengamatan dengan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen
yang berkaitan, setelah data didapatkan maka kemudian data itu ditanyakan
kebenarannya kepada informan sebagai sumber data utama. Maka dengan
metode Triangulasi maka peneliti akan mencari data secara falid sehingga
menemukan data sebenarnya itulah yang disebut data jenuh. Kemudian
dalam penelitian ini peneliti menguji keabsahan data Meliputi uji
kredibilitas data, uji transferability, uji confimability, uji dependeability
seperti penjelasan berikut ini :
53

1. Uji Kredibilitas
a. Perpanjangan Pengamatan
Dengan perpanjangan pengamatan akan dapat meningkatkan
kepercayaan/kredibilitas data yang berarti peneliti kembali lagi
kelapangan, melakukan pengamatan, wawancara lagi dengan
sumber yang pernah ditemui maupun sumber yang baru.dengan
perpanjangan pengamatan ini, peneliti mengecek kembali apakah
data yang telah diberikan selama ini merupakan data yang sudah
benar atau masih salah

b. Meningkatkan ketekunan
Meningkatkan ketekunan berarti melakukan pengamatan secara
lebih cermat dan berkesinambungan. Peneliti dapat melakukan
pengecekan kembali apakah data yang telah ditemukan benar atau
salah. Sebagai bekal peneliti untuk meningkatkan ketekunan
adalah dengan cara membaca berbagai dokumentasi atau buku -
buku hasil penelitian yang terkait dengan yang diteliti.
c. Analisis Kasus Negatif
Kasus negatif adalah kasus yang tidak sesuai atau berbeda dengan
hasil penelitian yang sudah dilakukan hingga pada saat tertentu.
Melakukan analisis kasus negatif berarti peneliti mencari data yang
berbeda atau yang bertentangan dengan data yang telah ditemukan.
Bila tidak ada lagi data yang berbeda atau bertentangan berati data
yang ditemukan sudah dapat dipercaya.
d. Menggunakan Bahan Referensi
54

Adanya pendukung untuk membuktikan data penelitian yang telah


didapatkan oleh peneliti yaitu, rekaman wawancar, fotofoto dan
dokumen yang mendukung.
2. Pengujian Tranferabiliti
Tranferability ini merupakan validitas eksternal meninjukkan derajat
ketepatan, nilai tranfer ini berkenaan dengan pertanyaan, hingga mana
hasil penelitian dapat diterapkan atau digunakan dalam situasi lain.
Supaya hasil penelitian digunakan atau diterapkan hasil penelitian
tersebut oleh pembaca, maka peneliti dalam membuat laporanya harus
memberikan uraian yang rinci, jelas, sistematis, dan dapat dipercaya.

3. Dependeability
Dalam penelitian ini uji dependeability dilakukan dengan melakukan
audit terhadap keseluruhan proses penelitian yang dilakukan sehingga
penelitian ini benar-benar mendapatkan data dari hasil penelitian di
lapangan bukan mendapatkan data dari rekayasa. Kalau proses
penelitian tidak dilakukan tapi datanya ada, maka maka penelitia
tersebut tidak dependeability. Sehingga perlu di audit kembali oleh
auditor atau pembimbing.
4. Pengujian Konfirmability
Dalam pengujian ini hampir sama dengan uji dependeability, sehingga
pengujiannya dapat dilakukan secara bersamaan. Menguji
konfirmability berarti menguji hasil penelitian, dikaitkan dengan
proses yang dilakukan, bila hasil penelitian merupakan fungsi dari
proses penelitian maka penelitian tersebut memenuhi standar
konfirmability, dalam penelitian harus ada nya proses
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil observasi dan penelusuran peneliti di lapangan


kegiatan pembinaan ekstrakurikuler Pramuka di MTs Negeri 1 Cirebon
telah dimulai sejak awal berdirinya madrasah ini, walaupun pada
awalnya kegiatan pramuka belum maksimal dilaksanakan. Selanjutnya
seiring dengan perjalanan waktu, kegiatan pembinaan ekstrakurikuler
dapat dikelola dengan baik, dengan bertambahnya anggota pramuka dan
peran serta orang tua murid yang mendukung diadakannya kegiatannya
ekstrakurikuler pramuka serta kualitas pembina yang membimbing
kegiatan tersebut. Hal ini sebagaimana disampaikan oleh kepala MTs
Negeri 1 Cirebon;
“Seorang pembina pramuka harus memiliki persyaratan dan
kompetensi tertentu. Dia harus puya dasar-dasar ilmu pramuka.
Syukur-syukur pembina pramuka sudah pernah mengikuti
kursus dasar pembina pramuka KMD ataupun KML. ini sangat
penting dimiliki oleh pembina pramuka”.

Pendapat yang sama juga disampaikan pula oleh salah seorang


guru pembina;
“pembina ekskul harus memiliki kompetensi, tanggung jawab
dan memiliki visi misi”

Pembinaan Kegiatan Ekstrakurikuler Pramuka merujuk pada


proses pembinaan dan pengelolaan kegiatan ekstrakurikuler yang
berkaitan dengan kepramukaan di madrasah. Berikut adalah beberapa
informasi mengenai Pembinaan Kegiatan Ekstrakurikuler Pramuka:
Tujuan Pembinaan Kegiatan Ekstrakurikuler Pramuka adalah
mengembangkan watak dan kepribadian peserta didik melalui kegiatan
kepramukaan

B. Pembahasan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan di MTs Negeri 1 Cirebon
melalui wawancara, analisis angket wawancara, dan observasi maka
hasil penelitian menunjukan bahwa pembinaan ekstrakurikuler pramuka
mempunyai pengaruh positif bagi peserta didik yaitu untuk
meningkatkan tanggung jawab, kedisiplinan dan kemandirian.
Kegiatan pembinaan kepramukaan dilaksanakan satu sampai dua
kali dalam seminggu, salah satu kegiatan yang ada dalam kegiatan
kepramukaan adalah kegiatan penjelajahan, peserta didik mengikuti
kegiatan penjelajahan dengan tujuan yang berbedabeda yaitu untuk
melatih sikap, melatih kemandirian, melatih tanggung jawab dan
kedisiplinan. Kegiatan penjelajahan berpengaruh terhadap rasa tanggung
jawab peserta didik yang direalisasikan dengan selalu berani mengakui
kesalahan sendiri, selain dilatih untuk bertanggung jawab, dalam
kegiatan penjelajahan juga ditanamkan kedisiplinan dan kemandirian
yang di realisasikan dengan selalu mengatur waktu dengan baik dan
selalu mengerjakan tugas sendiri.

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA

Abdul Majid dan Dian Andayani, 2011, Pendidikan Karakter Prespektif Islam,
Bandung: Remaja Rosdakarya

Abidinsyah, Urgensi Pendidikan Karakter dalam Membangun Peradaban


Bangsa yang Bermartabat, (Jurnal Ilmu-ilmu Sosial “Socioscienta”,
vol. 3 no. 1, Februari 2011)

Agus Zainul Fitri, 2012, Reinventing Human Character: Pendidikan Karakter


Berbasis Nilai & Etika di Sekolah, Jogjakarta: Ar-Ruzz Media

Akhmad Ardiansyah, 2020, Manajemen Ekstrakurikuler Pramuka dalam


Meningkatkan Prestasi Non Akademik Peserta Didik di MTs Negeri
Kota baru, UIN Maulana Malik Ibrahim

Artikel Tribunnews.com 24 Sep 2021 13:59

Artikel. Midya Yuli Amreta, M.Pd. Pengaruh Kegiatan Pramuka Terhadap


Karakter Siswa Madrasah Ibtidaiyah Di Era Digital.2018. IAI Sunan
Giri Bojonegoro
Azrul Azwar, 2009, Gerakan Pramuka AD/ART, Jakarta, Kwartir Nasional
Gerakan Pramuka

E. Mulyasa, 2011, Manajemen Pendidikan Karakter, Jakarta: Bumi Aksara


Heri Gunawan, 2012 Pendidikan Karakter Konsep Dan Implementasi,
Bandung Alfabeta

https://tafsirweb.com/7496-Qur‟an Surat-luqman ayat 12 dan 17

Kak Lukman Santoso AZ, 2014, Panduan Lengkap Pramuka, (Jakarta:

Kemendikbud RI, Implementasi Kurikulum, nomor 81a tahun 2013

Kemendikbud, 2003, Undang-undang Sisdiknas No. 20 tahun 2003

Kementerian Pendidikan Nasional, 2010, Bahan Pelatihan Penguatan


Metodologi Pembelajaran Berdasarkan Nilai-nilai Budaya untuk
Membentuk Daya Saing dan Karakter Bangsa, Jakarta: Pusat
Kurikulum

Muchlas Samani, Konsep dan Model, hlm. 45

Peraturan Presiden, 2017, Penguatan Pendidikan Karakter No.87 tahun 2017


((Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 195)

Peraturan Presiden, 2017, Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) No. 87


tahun 2017
Permendikbud, 2014, Pramuka sebagai Ekskul wajib No.63 tahun 2014

Permendikbud, 2018, Penguatan Pendidikan Karakter No.20 tahun 2018

Satya Nugraha, Panduan Lengkap Pramuka, Pustaka Mahardika

Siti Ramdhoni, 2018, Evaluasi Kegiatan Ekstrakurikuler Pramuka dalam


Meningkatkan Karakter Siswa di MTs Al Ishlah Panambangan
Kecamatan Sedong Kabupaten Cirebon, IAI Bunga Bangsa Cirebon

Suharso dan Ana Retnonongsih, 2011, Kamus Besar Bahasa Indonesia, edisi
Lux. Semarang: Widya Karya

Sutarjo Adisusilo, 2011, Pembelajaran Nilai-Karakter Konstruktivisme dan


VCT sebagai Inovasi Pendekatan Pembelajaran Afektif, (Jakarta:
Rajagrafindo Persada

Sutopo, 1999, Administrasi Manajemen dan organisasi. Jakarta. LAN RI

Usman, Muh. Uzer & Setiawan Lilis, Upaya Optimalisasi Kegiatan Belajar
Mengajar, (Bandung: Remaja Rosda Karya,1993)

UU RI Nomor 12 Tahun 2010. Gerakan Pramuka

Zubaidi, 2011, Desain Pendidikan Karakter, Jakarta: Prenada

Zuchdi, Humanisasi Pendidikan, 2009, Jakarta: PT Bumi Aksara


Pedoman Wawancara

PERENCANAAN
1. Apa yang maksud dengan kegiatan ekstrakurikuler ?
2. Apa tujuan kegiatan ekstrakurikuler ?
3. Apa pedoman/aturan kegiatan ekstrakurikuler ?
4. Mengapa ada kegiatan ekstrakurikuler ?
5. Bagaimana prosedur kegiatan ekstrakurikuler?
6. Darimana supporting dana Kegiatan Eskul?
7. Kapan mulainya kegiatan ekstrakurikuler?
8. Siapa penggagas kegiatan ekstrakurikuler ?
9. Siapa saja TIM pengembang kegiatan ekstrakurikuler ?

PENGORGANISASIAN
1. Siapa yang menentukan kegiatan ekstrakurikuler ?
2. Siapa yang menentukan Pembina kegiatan ekstrakurikuler ?
3. Apakah kriteria khusus Pembina kegiatan ekstrakurikuler ?
4. Berapa tahun jabatan Pembina kegiatan ekstrakurikuler ?

PELAKSANAAN
1. Apa yang dilaksanakan dalam kegiatan ekstrakurikuler ?
2. Kapan dilaksakanakan kegiatan ekstrakurikuler ?
3. Bagaimana pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler ?
4. Dimana pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler?
5. Mengapa kegiatan ekstrakurikuler Pramuka dilaksanakan ?
6. Siapa yang melaksanakan kegiatan ekstrakurikuler Pramuka ?

PENGAWASAN
1. Siapa yang melaksanakan pengawasan terhadap kegiatan ekstrakurikuler
Pramuka?
2. Bagaimana pelaksanaan kegiatan pengawasan ekskul Pramuka?
3. Apa kendala-kendala dalam pelaksanaan kegiatan Pramuka ?
4. Bagaimana dampak/pengaruh kegiatan Pramuka terhadap Karakter Peserta
didik ?

Anda mungkin juga menyukai