2 Psikologi Pendidikan Kelompok 6
2 Psikologi Pendidikan Kelompok 6
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Belajar merupakan suatu perubahan tingkah laku, penampilan dan serangkaian kegiatan
lainnya menuju terbentuknya kepribadian seutuhnya. Dalam sebuah proses pembelajaran
dibutuhkan teori belajar sebagai acuan dalam merancang proses pembelajaran demi
tercapainya tujuan belajar. Aktivitas pembelajaran yang efektif dapat membuat proses
pertukaran informasi menjadi lebih menyenangkan. Teori belajar pada dasarnya menjelaskan
tentang bagaimana proses belajar terjadi pada seorang individu, dan membantu mereka
memahami bagaimana proses belajar terjadi (Wiyani, M.I,2016:145). Salah satu teori
belajar yang ada adalah teori kognitif sosial yang memiliki peran yang besar selama ini
dalam perkembangan pemahaman psikologi kepribadian, yakni berkaitan dengan apa dan
bagaimana kepribadian itu terbentuk dalam diri manusia. Guru sebagai fasilitator dalam
proses belajar mengajar memiliki hak mutlak untuk menentukan jalan nya pembelajaran
seperti apa. Guru juga harus memikirkan bagaimana menghadapi peserta didik dengan
berbagai macam karakteristiknya menggunakan pendekatan-pendekatan tertentu sehingga
kemampuan yang dimiliki siswa tersebut dapat berkembang dengan baik dan optimal.
Salah satu teori belajar yang dijadikan acuan dalam pelaksanaan pembelajaran disini
adalah teori belajar sosial kognitif dari Albert Bandura.Teori ini lebih memfokuskan pada
faktor kognitif dan sosial yang mempengaruhi proses pembelajaran. Proses belajar terjadi
karena adanya interaksi sosial antara individu dengan lingkungannya. Banyak yang belum
menyadari bahwa lingkungan sosial dapat mempengaruhi proses belajar yang dimiliki
peserta didik. Kemudian, menentukan pendekatan teori yang tepat dalam membelajarkan
peserta didik dapat menjadikan proses belajar menjadi lebih aktif dan efektif. Jadi, dari latar
belakang diatas makalah ini hadir untuk menjelaskan lebih lengkap terkait teori
belajar kognitif sosial itu sendiri seperti apa serta bagaimana aplikasinya dalam
pembelajaran khususnya di Sekolah Dasar.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat di rumuskan beberapa masalah :
1. Apa pengertian psikologi?
2. Bagaimana Biografi Albert Bandura?
3. Apa pengertian Teori Belajar Sosial Kognitif?M
4. Bagaimana konsep Teori Belajar Sosial Kognitif?
6. Apa Kelemahan dan kelebihan teori belajar sosial kognitif?
1
5) Memahami implementasi teori Albert Bandura dalam pembelajaran
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Psikologi dapat didefinisikan secara singkat sebagai ilmu yang mempelajari tingkah laku
manusia dan hubungan-hubungan antar manusia. Karena hubungan-hubungan antar manusia
juga terwujud dalam bentuk tingkah laku, maka dapat dikemukakan sebuah definisi yang
lebih singkat lagi: Psikologi ialah ilmu-ilmu tingkah laku manusia. Manusia adalah golongan
makhluk yang tertinggi derajatnya. Manusia memiliki kelengkapan pribadi yang lebih
sempurna daripada makhluk-makhluk lain ciptaan Tuhan. Oleh karena abstraknya jiwa
manusia itu, maka objek material psikologi adalah terbatas pada aktivitas-aktivitas jiwa yang
teramati melalui perwujudan tingkah laku atau perbuatan-perbuatan manusia. Tentu saja
dalam mempelajari tingkah laku itu orang bukan sembarang melakukan pengamatan. Ada
beberapa asumsi dapat dipakai oleh para psikolog dalam mempelajari jiwa manusia. Asumsi-
asumsi itu merupakan pangkal tolak, pedoman atau pengarah bagi pengamatan kita dalam
upaya mempelajari jiwa yang dimanifestasikan ke dalam tingkah laku yang nyata. Psikologi
berhubungan dengan tingkah laku manusia, setiap fase perkembangan pribadi manusia serta
interaksinya. Oleh karena itu amat sukar memperoleh pengetahuan yang memadai tentang
aspek-aspek serta intelerelasi tingkah laku manusia melalui suatu penyelidikan yang intensif
terhadap semua itu dalam waktu yang bersamaan.
2
yang cukup banyak dikenal adalah Bobo Doll Studies seorang anak usia awal sekolah
ditempatkan disebuah ruang dan ditayangkan video terkait perilaku agresive. Dalam
tayangan tersebut ada seorang dewasa yang memukul dan menendang Bobo Doll, ketika
kemudian anak ditinggalkan sendirian hanya dengan Bobo Doll ia menunjukkan perilaku
agresive yang sama seperti video tersebut. Dari studi tersebut Bandura menyimpulkan
bahwa perilaku itu dipelajari berdasarkan proses imitasi atau modelling perilaku orang lain.
Salah satu kampanye yaitu “if what we see is what we become”. Penelitian Bandura
mencakup banyak masalah yang bersifat sentral untuk teori belajar sosial, dan lewat
penelitian-penelitian itu teorinya dipertajam dan diperluas. Penelitian ini meliputi studi
tentang imitasi dan identifikasi, perkuatan sosial, perkuatan diri dan pemonitoran, serta
Perubahan Tingkah Laku melalui pemodelan bersama Richard Walters sebagai penulis
kedua, Bandura menulis Adolescent Aggression (1959), suatu laporan terinci tentang sebuah
studi lapangan dimana prinsip-prinsip belajar sosial dipakai untuk menganalisis
perkembangan kepribadian sekelompok remaja pria delinkuen dari kelas menengah,
disusul dengan Social Learning and personality development(1963), sebuah buku dimana ia
dan Walters memaparkan prinsip-prinsip belajar sosial yang telah mereka kembangkan
beserta evidensi atau bukti yang menjadi dasar bagi teori terBandura
3
Teori Kognitif Sosial (Social Cognitive Theory) merupakan penamaan baru dari Teori
Belajar Sosial (Social Learning Theory) yang dikembangkan oleh Albert Bandura. Penamaan
baru dengan nama Teori Kognitif Sosial ini dilakukan pada tahun 1970-an dan 1980-an, Asal
mulanya teori ini disebut learning, yaitu belajar dengan mengamati perilaku orang lain. Dasar
pemikirannya adalah belajar dengan cara mengamati perilaku individu. Dan sebagian
perilaku individu diperoleh sebagai hasil belajar melalui pengamatan atas tingkah laku yang
ditampilkan oleh orang lain yang disajikan sebagai model. Menurut teori belajar social, yang
terpenting ialah kemampuan seseorang untuk mengabstraksikan informasi dari perilaku orang
lain, mengambil keputusan mengenai perilaku mana yang akan ditiru dan kemudian
melakukan perilaku-perilaku yang dipilih. Berdasarkan pernyataan diatas konsep utama dari
teori kognitif sosial adalah pengertian tentang obvervational learning atau proses belajar
dengan mengamati. Semua informasi yang dipelajari dan kita peroleh berasla dari interaksi
kita dengan orang lain. Jika ada seorang “model” di dalam lingkungan seorang individu,
misalnya saja teman atau anggota keluarga di dalam lingkungan internal, atau di lingkungan
publik seperti para tokoh publik di bidang berita dan hiburan, proses belajar dari individu ini
akan terjadi melalui cara memperhatikan model tersebut. Terkadang perilaku seseorang bisa
timbul hanya karena proses modeling. Modeling atau peniruan merupakan “the direct,
mechanical reproduction of behavior, reproduksi perilaku yang langsung dan mekanis(Baran
& Davis, 2000: 184). Sebagai contoh, ketika seorang ibu mengajarkan anaknya bagaimana
cara mengikat sepatu dengan memeragakannya berulang kali sehingga si anak bisa mengikat
tali sepatunya, maka proses ini disebut proses modeling. Sebagai tambahan bagi proses
peniruan interpersonal, proses modeling dapat juga terlihat pada narasumber yang
ditampilkan oleh media. Misalnya orang bisa meniru bagaimana cara memasak kue bika
dalam sebuah acara kuliner di televisi. Meski demikian tidak semua narasumber dapat
memengaruhi khalayak, meski contoh yang ditampilkan lebih mudah dari bagaimana cara
membuat kue bika. Di dalam kasus ini, teori kognitif sosial kembali ke konsep dasar “rewards
and punishments” imbalan dan hukuman- tetapi menempatkannya dalam konteks belajar
sosial.
Dari penjelasan diatas kita dapat melihat bahwa ada dua jenis pembelajaran melalui
pengamatan (observational learning). Pertama, pembelajaran melalui pengamatan dapat
terjadi melalui kondisi yang dialami orang lain atau vicarious conditioning. Contohnya,
seorang pelajar melihat temannya dipuji atau ditegur oleh gurunya karena perbuatannya,
maka ia kemudian meniru melakukan perbuatan lain yang tujuannya sama ingin dipuji oleh
gurunya. Kejadian ini merupakan contoh dari penguatan melalui pujian yang dialami orang
lain atau vicarious reinforcement. Kedua, pembelajaran melalui pengamatan meniru perilaku
suatu model meskipun model itu tidak mendapatkan penguatan atau pelemahan pada saat
pengamat itu sedang memperhatikan model itu mendemonstrasikan sesuatu yang ingin
dipelajari oleh pengamat tersebut dan mengharapkan mendapat pujian atau penguatan apabila
menguasai secara tuntas apa yang dipelajari itu. Model tidak harus diperagakan oleh
seseorang secara langsung, tetapi kita dapat juga menggunakan seseorang pemeran atau
visualisasi tiruan sebagai model (Nur, M. 1998a:43).
4
Konsep motivasi belajar berkaitan erat dengan prinsip bahwa perilaku yang Memperoleh
penguatan (reinforcement) di masa lalu lebih memiliki kemungkinan diulang dibandingkan
dengan perilaku yang tidak memperoleh penguatan atau perilaku Yang terkena hukuman
(punishment). Dalam kenyataannya, daripada membahas konsep Motivasi belajar, penganut
teori perilaku lebih memfokuskan pada seberapa jauh siswa telah belajar untuk mengerjakan
pekerjaan sekolah dalam rangka mendapatkan hasil yang Diinginkan Mengapa sejumlah
siswa tetap bertahan dalam menghadapi kegagalan sedang yang lain menyerah? Mengapa ada
sejumlah siswa yang bekerja untuk menyenangkan guru, yang lain berupaya mendapatkan
nilai yang baik, dan sementara itu ada yang tidak berminat terhadap bahan pelajaran yang
seharusnya mereka pelajari? Mengapa ada sejumlah siswa mencapai hasil belajar jauh lebih
baik dari yang diperkirakan berdasarkan kemampuan mereka dan sementara itu ada sejumlah
siswa mencapai hasil belajar jauh lebih jelek jika dilihat potensi kemampuan mereka?
Mengkaji penguatan yang telah diterima dan kapan penguatan itu diperoleh dapat
memberikan jawaban atas pertanyaan di atas, namun pada umumnya akan lebih mudah
meninjaunya dari sudut motivasi untuk memenuhi berbagai kebutuhan.
5
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Teori belajar kognitif lebih menekankan bahwa perilaku seseorang ditentukan oleh
persepsi serta pemahamannya tentang situasi yang berhubungan dengan tujuan belajarnya.
Teori ini lebih mementingkan proses belajar dari pada hasil belajar. Tokoh dalam teori belajar
kognitivisme dari Gestalt yang memandang bahwa objek atau peristiwa tertentu akan
dipandang sebagai suatu keseluruhan yang terorganisasi, teori belajar medan kognitif dari
Kurt Lewin yang memandang bahwa setiap individu berada didalam suatu medan kekuatan
yang bersifat psikologis, teori belajar perkembangan Jean Piaget yang memandang bahwa
perkembangan kognitif merupakan suatu proses genetik, yaitu suatu proses yang didasarkan
atas mekanisme bilogis, perkembangan sistem saraf, teori belajar discovery learning dari
Jerome S. Bruner yang memandang bahwa anak haus berperan secara aktif saat belajar
dikelas. Konsepnya adalah belajar dengan menemukan siswa mengorganisasikan bahan
pelajaran yang dipelajarinya dengan suatu bentuk akhir yang sesuai dengan tingkat kemajuan
berpikir anak.
B. Saran
Teori belajar kognitif hendaknya digunakan sebagai landasan atau dasar yang harus
dipahami oleh guru ataupun calon guru pada khususnya dan pada masyarakat pada umumnya
agar apa yang di pelajari dapat digunakan dalam kegiatan belajar dan pembelajaran.
6
DAFTAR PUSTAKA
https://www.studocu.com/id/document/universitas-negeri-yogyakarta/psikologi-
perkembangan-anak-dan-remaja/teori-belajar kognitifsosial/43660221
https://id.scribd.com/document/356783529/Makalah-Teori-Kognitif-SOSIAL
https://www.studocu.com/id/document/universitas-islam-negeri-sunan-kalijaga-yogyakarta/
pendidikan-islam/makalah-psikologi-pendidikan/32918719
https://www.academia.edu/44767219/Makalah_tentang_Teori_Kognitif_Sosial