Anda di halaman 1dari 15

NOTULEN PELATIHAN

PENCAMPURAN OBAT SUNTIK DAN TEKNIK ASEPTIS

A. HIGHT ALERT
1.1 PENGERTIAN HIGH ALERT
Pengelolaan obat-obat yang perlu diwaspadai (High-Alert Medication) adalah obat-
obat yang memiliki resiko lebih tinggi untuk menyebabkan/menimbulkan adanya
komplikasi/ membahayakan pasien secara signifikan jika terdapat kesalahan
penggunaan (dosis, interval, dan pemilihannya).
High-Alert Medication memiliki resiko yang lebih tinggi dalam menyebabkan
komplikasi, efek samping atau bahaya. Hal ini dapat dikarenakan adanya rentang dosis
terapeutik dan keamanan yang sempit atau karena insidens yang tinggi akan terjadinya
kesalahan.
Pengelolaan High-Alert Medication dilakukan saat melakukan pemesanan sampai
pemberian obat kepada pasien. Pengelolaan obat-obat yang perlu diwaspadai (High-
Alert Medication), untuk menujang pelayanan kesehatan dengan kualitas tinggi dan
meminimalisir terjadinya kesalahan-kesalahan medis dan menurunkan potensi resiko
terhadap pasien.
Obat-obat yang perlu diwaspadai (High-Alert Medication), dikelola oleh instalasi
farmasi, untuk distribusinya disesuaikan dengan kebutuhan unit/instalasi tersebut
misalnya: Instalasi Gawat Darurat, ICU, Instalasi Kamar Bedah, Instalasi Rawat Inap,
Instalasi Rawat Jalan karena masing-masing memiliki kebutuhan jenis obat-obatan
yang perlu diwaspadai (High-Alert Medication) yang berbeda.

1. High-alert medications memiliki risiko yang lebih tinggi dalam menyebabkan


komplikasi, efek samping atau bahaya. Hal ini dapat dikarenakan adanya rentang
dosis terapeutik dan keamanan yang sempit atau karena insidens yang tinggi akan
terjadinya kesalahan, maka obat yang tergolong High-Alert Medication harus
diatur penggunaannya maupun penyimpanannya.
2. Metode untuk meminimalisasi kesalahan ini meliputi beberapa strategi seperti:
a.Menyediakan akses informasi mengenai High-alert medications
b. Membatasi akses terhadap High-alert medications
c. Menggunakan label dan tanda ‘peringatan’ untuk High-alert medications
d. Menstandarisasi prosedur instruksi/peresepan, penyimpanan, persiapan, dan
pemberian High-alert medications
e. Melakukan prosedur pengecekan ganda untuk obat-obat tertentu.
3. Obat-obatan jenis baru dan informasi keselamatan tambahan lainnya akan ditinjau
ulang dalam audit dan revisi High-alert medications oleh Komite Farmasi dan
Terapeutik.
4. Obat-obatan yang termasuk dalam kategori High-alert medications diinventatisasi
khusus dan disosialisasikan kepada seluruh tenaga farmasi dan keperawatan.
5. Vial yang mengandung konsentrat elektrolit (misalnya KCl) tidak boleh disimpan
di lingkup atau area perawatan pasien.
6. Obat-obatan yang digunakan dalam emergensi medis (misalnya: kondisi
mengancam nyawa yang bersifat gawat darurat) tidak diwajibkan untuk mengikuti
Pedoman dan Prosedur Penggunaan High-alert medications.
1.2 Prosedur Umum Penanganan High-Alert Medications
1.Elektrolit Konsentrat
a. Membuat daftar obat-obat yang termasuk elektrolit konsentrat
b. Memberikan label yang jelas dimulai dari gudang farmasi setelah
penerimaan obat dari distributornya dengan stiker lingkaran merah dengan
tulisan High-Alert pada kemasan sekunder dan atau kemasan primer
obatnya.
c. Elektrolit konsentrat hanya boleh disimpan diinstalasi Farmasi/Depo
Farmasi.
d. Penyimpanan elektrolit konsentrat harus dalam tempat terpisah dari obat-
obat lain.

2. Obat-obat LASA
a. Membuat daftar obat-obat yang termasuk LASA
b. Memberikan label yang jelas dimulai gudang farmasi setelah penerimaan
obat dari distributor dengan stiker lingkaran kuning dengan tulisan LASA
pada karton/ box
c. Penyimpanan atau peletakan obat LASA harus diberi jarak bila
memungkinkan pada tempat yang tidak berdekatan dalam satu deret rak
obat dan diberikan stiker LASA yang berbentuk lingkaran berwarna
kuning.
d. Penulisan menggunakan huruf kapital dengan warna dan ukuran yang
cukup besar sehingga terbaca dengan jelas, misalnya: DIAZepam,
LORAZepam
e. Setiap pemberian obat menerapkan prinsip 7 benar (Benar pasien, benar
obat, benar dosis obat, benar cara pemberian, benar waktu pemberian,
benar dokumentasi, dan benar indikasi)

3.Obat-obat yang perlu diwaspadai (High-alert Medications)


a. Membuat daftar obat yang perlu diwaspadai (High-alert Medications)
b. Memberikan label yang jelas dimulai dari gudang farmasi setelah
penerimaan obat dari distributornya dengan memberikan stiker lingkaran
merah dengan tulisan high alert pada box/ ampul obatnya.
c. Penyimpanan obat high-alert harus terpisah dari obat-obat lainnya.
d. Gunakan penanda pada tempat penyimpanan obat High-alert dengan garis/
tanda merah disekeliling lemari penyimpanan obat dan ditempelkan stiker
High-alert
e. Penyimpanan obat narkotik sesuai dengan aturan penyimpanan narkotika
1.3 Pengelolaan elektrolit konsentrat dan obat-obat yang perlu diwaspadai (High-
Alert Medications)
Dalam penanganan High-alert medications, lakukan prosedur dengan aman
dan hati-hati selama pengadaan, penyimpanan peresepan, mempersiapkan,
memberikan obat dan memberikan instruksi.
a. Pemilihan/ pengadaan
b. Melakukan seleksi obat-obat High-Alert berdasarkan daftar obat-obat High-
Alert WHO dan ISMP (international for safety medication practices) atau
literature lain.
c. Obat-obat high alert yang dibutuhkan disediakan oleh Instalasi Farmasi
d. Instalasi Farmasi membuat daftar nama obat-obat yang masuk dalam kategori
High-Alert.

1. Penyimpanan
a. Elektrolit konsentrasi tinggi hanya boleh disimpan di Instalasi/Depo Farmasi
b. High-alert medications selain elektrolit konsentrasi tinggi disimpan di ruang
perawatan di dalam troli atau emergency kit yang memiliki kunci.
c. Insulin disimpan didalam rak lemari pendingan/ kulkas, jangan didalm freezer
atau pada pintu lemari pendingin. Penyimpanan pada suhu 2-8 derajat celcius.
d. Penataan obat LASA
1) Obat golongan LASA diurutkan sesuai dengan abjad dengan obat golongan
LASA lainnya dan diletakkan sesuai dengan stabilitas bentuk sediaan.
2) Obat pasangan LASAnya TIDAK BOLEH diletakkan saling berdampingan,
kecuali obat cendo.
e. Penataan High-alert medications
1) Golongan High-Alert medications dikelompokkan terpisah dengan obat
golongan lain dan diletakkan sesuai dengan stabilitas bentuk sediaan.
2) Golongan High-alert medications disusun sesuai dengan abjad
3) Rak obat golongan High-alert medications diberikan selotip merah atau
tanda merah pada sekeliling tempat penyimpanan obat High-alert yang
dilengkapi dengan pintu tertutup. Sedangkan obat yang diletakkan di
ruangan perawatan diletakkan pada trolly dan emergency kit.
f. Pelabelan
1) Pemberian label pada High-alert medications, LASA, dan multiple strengh
a) Golongan high-alert medications pada setiap ampul dan tiap strip diberi
penanda high-alert latar warna MERAH dengan tulisan HIGH ALERT
warna putih, ditempelkan pada kotak/obat.

Stiker High-alert
b) Obat golongan LASA pada setiap ampul dan setiap strip diberi stiker
LASA. Label obat LASA, latar warna KUNING dengan tulisan LASA
warna merah ditempelkan pada kotak/obat

c) Pada obat multiple strengthStikerharus


LASA diberi label berwarna berbentuk
berbentuk kotak bertulisan “MULTIPLE STRENGTH” pada kotak
tempat penyimpanan obat dan diletakkan berjauhan satu dengan yang
lainnya. Jika obat mempunyai kekuatan yang berbeda maka dosis
tertinggi diberi label dengan latar belakang warna merah, dosis
menengah warna kuning, dosis selanjutnya warna hijau, dan dosis
rendah warna putih. Jika obat hanya mempunyai dua kekuatan dosis,
maka dosis tertinggi diberi label dengan latar belakang warna merah
dan dosis yang lebih kecil menggunakan warna hijau.

2) Pemberian label wadah


a) Untuk obat golongan LASA pada pelabelannya menggunakan
Tallman Letter dan diberi tanda gambar LASA.

ceFOTAxime cefTRIAxone
1g 1g

b) Untuk obat golongan High-alert Medications pada labelnya dibingkai dengan


warna merah dan diberi tanda gambar High-alert
c) Untuk obat golongan multiple strength pada kotak tempat penyimpanan obat
diberi tanda gambar multiple strength.

2. Peresepan
a. Instruksi secara verbal tidak boleh diberikan pada High-alert medications dan LASA.
Pada kondisi kegawatan instruksi verbal dapat diberikan pada perawat untuk
menggunakan obat emergency dieja dengan phoenetic alphabet. Penggantian obat
emergency menggunakan resep tertulis yang ditulis oleh dokter yang kemudian
diberikan kepada farmasi untuk dilakukan penggantian.
b. Ini harus mencakup minimal:
1) Instruksi Nama pasien dan nomor rekam medis atau tanggal lahir
2) Tanggal dan waktu instruksi dibuat
3) Nama obat, dosis, jalur pemberian, dan tanggal pemberian setiap obat.
4) Kecepatan dan atau durasi pemberian obat
c. Dokter harus mempunyai diagnosis, kondisi, dan indikasi penggunaan setiap High-
alert medications secara tertulis.
d. High-alert medications elektrolit konsentrat instruksinya harus melalui resep dan
tulisan obat pada resep digaris bawahi dengan tinta warna merah.

3. Penyiapan
a. Apoteker/asisten apoteker menverifikasi dan menelaah resep obat High-Alert
b. Garis bawahi obat High-Alert konsentrasi tinggi pada lembar resep dengan tinta merah
c. Lakukan verifikasi kedua oleh petugas farmasi yang berbeda sebelum obat diserahkan
kepada pasian atau perawat.
d. Sertakan penjelasan yang memadai atau meminta perawat untuk membacaka secara
teliti prosedur penanganan obat High-Alert.

4. Pemberian
a. Lakukan double check antara kedua orang perawat, periksa:
1) Kesesuaian antara obat dengan rekam medis/instruksi dokter atau resep.
2) Ketepatan perhitungan dosis obat dan cara mencampur obat.
3) Identitas pasien
b. Perawat yang memberikan obat High-Alert secara infus harus memastikan :
1) Ketepatan kecepatan pompa infuse
2) Jika obat lebih dari satu, maka tempelkan label nama obat pada syringe pum dan
setiap ujung jalur selang.
c. Pemberian obat High-Alert oleh petugas diruang perawatan kepada pasien, harus
menerapkan prinsip, 5 benar.
d. Setiap kali pasien pindah ruang perawatan, perawat yang mengantarkan harus
menjalaskan kepada perawat yang menerima pasien bahwa pasien sedang
mendapatkan obat High-Alert.
e. Pada situasi emergency, dimana pelabelan dan prosedur pengecekan ganda dapat
menghambat/menunda penatalaksanaan dan berdampak negatif terhadap pasien,
perawat atau dokter pertama-tama harus menentukan dan memastikan bahwa kondisi
klinis pasien benar-benar bersifat emergensi dan perlu ditatalaksana segera sedemikian
rupa sehingga pengecekan ganda dapat ditunda. Petugas yang memberikan obat harus
menyebutkan dengan lantang semua terapi obat yang diberikan sebelum
memberikannya kepada pasien.

A. Elektrolit Konsentrat / Ektrolit Pekat


Elektrolit konsentrat adalah preparat farmasi yang memiliki kegunaan untuk memperbaiki
kadar elektrolit dalam tubuh.

Tabel. IV.1 Daftar Kelompok Obat Elektrolit Konsentrasi Tinggi (Elektrolit Pekat)

Nama Obat

Kalium chlorida / KCL


Natrium bicarbonat/ meylon 8,4%
Magnesium sulfat/ MgSO4
NaCL 3 %
Dextrose 40 %

A. TEHNIK PENCAMPURAN INJEKSI DAN TEHNIK ASEPTIK


1.1. Penyiapan
Sebelum menjalankan proses pencampuran obat suntik, perlu dilakukan
langkah langkah sebagai berikut:
1. Memeriksa kelengkapan dokumen (formulir) permintaan dengan
prinsip 5 BENAR (benar pasien, obat, dosis, rute dan waktu
pemberian)
2. Memeriksa kondisi obat-obatan yang diterima (nama obat, jumlah,
nomer batch, tgl kadaluarsa), serta melengkapi form permintaan.
3. Melakukan konfirmasi ulang kepada pengguna jika ada yang tidak
jelas/tidak lengkap.
4. Menghitung kesesuaian dosis.
5. Memilih jenis pelarut yang sesuai.
6. Menghitung volume pelarut yang digunakan.
7. Membuat label obat berdasarkan: nama pasien, nomer rekam medis,
ruang perawatan, dosis, cara pemberian, kondisi penyimpanan,
tanggal pembuatan, dan tanggal kadaluarsa campuran. (contoh label
obat, lampiran 1)
8. Membuat label pengiriman terdiri dari : nama pasien, nomer rekam
medis, ruang perawatan, jumlah paket. (contoh label pengiriman,
lampiran 2)
9. Melengkapi dokumen pencampuran (contoh form pencampuraN
dibuku 1:Pedoman Dasar Dispensing Sediaan Steril)
10. Memasukkan alat kesehatan, label, dan obat-obatan yang akan
dilakukan pencampuran kedalam ruang steril melalui pass box.

1.2. Pencampuran
1.2.1 Proses pencampuran obat suntik secara aseptis, mengikuti langkah
– langkah sebagai berikut:
a) Menggunakan Alat Pelindung Diri (APD).

b) Melakukan dekontaminasi dan desinfeksi sesuai prosedur tetap


(lampiran 3)
c) Menghidupkan Laminar Air Flow (LAF) sesuai prosedur tetap
d) Menyiapkan meja kerja LAF dengan memberi alas penyerap cairan
dalam LAF.
e) Menyiapkan kantong buangan sampah dalam LAF untuk bekas obat.
f) Melakukan desinfeksi sarung tangan dengan alkohol 70 %.

B. TEHNIK MEMINDAHKAN OBAT DARI AMPUL


1. Membuka ampul larutan obat: (gambar 1)
a. Pindahkan semua larutan obat dari leher ampul dengan mengetuk-ngetuk bagian
atas ampul atau dengan melakukan gerakan J-motion.
b. Seka bagian leher ampul dengan alkohol 70 %, biarkan mengering.
c. Lilitkan kassa sekitar ampul.
d. Pegang ampul dengan posisi 45º, patahkan bagian atas ampul dengan arah menjauhi
petugas. Pegang ampul dengan posisi ini sekitar 5 detik.
e. Berdirikan ampul.
f. Bungkus patahan ampul dengan kassa dan buang ke dalam kantong buangan.
2. Pegang ampul dengan posisi 45º, masukkan spuit ke dalam ampul, tarik
seluruh larutan dari ampul, tutup needle.
3. Pegang ampul dengan posisi 45º, sesuaikan volume larutan dalam syringe
sesuai yang diinginkan dengan menyuntikkan kembali larutan obat yang
berlebih kembali ke ampul.
4. Tutup kembali needle.
5. Untuk permintaan infus Intra Vena , suntikkan larutan obat ke dalam botol
infus dengan posisi 45º perlahan-lahan melalui dinding agar tidak berbuih dan
tercampur sempurna.
6. Untuk permintaan Intra Vena bolus ganti needle dengan ukuran yang sesuai
untuk penyuntikan.
7. Setelah selesai, buang seluruh bahan yang telah terkontaminasi ke dalam
kantong buangan tertutup.

C. TEHNIK MEMINDAHKAN SEDIAAN OBAT DARI VIAL


1. Membuka vial larutan obat
a. Buka penutup vial.
b. Seka bagian karet vial dengan alkohol 70 %, biarkan mengering.
c. Berdirikanvial
d. Bungkus penutup vial dengan kassa dan buang ke dalam kantong buangan
tertutup
e. Pegang vial dengan posisi 45º, masukkan spuit ke dalam vial.
f. Masukan pelarut yang sesuai ke dalam vial, gerakan perlahan-lahan memutar untuk
melarutkan obat.
g. Ganti needle dengan needle yang baru.
h. Beri tekanan negatif dengan cara menarik udara ke dalam spuit kosong sesuai volume
yang diinginkan.
i. Pegang vial dengan posisi 45º, tarik larutan ke dalam spuit tersebut.
j. Untuk permintaan infus intra vena (iv) , suntikkan larutan obat ke dalam botol infus
dengan posisi 45º perlahan-lahan melalui dinding agar tidak berbuih dan tercampur
sempurna.
k. Untuk permintaan intra vena bolus ganti needle dengan ukuran yang sesuai untuk
penyuntikan.
l. Bila spuit dikirim tanpa needle, pegang spuit dengan posisi jarum ke atas angkat jarum
dan buang ke kantong buangan tertutup.
m. Pegang spuit dengan bagian terbuka ke atas, tutup dengan ”luer lock cap”.
n. Seka cap dan syringe dengan alkohol.
o. Setelah selesai, buang seluruh bahan yang telah terkontaminasi ke dalam kantong
buangan tertutup
p. Memberi label yang sesuai untuk setiap spuit dan infus yang sudah berisi obat hasil
pencampuran.
q. Membungkus dengan kantong hitam atau alumunium foil untuk obat-obat yang harus
terlindung dari cahaya.
r. Memasukkan spuit atau infus ke dalam wadah untuk pengiriman.
s. Mengeluarkan wadah yang telah berisi spuit atau infus melaluipass box.
t. Membuang semua bekas pencampuran obat ke dalam wadah pembuangan khusus
Ketidak campuran
Tabel 1. Daftar Ketercampuran Obat Suntik
KETERCAMPURAN
NO NAMA OBAT LARUTAN IV KETERANGAN

Tidak kompatibel dengan


1 Acyclovir Larutan Dextrosa, Ringer's Lactat. produk
NOTE: larutan dextrose > 10% darah, larutan yang
dapat mengandung
menjadikan kuning larutan (tidak protein
mempengaruhi potensi obat) Jangan simpan di lemari es

NaCl 0.9% (lbh baik) ;


2 Albumin kompatibel Jangan gunakan jika larutan
dengan a 5% dan 10% keruh.
jika kandungan larutan 5%-25%
gunakan NS atau D5W sebagai Jangan menggunakan SWFI
pelarut.

3 Amikacin Larutan Dextrosa, RL masukkan > 1 jam sebelum


Inkompatibel dengan heparin Penicillin

4 Aminophylline Larutan Dextrose, RL

tidak kompatibel dengan


5 Amphotericin B Lebih disukai dgn Dekstrosa 5% NaCl
(Fungizone) 0.9%
jangan dicampur dengan
obat
lain

6 Ampicillin Paling stabil dlm NaCl 0.9%


dekstrosa dapat digunakan tp
tidak dalam konsentrasi tinggi

7 Ampicillin sulbactam Dalam NaCL 0.9%lebih disukai


kompatibel dengan larutan yang
mengandung Dextrose dan RL

8 Calcium Gluconate Kompatibel dengan NaCl 0.9%,


dekstrosa,RL
9 Cefepime Kompatibel dengan NaCl 0.9%,
dekstrosa,RL

10 Cefotaxime Kompatibel dengan NaCl 0.9%,


dekstrosa,RL

11 Ceftazidime Kompatibel dengan NaCl 0.9%,


dekstrosa,RL

12 Ceftriaxone Kompatibel dengan NaCl 0.9%,


dekstrosa

13 Chloramphenicol Kompatibel dengan NaCl 0.9%,


dekstrosa,RL

14 Ciprofloxacine Kompatibel dengan NaCl 0.9%,


dekstrosa

15 Clindamycin Kompatibel dengan NaCl 0.9%,


dekstrosa,RL

16 Dexamethason Kompatibel dengan NaCl 0.9%,


dekstrosa

Tidak direkmonedasi untuk


17 Diazepam dilarutkan
tapi NaCl 0.9%dapat digunakan
untuk
penggunaan darurat

18 Digoxin Dekstros 5% dan NaCl 0.9% Mungkin terjadi endapan

19 Dobutamine Kompatibel dengan NaCl 0.9%,


dekstrosa,RL
Tidak kompatibel dengan heparin

20 Dopamine Kompatibel dengan NaCl 0.9%,


dekstrosa,RL ( Gunakan N5 bila
ada heparin)

21 Epinephrine Kompatibel dengan NaCl 0.9%, Jangan dicampur dengan


dekstrosa. Bikarbonat

22 Fentanyl Citrate Kompatibel dengan NaCl 0.9%,


dekstrosa

Kompatibel dgn Dextrosa 5%,


23 Fluconazole 10%
dan RL
Jangan dicampur dengan
24 Furosemide Kompatibel dng NaCl 0.9% larutan
Lebih disukai dgn RL asam

Kompatibel dgn Dextrosa 5%,


25 Ganciclovir NaCl0.9%dan RL

26 Gentamycin Kompatibel dengan NaCl 0.9%,


dekstrosa

27 Heparin Kompatibel dengan NaCl 0.9%,


dekstrosa

NaCl 0.9% lebih disukai


28 Imipenem-Cilastatin meskipun
dekstrose dapat digunakan pada
kondisi khusus

Kompatibel dengan larutan NaCl


29 Ketorolac 0.9%
dan dekstrose, RL

Kompatibel dengan larutan NaCl


30 Levofloxacin 0.9%
dan dekstrose, RL

31 Lorazepam Lebih disukai dgn Dekstrosa 5%


Kurang stabil dalam NaCl

32 MgSO4 Larutan dekstrosa dan NaCl 0.9%

33 Mannitol Biasanya tdk dilarutkan tetapi


Dekstrosa 5%, NaCl telah
digunakan
34 Meropenem Lebih disukai NaCl 0.9%, kurang
stabil dalam dekstrose,
kompatibel
dengan RL
Tdk perlu dilarutkan. Kompatibel Jangan dicampur dgn obat
35 Metronidazole dgn lain
larutan dekstrosa dan NaCl 0.9%

36 Midazolam Dekstrose 5%, NaCl 0.9%, RL

37 Morphine Sulphate Larutan dekstrose dan NaCl 0.9%,


bila diinfus bersama dgn heparin
gunakan hanya NaCl 0.9%

Tidak tercampur dengan


38 Ondansentron Larutan dekstrosa dan NaCl 0.9% obat
dan
larutan bersifat basa
39 Penicillin G Larutan dekstrosa dan NaCl 0.9%

Jangan dicampur dgn obat


40 Phenytoin NaCl 0.9% lain

41 Piperacillin-Tazobactam Larutan dekstrosa dan NaCl 0.9%


tidak tercampur dgn RL

Tidak direkomendasi untuk


42 Propranolol dilarutkan
tapi NaCl 0.9%dapat digunakan

Kompatibel dengan larutan NaCl


43 Ranitidin 0.9%
dan dekstrosa, RL

44 Sodium Bicarbonate Larutan dekstrosa dan NaCl 0.9%

45 Sodium Valproate Dekstrosa 5%, NaCl 0.9%, RL

46 Vancomycin Dekstrosa 5%, NaCl 0.9%, RL


Tidak tercampur dengan heparin
Formulasi obat suntik

Obat-obat yang sediaannya berbentuk dry powder seperti amoksisilin memerlukan rekonstitusi
dengan aqua pro injeksi atau NaCl 0,9% sebelum digunakan. Keuntungan dari sediaan berbentuk dry
powder ini adalah dapat disimpan dalam waktu yang lebih lama.
Beberapa kelemahan dari sediaan berbentuk dry powderadalah :
a. Rekonstitusi menghabiskan waktu, khususnya bila sediaan tersebut sulit untuk dilarutkan
b. Dapat terkontaminasi oleh lingkungan di sekitarnya dan terkontaminasi oleh mikroba yang
terdapat dalam pelarut
c. Perhatian mungkin dibutuhkan jika obat mudah untuk ”foaming” (berbusa), sebagai dosis yang
tidak komplit memungkinkan untuk hilang (withdrawn) contoh : teicoplanin
d. Jika ampul dipatahkan, pecahan kaca ampul tersebut dapat masuk kesediaan, melukai petugas
serta percikan sediaan dapat mencemari lingkungan sekitarnya.
e. Jika sediaan menggunakan vial timbul kesulitan memasukkan pelarut atau obat yang telah
direkonstitusi karena adanya tekanan dalam vial (beberapa vial dibuat dengan tekanan
didalamnya). Jika vial tersebut tidak memiliki tekanan di dalamnya, maka udara perlu
dikeluarkan terlebih dahulu sebelum penambahan pelarut. Jumlah udara yang keluar masuk
kedalam syringe harus sama dengan jumlah pelarut yang ditambahkan. Sebelum mengeliminasi
obat yang telah direkonstitusi dari dalam vial, perbedaan tekanan harus dihitung lagi. Udara
perlu ditambahkan kedalam vial sebanding dengan jumlah obat yang dieliminasi/ hilang.

Preparasi dari larutan yang memerlukan pelarut tambahan sebelum digunakan


Contoh : Ranitidine, amiodaron
Keuntungan dari preparasi ini adalah:
 Sudah berbentuk cairan, jadi tidak memerlukan proses rekonstitusi lagi Kekurangan dari
preparasi ini adalah :
 Waktu penggunaan untuk eliminasi dan persiapan
 Mudah mengalami gangguan/ masalah pada vakum/ tekanan (untuk vial)
 Dapat menyebabkan pecahan gelas (untuk ampul)
 Menyebabkan risiko kontaminasi mikrobakteri
Preparasi tersedia (siap untuk digunakan) tanpa pelarut tambahan
Preparasi ini dapat berupa kantong atau ampul dengan volume kecil yang dapat dibuat tanpa
pelarut tambahan, tapi tetap mengandung larutan obat untuk dieliminasi ke dalam syringe
untuk pembuatan, contoh : adenosine, gentamisin, metoklopramid. Hal ini sesuai/ cocok untuk
digunakan, namun tetap memiliki kekurangan, antara lain:
 Berbahaya (kontaminasi mikrobakterial)
 Mudah mengalami gangguan/ masalah pad vakum/ tekanan (untuk vial)
 Dapat menyebabkan pecahan gelas (untuk ampul)
Preparasi tersedia (siap untuk digunakan)
Preparasi ini termasuk kantong infus dan syringe yang belum diisikan (pre-filled), contohnya:
NaCl (Sodium Chloride) 0,9% 500 ml, morfin sulfat 60 mg dalam 60 ml PCA syringe.
Keuntungannya adalah :
- Tidak ada risiko kontaminasi lingkungan
- Kecilnya kontaminasi mikrobakteri
- Mudah digunakan
- Menghemat waktu

Beberapa vial didesain dengan tekanan di dalamnya, hal ini diperlukan karena berguna selama
proses rekonstitusi.
Jika vial tersebut tidak memiliki tekanan di dalamnya, maka udara harus dikeluarkan terlebih
dahulu sebelum penambahan pelarut. Jumlah udara yang dikeluarkan harus sama dengan
jumlah pelarut yang ditambahkan. Sebelum mengeluarkan obat yang telah direkonstitusi dari
dalam vial perbedaan tekanan harus dihitung lagi, sehingga udara perlu ditambahkan kedalam
vial sebanding dengan jumlah obat yang di keluarkan.

Anda mungkin juga menyukai