Anda di halaman 1dari 6

Jurnal Teknik Industri, Vol.

3 (1) 2022, page 53-58

JURNAL TEKNIK INDUSTRI


Homepage jurnal: jurnal.pelitabangsa.ac.id

e-ISSN : 2809-1329
p-ISSN : 2809-4638

Analisis Faktor Psikologi Yang Mempengaruhi Stres Kerja Pada PT. XYZ
Anggoro Daru Mukti1*, Bayu Surya Praditar2, Andie Setiyawanr3
1,2,3
Magister Teknik Industri, Universitas Mercu Buana, Indonesia
Korespondensi email: anggara.mgg@gmail.com

Abstraksi
Uncomfortable workplace conditions play an important role in causing work stress.
Whereas work stress can directly affect the safety and health of workers. This is
because work stress can trigger health problems and even work accidents. The
method used is a quantitative method. The data obtained from the results of
distributing questionnaires with a total of 250 respondents were processed and
analyzed using SPSS 22.00 software for windows. Factor 1 was able to explain
37.461% of variations, namely role ambiguity, role conflict, career development,
work stress, work conflict. While factor 2 explains 20.126% of the variation which
includes quantitative overload, qualitative overload. From these results, to reduce
employee work stress, it is necessary to make clear SOPs for each employee and
make team building sessions between leaders and employees in reducing the
workload.
Keywords: Work Stress, Occupational Health, Production Quality, SPSS
I. Pendahuluan Stress akibat kerja merupakan gangguan
fisik dan emosional sebagai akibat
Dalam Undang-undang No 1 Tahun ketidaksesuaian antara kapabilitas,
1970 disebutkan bahwa pelaksanaan sumber daya atau kebutuhan pekerja
keselamatan kerja dilakukan salah yang berasal dari lingkungan pekerjaan
satunya untuk mencegah dan [4]. Kondisi tersebut dapat memicu
mengendalikan timbulnya penyakit terjadinya stress karena beban kerja
akibat kerja baik secara fisik, psikis, yang tidak sesuai, buruknya lingkungan
peracunan, infeksi dan penularan [1]. sosial, konflik yang terjadi, perlakukan
Penyakit akibat kerja sendiri terjadi yang tidak menyenangkan dari atasan,
akibat paparan faktor resiko yang lingkungan kerja yang berbahaya [5].
terdapat di tempat kerja, seperti kondisi Kondisi tempat kerja yang tidak nyaman
tempat kerja, peralatan kerja, material tersebut menjadi peranan yang penting
yang dipakai, proses produksi, cara dalam menyebabkan terjadinya stress
kerja, limbah perusahaan dan hasil kerja. Padahal stress kerja secara
produksi [2]. Dampak yang timbul jika langsung dapat mempengaruhi
terjadi penyakit akibat kerja tentunya keselamatan dan kesehatan pekerja. Hal
akan mempengaruhi produktivitas ini dikarenakan stress kerja dapat
pekerja dalam bekerja. Hal ini tentunya memicu terjadinya gangguan kesehatan
juga dapat mempengaruhi kinerja bahkan terjadinya kecelakaan kerja [6].
perusahaan yang berdampak pada hasil
produksi [3].

P a g e 53 | Jurnal Teknik Industri


Menurut NIOSH, stress akibat kerja Analisis faktor adalah analisis yang
merupakan masalah umum yang saat ini digunakan untuk melakukan
terjadi di tempat kerja di Amerika. pengurangan data atau kata lain
Berdasarkan hasil penelitian melakukan peringkasan atau
Northwestern National Life, satu dari pengelompokan data atau variabel
empat pekerja di Amerika berpendapat menjadi lebih kecil jumlahnya [9]. Dan
bahwa pekerjaan merupakan penyebab untuk menguji ketepatan analisis faktor,
stress nomor satu dalam hidup mereka. penulis menggunakan pengukuran
Dalam sebuah survei yang dilakukan kelayakan sampel Barlet test of
Princeton Survey Research Associates sphericity dan KMO MSA (Keiser
disebutkan bahwa, tiga dari empat orang Meyer Olkin Measure of Sample
di Amerika mengatakan bahwa pekerja Adequacy) dengan membandingkan
pada saat ini memiliki tingkat stress korelasi parsial. Dengan indeks dari
kerja yang lebih tinggi dibandingkan KMO adalah antara 0.5 sampai 1.0
dengan generasi beberapa tahun dengan ketentuan jika nilai KMO
sebelumnya [7]. Tuntutan pekerjaan dibawah 0.5 menyatakan bahwa
yang semakin tingginya tentunya korelasi antara pasangan variabel atau
memaksa pekerja untuk dapat bekerja indicator tidak dapat dijelaskan oleh
secara cepat. Hal ini yang kemudian variable atau indicator lainnya dan
membuktikan bahwa pekerja semakin dengan demikian berarti analisis faktor
menyadari bahwa pekerjaan merupakan tidak tepat, demikian pula sebaliknya,
salah satu sumber stress yang seringkali apabila nilai KMO lebih besar dari 0.5
terjadi dalam kehidupan mereka yang maka analisis faktor dapat digunakan
akan mempengaruhi proses produksi [10]. Pada teknik analisis faktor penulis
apabila terjadi kecelakaan kerja dan juga menngunakan bantuan software
menurunya citra perusahaan serta SPSS 20.00 for windows.
berkurangnya konsumen akibat dari
kecelakaan kerja yang disebabkan stress III. Hasil dan Pembahasan
kerja operator atau karyawan [8]. Berdasarkan analisis faktor pada
software SPSS di temukan pada tabel
output KMO and bartlett’s test untuk
II. Metodologi nilai KMO MSA adalah 0.704 dengan
Metode yang digunakan adalah metode nilai sig. <0.05. Dengan demikian maka
kuantitatif. Data yang diperoleh dari analisis faktor dapat dilanjutkan dimana
hasil penyebaran kuesioner dengan telah memenuhi syarat KMO > 0.50 dan
jumlah responden 250 orang dengan sig < 0.05.
variable ketaksaan peran, konflik peran,
beban berlebih kuantitatif, beban
berlebih kualitatif, pengembangan karir,
tanggung jawab terhadap orang lain,
stress kerja dan konflik kerja.
Selanjutnya diolah dan dianalisis
dengan menggunakan software SPSS
22.00 for windows.

P a g e 54 | Jurnal Teknik Industri


Tabel 1. KMO and Bartlett’s Test 1. Ketaksaan peran sebesar 0.573
2. Konflik peran sebesar 0.679
KMO and Bartlett's Test 3. Beban berlebih kuantitatif sebesar
Kaiser-Meyer-Olkin Measure 0.579
.704 4. Beban berlebih kualitatif sebesar
of Sampling Adequacy.
0.614
Bartlett's Test ofApprox.
Sphericity Chi-Square
194.855 5. Pengembangan karir sebesar 0.735
6. Tanggung jawab terhadap orang
df 21 lain sebesar 0.443 (dilakukan
eliminasi)
Sig. .000 7. Stress kerja sebesar 0.779
8. Konflik kerja sebesar 0.628

Pada tabel output Anti-image matric


nilai MSA masing-masing variabel
adalah:
Tabel 2. Ant-image matrices

Persyaratan yang harus dipenuhi dalam Tabel 3. Output Comunalities


analisa faktor adalah nilai MSA > 0.50,
Communalities
dimana pada variabel tanggung jawab
terhadap orang lain memiliki nilai MSA Initial Extraction
443 atau <0.50. sehingga untuk variabel Ketaksaan Peran 1.000 .269
tanggung jawab terhadap orang lain di Konflik Peran 1.000 .724
lakukan eliminasi dan dilakukan analisa Beban Berlebih
1.000 .660
faktor kembali dengan hasil output Kuantitatif
Beban Berlebih
untuk semua variabel telah memenuhi Kualitatif 1.000 .511
nilai MSA >0.50. Pengembangan Karir 1.000 .638
Stress Kerja 1.000 .561
Konflik Kerja 1.000 .669

P a g e 55 | Jurnal Teknik Industri


Extraction Method: Principal Component Tabel 5.Output Componen Matrix
Analysis.
Component Matrixa
Dapat dilihat pada variabel
Component
communalities ketaksaan peran
1 2
dianggap tidak dapat menjelaskan factor
Ketaksaan Peran .490 .169
karena nilai extraction <0.50, sedangkan
untuk variabel lainya dianggap dapat Konflik Peran .823 .214
dipakai untuk menjelaskan faktor. Beban Berlebih Kuantitatif .289 .759
Beban Berlebih Kualitatif .219 .680
Pengembangan Karir .664 -.445
Stress Kerja .718 -.211
Konflik Kerja -.785 .230
Extraction Method: Principal Component
Analysis.
a. 2 components extracted.
Tabel 6. Output Rotated Componen Matric
Tabel 4. Output Total varience explained
Rotated Component Matrixa
Dalam penelitian ini terdapat 7 variabel Component
atau komponen yang dilakukan analisa 1 2
dengan initial eigen values total adalah Ketaksaan Peran .408 .320
7 (2.622+1.409+0.886+0.741+0.586 Konflik Peran .707 .473
+0.427+0.328). sedangkan pada
Beban Berlebih Kuantitatif .023 .812
extraction sums of squared loading
Beban Berlebih Kualitatif -.017 .714
menujukan jumlah variasi yang
Pengembangan Karir .773 -.202
terbentuk adalah 2 variasi faktor, yaitu
Stress Kerja .748 .037
2.622 dan 1.409 (nilai eigen values
Konflik Kerja -.817 -.041
harus > 1), dengan total % of varience
57.586 yang berarti faktor 1 dan faktor 2 Extraction Method: Principal Component
Analysis.
mampu mnejelaskan 57.586 variasi Rotation Method: Varimax with Kaiser
yang terbentuk. Normalization.a
a. Rotation converged in 3 iterations.
Pada table rate component matric untuk
kelompok tiap variabel adalah:
1. Variabel Ketaksaan peran, nilai
korelasi variabel ini dengan vaktor
1 = 0.408 dan factor 2 = 0.320,
maka variabel ini masuk ke dalam
kelompok vaktor 1 (factor 1 > factor
2).
2. Variabel Konflik peran, nilai
Gambar 1. Scree Plot Component Number
korelasi variabel ini dengan vaktor

P a g e 56 | Jurnal Teknik Industri


1 = 0.707 dan factor 2 = 0.473, Tabel 7. Analisis faktor
maka variabel ini masuk ke dalam
Faktor Variabel
kelompok vaktor 1 (factor 1 > factor
1 (stress dan konflik Ketaksaan peran,
2).
kerja) Konflik peran,
3. Variabel Beban berlebih kauntitatif, Pengembangan
karir, stress kerja,
nilai korelasi variabel ini dengan konflik kerja
vaktor 1 = 0.023 dan factor 2 = 2 (Beban berlebih) Beban berlebih
0.812, maka variabel ini masuk ke kuantitatif, beban
dalam kelompok vaktor 2 (factor 2 berlebih kualitatif
> factor 1). (Beban berlebih)

4. Variabel Beban Berlebih Kualitatif,


Tabel 8. Componen Transformation Matrix
nilai korelasi variabel ini dengan
vaktor 1 = 0.017 dan factor 2 = Component Transformation Matrix
0.714, maka variabel ini masuk ke
Component 1 2
dalam kelompok vaktor 2 (factor 2
1 .944 .329
> factor 1).
2 -.329 .944
5. Variabel Pengembangan karir, nilai Extraction Method: Principal Component
korelasi variabel ini dengan vaktor Analysis.
1 = 0.773 dan factor 2 = 0.202, Rotation Method: Varimax with Kaiser
maka variabel ini masuk ke dalam Normalization.
kelompok vaktor 1 (factor 1 > factor
2). Pada component transformation matrix
menunjukan bahwa nilai korelasi pada
6. Variabel Stress Kerja, nilai korelasi komponen 1 dan komponen 2 adalah
variabel ini dengan vaktor 1 = 0.748
0.944 atau > 0.5, maka kedua factor
dan factor 2 = 0.037, maka variabel
ini masuk ke dalam kelompok yang terbentuk dapat disimpulkan layak
vaktor 1 (factor 1 > factor 2). untuk merangkum ketujuh variabel yang
dianalisis.
7. Variabel Konflik Kerja, nilai
korelasi variabel ini dengan vaktor IV. Kesimpulan
1 = 0.817 dan factor 2 = 0.041, Dari hasil analisis terlihat bahwa nilai
maka variabel ini masuk ke dalam KMO MSA (Keiser Meyer Olkin
kelompok vaktor 1 (factor 1 > factor Measure of Sampling Adequacy) pada
2). tabel adalah 0.704 Hasil menunjukkan
Berdasarkan pembahasan di atas dapat bahwa instrumen valid karena nilai
diambil kesimpulan dalam analisis KMO MSA (Keiser Meyer Olkin
factor ini terdiri dari 2 faktor yaitu factor Measure of Sampling Adequacy)
stress dan konfik kerja serta factor beban melebihi batas signifikansi 0.50. Selain
berlebih, seperti yang terlihat pada tabel itu, Bartlett’s Test of Sphericity
berikut: menunjukkan nilai 194.855 dengan
signifikansi 0,000 sehingga dapat
diambil kesimpulan bahwa indikator
cukup valid. Dari 8 Variabel indikator
yang dianalisis dan setelah melewati
P a g e 57 | Jurnal Teknik Industri
analisa KMO MSA, ternyata dari hasil Manajemen Stress pada Masa
analisis ekstraksi di SPSS menjadi 2 Pandemi Covid-19 ” 193,” J. Manaj.
faktor (nilai eigen value > 1, Bisnis, vol. 23, no. 2, pp. 192–201,
menghgasilkan 2 faktor). Faktor 1 2020.
mampu menjelaskan 37.461 % variasi, [5] S. Riadi, D. Setiyawati, S. Situmeang,
yaitu Ketaksaan peran, Konflik peran, and J. A. Kesehatan, “Jurnal Kesmas
Pengembangan karir, stress kerja, Prima Indonesia Jurnal Kesmas
konflik kerja. Sedangkan factor 2 Prima Indonesia Vol 2 No 1 ( 2020 ),”
menjelaskan 20.126 % variasi yang vol. 2, no. 1, pp. 25–29, 2020.
meliputi Beban berlebih kuantitatif, [6] D. M. Amar, D. Lusiana, and M. K.
beban berlebih kualitatif. Namun untuk Nuryanto, “Hubungan kebisingan
variabel tanggung jawab terhadap orang dengan kejadian Hearing Loss dan
lain dikeluarkan dari instrumen Stress Kerja diArea Produksi PT.X,”
penelitian karena tidak melewati batas Husada Mahakam J. Kesehat., vol. 5,
signifikansi 0.50. Dari hasil tersebut no. 1, p. 1, 2019, doi:
untuk mengurangi stres kerja karyawan 10.35963/hmjk.v5i1.162.
maka perlu dibuat SOP yang jelas setiap [7] J. Rofik, B. Rozaq, and K. Malang,
karyawan dan dibuatkan sesi team “Kejadian Stres Kerja Di Sakinah
building antara pimpinan dan karyawan Supermarket the Correlation of
dalam mengurangi beban bekerja. Islamic Job Music Implementation,”
vol. 8, no. 1, pp. 66–75, 2019, doi:
Daftar Pustaka 10.20473/ijosh.v8i1.2019.66.
[1] O. Frendy and V. Silalahi, [8] D. Sunarsi, Seminar Sumber Daya
“Pelaksanaan Keselamatan dan Manusia, no. 1. 2019.
Kesehatan Kerja Bagi Pekerja di PT.
STTC (Sumatra Tobacco Trading [9] Amindo, Wardayani, and D.
Company) Pematang Siantar,” 2016. Wahyudi, “Analisis Faktor-Faktor
Yang Mempengaruhi Mahasiswa
[2] F. I. Utami and Sugiharto, Memilih Kuliah Di Sekolah Tinggi
“Identifikasi bahaya fisik, mekanik, Ilmu Manajemen Sukma Medan,”
kimia dan risiko,” Higeia J. Public Sekol. Tinggi Ilmu Manaj., vol. 1, no.
Heal. Res. Dev., vol. 4, no. 1, pp. 67– 1, pp. 1–8, 2018, [Online]. Available:
76, 2020, [Online]. Available: http://www.nutricion.org/publicacion
file:///C:/Users/A S U es/pdf/prejuicios_y_verdades_sobre_
S/Downloads/34581-Article Text- grasas.pdf%0Ahttps://www.colestero
106423-1-10-20201001.pdf. lfamiliar.org/formacion/guia.pdf%0
[3] A. Suparwo, H. Suhendi, and M. N. Ahttps://www.colesterolfamiliar.org/
Shobary, “Pengelolaan Manajemen wp-
Keselamatan Dan Kesehatan Kerja content/uploads/2015/05/guia.pdf.
Pada UMKM Bandung Indo [10] Y. M. Indeks, “Analisis Statistik
Garmen,” J. Abdimas BSI J. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Pengabdi. Kpd. Masy., vol. 2, no. 1, Indeks Prestasi Mahasiswa,” Saintia
pp. 10–20, 2019, [Online]. Available: Mat., vol. 1, no. 5, pp. 483–494,
https://ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/inde 2013.
x.php/abdimas/article/view/4855.
[4] Moh Muslim, “Moh . Muslim :

P a g e 58 | Jurnal Teknik Industri

Anda mungkin juga menyukai