Pkpu Masa Pandemi
Pkpu Masa Pandemi
Abstract
The business world has been exposed to the Covid-19 pandemic. For entrepreneurs who have an
obligation to pay debts, they can file for bankruptcy which in general will result in the cessation
of business activities. To avoid bankruptcy, debtors can look for other formulas as a way out of
the problem. The purpose of this study is to explore (the possibility of) the use of PKPU during
the Covid-19 period, including the weaknesses faced by business actors. This research is a
normative juridical law research, with a philosophical approach and a conceptual approach.
The findings of this study are that the connecting point between PKPU and bankruptcy is a
solution but contains potential pitfalls that can be fatal for debtors. Therefore, the debtor must
be careful in choosing the pattern of debt settlement that has the least risk. Restructuring credit
or financing has a low risk for debtors, while PKPU is better positioned as a last resort.
Abstrak
Dunia Bisnis terpapar oleh pandemi Covid-19. Bagi pengusaha yang memiliki kewajiban
membayar hutang, dapat dimohonkan pailit yang pada umumnya akan mengakibatkan
terhentinya kegiatan usaha. Untuk menghindari kebangkrutan, debitur dapat mencari formula
lain sebagai jalan keluar dari masalah itu. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengeksplorasi
(kemungkinan) pemanfaatan PKPU dalam masa Covid-19, termasuk kelemahan yang dihadapi
oleh pelaku usaha. Penelitian ini adalah penelitian hukum yuridis normatif, dengan pendekatan
filosofis dan pendekatan konseptual. Temuan penelitian ini adalah bahwa titik penghubung
antara PKPU dan kepailitan menjadi solusi namun mengandung potensi jebakan yang dapat
berakibat fatal bagi debitur. Oleh karena itu, debitur harus cermat dalam memilih pola
penyelesaian utang yang memiliki risiko paling kecil. Restrukturisasi kredit atau pembiayaan
memiliki risiko rendah bagi debitur, sedang PKPU lebih baik diposisikan sebagai pilihan
terakhir.
1
Artikel hasil penelitian yang dilakukan penulis pada tahun 2020.
1
Masalah-Masalah Hukum, Jilid 50 No.3, Juli 2021, Halaman 232- p-ISSN : 2086-2695, e-ISSN : 2527-4716
243
22
Masalah-Masalah Hukum, Jilid 50 No.3, Juli 2021, Halaman 232- p-ISSN : 2086-2695, e-ISSN : 2527-
3
Masalah-Masalah Hukum, Jilid 50 No.3, Juli 2021, Halaman 232- p-ISSN : 2086-2695, e-ISSN : 2527-4716
243
24
Masalah-Masalah Hukum, Jilid 50 No.3, Juli 2021, Halaman 232- p-ISSN : 2086-2695, e-ISSN : 2527-
Tabel 1.
Permohonan PKPU
1 Maret – 30 Juli 2019 dan 1 Maret – 30 Juli 2020
Grafik 1.
Perbandingan PKPU dan Kepailitan
Maret-Juli 2019 dan Maret-Juli 2020
Chart Title
160
140
120
100
80 KEPAILITAN 2020
60 KEPAILITAN 2019
40 PKPU 2020
20 PKPU 2019
0
PN Jakarta Pusat PN Semarang PN Surabaya PN Makasar PN Medan
0 AN 2020
PKPU 2019 PKPU 20
Diolah dari data yang disajikan dalam Sistem Informasi Penelusuran Perkara (SIPP) PN Jakarta Pusat,
Semarang, Surabaya, Makasar, Medan.
5
Masalah-Masalah Hukum, Jilid 50 No.3, Juli 2021, Halaman 232- p-ISSN : 2086-2695, e-ISSN : 2527-4716
243
26
Masalah-Masalah Hukum, Jilid 50 No.3, Juli 2021, Halaman 232- p-ISSN : 2086-2695, e-ISSN : 2527-
7
Masalah-Masalah Hukum, Jilid 50 No.3, Juli 2021, Halaman 232- p-ISSN : 2086-2695, e-ISSN : 2527-4716
243
menunjukkan keberpihakan pembentuk bisa jadi berhasil tetapi bisa jadi tidak
UU terhadap kepentingan debitur berhasil dan debitur masuk dalam jebakan
dengan mengurangi atau (trap) kepailitan. Mengapa demikian?
menghilangkan hak kreditur. Perikatan Jawabannya adalah PKPU merupakan
yang lahir dari kebebasan berkontrak pranata yang memiliki titik taut dengan
atau dari UU, diintervensi oleh negara kepailitan. Titik taut antara pranata PKPU
berinstrumenkan peraturan perundang- dengan pranata kepailitan dapat
undangan. Tujuannya, sejatinya dapat digambarkan pada Bagan 1.
dicerna dari perspektif kepentingan Dari bagan tersebut dapat dibaca bahwa
ekonomi yang bisa berdampak secara antara PKPU dan kepailitan memiliki 3
mikro maupun makro. (tiga) titik taut, dalam arti PKPU yang
berada dalam penundaan otomatis akan
Sekalipun PKPU memiliki keunggulan menjadi debitur pailit karena 3 (tiga) bara,
pilihan yang dapat dipergunakan oleh yaitu: 1) Apabila debitur tidak hadir dalam
debitur, bukan berarti PKPU tidak rapat pertama para kreditur; 2) Apabila tidak
mengandung kelemahan (Serlita Aprita, ditawarkan perdamaian, ditawarkan
2017). PKPU hanya akan melahirkan 3
perdamaian tetapi tidak setujui (para)
(tiga) pilihan muara, yaitu : (a) perdamaian,
kreditor, ditawarkan perdamaian dan
(b) pembayaran hutang secara penuh, atau
disetujui (para) kreditur tetapi tidak
(c) kepailitan. Sekali pilihan ditentukan
dihomologasi oleh pengadilan; 3) Jangka
yaitu PKPU, maka tidak ada pilihan lain
waktu penundaan sementara dan penundaan
selain 3 (tiga) muara tersebut. Dalam
tetap (maksimum 270 hari) telah terlampoi
strategi pilihan model penyelesaian
dan debitur tidak membayar lunas hutang-
sengketa, PKPU acapkali menjadi cara
hutanya kepada (para) kreditur.
untuk menghindari kepailitan. Strategi ini
Bagan 1.
Titik Taut antara PKPU dan Kepailitan
DITERIMA
DITOLAK
PAILIT PKPU TETAP DITOLAK PKPU TETAP
Bagan diolah dari UU N0. 37 tahun 2004 tentang Kepailitan dan PKPU
28
Masalah-Masalah Hukum, Jilid 50 No.3, Juli 2021, Halaman 232- p-ISSN : 2086-2695, e-ISSN : 2527-
9
Masalah-Masalah Hukum, Jilid 50 No.3, Juli 2021, Halaman 232- p-ISSN : 2086-2695, e-ISSN : 2527-4716
243
21
Masalah-Masalah Hukum, Jilid 50 No.3, Juli 2021, Halaman 232- p-ISSN : 2086-2695, e-ISSN : 2527-
11
Masalah-Masalah Hukum, Jilid 50 No.3, Juli 2021, Halaman 232- p-ISSN : 2086-2695, e-ISSN : 2527-4716
243
a-mitigasi-covid-19-kesehatan-atau- bagaimana-nasib-penanganan-corona
ekonomi
Santoso, Y. I. (2020, April 19). Ini delapan
Mariny, M., & Asri, M. (2013). Pilihan dampak negatif bagi perekonomian
Alternatif Restrukturisasi Hutang Indonesia akibat wabah virus corona.
Bermasalah. Universitas Gadjah Mada. Kontan.Co.Id. Retrieved from
Nugroho, S. A. (2018). Hukum Kepailitan di https://nasional.kontan.co.id/news/ini-
Indonesia: Dalam Teori dan Praktik delapan-dampak-negatif-bagi-
serta Penerapan Hukumnya. Jakarta: perekonomian-indonesia-akibat-wabah-
Prenadamedia Group (Divisi Kencana). virus-corona
Pramono, N., & Sularto, S. (2017). Hukum Sriwijiastuti, S. (2010). Lembaga PKPU
Kepailitan dan Keadilan Pancasila, sebagai Sarana Restrukturisasi Utang
Kajian Filsafat atas Kepailitan Badan bagi Debitur terhadap para Kreditur.
Hukum Perseroan Terbatas di Universitas Diponegoro.
Indonesia. Yogyakarta: Andi. Supriyanto, B. (2020, April 27). Dampak
Prasetyo, A. (2020, June 30). Lagi Presiden Pandemi Covid-19, Ekonomi Indonesia
Tegaskan Kesehatan dan Ekonomi Diperkirakan Pulih 2022. Bisnis.Com.
Harus Beriringan. Media Indonesia. Retrieved from
Retrieved from https://ekonomi.bisnis.com/read/202004
https://mediaindonesia.com/politik-dan- 27/9/1233454/dampak-pandemi-covid-
hukum/324242/lagi-presiden-tegaskan- 19-ekonomi-indonesia-diperkirakan-
kesehatan-dan-ekonomi-harus- pulih-2022
beriringan Syahada, A. T. P. (2020). Kebijakan
Rahmadiyanti, R. A. (2015). Akibat Hukum Restrukturisasi Kredit Selama Pandemi
Penalakan Rencana Perdamaian Debitur Covid-19. Jurnal Media
oleh Kreditur dalam Proses PKPU. Indonesia.Com. Retrieved from
Notarius, 8(2), 254–255. http://www.jurnalmediaindonesia.com/2
020/07/kebijakan-restrukturisasi-kredit-
Roziki, Y. I. (2020, July 21). Pandemi selama.html
Belum Berakhir, Jokowi Bubarkan
Gugus Tugas Covid-19, Bagaimana Yusuf, A. A. (2020). Mengukur Ongkos
Nasib Penanganan Corona? Ekonomi “Sesungguhnya” dari Pandemi
TribunBanyumas.Com. Retrieved from Covid-19. Retrieved August 2, 2020,
https://banyumas.tribunnews.com/2020/ from
07/21/pandemi-belum-berakhir-jokowi- http://sdgcenter.unpad.ac.id/mengukur-
bubarkan-gugus-tugas-covid-19- ongkos-ekonomi-sesungguhnya-dari-
wabah-covid-19/
21