Anda di halaman 1dari 12

Masalah-Masalah Hukum, Jilid 50 No.

3, Juli 2021, Halaman 232- p-ISSN : 2086-2695, e-ISSN : 2527-

PENUNDAAN KEWAJIBAN PEMBAYARAN UTANG (PKPU) DALAM


MASA PANDEMI COVID-19: ANTARA SOLUSI DAN JEBAKAN1
Tri Budiyono
Fakultas Hukum Universitas Kristen Satya Wacana
Jl. Diponegoro 52-60 Salatiga
trbuuksw61@yahoo.com

Abstract

The business world has been exposed to the Covid-19 pandemic. For entrepreneurs who have an
obligation to pay debts, they can file for bankruptcy which in general will result in the cessation
of business activities. To avoid bankruptcy, debtors can look for other formulas as a way out of
the problem. The purpose of this study is to explore (the possibility of) the use of PKPU during
the Covid-19 period, including the weaknesses faced by business actors. This research is a
normative juridical law research, with a philosophical approach and a conceptual approach.
The findings of this study are that the connecting point between PKPU and bankruptcy is a
solution but contains potential pitfalls that can be fatal for debtors. Therefore, the debtor must
be careful in choosing the pattern of debt settlement that has the least risk. Restructuring credit
or financing has a low risk for debtors, while PKPU is better positioned as a last resort.

Keywords: Debt; PKPU; Bankruptcy; Credit Restructuring; Covid-19.

Abstrak

Dunia Bisnis terpapar oleh pandemi Covid-19. Bagi pengusaha yang memiliki kewajiban
membayar hutang, dapat dimohonkan pailit yang pada umumnya akan mengakibatkan
terhentinya kegiatan usaha. Untuk menghindari kebangkrutan, debitur dapat mencari formula
lain sebagai jalan keluar dari masalah itu. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengeksplorasi
(kemungkinan) pemanfaatan PKPU dalam masa Covid-19, termasuk kelemahan yang dihadapi
oleh pelaku usaha. Penelitian ini adalah penelitian hukum yuridis normatif, dengan pendekatan
filosofis dan pendekatan konseptual. Temuan penelitian ini adalah bahwa titik penghubung
antara PKPU dan kepailitan menjadi solusi namun mengandung potensi jebakan yang dapat
berakibat fatal bagi debitur. Oleh karena itu, debitur harus cermat dalam memilih pola
penyelesaian utang yang memiliki risiko paling kecil. Restrukturisasi kredit atau pembiayaan
memiliki risiko rendah bagi debitur, sedang PKPU lebih baik diposisikan sebagai pilihan
terakhir.

Kata Kunci: Hutang; PKPU; Kepailitan; Restrukturisasi Kredit; Covid-19.

1
Artikel hasil penelitian yang dilakukan penulis pada tahun 2020.

1
Masalah-Masalah Hukum, Jilid 50 No.3, Juli 2021, Halaman 232- p-ISSN : 2086-2695, e-ISSN : 2527-4716
243

A. Pendahuluan terburuk sejak perang dunia, Jerman dan


Corona Virus Diseases 2019 (Covid- Perancis mengumumkan mengalami resesi,
19) telah menjadi pandemi yang dialami dan sementara Amerika Serikat mencatat
berdampak terhadap seluruh negara. penurunan kinerja ekonomi paling tajam
Dampak Covid-19, selain telah berdampak sejak depresi besar (Great Depression) pada
pada kesehatan, juga telah memberikan efek 1930-an (BBC News Indonesia, 2020).
domino pada bidang sosial, bidang ekonomi, Pemerintah Indonesia merasakan
dan bidang keuangan, dll. Selain telah dampak Covid-19 yang boleh dikatakan
mengakibatkan 104.432 orang positif masih terus berkepanjangan dan belum ada
terpapar Covid-19, pandemi ini telah kepastian akan keadaan ini akan berakhir.
mengakibatkan 4.975 orang meninggal Pesimisme pemerintah menghadapi pandemi
dunia. Mencermati tren perkembangan, Covid-19 terungkap melalui warning yang
pandemi Covid-19 belum memberi signal diucapkan oleh Presiden Joko Widodo
tanda-tanda akan mereda. Secara global, 215 melalui ungkapan (Roziki, 2020) : “Pandemi
negara menghadapi darurat kesehatan dan Covid-19 di Indonesia masih jauh dari kata
harus menyelamatkan warganya dari berakhir.” Bahkan, kemungkinan meredanya
ancaman Covid-19. European Centre for pandemi Covid-19, berpotensi disusul
Diseases Prevention and Control, dengan second wave Covid-19. Bertitik
melaporkan sejak 31 Desember 2019 sampai tolak dari UU No. 6 Tahun 2018 tentang
dengan 29 Juli 2020, dilaporkan telah ada Karantina Kesehatan, pemerintah telah
16.708.920 orang yang positif terpapar mengambil kebijakan dalam rangka mitigasi
Covid-19, dan 660.123 orang meninggal faktor resiko di wilayah pada situasi
(Congressional Research Service, 2020). kedaruratan kesehatan masyarkat dengan
Selain dampak Covid-19 terhadap melakukan tindakan karantina rumah,
kesehatan, dampak yang dikategorikan luar karantina wilayah, karantina rumah sakit,
biasa adalah terhadap sektor perekonomian. atau Pembatasan Sosial Berskala Besar
Secara global, lembaga-lembaga ekonomi (PSBB). Penerapan kebijakan ini, telah
internasional seperti International Monetary berpengaruh sangat besar terhadap
Fund (IMF), the Organization for Economic perekonomian masyarakat (Lidwina, 2020;
Cooperation and Development (OECD), dan Yusuf, 2020). Pilihan sulit yang dihadapi
The World Bank telah merevisi prediksi pemerintah adalah mendahulukan kesehatan
pertumbuhan ekonomi. IMF telah atau ekonomi (Prasetyo, 2020). Idealnya,
memprediksi penurunan pertumbuhan keduanya berjalan seiring. Mengorbankan
ekonomi pada akhir 2019 sampai dengan salah satunya sama-sama akan berakibat
bulan juni 2020 dari 3,4% menjadi -4,9%, fatal bagi masyarakat.
untuk periode yang sama OECD Menteri keuangan, Sri Mulyani,
memprediksi pertumbuhan ekonomi turun memprediksi pertumbuhan ekonomi akan
dari 2,9% menjadi -6,0% - 7,6%, World mengalami pelambatan secara signifikan dan
Bank memprediksi pertumbuhan ekonomi pertumbuhan ekonomi Indonesia
turun dari 2,9% menjadi -5,2% diperkirakan baru akan pulih pada tahun
(Congressional Research Service, 2020). 2022 (Supriyanto, 2020). Dampak Covid-19
Para ekonom memprediksi pandemi Covid- terhadap ekonomi dapat diidentifikasi antara
19 dapat memicu terjadi resesi global dalam lain (Santoso, 2020): 1) Pemutusan
skala great depression. Secara ekonomi hubungan kerja (PHK) yang cukup massif
(hampir) semua negara di seluruh dunia pada berbagai sektor industri; 2) Purchasing
telah menderita mandeg dan terbatasnya Managers Index (PMI) Indonesia berada di
aktivitas kehidupan manusia karena bawah 50, yakni 45,3 pada bulan Maret
2020; 3) Industri penerbangan dan
kebijakan social distancing, physical
transportasi secara umum mengalami
distancing bahkan lockdown. Jepang
kelumpuhan seiring dengan penutupan
diprediksi akan mencatat kinerja ekonomi

22
Masalah-Masalah Hukum, Jilid 50 No.3, Juli 2021, Halaman 232- p-ISSN : 2086-2695, e-ISSN : 2527-

(hampir) pada semua bandara; 4) Selain penyelesaian utang piutang


Lumpuhnya industri pariwisata dan hotel melalui kerangka kebijakan yang
akibat pembatasan gerak individu melalui diberlakukan oleh pemerintah, sejatinya pola
kebijakan social distancing, physical penyelesaian utang piutang sebagaimana
distancing, dan lockdown; dan 5) diatur dalam UU No. 37 tahun 2004 tentang
Meningkatnya kredit macet yang menimpa Kepailitan dan Penundaan Kewajiban
pada hampir semua industri keuangan. Pembayaran Utang (PKPU) dapat
Prediksi pemerintah bahwa dampak dipergunakan (E. D. Ginting, 2010). Tulisan
Covid-19 terhadap kemampuan membayar ini akan difokuskan pada penyelesaian utang-
debitur (Kornelis & Amboro, 2020) akan piutang (Amboro, 2020) dalam masa Covid-
sangat menurun, dan pada saat yang 19. Masalah yang dapat dikemukakan dalam
bersamaan wanprestasi akan semakin kajian ini adalah: apakah penggunaan
meningkat. Oleh karena itu, sejak awal lembaga PKPU dapat menjadi solusi
pandemi Covid-19 pemerintah melalui ataukah justru menjadi jebakan (trap) bagi
Presiden Jokowi telah memberikan instruksi debitur? Apakah kerangka penyelesaian
penundaan cicilan kredit. Namun demikian utang piutang yang disediakan pemerintah
instruksi ini sejatinya tidak lebih dari pada menjadi pilihan yang lebih baik? Tulisan ini
sebagai himbauan. Instruksi ini tidak akan difokuskan untuk menganalisis pilihan
memiliki pumpunan legalitas yang debitur menyelesaikan hutang (Mariny &
memadai, sehingga menimbulkan Asri, 2013). Pilihan mana yang lebih
kesimpangsiuran penafsiran di masyarakat. menguntungkan bagi kelanjutan usaha
Dalam bidang perbankan Otoritas Jasa debitur, antara PKPU atau restrukturisasi
Keuangan (OJK) mengeluarkan Peraturan hutang.
OJK (POJK) No. 11/POJK.03/2020 tentang
Stimulus Perekonomian Nasional Sebagai B. Metode Penelitian
Kebijakan Countercyclical Dampak
Penyebaran Coronavirus Disease 2019. Penelitian ini adalah penelitian hukum
POJK ini dikenal dengan nama POJK yuridis normatif. Menurut Johnny Ibrahim
Stimulus Dampak Covid-19. Cara (Efendi & Ibrahim, 2016), penelitian hukum
restrukturisasi kredit/pembiayaan (Hariyadi, normatif adalah suatu prosedur penelitian
2020) dilakukan antara lain melalui: 1. ilmiah untuk menumupakan kebenaran
Penurunan suku bunga; 2. Perpanjangan berdasarkan logika keilmuan dari sisi
jangka waktu; 3. Pengurangan tunggakan normatifnya. Penelitian hukum normatif
pokok; 4. Pengurangan tunggakan bunga; 5. tidak hanya mengkaji hukum positifnya saja
Penambahan fasilitas kredit/pembiayaan, tetapi juga menemukan kebenaran koherensi
dan/atau; 6. Konversi kredit/pembiayaan yaitu apakah aturan hukum sesuai dengan
menjadi penyertaan modal sementara. norma hukum dan apakah norma hukum
Selain itu, pemerintah juga yang berisi mengenai kewajiban dan sanksi
memberlakukan Peraturan Pemerintah tersebut sesuai dengan prinsip hukum
Pengganti Undang Undang (Perppu No. 1 apakah tindakan sesorang sesuai dengan
tahun 2020) tentang Kebijakan Keuangan norma hukum atau prinsip hukum.
Negara Dan Stabilitas Sistem Keuangan Pendekatan yang dipergunakan dalam
untuk Penanganan Pandemi Corona Virus penelitian ini adalah pendekatan perundang-
Disease 2019 (Covid-19) dan/atau Dalam undangan dan pendekatan konsep. Bahan
Rangka Menghadapi Ancaman yang hukum yang akan diteliti adalah peraturan
Membahayakan Perekonomian Nasional perundang-undangan yang relevan dengan
dan/atau Stabilitas Sistem Keuangan. Perppu PKPU dan norma yang diberlakukan
ini kemudian disahkan menjadi UU oleh aparatur negara untuk memberi jalan bagi
DPR RI. penyelesaian debitur dan kreditur misalnya
dalam POJK No. 11/POJK.03/2020.
Dokumen yang diakses dari berbagai

3
Masalah-Masalah Hukum, Jilid 50 No.3, Juli 2021, Halaman 232- p-ISSN : 2086-2695, e-ISSN : 2527-4716
243

Pengadilan Niaga terkait dengan di Indonesia. Data permohonan PKPU dapat


permohonan PKPU termasuk didalamnya dilihat pada Tabel 1.
data permohonan PKPU menjadi bahan Bagi pelaku usaha, tidak ada jaminan
hukum pelengkap dalam analisis ini. bahwa kondisi ekonomi baik secara makro
maupun mikro akan senantiasa baik. Artinya
C. Hasil dan Pembahasan pasang surut usaha sejatinya adalah hal yang
Secara konseptual, PKPU merupakan jamak. Bertolak dari indikator penggunaan
pranata yang disediakan oleh Negara untuk pranata PKPU sebagai instrumen
memberi kesempatan debitur memperbaiki penyelesaian utang piutang, sebelum
keadaan kemampuan membayar terutama pandemi Covid-19 sejatinya telah banyak
atas dasar keadaan yang sifatnya temporer debitur maupun kreditur yang
(Nugroho, 2018). Pasal 222 ayat (2) UU No. mempergunakan pranata ini. Dalam kurun
37 tahun 2004 menyatakan: waktu 1 Maret 2019 sampai dengan 30 Juli
(1) “Debitor yang tidak dapat atau 2019, diperoleh data permohonan PKPU
memperkirakan tidak akan dapat pada PN Jakarta 101 permohonan, PN
melanjutkan membayar utang- Semarang 15, PN Surabaya 22, PN Makasar
utangnya yang sudah jatuh waktu dan 3, dan PN Medan 7. Kalau data year to year
dapat ditagih, dapat memohon (y to y) tahun 2019 dibandingkan dengan
penundaan kewajiban pembayaran data tahun 2020 memang ada yang jumlah
utang, dengan maksud untuk permohonan PKPU menurun, yaitu PN
mengajukan rencana perdamaian yang Makasar turun 66 % (3-1), tetapi pengadilan
meliputi tawaran pembayaran sebagian lain mengalami kenaikan yang cukup tinggi,
atau seluruh utang kepada Kreditor. yaitu PN Medan naik 242% (16-7), PN
Alasan dari permohonan PKPU adalah Jakarta Pusat naik 66% (144-152), PN
debitur tidak dapat (existing conditions) atau Surabaya naik 71% (22-31). Penurunan yang
landai dapat ditemukan pada PN Semarang,
memperkirakan tidak akan dapat membayar
yaitu turun 7% (15-14). Sekalipun harus
(prediction) hutang-hutangnya yang sudah
diakui bahwa fluktuasi permohonan PKPU
jatuh tempo dan dapat ditagih. Sedang
tidak mampu menggambarkan kondisi
tujuan dari PKPU adalah mengajukan
ekonomi negara secara makro, namun
rencana perdamaian yang meliputi tawaran
kecenderungan kenaikan permohonan PKPU
pembayaran sebagian atau seluruh utang
setidaknya dapat menjadi tengara dampak
kepada Kreditor (E. R. Ginting, 2018).
Covid-19 terhadap dunia usaha. Di Jakarta
Covid-19 telah mengakibatkan berbagai
sebagai barometer ekonomi nasional
kesulitan ekonomi yang sangat berpengaruh
menunjukkan benang merah antara dampak
terhadap kemampuan bayar debitur. Artinya,
Covid-19 dengan meningkatnya
kondisi finansial debitur telah tidak
permohonan PKPU.
memungkinkan untuk membayar hutang-
Kalau dibandingkan dengan
hutangnya pada saat Covid-19, karena
permohonan pailit, data yang diperoleh SIPP
(hampir) semua aktivitas ekonomi terganggu
pada Pengadilan Negeri yang memiliki
kalau tidak mau dikatakan mandeg (Serlika
kamar Pengadilan Niaga, dapat ditafsirkan
Aprita, 2019). Salah satu indikator yang
bahwa PKPU menjadi pilihan utama dalam
dapat dilacak adalah besarnya jumlah
menyelesaikan utang piutang, sedang
debitur yang mengajukan permohonan kepailitan menjadi pilihan kedua. Tengara
PKPU pada hampir semua Pengadilan Niaga terhadap persoalan ini dapat dicermati dari
Grafik 1.

24
Masalah-Masalah Hukum, Jilid 50 No.3, Juli 2021, Halaman 232- p-ISSN : 2086-2695, e-ISSN : 2527-

Tabel 1.
Permohonan PKPU
1 Maret – 30 Juli 2019 dan 1 Maret – 30 Juli 2020

Pengadilan Niaga Permohonan


PKPU Pailit
2020 2019 2020 2019
Jakarta 152 101 23 25
Semarang 14 15 13 8
Surabaya 31 22 5 14
Makassar 1 3 2 1
Medan 16 7 1 3
Jumlah 214 149 44 51
Diolah dari informasi yang tersedia pada Sistem Informasi Penelusuran Perkara (SIPP) pada PN yang
memiliki kamar Peradilan Niaga.

Grafik 1.
Perbandingan PKPU dan Kepailitan
Maret-Juli 2019 dan Maret-Juli 2020

Chart Title

160

140

120

100

80 KEPAILITAN 2020

60 KEPAILITAN 2019

40 PKPU 2020

20 PKPU 2019

0
PN Jakarta Pusat PN Semarang PN Surabaya PN Makasar PN Medan
0 AN 2020
PKPU 2019 PKPU 20

Diolah dari data yang disajikan dalam Sistem Informasi Penelusuran Perkara (SIPP) PN Jakarta Pusat,
Semarang, Surabaya, Makasar, Medan.

PKPU sejatinya merupakan pranata bisnisnya akan lebih mampu menyelesaikan


yang dapat dipergunakan untuk kewajibannya untuk membayar hutang-
memperbaiki kondisi bisnis debitur hutangnya kepada para kreditur. Secara
setidaknya untuk jangka waktu tertentu umum, hubungan antara debitur dan kreditur
tanpa “diganggu” dengan tagihan dari para dalam dunia bisnis adalah hubungan yang
krediturnya. Politik hukum dibalik seharusnya bersifat mutualistik, yaitu
pengaturan ini adalah agar pelaku usaha hubungan yang saling menguntungkan.
(yang biasanya juga menjadi debitur) dapat Ketika bisnis debitur berkembang, akan
lebih berkonsentrasi untuk memperbaiki meningkatkan kemampuan untuk membayar
keadaan bisnisnya. Asumsinya adalah, kewajibannya kepada para krediturnya. Pada
ketika debitur dapat memulihkan kegiatan titik inilah, keterhubungan yang mutualistik

5
Masalah-Masalah Hukum, Jilid 50 No.3, Juli 2021, Halaman 232- p-ISSN : 2086-2695, e-ISSN : 2527-4716
243

dapat dipahami oleh semua pihak puluh) hari sejak tanggal


(Sriwijiastuti, 2010). didaftarkannya surat
Dalam UU No. 37 tahun 2004, permohonan, harus
pengkaidahan terhadap PKPU dapat mengabulkan permohonan
ditemukan melalui Pasal 222 sampai dengan penundaan kewajiban
Pasal 298. PKPU menyediakan pranata pembayaran utang sementara dan
(sekalipun sifatnya temporer) untuk harus menunjuk Hakim
memperbaiki keadaan bisnis debitur. Pengawas dari hakim pengadilan
Keunggulan terhadap pilihan pranata PKPU serta mengangkat 1 (satu) atau
bagi debitur untuk mencari jalan keluar dari lebih pengurus yang bersama
kesulitan bisnis adalah sebagai berikut: dengan Debitor mengurus harta
1. PKPU adalah proses peradilan yang Debitor.
pasti dikabulkan oleh Majelis Hakim. Dengan pumpunan kaidah ini,
Permohonan PKPU dapat diinisiasi PKPU memberi kepastian hukum untuk
oleh debitur maupun oleh kreditur. menata aktivitas bisnisnya, tanpa
Dalam hal diinisiasi oleh debitur, PKPU adanya (kemungkinan) dituntut untuk
sejatinya adalah permohonan untuk membayar hutangnya-hutangnya selama
untuk mencari format jalan keluar agar masa PKPU. Hak kreditur untuk
debitur bisa menyelesaikan menagih piutangnya, demi hukum
kewajibannya membayar hutang kepada ditunda (suspension of payment).
para kreditur. Sedang, apabila PKPU
diinisiasi oleh kreditur, ini berarti 2. Tujuan utama dari PKPU adalah
kreditur memahami kesulitan yang menawarkan perdamaian.
dihadapi debitur dan memberi Bertitik tolak dari konsep PKPU,
kesempatan untuk memperbaiki dapat disimpulkan bahwa tujuan utama
keadaan sambal mencari format dari PKPU adalah untuk menawarkan
penyelesaian hutang terhadap para perdamaian (Harsono & Prananingtyas,
kreditur. Setiap permohonan PKPU, 2019; Rahmadiyanti, 2015). Pasal 222
demi hukum akan dikabulkan oleh ayat (2) UU No. 37 tahun 2004
Majelis Hakim. Pasal 225 ayat (2) dan menyatakan :
(3) UU No. 37 tahun 2004 menyatakan: (2) Debitor yang tidak dapat atau
(2) Dalam hal permohonan diajukan memperkirakan tidak akan dapat
oleh Debitor, Pengadilan dalam melanjutkan membayar utang-
waktu paling lambat 3 (tiga) hari utangnya yang sudah jatuh waktu
sejak tanggal didaftarkannya dan dapat ditagih, dapat
surat permohonan sebagaimana memohon penundaan kewajiban
dimaksud dalam Pasal 224 ayat pembayaran utang, dengan
(1) harus mengabulkan maksud untuk mengajukan
penundaan kewajiban rencana perdamaian yang
pembayaran utang sementara dan meliputi tawaran pembayaran
harus menunjuk seorang Hakim sebagian atau seluruh utang
Pengawas dari hakim pengadilan kepada Kreditor.
serta mengangkat 1 (satu) atau
lebih pengurus yang bersama Dalam tahap perdamaian ini,
dengan Debitor mengurus harta sejatinya terbuka kesempatan bagi
Debitor. debitur dan para kreditur untuk
membicarakan (ulang) hutang-piutang
(3) Dalam hal permohonan diajukan yang ada diantara mereka. Dari pasal
oleh Kreditor, Pengadilan dalam tersebut di atas, bahkan pembentuk UU
waktu paling lambat 20 (dua memberikan sinyal (kemungkinan)

26
Masalah-Masalah Hukum, Jilid 50 No.3, Juli 2021, Halaman 232- p-ISSN : 2086-2695, e-ISSN : 2527-

pembayaran sebagian kepada kreditur. antara penudaan sementara (hak


Perdamaian sejatinya adalah perjanjian Makelis Hakim) dan penundaan tetap
yang memposisikan kesepakatan antara (hak kreditur) paling lama adalah 290
debitur dan kreditur sebagai hukum hari. Artinya relaksasi terhadap
yang tertinggi. Salah satu kesepakatan kewajiban membayar debitur
yang dapat ditawarkan oleh debitur maksimum adalah 290 hari. Apabila
misalnya adalah program debt to equity covid-19 berlangsung dalam jangka
swap. (Chatterji & Hedges, 2001) waktu yang lebih lama, maka relaksasi
terhadap kewajiban debitur bisa tidak
3. Relaksasi pembayaran hutang kepada memberikan hasil yang optimal.
para debitur.
UU menjamin bahwa permohonan 4. PKPU lebih diutamakan ketimbang
PKPU pasti dikabulkan. Hakim harus Pailit
mengabulkan permohonan PKPU Sekalipun permohonan PKPU
melalui persidangan yang harus dapat diajukan bersamaan dengan
diselenggarakan dalam tenggat waktu permohonan pailit, tetapi pembentuk
paling lambat 3 (tiga) hari sejak UU (dengan sengaja) mendesain PKPU
permohonan didaftarkan dalam hal lebih diutamakan dari pada kepailitan.
permohonan PKPU diajukan oleh Pasal 229 UU No. 37 tahun 2004
debitur atau dalam tenggat waktu paling menyatakan: “Apabila permohonan
lambat 20 (dua puluh) hari sejak pernyataan pailit dan permohonan
permohonan didaftarkan dalam hal penundaan kewajiban pembayaran
pemohon adalah kreditur. Dalam utang diperiksa pada saat yang
PKPU, dikenal 2 (dua) macam bersamaan, permohonan penundaan
penundaan, yaitu penundaan sementara kewajiban pembayaran utang harus
yang diberikan oleh hakim pada saat
diputuskan terlebih dahulu.” Hubungan
sidang (pertama) permohonan PKPU
antara pranata PKPU dan pranata
dan penundaan tetap sebagai hasil
kepailitan dapat diibaratkan sebagai
perundingan antara debitur dengan para
tindakan pencegahan (preventif) dan
kreditur pada saat Rapat Kreditur.
kuratif. Pembentuk UU lebih
Dengan konstruksi yang demikian,
mengutakan tindakan preventif
sejatinya putusan Majelis Hakim untuk
ketimbang kuratif untuk kepentingan
memberi penundaan sementara adalah
yang lebih besar.
jembatan untuk mempertemukan
debitur dan (para) kreditur
5. PKPU menekankan pada kepastian
membicarakan (kemungkinan) adanya
hukum.
perdamaian diantara mereka atau
kemungkinan penundaan tetap (Fauzi, Selain PKPU memberikan
2019). Secara asali, yang memiliki kepastian hukum (Ishak, 2016) karena
kewenangan untuk memberi penundaan pasti dikabulkan, PKPU juga
terhadap kewajiban debitur membayar memberikan kepastian hukum karena
hutang adalah kreditur. Secara filosofis, putusan Majelis Hakim tidak dapat
hanya orang yang memiliki hak yang dilakukan upaya hukum, baik upaya
dapat memberikan haknya kepada orang hukum biasa maupun upaya hukum luar
lain. Bertitik tolak dari hal ini, pemilik biasa. Pasal 235 ayat (1) UU No. 37
asli hak untuk memberikan penundaan tahun 2004 menyatakan: “Terhadap
pembayaran ada pada kreditur. Hak putusan penundaan kewajiban
Majelis Hakim untuk memberikan pembayaran utang tidak dapat diajukan
penundaan pembayaran sejatinya adalah upaya hukum apapun.” Kaidah yang
hak derivatif. Apabila diakumulasikan lahir dari pasal ini sejatinya

7
Masalah-Masalah Hukum, Jilid 50 No.3, Juli 2021, Halaman 232- p-ISSN : 2086-2695, e-ISSN : 2527-4716
243

menunjukkan keberpihakan pembentuk bisa jadi berhasil tetapi bisa jadi tidak
UU terhadap kepentingan debitur berhasil dan debitur masuk dalam jebakan
dengan mengurangi atau (trap) kepailitan. Mengapa demikian?
menghilangkan hak kreditur. Perikatan Jawabannya adalah PKPU merupakan
yang lahir dari kebebasan berkontrak pranata yang memiliki titik taut dengan
atau dari UU, diintervensi oleh negara kepailitan. Titik taut antara pranata PKPU
berinstrumenkan peraturan perundang- dengan pranata kepailitan dapat
undangan. Tujuannya, sejatinya dapat digambarkan pada Bagan 1.
dicerna dari perspektif kepentingan Dari bagan tersebut dapat dibaca bahwa
ekonomi yang bisa berdampak secara antara PKPU dan kepailitan memiliki 3
mikro maupun makro. (tiga) titik taut, dalam arti PKPU yang
berada dalam penundaan otomatis akan
Sekalipun PKPU memiliki keunggulan menjadi debitur pailit karena 3 (tiga) bara,
pilihan yang dapat dipergunakan oleh yaitu: 1) Apabila debitur tidak hadir dalam
debitur, bukan berarti PKPU tidak rapat pertama para kreditur; 2) Apabila tidak
mengandung kelemahan (Serlita Aprita, ditawarkan perdamaian, ditawarkan
2017). PKPU hanya akan melahirkan 3
perdamaian tetapi tidak setujui (para)
(tiga) pilihan muara, yaitu : (a) perdamaian,
kreditor, ditawarkan perdamaian dan
(b) pembayaran hutang secara penuh, atau
disetujui (para) kreditur tetapi tidak
(c) kepailitan. Sekali pilihan ditentukan
dihomologasi oleh pengadilan; 3) Jangka
yaitu PKPU, maka tidak ada pilihan lain
waktu penundaan sementara dan penundaan
selain 3 (tiga) muara tersebut. Dalam
tetap (maksimum 270 hari) telah terlampoi
strategi pilihan model penyelesaian
dan debitur tidak membayar lunas hutang-
sengketa, PKPU acapkali menjadi cara
hutanya kepada (para) kreditur.
untuk menghindari kepailitan. Strategi ini

Bagan 1.
Titik Taut antara PKPU dan Kepailitan

PERMOHONAN PKPU PENGUMUMAN DI SURAT


PUTUSAN PKPU RAPAT KREDITOR PERTAMA
KABAR

BATAS AKHIR PENGAJUAN TAGIHAN

DITERIMA

PERDAMAIAN RAPAT VERIFIKASI & PENCOCOKAN UTANG

DITOLAK
PAILIT PKPU TETAP DITOLAK PKPU TETAP

BERAKHIR WAKTU PKPU

Bagan diolah dari UU N0. 37 tahun 2004 tentang Kepailitan dan PKPU

28
Masalah-Masalah Hukum, Jilid 50 No.3, Juli 2021, Halaman 232- p-ISSN : 2086-2695, e-ISSN : 2527-

Dengan memumpunkan pada analisis dari penyebaran coronavirus disease


yang telah dipaparkan tersebut, baik PKPU 2019 (COVID-19) baik secara langsung
dan kepailitan memiliki karakter sebagai ataupun tidak langsung pada sektor
pilihan yang memiliki sifat “no return.” ekonomi antara lain pariwisata,
Sekali pilihan dijatuhkan, maka harus selesai transportasi, perhotelan, perdagangan,
atau dipaksa selesai melalui insolvensi pengolahan, pertanian, dan
(Damlah, 2017). Jika PKPU berakhir dengan pertambangan.”
kepailitan dan diikuti dengan insolvensi,
maka keadaan ini ibarat “kiamat kecil” bagi POJK ini memiliki keterbatasan
debitur. Dalam hal yang dipailitkan adalah jangkauan, yaitu hanya berlaku bagi Bank
Perseroan Terbatas (PT), hampir dapat Umum Konvensional (BUK), Bank Umum
dikatakan akan berujung pada “kematian” Syariah (BUS), Unit Usaha Syarian (UUS),
entitas hukum. Ini berarti, PT dibubarkan. Bank Prekreditan Rakyat (BPR) maupun
Berangkat dari kelemahan pranata Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS).
PKPU dan Kepailitan yang berpotensi Sementara diluar debitur bank tersebut tidak
menjadi jebakan (trap), apakah ada alternatif dapat menggunakan 11/POJK.03/2020
lain yang dapat dipilih oleh debitur sebagai dasar untuk melakukan
mengatasi dampak covid-19? terhadap restrukturisasi finansial. Bentuk
persoalan ini, menurut hemat penulis restrukturisasi kredit/pembiayaan yang
kerangka hukum yang disediakan oleh dimungkinkan berdasar POJK tersebut
pemerintah yaitu POJK No. adalah: 1. penurunan suku bunga; 2.
11/POJK.03/2020 tentang Stimulus perpanjangan jangka waktu; 3. pengurangan
Perekonomian Nasional Sebagai Kebijakan tunggakan pokok; 4. pengurangan
Countercyclical Dampak Penyebaran tunggakan bunga; 5. penambahan fasilitas
Coronavirus Disease 2019 bisa menjadi kredit/pembiayaan; dan/atau 6. konversi
pilihan. Politik hukum dari POJK No. kredit/pembiayaan menjadi Penyertaan
11/POJK.03/2020 adalah sebagai Modal Sementara.
countercyclical dampak penyebaran Covid- Untuk mengawasi pelaksanaan POJK
19 dalam rangka mendorong optimalisasi No. 11/POJK.03/2020 ini, OJK melakukan
fungsi intermediasi perbankan, menjaga monitoring dengan mewajibkan bank untuk
stabilitas sistem keuangan, dan mendukung menyampaikan laporan secara berkala
pertumbuhan ekonomi. Salah satu alasannya terhitung akhir bulan April 2020. Per
adalah karena penyebaran coronavirus tanggal 26 Mei 2020, Perbankan yang
disease 2019 (COVID-19) secara global berpartisipasi ada sebanyak 96 Bank Umum
berdampak terhadap peningkatan risiko Konvensional termasuk Bank Umum
kredit perbankan akibat penurunan kinerja Syariah. Terdapat 5,33 Juta Debitur senilai
dan kapasitas debitur dalam memenuhi Rp. 517,2 Triliun, dan 4,55 Juta Debitur
kewajiban pembayaran kredit atau UMKM senilai Rp. 250,65 Triliun. Tidak
pembiayaan. hanya perbankan, partisipan Industri
Adresat dari pemberlakuan POJK No. Keuangan Non Bank per tanggal 31 Mei
11/ POJK.03/2020 adalah debitur yang 2020, terdapat 183 Perusahaan Pembiayaan
terkena dampak Covid-19. Dalam dengan 2,4 Juta Kontrak Pembiayaan senilai
Penjelasan pasal 2 ayat (1) menyebutkan: Rp. 75,08 T. (Syahada, 2020)
“Debitur yang terkena dampak Apabila dibandingkan dengan pola
penyebaran coronavirus disease 2019 penyelesaian hutang piutang sebagaimana
(COVID-19) termasuk debitur usaha diatur dalam POJK No. 11/POJK.03/2020
mikro, kecil, dan menengah” adalah jauh lebih menguntungkan bagi debitur,
debitur yang mengalami kesulitan untuk karena restrukturisasi finansial diintervensi
memenuhi kewajiban pada Bank karena oleh negara dengan memberikan subsidi
debitur atau usaha debitur terdampak bunga terhadap debitur yang termasuk

9
Masalah-Masalah Hukum, Jilid 50 No.3, Juli 2021, Halaman 232- p-ISSN : 2086-2695, e-ISSN : 2527-4716
243

dalam kualifikasi UMKM. Subsidi Bunga memenuhi syarat) diposisikan sebagai


akan diberikan kepada UMKM selama 6 pilihan utama dan pertama. Sedang, pranata
bulan pada Perbankan dan Perusahaan PKPU dapat dipilih ketika pilihan
Pembiayaan serta Lembaga Penyalur Kredit penyelesaian lain (dalam relasi kontraktual
Program Pemerintah. Kredit UMKM pada B to B) sudah tidak tersedia. Pilihan ini
Perbankan dan Perusahaan Pembiayaan menjadi penting untuk semaksimal mungkin
menerapkan besaran untuk pinjaman sampai menghindarkan terjadinya kepailitan sebagai
dengan Rp. 500 juta mendapat subsidi “kiamat kecil” bagi dunia usaha (Pramono &
sebesar 6% pada 3 bulan pertama dan 3% Sularto, 2017).
pada 3 bulan kedua. Sedangkan untuk
pinjaman sebesar Rp. 500 juta sampai D. Simpulan dan Saran
dengan Rp. 10 miliar, diberikan subsidi
sebesar 3% untuk 3 bulan pertama dan 2% Pandemi Covid-19 berpengaruh besar
untuk 3 bulan kedua (Syahada, terhadap perekonomian Indonesia. Secara
2020). Memang ada persyaratan yang harus mikro, kondisi ini telah mengakibatkan
dipenuhi bagi debitur UMKM agar bisa menurunnya kemampuan membayar hutang
mendapat subsidi bunga kredit, yaitu: (a) debitur. Dampak ikutan selanjutnya adalah
Debitur tidak masuk ke dalam Daftar Hitam banyak debitur yang menggunakan pranata
Nasional, Debitur harus memiliki PKPU untuk mendapatkan relaksasi menata
performing loan lancer, (b) Debitur harus kondisi ekonomi agar pada saatnya debitur
memiliki NPWP atau mendaftar untuk dapat memenuhi kewajiban berprestasi
NPWP, (c) Debitur dengan kredit kumulatif dengan membayar hutang-hutang yang telah
di atas Rp. 500 juta sampai dengan Rp. 10 jatuh tempo. Keadaan ini didukung dengan
miliar harus memperoleh restrukturisasi dari indicator meningkatkan permohonan PKPU
penyalur kredit, (d) Debitur yang memiliki secara signifikan.
plafon kredit diatas Rp. 10 miliar tidak Sekalipun PKPU merupakan pranata
berhak memperoleh subsidi bunga, (e) yang disediakan oleh negara untuk
Debitur koperasi juga harus memenuhi melakukan relaksasi yang dapat digunakan
kriteria yang diatur Kementerian Koperasi oleh setiap debitur, namun PKPU
dan Usaha Kecil dan Menengah, (f) Debitur mengandung potensi berakhir dengan
memberikan kuasa ke penyalur untuk kepailitan. Ada 3 (tiga) titik taut antara
mendebit rekening VA (Virtual Account) PKPU dengan kepailitan. Dalam arti, ada
miliknya. tiga cara bagaimana permohonan PKPU
Bertitik tolak dari analisis tersebut, akan berubah menjadi kepailitan. Perubahan
sejatinya penyelesaian utang piutang yang PKPU menjadi Kepailitan berpotensi
terdampak Covid-19 dapat bersifat menjadi jebakan (trap) yang tidak diprediksi
komplementer melalui pranata debitur sebelumnya.
restrukturisasi kredit atau pembiayaan Bagi debitur, yang mengalami kesulitan
berdasarkan POJK No. 11/POJK.03/2020 ekonomi sejatinya terbuka untuk melakukan
dan melalui pranata PKPU. Karena pranata restrukturisasi hutang berdasarkan POJK
PKPU mengandung potensi jebakan No. 11/POJK.03/2020. Pilihan ini
kepailitan (Hartini, 2015), maka untuk memberikan keunggulan karena terbuka 6
memitigasi resiko (terutama bagi debitur) (enam) kanalisasi restrukrisasi, bahkan
akan lebih menguntungkan menggunakan dimungkinkan mendapat fasilitas (subsidi)
pranata PKPU sebagai pilihan terakhir penurunan suku bunga. Namun demikian.
setelah model restrukturisasi kredit atau Restrukturisasi di bawah paying POJK ini
pembiayaan telah dimanfaatkan terlebih mengandung kelemahan karena hanya
dahulu. Ini berarti, restrukturisasi kredit atau berlaku pada dunia perbankan. Diluar
pembiayaan berdasarkan pola POJK No. nasabah bank, tidak bisa menggunakan pola
11/POJK.03/2020 (bagi debitur yang ini.

21
Masalah-Masalah Hukum, Jilid 50 No.3, Juli 2021, Halaman 232- p-ISSN : 2086-2695, e-ISSN : 2527-

Bertitik tolak dari keunggulan dan Undang-Undang No. 37 tahun 2004.


sekaligus kelemahan dari pilihan ini, penulis Lex Crimen, 6(2), 93.
meromendasikan untuk mempergunakan
restrukturisasi kredit dibawah payung POJK Efendi, J., & Ibrahim, J. (2016). Metode
(sepanjang memenuhi syarat) sebagai Penelitian Hukum Normatif dan
pilihan utama dan pertama. PKPU akan Empiris. Depok: Prenada Media Group.
lebih tepat dijadikan alternatif pilihan
Fauzi, M. (2019). Lembaga Kepailitan
terakhir, agar debitur tidak terjebak pada
Diantara Dua Kutub Kepentingan.
penyelesaian utang piutang dengan
Yogyakarta: Leutika Prio.
Kepailitan.
Ginting, E. D. (2010). Analisis ukum
DAFTAR PUSTAKA Mengenai Pengaturan Reorganisasi
Perusahaan dalam Kepailitan. Medan:
Amboro, F. Y. P. (2020). Restrukturisasi USU Press.
Utang Terhadap Perusahaan Go Public
dalam Kepailitan dan PKPU. Masalah- Ginting, E. R. (2018). Hukum Kepailitan,
Masalah Hukum, 49(1), 109. Teori Kepailitan. Jakarta: Sinar Grafika.

Aprita, S. (2017). Asas Kelangsungan Usaha Hariyadi, H. (2020). Restrukturisasi Hutang


Sebagai Landasan Filosofis sebagai Upaya Pencegahan Kepailitan
Perlindungan Hukum bagi Debitur pailit pada Perseroan Terbatas. SIGn Jurnal
sehubungan Tidak Adanya Insolvensi Hukum, 1(2), 123.
Test dalam Penyelesaian Kepailitan. http://doi.org/10.37276/sjh.v1i2.61
Nurani, 17(2), 155. Harsono, I., & Prananingtyas, P. (2019).
Aprita, S. (2019). Penerapan Asas Analisis Perdamaian dalam PKPU dan
Kelangsungan Usaha Menggunakan Uji Pembatalan Perdamaian pada Kasus
Insolvensi : Upaya Mewujudkan Kepailitan PT Nyonya Meneer.
Perlindungan Hukum Berbasis Notarius, 12(2), 1069.
Keadilan Resstrukturitatif bagi Debitor Hartini, R. (2015). UUK dan PKPU No. 37
Pailit dalam Penyelesaian Sengketa Th. 2004 Mengesampingkan
Kepailitan. Jember: Pustaka Abadi. Keberlakuan Asas Pacta Sunt Servanda
BBC News Indonesia. (2020). Dampak dalam Penyelesaian Sengketa
wabah Covid-19: Jepang kembali alami Kepailitan. Yustitia Jurnal Hukum, 4(2),
resesi dan akan catat “kinerja terburuk”, 94.
bagaimana negara ini bisa bangkit dari Ishak, I. (2016). Perdamaian antara Debitur
keterpurukan? Retrieved August 3, dan Kreditur Konkuren dalam
2020, from Kepailitan. Kanun Jurnal Ilmu Hukum,
https://www.bbc.com/indonesia/dunia- 18(1), 150.
52706881
Kornelis, Y., & Amboro, F. Y. P. (2020).
Chatterji, S., & Hedges, P. (2001). Loan Implementasi Restrukturisasi dalam
Workouts And Debt for Equity Swaps. Proses Kepailitan dan Penundaan
England: John Wiley & Sons, Ltd. Kewajiban Pembayaran Hutang. Jurnal
Congressional Research Service. (2020). Selat, 7(2), 263.
Global Economic Effects of COVID-19. Lidwina, A. (2020). Simalakama Mitigasi
Congressional Research Service. Covid-19, Kesehatan atau Ekonomi?
Damlah, J. (2017). Akibat Hukum Putusan Retrieved June 30, 2020, from
Pailit dan Penundaan Kewajiban https://katadata.co.id/timdatajournalism/
Pembayaran Hutang berdasarkan analisisdata/5f12658719721/simalakam

11
Masalah-Masalah Hukum, Jilid 50 No.3, Juli 2021, Halaman 232- p-ISSN : 2086-2695, e-ISSN : 2527-4716
243

a-mitigasi-covid-19-kesehatan-atau- bagaimana-nasib-penanganan-corona
ekonomi
Santoso, Y. I. (2020, April 19). Ini delapan
Mariny, M., & Asri, M. (2013). Pilihan dampak negatif bagi perekonomian
Alternatif Restrukturisasi Hutang Indonesia akibat wabah virus corona.
Bermasalah. Universitas Gadjah Mada. Kontan.Co.Id. Retrieved from
Nugroho, S. A. (2018). Hukum Kepailitan di https://nasional.kontan.co.id/news/ini-
Indonesia: Dalam Teori dan Praktik delapan-dampak-negatif-bagi-
serta Penerapan Hukumnya. Jakarta: perekonomian-indonesia-akibat-wabah-
Prenadamedia Group (Divisi Kencana). virus-corona

Pramono, N., & Sularto, S. (2017). Hukum Sriwijiastuti, S. (2010). Lembaga PKPU
Kepailitan dan Keadilan Pancasila, sebagai Sarana Restrukturisasi Utang
Kajian Filsafat atas Kepailitan Badan bagi Debitur terhadap para Kreditur.
Hukum Perseroan Terbatas di Universitas Diponegoro.
Indonesia. Yogyakarta: Andi. Supriyanto, B. (2020, April 27). Dampak
Prasetyo, A. (2020, June 30). Lagi Presiden Pandemi Covid-19, Ekonomi Indonesia
Tegaskan Kesehatan dan Ekonomi Diperkirakan Pulih 2022. Bisnis.Com.
Harus Beriringan. Media Indonesia. Retrieved from
Retrieved from https://ekonomi.bisnis.com/read/202004
https://mediaindonesia.com/politik-dan- 27/9/1233454/dampak-pandemi-covid-
hukum/324242/lagi-presiden-tegaskan- 19-ekonomi-indonesia-diperkirakan-
kesehatan-dan-ekonomi-harus- pulih-2022
beriringan Syahada, A. T. P. (2020). Kebijakan
Rahmadiyanti, R. A. (2015). Akibat Hukum Restrukturisasi Kredit Selama Pandemi
Penalakan Rencana Perdamaian Debitur Covid-19. Jurnal Media
oleh Kreditur dalam Proses PKPU. Indonesia.Com. Retrieved from
Notarius, 8(2), 254–255. http://www.jurnalmediaindonesia.com/2
020/07/kebijakan-restrukturisasi-kredit-
Roziki, Y. I. (2020, July 21). Pandemi selama.html
Belum Berakhir, Jokowi Bubarkan
Gugus Tugas Covid-19, Bagaimana Yusuf, A. A. (2020). Mengukur Ongkos
Nasib Penanganan Corona? Ekonomi “Sesungguhnya” dari Pandemi
TribunBanyumas.Com. Retrieved from Covid-19. Retrieved August 2, 2020,
https://banyumas.tribunnews.com/2020/ from
07/21/pandemi-belum-berakhir-jokowi- http://sdgcenter.unpad.ac.id/mengukur-
bubarkan-gugus-tugas-covid-19- ongkos-ekonomi-sesungguhnya-dari-
wabah-covid-19/

21

Anda mungkin juga menyukai