KORUPSI
berwujud dan benda tidak berwujud. Sebagaimana yang diatur dala Pasal
yang bertubuh, dan ada yang tidak bertubuh”. Dalam pengertian lain, yaitu
dapat diraba oleh panca indra seperti: rumah, gedung, tanah dan lain-lain,
macam hak seperti: saham-saham atas kapal laut, hipotek, hak merek, hak
subyek hak, yaitu badan pribadi (persoon). Pengertian benda adalah pertama
tama tertuju pada barang yang berwujud yang dapat ditangkap dengan panca
indera tetapi barang yang tidak berwujud termasuk benda juga. Sedangkan
28
29
terbatas pada benda yang berwujud saja. Jadi pengertian benda lebih luas
adalah yang disebutkan dalam Pasal 528 Kitab Undang Undang Hukum
dapat mempunyai, baik suatu keadaan berkuasa, baik hak waris, hak pakai
21
Subekti, R, Aneka Perjanjian, Bandung, Alumni, 1982, hlm. 63.
30
dimaksudkan untuk mengikuti tanah atau bangunan itu untuk waktu yang
berikut :
22
Ibid.
31
tergolong sebagai benda tak tak bergerak dapat berubah menjadi benda
bergerak.
dalam Pasal 509 KUHPerdata yaitu “Suatu benda yang bergerak karena
utamanya yang berupa hak milik. Hak milik adalah hak untuk menikmati
kegunanan dari sebuah benda dengan leluasa dan untuk berbuat bebas
hak mutlak atas sesuatu benda di mana hak itu memberikan kepada
pemegang hak tersebut kekuasaan langsung atas sesuatu benda dan dapat
Barang milik pribadi atau harta milik (property) adalah suatu barang
pemiliknya. Ini meliputi harta tidak bergerak dan harta bergerak. Kedua ini
hukum dan dapat dimanfaatkan oleh subjek hukum (manusia dan badan
Jadi, objek itu haruslah sesuatu yang pemanfaatannya diatur bedasarkan jual
23
Sri Soedewi Masjchoen Sofwan, Hukum Perdata: Hukum Benda, Yogyakarta, Liberty,
1974, hlm. 2
24
Yuginus. L, Ensiklopedi Umum, Yogyakarta: Kanisius 1977, hal, 698.
33
berguna bagi subjek hukum dan yang dapat menjadi pokok (objek) suatu
hubungan hukum, yang disebut hak. Segala sesuatu dapat saja dikuasai oleh
subjek hukum.
subjek hukum secara yuridis (menurut atau berdasarkan hukum). Hal itu
hukum) dan tanpa perlu berdasarkan hukum, yakni segala sesuatu yg dapat
tidak diatur oleh hukum. Hal-hal tersebut bukanlah termasuk objek hukum
hukum perdata, adalah benda segala barang dan hak yang dapat dimiliki
orang.
hukum, dan yang utama adalah berkaitan dengan hak dan kewajiban.
a. manusia (orang/persoon);
hukum, karena obyek hukum merupakan segala sesuatu yang dapat di beri
hak oleh subyek hukum. Dengan demikian jelas kategorinya bahwa yang
memiliki hak dan kewajiban mestilah itu subyek hukum dan yang dapat
Alat bukti (bewijsmiddel) adalah suatu hal berupa bentuk dan jenis
kebenaran dalil gugat dan dalil bantahan maupun fakta-fakta yang mereka
kemukakan dengan jenis atau bentuk alat bukti tertentu. Hukum pembuktian
yang berlaku di Indonesia sampai saat ini masih berpegang kepada jenis dan
Dalam suatu proses perdata, salah satu tugas hakim adalah untuk
benar-benar ada atau tidak. Adanya hubungan hukum inilah yang harus
25
M. Yahya Harahap, S.H., Hukum Acara Perdata, Jakarta, Sinar Grafika, 2010, hlm. 554.
36
Alat bukti dalam acara perdata diatur dalam Pasal 1866 KUHPerdata,
dan Pasal 164 HIR sedangkan dalam acara pidana diatur dalam Pasal 184
KUHAPidana. Alat bukti dalam Pasal 164 HIR sebagaimana dijelaskan oleh
a) Bukti Surat
dengan maksud agar kelak dapat digunakan atau dijadikan bukti kalau
dilihat bentuk kerangka surat atau alat bukti tertulis dibawah ini:
dan dibuat di depan ataupun oleh pegawai umum atau pejabat pembuat
akta tanah itu sendiri, yang dibuat sejak pemula dengan sengaja untuk
penandatanganan dapat kita lihat pada Pasal 1874 B.W. Akta autentik
26
Bambang Sugeng A.S., S.H., M.H., dan Sujayadi, S.H., Pengantar Hukum Acara Perdata &
Contoh Dokumen Litigasi Perkara Perdata, Jakarta, Kencana, 2011, hlm. 66.
37
oleh atau dihadapan pejabat yang berwenang untuk itu ditempat akta
otentik dibuat oleh atau dihadapan pejabat yang berwenang yang disebut
berwenang atau bentuknya cacat maka menurut Pasal 1869 KUH Perdata
yaitu : akta tersebut tidak sah atau tidak memenuhi syarat formil sebagai
pembuktian oleh para pihak tanpa bantuan dari seorang pejabat. Jadi
Akta dibawah tangan dirumuskan dalam Pasal 1874 KUH Perdata, yang
3) Secara khusus ada akta dibawah tangan yang bersifat partai yang
syarat :
1) Seluruh isi akta harus ditulis dengan tulisan tangan si pembuat dan
si penandatangan;
penanda tangan.
aslinya, diantaranya adalah alat bukti salinan, alat bukti kutipan dan alat
b) Bukti Saksi
kesaksian.
dengar dari orang lain tentang kejadian itu. Pada prinsipnya, testimonium
saksi saja tanpa alat bukti lain tidak dapat dipercaya, disebut juga Unus
testis nullus testis. Menurut Pasal 145 HIR yang tidak dapat didengar
perlu disumpah.
c) Persangkaan
adalah alat bukti yang bersifat tidak langsung. Misalnya pembuktian dari
antara lain:
40
karena dari sifat dan keadaanya saja dapat diduga dilakukan untuk
hutang.
d) Pengakuan
yang diajukan oleh lawan. Ada 2 macam pengakuan yang dikenal dalam
menolak gugatan.
e) Sumpah
dengan mengingat akan sifat mahakuasa dari Tuhan dan percaya bahwa
siapa yang memberi keterangan atau janji yang tidak benar akan dihukum
terdapat alat bukti lain akan tetapi bukti tersebut masih sangat
sebagai alat bukti jika sumpah tersebut dilakukan di depan Hakim, baik
Hakim Anggotanya.
tentang apa yang dimaksud dengan barang bukti. Namun dalam Pasal 39
ayat (1) KUHAP disebutkan mengenai apa-apa saja yang dapat disita, yaitu:
sebagian diduga diperoleh dari tindakan pidana atau sebagai hasil dari
tindak pidana;
pidana;
pidana;
43
yang dilakukan.
Atau dengan kata lain benda-benda yang dapat disita seperti yang
disebutkan dalam Pasal 39 ayat (1) KUHAP dapat disebut sebagai barang
bukti.27
disita di antaranya:
delicti);
(instrumenta delicti);
27
Ratna Nurul Afiah, Barang Bukti Dalam Proses Pidana, Sinar Grafika, Jakarta, 1989, hlm.14
44
dimaksudkan lazim dikenal dengan istilah barang bukti atau corpus delicti
yakni barang bukti kejahatan. Barang bukti itu mempunyai peranan yang
Barang bukti yang bukan merupakan obyek, barang bukti atau hasil
delik tetapi dapat pula dijadikan barang bukti sepanjang barang bukti
28
Moeljatno, Hukum Acara Pidana, Seksi Kepidanaan Fakultas Hukum UGM, Yogyakarta, 1987,
hlm.132.
45
uang yang dipakai korban pada saat ia melakukan kejahatan korupsi bisa di
terpisahkan dengan proses itu sendiri, status benda sitaan pada dasarnya
tidak berbeda dengan status seorang tersangka selama belum ada putusan
yang mempunyai kekuatan hukum yang pasti, maka benda sitaan masih
penyidik melalui:
2) Penggeledahan
5) Barang temuan
29
Heru Setiana, (Lapas Bojonegoro), “Rupbasan Tuntutan Reformasi Hukum”, Warta Masyarakat.,
hlm. 30.
46
Dalam barang bukti ada pula barang yang bukan merupakan objek,
alat atau hasil delik, tetapi dapat pula dijadikan barang bukti sepanjang
dari30 :
a) Obyek delik;
yang menjadi fokus dari usaha mencari dan menemukan kebenaraan materil.
berdasarkan pada surat izin Ketua Pengadilan Negeri, hal tersebut diatur
dalam Pasal 38 Ayat (1) yang berbunyi “Penyitaan hanya dapat dilakukan
30
Bambang Waluyo, Sistem Pembuktian Dalam Peradilan di Indonesia, Jakarta, Sinar
Grafika, 1992, hlm. 4
47
oleh penyidik dengan surat izin ketua pengadilan negeri setempat.” dan
perlu dan mendesak bilamana penyidik harus segera bertindak dan tidak
ketentuan Ayat (1) penyidik dapat melakukan penyitaan hanya atas benda
bergerak dan untuk itu wajib segera melaporkan kepada ketua Pengadilan
sendirinya hal itu langsung menyentuh dan bertentangan dengan Hak Asasi
48
orang lain.31
namun tetap KPK tunduk pada KUHAP. Namun dalam beberapa hal ada
Penyitaan oleh KPK dapat tanpa izin ketua pengadilan hal ini tertuang
pada Pasal 47 ayat (1) UU KPK yang berbunyi “Atas dasar dugaan yang
kurangnya dua alat bukti yang sah, ia memperoleh keyakinan bahwa suatu
melakukannya.
31
Andi Hamzah, Pengusutan Perkara Melalui Saranan Teknik dan Sarana Hukum, Jakarta,
Ghalia Indonesia, 1986, hlm. 149.
49
dapat menjatuhkan hukuman apabila sedikit- dikitnya terdapat dua alat bukti
bukti lengkap, akan tetapi jika hakim tidak yakin tentang kesalahan
Selain pada KUHAP disebutkan pula dalam Pasal 6 ayat (2) Undang-
oleh satu alat bukti yang sah. Dengan kata lain, walaupun hanya didukung
oleh satu alat bukti yang sah, dan hakim yakin atas kesalahan terdakwa,
antisipasi ketika sengekta tidak dapat dislesaikan hanya dengan satu model
penyelesaian saja.
32
Redaksi Berita Transparansi, Perbedaan Litigasi Dan Non Litigasi,
https://www.beritatransparansi.com/perbedaan-litigasi-dan-non-litigasi/, diunduh pada Kamis 17
Mei 2018
51
Salah satu upaya Hukum selain litigasi dalam lingkup Hukum Perdata
memaksa tindakan.
bagi seseorang maupun badan hukum dalam hal tertentu untuk melawan
putusan hakim sebagai suatu tempat bagi pihak-pihak yang tidak puas atas
tidaklah sesuai dengan apa yang diinginkan, karena hakim itu juga seorang
manusia yang bisa secara tidak sengaja melakukan kesalahan yang dapat
pihak.
52
mencakup :
33
Riduan Syahrani, Buku Materi Dasar hukum Acara Perdata, Bandung, Citra Aditya
Bakti, 2009, hlm. 17.
54
hukum tetap.
55
sendiri atau orang lain yang mendapat kuasa khusus untuk itu, yang
waktu 14 hari telah lewat tanpa ada permohonan kasasi dari pihak
yaitu:
56
wewenang;
4) Gugatan
sendiri (eigenrichting). 34
34
Sudikno Mertokusumo, Hukum Acara Perdata Indonesia, Yogyakarta, Liberty, 2002, hlm. 52.
35
Mulyadi, Tuntutan Provisionil Dalam Hukum Acara Perdata, Jakarta, Djambatan, 1996, hlm.
15.
57
voluntair.
b) Gugatan Contentiosa
2004 sebagi pengganti UU No. 14 Tahun 1970, Pasal 118 (1) HIR,
Pasal 119 HIR, Pasal 120 HIR, Pasal 1 RV. Gugatan Contentiosa
atau lebih.
atas putusan yang telah memiliki kekuatan hukum tetap dan juga dalam
tersebut hanya mengikat para pihak yang berperkara saja (antara pihak
pihak ketiga (akan tetapi di dalam hal ini hasil putusan tersebut juga
akan mengikat orang lain atau pihak ketiga, oleh karenanya dapat
pengadilan.
Tahun 1985).
a) Penyelidikan
menyebutkan :
manusia.
b) Penyidikan
menentukan pelakunya.
c) Penuntutan
berwenang dalam hal dan menurut cara yang diatur dalam undang-
di sidang pengadilan.
untuk selanjutnya diperiksa, diadili dan diputus oleh majelis hakim dan
61
Pemeriksaan di Pengadilan :
a) Pelimpahan Perkara
bersangkutan.
terbukti.
c) Eksepsi
d) Putusan Sela
Dalam hal ini berkaitan dengan suatu peristiwa apabila terdakwa atau
e) Pembuktian
36
Yahya Harahap, Op.cit, hlm. 418.
63
f) Requisitoir
dari setiap unsur dari delik yang didakwakan dan dengan demikian
g) Pledoi
tuntutan pidana dan pembelaan terdapat dalam Pasal 182 ayat (1)
KUHAP.
penasehat hukumnya.
i) Putusan
2) Putusan Lepas, dalam hal ini berdasarkan Pasal 191 ayat (2)
kepada Terdakwa.
66
hakim tidak (belum) memenuhi rasa keadilan, para pihak dapat mengajukan
keberatan atas putusan hakim pada tingkat pertama (I), untuk diperiksa
kembali oleh pengadilan di tingkat yang lebih tinggi. Upaya hukum dalam
keberatan ini ada dua yaitu Upaya Hukum Biasa yang berupa Banding dan
Kasasi, dan Upaya hukum Luar Biasa yang berupa Peninjauan kembali :
a. Banding
Banding adalah upaya hukum dari pihak yang merasa tidak puas
hari sejak tanggal putusan itu diberitahukan kepada para pihak dan
Pengadilan Tinggi.
b. Kasasi
putusan bebas, lepas dari segala tuntutan hukum dan putusan dengan
kekuatan hukum tetap hal tersebut disebutkan dalam Pasal 263 ayat 2
KUHAP.
memutuskan:
68
berupa:
a) putusan bebas
dan penuntutan, bukan kepada materi pokok saja. Adapun yang dimaksud
berikut :
37
Hartono, Penyidikan dan Penegakan Hukum Pidana (Melalui Pendekatan Hukum
Progresif), Jakarta, Sinar Grafika, 2010, hlm. 23.
69
a. Pengertian Gugatan
diartikan sebagai suatu tuntutan hak dari setiap orang atau pihak yang
dapat pula berbentuk kelompok atau badan hukum yang merasa hak dan
b. Syarat-Syarat Gugatan
dan kebiasaan yang sudah diakui sebagai hukum. Dasar hukum suatu
menggugat orang lain, hanya orang yang punya dasar hukumlah yang
38
Aris Bintania, Hukum Acara Peradilan Agama, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2012), hlm.
30.
71
seperti tidak dibuat secara tertulis maupun lisan dan tidak juga
3) Mengandung sengketa.
Berlaku asas geen belaang genactie (tidak ada sengketa tidak ada
sosial dan tidak ada kaitannya dengan hak dan kewajiban perdata.
lainnya.
dan Pasal 142 ayat (1) R.Bg, gugatan dapat diajukan secara tertulis
kepada pengadilan, dan berdasarkan Pasal 120 HIR dan Pasal 144 ayat
Gugatan secara tertulis harus disusun dalam surat gugatan yang dibuat
secara cermat dan terang, jika tidak dilakukan secara demikian maka
dasar gugat.
pengadilan.
penggugat tidak dapat menulis maka dapat diajukan dengan lisan kepada
Pasal 8 ayat (3) Rv ada tiga hal yang harus diperhatikan dalam gugatan
dan pekerjaan;
dasar yuridis dari gugatan itu dan memuat uraian tentang kejadian
39
Lilik Mulyadi, Hukum acara perdata: menurut teori dan praktik peradilan Indonesia,
Djambatan, Jakarta, 2002, hlm. 37.
74
4. Penyitaan
yang sudah ada maupun yang akan ada, menjadi jaminan untuk
bahwa:
Secara khusus diatur dalam Pasal 197 ayat (1) HIR, yaitu :
Tidak semua barang dapat disita, hal tersebut diatur dalam Pasal
kegiatan usaha. Pasal 199 ayat (1) HIR dan Pasal 200 HIR, menyatakan
berperkara dan Pihak Ketiga yang tidak ikut dalam perkara. Jadi apabila
objek sita telah dialihkan oelh Tergugat kepada Pihak Ketiga, maka
Pasal 199 ayat (1) HIR maka dapat dipidana berdasarkan Pasal 231
itu penyidik dengan surat izin ketua pengadilan negeri setempat dapat
sebagai berikut:
40
M. Yahya Harahap, Op.Cit, hlm.265
76
pengadilan.
orang dari mana benda itu akan disita, atau kalau tidak kepada orang
untuk “menjamin” adanya kejelasan atas benda yang disita. Dan pada
pertama dan utama kepala desa atau ketua lingkungan (Ketua RT/RW),
ditambah dua orang saksi lainya (Pasal 129 ayat (1) KUHAP).
Pembuatan berita acara diatur dalam Pasal 129 ayat (2) KUHAP
hadapan atau kepada orang dari mana benda itu disita atau kepada
(2) Jika mereka telah dapat menerima dan menyetujui isi berita acara,
Penyitaan.
(2) Sebagai pengawasan dan pengendalian dari orang atau pihak yang
(3) Orang dari mana barang itu disita dan kekuargannya, dan
(5) Kemudian diberi lak dan cap jabatan dan ditandatangani oleh
penyidik.
dengan ketentuan Pasal 130 ayat (1) diatas, ayat (2) KUHAP Pasal
tersebut menentukan:
(2) Catatan itu ditulis di atas label yang ditempelkan atau dikaitkan
(1) Benda atau tagihan tersangka atau terdakwa yang seluruh atau
tindak pidana.
pidana.