Anda di halaman 1dari 33

PEDOMAN PELAYANAN

INSTALASI RADIODIAGNOSTIK

RUMAH SAKIT SHL KABUPATEN PANDEGLANG


TAHUN 2023
PERATURAN DIREKTUR
RS SHL KABUPATEN PANDEGLANG
NOMOR: 053/ PER. RS SHL/ I/ 2023

TENTANG

PEDOMAN PELAYANAN
INSTALASI RADIODIAGNOSTIK
RS SHL KABUPATEN PANDEGLANG
Menimbang DIREKTUR RS SHL KABUPATEN PANDGELANG,

: a. bahwa dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan Rumah


Sakit,
maka diperlukan pelaksanaan pelayanan radiologi yang komprehensif;
b. bahwa agar pelaksanaan pelayanan radiologi yang komprehensif di
Rumah Sakit dapat terlaksana dengan baik, perlu ada Pedoman
Pelayanan Radiologi;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan pada huruf a dan b perlu disusun
pedoman pelayanan Instalasi Radiodiagnostik yang diatur oleh
peraturan diretur Rumah Sakit SHL Kabupaten Pandeglang;
: 1. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144,
Mengingat Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5046);
2. Undang-undang Nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 153, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5072);
3. Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2014 Tentang Keperawatan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 307,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5612);
4. Peraturan Pemerintah Nomor 129 Tahun 2008 tentang Standar
Pelayanan Minimal;
5. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 79 Tahun 2018 tentang Badan
Layanan Umum Daerah (Berita Negara Republik Indonesia Tahun
2018 Nomor 1213);
2
6. Peraturan Bupati Kabupaten Pandeglang Nomor 59 Tahun 2018
tentang
7. Standar Pelayanan Minimal RS SHL dan Peraturan Bupati
Kabupaten Pandeglang Nomor 103 Tahun 2020 tentang Susunan
Organisasi dan Tata Kerja RS SHL
8. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor :
1014/MENKES/PER/XI/2008, Tentang Standar Pelayanan
Radiologi Diagnostik di Sarana Pelayanan Kesehatan;
9. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor :
1045/MENKES/PER/XI/2006 Tentang Pedoman Organisasi
Rumah Sakit Di Lingkungan Departemen Kesehatan.

MEMUTUSKAN

Menetapkan : PERATURAN DIREKTUR TENTANG PEDOMAN PELAYANAN


UNIT RADIODIAGNOSTIK RUMAH SAKIT SHL KABUPATEN
PANDEGLANG

BAB I
KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Direktur ini yang dimaksud dengan:


1. Rumah Sakit SHL Kabupaten pandeglang adalah Rumah Sakit Swasta Kabupaten
Pandeglang .
2. Kredensial adalah proses evaluasi terhadap Profesional Pemberi Pelayanan (PPA) untuk
menentukan kelayakan kewenangan klinis (Clinical Privilege).
3. Standar Pelayanan Minimal RS SHL adalah standar penyelenggaraan pelayanan
manajemen RS SHL, pelayanan medik, pelayanan penunjang, dan pelayanan keperawatan
baik rawat inap maupun rawat jalan yang minimal harus diselenggarakan oleh RS SHL.
4. Standar Prosedur Operasional adalah suatu perangkat instruksi atau langkah-langkah
berurutan yang dilakukan untuk menyatakan suatu proses kerja tertentu.

BAB II
MAKSUD DAN TUJUAN
Pasal 2

Maksud Peraturan Direktur ini adalah agar dapat meningkatkan kemampuan dan mutu
pelayanan yang sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi kesehatan,
perubahan peraturan perundang-undangan yang di berlakukan, dan harapan masyarakat.

Pasal 3

Tujuan Peraturan Direktur ini adalah sebagai pedoman dalam pelaksanaan pelayanan yang
optimal di instalasi Radiodiagnostik dalam bentuk pengorganisasian unit kerja.
3
BAB III
RUANG LINGKUP

Pasal 4

(1) Ruang lingkup Peraturan Direktur ini meliputi pendahuluan, standar ketenagaan, standar
fasilitas, tata laksana pelayanan, logistik, keselamatan pasien, keselamatan kerja, dan
pengendalian mutu.
(2) Ruang lingkup sebagaimana dimaksud pada ayat (1) secara rinci tercantum dalam
lampiran dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Direktur ini.
BAB IV
KETENTUAN PENUTUP

Pasal 6

Dengan berlakunya peraturan direktur ini, maka Surat Keputusan Direktur Nomor 223/SK- RS
SHL/II/2018 Tahun 2018 tentang Kebijakan Instalasi Radiologi Rumah Sakit SHL Kabupaten
Pandeglang dicabut dan dinyatakan tidak berlaku

Pasal 7

Peraturan Direktur ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Ditetapkan di Pandeglang
Pada tanggal :
Direktur
RS SHL
Kabupaten Pandeglang
Lampiran
Peraturan Direktur
Nomor : 053/ PER. RS SHL /I/ 2022
Tanggal:
Tentang Pedoman
Pelayanan Instalasi RIR

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT karena hanya karena
perkenanNya revisi Pedoman Pelayanan Instalasi Radiodiagnostik RS SHL Kabupaten
Pandeglang ini akhirnya dapat diselesaikan.
Pedoman Pelayanan Instalasi Radiodiagnostik ini digunakan dalam menjalankan
kegiatan pelayanan bagi petugas yang ada di Instalasi Radiologi sehingga pelayanan yang
diberikan kepada pasien dapat dipertanggungjawabkan secara profesional.
Dengan adanya pedoman ini diharapkan semua petugas yang ada di Instalasi Radiologi
dapat memahami isi dari Pedoman Pelayanan Instalasi Radiologi ini, yang pada akhirnya
memudahkan bagi petugas dalam menjalankan tugas pokok dan fungsi pelayanan kepada
pasien.
Kami menyadari bahwa Pedoman Pelayanan Instalasi Radiologi ini masih jauh dari
sempurna, oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan.

Pandeglang,

Penyusun
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN............................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ...................................................................................... 1
1.2 Tujuan Pedoman.................................................................................... 1
1.3 Ruang Lingkup ..................................................................................... 2
1.4 Batasan Operasional ............................................................................. 2
1.5 Landasan Hukum .................................................................................. 2
BAB II STANDAR KETENAGAAN.......................................................... 4
2.1 Kualifikasi Sumber Daya Manusia....................................................... 4
2.2 Distribusi Ketenagaan........................................................................... 4
2.3 Pengaturan Dinas ................................................................................. 5
BAB III STANDAR FASILITAS.............................................................. 6
BAB IV KEBIJAKAN .............................................................................. 9
BAB V TATA LAKSANAPELAYANAN............................................... 11
BAB VI LOGISTIK................................................................................... 18
BAB VII KESELAMATAN PASIEN.......................................................... 21
BAB VIII KESELAMATAN KERJA.......................................................... 26
BAB IX PENGENDALIAN MUTU............................................................ 29
BAB X PENUTUP ...................................................................................... 31

ii
i
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pelayanan Radiologi sebagai bagian yang terintegrasi dari pelayanan Kesehatan secara
menyeluruh merupakan bagian dari amanat Undang-Undang Dasar 1945 dimana Kesehatan
adalah hak fundamental setiap rakyat dan amanat Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992
tentang Kesehatan. Bertolak dari hal tersebut serta makin meningkatnya kebutuhan masyarakat
terhadap pelayanan kesehatan, maka pelayanan radiologi sudah selayaknya memberikan
pelayanan yang berkualitas.
Dengan adanya Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor
1014/MENKES/SK/XI/2008 tentang standar pelayanan radiologi diagnostic di sarana
pelayanan Kesehatan mengatur dalam penggunaan radiologi diagnostic yang aman terhadap
pasien dan petugas Kesehatan. Serta semakin berkembangnya teknologi di bidang kedokteran
menjadi tantangan Rumah Sakit dalam menyediakan layanan yang terbaik. Radiologi RS
sudah menyiapkan perlengkapan yang sesuai dengan perkembangan terkini dalam bidang
diagnostic, sehingga pasien dapat melakukan pemeriksaan dengan cepat namun tetap
memperhatikan keamanan pasien.
Dalam menyediakan layanan yang terbaik perlu upaya untuk mengatur pelayanan di unit
radiologi agar alur dan proses pekerjaan dapat memvisualisasikan sinergi kerja yang cepat dan
tepat dalam memberikan pelayanan kepada pasien.
Pelayanan radiologi antara lain meliputi standar ketenagaan, standar fasilitas, tata laksana
pelayanan, logistic, keselamatan pasien, keselamatan kerja, proteksi radiasi dan pengendalian
mutu.

1.2 Tujuan Pedoman


1. Tujuan umum :
a. Sebagai pedoman penyelenggaraan pelayanan radologi
b. Untuk meningkatkan mutu pelayanan radiologi
c. Untuk menerapkan konsep pelayanan radiologi
d. Untuk memperluas fungsi dan peran staf di Instalasi Radiologi
e. Untuk melindungi masyarakat dari pelayanan yang tidak profesional

2. Tujuan khusus :
a. Melangsungkan pelayanan radiologi yang optimal baik dalam keadaan biasa
maupundalam keadaan gawat darurat sesuai dengan keadaan pasien maupun
fasilitas yang tersedia.
b. Menyelenggarakan kegiatan pelayanan radiologi yang profesional berdasarkan
prosedur keamanan dan prinsip proteksi radiasi.

1
c. Menyelenggarakan pelayanan radiologi yang terintegrasi dengan unit yang lain
yang menggunakan modalitas imaging di rumah sakit berdasarkan aspek teknis,
meliputi : penggunaan Computer Radiografi, penyelenggaraan pemeriksaan
radiodiagnostik konvensional, denah ruangan dan standar fasilitas.
d. Menyelenggarakan pelayanan radiologi berdasarkan aspek manajerial, meliputi :
analisa dan distribusi tenaga kerja, prosedur pendaftaran, prosedur pembayaran,
kontrol mutu, prosedur proteksi radiasi, dah prosedur keselamatan kerja serta
nosokomial.
e. Menyelenggarakan pelayanan radiologi terintegrasi berdasarkan aspek hukum,
meliputi : landasan dasar hukum penyelenggaraan pelayanan radiologi diagnostik.

1.3 Ruang Lingkup Pelayanan


1. Pelayanan radiodiagnostik;
1.4 Batasan Operasional
Pelayanan Radiologi meliputi :
1. Pelayanan Radiodiagnostik
Pelayanan Radiodiagnostik adalah pelayanan untuk melakukan diagnosis dengan
menggunakan radiasi pengion, meliputi antara lain pelayanan x- ray konvensional,
Pelayanan Radiologi Diagnostik merupakan pelayanan medik yang memanfaatkan
Radiasi pengion dan non pengion untuk menunjang diagnosa penyakit.
2. Pelayanan Imejing Diagnostik
Pelayanan Imejing Diagnostik adalah pelayanan untuk melakukan diagnosis dengan
menggunakan radiasi non pengion, meliputi antara lain pemeriksaan dengan USG/
Ultra Sonografi.

1.5 Landasan Hukum

Sebagai acuan dan dasar pertimbangan dalam penyelenggaraan pelayanan radiologi di


rumah sakit diperlukan peraturan perundang-undangan pendukung (legal aspect). Beberapa
ketentuan perundang-undangan yang digunakan adalah sebagai berikut :
1. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit.
2. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan.
3. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesi Nomor 129/MENKES/SK/II/2008
tentang Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit.

4. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor


1691/MENKES/PER/VIII2011 tentang Keselamatan Pasien Rumah Sakit.
5. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1087/MENKES/
SK/VIII/2010 tentang Standar Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit.
6. Peraturan Pemerintah N0. 33 Tahun 2007 tentang Keselamatan Radiasi Pengion dan

2
Keamanan Sumber Radioaktif (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007
Nomor 74, tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4730)
7. Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 2008 tentang perizinan sumber Pengion dan
Bahan Nuklir.
8. Permenkes Nomor 357/MENKES/PER/2006 tentang Registrasi dan Radiografer ).
9. Permenkes No 375/Menkes/SK/III/2007 tentang Standar Profesi Radiografer.
10. Permenkes Nomor 81 Tahun 2013 tentang Penyelenggaraan Pekerjaan Radiografer.
11. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No 1014/MENKES/SK/XI/2008
tentang Standar Pelayanan Radiologi Diagnostik di Sarana Pelayanan Kesehatan.

3
BAB II
STANDAR KETENAGAAN

2.1 Kualifikasi Sumber Daya Manusia


Untuk meningkatkan kualitas pelayanan radiologi sehingga pelayanan dapat berfungsi
dengan efektif dan efisien, maka rumah sakit perlu menerapkan pendekatan mutu
pelayanan kesehatan agar semua kategori petugas rumah sakit dapat bekerja sama dalam
melaksanakan tugasnya dengan baik. Peningkatan mutu pelayanan akan menciptakan
keseragaman dan keserasian kerja petugas dalam melayani pasien sehingga pasien akan
merasakan kepuasan dalam menikmati pelayanan kesehatan yang dibutuhkannya.
Pelayanan radiologi dan diagnostic imaging harus dipimpin seorang atau labih individu
yang kompeten. Tanggung jawab pimpinan radiologi dan diagnostic imejing termasuk :
1. Mengembangkan, melaksanakan, mempertahankan kebijakan dan prosedur.
2. Pengawasan administrasi.
3. Mempertahankan (maintaining) setiap control mutu.
4. Memberikan rekomendasi pelayanan radiologi dan diagnostic imaging diluar.
5. Memonitor dan mereview semua pelayanan radiologi dan diagnostic imaging
Secara fungsional, pekerja Instalasi Radiologi RS SHL dibagi dalam 4 kelompok
profesi yang masing-masing tugas dan tanggung jawabnya :

No. Kelompok Profesi Tanggung Jawab Fungsional


1. Radiografer/Penata Bertanggung jawab atas pelaksanaa
Rontgen pemeriksaan radiologi dan imaging
2. Dokter Spesialis Bertanggung jawab atas tindakan medis dan
Radiologi penilaian foto diagnostik radiologi
(ekspertise)
3. PPR Bertanggung jawab penuh atas proteksi
radiasi

2.2 Distribusi Tenaga


Jumlah tenaga yang
Profesi Spesifikasi
ada
Dokter Spesialis
S1 Spesialis Radiologi (Sp. Rad) 1
Radiologi

4
D III/ D IV Teknik
Radiografer 3
Radiodiagnostik dan Radioterapi
D III/D IV Teknik
PPR 1
Radiodiagnostik dan Radioterapi
Administrasi SMA/ D III/ S1/ Petugas Radiologi
(Radiografer)
Radiologi

Dengan penempatan tenaga :


1. Radiografi Konvensional : 3 orang radiografer
2. Administrasi Radiologi : Radiografer

2.3 Pengaturan Dinas

Pengaturan dinas di radiologi terdiri atas pekerja harian dan pekerja shift untuk
radiografer.
Profesi Jenis Dinas Jumlah Pengaturan Dinas
Dokter Spesialis Harian 1 Dinas harian
Radiologi
Radiografer Harian 3 Tour of Duty
PPR Harian 1 Tour of Duty
Administrasi Harian - Tour of Duty
Radiologi

Dinas Pagi 07.15 - 16.00 WIB


Dinas Malam 16.00 – 08.00 WIB

BAB III
STANDAR FASILITAS

3.1 Denah Ruangan

X-Ray
Kamar
Ganti

Bucky
stand Meja Pemeriksaan

R.
Toilet Processing Administras
automatic i/R.

5
3.2 Standar Fasilitas
Dengan semakin bertambahnya jumlah pasien yang datang ke radiologi maka
diperlukan fasilitas peralatan kesehatan di bidang radiologi yang mengikuti
perkembangan kedokteran yang canggih dan modern sehingga akan sangat membantu
melayani kebutuhan pasien. Standar fasilitas yang diterapkan meliputi fasilitas ruangan
dan peralatan.
1. Fasilitas ruangan
Pendekatan yang dipakai dalam menetapkan jenis dan luas ruangan yaitu :
- Fungsi ruangan/jenis kegiatan
- Proteksi terhadap bahaya radiasi bagi petugas, pasien dan lingkungan
- Efisiensi

Persyaratan ruangan :
a. Letak instalasi radiologi hendaknya mudah dijangkau dari ruangan gawat darurat,
perawatan intensive care, kamar bedah dan ruangan lainnya.
b. Di setiap instalasi radiologi dilengkapi dengan alat pemadam kebakaran dan alarm
sesuai dengan kebutuhan
c. Suhu ruangan pemeriksaan 20-24 C dan kelembaban 40-60° C

Persyaratan ruangan, melipuiti jenis, kelengkapan dan ukuran/luas ruangan yang


dibutuhkan sebagai berikut :

2. Ketebalan dinding
Bata merah dengan ketebalan 25 cm dan kerapatan jenis 2,2 g/cm atau beton dengan
ketebalan 20 cm atau setara dengan 2 mm timah hitam (Pb), sehingga tingkat radiasi di
sekitar ruangan pesawat sinar-x tidak melampaui Nilai Batas Dosis 1 mSv/tahun
3. Pintu dan ventilasi
- Pintu ruangan pesawat sinar-x dilapisi dengan timah hitam dengan ketebalan
tertentu sehingga tingkat radiasi di sekitar ruangan pesawat sinar-x tidak
melampaui Nilai Batas Dosis 1 mSv/tahun
- Ventilasi setinggi 2 m dari lantai sebelah luar agar orang di luar tidak terkena
paparan radiasi
- Di atas pintu masuk ruang pemeriksaan dipasang lampu merah yang menyala pada
saat pesawat dihidupkan sebagai tanda sedang dilakukan penyinaran (lampu
peringatan tanda bahaya radiasi)
4. Ruangan dilengkapi dengan sistem pengaturan udara sesuai dengan kebutuhan
5. Pada tiap-tiap sambungan Pb, dibuat tmpang tindih/overlapping
6. Jenis dan ukuran ruangan :
a. Ruang penyinaran/Ruang X-ray
- Ukuran ruangan : sesuai kebutuhan/besarnya alat

6
b. Ruang ganti pakaian
Ada di ruang pemeriksaan

Luas : disesuaikan dengan kebutuhan, minimal 1 m (p) x 1,5 (l) x 2,7 m (t) dan
dilengkapi dengan lemari baju/loker

c. Kamar mandi
Ada di ruangan
Ukuran minimal : 1,5 m (p) x 1 m (l) x 2,7 m (t)

d. Ruang lain
1) Ruang tunggu pasien ada di sermua jenis sarana pelayanan kesehatan

7. Fasilitas peralatan
Instalasi Radiologi RS SHL Kabupaten Pandeglang memiliki fasilitas peralatan
sebagai berikut :
1. Pesawat x-ray merek Toshiba KXO-325 dengan kapasitas 150 kV, 500 mA
2. Apron sebanyak 1 buah
BAB IV
KEBIJAKAN

Rumah Sakit menetapkan sistem yang terintegrasi untuk menyelenggarakan pelayanan


radiologi klinis yang meliputi, pelayanan radiodiagnostik yang dibutuhkan pasien, asuhan
klinis, dan Profesional Pemberi Asuhan (PPA). Pelayanan radiodiagnostik yang
diselenggarakan memenuhi peraturan perundang-undangan.
Instalasi Radiologi RS SHL Kabupaten Serang memiliki beberapa kebijakan sebagai
berikut :
1. Pelayanan RIR meliputi pelayanan radiodiagnostik
2. Pelayanan RIR harus selalu berorientasi kepada mutu dan keselamatan pasien.
3. Pelayanan RIR termasuk kebutuhan darurat, dapat diberikan di dalam rumah sakit dan
tersedia 24 jam, 7 hari seminggu.
4. Pelayanan pemeriksaan radiologi keluar/ rujukan melalui satu pintu.
5. Pelayanan radiologi diagnostik dilaksanakan atas indikasi sesuai dengan SPO dan atas
permintaan tertulis dari Dokter umum dan Dokter Spesialis
6. Penyedian tenaga harus mengacu kepada pola ketenagaan radiologi.
7. Staf RIR yang kompeten dan berwenang melakukan pemeriksaan radiodiagnostik
8. Setiap petugas radiologi wajib memiliki izin sesuai ketentuan yang berlaku.
9. Dalam melaksanakan tugasnya setiap petugas RIR harus mematuhi prinsip-prinsip
ketentuan dalam K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja).
10. Setiap petugas harus bekerja sesuai dengan standar profesi, standar prosedur operasional
7
yang berlaku, etika profesi dan menghormati hak pasien.
11. Pemeriksaan dan ekspertise hasil radiologi dilakukan oleh dokter spesialis radiologi sesuai
dengan kompetensinya.
12. Pemeriksaan radiologi di tempat, dapat dilakukan pada pasien dengan kondisi khusus
karena alasan keselamatan dan kondisi pasien atau ruangan yang tidak memungkinkan
untuk dilakukan di ruang radiologi.
13. Yang berwenang menyuntikan kontras adalah dokter spesialis radiologi atau perawat yang
telah didelegasikan oleh radiolog.
14. Ketetapan kerangka waktu penyelesaian pemeriksaan radiologi klinik terdapat pada
kebijakan pelayanan radiologi rumah sakit.
- Kerangka waktu hasil pelayanan radiodiagnostik rutin non kontras adalah 3 jam
- Kerangka waktu hasil pelayanan radiodiagnostik Cito IGD, ICU, kamar bedah kurang
dari 1 jam
- Kerangka waktu hasil kritis radiologi yang telah diekspertise oleh Dokter Spesialis
Radiologi dilaporkan ke DPJP kurang dari 1 jam
- Kerangka waktu untuk pemeriksaan radiologi rujukan ke luar sesuai dengan prosedur
pelayanan dari rumah sakit yang bersangkutan
15. Dalam keadaan cito, foto basah dapat dipinjam (belum dibaca) dan harus dikembalikan
dalam waktu 1x24 jam.
16. Semua alat yang menggunakan radiasi pengion harus lulus uji kesesuaian.
17. Fasilitas dan alat radiologi harus siap pakai dan dikembangkan mengikuti kemajuan
pengetahuan dan teknologi.
18. Peralatan radiologi harus terkalibrasi dan dilakukan perawatan dengan baik secara berkala
serta didokumentasikan.
19. Melaksanakan pertemuan koordinasi dan evaluasi rutin minimal satu bulan sekali.
20. Melakukan penyimpanan dokumen hasil rontgen.
21. Apabila terjadi kerusakan alat maka pasien akan dirujuk ke rumah sakit yang memiliki
peralatan sejenis atau lebih tinggi dan memiliki kualifikasi minimal setara.
22. Membuat laporan pelayanan kegiatan radiologi.

8
BAB V
TATA LAKSANA PELAYANAN

5.1 Ketentuan Umum Pelayanan


Untuk tertib penyelenggaraan pelayanan di Radiologi, rumah sakit menetapkan ketentuan
umum pelayanan sebagai berikut :
1. Rumah sakit menerapkan pelayanan radiologi dan diagnostik imaging yang adekuat,
teratur dan nyaman untuk memenuhi kebutuhan pasien.
2. Pelayanan instalasi radiologi umum
Kegiatan operasional radiologi rutin hari :
Senin – Minggu : 24 Jam
Pelayanan radiologi cito 24 jam hanya inap
Dinas Pagi : pk. 07.15 - 16.00WIB
Dinas Malam : pk. 16.00 - 08.00WIB
3. Untuk pelayanan diagnostik imaging di luar unit radiologi RS SHL, CT Scan,
pelayanan diatur oleh unit yang bersangkutan, sesuai dengan kebijakan masing-
masing unit kerja.
4. Pada jam kerja, radiologi melayani semua pasien baik dari rawat inap, rawat jalan,
ICU maupun rujukan dari luar.
5. Setiap permintaan pemeriksaan radiologi harus dengan rujukan dari dokter pengirim
dengan mencantumkan nama, no MR, umur, nama dokter pengirim dan
keluhan/tanda- tanda klinis diagnosa yang ditemukan serta pemeriksaan yang
diminta.
6. Pasien rawat jalan/poliklinik atau rujukan dari prakter dokter luar, wajib
menyelesaikan pembayaran terlebih dahulu di kasir sebelum dilakukan pemeriksaan.
Hal tersebut dibuktikan dengan menyerahkan kembali kwitansi pembayaran yang
telah di stempel lunas oleh kasir kepada petugas administrasi/loket radiologi.
7. Bagi pasien rawat inap, pembebanan biaya pemeriksaan dilakukan langsung oleh
petugas radiologi melalui sistem komputer rumah sakit.
8. Kaidah-kaidah proteksi radiasi diterapkan pada setiap pemeriksaan radiologi

9. Pelayanan bagi pasien rawat jalan diberikan berdasarkan no urut kedatangan atau
pendaftaran, namun dalam keadaan atau situasi tertentu yang dianggap mendesak,
petugas radiologi boleh mendahulukan pelayanan bagi pasien bayi, balita atau pasien
ICU dengan sebelumnya memberikan penjelasan kepada pasien lainnya yang sedang
menunggu giliran mendapatkan pelayanan.
10. Untuk pemeriksaan karena alasan dan pertimbangan tertentu belum atau tidak dapat
dilakukan di Radiologi, maka akan dirujuk ke Radiologi atau Rumah Sakit atau
Institusi lain yang berkompeten melakukan pemeriksaan tersebut.
11. Kerjasama Unit radiologi dengan tempat rujukan direkomendasi oleh direktur dan

9
memiliki rekam jejak kinerja yang baik tentang tepat waktu dan memenuhi undang-
undang yang berlaku. Dan disahkan dalam ikatan kontrak kerjasama tertulis yang
ditandatangani manajemen rumah sakit dan pimpinan institusi tempat rujukan.
12. Institusi tempat rujukan wajib memberikan bukti kontrol kualitas mutunya sebagai
salah satu parameter evaluasi yang dilakukan secara periodik termasuk evaluasi
kesepakatan bersama.
13. Lamanya hasil pemeriksaan yang dirujuk tergantung pada jenis pemeriksaan dan
kebijakan institusi tempat rujukan.
14. Atas permintaan khusus dari dokter yang mempertimbangkan kondisi medis tertentu
dari pasien, pengerjaan pemeriksaan bisa disegerakan tanpa mengikuti urutan.
Kondisi tersebut disebut dengan “cito”.
15. Untuk permintaan radiologi dalam kategori “CITO”, ketepatan waktu pelaporan hasil
pemeriksaan kasus cito di ukur.

1.3 Prosedur Pendaftaran


Sebelum dilakukan pemeriksaan, pasien terlebih dahulu melakukan pendaftaran dengan
prosedur sebagai berikut :

1. Pasien Rawat Jalan / Praktek :


a. Pasien atau keluarga pasien mendaftar ke loket pendaftaran radiologi dengan membawa
blanko pemeriksaan radiologi dari dokter pengirim.
b. Petugas administrasi radiologi menerima dan mencatat data pasien secara lengkap, juga
melakukan perekaman di SIM RS, kemudian membuat perincian biaya pemeriksaan dan
menyerahkan ke pasien atau keluarga pasien untuk dibayarkan ke kasir.
c. Untuk pasien kontrak atau dengan jaminan, petugas administrasi radiologi meminta
persyaratan yang diperlukan dan membuat perincian biaya pemeriksaan.
d. Setelah persyaratan administrasi sudah lengkap kemudian dilakukan pemeriksaan
radiologi.
2. Pasien Rawat Inap :
a. Perawat mendaftar ke loket pendaftaran radiologi dengan membawa blanko pemeriksaan
radiologi dari dokter pengirim.
b. Petugas administrasi radiologi menerima dan mencatat data pasien secara lengkap, juga
melakukan perekaman di SIM RS, kemudian membuat perincian biaya pemeriksaan
untuk disertakan ke dalam status pasien.
3. Pasien Gawat Darurat
a. Instalasi Radiologi memberikan pelayanan gawat darurat setiap hari selama 24 jam.
b. Prosedur pelayanan gawat darurat diagnostik adalah sebagai berikut :
1) Dokter pengirim melakukan permintaan pemeriksaan radiologi melalui blanko
permintaan pemeriksaan radiologi pada pasien dari Instalasi Gawat Darurat (IGD).
2) Perawat menghubungi instalasi radiologi untuk mengantar pasien dari IGD.
3) Petugas IGD mengantarkan pasien ke ruang Radiologi dan melakukan validasi pada

1
0
pasien yang akan dilakukan pemeriksaan radiologi.
4) Setelah itu petugas radiologi melakukan prosesing film melalui computed
radiography (CR).
5) Analisis dan ekspertise dilakukan oleh radiolog.

1.4 Pelayanan Radiologi Rutin


1. Instalasi Radiologi RS SHL Kabupaten Pandeglang memberikan pelayanan setiap hari
kerja yaitu :
Senin - Minggu : pk. 08.00-08.00 WIB/ 24 Jam
Sebelum dilakukan pemeriksaan, petugas radiologi/radiographer memakai film badge,
kemudian menutup pintu dan menyalakan lampu merah di atas pintu
2. Jangan mengarahkan sinar utama ke panel pintu dan jendela.
3. Selama penyinaran, radiografer harus di belakang tabir pelindung dan mengawasi
pasien melalui jendela gelas Pb.
4. Batasi lebar berkas sinar utama dan bila perlu gunakan pelindung untuk gonad pasien.
5. Gunakan penyangga kaset.
6. Tidak boleh ada pasien lain kecuali yang sedang diperiksa.
7. Bila diperlukan seseorang untuk memegang pasien maka orang tersebut harus :
a. Menggunakan apron, sarung tangan Pb, dan berdiri di luar berkas sinar utama.
b. Catat dalam buku namanya, tanggal berkas penyinaran dan banyak radiasi yang
digunakan.

1.5 Pemberian Ekspertise


1. Film yang sudah di kirim lewat telegram kemudian diekspertise oleh dokter radiologi.
2. Setelah mendapatkan hasil ekspertise, kemudian Radiografer menyalin Hasilnya untuk
di print dan pengemasan film untuk didata dan diarsipkan.

1.6 Penyerahan Hasil


Prosedur Pengambilan Hasil Pemeriksaan Radiologi adalah prosedur atau cara pengambilan hasil
radiologi oleh pasien/ keluarga atau perawat setelah dilakukan pemeriksaan radiologi. Adapun
prosedurnya adalah sebagai berikut :

1. Pengambilan hasil pada jam kerja :


• Pasien/ keluarga atau perawat datang ke ruang Radiologi untuk mengambil hasil radiologi.
• Untuk pasien rawat jalan membawa bukti pemeriksaan radiologi dan menyerahkan ke
petugas radiologi.
• Pasien atau keluarga harus menandatangani dan memberi nama jelas pengambil hasil
pemeriksaan radiologi pada buku pengambilan hasil radiologi rawat jalan.
• Untuk pasien rawat inap hasil pemeriksaan radiologi di ambil oleh perawat ruangan atau
keluarga dengan menandatangani dan memberi nama jelas pengambil hasil pemeriksaan
radiologi pada buku pengambilan hasil radiologi rawat inap.

1
1
2. Pengambilan hasil di luar jam kerja
Pengambilan hasil di luar jam kerja dikhususkan untuk pasien rawat inap dan Instalasi
Rawat Darurat (IRD). Untuk pasien rawat inap dan pasien IRD hasil pemeriksaan radiologi di
ambil oleh perawat ruangan atau keluarga dengan menandatangani dan memberi nama jelas
pengambil hasil pemeriksaan radiologi pada buku pengambilan hasil radiologi rawat inap.

1.7 Jenis Pelayanan Diagnostic Imaging


a. Radiologi konvensional tanpa kontras
a) Thorax foto
- Posisi PA (Postero-Anterior)
- Posisi Lateral
- Posisi AP (Antero-Posterior)
- Posisi Top Lordotik
- Posisi Lateral Dekubitus

b) Foto kepala
- Posisi AP (Antero-Posterior)
- Posisi Lateral
- Posisi Water’s

c) Foto Ekstremitas Atas


- Humerus
- Radius-Ulna/Antebrahi
- Wrist Joint
- Manus

d) Foto Ekstremitas Bawah


- Femur
- Genu/Knee Joint
- Cruris
- Angkle Joint
- Pedis

e) Foto Vertebrae
- Cervical
- Thoracal
- Lumbal
- Pelvis
- Sacro Iliaca

f) Foto Abdomen
- Abdomen AP
- Abdomen Lateral
- Abdomen Lateral Dekubitus
1
2
1. Pelayanan Ultrasonografi (USG)

1) USG 4 Dimensi untuk Obgyn


2) USG Mammografi
3) USG 3 Dimensi
■ USG Abdomen

■ USG Traktus Urinarius

■ USG Mammae

■ USG Appendiks

■ USG Uterus

■ USG Thyroid

■ USG Pelvis

4) USG Doppler
■ USG Testis

■ USG Vena/Arteri Ekstremitas

■ USG Carotis

■ USG Kepala Bayi

BAB VI
LOGISTIK

6.1 Pengertian
Manajemen logistik adalah proses penggerakkan dan pemberdayaan semua sumber daya
yang dimiliki dan atau yang potensial untuk dimanfaatkan, untuk operasional secara
efektif dan efisien. Oleh karena itu, untuk menilai apakah pengelolaan logistic sudah
memadai, menjadi sangat sederhana, yairu dengan menilai apakah sering terjadi
keterlambatan dan atau bahan yang dibutuhkan tidak tersedia, berapa kali frekuensinya,
berapa banyak persediaan yang menganggur (idle stock) dan berapa lama hal itu terjadi.

6.2 Tujuan
Tujuan dari manajemen logistik adalah tersedianya bahan logistic setiap saat
dibutuhkan, baik mengenai jenis, jumlah maupun kualitas yang dibutuhkan secara
efisien.

6.3 Mekanisme Kegiatan

1
3
1. Perencanaan kebutuhan.
Untuk merencanakan kebutuhan logistik radiologi,ada dua cara pendekatan yang
digunakan dalam perencanaan kebutuhan barang dan alat :
a. Dengan mengetahui atau menghitung kebutuhan yang telah dengan nyata
dipergunakan dalam periode waktu yang lalu :
1) Jumlah sisa/persediaan pada awal periode
2) Jumlah pembelian pada periode waktu
3) Jumlah bahan logistik yang terpakai selama periode
4) Jumlah sisa bahan logistik pada akhir periode
5) Membuat analisis efisiensi penggunaan bahan logistik, dikaitkan dengan
kinerja yang dicapai
6) Membuat analisis kelancaran penyediaan bahan logistik, misalnya
frekeuensi barang yang diminta “habis” atau tidak ada persediaan, jumlah
barang yang menumpuk serta penyebab terjadinya keadaan tersebut.

b. Dengan melihat program kerja yang akan datang


1) Membuat analisa kebutuhan untuk dapat menunjang pelaksanaan kegiatan
pada periode waktu yang akan datang
2) Memperhatikan kebijakan pimpinan tentang standarisasi bahan, ataupun
kebijakan dalam pengadaan.
3) Menyesuaikan perhitungan dengan memperhatikan persediaaan awal, baik
meliputi jenis, jumlah maupun spesifikasi bahan logistik.
4) Memperhatikan kemampuan gudang tempat penyimpanan barang

5) Memastikan kartu stok tidak habis


6) Memastikan kunci lemari penyimpanan obat dan film berfungsi dengan
baik.
7) Penyimpanan harus sesuai dengan FIFO (first in first out) atau FEFO ( first
expired first out)

2. Penganggaran
Yaitu menghitung kebutuhan persediaan barang yang dibutuhkan dengan harga
satuan yang berdasarkan harga pembeli waktu yang lalu atau menurut informasi
yang terbaru.

3. Pengadaan
Yaitu semua kegiatan yang dilakukan untuk mengadakan bahan logistik yang telah
direncanakan sesuai dengan kebutuhan.

4. Penyimpanan
1
4
Yaitu fungsi penerimaan barang yang harus disesuaikan dengan jenis, jumlah dan
spesifikasi bahan serta waktu penyerahan barang, kondisi fisik barang dan
kesesuaian waktu penerimaan barang terhadap batas waktu. Keuntungan melakukan
fungsi penyimpanan ini adalah :
a. Untuk mengantisipasi keadaan yang fluktuatif, karena sering terjadi kesulitan
memperkirakan kebutuhan secara tepat dan akurat
b. Untuk menghindari kekosongan bahan (out of stock)
c. Untuk menghemat biaya serta mengantisipasi fluktuasi kenaikan harga barang
d. Untuk menjaga agar kualitas barang dalam keadaan siap dipakai.
e. Untuk mempercepat pendistribusian.

5. Pendistribusian
Prosedur baku pendistribusian bahan logistik, meliputi :
a. Siapa yang berwenang dan bertanggung jawab mengenai kebenaran dan
kewajaran permintaan barang, baik mengenai jumlah, spesifikasi maupun
waktu penyerahannnya.
b. Siapa yang berwenang dan bertanggungjawab menyetujui permintaan dan
pengeluaran barang dari gudang

6. Penghapusan
Adalah proses penghapusan tanggung jawab penanggung jawab logistic terhadap
barang dan alat sekaligus mengeluarkan dari catatan/pembukuan yangt berlaku.
Penghapusan barang diperlukan karena :
a. Barang/alat rusak tidak dapat dipakai lagi.
b. Barang/alat tidak dapat didaur ulang atau tidak ekonomis untuk diatur ulang.

c. Barang/alat sudah melewati masa kadaluarsa (expire date)


d. Barang/alat hilang karena pencurian atau sebab lain.

Penghapusan barang dapat dilakukan dengan :


a. Pemusnahan, yaitu dibakar atau dipendam/ditanan
b. Dijual/dilelang, yang hasil pelelangan/penjualannya disetor ke kas Negara
(untuk RS pemerintah).

6.4 Laporan Logistik


Pelaporan dilakukan agar pemesanan, pemakaian dan distribusi barang dan obat tercatat
dan terkontrtol dengan baik, yaitu :
1. Laporan pencatatan jumlah order barang dan obat dalam satuan tergantung jenis barang
dan obat.
2. Laporan pencatatan jumlah order barang dalam nilai rupiah untuk pemakaian barang

1
5
dan obat bulanan.

6.5 Evaluasi Logistik


Evaluasi dilakukan setiap bulan terhadap ketersediaan barang dan obat sesuai dengan
jumlah barang dan obat yang terpakai harus disesuaikan dengan jumlah pasien yang
menggunakan barang dan obat tersebut. Fisik dari barang dan obat tersebut harus diperiksa
apakah ada yang rusak baik lebel merek dan isinya. Tanggal kadaluwarsa didata dan
diperiksa apakah ada barang dan obat yang mendekati tamnggal kadaluwarsa. Jika barang
dan obat tersebut mendekatai tanggal kadaluwarsa minimal tiga bulan sebelumnya harus
diserahkan kepada Instalasi Farmasi untuk dikembalikan dan dibuatkan berita acara.

1
6
BAB VII
KESELAMATAN PASIEN

7.1 Pengertian
Keselamatan pasien (patient safety) di rumah sakit adalah suatu sistem yang menjamin
asuhan pelayanan pasien lebih aman utuk mencegah cedera yang disebabkan oleh
kesalahan akibat menjalankan suatu tindakan atau tidak menjalankan suatu tindakan yang
seharusnya dilakukan.. Sistem tersebut meliputi kajian resiko, identifikasi dan pengelolaan
hal yang berhubungan dengan resiko pasien, pelaporan dan analisis insiden dan
kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjut serta implementasi solusi untuk
meminimalkan timbulnya resiko.

7.2 Tujuan
Sistem keselamatan pasien di atas bertujuan untuk :
1. Mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan dalam melakukan atau
tidak melakukan tindakan yang seharusnya dilakukan.
2. Terciptanya budaya keselamatan pasien di rumah sakit.
3. Meningkatnya akuntabilitas.
4. Menurunnya kejadian tidak diharapkan (KTD).
5. Terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi pengulangan
kejadian yang tidak diharapkan.

7.3 Identifikasi Resiko


Resiko adalah potensi terjadinya kerugian yang dapat timbul dari proses kegiatan saat
sekarang atau kejadian di masa datang.
Resiko keselamatan pasien (Patient Safety) adalah :
1. Pasien jatuh.
2. Salah pemberian obat (dosis, rute, obat, pasien).
3. Resiko pemberian obat/kontras media (alergi).
4. Terpapar radiasi.
5. Tindakan yang salah/ dilakukan pada pasien yang salah.
6. Penanganan terlambat.

Resiko keselamatan staf (Staff Safety) adalah :


1. Karyawan jatuh.
2. Tertusuk jarum suntikataubenda tajam lain.
3. Terpapar bahan kimiaataucairan tubuh pasien.
4. Terpapar radiasi.
5. Terpapar infeksi.

1
7
6. Low backpain karena proses mengangkat yang tidak tepat.
7. Security hazard dari pasien/pengunjung.

7.3 Manajemen Resiko


Manajemen resiko adalah pendekatan proaktif untuk mengindentifikasi, mengevaluasi dan
memprioritaskan resiko untuk mengurangi resiko cedera dan kerugian pada pasien,
karyawan rumah sakit, pengunjung dan organisasi sendiri. Upaya mengurangi risiko
tersebut diantaranya adalah dengan ;
1. Prosedur identifikasi pasien, komunikasi dan prosedur keselamatan lain.
2. Prosedur penanganan needle stick injury dan cairan tubuh lainnya.
3. Penyediaan dan pemakaian alat pelindung diri termasuk Apron.
4. Pengkajian 4 tepat (tepat obat, tepat pasien, tepat dosis, tepat rute) dalam pemberian
obat.
5. Pelatihan teknik BLS (Basic Life Support).
6. Memastikan kecukupan tenaga.
7. Monitoring paparan radiasi baik personal monitoring maupun device monitoring
medical check up berkala bagi karyawan.
8. Pemberi an extra fooding
9. Pengadaan, penyimpanan, pemakaian dan pembuangan B3 dengan sesuai prosedur.
10. Penanaman budaya safety, safety meeting dan awareness.

7.4 Kontrol Infeksi


Infeksi nosokomial adalah infeksi yang diperoleh ketika seseorang di rawat di rumah
sakit. Infeksi nosokomial dapat terjadi setiap saat dan di setiap tempat di rumah sakit.
Untuk mencegah dan mengurangi kejadian infeksi nosokomial serta menekan angka
infeksi ke tingkat serendah-rendahnya perlu adanya upaya pengendalian infeksi
nosocomial. Pengendalian infeksi nosokomial bukan hanya tanggung jawab pimpinan
rumah sakit atau dokter/perawat saja tetapi tanggung jawab bersama dan melibatkan
semua unsur/profesi yang ada di rumah sakit.

Instalasi Radiologi RSUD Dr. Dradjat Prawiranegara menerapkan kebijakan dan prosedur
pencegahan dan pengendalian infeksi sesuai dengan kebijkan rumah sakit, dengan selalu
berkoordinasi dengan dengan Komite Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit.

7.5 Sumber Infeksi


Yang merupakan sumber infeksi adalah :
1. Petugas rumah sakit (perilaku).
2. Kurang atau tidak memahami cara-cara penularan penyakit.
3. Kurang atau tidak memperhatikan kebersihan.

1
8
4. Kurang atau tidak memperhatikan teknik aseptik dan antiseptik.
5. Menderita suatu penyakit.
6. Tidak mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan pekerjaan.
7. Alat-alat yang dipakai (alat kedokteran/kesehatan, linen dan lainnya).
8. Kotor atau kurang bersih/tidak steril.
9. Rusak atau tidak layak pakai.
10. Penyimpanan yang kurang baik.
11. Dipakai berulang-ulang.
12. Lewat batas waktu pemakaian.
13. Pasien.
14. Kebersihan kurang.
15. Menderita penyakit menular/infeksi.
16. Lingkungan.
17. Tidak ada sinar yang masuk.
18. Ventilasi/sirkulasi udara yang kurang baik.
19. Ruangan lembab.
20. Banyak serangga.

7.6 Faktor Yang Sering Menimbulkan Terjadinya Infeksi


1. Banyaknya pasien yang dirawat di rumah sakit yang dapat menjadi sumber infeksi.
2. Adanya kontak langsung antara pasien satu dengan yang lainnya.
3. Adanya kontak langsung antara pasien dengan petugas rumah sakit yang terinfeksi.
4. Penggunaan alat-alat yang terkontaminasi.
5. Kurangnya perhatian tindakan aseptic dan antiseptic.
6. Kondisi pasien yang lemah.

7.7 Pencegahan
1. Petugas bekerja sesuai dengan Standar Prosedur Operasional (SPO) untuk pelayanan
Radiologi.
2. Memperhatikan aseptik dan antiseptik.
3. Menggunakan Alat Pelindung Diri (APD).
4. Mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan pekerjaan.
5. Bila sakit segera berobat.
6. Peralatan :
a. Perhatikan kebersihan.
b. Penyimpanan bahan kimia radiologi yang benar dan perhatikan batas waktu.
c. Penyimpanan (FIFO).
d. Peralatan yang rusak segera diganti.
7. Ruangan/Lingkungan :

1
9
a. Tersedia air yang mengalir untuk cuci tangan
b. Penerangan cukup.
c. Ventilasi sirkulasi uadara yang baik.
d. Perhatikan kebersihan dan kelembaban ruangan.
e. Pembersihan secara berkala.
f. Lantai kering dan bersih

7.8 Tata Laksana Keselamatan Pasien


Tata laksana keselamatan pasien adalah proses teknis mengenai tata cara dan upaya-upaya
untuk mencegah terjadinya kecelakaan pelayanan yang dapat mengakibatkan dampak
negatif da kerugian pada pasien, baik fisik maupun psikis yang disebabkan oleh
ketidaksiapan teknis dilingkungan kerja atau akibat kecerobohan petugas, sehingga
diharapkan tidak terjadinya kecelakaan yang merugikan pasien selama mendapatkan
pelayanan di Instalasi Radiologi. Kesiapan lingkungan kerja di Instalasi Radiologi adalah :
1. Peralatan X-ray dan Imaging
a. Melakukan warming up/pemanasan dan kalibrasi peralatan setiap hari secara rutin
untuk mengetahui kesiapan peralatan, baik segi pergerakan mekanik (fungsi
hardware ataupun software).
b. Melakukan pengecekan teknik, antara lain on/off, tutup/buka diafragma kolimator
dan lain-lain yang ada di setiap ruangan.
c. Mengecek masa berlakunya sertifikatn kelayakan kebocoran tabung. Jika masa
berlakunya habis maka berkoordinasi dengan BPFK atau vendor lain yang
mempunyai kemampuan hal tersebut di atas melalui unit ESD atau dilakukan uji
paparan radiasi ulang.
d. Mengecek masa berlakunya sertifikat kalibrasi Survey meter dan dosimetri baca
langsung. Jika masa berlakunya habis maka berkoordinasi dengan BATAN untuk
dilakukan kalibrasi ulang.

2. Peralatan pelindung keselamatan di Instalasi radiologi


a. Apron digunakan untuk menutupi organ disekitar obyek yang diperiksa sehingga
diharapkan menerima paparan dosis radiasi minimal.
b. Gonad shield digunakan khusus untuk menutupi area gonad pasien terutama bagi
pasien anak-anak dan pasien usia produktif.
c. Thyroid shield digunakan khusus untuk menutupi daerah thyroid/leher.
d. Sarung tangan timbal digunakan untuk menutupi daerah tangan sampai dengan
mendekati siku.
e. Sliding bed digunakan untuk memindahkan pasien dari mej a pemeriksaan ke
tempat tidur atau sebaliknya.

2
0
3. Pencegah kecerobohan/kelalaian petugas dalam bekerja
a. Menerapkan prosedur identifikasi pasiendengan benar sebelum melakukan tindakan,
dengan menjalankan prosedur identifikasi positif sesuai panduan identifikasi positif
rumah sakit.
b. Melakukan prosedur check list di setiap langkah pemeriksaan.
c. Meningkatkan komunikasi verbal yang efektif dengan pembacaan ulang (read back)
sesuai dengan panduan Read Back rumah sakit.
d. Verifikasi pembacaan ulang instruksi yang lengkap dan hasil tes yang kritikal oleh
petugas yang menerima instruksi secara lisan/ per telepon, lalu dicatat dalam rekam
medis pasien kemudian membaca ulang catatan tersebut kepada pemberi informasi
secara tepat.

2
1
BAB VIII
KESELAMATAN KERJA

8.1 Kesehatan Dan Keselamatan Kerja


Dalam menerapkan kebijakan dan prosedur kesehatan dan keselamatan kerja. instalasi
radiologi disesuaikan dengan kebijakan rumah sakit, dengan selalu berkordinasi dengan
Tim Kesehatan dan Keselamatan Kerja Rumah Sakit dan unit terkait lainnya.

8.2 Prinsip Dasar Usaha Kesehatan Kerja


Prinsip dasar usaha kesehatan kerja terdiri atas : ruang lingkup usaha kesehatan kerja.
Kesehatan kerja meliputi berbagai upaya penyerasian antara pekerja dengan pekerjaan dan
lingkungan kerjanya baik fisik maupun psikis dalam hal cara /metode kerja dan kondisi
yang bertujuan untuk:
a. Memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan kerja masyarakat pekerja di semua
lapangan kerja setingi-tinginya baik fisik, mental maupun kesejateraan sosial.
b. Mencegah timbulnya gangguan kesehatan pada masyarakat pekerja yang diakibatkan
oleh keadaan / kondisi lingkungan kerjanya.
c. Memberikan pekerjaan dan perlindungan bagi pekerja dalam pekeijaanya dari
kemungkinan bahaya yang disebabkan oleh faktor-faktor yang membahayakan
kesehatan.
d. Menempatkan dan memelihara pekerja di suatu lingkungan pekerjaan yang sesuai
dengan kemampuan fisik dan psikis pekerjaan.

8.3 Kapasitas Kerja Dan Beban Kerja


Kapasitas kerja, beban kerja dan lingkungan kerja merupakan tiga komponen utama dalam
kesehatan kerja, dimana hubungan interaktif dan serasi antara ketiga komponen tersebut
akan menghasilkan kesehatan kerja yang optimal. Kapasitas kerja seperti status kesehatan
kerja dan gizi kerja serta kemampuan fisik prima diperlukan agar seorang pekerja dapat
melakukan pekerjaanya secara optimal. Kondisi atau tingkat kesehatan pekerja yang prima
merupakan modal awal seseorang untuk mencapai produktifitas yang diharapkan. Kondisi
awal seseorang untuk bekerja dapat dipengaruhi oleh kondisi temperatur kerja, gizi kerja,
kebugaran jasmani dan kesehatan mental. Beban kerja meliputi fisik maupun mental.
Akibat beban kerja yang terlalu berat atau kemampuan fisik yang terlalu lemah dapat
mengakibatkan seorang pekerja menderita gangguan atau penyakit akibat kerja.

8.4 Lingkungan Kerja Dan Penyakit Kerja Yang Ditimbulkannya


Penyakit akibat dan / atau berhubungan dengan pekerjaan dapat disebabkan oleh
pemajanan di lingkungan kerja. Fakta di lapangan menunjukkan terdapat kesenjangan
antara pengetahuan tentang bagaimana bahaya kesehatan berperan dan usaha untuk

2
2
mencegahnya

antara kognisi dan emosi. Misalnya alat pelindung kerja yang tidak digunakan secara tepat
oleh pekerja rumah sakit dengan kemungkinan terpapar melalui kontak langsung atau tidak
tersedianya pelindung. Untuk mengantipasi permasalahan ini maka langkah awal penting
adalah pengenalan / identifikasi bahaya yang dapat ditimbulkan upaya perlindungan dan
penanggulangan dan dievaluasi kemudian dilakukan pengendalian.

8.5 Potensi Bahaya Pada Instalasi Radiologi


1. Kebakaran
Kebakaran merupakan hal yang mungkin terjadi di instalasi radiologi. Pencegahan dan
penanggulangan :
a. Sistem penyimpanan yang baik terhadap bahan-bahan yang mudah terbakar.
b. Penyimpanan bahan kimia di instalasi radiologi sesuai dengan ketentuan yang
berlaku.
c. Mengidentifikasi dan pengawasan hal-hal yang bisa menimbulkan bahaya
kebakaran seperti alat listrik yang bisa menimbulkan arus pendek.
d. Menjadikan instalasi radiologi sebagai kawasan bebas rokok.
e. Perlengkapan pemadam dan penanggulangan kebakaran seperti alat pemadam api
ringan (APAR) dan Hydrant.
f. Alat-alat pemadam kebakaran harus ditempatkan pada tempat yang rawan terjadi
kebakaran, mudah terlihat.
g. Pengecekan rutin terhadap fungsi alat-alat pemadam kebakaran.
h. Pelatihan dan sosialisasi kepada staf mengenai penanggulangan bahaya.
i. Kebakaran dan penggunaan alat pemadam kebakaran.

2. Terpeleset /Terjatuh
Terpeleset / terjatuh pada lantai yang sama adalah bentuk kecelakaan kerja yang dapat
terjadi pada instalasi radiologi. Walaupun jarang terjadi kematian tetapi dapat
mengakibatkan cedera yang berat seperti fraktur, dislokasi sendi dan cedera kepala.
a. Penanggulangan
- Jangan memakai sepatu dengan hak tinggi, sol yang rusak atau memakai tali
sepatu yang longgar
- Konstruksi lantai harus rata dan sedapat mungkin dibuat dari bahan yang tidak
licin
b. Pemelihara lantai :
- Lantai harus selalu dibersihkan dari kotoran-kotoran seperti air, debu, minyak
yang mudahkan terpeleset.
- Lantai yang cacat misalnya banyak lubang atau permukaannya miring harus

2
3
segera diperbaiki.

3. Bahaya microbiologi

Bahaya microbiologi adalah penyakit atau gangguan kesehatan yang diakibatkan oleh
microbiologi hidup seperti bakteri, parasit dan jamur. Petugas unit radiologi yang
menangani pasien senantiasa kontak dengan bahan dan mengihirup udara yang tercemar
kuman patogen.
Pencegahan terhadap bahaya microbiologi adalah sebagai berikut :
a. Mengupayakan ventilasi dan pencahayaan yang baik dalam ruangan pelayanan.
b. Menggunakan alat pelindung diri (APD).
c. Melakukan tindakan dekontaminasi, disinfeksi dan sterlisasi terhadap bahan dan alat
yang digunakan.
d. Secara teknis setiap petugas harus melakukan tugas pekerjaan sesuai dengan SPO.

2
4
BAB IX
PENGENDALIAN MUTU

9.1 Monitoring Mutu


1. Data Monitoring
Monitoring dilakukan untuk memantau performa dan mutu pelayanan radiologi.
2. Proses Monitoring
Selain daripada pengumpulan data tersebut, monitoring dilakukan juga dengan cara
melakukan pengawasan SPO di lapangan oleh petugas radiologi.
3. Evaluasi
Evaluasi dilakukan terhadap :
a. Data hasil monitoring
1) Data hasil monitoring dikumpulkan, disajikan dalam bentuk grafik, kemudian
dibandingkan dari bulan ke bulan dan dari tahun ke tahun.
2) Data dibuat trend dan dilakukan analisa setiap 3 bulan sekali.
3) Data dibandingkan dengan standar atau nilai yang diharapkan dari setiap
indikator / parameter yang diukur.
4) Analisa dilakukan untuk mencari penyebab dari penyimpangan yang ditemukan
dari proses pengumpulan data.
b. Hasil proses monitoring
Selain melakukan analisa data indikator yang diukur, analisa juga dilakukan
terhadap data subyektif hasil pengawasan ( observasi ) pelaksanaan SPO
dilapangan.
Adapun proses - proses yang esensial untuk dilakukan pengawasan dilapangan oleh
penanggung jawab radiologi dan tim mutu radiologi :
c. Proses proteksi radiasi.
d. Ketepatan waktu melaporkan hasil pemeriksaan untuk pasien gawat darurat.
e. Kualitas hasil pemeriksaan radiologi.

9.2 Insiden / Kejadian


Setiap insiden, terutama yang berhubungan dengan pelayanan pasien di instalasi radiologi,
baik yang terkait dengan profesi medis maupun keperawatan, kepuasan pelanggan,
maupun keselamatan pasien / staf dikumpulkan dan dicatat oleh Risk Management,
kemudian dilakukan analisa insiden. Untuk kejadian atau insiden keselamatan baik pasien,
pengunjung maupun staf, akan dilakukan grading oleh tim K3RS. Bila grading biru atau
hijau, maka analisa dilakukan oleh kepala pelayanan radiologi di unit radiologi dengan

2
5
cara investigasi sederhana. Hasil analisa tersebut berbuah pada kesimpulan / rekomendasi.

9.3 Program Kendali Mutu


Untuk menjaga mutu pelayanan ( quality assurance ) instalasi radiologi mengaturnya
dalam program kendali mutu.

9.4 Continuous Improvement


Merupakan perumusan upaya-upaya perbaikan dari hasil analisis. Tujuannya adalah
menyusun rencana atau program kerja dengan tujuan untuk memperbaiki performance /
mutu yang diproleh dari proses monitoring.
Continuous improvement terdiri dari :
1. Penyusunan program atau rencana kerja baru.
2. Revisi prosedur dan kebijakan, maupun penyusunan prosedur kebijakan baru.
3. Penambahan tenaga baik kuantitas ( rekrutment ) maupun kualitas (training).
4. Penambahan / penggantian medical equipment maupun equipment lain.
5. Perubahan l ay out ruangan Radi ol ogi.

2
6
BAB X
PENUTUP

Pelayanan radiologi di RS SHL Kabupaten Pandeglang sebagai bagian dari pelayanan


kesehatan rumah sakit tentunya senantiasa perlu penyesuaian seiring perkembangan zaman.
Pelayanan Radiologi RS SHL Kabupaten Pandeglang merupakan bagian integral dari
sistem pelayanan rumah sakit Swasta Kab Pandeglang. Upaya peningkatan mutu pelayanan
radiologi berarti peningkatan mutu pelayanan rumah sakit.
Upaya peningkatan mutu pelayanan memerlukan landasan hukum dan batasan
operasional, standar ketenagaan, standar fasilitas, tata laksana dan logistik. Hal tersebut
diperlengkapi dengan keselamatan pasien, keselamatan kerja dan proteksi radiasi agar
diperoleh mutu yang optimal. Untuk mengukur mutu pelayanan, diperlukan indikator mutu
pelayanan. Pengukuran indikator mutu input, proses, output dan outcome dapat memberikan
gambaran mutu unit radiologi. Standar mutu pelayanan unit radiologi ini disusun untuk
memberikan informasi tentang hal-hal tersebut.
Pedoman Standar Pelayanan Radiologi ini diharapkan menjadi acuan bagi pelaksanaan
kegiatan untuk melaksanakan kegiatan pelayanan, sehingga indikator mutu output dapat
dicapai. Bagi manajemen pedoman ini diharapkan dapat bermanfaat untuk pemenuhan
kebutuhan sumber daya sehingga indikator mutu input dapat tercapai.
Beberapa dokumen ISO 14000 yang relevan dan esensinya sesuai dengan akreditasi
kita coba kombinasikan agar tercapai sinergi ISO dan akreditasi. Sinergi ini tentunya akan
menghasilkan mutu yang lebih optimal. Semoga pedoman ini dapat bermanfaat bagi semua
pihak dengan harapan mutu pelayanan dapat dijaga dengan baik. Dan untuk menyesuaikan
perkembangan teknologi dan pengetahuan di bidang kesehatan, hendaknya buku ini secara
berkala dievaluasi dan direvisi.

Dikeluarkan diPandeglang
Pada tanggal : 2023
Direktur RS SHL
Kabupaten Pandeglang

2
7

Anda mungkin juga menyukai