4.a Pedoman Pelayanan
4.a Pedoman Pelayanan
INSTALASI RADIODIAGNOSTIK
TENTANG
PEDOMAN PELAYANAN
INSTALASI RADIODIAGNOSTIK
RS SHL KABUPATEN PANDEGLANG
Menimbang DIREKTUR RS SHL KABUPATEN PANDGELANG,
MEMUTUSKAN
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
BAB II
MAKSUD DAN TUJUAN
Pasal 2
Maksud Peraturan Direktur ini adalah agar dapat meningkatkan kemampuan dan mutu
pelayanan yang sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi kesehatan,
perubahan peraturan perundang-undangan yang di berlakukan, dan harapan masyarakat.
Pasal 3
Tujuan Peraturan Direktur ini adalah sebagai pedoman dalam pelaksanaan pelayanan yang
optimal di instalasi Radiodiagnostik dalam bentuk pengorganisasian unit kerja.
3
BAB III
RUANG LINGKUP
Pasal 4
(1) Ruang lingkup Peraturan Direktur ini meliputi pendahuluan, standar ketenagaan, standar
fasilitas, tata laksana pelayanan, logistik, keselamatan pasien, keselamatan kerja, dan
pengendalian mutu.
(2) Ruang lingkup sebagaimana dimaksud pada ayat (1) secara rinci tercantum dalam
lampiran dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Direktur ini.
BAB IV
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 6
Dengan berlakunya peraturan direktur ini, maka Surat Keputusan Direktur Nomor 223/SK- RS
SHL/II/2018 Tahun 2018 tentang Kebijakan Instalasi Radiologi Rumah Sakit SHL Kabupaten
Pandeglang dicabut dan dinyatakan tidak berlaku
Pasal 7
Ditetapkan di Pandeglang
Pada tanggal :
Direktur
RS SHL
Kabupaten Pandeglang
Lampiran
Peraturan Direktur
Nomor : 053/ PER. RS SHL /I/ 2022
Tanggal:
Tentang Pedoman
Pelayanan Instalasi RIR
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT karena hanya karena
perkenanNya revisi Pedoman Pelayanan Instalasi Radiodiagnostik RS SHL Kabupaten
Pandeglang ini akhirnya dapat diselesaikan.
Pedoman Pelayanan Instalasi Radiodiagnostik ini digunakan dalam menjalankan
kegiatan pelayanan bagi petugas yang ada di Instalasi Radiologi sehingga pelayanan yang
diberikan kepada pasien dapat dipertanggungjawabkan secara profesional.
Dengan adanya pedoman ini diharapkan semua petugas yang ada di Instalasi Radiologi
dapat memahami isi dari Pedoman Pelayanan Instalasi Radiologi ini, yang pada akhirnya
memudahkan bagi petugas dalam menjalankan tugas pokok dan fungsi pelayanan kepada
pasien.
Kami menyadari bahwa Pedoman Pelayanan Instalasi Radiologi ini masih jauh dari
sempurna, oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan.
Pandeglang,
Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN............................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ...................................................................................... 1
1.2 Tujuan Pedoman.................................................................................... 1
1.3 Ruang Lingkup ..................................................................................... 2
1.4 Batasan Operasional ............................................................................. 2
1.5 Landasan Hukum .................................................................................. 2
BAB II STANDAR KETENAGAAN.......................................................... 4
2.1 Kualifikasi Sumber Daya Manusia....................................................... 4
2.2 Distribusi Ketenagaan........................................................................... 4
2.3 Pengaturan Dinas ................................................................................. 5
BAB III STANDAR FASILITAS.............................................................. 6
BAB IV KEBIJAKAN .............................................................................. 9
BAB V TATA LAKSANAPELAYANAN............................................... 11
BAB VI LOGISTIK................................................................................... 18
BAB VII KESELAMATAN PASIEN.......................................................... 21
BAB VIII KESELAMATAN KERJA.......................................................... 26
BAB IX PENGENDALIAN MUTU............................................................ 29
BAB X PENUTUP ...................................................................................... 31
ii
i
BAB I
PENDAHULUAN
Pelayanan Radiologi sebagai bagian yang terintegrasi dari pelayanan Kesehatan secara
menyeluruh merupakan bagian dari amanat Undang-Undang Dasar 1945 dimana Kesehatan
adalah hak fundamental setiap rakyat dan amanat Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992
tentang Kesehatan. Bertolak dari hal tersebut serta makin meningkatnya kebutuhan masyarakat
terhadap pelayanan kesehatan, maka pelayanan radiologi sudah selayaknya memberikan
pelayanan yang berkualitas.
Dengan adanya Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor
1014/MENKES/SK/XI/2008 tentang standar pelayanan radiologi diagnostic di sarana
pelayanan Kesehatan mengatur dalam penggunaan radiologi diagnostic yang aman terhadap
pasien dan petugas Kesehatan. Serta semakin berkembangnya teknologi di bidang kedokteran
menjadi tantangan Rumah Sakit dalam menyediakan layanan yang terbaik. Radiologi RS
sudah menyiapkan perlengkapan yang sesuai dengan perkembangan terkini dalam bidang
diagnostic, sehingga pasien dapat melakukan pemeriksaan dengan cepat namun tetap
memperhatikan keamanan pasien.
Dalam menyediakan layanan yang terbaik perlu upaya untuk mengatur pelayanan di unit
radiologi agar alur dan proses pekerjaan dapat memvisualisasikan sinergi kerja yang cepat dan
tepat dalam memberikan pelayanan kepada pasien.
Pelayanan radiologi antara lain meliputi standar ketenagaan, standar fasilitas, tata laksana
pelayanan, logistic, keselamatan pasien, keselamatan kerja, proteksi radiasi dan pengendalian
mutu.
2. Tujuan khusus :
a. Melangsungkan pelayanan radiologi yang optimal baik dalam keadaan biasa
maupundalam keadaan gawat darurat sesuai dengan keadaan pasien maupun
fasilitas yang tersedia.
b. Menyelenggarakan kegiatan pelayanan radiologi yang profesional berdasarkan
prosedur keamanan dan prinsip proteksi radiasi.
1
c. Menyelenggarakan pelayanan radiologi yang terintegrasi dengan unit yang lain
yang menggunakan modalitas imaging di rumah sakit berdasarkan aspek teknis,
meliputi : penggunaan Computer Radiografi, penyelenggaraan pemeriksaan
radiodiagnostik konvensional, denah ruangan dan standar fasilitas.
d. Menyelenggarakan pelayanan radiologi berdasarkan aspek manajerial, meliputi :
analisa dan distribusi tenaga kerja, prosedur pendaftaran, prosedur pembayaran,
kontrol mutu, prosedur proteksi radiasi, dah prosedur keselamatan kerja serta
nosokomial.
e. Menyelenggarakan pelayanan radiologi terintegrasi berdasarkan aspek hukum,
meliputi : landasan dasar hukum penyelenggaraan pelayanan radiologi diagnostik.
2
Keamanan Sumber Radioaktif (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007
Nomor 74, tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4730)
7. Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 2008 tentang perizinan sumber Pengion dan
Bahan Nuklir.
8. Permenkes Nomor 357/MENKES/PER/2006 tentang Registrasi dan Radiografer ).
9. Permenkes No 375/Menkes/SK/III/2007 tentang Standar Profesi Radiografer.
10. Permenkes Nomor 81 Tahun 2013 tentang Penyelenggaraan Pekerjaan Radiografer.
11. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No 1014/MENKES/SK/XI/2008
tentang Standar Pelayanan Radiologi Diagnostik di Sarana Pelayanan Kesehatan.
3
BAB II
STANDAR KETENAGAAN
4
D III/ D IV Teknik
Radiografer 3
Radiodiagnostik dan Radioterapi
D III/D IV Teknik
PPR 1
Radiodiagnostik dan Radioterapi
Administrasi SMA/ D III/ S1/ Petugas Radiologi
(Radiografer)
Radiologi
Pengaturan dinas di radiologi terdiri atas pekerja harian dan pekerja shift untuk
radiografer.
Profesi Jenis Dinas Jumlah Pengaturan Dinas
Dokter Spesialis Harian 1 Dinas harian
Radiologi
Radiografer Harian 3 Tour of Duty
PPR Harian 1 Tour of Duty
Administrasi Harian - Tour of Duty
Radiologi
BAB III
STANDAR FASILITAS
X-Ray
Kamar
Ganti
Bucky
stand Meja Pemeriksaan
R.
Toilet Processing Administras
automatic i/R.
5
3.2 Standar Fasilitas
Dengan semakin bertambahnya jumlah pasien yang datang ke radiologi maka
diperlukan fasilitas peralatan kesehatan di bidang radiologi yang mengikuti
perkembangan kedokteran yang canggih dan modern sehingga akan sangat membantu
melayani kebutuhan pasien. Standar fasilitas yang diterapkan meliputi fasilitas ruangan
dan peralatan.
1. Fasilitas ruangan
Pendekatan yang dipakai dalam menetapkan jenis dan luas ruangan yaitu :
- Fungsi ruangan/jenis kegiatan
- Proteksi terhadap bahaya radiasi bagi petugas, pasien dan lingkungan
- Efisiensi
Persyaratan ruangan :
a. Letak instalasi radiologi hendaknya mudah dijangkau dari ruangan gawat darurat,
perawatan intensive care, kamar bedah dan ruangan lainnya.
b. Di setiap instalasi radiologi dilengkapi dengan alat pemadam kebakaran dan alarm
sesuai dengan kebutuhan
c. Suhu ruangan pemeriksaan 20-24 C dan kelembaban 40-60° C
2. Ketebalan dinding
Bata merah dengan ketebalan 25 cm dan kerapatan jenis 2,2 g/cm atau beton dengan
ketebalan 20 cm atau setara dengan 2 mm timah hitam (Pb), sehingga tingkat radiasi di
sekitar ruangan pesawat sinar-x tidak melampaui Nilai Batas Dosis 1 mSv/tahun
3. Pintu dan ventilasi
- Pintu ruangan pesawat sinar-x dilapisi dengan timah hitam dengan ketebalan
tertentu sehingga tingkat radiasi di sekitar ruangan pesawat sinar-x tidak
melampaui Nilai Batas Dosis 1 mSv/tahun
- Ventilasi setinggi 2 m dari lantai sebelah luar agar orang di luar tidak terkena
paparan radiasi
- Di atas pintu masuk ruang pemeriksaan dipasang lampu merah yang menyala pada
saat pesawat dihidupkan sebagai tanda sedang dilakukan penyinaran (lampu
peringatan tanda bahaya radiasi)
4. Ruangan dilengkapi dengan sistem pengaturan udara sesuai dengan kebutuhan
5. Pada tiap-tiap sambungan Pb, dibuat tmpang tindih/overlapping
6. Jenis dan ukuran ruangan :
a. Ruang penyinaran/Ruang X-ray
- Ukuran ruangan : sesuai kebutuhan/besarnya alat
6
b. Ruang ganti pakaian
Ada di ruang pemeriksaan
Luas : disesuaikan dengan kebutuhan, minimal 1 m (p) x 1,5 (l) x 2,7 m (t) dan
dilengkapi dengan lemari baju/loker
c. Kamar mandi
Ada di ruangan
Ukuran minimal : 1,5 m (p) x 1 m (l) x 2,7 m (t)
d. Ruang lain
1) Ruang tunggu pasien ada di sermua jenis sarana pelayanan kesehatan
7. Fasilitas peralatan
Instalasi Radiologi RS SHL Kabupaten Pandeglang memiliki fasilitas peralatan
sebagai berikut :
1. Pesawat x-ray merek Toshiba KXO-325 dengan kapasitas 150 kV, 500 mA
2. Apron sebanyak 1 buah
BAB IV
KEBIJAKAN
8
BAB V
TATA LAKSANA PELAYANAN
9. Pelayanan bagi pasien rawat jalan diberikan berdasarkan no urut kedatangan atau
pendaftaran, namun dalam keadaan atau situasi tertentu yang dianggap mendesak,
petugas radiologi boleh mendahulukan pelayanan bagi pasien bayi, balita atau pasien
ICU dengan sebelumnya memberikan penjelasan kepada pasien lainnya yang sedang
menunggu giliran mendapatkan pelayanan.
10. Untuk pemeriksaan karena alasan dan pertimbangan tertentu belum atau tidak dapat
dilakukan di Radiologi, maka akan dirujuk ke Radiologi atau Rumah Sakit atau
Institusi lain yang berkompeten melakukan pemeriksaan tersebut.
11. Kerjasama Unit radiologi dengan tempat rujukan direkomendasi oleh direktur dan
9
memiliki rekam jejak kinerja yang baik tentang tepat waktu dan memenuhi undang-
undang yang berlaku. Dan disahkan dalam ikatan kontrak kerjasama tertulis yang
ditandatangani manajemen rumah sakit dan pimpinan institusi tempat rujukan.
12. Institusi tempat rujukan wajib memberikan bukti kontrol kualitas mutunya sebagai
salah satu parameter evaluasi yang dilakukan secara periodik termasuk evaluasi
kesepakatan bersama.
13. Lamanya hasil pemeriksaan yang dirujuk tergantung pada jenis pemeriksaan dan
kebijakan institusi tempat rujukan.
14. Atas permintaan khusus dari dokter yang mempertimbangkan kondisi medis tertentu
dari pasien, pengerjaan pemeriksaan bisa disegerakan tanpa mengikuti urutan.
Kondisi tersebut disebut dengan “cito”.
15. Untuk permintaan radiologi dalam kategori “CITO”, ketepatan waktu pelaporan hasil
pemeriksaan kasus cito di ukur.
1
0
pasien yang akan dilakukan pemeriksaan radiologi.
4) Setelah itu petugas radiologi melakukan prosesing film melalui computed
radiography (CR).
5) Analisis dan ekspertise dilakukan oleh radiolog.
1
1
2. Pengambilan hasil di luar jam kerja
Pengambilan hasil di luar jam kerja dikhususkan untuk pasien rawat inap dan Instalasi
Rawat Darurat (IRD). Untuk pasien rawat inap dan pasien IRD hasil pemeriksaan radiologi di
ambil oleh perawat ruangan atau keluarga dengan menandatangani dan memberi nama jelas
pengambil hasil pemeriksaan radiologi pada buku pengambilan hasil radiologi rawat inap.
b) Foto kepala
- Posisi AP (Antero-Posterior)
- Posisi Lateral
- Posisi Water’s
e) Foto Vertebrae
- Cervical
- Thoracal
- Lumbal
- Pelvis
- Sacro Iliaca
f) Foto Abdomen
- Abdomen AP
- Abdomen Lateral
- Abdomen Lateral Dekubitus
1
2
1. Pelayanan Ultrasonografi (USG)
■ USG Mammae
■ USG Appendiks
■ USG Uterus
■ USG Thyroid
■ USG Pelvis
4) USG Doppler
■ USG Testis
■ USG Carotis
BAB VI
LOGISTIK
6.1 Pengertian
Manajemen logistik adalah proses penggerakkan dan pemberdayaan semua sumber daya
yang dimiliki dan atau yang potensial untuk dimanfaatkan, untuk operasional secara
efektif dan efisien. Oleh karena itu, untuk menilai apakah pengelolaan logistic sudah
memadai, menjadi sangat sederhana, yairu dengan menilai apakah sering terjadi
keterlambatan dan atau bahan yang dibutuhkan tidak tersedia, berapa kali frekuensinya,
berapa banyak persediaan yang menganggur (idle stock) dan berapa lama hal itu terjadi.
6.2 Tujuan
Tujuan dari manajemen logistik adalah tersedianya bahan logistic setiap saat
dibutuhkan, baik mengenai jenis, jumlah maupun kualitas yang dibutuhkan secara
efisien.
1
3
1. Perencanaan kebutuhan.
Untuk merencanakan kebutuhan logistik radiologi,ada dua cara pendekatan yang
digunakan dalam perencanaan kebutuhan barang dan alat :
a. Dengan mengetahui atau menghitung kebutuhan yang telah dengan nyata
dipergunakan dalam periode waktu yang lalu :
1) Jumlah sisa/persediaan pada awal periode
2) Jumlah pembelian pada periode waktu
3) Jumlah bahan logistik yang terpakai selama periode
4) Jumlah sisa bahan logistik pada akhir periode
5) Membuat analisis efisiensi penggunaan bahan logistik, dikaitkan dengan
kinerja yang dicapai
6) Membuat analisis kelancaran penyediaan bahan logistik, misalnya
frekeuensi barang yang diminta “habis” atau tidak ada persediaan, jumlah
barang yang menumpuk serta penyebab terjadinya keadaan tersebut.
2. Penganggaran
Yaitu menghitung kebutuhan persediaan barang yang dibutuhkan dengan harga
satuan yang berdasarkan harga pembeli waktu yang lalu atau menurut informasi
yang terbaru.
3. Pengadaan
Yaitu semua kegiatan yang dilakukan untuk mengadakan bahan logistik yang telah
direncanakan sesuai dengan kebutuhan.
4. Penyimpanan
1
4
Yaitu fungsi penerimaan barang yang harus disesuaikan dengan jenis, jumlah dan
spesifikasi bahan serta waktu penyerahan barang, kondisi fisik barang dan
kesesuaian waktu penerimaan barang terhadap batas waktu. Keuntungan melakukan
fungsi penyimpanan ini adalah :
a. Untuk mengantisipasi keadaan yang fluktuatif, karena sering terjadi kesulitan
memperkirakan kebutuhan secara tepat dan akurat
b. Untuk menghindari kekosongan bahan (out of stock)
c. Untuk menghemat biaya serta mengantisipasi fluktuasi kenaikan harga barang
d. Untuk menjaga agar kualitas barang dalam keadaan siap dipakai.
e. Untuk mempercepat pendistribusian.
5. Pendistribusian
Prosedur baku pendistribusian bahan logistik, meliputi :
a. Siapa yang berwenang dan bertanggung jawab mengenai kebenaran dan
kewajaran permintaan barang, baik mengenai jumlah, spesifikasi maupun
waktu penyerahannnya.
b. Siapa yang berwenang dan bertanggungjawab menyetujui permintaan dan
pengeluaran barang dari gudang
6. Penghapusan
Adalah proses penghapusan tanggung jawab penanggung jawab logistic terhadap
barang dan alat sekaligus mengeluarkan dari catatan/pembukuan yangt berlaku.
Penghapusan barang diperlukan karena :
a. Barang/alat rusak tidak dapat dipakai lagi.
b. Barang/alat tidak dapat didaur ulang atau tidak ekonomis untuk diatur ulang.
1
5
dan obat bulanan.
1
6
BAB VII
KESELAMATAN PASIEN
7.1 Pengertian
Keselamatan pasien (patient safety) di rumah sakit adalah suatu sistem yang menjamin
asuhan pelayanan pasien lebih aman utuk mencegah cedera yang disebabkan oleh
kesalahan akibat menjalankan suatu tindakan atau tidak menjalankan suatu tindakan yang
seharusnya dilakukan.. Sistem tersebut meliputi kajian resiko, identifikasi dan pengelolaan
hal yang berhubungan dengan resiko pasien, pelaporan dan analisis insiden dan
kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjut serta implementasi solusi untuk
meminimalkan timbulnya resiko.
7.2 Tujuan
Sistem keselamatan pasien di atas bertujuan untuk :
1. Mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan dalam melakukan atau
tidak melakukan tindakan yang seharusnya dilakukan.
2. Terciptanya budaya keselamatan pasien di rumah sakit.
3. Meningkatnya akuntabilitas.
4. Menurunnya kejadian tidak diharapkan (KTD).
5. Terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi pengulangan
kejadian yang tidak diharapkan.
1
7
6. Low backpain karena proses mengangkat yang tidak tepat.
7. Security hazard dari pasien/pengunjung.
Instalasi Radiologi RSUD Dr. Dradjat Prawiranegara menerapkan kebijakan dan prosedur
pencegahan dan pengendalian infeksi sesuai dengan kebijkan rumah sakit, dengan selalu
berkoordinasi dengan dengan Komite Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit.
1
8
4. Kurang atau tidak memperhatikan teknik aseptik dan antiseptik.
5. Menderita suatu penyakit.
6. Tidak mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan pekerjaan.
7. Alat-alat yang dipakai (alat kedokteran/kesehatan, linen dan lainnya).
8. Kotor atau kurang bersih/tidak steril.
9. Rusak atau tidak layak pakai.
10. Penyimpanan yang kurang baik.
11. Dipakai berulang-ulang.
12. Lewat batas waktu pemakaian.
13. Pasien.
14. Kebersihan kurang.
15. Menderita penyakit menular/infeksi.
16. Lingkungan.
17. Tidak ada sinar yang masuk.
18. Ventilasi/sirkulasi udara yang kurang baik.
19. Ruangan lembab.
20. Banyak serangga.
7.7 Pencegahan
1. Petugas bekerja sesuai dengan Standar Prosedur Operasional (SPO) untuk pelayanan
Radiologi.
2. Memperhatikan aseptik dan antiseptik.
3. Menggunakan Alat Pelindung Diri (APD).
4. Mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan pekerjaan.
5. Bila sakit segera berobat.
6. Peralatan :
a. Perhatikan kebersihan.
b. Penyimpanan bahan kimia radiologi yang benar dan perhatikan batas waktu.
c. Penyimpanan (FIFO).
d. Peralatan yang rusak segera diganti.
7. Ruangan/Lingkungan :
1
9
a. Tersedia air yang mengalir untuk cuci tangan
b. Penerangan cukup.
c. Ventilasi sirkulasi uadara yang baik.
d. Perhatikan kebersihan dan kelembaban ruangan.
e. Pembersihan secara berkala.
f. Lantai kering dan bersih
2
0
3. Pencegah kecerobohan/kelalaian petugas dalam bekerja
a. Menerapkan prosedur identifikasi pasiendengan benar sebelum melakukan tindakan,
dengan menjalankan prosedur identifikasi positif sesuai panduan identifikasi positif
rumah sakit.
b. Melakukan prosedur check list di setiap langkah pemeriksaan.
c. Meningkatkan komunikasi verbal yang efektif dengan pembacaan ulang (read back)
sesuai dengan panduan Read Back rumah sakit.
d. Verifikasi pembacaan ulang instruksi yang lengkap dan hasil tes yang kritikal oleh
petugas yang menerima instruksi secara lisan/ per telepon, lalu dicatat dalam rekam
medis pasien kemudian membaca ulang catatan tersebut kepada pemberi informasi
secara tepat.
2
1
BAB VIII
KESELAMATAN KERJA
2
2
mencegahnya
antara kognisi dan emosi. Misalnya alat pelindung kerja yang tidak digunakan secara tepat
oleh pekerja rumah sakit dengan kemungkinan terpapar melalui kontak langsung atau tidak
tersedianya pelindung. Untuk mengantipasi permasalahan ini maka langkah awal penting
adalah pengenalan / identifikasi bahaya yang dapat ditimbulkan upaya perlindungan dan
penanggulangan dan dievaluasi kemudian dilakukan pengendalian.
2. Terpeleset /Terjatuh
Terpeleset / terjatuh pada lantai yang sama adalah bentuk kecelakaan kerja yang dapat
terjadi pada instalasi radiologi. Walaupun jarang terjadi kematian tetapi dapat
mengakibatkan cedera yang berat seperti fraktur, dislokasi sendi dan cedera kepala.
a. Penanggulangan
- Jangan memakai sepatu dengan hak tinggi, sol yang rusak atau memakai tali
sepatu yang longgar
- Konstruksi lantai harus rata dan sedapat mungkin dibuat dari bahan yang tidak
licin
b. Pemelihara lantai :
- Lantai harus selalu dibersihkan dari kotoran-kotoran seperti air, debu, minyak
yang mudahkan terpeleset.
- Lantai yang cacat misalnya banyak lubang atau permukaannya miring harus
2
3
segera diperbaiki.
3. Bahaya microbiologi
Bahaya microbiologi adalah penyakit atau gangguan kesehatan yang diakibatkan oleh
microbiologi hidup seperti bakteri, parasit dan jamur. Petugas unit radiologi yang
menangani pasien senantiasa kontak dengan bahan dan mengihirup udara yang tercemar
kuman patogen.
Pencegahan terhadap bahaya microbiologi adalah sebagai berikut :
a. Mengupayakan ventilasi dan pencahayaan yang baik dalam ruangan pelayanan.
b. Menggunakan alat pelindung diri (APD).
c. Melakukan tindakan dekontaminasi, disinfeksi dan sterlisasi terhadap bahan dan alat
yang digunakan.
d. Secara teknis setiap petugas harus melakukan tugas pekerjaan sesuai dengan SPO.
2
4
BAB IX
PENGENDALIAN MUTU
2
5
cara investigasi sederhana. Hasil analisa tersebut berbuah pada kesimpulan / rekomendasi.
2
6
BAB X
PENUTUP
Dikeluarkan diPandeglang
Pada tanggal : 2023
Direktur RS SHL
Kabupaten Pandeglang
2
7