Kebijakan Pelayanan Di RS SHL
Kebijakan Pelayanan Di RS SHL
PERATURAN DI REKTUR
RSUD dr. DRADJAT PRAWIRANEGAiLt KABUPATEN
SERANG NOMOR: | 37 / PER - RSUD / VI /2022
TENTANG
KEBIJAKAN PELAYANAN
RSUD dr. DRADJAT PRAWIRANEGARA KABUPATEN SERANG
M E M II T U S K A
N.
BAB I
MTENTUAN UMUM
Pengertian
BAB II
MAKSU D DAN
TUJUAN
Pasal 2
Maksud dan tujuan dari disusunnya Peraturan Direktıır tentang Kebijakan Pelayanan RSUD
dr. Dradjat PrawiranegaraKabupaten Serang ini adalah sebagai acuan dalam penyelenggaraan
pelayanan Rumah Sakit dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan dan keselamatan pasien
di RSUD dr. Dradjat Prawiranegara Kabupaten Serang.
BAB III
RUANG LINGKtJP
Paial3
Ruang lingkup Kebijakan Pelayanan RSUD dr. Dradjat Prawiranegara Kabupaten Serang ini
dibagi dalam 4 (tiga) kelompok besar, meliputi:
1. Kelompok Manajemen Rumah Sakit.
2. Kelompok Standar Pelayanan.
3. Kelompok Standar Sasaran Keselamatan Pasien.
4. Kelompok Standar Program Nasional.
Antara keempat kelompok tersebut saling menunjang satu sanna lain dalam upaya meningkatkan
penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang optimal kepada masyarakat.
BAB IV
KETENTL AN PEN LtTUP
Pasal 4
Ditetapkan di Serang
Pada Tanggal 10 Juni 2022
Direktur RSUD dr. Dradjat Prawiranegara
Ka jerang
Lampiran Peraturan Direktur
Nomor . 198 / SK— RSUD / VI / 2022
2
a. RSUD dr. Dradjat Prawiranegara menetapkan dan menerapkan proses
pengelolaan peralatan medik;
b. RSUD dr. Dradjat Prawiranegara menetapkan dan melaksanakan proses untuk
memastikan semua sistem utilitas (sistem pendukung) berfungsi efisien dan
efektif yang meliputi pemeriksaan, pemeliharaan, dan perbaikan sistem utilitas;
Sistem utilitas rumah sakit menjamin tersedianya air bersih dan listrik sepanjang
waktu serta menyediakan sumber cadangan/altematif persediaan air dan
tenaga listrik jika terjadi terputusnya sistem, kontaminasi, atau kegagalan;
d Dilakukan uji coba/uji beban sumber listrik dan sumber air cadangan/altematif;
e Pemeriksaan air bersih dan air [imbah secara berkala setiap 3 sampai dengan 6
bulan sekali oleh Labotarorium Kesehatan Daerah;
f. RSUD dr. Dradjat Praiviranegara menerapkan proses penanganan bencana untuk
menanggapi bencana yang berpotensi terjadi di wilayah rumah sakit;
g. RSUD dr. Dradjat Prawiranegara melakukan penilaian risiko prakontruksi/ Pre
f"ontruction Ri. k Asse.s›ment [l't RA) pada waktu merencanakan
pembangunan baru (proyek konstruksi), renovasi dan pembongkaran;
Seluruh staf di rumah sakit dan yang lainnya telah dilatih dan memiliki
pengetahuan tentang pengelolaan fasilitas rumah sakit, program keselamatan
dan peran mereka dalam memastikan keamanan dan keselamatan fasilitas
secara efektif.
3
11. RSUD dr. Dradjat Prawiranegara menetapkan proses yang seragam, objektif, dan
berdasar bukti (evidence based) untuk memberikan wewenang kepada staf medis
untuk memberikan layanan klinis kepada pasien sesuai dengan kualifikasinya.
12. RSUD dr. Dradjat Prawiranegara menerapkan penilaian praktik profesional
berkelanjutan (OPPE) staf medis secara seragam untuk menilai mutu dan
keselamatan serta pelayanan pasien yang diberikan oleh setiap staf medis.
13. RSUD dr. Dradjat Prawiranegara paling sedikit setiap 3 (tiga) tahun melakukan
rekredensial berdasarkan hasil penilaian praktik profesional berkelanjutan (OPPE)
terhadap setiap semua staf medis rumah sakit untuk menentukan apabila staf medis
dan kewenangan klinisnya dapat dilanjutkan dengan atau tanpa modifikasi.
14. RSUD dr. Dradjat Prawiranegara mempunyai proses yang efektif untuk
melakukan kredensial tenaga perawat dan tenaga Kesehatan lain dengan
mengumpulkan, verifikasi pendidikan, registrasi, izin, kewenangan, pelatihan, dan
pengalamannya.
15. RSUD dr. Dradjat Prawiranegara melakukan identifikasi tanggung jawab
pekejaan dan memberikan penugasan klinis berdasar atas hasil kredensial tenaga
perawat sesuai dengan peraturan perundang-undangan;
16. RSUD dr. Dradjat Prawiranegara melakukan penilaian kinerja tenaga keperawatan
termasuk perannya dalam kegiatan peningkatan mutu dan keselamatan pasien serta
program manajemen risiko rumah sakit.
5
akibat penusangan infus filehitis), infeksi saluran kemih (ISK), scabies, diare,
kutu, fitieu ve.sicolor;
12. KPP I RS melaksanakan surveilans terkait penyakit dan organisme yang penting
dari sudut epidemiologik seperti Mullv llrug llesisiunl tJrgunisni, dan surveilans
terkait timbulnya infeksi baru;
13. Sosialisasi program PPI dilaksanakan ke seluruh staf Rumah Sakit, pasien dan
pengunjung;
14. Pengadaan bahan dan alat yang terkait PPI dikoordinasikan kepada K PPIRS
disesuaikan dengan hasil pemantauan dan kebutuhan unit pelayanan untuk
mengurangi resiko terjadi infeksi;
15. Pengadaan bahan dan alat yang terkait PPI dikoordinasikan kepada KPPIRS
disesuaikan dengan hasil pemantauan dan kebutuhan unit pelayanan untuk
mengurangi risiko tejadinya infeksi;
16. PPI dilaksanakan ke seluruh staf rumah sak it dan bagian terkait pelaksanaan
kegiatan PPI;
17. Penggunaan antibiotik yang rasional diterapkan oleh KPPIRS dalam memberikan
pengobatan dan perawatan dipantau dari hasil pemeriksaan mikrobiologi untuk
menghindari resistensi dan mengurangi risiko infeksi;
18. Kegiatan sterilisasi alat medis dilaksanakan di Instalasi Gigi dan Mulut,
laboratorium dan lnstalasi Gawat Darurat;
19. Kegiatan dekontaminasi, pcmbersihan dan disinfeksi sanna di seluruh RS;
20. Pembangunan fisik dan sarana bangunan rumah sak it melibatkan KPPIRS untuk
memantau standarisasi yang tepat dan mengurangi kontaminasi yang berisiko
menimbulkan infeksi rumah sakit;
21. Sem ua petugas dari unit memiliki sertifikat sesuai dengan ketentuan yang berlaku;
22. Semua karyawan RSUD dr. Dradjat Prawiranegara wajib mengedepankan “self
protection” dan “patien safety” secara seimbang dan disiplin;
23. Setiap petugas berhak mendapatkan kesempatan mengembangkan kemampuan dan
keterainpilan melalui program pendidikan dan pelatihan;
24. Dilakukan pemeriksaan kesehatan bagi karyawan yang bekerja di bagian beresiko
secara rutin setiap 3 bulan sampai dengan 1 tahun sekali;
25. A pabila terjadi KLB (Kejadian L uar Biasa) di satu unit perawatan ditangani
secara terpadu melibatkan Komite PPI dan bagian terkait untuk ditangani secara
cepat, tepat, serta melaporkan KLB ke Direktur RSU D dr. Dradjal Prawiranegara,
kemudian rekomendasi dari pimpinan disosialisasikan ke bagian terkait;
26. Penanganan pasien infcksius ditempatkan di ruang isolasi berdasarkan dengan cara
penularan nya;
27. Penerapan program hand hygiene yang efektif mengadaptasi pedoman hand
hygiene dari WHO.
5.
6.
7.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
7
Direktur PMKP dari Lembaga A kreditasi Nasional.
menetapka Pendidikan dan pelatihan PMKP diberikan kepada pimpinan dan pegawai sesuai
n regulasi dengan peran dan tugasnya.
sistem Direktur berkoordinasi dengan seluruh manajemen dan Kepala Instalasi/Unit
manajeme dalam memilih dan menetapkan prioritas penb'uk uran mutu pelayanan klinis yang
n data akan dievaluasi.
program Direktur menetapkan evaluasi pelayanan kedokteran dengan melakukan evaluasi
PMKP panduan klinis, al ur klinis, atau protokol di prioritas pengukuran mutu rumah sak
yang it. Direktur menetapkan regulasi pengukuran mutu dan cara pemilihan indikator
terintegrasi mutu di unit ke9a.
dengan Direktur menetapkan regulasi analisis data dengan menggunakan analisa statistik
menjamin dan dilakukan perbandingan data dari waktu ke waktu, dengan rumah sakit lain,
kerahasiaa dengan standar yang telah ditentukan dan dengan praktik terbaik (best practice)
n data atau better practice atau practice gutdelines
intemal Data hasil peningkatan mutu dan keselamatan pasien dipublikasikan kepada
dan masyarakat melalui ivebsite rumah sakit dan papan pengumuman.
eksternal Data yang akan dipublikasikan harus sudah dilakukan proses validasi, dilaporkan
serta dan telah mendapatkan persetujuan oleh Direktur.
benchmark Data hasil peningkatan mutu dan keselamatan pasien diinformasikan kepada
data. pegawai melalui saluran komunikasi yang efektif yaitu apel pagi, rapat atau
Direkt ur ditempelkan pada papan pengumuman.
menetapkan Program peningkatan mutu dan keselamatan pasien harus didukung dengan
Program bantuan teknologi dan sumber daya lainnya.
Pendidikan Direktur RS menetapkan indikator mutu utama untuk menilai struktur, proses dan
dan
Pelatihan hasil setiap upaya klinik, kegiatan manajemen dan sasaran keselamatan pasien.
PMKP yang Petugas yang melaksanakan pengumpulan dan analisis data secara sistimatis harus
diberikan memiliki pengalaman, pengetahuan dan ketrampilan yang cukup.
oleh Direktur menetapkan regulasi tentang penetapan sistem pelaporan dan
narasumber pembelajaran keselamatan pasien di rumah sak it (SP2KPRS)
yang Laporan eksternal Insiden Keselamatan Pasien (I KP) dilaporkan rumah sak it ke
kompeten.
Dewan Pengawas, Komite Nasional Keselamatan Pasien (KNKP) Kemenkes Rl.
Tenaga
Semua kejadian sentinel, IKP dengan grading kuning dan merah maka dilakukan
pelatih/nar
analisis akar masalah dengan metode Root Causa Analysis (RCA).
asumber Direktur menetapkan regulasi jenis kejadian sentinel.
dalam Direktur menetapkan regulasi jenis kejadian yang tidak diharapkan (KTD), proses
pendidikan pelaporan dan analisis nya.
dan Direktur menetapkan definisi, jenis yang dilaporkan dan sistim pelaporan Kejadian
pelatihan Nyaris Cedera (KNC) dan Kejadian Tidak Cedera (KTC).
PMKP Rumah Sakit mengembangkan budaya keselamatan, melakukan pengukuran dan
adalah evaluasi budaya keselamatan secara periodik.
individu
yang
berpengeta
huan luas
dan telah
memiliki
sertifikat
diklat
8
25. Direktur menerapkan program manajemen risiko yang digunakan untuk
melakukan identi fikasi dan mengurangi cedera serta mengurangi risiko lain nya
terhadap keselamatan pasien dan pegawai.
26. Direktur menetapkan tata laksana pencatatan dan pelaporan pelaksanaan kegiatan
peningkatan mutu dan keselamatan pasien.
27. Analisa data dari pemantauan indikator mutu rumah sakit dilakukan secara
periodik dalam wakiu 3 bulan sekali.
28. Direktur RS melaporkan evaluasi kegiatan peningkatan mutu dan keselamatan
pasien kepada Dewan Pengawas setiap 3 (tiga) bulan.
9
5. RSUD dr. Dradjat Prawiranegara menetapkan proses penerimaan dan pendaftaran
pasien rawat inap, rawat jalan, dan pasien gawat darurat.
6. RSU D dr. Dradjat Prawiranegara menetapkan proses untuk mengelola alur pasien
di seluruh area nimah sakit.
7. RSUD dr. Dradjat Prawiranegara memiliki proses untuk melaksanakan
kesinambungan pelayanan di nimah sakit dan integrasi antara profesional pemberi
asuhan (PPA) dibantu oleh manajer pelayanan pasien (MPP).
8. Setiap pasien harus memiliki dokter penanggung jawab pelayanan (DPJP) untuk
memberikan asuhan kepada pasien.
9. RSUD dr. Dradjat Prawiranegara menetapkan informasi tentang pasien disertakan
pada proses transfer internal antar unit di dalam rumah sakit.
10. Proses pemulangan pasien dari rumah sakit berdasarkan kondisi kesehatan pasien
dan kebutuhan kesinambungan asuhan atau tindakan.
11 . Ringkasan pasien pulang (discharge summary) dibuat untuk semua pasien rawat
inap yang keluar dari rumah sakit.
12. RSUD dr. Dradjat Prawiranegara menetapkan proses untuk mengelola dan
melakukan tindak lanjut pasien dan memberitahu staf rumah sakit bahwa mereka
bemiat keluar rumah sakit serta menolak rencana asuhan medis.
13. RSUD dr. Dradjat Prawiranegara menetapkan proses untuk mengelola pasien yang
menolak rencana asuhan medis yang melarikan diri.
14. Pasien dirujuk ke fasilitas pelayanan kesehatan lain berdasar atas kondisi pasien
untuk memenuhi kebutuhan asuhan berkesinambungan dan sesuai dengan
kemampuan fasilitas kesehatan penerima untuk memenuhi kebutuhan pasien.
15. Rumah sakit menetapkan proses rujukan untuk memastikan pasien pindah dengan
aman
16. Untuk pasien rawat jalan yang membutulikan asuhan yang kompleks atau
diagnosis yang kompleks dibuat catatan tersendiri Profil Ringkas Medis Rawat
Jalan (PRMRJ) dan tersedia untuk PPA.
17. Rumah sakit menetapkan proses transportasi dalam merujuk, memindahkan atau
pemulangan, pasien rawat inap dan rawat jalan utk memenuhi kebutuhan pasien.
18. Pelayanan Instalasi Gawat Danirat, Rawat lnap, Farmasi, Laboratorium, IPSRS,
SIM-RS, Radiologi dan Rekam medik dilaksanakan selama 24 jam dan 7 hari;
19. Pelayanan Instalasi Rawat Jalan, Psikologi, Rehabilitasi Medik, Kesehatan Gigi
dan Mulut, Elektromedik, Kesehatan Jiwa, Laundry, Sanitasi dilaksanakan dalam
jam keja dari hari senin sampai dengan sabtu.
20. Pelayanan lnstalasi Gizi dan Hemodialisa dilaksanakan dalam 2 kali shift kerja
dari pukul 06.00 sampai dengan pukul 20.00 WIB.
21. Pelayanan kesehatan yang diberikan wajib berorientasi pada mutu dan
keselamatan pasien.
22. Seluruh staf rumah sakit wajib bekeja sesuai dengan standar profesi, pedoman /
panduan dan standar prosedur operasional yang berlaku serta sesuai dengan etika
profesi dan regulasi rumah sakit.
23. Seluruh staf rumah sakit dalam melaksanakan pekerjaannya wajib selalu sesuai
dengan ketentuan kesehatan dan keselamatan keja rumah sakit (K3RS) termasuk
dalam penggunaan Alat pelindung Diri ( APD).
24. Skrining Dan Triase:
a. Skrining dilakukan pada kontak pertama untuk menetapkan apakah pasien
dapat dilayani oleh pihak rumah sakit;
1
b. Skrining dilaksanakan melalui kriteria triase, visual dan pengamatan,
pemeriksaan fisik, psikologis, laboratorium klinik, diagnostik imajirig, atau
pemeriksaan penunjang lainnya;
c. Kebutuhan darurat, mendesak, atau segera diidentifikasi dengan proses triase
berbasis bukti untuk memprioritaskan pasien dengan kebutuhan emergensi;
d. Rumah Sakit melakukan skrining pasien masuk rawat inap sesuai kebutuhan
pelayanan preventif, paliatif, kuratif dan rehabilitative.
29. Transfer atau perpindahan di dalam rumah sak it:
a. Transfer dilaksanakan sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan;
b. Pasien yang ditransfer harus dilakukan stabilisasi terlebih dahulu sebelum
dipindahkan;
c. Transfer harus memperhatikan privasi pasien.
30. Tranfer pasien ke luar rumah sak it atau rujukan:
a. Pasien yang akan dirujuk harus dilakukan stabilisasi terlebih dahulu sebelum
dirujuk;
b. Rujukan ke rumah sak it ditujukan kepada individu secara spesifik;
c. Tindakan merujuk berdasarkan atas kondisi kesehatan dan kebutuhan akan
pelayanan berkelanjutan;
d. Harus ditunjuk satu orang penanggung jawab proses rujukan yang akan
mempersiapkan obat-obatan, peralatan, transportasi dan kebutuhan lain yang
diperlukan selama proses rujukan;
e. Dibuat Perjanjian Kerjasama yang resmi dengan rumah sak it penerima rujukan;
f. Proses rujukan didokumentasikan di dalam rekam medis pasien;
g. Proses merujuk pasien harus didampingi oleh pelugas yang akan bertanggung
jawab selama pasien dirujuk.
31. Penundaan Pelayanan:
a. Memperhatikan kebutuhan klinis pasien pada waktu menunggu atau penundaan
untuk pelayanan diagnostik dan pengobatan;
b. Memberikan informasi apabila akan tejadi penundaan pelayanan atau
pengobatan;
c. Memberi informasi alasan penundaan atau menunggu dan memberikan
informasi tentang altematif yang tersedia sesuai dengan keperluan klinis
mereka;
d. Memberikan informasi alasan penahanan pasien untuk observasi.
32. Pemulangan Pasien:
a. DPJP yang bertanggung jawab atas pelayanan pasien harus menentukan
kesiapan pasien untuk dipulangkan;
b. Keluarga pasien dilibatkan dalam perencanaan proses pemulangan yang terbaik
atau sesuai kebutuhan pasien;
c. Rencana pemulangan pasien meliputi kebutuhan pelayanan penunjang dan
kelanjutan pelayanan medis;
d. Identifikasi organisasi dan individu penyedla pelayanan kesehatan di
lingkungan yang san¡;at berhubungan dengan pelayanan yang ada di Rumah
sak it serta populasi pasien;
e. Resume pasien pulang dibuat oleh DPJP sebelum pasien pulang;
f. Resume berisi instruksi untuk tindak lanjut;
g. Salinan resume pasien pulang didokumentasikan dalam rekam medis;
h. Salinan resume pasien piilang diberikan kepada praktisi kesehatan perujuk.
1
33. Transportasi, mengatur:
a. Transportasi milik rumah sakit harus sesuai dengan hukum dan peraturan yang
berlaku berkenaan dengan pengoperasian, kondisi dan pemeliharaan;
b. Transportasi disediakan atau diatur sesuai dengan kebutuhan dan kondisi
pasien;
c. Semua kendaraan yang dipergunakan untuk transportasi, dilengkapi dengan
peralatan yang memadai, perbekalan dan medika mentosa sesuai dengan
kebutuhan pasien yang dibawa.
3.1
Hak Pasien dan Keluarga (HPK),
1. Rumah sak it menerapkan proses yang mendukung hak-hak pasien dan
keluarganya selama pasien mendapatkan pelayanan dan perawatan di rumah sakit,
I nformasi awal tentang hak pasien dan keluarga, tata tertib dan peraturan yang
berlaku di RSUD dr. Dradjat Prawiranegara diberikan oleh petugas administrasi
pada saat pasien dan kel uarganya melakukan registrasi awal masuk rumah sakit.
2. RSUD dr. Dradjat Prawiranegara secara maksimal mengurangi hambatan fisik,
bahasa, budaya, dan hambatan lainnya dalam mengakses dan memberikan layanan
serta memberikan informasi dan edukasi kepada pasien dan keluarga dalam bahasa
dan cara yang dapat mereka pahami.
3. Pelayanan yang diberikan menghargai martabat pasien, menghormati nilai-nilai
dan kepercayaan pribadi pasien serta menanggapi permintaan yang terkait dengan
keyakinan agama dan spiritual.
4. RSUD dr. Dradjat Prawiranegara menjaga privasi pasien dan kerahasiaan
informasi dalam perawatan, serta memberikan hak kepada pasien untuk
memperoleh akses dalam informasi kesehatan mereka sesuai perundang-undangan
yang berlak u.
5. RSUD dr. Dradjat Prawiranegara melindungi harta benda pasien dari pencurian
atau kehilangan.
6. RSUD dr. Dradjat Prawiranegara melindungi pasien dari serangan fisik dan verbal,
dan populasi yang berisiko diidentifikasi serta dilindungi dari kerentanan.
7 Pasien dan keluarga pasien dilibatkan dalam semua aspek perawatan dan tata
laksana medis melalui edukasi, dan diberikan kesempatan untuk berpartisipasi
dalam proses pengambilan keputusan mengenai perawatan serta tata laksananya.
8. RSUD dr. Dradjat Prawiranegara memberikan informasi kepada pasien dan
keluarga mengenai hak dan kewajibannya untuk menolak atau menghentikan
terapi, menolak diberikan pelayanan resusitasi, serta melepaskan atau
menghentikan terapi penunjang kehidupan.
9. RSUD dr. Dradjat Praivtranegara mendukung hak pasien untuk mendapat
pengkajian dan tata laksana nyeri serta perawatan yang penuh kasih menjelang
akhir hayatnya.
10. RSUD dr. Dradjat Prawiranegara memberitahu pasien dan keluarganya mengenai
proses untuk menerima dan menanggapi keluhan, tindakan rumah sak it bila
terdapat konflik/perbedaan pendapat di dalam perawatan pasien, serta hak pasien
untuk berperan dalam semua proses int.
11. RSUD dr. Dradjat Prawiranegara menetapkan batasan yang jelas untuk
persetujuan umiim yang diperoleh pasien pada saat akan menjalani rawat inap atau
didaftarkan pertama kalinya sebagai pasien rawat jalan.
1
12. Persetujuan tindakan (informed cons'ent) pasien diperoleh melalui cara yang telah
ditetapkan rumah sakit dan dilaksanakan oleh petugas terlatih dengan cara dan
bahasa yang mudah dipahami pasien.
13. Rumah sakit menerapkan proses untuk pemberian persetujuan oleh orang lain,
sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.
1
3.1 Pelayanan dan Asuhan Pasien (PAP),
1. Pemberian Pelayanan yang Seragam
Pelayanan yang diberikan oleh RSUD dr. Dradjat Prawiranegara merupakan
pelayanan yang telah disepakati oleh para pimpinan rumah sakit dan disesuaikan
dengan undang- undang, kebijakan dan peraturan terkait sehingga menghasilkan
pelayanan yang seragam dan dipastikan pelayanan yang diberikan di berbagai unit
kerja akan sama. Asuhan yang seragam tersebut diberikan setiap hari dalam
seminggu dan pada setiap shift sesuai dengan undang — undang dan peraturan
yang berlaku sehingga terbentuk proses pelayanan pasien secara kolaboratif.
Asuhan pasíen yang seragam tersebut terefleksí sebagai berikut:
a. Akses untuk asuhan dan pengobatan yang memadai diberikan oleh PPA
(Profesional pemberi Asuhan) yang kompeten tidak bergantung pada hari setiap
minggu atau waktunya setiap hari (3 s h i f—t 24 jam — 7 hari);
b Peng¡;unaan alokasi sumber daya yang sama, antara lain staf klinis dan
pemeriksaan diagnostik untuk memenuhi kebutuhan pasien pada populasi yang
sama;.
Pemberian asuhan yang diberikan kepada pasien (contohnya pelayanan
anestesi) sama di semua unit pelayanan di rumah sakit;
d. Pasien dengan kebutuhan asuhan keperawatan yang sama menerima asuhan
keperawatan yang setara di seluruh rumah sakit;
e. Penerapan serta penggunaan regulasi dalam bentuk form dalam bidang klinis
antara lain metode asesmen IAR (I nformasi, Analisis, Rencana) dilaksanakan
dalam form asesmen awal dan ulang pasien, Panduan Praktik Klinik, Clinical
Pathways, Panduan Manajemen Nyeri dan regulasi untuk berbagai tindakan
antara lain water sealed drainage, pemberian transfusi darah, biopsi ginjal.
pungsi lumbal dsb. Asuhan pasien yang seragam menghasilkan penggunaan
sumber daya secara efisien dan memungkinkan membuat evaluasi hasil asuhan
(outcome) untuk asuhan yang sama di seluruh rumah sakit;
f. Pelayanan asuhan pasien sesuai dengan prosedur pelayanan kedokteran dan
prosedur asuhan keperawatan;
g. Akses untuk pelayanan dan pengobatan tidak tergantung atas kemampuan
pasien untuk membayar atau tidak tergantung atas sumber pembiayaan;
h. Akses pelayanan dan pengobatan yang memadai diberikan oleh praktisi yang
kompeten, tidak tergantung atas hari- hari tertentu atau waktu tertentu;
i. Penggunaan alokasi sumber daya yang sama antara lain staf klinis dan
pemeriksaan diagnostik untuk memenuhi kebutuhan pasien pada populasí yang
sama;
j. Rencana asuhan oleh Profesional Pemberi Asuhan (PPA) dilakukan dengan
metode IAR (Informasi Analisís Rencana);
k. Praktisi/tenaga yang k ompeten dalam pemberian pelayanan asuhan kepada
pasien adalah para professional pemberi asuhan (PPA) yang terdiri dari dokter,
perawat, apoteker, psikolog, fisioterapi, okupasi terapis, terapis wicara, ahli gizi
dan profesi lainnya;
l. Dalam memberikan asuhan pada pasien, Petugas Pemberi Asuhan (PPA) harus
mempunyai kewenangan kli nis dari direktur, kewenangan klinis tersebut
didapatkan melalui proses kredensial;
m. Dokter Penanggung Jawab Pasien (DPJP) bertindak sebagai leader dari PPA
yang lain dalam pelayanan asuhan pasien.
1
2 Pelayanan Yang Terintegrasi:
a. Proses pelayanan dan asuhan yang diberikan di RSUD dr. Dradjat
Prawiranegara berfokus pada pasien dan bersifat dinamis melibatkan banyak
Profesional Pemberi Asuhan (PPA);
b Pelayanan berfokus pada pasien diterapkan dalam bentuk asuhan pasien yang
terintegrasi baik secara horizontal maupun vertikal yang mencakup beberapa
elemen berikut :
I ) Keterlibatan dan pemberdayaan pasien dan keluarga;
2) DPJP sebagai ketua tim PPA;
3) PPA sebagai tim interdisiplin dengan kolaborasi interprofesional, antara
lain memakai Panduan Praktik Klinik, Clinical Pathway dan CPPT;
4) Perencanaan pemulangan pasien terintegrasi:
5) Asuhan Gizi terintegrasi;
6) Manajer Pelayanan Pasien.
c. Rencana asuhan diintegrasikan dan dikootdinasikan di antara berbagai unit
kerja dan pelayanan, dengan ketentuan sebagai berikut:
I ) Asuhan untuk setiap pasien direncanakan oleh dokter penanggung jawab
pelayanan (DPJP), perawat dan Profesional Pemberi Asuhan lainnya
dalam waklu 2 x 24 jam sesudah pasien masuk rawat inap;
2) Rencana asuhan dibuat untuk setiap pasien dan dicatat oleh PPA yang
memberikan asuhan di rekam medis pasien;
3) Rencana asuhan pasien terintegrasi dibuat dengan sasaran berdasar atas
data asesmen awal dan kebutuhan pasien;
4) Rencana asuhan dievaluasi secara berkala sesuai dengan kondisi pasien,
dimutakhirkan atau direvisi oleh tim PPA berdasarkan asesmen ulang;
5) Perkembangan tiap pasien dievaluasi berkala dan dibuat notasi pada CPPT
oleh DPJP sesuai dengan kebutuhan dan diverifikasi harian (1 x 24 jam)
oleh DPJP;
6) Rencana asuhan dicatat dalam rekam medis dalam bentuk kemajuan yang
terukur;
7) Rencana asuhan tiap pasien direview dan diverifi kasi oleh DPJP;
8) Jenis instruksi harus tertulis dan tercatat di Catatan Perkembangan Pasien
Terintegrasi;
9) Permintaan semua pemeriksaan laForatorium dan diagnosis lmajing harus
disertai dengan indikasi klinis kecuali di IGD dan unit intensi f,
1 0) Setiap perintah pengobatan, program tindakan dan pemeriksaan penunjang
tertulis dalam catatan terintegrasi;
I I ) Perintah pengobatan, program tindakan, pemeriksaan laboratorium,
elektrodiagnostik, radiologi atau pemeriksaan lain ditulis di dalam rekam
medis.
d. Pelaksanaan atau implementasi pelayanan asuhan pasien terintegrasi dan
terkoordinasikan antar unit kerja pelayanan;
e. Pengintegrasian pelayanan dilakukan oleh Manajer Pelayanan Pasien (MPP);
f. Profesional Pemberi Asuhan (PPA) adalah mereka yang secara langsung
memberikan asuhan kepada pasien, antar lain dokter, perawat, bidan, ahli gizi,
apoieker, psikolog klinis, peñata anestesi, terapis fisik dan tenaga kesehatan
lainnya;
1
g. PPA merupakan tim interdisiplin yang diposisikan melayani pasien dengan
kompetensi yang memadai dan berkontribusi setara dalam fungsi profesinya
bertugas mandiri, kolaboratif, delegatif, bekeja sebagai satu kesatuan
memberikan asuhan yang terintegrasi;
h. Hasil atau kesimpulan rapat dari tim PPA atau diskusi lain tentang pembahasan
kasus pasien didokumentasikan dalam Catatan Perkembangan Pasien
Terintegrasi (CPPT) dan formulir MPP;
f. Yang berwenang memberikan instruksi di dalam Catatan Perkembangan Pasien
Terintegrasi adalah DPJP dan PPA Permintaan meminta hasilnya berupa
interpretasi;
g. Pasien dan keluarga diberi tahu tentang hasil asuhan dan pengobatan termasuk
hasil asuhan yang tidak diharapkan.
3. Pelayanan Pasien dengan Risiko Tinggi:
a. RSUD dr. Dradjat Prawiranegara memberikan pelayanan asuhan pasien
dengan risiko tinggi dan pelayanan risiko tinggi yang telah diidentifikasi;
b. Pelayanan bagi pasien risiko tinggi dan pelayanan risiko tinggi dilakukan oleh
PPA yang kompeten;
c. Pasien dengan risiko tinggi, meliputi:
I) pasien emergensi;
2) pasien dengan penyakit menular;
3) pasien koma;
4) pasien dengan alat bantuan hidup dasar;
5) pasien “iminuno-suppressed”;
6) pasien dialisis;
7) pasien dengan restrain;
8) pasien dengan risiko bunuh diri;
9) populasi pasien rentan, lansia, anak-anak, dan pasien berisiko tindak
kekerasan atau diterlantarkan; dan
10) pasien risiko tinggi lain nya.
d. Pelayanan risiko tinggi meliputi pelayanan pasien dengan penyakit menular
dan dialysis;
e. Pelayanan dialisis di RSUD dr. Dradjat Prawiranegara merupakan pelayanan
rawat jalan yang diselenggarakan dari pukul 07.15 — 21.00 WIB;
f. Pelayanan pasien dengan restrain:
1) Pengambilan keputusan untuk pengaplikasian restrain didiskusikan dengan
pasien, kerabat, keluarga dan dokter penanggungjawab pasien, kecuali pada
kondisi emergensi.
2) Pemberian lnformed Concent untuk tindakan restrain mekanik.
3) Kewenangan untuk pengambilan keputusan mengenai pengguanan restrain
adalah dokter penanggungJaivab pasien (DPJP).
4) Setiap episode penggunaan retrain harus dinilai dan dievaluasi serta
berdasarkan instruksi dokter.
5) Penggunaan restrain (termasuk obat dan alat) harus didokumentasikan dalam
rencana perawatan / tata laksana pasien.
6) Penggunaan restrain harus diimplementasikan dengan tehnik yang benar dan
annan.
4. I.arly Wurning System (EWS)
1
RSUD dr. Dradjat Prawiranegara menerapkan Early Varning System (EWS). Staf
klinis dilatih untuk mendeteksi/mengenali perubahan kondisi pasien sehingga
keadaan pasien dapat diidentifikasi sedini mungkin dan apabila mengalami
perburukan mampu melakukan tindakan darurat.
5. Pelayanan resusitasi
RSUD dr. Dradjat Prawiranegara menyediakan pelayanan resusitasi selama 24
jam setiap hari di seluruh area rumah sak it saat dikenali henti jantung — paru dan
tindak lanjut diberikan kurang dari 5 menit.
6. Pelayanan darah dan produk darah dilaksanakan sesuai dengan panduan klinis
serta SPO yang ditetapkan oleh ruiriah sakit meliputi :
1) Pemberian persetujuan (Informed Consent);
2) Permintaan darah;
3) Tes kecocokan;
4) Pengadaan darah;
5) Peny impanan darah;
6) Identirkasi pasien;
7) Distribusi dan Pemberian darah;
8) Monitoring pasien dan respon terhadap reaksi transfuse.
7. RSUD dr. Dradjat Prawiranegara tidak memberikan pelayanan pasien dengan
kemoterapi.
8. Manajemen Penyelenggaraan Makanan Pasien:
a. RSUD dr. Dradjat Prawiranegara menyediakan makanan sesuai dengan kebutuhan
pasien;
b. Proses pemesanan makanan pasien sesuai dengan status gizi dan kebutuhan pasien
serta dicatat di rekam medik;
c. Makanan disiapkan dan disimpan dengan mengurangi risiko kontaminasi dan
pembusukan;
d. Distribusi makanan dilaksanakan tepat waktu sesuai dengan kebutuhan;
e. Jika keluarga membawa makanan bagi pasien, maka mereka diberikan edukasi
tentang pembatasan diet pasien dan risiko kontaminasi serta pembusukan.
9. Asuhan Gizi Terintegrasi:
a. Pasien rawat inap dilakukan skrining awal oleh perawat pada saat dilakukan
asesmen awal keperawatan;
b. Pasien dengan risiko malnutrisi (Skor MST 2) diberikan asuhan gizi terintegrasi;
c. Asuhan gizi terintegrasi mencakup asesmen, penegakan diagnosa gizi, intervensi,
monitoring dan eval uasi yang didokumentasikan di CPPT;
d. Asuhan gizi diberikan oleh Ahli Gizi minimal Diploma 111
Gizi. t0. Manajemen Nyeri
RSUD dr. Dradjat Prawiranegara memberikan pelayanan kepada pasien untuk
mengatasi nyeri, tata laksana manajemen nyeri tersebut meliputi:
1) Identifikasi pasien dengan rasa nyeri pada pengkajian awal dan pengkajian ulang.
2) Pemberi informasi kepada pasien bahwa rasa nyeri dapat merupakan akibat dari
terapi, prosedur, atau pemeriksaan.
3) Memberikan tata laksana untuk mengatasi rasa nyeri, terlepas darimana nyeri
berasal, sesuai dengan regulasi rumah sakit.
4) Melakukan komunikasi dan edukasi kepada pasien dan keluarga mengenai
pengelolaan nyeri sesuai dengan latar belakang agama, budaya, nilai-nilai yang
dianut.
1
5) Memberikan edukasi kepada selunih PPA mengenai pengkajian dan pengelolaan
nyeri.
11. Pelayanan Pasien Terminal
RSUD dr. Dradjat Prawiranegara memberikan pelavanan asuhan pasien dalam
keadaan terminal dengan memperhatikan prinsip — prinsip berikut:
1) Intervensi pelayanan pasien untuk mengatasi nyeri:
a) Semua pasien rawat inap dan rawat jalan di skrining untuk rasa sakit dan
dilakukan asesmen apabila ada rasa nyerinya.
b) Pasien rawat jalan yang mengalami nyeri harus segera mendapatkan pelayanan
pengelolaan nyeri di Instalasi Gawat Darurat apabila diperlukan.
c) Pasien dibantu dalam pengelolaan rasa nyeri secara efektif.
d) Pengelolaan nyeri dilakukan sesuai pedoman dan prosedur.
e) Komunikasi dengan dan mendidik pasien dan keluarga tentang pengelolaan nyeri
dan gejala dalam konteks pribadi, budaya dan kepercayaan agama masing-masing.
2) Memberikan pengobatan sesuai dengan gejala dan mempertimbangkan keinginan
pasien dan keluarga.
3) Menyampaikan secara hati — hatt soal sensitif seperti autopsi atau donasi organ.
4) Menghormati nilai, agama, serta budaya pasien dan keluarga.
5) Mengajak pasien dan keluarga dalam semua aspek asuhan.
6) Memperhatikan keprihatinan psikologis, emosional, spiritual serta budaya pasien
dan keluarga.
1
8. Status fisiologis setiap pasien selama tindakan sedasi atau anestesi dipantau sesuai
dengan panduan ptaktík klinis (PPK) dan didokumentasikan dalam rekam medis
pasien.
9. Status pasca anestesi pasien dipantau dan didokumentasikan, dan pasien
dipindahkan/ditransfer/dipulangkan dari area pemulihan oleh PPA yang kompeten
dengan menggunakan Criteria baku yang ditetapkan rumah sakit.
10. Asuhan setiap pasien bedah direncanakan berdasar atas hasil pengkajian dan
dicatat dalam rekam medis pasien.
11. Risiko, manfaat dan altematif tindakan pembedahan didiskusikan dengan pasien
dan atau keluarga atau pihak lain yang berwenang yang memberikan keputusan.
12. Informasi yang terkait dengan operasi dicatat dalam laporan operasi dan
digunakan untuk menyusun rencana asuhan lanjutan.
13. Rencana asuhan pascaoperasi disusun, ditetapkan dan dicatat dalam rekam medis.
14. Peraivatan bedah yang mencakup implantasi alat medis direncanakan dengan
pertimbangan khusus tentang bagaimana memodifikasi proses dan prosedur
standar.
2
8. RSUD dr. Dradjat Prawiranegara menetapkan dan menerapkan regulasi
rekonsiliasi obat;
9. RSUD dr. Dradjat Prawiranegara menetapkan dan menerapkan regulasi
peresepan/permintaan obat dan BMHP/instruksi pengobatan sesuai peraturan
perundang-undangan;
10. RSUD dr. Dradjat Prawiranegara menetapkan dan menerapkan regulasi dispensing
sediaan farmasi dan bahan medis habis pakai sesuai standar profesi dan peraturan
perundang-undangan;
11. RSUD dr. Dradjat Prawiranegara menetapkan dan menerapkan regulasi
pengkajian resep dan telaah obat sesuai peraturan perundang-undangan dan
standar praktik profesi;
12. RSUD dr. Dradjat Prawiranegara menetapkan dan menerapkan regulasi pemberian
obat sesuai peraturan perundang-undangan;
13. Sebelum pemberian obat kepada pasien, dilakukan verifikasi kesesuaian obat
dengan instruksi pengobatan yang meliputi:
a. Identitas pasien.
b. Nama obat.
c. Dosis.
d. Rute pemberian.
e. Waktu pemberian.
Obat yang termasuk golongan obat high alert, harus dilakukan double checking
untuk menjamin ketepatan pemberian obat
14. Rumah sakit menetapkan dan menerapkan regulasi penggunaan obat yang dibawa
pasien dari luar rumah sakit dan penggunaan obat oleh pasien secara mandiri;
15. Rumah sakit menerapkan pemantauan terapi obat secara kolaboratif;
16. Rumah sakit menetapkan dan menerapkan proses pelaporan serta tindak lanjut
terhadap kesalahan obat (medication error) dan berupaya menurunkan
kejadiannya;
17. Rumah sakit menyelenggarakan program pengendalian resistansi antimikroba
(PPRA) sesuai peraturan perundang-undangan;
18. Rumah sakit mengembangkan dan menerapkan penggunaan antimikroba secara
bijak berdasarkan prinsip penatagunaan antimikroba (PGA).
2
5. Metode edukasi dipilih dengan mempertimbangkan nilai yang dianut dan
preferensi pasien dan keluarganya serta memungkinkan terjadinya interaksi yang
memadai antara pasien, keluarga pasien dan staf;
6. Dalam menunjang keberhasilan asuhan yang berkesinambungan, upaya promosi
kesehatan harus dilakukan berkelanjutan;
7. Profesional Pemberi Asuhan (PPA) mampu memberikan edukasi secara efektif.
2
2. Elektrolit konsentrat yang disimpan di unit pelayanan pasien diberi label yang
jelas dan disimpan dengan cara yang membatasi akses (restrict access).
3. Rumah Sakit Dradjat Prawiranegara Melaksanakan Program Pengendaliian
Resistensi Anti Mikroba ( PPRA ).
3.4. Memastikan Sisi Yang Benar, Prosedur Yang Benar, Pasien Yang Benar Pada
Pembedahan / Tindakan invasif Rumah Sakit menggunakan suatu tanda yang
segera dikenali untuk identifikasi lokasi operasi dan rnelibathan pasien dalam
proses penundaan / pemberian tanda:
1, Rumah sakit menggunakan .surgicul suj“ety berupa tanda panah untuk melakukan
verifikasi praoperasi tepat-lokasi, tepat-prosedur dan tepat-pasien dan semua
dokumen serta peralatan yang diperlukan tersedia, tepat-benar dan fungsional.
2. Tim operasi yang lengkap menerapkan dan mencatat/ time out tepat sebelum
dimulainya suatu prosedur / tindakan pembedahan
3.5. Mengurangi risiko infeksi akibat perawatan kesehatan
1. Setiap petugas dan unsur terkait yang berada dilingkungan Rumah Sakit harus bisa
melaksanakan hand hygiene dengan baik dan benar.
2. Setiap petugas dan unsur terkait yang berada dilingkungan rumah sakit, harus
melaksanakan program hand hygiene yang telah ditetapkan rumah sakit.
3.6. Mengurangi risiko cedera pasien akibat terjatuh
1. Setiap pasien rawat inap dan gawat darurat harus mendapat asesmen awal resiko
pasien jatuh dan dilakukan asesmen ulang terhadap pasien, bila diindikasi terjadi
perubahan kondisi atau pengobatan;
2. Langkah-langkah diterapkan untuk mengurangi resiko jatuh bagi mereka yang
pada hasil asesmen dianggap beresiko;
3. Langkah-langkah dimonitor hasilnya, baik tentang kebrhasilan pengurangan
cedera akibat jatuh maupun dampak yang berkaitan secara tidak disengaja.
2
f. Meningkatkan fungsi rumah sakit sebagai pusat rujukan pelayanan kesehatan
ibu dan bayi bagi sarana pelayanan kesehatan lainnya
g. Melaksanakan pemantauan dan evaluasi pelaksanaan program RSSIB 10
langkah meny usui dan peningkatan kesehatan ibu
h. Melakukan pembinaan kepada jejaring faskes rujukan
i. Melaksanakan pemantauan dan analisis yang meliputi
1. Angka kejadian operasi setion cecaria
2. Angka kematian ibu dan anak
3. Kejadian tidak dilakukannya inisiasi menyusui dini ( IMD) pada bayi
baru lahir
2
2. Tim pelaksana program terdiri dari tenaga kesehatan yang kompeten dari unsur: Staf
Medis, Staf Keperawatan, Staf Instalasi Farmasi, Staf Instalasi Gizi, Tim Tumbuh
Kembang dan Tim Humas Rumah Sakit;
3. Rumah Sakit melakukan edukasi, pendampingan intervensi dan pengelolaan gizi
serta penguatan jejaring rujukan kepada rumah sakit kelas di bawahnya dan FKTP
di wilayahnya serta rujukan masalah gizi;
4. Pelaksanaan program/kegiatan Penurunan Prevalensi Stunting dan Prevalensi
Wasting meliputi: kegiatan sosialisasi dan pelatihan staf tenaga kesehatan nimah
sakit tentang Program Penurunan Stunting dan Wasting, peningkatan efektifitas
intervensi spesifik dan penguatan sistem surveilan gizi.
C.
d.
e.
f.
g.
h.
j
k
m.