Anda di halaman 1dari 5

Nama: Kaneishia Rahmadika Putri

Npm : 221251015

Soal
1. Analisis pertanggungjawaban pengurus perusahaan pada CV firma dan PT?
2. Bagaimana pendapat saudara jika seseorang akan mendirikan firma cv dan PT (anggap
saja saudara advokat) apa yang harus anda lakukan?
Jawab:
1. Pertanggungjawaban pengurus CV
Persekutuan Komanditer (commandiraire vennootschap atau CV) adalah suatu
persekutuan yang didirikan oleh seseorang atau oleh beberapa orang yang
mempercayaakan uang dan atau barang kepada seseorang atau beberapa orang yang
menjalankan pengurusan yang dikenal sebagai sekutu aktif (sekutu komplementer)
dan orang yang mempercayakan uang (pemberi modal) tersebut disebut sekutu
komanditer.
CV bukanlah suatu badan hukum, sehingga pertanggungjawaban atas CV tersebut
adalah terhadap pribadi dari sekutu aktif dalam CV tersebut hingga harta pribadinya.
Sedangkan, sekutu pasif hanya bertanggung jawab sebatas modal yang disetorkan
saja.
Dalam hal adanya kerugian yang diderita oleh CV namun harta dari CV tersebut tidak
cukup untuk menutupnya, maka kerugian tersebut menjadi tanggung jawab dari
Sekutu aktif.
Dari apa yang diterangkan di atas dapat kita lihat ada dua macam sekutu yakni;
a. Sekutu Aktif/pengurus (Sekutu Komplementer), berhak memasukan modal,
namun tugas pokoknya adalah melakukan pengurusan terhadap persekutuan
tersebut di mana tanggung jawab dari para sekutu aktif tersebut bertanggung
jawab hingga harta pribadinya secara keseluruhan
b. Sekutu Komanditer (pasif), berkewajiban menyerahkan uang, benda dan atau
tenaga sebagaimana telah diperjanjikan sebelumnya yang kemudian mendapatkan
keuntungan dari persekutuan tersebut berdasarkan besaran modal yang telah
disetorkannya. Tanggung jawab persekutuan komanditer terbatas hanya sampai
dengan jumlah uang yang telah disanggupi untuk disetorkannya.

Sekutu komanditer tidak boleh melakukan pengurusan layaknya sekutu aktif. Dalam
hal sekutu komanditer turut serta melakukan pengurusan CV, maka tanggung jawab
Sekutu Komanditer dapat diperluas hingga harta pribadinya. Hal ini sebagaimana
diatur di dalam Pasal 20 dan Pasal 21 KUHD.

Pertanggungjawaban Firma

Berbicara mengenai bentuk pertanggungjawaban Firma apabila mengaitkan dengan


Pasal 17 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (“KUHD”) yang berbunyi sebagai
berikut:
Ayat (1) “Tiap-tiap sekutu kecuali yang tidak diperkenankan, mempunyai wewenang
untuk bertindak, mengeluarkan dan menerima uang atas nama persekutuan, dan
mengikat persekutuan kepada pihak ketiga, dan pihak ketiga kepada persekutuan.”

Ayat (2) “Tindakan-tindakan yang tidak bersangkutan dengan persekutuan, atau


yang bagi para sekutu menurut perjanjian tidak berwenang untuk mengadakannya,
tidak dimasukkan dalam ketentuan ini.”

Berdasarkan penjelasan ketentuan tersebut, bahwa para sekutu di dalam Firma


sejatinya mendapatkan kewenangan untuk melakukan tindakan hukum atas nama
Firma.

Adapun penjelasan tindakan hukum disini menurut Pasal 17 KUHD dapat diartikan
sebagai kewenangan untuk mengelola perusahaan, mencatat atau
mengadministrasikan kekayaan perusahaan, dan didalam maupun diluar pengadilan
dapat melakukan perbuatan hukum mengatasnamakan perusahaan. Terhadap jenis
tindakan hukum yang dilakukan, juga diatur melalui alinea kedua Pasal 17 KUHD
yang dapat diartikan bahwa para sekutu tidak berwenang untuk melakukan tindakan
hukum yang mengikat Firma apabila tindakan yang dilakukan tidak ada sangkut
pautnya dengan bidang usaha Firma. Lebih lanjut mengenai bidang usaha Firma,
mengacu kepada Anggaran Dasar Firma 

Berkaitan dengan tindakan hukum yang dapat mengikat para sekutu, menurut Pasal 18
KUHD berbunyi sebagai berikut:
“Dalam persekutuan dengan Firma tiap-tiap sekutu bertanggung jawab secara
tanggung renteng untuk seluruhnya atas perikatan-perikatan persekutuannya.”
Sehingga apabila perbuatan hukum yang dilakukan oleh para sekutu adalah
merupakan tindakan yang tidak bertentangan dengan AD Firma, Undang-Undang, dan
ketertiban umum maka sesuai dengan Pasal 18 KUHD para sekutu wajib bertanggung
jawab secara tanggung menanggung.
Dikarenakan di dalam KUHD tidak menjelaskan lebih lanjut mengenai istilah
tanggung menanggung, maka sesuai dengan Pasal 1 KUHD berlakulah ketentuan
yang termaktub di dalam Pasal 1280 KUHPerdata sebagai berikut:
“Di pihak para debitur terjadi suatu perikatan tanggung-menanggung, manakala
mereka semua wajib melaksanakan satu hal yang sama, sedemikian rupa sehingga
salah satu dapat dituntut untuk seluruhnya, dan pelunasan oleh salah satu dapat
membebaskan debitur lainnya terhadap kreditur.”
Sehingga dapat disimpulkan mengenai pertanggungjawaban di dalam Firma terhadap
sekutu yang tidak dikecualikan, sejatinya otomatis mengikat seluruh sekutu terhadap
perjanjian yang telah disepakati dengan pihak ketiga secara tanggung menanggung. 

Dengan demikian hal yang dapat disimpulkan serta dijadikan pemahaman, bahwa di
dalam Firma sejatinya para sekutu secara keseluruhan bertanggung jawab atas seluruh
kewajiban Firma terhadap pihak ketiga tanpa memerlukan kuasa terlebih dahulu
seperti yang dikenal di dalam Persekutuan Perdata. Selain itu apabila Persekutuan
Perdata memiliki ketentuan mengenai kuasa, di dalam Firma dikenal adanya sekutu
yang dikecualikan yang justru tidak memiliki kewenangan untuk mengikatkan para
sekutu di dalam persekutuan.
Pertanggungjawaban Perseroaan Terbatas (PT)

Pertanggungjawaban Perseroan Terbatas ada dua yaitu tanggung jawab korporasi dan
tanggung jawab sosial dan lingkungan. korporasi yang berbentuk perseroan terbatas
yang merupakan subjek hukum berbadan hukum yang sering digunakan dalam dunia
bisnis, pada prinsipnya pemegang saham (pemodal/owners) pada perseroan terbatas
tidak dapat dimintai pertanggungjawaban secara pribadi melebihi nilai sahamyang ia
masukkan dalam perseroan. Tanggung jawab sosial dan lingkungan adalah komitmen
perseroan untuk berperan serta dalampembangunan ekonomi berkelanjutan guna
meningkatkan kualitas kehidupan dan lingkungan yang bermanfaat baik bagi
perseroan terbatas sendiri, komunitas setempat, dan masyarakat. Terdapat empat pihak
yang bertanggung jawab atas kerugian perseroan; pertama, pemegang saham yang
bertanggung jawab secara terbatas sebatas nilai saham yang ditanamkan pada
perseroan tersebut; kedua, direksi yang hanya bertanggung jawab apabila ia bersalah
atau lalai dam menjalankan tugasnya; ketiga, dewan komisaris yang juga hanya
bertanggung jawab bila terbukti bersalah atau lalai dalammenjalankan tugas
pengawasannya; keempat, Perseroan Terbatas sebagai badan hukum yang mandiri
sebagai subyek hukum.

2. Terbitnya peraturan-peraturan tersebut berpengaruh secara langsung terhadap tata cara


dan proses pendirian PT. Mengingat pemilihan badan usaha yang tepat dan sesuai
kebutuhan merupakan tahapan awal yang penting bagi mereka yang akan
menjalankan dan mengembangkan bisnisnya. Berikut ini beberapa poin-poin terbaru
yang berhubungan dengan pendirian PT dan CV setelah berlakunya Undang-undang
Cipta Kerja:

a. Pendiri PT

Berdasarkan jumlah pendirinya, PT terdiri atas PT Persekutuan Modal dan PT


Perorangan. PT Persekutuan Modal didirikan oleh minimal 2 orang pendiri yang bisa
terdiri dari orang atau badan hukum, atau kombinasi orang dan badan hukum.
Sedangkan PT Perorangan didirikan oleh 1 orang pendiri saja yang berwarganegara
Indonesia dan kegiatan usahanya memenuhi kriteria usaha mikro dan kecil. Sementara
untuk pendiri CV, aturannya adalah dapat didirikan oleh minimal 2 (dua) orang atau
lebih dan berwarganegara Indonesia. CV tidak bisa didirikan oleh 1 orang dan tidak
dimungkinkan pendirinya baik salah satu atau keduanya merupakan badan usaha atau
badan hukum.

b. Keharusan Pendirian dengan Akta Notaris

Untuk mendirikan PT Persekutuan Modal wajib dengan Akta Pendirian berbahasa


Indonesia yang dibuat dihadapan Notaris. Namun kewajiban ini tidak berlaku untuk
pendirian PT Perorangan karena untuk mendirikannya cukup Pernyataan Pendirian
tanpa ada keterlibatan Notaris. Sedangkan untuk pendirian CV harus dengan membuat
akta pendirian di hadapan Notaris.

c. Modal Saat Pendirian dan Modal Disetor

PT wajib memiliki modal dasar. Namun setelah UU Cipta Kerja berlaku, tidak ada
lagi ketentuan yang mengatur besaran minimum modal dasar tersebut. Sehingga saat
ini besaran modal dasar ditentukan berdasarkan keputusan pendiri PT. Nantinya,
modal dasar PT harus ditempatkan dan disetor penuh paling sedikit 25% yang
dibuktikan dengan bukti penyetoran yang sah. Dan besarnya modal saat pendirian
akan jadi salah satu yang menentukan perusahaan akan masuk ke skala usaha mikro,
kecil, menengah atau besar.  

Namun perlu digarisbawahi bahwa untuk PT yang melakukan kegiatan usaha tertentu,
besaran minimum modal dasarnya harus sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan sektor usaha tersebut. Sedangkan untuk CV ketentuannya adalah
tidak ada batasan mengenai minimum modal pendirian dan modal disetor. Kecuali
Sama dengan PT bila memang sudah ditentukan untuk bidang usaha tertentu
berdasarkan peraturan dan kebijakan yang berlaku.

d. Memperoleh status badan hukum dan badan usaha

Perbedaan utama perusahaan yang berstatus badan hukum dengan yang badan usaha
adalah pada pertanggungjawaban. Untuk perusahaan berbentuk PT karena statusnya
badan hukum, maka tanggung jawab pemiliknya adalah sebatas modalnya di
perusahaan tersebut. Sedangkan untuk CV yang merupakan badan usaha dan bukan
hukum maka tanggung jawab pemiliknya tidak terbatas dan dapat bertanggung jawab
sampai ke harta pribadi bila CV tersebut mengalami kerugian.

Sebelum disahkannya Undang-undang Cipta Kerja, PT mendapatkan status badan


hukum pada tanggal terbitnya Keputusan Menteri Hukum dan HAM (Menkumham)
mengenai pengesahan badan hukum PT. Maka setelah adanya Undang-undang Cipta
Kerja, PT memperoleh status badan hukum setelah didaftarkan kepada Menkumham
dan mendapatkan bukti pendaftaran.

Namun untuk CV status badan usaha diperoleh setelah mendapatkan Surat Keterangan
Terdaftar (SKT) dari Menkumham. SKT diperoleh dengan cara mengajukan
permohonan pendaftaran pendirian CV melalui Sistem Administrasi Badan Usaha
(SABU) di Kementerian Hukum dan HAM.

e. Organ Perseroan

Untuk PT Persekutuan Modal, organ perusahaan terdiri dari Rapat Umum Pemegang
Saham (RUPS), Direksi, dan Dewan Komisaris. RUPS mempunyai wewenang yang
tidak diberikan kepada Direksi atau Dewan Komisaris dalam batas yang ditentukan
dalam UUPT dan/atau anggaran dasar. Sedangkan Direksi adalah organ yang
berwenang dan bertanggung jawab penuh atas pengurusan Perseroan untuk
kepentingan Perseroan, sesuai dengan maksud dan tujuan Perseroan serta mewakili
Perseroan, baik di dalam maupun di luar pengadilan sesuai dengan ketentuan
anggaran dasar. Selanjutnya, organ PT yang terakhir adalah Dewan Komisaris yang
bertugas melakukan pengawasan secara umum dan/atau khusus sesuai dengan
anggaran dasar serta memberi nasihat kepada Direksi.

Struktur organisasi PT Persekutuan Modal berbeda dengan PT Perorangan. Sebab, di


PT Perorangan pendiri berperan sekaligus sebagai direktur dan pemegang saham PT
Perorangan tanpa adanya Dewan Komisaris. Ketika PT Perorangan akan menambah
pemegang saham menjadi lebih dari satu, atau akan mengangkat dewan komisaris
maka PT tersebut harus diubah menjadi PT Persekutuan Modal. Caranya dengan
melakukan perubahan anggaran dasar dan untuk selanjutnya mengikuti tata cara dan
persyaratan pendirian PT Persekutuan Modal.

Sedangkan untuk CV, organisasinya terdiri dari Sekutu pengurus atau sekutu
komplementer yang bertindak sebagai pesero pengurus dalam CV. Sekutu ini berhak
bertindak untuk dan atas nama CV dan bertanggung jawab terhadap pihak ketiga
secara tanggung renteng sampai harta kekayaan pribadi. Dan selanjutnya adalah
Sekutu komanditer yang disebut juga sekutu tidak kerja, yang statusnya hanya sebagai
pemberi modal atau pemberi pinjaman. Oleh karena pesero komanditer tidak ikut
mengurus CV, dia tidak ikut bertindak keluar. Otomatis, tanggung jawab sekutu atau
pesero komanditer hanya sebatas modalnya di CV tersebut.

Anda mungkin juga menyukai