Anda di halaman 1dari 5

KERANGKA ACUAN KEGIATAN

PELACAKAN GIZI BURUK


PUSKESMAS MAOSPATI
TAHUN 2023

A. Pendahuluan

Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan menyebutkan tujuan


perbaikan gizi adalah untuk meningkatkan mutu gizi perorangan dan masyarakat. Upaya
perbaikan gizi lebih utama difokuskan pada 1000 hari pertama kehidupan dihitung dari
sejak hari pertama kehamilan, kelahiran bayi sampai anak usia 2 tahun. Periode ini telah
dibuktikan secara ilmiah merupakan periode yang menentukan kualitas kehidupan. oleh
karena itu periode ini ada yang menyebutnya sebagai "periode emas", "periode kritis",
dan Bank Dunia (2006) menyebutnya sebagai "window of opportunity", tapi selanjutnya
Kemenkes RI menyebut kelompok "1000 hari pertama kehidupan" disingkat 1000 HPK.
Pembangunan kesehatan dihadapkan pada berbagai permasalahan penting
antara lain disparitas status kesehatan; beban ganda penyakit; kualitas, pemerataan dan
keterjangkauan pelayanan kesehatan; pelindungan masyarakat di bidang obat dan
makanan; serta perilaku hidup bersih dan sehat. Beberapa masalah penting lainnya yang
perlu ditangani segera adalah peningkatan akses penduduk miskin terhadap pelayanan
kesehatan, penanganan masalah gizi buruk, penanggulangan wabah penyakit menular,
pelayanan kesehatan di daerah bencana, dan pemenuhan jumlah dan penyebaran
tenaga kesehatan.Kegiatan Pelacakan Gizi Buruk ini dilaksanakan berdasarkan budaya
dan tata nilai yang berlaku di Puskesmas Maospati.

B. Latar Belakang
Kurang Energi Protein ( KEP ) pada anak masih menjadi masalah gizi dan
kesehatan masyarakat di Indonesia. Beberapa dampak buruk kurang gizi adalah: (1)
rendahnya produktivitas kerja; (2) kehilangan kesempatan sekolah; dan (3) kehilangan
sumberdaya karena biaya kesehatan yang tinggi. Balita yang mengalami gizi buruk
dapat berdampak pada kesakitan, keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan,
mudah terkena penyakit infeksi serta dapat berakibat kematian.
. Agar individu tidak kekurangan gizi maka akses setiap individu terhadap
pangan harus dijamin. Akses pangan setiap individu ini sangat tergantung pada
ketersediaan pangan dan kemampuan untuk mengaksesnya secara kontinyu.
Kemampuan mengakses ini dipengaruhi oleh daya beli, yang berkaitan dengan tingkat
pendapatan dan kemiskinan seseorang. Upaya-upaya untuk menjamin kecukupan
pangan dan gizi serta kesempatan pendidikan tersebut akan mendukung komitmen
pencapaian Millenium Development Goals (MDGs), terutama pada sasaran
menanggulangi kemiskinan dan kelaparan.
Konsumsi makanan yang beragam, bergizi seimbang dan aman dapat
memenuhi kecukupan gizi individu untuk tumbuh dan berkembang. Gizi pada ibu hamil
sangat berpengaruh pada perkembangan otakjanin, sejak dari minggu ke empat
pembuahan sampai lahir dan sampai anak berusia 2 tahun. Sejumlah penelitian telah
menunjukkan peran penting zat gizi tidak saja pada pertumbuhan fisik tubuh tetapi juga
dalam pertumbuhan otak, perkembangan perilaku, motorik, dan kecerdasan.
Kekurangan gizi pada masa kehamilan dan anak usia dini menyebabkan
keterlambatan dalam pertumbuhan fisik, perkembangan motorik, dan gangguan
perkembangan kognitif. Selain itu, akibat kekurangan gizi dapat berdampak pada
perubahan perilaku sosial, berkurangnya perhatian dan kemampuan belajar sehingga
berakibat pada rendahnya hasil belajar. Penelitian lain juga menyimpulkan bahwa
intervensi gizi hanya akan efektif jika dilakukan selama kehamilan dan 2-3 tahun
pertama kehidupan anak.
Gizi buruk tidak hanya meningkatkan angka kesakitan dan angka kematian
tetapi juga menurunkan produktifitas, menghambat pertumbuhan sel-sel otak yang
mengakibatkan kebodohan dan keterbelakangan. Hal ini disebabkan, Anak yang
memiliki status gizi kurang atau buruk mempunyai resiko kehilangan tingkat kecerdasan
atau IQ sebesar 10-15 poin. Dengan diperbaikinya konsumsi pangan dan status gizi,
produktivitas masyarakat miskin dapat ditingkatkan sebagai modal untuk memperbaiki
ekonominya dan mengentaskan diri dari kemiskinan. Masalah pangan dan gizi dalam
jangka panjang dan menengah akan terjadi kehilangan generasi (generation lost).
Oleh karena itu sangat penting dilaksanakannya pelacakan terhadap kasus gizi
buruk yang ditemukan sehingga dapat dilakukan intervensi secara dini dan tepat di
wilayah Puskesmas Maospati

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Semua balita gizi buruk yang ditemukan terlacak dan tertangani

2. Tujuan Khusus
a. Dilakukannya penapisan balita BGM dan 2T
b. Dilakukannya verifikasi terhadap kasus BGM dan 2T
c. Diperolehnya informasi tentang kasus balita gizi buruk (indikator BB/TB ˂ -3 SD)
d. Dilaksanakannya pelacakan kasus gizi buruk yang ditemukan
D. Tata Nilai

1. Sabar
Tidak mudah marah dalam memberikan pelayan
2. Ikhlas
Tulus dalam tugas dan kewajiban
3. Jujur
Perilaku yang mencerminkan adanya kesesuaian antarahati, perkataan, dan
perbuatan
4. Profesional
Dalam memberikan pelayanan sesuai standar dan wewenang serta
meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan sesuai kompetensinya

E. BudayaKerja

1. Ringkas
Bisa memisahkan apa yang diperlukan dan yang tidak diperlukan di tempat kerja
2. Resik
Membersihkan lingkungan kerja, peralatan dan barang-barang yang ada ditempat
kerja
3. Rapi
Menyimpan barang sesuai dengan tempatnya
4. Rawat
Merawat atau mempertahankan apa yang telah dicapai
5. Rajin
Pengembangan kebiasaan positif ditempat kerja untuk menjaga dan meningkatkan
apa yang sudah dicapai

F. Kegiatan Pokok dan Rincian Kegiatan


Kegiatan dilakukan dengan pengisian formulir pelacakan kasus balita gizi buruk pada
semua kasus balita gizi buruk yang ditemukan di wilayah Puskesmas Maospati.

G. Cara Melaksanaan Kegiatan :


1. Melakukan penapisan data semua balita sasaran usia 0-59 bulan yang ditimbang
dan hasilnya BGM atau 2T
2. Menerima laporan penemuan anak gizi buruk baik dari kader posyandu, PKK, LSM,
organisasi kemasyarakatan maupun masyarakat umum serta hasil dari operasi
timbang / survei PSG
3. Melakukan pemeriksaan pada balita BGM dan 2T maupun balita yang dilaporkan
masyarakat meliputi pemeriksaan antropometri yaitu pengukuran tinggi badan, LILA
serta melakukan pemeriksaan tanda-tanda klinis serta tanda-tanda komplikasi
4. Melakukan verifikasi data menggunakan software WHO-2005
5. Mencatat hasil verifikasi dan menentukan indikator balita dengan hasil pengukuran
BB/TB ˂ -3 SD
6. Melakukan pelacakan dengan mengisi formulir pelacakan kasus balita gizi buruk
7. Memberikan konseling awal
8. Merencanakan intervensi yang mungkin dilakukan
9. Petugas melakukan analisa data hasil pelacakan
10. Petugas membuat rencana tindak lanjut hasil pelacakan
11. Petugas melakukan konsultasi dengan Kepala Puskesmas
12. Kepala Puskesmas memberikan arahan dan masukan tentang hasil pelacakan
13. Petugas melakukan sosialisasi hasil pelacakan melalui Lokmin Lintas Program
14. Petugas mendokumentasikan dan mengarsipkan hasil pelacakan

H. Sasaran
Semua balita usia 0-59 bulan dengan indikator status gizi BB/TB ˂ -3 SD di wilayah
Puskesmas Maospati.

I. Keterlibatan Lintas Program dan Lintas Sektor

1. Penanggung Jawab Program Gizi


2. Penanggung Jawab Desa
3. Penanggung Jawab Poli KIA
4. Kader

J. Jadwal Pelaksanaan
Kegiatan dilakukan pada:
Bulan : Januari s/d Desember 2022
Jam : 08.00 WIB sd 12.00 WIB
Tempat : Semua desa di wilayah Puskesmas Maospati

K. Evaluasi Pelaksanaan Kegiatan dan Laporan


Evaluasi dan pelaporan dilakukan 1 minggu setelah kegiatan dilakukan
L. Pencatatan, Pelaporan dan Evaluasi Kegiatan
Hasil analisa terhadap pelacakan kasus balita gizi buruk yang dilakukan dilaporkan
kepada Kepala Puskesmas 1 minggu setelah kegiatan dilakukan, kemudian dibahas
dalam forum Lokakarya Mini Lintas Program di Puskesmas

KOORDINATOR UKM ESENSIAL PENANGGUNG JAWAB


PROGRAM GIZI

SITI RAHAYU YUNITA ILA LUTYA


NIP. 19660306 198703 2 013 NIP. 19930522 201902 2 007

MENGETAHUI
KEPALA UPTD PUSKESMAS MAOSPATI

dr. EDDY S. MINOTO


NIP. 19590112 198710 1 002

Anda mungkin juga menyukai