Anda di halaman 1dari 8

Karakteristik Beberapa Sifat Fisika Tanah pada Lahan Bekas Tambang Emas

Oleh:

1. Amir Ghozoly (200210102044)


2. Evie Rahmawati (200210102005)
3. Irene Widya Siswanti (200210102071)
4. Muhammad Ivan Syahdilla (200210102025)
5. Ronald Francisco Havana (200210102096)

Abstrak

Tanah merupakan lapisan permukaan bumi yang terdiri dari material padat, gas, dan cair.
Tanah menjadi terbentuk memlalui serangkaian proses fisik, kimia, dan biologis yang terjadi
selama ribuan tahun sehingga tanah memiliki sifat fisika, kimia, dan biologi yang mendukung
kualitas dan produktivitas tanah. Pertambangan menjadi salah satu kegiatan yang mempengaruhi
sifat fisika tanah. Pada penelitian ini menggunakan metode studi literatur dengan mengkaji
beberapa referensi yang telah dipilih menjadi satu pembahasan. Hasil pada penelitian ini yaitu sifat
tanah pada lahan bekas tambang emas menunjukkan bahwa Daya dukung tanah lapisan atas pasca
penambangan untuk pertumbuhan tanaman menjadi rendah. Terdapat perubahan komposisi ketiga
fraksi tekstur tanah tersebut menjadi lebih baik setelah lahan bekas tambang emas tersebut
direklamasi selama 3 tahun dan 7 tahun. Kesimpulan bahwa memperbaiki lahan bekas tambang
menggunakan cara pembentukan vegetasi pada suatu lahan dimana dapat mempengaruhi pola
pengembangan tanah, proses pelapukan batuan induk

Pendahuluan

Tanah adalah lapisan permukaan bumi yang terdiri dari material padat, gas, dan air. Ini
adalah medium tempat pertumbuhan tanaman dan berbagai organisme hidup. Tanah terbentuk
melalui serangkaian proses fisik, kimia, dan biologi yang terjadi selama ribuan tahun. Proses-
proses ini melibatkan pelapukan batuan, perubahan bahan organik, dan aktivitas organisme seperti
mikroba, serangga, dan cacing tanah.
Tanah ideal mempunyai sifat fisika, kimia, dan biologi yang mendukung kualitas dan
produktivitas tanah. Kualitas tanah diukur berdasarkan pengamatan kondisi dinamis indikator-
indikator kualitas tanah. Indikator-indikator kualitas tanah dipilih dari sifat-sifat yang
menunjukkan kapasitas fungsi tanah. Indikator kualitas tanah adalah sifat, karakteristik atau proses
fisik, kimia dan biologi tanah yang dapat menggambarkan kondisi tanah (Soil Quality Institute,
2001). Menurut Hanafiah (2008), produktivitas lahan adalah kemampuan tanaman yang
diusahakan dalam suatu areal berluasan tertentu di bawah suatu manajemen lahan untuk
menghasilkan produksi dalam suatu periode tertentu, yang dinyatakan dalam satuan bobot per
luasan per waktu. Tiga faktor yang mempengaruhi produktivitas tanah adalah masukan (sistem
pengelolaan), keluaran (hasil tanaman), dan tanah. Tanah dapat dikatakan produktif harus
mempunyai kesuburan yang menguntungkan bagi pertumbuhan tanaman. Tanah subur tidak selalu
berarti produktif. Tanah subur akan produktif jika dikelola dengan tepat, menggunakan teknik
pengelolaan dan jenis tanaman yang sesuai (Roidah, 2013).

Pertambangan merupakan salah satu sektor pembangunan yang sangat penting sehingga
pengembangannya secara berkelanjutan perlu dilakukan. Hal ini dikarenakan pertambangan
memiliki hubungan erat dengan pendapatan nasional dan daerah serta memberikan manfaat bagi
masyarakat di sekitar kawasan tambang (Hamid, dkk, 2017). Kalimantan Barat merupakan salah
satu provinsi di Indonesia yang memiliki sumber daya alam yang melimpah di bidang
pertambangan, khususnya bauksit. Potensi bahan galian bekas tambang dapat diperhitungkan
dalam waktu yang akan datang, namun permasalahan yang muncul berupa lahan yang semakin
lama semakin kritis.

Permasalahan tanah bekas tambang umumnya termasuk dalam kategori degradasi lahan.
Tanah tersebut sering kali mengalami kerusakan struktural, kehilangan unsur hara, rendahnya
kandungan bahan organik, dan kualitas yang buruk secara umum. Penambahan bahan organik dari
pupuk kandang maupun sisa-sisa tanaman dapat memperbaiki sifat fisik tanah seperti pori air
tersedia, indeks stabilitas agregat, dan kepadatan tanah. Hal ini dikarenakan adanya penambahan
bahan organik ke dalam tanah, sehingga massa padatan tanah menjadi lebih ringan. Akibatnya
nilai berat isi tanah akan semakin rendah (Prasetyo dan Suriadikarta, 2006). Hardjowigeno (2002
cit Prasetyo et al (2014) menyatakan bahwa bobot isi tanah menunjukkan perbandingan antara
berat tanah kering dengan volume tanah termasuk volume pori-pori tanah. Bobot isi merupakan
petunjuk kepadatan tanah, semakin padat suatu tanah maka semakin tinggi bobot isinya yang
berarti tanah semakin sulit meneruskan air dan ditembus akar tanaman.

Banyak sekali upaya yang dapat dilakukan untuk mengembalikan unsur unsur yang
terkandung dalam tanah agar dapat kembali seperti semula. Beberapa metode dapat digunakan
untuk mengembalikan kesuburan pada tanah bekas tambang yaitu dengan cara

1. Rehabilitasi tanah: Melibatkan penambahan bahan organik seperti kompos, pupuk hijau, dan
residu tanaman untuk meningkatkan kandungan bahan organik dan meningkatkan kesuburan
tanah. Pemberian pupuk mineral juga dapat membantu menggantikan nutrisi yang hilang.

2. Reklamasi biologis: Melibatkan reintroduksi vegetasi dan mikroorganisme ke dalam tanah.


Penggunaan tanaman penutup tanah, tanaman legum, dan spesies tahan terhadap kondisi ekstrem
dapat membantu memperbaiki sifat fisik dan biologis tanah.

3. Pengendalian erosi: Upaya harus dilakukan untuk mencegah dan mengurangi erosi yang dapat
merusak lapisan tanah yang baru terbentuk. Penggunaan penutup tanah dan praktik konservasi
seperti penanaman berundak, terasering, dan penanaman kontur dapat membantu mengurangi
erosi.

Proses reklamasi tanah bekas tambang dapat memakan waktu yang cukup lama, tergantung
pada tingkat kerusakan awal dan upaya yang dilakukan. Dalam beberapa kasus, proses tersebut
bisa memakan waktu beberapa tahun hingga beberapa dekade. Pemulihan yang signifikan dapat
terlihat dalam beberapa tahun, tetapi untuk mengembalikan tanah bekas tambang sepenuhnya
seperti semula, bisa memakan waktu yang lebih lama.

Dari pernyataan di atas maka dilakukan analisis dampak negatif yang ditimbulkan oleh
tanah bekas tambang emas terhadap lingkungan dan ekosistem untuk meningkatkan pemahaman
tentang konsekuensi dari kegiatan tambang, mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi
pemulihan dan rehabilitasi tanah bekas tambang emas guna mengembangkan strategi dan
pendekatan yang efektif untuk memulihkan tanah tersebut, dan mengeksplorasi integrasi
pengelolaan tanah bekas tambang emas dengan aspek sosial dan ekonomi untuk merancang
pendekatan yang berkelanjutan dan mendorong partisipasi masyarakat dalam upaya rehabilitasi
dan reklamasi lahan bekas tambang
Metode

Metode yang digunakan dalam penulisan artikel ini adalah literature review.Yaitu sebuah
pencarian literatur baik internasional maupun nasional yang dilakukan dengan menggunakan
database EBSCO, ScienceDirect, dan Proquest. Pada tahap awal pencarian artikel jurnal diperoleh
artikel tahun 2017 menggunakan kata kunci "Reklamasi Tambang Timah, Sifat Fisika Tanah, Sifat
Kimia Tanah”. artikel jurnal ini termasuk dalam Jurnal Penelitian Sain dengan volume 19 nomor
1. Artikel jurnal yang akan kami riview memiliki judul “Karakteristik Beberapa Sifat Fisika
dan Kimia Tanah pada Lahan Bekas Tambang Timah” dengan bebrapa penulis yaitu Ibnu
Hamid, Satria Jaya Priatna, dan Agus Hermawan

Hasil intepretasi dari literatur yang berhubungan dengan topik tertentu dimana di dalamnya
mengidentifikasi pertanyaan penelitian dengan mencari dan menganalisa literatur yang relevan
menggunakan pendekatan sistematis (Randolph, 2009). Metode yang di gunakan pada literature
review melalui pendekatan sistematis untuk melakukan analisa data secara simplified approach.
Artikel desain penelitian secara Randomised Controlled Trials (RCT) dengan menelusur hasil
penelitian eksperimen berbahasa Inggris. Artikel yang digunakan difokuskan pada artikel original
empirical research atau artikel penelitian yang berisi hasil dari pengamatan aktual atau eksperimen
dimana terdapat abstrak, pendahuluan, metode, hasil, dan diskusi.

Tahapan yang ditempuh pada analisa Simplified approach meliputi meringkas setiap
literarur critical appraisal/telaah kritis dilakukan secara bersamaan untuk menentukan kekuatan
dan kelemahan literatur serta untuk melihat hubungan antara satu literatur dengan literatur lain,
mengidentifikasi tema-tema dari hasil setiap penelitian dalam literatur dimana tema yang
dihasilkan harus mencerminkan pertanyaan penelitian dari literature review, pengembangan tema
dengan menggabungkan semua tema yang sama mendiskusikan kekuatan dari temuan dengan
mempertimbangan hasil penelitian dengan bukti yang lebih kuat atau pun bukti yang lemah dengan
melakukan critical appraisal pada langkah awal, penamaan pada tiap tema dengan
mempertimbangkan penamaan yang tepat pada setiap tema dengan memahami literature sehingga
nama pada tema lebih mendekati hasil dari penelitian pada literatur, membandingkan dan melihat
kembali setiap tema dengan mengecek dua hal, yaitu: setiap tema telah mendapatkan nama yang
tepat, dan pengumpulan tema-tema menjadi satu tema yang tepat, pengawasan ketat pada
persamaan dan berbedaan setiap tema kemudian menganalisa secara mendalam serta
mempertimbangkan bagaimana setiap tema dapat saling terkait, meninjau kembali critical
appraisal dari setiap literatur sehingga dapat menilai apakah tematema yang ada dapat menjawab
setiap pertanyaan penelitian.

Critical appraisal menggunakan instrument JBI Critical Appraisal for Experimental


Studies guna melakukan proses evaluasi dan analisa terhadap artikel yang di review, terutama
untuk melihat hasil, validitas, serta relevansi artikel dengan desain penelitian Randomized
Controlled Trials (RCT) dan penelitian eksperimental lainnya.

Hasil dan Pembahasan

Penelitian ini dilakukan dengan mereview artikel yang berkaitan dengan karakteristik
beberapa sifat fisika tanah pada lahan bekas tambang emas. Hasil analisis tanah pada sampel tanah
di area pasca penambangan, di Desa Tanjung Pauh KM 39 Kecamatan Mestong Kabupaten Muaro
Jambi menunjukkan topografi wilayah datar, berombak dan landai. Tekstur tanah liat berdebu
dengan tanah yang tidak berstruktur yaitu masif atau pejal. Kondisi kadar air tanah hanya mencapai
20,51% dengan kondisi kapasitas daya pegang air sebesar 15%. Kedaan sifat fisik tanah ini
menggambarkan bahwa tanah lahan pasca penambangan memiliki kondisi fisik yang kurang baik
dan kurang mendukung untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Kegiatan pertambangan
dapat menurunkan produktivitas tanah, pemadatan tanah, erosi dan sedimentasi, gerakan tanah
atau longsor, struktur tanah penutup rusak, tanah lapisan atas bercampur ataupun terbenam di
lapisan dalam. Daya dukung tanah lapisan atas pasca penambangan untuk pertumbuhan tanaman
menjadi rendah.
Terdapat perubahan komposisi ketiga fraksi tekstur tanah tersebut menjadi lebih baik setelah
lahan bekas tambang emas tersebut direklamasi selama 3 tahun dan 7 tahun. Kegiatan
penambangan dengan memisahkan tailing berpasir dari liat menyebabkan perubahan tekstur dan
kepadatan tanah, pada lahan bekas tambang umumnya tekstur adalah lempung berpasir sampai
lempung liat berpasir. Pemberian kompos belum mampu memperbaiki struktur tanah setelah
reklamasi selama 2 tahun. Penurunan fraksi pasir dan meningkatnya fraksi debu dan liat pada lahan
reklamasi tersebut diduga disebabkan oleh penambahan tanah pucuk, penambahan bahan organik
pada awal kegiatan reklamasi, serta keberadaan vegetasi yang ada pada lahan reklamasi tersebut.
Pada lahan reklamasi 23 tahun komposisi tekstur pasir adalah 62,29% dan pada lahan reklamasi
20 tahun komposisi tekstur pasir adalah 63,70%, sedangkan pada lahan hutan komposisi fraksi
pasir hanya 48,25%. Hal ini menunjukkan bahwa dengan adanya pembentukan vegetasi pada suatu
lahan sangat mempengaruhi pola pengembangan tanah, proses pelapukan batuan induk di lahan
bekas tambang juga merupakan proses untuk mencapai kestabilan keadaan tanah. Pada lahan
reklamasi 3 tahun dan 7 tahun kondisi tekstur lebih halus karena memiliki persentase debu dan liat
yang mulai meningkat meskipun tetap didominasi oleh pasir. Kondisi ini memiliki kemampuan
menahan air yang lebih tinggi daripada lahan sebelum reklamasi yang mengakibatkan kadar air
tersedia lebih besar karena kemampuan menahan air yang tinggi sehingga tanaman dapat
memanfaatkannya untuk pertumbuhan dan produksi. Komposisi tekstur tailing didominasi oleh
fraksi pasir dengan komposisi 98%, sedangkan debu 0,6% dan liat 1,4%. Kemampuan tanah
menahan erosi dapat dideteksi dari tekstur tanah dan kelempungan tanah, areal bekas tambang
bauksit yang belum tertutup vegetasi mempengaruhi kemampuan tanah dalam menahan erosi,
aliran permukaan yang besar mengakibatkan erosi yang tinggi pada lahan yang tidak bervegetasi.
Vegetasi berupa tanaman kayu yang mempunyai akar masuk ke dalam tanah dapat melonggarkan
tanah karena akar menjadi besar dan bagi akar yang mati setelah busuk dapat sebagai saluran air
masuk ke dalam tanah. Struktur sangat dipengaruhi oleh tekstur tanah, dimana pada lahan yang
belum direklamasi dengan fraksi tekstur pasir 100% memiliki struktur yang tidak berbentuk. Pada
lahan reklamasi bekas tambang pada kedalaman 10 – 30 cm memiliki warna coklat kekuningan
dengan struktur lemah sampai sedang struktur granular dan subgranular. Berdasarkan pengamatan
struktur tanah di lapangan terlihat bahwa seiring meningkatnya umur reklamasi maka strutur tanah
juga semakin membaik, hal ini diduga disebabkan oleh kandungan bahan organik dalam tanah
tersebut. Adanya bahan organik cenderung membentuk struktur kuat yang stabil dan mantap. Pada
struktur yang kuat terdapat keseimbangan yang baik antara udara dan air tanah sebagai medium
larutnya unsur hara tanaman sehingga struktur yang kuat ini merupakan struktur yang sangat baik
untuk tanaman. Penimbunan tanah atas tidak hanya mengurangi aktivitas mikroba tetapi juga
mengganggu struktur tanah, tanah atas merupakan komponen penting untuk reklamasi lahan di
wilayah pertambangan. Penimbunan ini harus sistematis menangani dan menyimpan tanah atas
sehingga karakteristik fisika dan biologis dapat dilindungi. Pengganti humus dapat dihasilkan dari
overboden tanah segar, serta dapat juga ditingkatkan dengan menambahkan berbagai bahan seperti
jerami, serbuk gergaji, kulit mulsa, serpihan kayu, sisa-sisa kayu, pupuk kandang karena dapat
merangsang mikroba yang menyediakan nutrisi (N, P) dan C-organik ke dalam tanah. Selain itu,
penanaman rumput yang berbeda, pohon cepat tumbuh, kacang-kacangan dan spesies asli juga
dapat mengembalikan kesuburan tanah dan mempercepat suksesi ekologi. Bobot isi tanah pada
lahan bekas tambang emas terendah terdapat pada lahan yang belum ditambang (T0) dan tertinggi
terdapat pada lahan bekas tambang emas yang belum direklamasi (T1), bobot isi tanah pada lahan
reklamasi 3 tahun ternyata lebih baik daripada bobot isi pada lahan reklamasi 7 tahun meskipun
perbedaan itu tidak signifikan. Hal itu disebabkan oleh kandungan liat pada lahan reklamasi 3
tahun lebih tinggi daripada kandungan liat pada lahan reklamasi 7 tahun. Bobot isi tanah
mengalami penurunan seiring meningkatnya umur reklamasi, namun pada lahan reklamasi 4 tahun
dan 6 tahun tidak mengalami perbedaan. Bobot isi tanah menurun dengan meningkatnya umur
reklamasi. Penurunan bobot isi tanah ini disebabkan persentase fraksi pasir dan bahan organik
serta aktivitas fauna tanah yang terkandung di lahan. Bobot isi tanah menurun seiring
bertambahnya umur reklamasi yang disebabkan oleh penambahan bahan organik dalam tanah
setelah dekomposisi serasah di dalam tanah. Tingginya bobot isi tanah pada lahan bekas tambang
emas disebabkan oleh penggunaan alat berat dalam waktu yang lama pada saat kegiatan
penambangan yang berakibat pada menurunnya porositas tanah. Penggunaan alat-alat berat di
lahan bekas tambang mengakibatkan kekompakan pada tanah dan nilai BD yang tinggi sehingga
porositas dan drainase tanah rendah dan pertukaran udara dalam tanah terhambat yang
berpengaruh pada ketersediaan air dalam tanah karena bila hujan turun air tidak meresap ke dalam
tanah tetapi mengalir melalui aliran permukaan tanah. Peningkatan bobot isi tanah disebabkan oleh
pengolahan tanah dengan menggunakan alat berat dalam waktu yang lama. Bobot isi yang tinggi
pada lahan bekas tambang disebabkan oleh aktivitas alat berat selama penempatan tanah lapisan
atas. Vegetasi pada areal reklamasi berkontribusi bagi produksi serasah, perkembangan akar serta
aktivitas mikroorganisme tanah belum mampu memperbaiki bobot isi tanah, sedangkan pada lahan
hutan bobot isi tanah tergolong rendah yang menunjukkan bahwa lapisan tanahnya sudah porous
sehingga mempercepat gerakan air serta mempengaruhi daya tembus akar dalam penyebarannya.
Perbaikan bobot isi tanah mampu ditingkatkan dengan vegetasi hasil revegetasi pada areal
reklamasi yang berkontribusi bagi produksi serasah, perkembangan akar dan aktivitas
mikroorganisme.

Kesimpulan

Kegiatan pertambangan dapat menurunkan produktivitas tanah, pemadatan tanah, erosi dan
sedimentasi, gerakan tanah atau longsor, struktur tanah penutup rusak, tanah lapisan atas
bercampur ataupun terbenam di lapisan dalam. Untuk memperbaiki lahan bekas tambang
digunakannya pembentukan vegetasi pada suatu lahan dimana dapat mempengaruhi pola
pengembangan tanah, proses pelapukan batuan induk di lahan bekas tambang juga merupakan
proses untuk mencapai kestabilan keadaan tanah.Hasil dilakukannya revetasi dapat membuat
kontribusi produksi serasah, mempercepat perkembangan akar serta aktivitas mikroorganisme.

Daftar Pustaka

Aprillia, R., Mukhtar, W., Setiawati, S., & Asbanu, G. C. (2021). Karakteristik tanah bekas
tambang bauksit dan tailing di Kabupaten Sanggau, Kalimantan Barat. Jurnal Pendidikan
Informatika dan Sains, 10(2), 208-217.

Hanafiah, K. A. 2008. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Jakarta: Raja Grafindo Persada. 370 hal.

Hardjowigeno, S dan Rayes, M.L. 2005. Tanah Sawah. Malang: Bayumedia

Neneng, L., & Saraswati, D. (2011). Aplikasi Konsorsium Mikroorganisme dan Tumbuhan
Fitoremediator Merkuri (Hg) untuk Reklamasi Lahan Pasca Penambangan Emas di
Kalimantan Tengah.

Randolph, J. J. (2009). A giude to writing the dissertation literature review. peer- reviewed
electronic journal, 14(13). Diakses pada 1 Juni 2023 dari http://doi.org/10.1306/
D426958A-2B26-11D7- 8648000102C1865D

Roidah, I.S. 2013. Manfaat Penggunaan Pupuk Organik untuk Kesuburan Tanah. Jurnal
Universitas Tulungagung, Vol. 1 No. 1.

Setyaningsih, E., Astuti, D. S., & Astuti, R. (2017). Kompos daun solusi kreatif pengendali limbah.
Bioeksperimen: Jurnal Penelitian Biologi, 3(2), 45-51.

Soil Quality Institute. 2001. Guidelines for Soil Quality Assessment in Conservation Planning.
Natural Resource Conservation Service.USDA.

Zakaria, Z. (2009). Analisis kestabilan lereng tanah. Program Studi Teknik Geologi Fakultas
Teknik Geologi. Universitas Padjajaran. Bandung.

Anda mungkin juga menyukai