Anda di halaman 1dari 13

PERUBAHAN IKLIM TERHADAP PERUBAHAN MUSIM TANAM PADI (Oryza

sativa L.) DI DESA SUMBERBULUS KECAMATAN LEDOKOMBO-JEMBER

PROPOSAL SKRIPSI

Oleh

AMIR GHOZOLY

NIM 200210102044

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS JEMBER

2023

i
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .................................................................................................. i

DAFTAR ISI ............................................................................................................. ii

BAB 1. PENDAHULUAN ......................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang Masalah .......................................................................... ..............1

1.2 Penegasan Pengertian Judul ................................................................................... 2

1.3 Ruang Lingkup Penelitian ......................................................................................3

1.4 Rumusan Masalah ................................................................................................ 3

1.5 Tujuan Penelitian ................................................................................................. 3

1.6 Manfaat Penelitian ............................................................................................... 4

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................... 5

2.1 Perubahan Iklim Indonesia.....................................................................................5

2.2 Tinjauan Umum dan Syarat Tumbuh Padi...............................................................5

2.3 Dampak Perubahan Iklim Terhada Padi..................................................................6

2.4 Musim Tanam Padi...............................................................................................7

BAB 3. METODE PENELITIAN..............................................................................9

3.1 Tempat dan Waktu.. .............................................................................................9

3.2 Alat dan Bahan.....................................................................................................9

DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................10

ii
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Perubahan iklim sebagai akibat dari pemanasan global merupakan masalah yang harus
segera diatasi. Perkembangan industri yang terus meningkat dan aktivitas manusia yang
memacu perubahan iklim yang cukup signifikan. Perubahan ini ditandai oleh adanya
perubahan cuaca ekstrim, perubahan pola hujan, perubahan musim tanam, peningkatan suhu
dan permukaan air laut. Menurut Surmaini et. al (2011), bahwa pemanasan global akan terus
meningkat dengan percepatan yang lebih tinggi pada abad ke-21 jika tidak ada upaya
menanggulanginya. Banjir adalah bencana yang paling sering terjadi (34%), diikuti longsor
(16%).

Dampak perubahan iklim terhadap sektor pertanian cukup besar. Sektor pertanian
merupakan bagian dari ketahanan pangan nasional sehingga perubahan iklim akan
mempengaruhi kestabilan produksi pertanian. Padi merupakan sumber pokok pangan
nasional. Produksi padi di Indonesia mengalami peningkataan dan penurunan (fluktuatif).
Menurut BPS (2017) bahwa hasil produksi padi di Kabupaten Malang mengalami penurunan,
pada tahun 2015 produksi padi sebesar 470.283 ton lalu pada tahun 2016 sebesar 446.513 ton
sehingga mengalami penurunan sebesar 23.770 ton.

Tanaman padi rentan terhadap perubahan iklim sehingga perubahan iklim dapat
mempengaruhi produksi hingga gagal panen. Menurut Boer et al. (2014) menyatakan bahwa
di antara tiga komoditas pangan utama (padi, jagung, dan kedelai), padi paling rentan
terhadap kejadian iklim ekstrim yang berasosiasi dengan El Nino. Data Kementrian Pertanian
(2017) menunjukkan bahwa luas pertanaman padi pada tahun 2015 yang rusak akibat
kekeringan mencapai 580 ribu hektar, jauh lebih tinggi dibandingkan dengan kerusakan
akibat banjir sebesar 100 ribu hektar. Tahun 2016 luas pertanaman padi yang rusak akibat
banjir sebesar 250 ribu hektar lebih besar dibandingkan dengan kerusakan akibat kekeringan
sebesar 70 ribu hektar.

Fenomena kerusakan pertanaman padi akibat perubahan iklim menunjukkan perlu


adanya penentuan musim tanam padi yang tepat sehingga produksi padi tetap stabil dan tidak
terjadi kerusakan akibat banjir dan kekeringan. Menurut Surmaini dan Syahbuddin (2016)
menyatakan bahwa dengan penyesuaian waktu tanam dan pemilihan komoditas pada awal

1
dan selama musim tanam sudah dipertimbangkan untuk menghindari gagal tanam dan gagal
panen akibat kekeringan atau banjir. Perlu diketahui dampak perubahan iklim di Desa
Sumberbulus kecamatan Ledokombo-Jember dan pengaruhnya terhadap perubahan musim
tanam padi.

Berdasarkan uraian diatas maka perubahan iklim terhadap musim tanam padi menarik
untuk diteliti, karena dengan adanya perubahan musim akan ada pula perubahan yang akan
dialami oleh tumbuhan-tumbuhan terutama terhadap tumbuhan padi. Oleh karena itu peneliti
tertarik untuk mengkaji dan meneliti sebagai bahan untuk penulisan skripsi, penulis
merumuskan penelitian ini dengan judul “PERUBAHAN IKLIM TERHADAP
PERUBAHAN MUSIM TANAM PADI (Oryza sativa L.) DI DESA SUMBERBULUS
KECAMATAN LEDOKOMBO-JEMBER”.

1.2 Penegasan Pengertian Judul

Penelitian ini membahas tentang “PERUBAHAN IKLIM TERHADAP


PERUBAHAN MUSIM TANAM PADI (Oryza sativa L.) DI DESA SUMBERBULUS
KECAMATAN LEDOKOMBO-JEMBER”. Untuk menghindari terjadinya kesalahfahaman
dan penafsiran dalam menginterpretasikan kata-kata ataupun istilah yang ada dalam
penelitian ini, penulis memberikan batasan-batasan pengertian.

Perubahan menurut KBBI adalah berasal dari kata ubah yang berarti menjadi lain atau
berbeda dari semula. Perubahan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah sebuah perubahan
iklim atau cuaca di suatu wilayah yaitu di Desa Sumberbulus Kecamatan Ledokombo
Kabupaten Jember.

Tanam, bertanam menurut KBBI adalah melakukan pekerjaan tanam-menanam,


menaruh (bibit, benih, setek, dan sebagainya) di dalam tanah supaya tumbuh: ~ pohon buah-
buahan; 2 menaruh di dalam tanah yang dilubangi, lalu ditimbuni dengan tanah.

Berdasarkan uraian di atas, penegasan pengertian yang terkandung dalam judul


“PERUBAHAN IKLIM TERHADAP PERUBAHAN MUSIM TANAM PADI (Oryza sativa L.)
DI DESA SUMBERBULUS KECAMATAN LEDOKOMBO-JEMBER” adalah perubahan-
perubahan yang terjadi pada tanaman padi apabila suatu iklim berubah di suatu wilayah.

2
1.3 Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini dimaksudkan untuk menghindari adanya penyimpangan


uraian dari permasalahan yang akan dikaji oleh peneliti. Oleh sebab itu peneliti memberikan
batasan pembahasan yang akan peneliti sajikan yang meliputi lingkup temporal, spasial, dan
materi.

Ruang lingkup temporal (waktu) penelitian ini dimulai pada tahun 2020 sampai 2023.
Tahun 2020 dijadikan batas awal oleh peneliti karena merujuk pada tahun dimana tanaman
padi masih berkembang baik dan tahun 2023 dijadikan batas akhir atau batas dimana peneliti
mengkaji perubahan iklim yang berpengaruh terhadap tanaman padi.

Ruang lingkup spasial (wilayah) yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah di Desa
Sumberbulus Kecamatan Ledokombo. Pembatasan ruang lingkup spasial pada wilayah Desa
Sumberbulus oleh peneliti karena banyaknya padi yang rusak akibat perubahan iklim.
Sedangkan ruang lingkup materi dalam penelitian ini adalah lebih menitikberatkan pada latar
belakang perubahan tanaman padi terhadap perubahan iklim yang terjadi di Desa
Sumberbulus.

1.4 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan ruang lingkup penelitian di atas, maka peneliti
mengidentifikasi permasalahan yang akan dikaji di dalam skripsi ini, diantaranya sebagai
berikut:

1. Bagaimana perubahan iklim di Desa Sumberbulus?

2. Bagaimana perubahan musim tanam terhadap produktivtas padi di Desa


Sumberbulus?

1.5 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan yang ingin dicapai dalam
penelitian ini ialah:

1. Mengkaji perubahan iklim di Desa Sumberbulus?

2. Mengkaji perubahan musim tanam terhadap produktivtas padi di Desa Sumberbulus?

3
1.6 Manfaat Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan penelitian yang telah diuraikan di atas,
maka manfaat yang diharapkan penulis dalam penelitian ini adalah:

1. Bagi penulis, penelitian ini dijadikan sebagai media latihan untuk lebih kritis dan
logis dalam pengembangan ilmu pendidikan fisika yang penulis tekuni selama ini,
selain itu juga sebagai sarana latihan dalam melakukan penelitian dan penulisan karya
ilmiah;

2. Bagi calon guru fisika, penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai refleksi bagi
calon guru fisika agar peka terhadap perubahan iklim terhadap berbagai tanaman.

3. Bagi pemuda, penelitian ini diharapakan dapat dijadikan sebagai motivasi para
pemuda untuk mengembangkan kemampuannya dalam berwirausaha dan
mengembangkan kreatifitasnya untuk menghasilkan suatu produk unggulan dari
Indonesia;

4. Bagi almamater, penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi dalam


pengembangan ilmu pengetahuan dan perwujudan dari salah satu tri dharma
perguruan tinggi, khususnya dharma penelitian dan pengembangan ilmu.

4
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Perubahan Iklim di Indonesia

Perubahan iklim di Indonesia ditandai dengan peningkatan jumah curah hujan tahunan
di Wilayah Timur Indonesia, berkisar antara 490 mm/tahun (Sulawesi Selatan), 1.400
mm/tahun (Jawa Timur), dan peningkatan suhu siang dan malam hari antara 0,5-1,1 OC dan
0,6-2,3 OC. Lalu di Wilayah Barat Indonesia terjadi penurunan curah hujan tahunan sekitar
135-860 mm/tahun, dengan peningkatan suhu siang dan malam hari antara 0,2-0,4 OC dan
02,-0,7 OC (Syahbuddin et.al, 2004 dalam Ruminta, 2016).

Perubahan curah hujan menunjukkaan perubahan yang beragam berdasarkan


pembagian data setiap 20 tahunan. Variasi perubahan curah hujan disebabkan oleh faktor
pengendali iklim seperti ENSO (El Nino-Southern Oscillation) yang memiliki pengaruh besar
dalam distribusi tren perubahan curah hujan. Suatu wilayah dapat mengalami tren penurunan
dan peningkan pada antar periode. Wilayah Pantai Utara Jawa mengalami penurunan curah
hujan pada periode 1971- 2000 dibandingkan dengan periode 1981-2009. Lalu di pulau
Sumatera mengalami penurunan curah hujan lebih dari 30 mm/tahun pada periode 1901-
1930, namun mengalami peningkatan curah hujan hingga lebih dari 50 mm/tahun di bagian
barat pulau tersebut pada periode 1921-1950 (Estiningtyas, 2016).

Wahab et.al (2007) dalam Suciantini (2015) menyatakan bahwa pada musim tanam
2002/2003, terjadi musim kemarau panjang yang menyebabkan kekeringan dan puso dan
terjadi kehilangan hasil produksi padi sekitar 67,56 %. Suciantini (2015) menyatakan bahwa
terjadi perubahan iklim di Kabupaten Pacitan pada tahun 2007 yang ditandai dengan waktu
panen lebih lambat pada tanaman pangan yatu padi, jagung, kacang tanah, dan ubi kayu.

2.2 Tinjauan Umun Dan Syarat Tumbuh Padi

Tanaman padi merupakan tanaman budidaya yang banyak di budidayakan di Indonesia,


karena tanaman padi merupakan sumber pangan pokok nasional. Padi dapat tumbuh di
dataran rendah dan dataran tinggi (2.000 mdpl) (Utama, 2015).

5
Pertumbuhan tanaman padi dibagi ke dalam tiga fase: (1) vegetati (awal pertumbuhan
sampai pembentukan bakal malai/primordia); (2) reproduktif (primordial sampai
pembungaan), dan (3) pematangan (pembungaan sampai gabah matang). (Makarim dan
Suhartik, 2009). Fase vegetatif merupakan fase pertumbuhan organ-organ vegetatif, seperti
pertambahan jumlah anakan, tinggi tanaman, jumlah, bobot, dan luas daun. (De Datta 1981;
Yoshida, 1981 dalam Makarim dan Suhartik, 2009). Fase reproduktif ditandai dengan: (a)
memanjangnya beberapa ruas teratas batang tanaman; (b) berkurangnya jumlah anakan
(matinya anakan tidak produktif); (c) munculnya daun bendera; (d) pembungaan (Makarim
dan Suhartik, 2009).

Curah hujan yang optimum untuk padi lahan kering adalah lebih dari 1.600
mm/tahun. Padi gogo memerlukan bulan basah minimal 4 bulan secara berurutan. Bulan
basah ialah bulan yang mempunyai curah hujan lebih dari 200 mm dan tersebar secara normal
atau setiap minggu ada hujan sehingga tidak menyebabkan tanaman stress karena kekeringan.
Suhu minimum untuk petumbuhan padi berkisar antara 24 oC - 29 oC. Padi gogo biasa
ditanam pada lahan kering dataran rendah. Padi dapat tumbuh pada berbagai tipe tanah.
Kandungan pH optimum untuk pertumbuhan padi berkisar antara 5,5-7,5 (BPTP, 2009).
Menurut Bouman et al. (2007) menyatakan bahwa rata-rata pemakaian air untuk padi sawah
mencapai 1300 – 1500 mm di mana 25 - 50 % dari jumlah tersebut hilang akibat perkolasi
dan perembesan. Tanaman padi merupakan tanaman C3. Tanaman C3 memiliki rasio
transpirasi yang lebih tinggi dan keadaan stomata selalu terbuka. Tanaman C3 mengalami
fotorespirasi yang berdampak pada hasil bersih fotosintesisnya lebih rendah dari tanaman C4
(Priyatno, 2012).

2.3 Dampak Perubahan Iklim Terhadap Padi

Perubahan iklim global berpengaruh terhadap produksi padi di Indonesia ialah (a)
kenaikan suhu udara di permukaan bumi; (b) curah hujan yang ekstrim); (c) naiknya
permukaan air laut yang menyebabkan banjir langsung dan tidak langsung; (d) sering terjadi
bencana alam seperti banjir yang merendam lahan-lahan sawah sehingga mengakibatkan
kegagalan atau menurunkan produksi padi (Makarim dan Ikhwani, 2011).

Pengaruh perubahan iklim terhadap penurunan produksi padi terjadi di Kabupaten


Indramayu. Kabupaten Indramayu sangat rentan terhadap kejadian iklim ekstrim, terutama
kejadian iklim ekstrim seperti kekeringan. Pengaruh ENSO di Jawa Barat ditemukan paling
kuat terjadi di Wilayah Indramayu, khususnya pada bulan Juli, Agustus, dan September.

6
Ketika terjadi El Nino, curah hujan di Indramayu dapat turun sekitar 30 - 70 % dari kondisi
normal (per 1oC peningkatan anomali suhu muka laut) (Estiningtyas et.al., 2012).

Dampak perubahan iklim dalam bidang pertanian adalah kekeringan yang terjadi di
lahan pertanian (Sujinah dan Jamil, 2016). Kekeringan berdampak pada pertumbuhan
tanaman padi, terutama pada fase generatif (Akram et.al., 2013). Kekeringan pada fase
vegetatif dan generative menurunkan kandungan air pada daun padi varietas Nerica yang
kemungkinan disebabkan oleh hilangnya air melalui evapotranspirasi (Sikuku et.al., 2012).
Menurut Tubur et.al (2012), perlakuan kekeringan dan genotif berpengaruh nyata terhadap
jumlah malai per rumpun, persen pembungaan, panjang malai, persen gabah hampa, bobot
gabah per rumpun, bobot 1.000 butir, bobot basah tajuk, bobot kering tajuk dan indeks panen.
Fase generatif terganggu dapat mengurangi hasil padi dan kualitas gabah (Tao et.al., 2006).
Tingkat intensitas kekeringan pada tanaman dibagi menjadi empat, yaitu: (1) ringan, apabila
tingkat kerusakan kurang dari 25 %; (2) sedang, apabila tingkat kerusakan lebihdari sama
dengan 25 – 50 %; (3) berat, apabila tingkat kerusakan lebih dari sama dengan 50 – 85 %;
dan (4) puso, apabila tingkat kerusakan lebih dari sama dengan 85 % (Sujinah dan Jamil,
2016).

2.4 Musim Tanam Padi

Musim tanam atau periode tanam didefinisikan sebagai periode dimana tanaman dapat
tumbuh dan berkembang secara potensial berdasarkan kondisi lahan setempat (Primordia dan
Santoso, 1992 dalam Patty, 2006). Penentuan periode tanam bertujuan untuk memilih waktu
tanam yang tepat, dimana pada saat faktor iklim dan tanah bukan faktor pembatas.

Awal musim tanam ialah hujan pertama yang memungkinkan menanam tanpa deret
hari kering yang panjang setelah tanam. Intensitas hujan, panjang hari hujan dan hari kering
bergantung pada jenis tanaman dan sifat tanah. Akumulasi curah hujan 20 - 40 mm selama 2 -
5 hari berturut-turut merupakan indikasi untuk menentukan awal musim tanam (Sivakumar
1988 dalam Surmaini dan Syahbuddin, 2016).

Penentuan musim tanam dapat menggunakan metode dasarian yang dikeluarkan oleh
Badan Metereologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG). BMKG menetapkan awal musim
hujan dengan tiga kali dasarian (10 hari) hujan lebih dari sama dengan 50 mm berurutan
sehingga awal musim hujan dimulai pada dasarian pertama. Begitupun sebaliknya awal

7
musim kering ditetapkan dengan tiga kali dasarian hujan kurang dari sama dengan 50 mm
(Aldrian et. al., 2011).

Selain itu, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Kementrian Pertanian


menyusun kalender tanam berdasarkan pada perkiraan musim dan aktivitas petani. Kalender
tanam ini memuat informasi estimasi awal waktu tanam, potensi luas tanam, rotasi tanaman,
dan intensitas tanam di setiap kecamatan selama musim tanam satu tahun (Runtunuwu et al.,
2013).

Lalu penetapan waktu tanam lain menggunakan Metode FAO. Menurut metode ini,
musim tanam adalah selang waktu dalam setahun dengan curah hujan lebih dari 0.5 ETp
(evapotranspirasi potensial) ditambah waktu pada akhir musim hujan (awal musim kemarau)
untuk mengevapotranspirasikan air setinggi 100 mm dari air tanah yang masih tersimpan.
Penentuan musim tanam diperlukan data bulan curah hujan dan evapotranspirasi potensial
(Laimeheriwa, 2014). Surmaini dan Syahbuddin (2016) menyatakan bahwa pengambil
kebijakan dan petani menyusun manajemen produksi usaha tani membutuhkan prediksi
waktu tanam yang akurat 2 hingga 3 bulan sebelum waktu tanam, agar produksi usaha tani
dapat menguntungkan pada musim tanam yang akan datang.

8
BAB 3. METODE PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu

Wilayah penelitian dilakukan di Desa Sumberbulus Kecamatan Ledokombo


Kabupaten Jember Provinsi Jawa Timur. Kabupaten Jember berada pada posisi 7059’6”
sampai 8033’56” Lintang Selatan dan 113016’28” sampai 114003’42” Bujur Timur. Wilayah
Kabupaten Jember mencakup area seluas 3.293,34 Km2, dengan karakter topografi dataran
ngarai yang subur pada bagian tengah dan selatan dan dikelilingi pegunungan yang
memanjang batas barat dan timur. Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Agustus 2023
sampai dengan bulan September 2023.

3.2 Alat dan Bahan

Penelitian ini menggunakan bahan data primer dan data sekunder. Data primer berupa
data wawancara dengan petani di Desa Sumberbulus. Data sekunder berupa data curah hujan
di Kecamatan Ledokombo Kabupaten Jember dari tahun 2020 hingga tahun 2023, data
produktivitas padi di Kecamatan Ledokombo Kabupaten Jember tahun 2020 hingga tahun
2023, dan peta Kecamatan Ledokombo. Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat
tulis untuk menulis, kuesioner wawancara, kamera, dan software Micosoft Office Excel 2010.

9
DAFTAR PUSTAKA

Aldrian, E., M, Karmini.dan Budiman. 2011. Adaptasi dan Mitigasi Perubahan Iklim di
Indonesia. Pusat Perubahan Iklim dan Kualitas Udara Kedeputian Bidang Klimatologi Badan
Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG). Jakarta Pusat.

Akram, H.M., A, Ali., A. Sattar., H.S.U, Rehman, and A. Bibi. 2013. Impact of water deficit
stress on various physiological and agronomic traits of three basmati rice Ioryza sativa L. )
cultivar. The Journal Animal and Sciences 23(5):1415-1423.

Estiningtyas, W., R. Boer., I, Las, dan A, Buono. 2012. Identifikasi Dan Delineasi Wilayah
Endemik Kekeringan Untuk Pengelolaan Risiko Iklim Di Kabupaten Indramayu. Jurnal
Metereologi dan Geofisika 13 (1): 9-20.

Estiningtyas, W. 2016. Penelitian dan Pengembangan Analisis Key Area Iklim dan Neraca
Air Mendukung UPSUS PAJALE. Buletin Hasil Penelitian Agroklimat dan Hidrologi 13 (5):
53-72

Patty, AL. 2006. Penentuan Musim Tanam Berdasarkan Analisis Curah Hujan Dan Kajian
Neraca Air Daerah Kabupaten Halmahera Utara. Jurnal Agroforestri (1) 1: 38-47.

Ruminta. 2016. Kerentanan dan Risiko Risiko Penurunan Produksi Tanaman Padi Akibat
Perubahan Iklim di Kabupaten Indramayu Jawa Barat. Prosiding Seminar Nasional Hasil-
Hasil PPM IPB 2016.

Runtunuwu,E.,H.Syahbuddin.,F.Ramadahni.,A.Pramudia.,D.Setyorini.,K.Sari.,
Y.Apriyana.,E.Susanti.,Haryono.,P.Setyanto.,I.Las.,M.Sarwani. 2012. Sistem Informasi
Kalender Tanam Terpadu: Status Terknini dan Tantangan Kedepan. Jurnal Sumberdaya
Lahan 6 (2): 67-78.

Runtunuwu, E., H, Syahbuddin, dan F, Ramadhani. 2013. Kalender Tanam sebagai Instrumen
Adaptasi Perubahan Iklim. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Jakarta.

Sikuku, P.A., J.C. Onyango, and G.W. Netondo. 2012. Physiological and biochemical
responses of five nerica rice varieties (Oryza sativa L.) to water deficit at vegetative and
reproductive stage. Agric. Biol. J. N. Am. 3 (3): 93-104.

10
Suciantini. 2015. Interaksi Iklim (Curah Hujan) terhadap Produksi Tanaman Pangan di
Kabupaten Pacitan. Prosiding Seminar Nasional Masyarakat Biodiversitas Indonesia. 1 (2):
358-265.

Sujinah. dan A, Jamil. 2016. Mekanisme Respon Tanaman Padi terhadap Cekaman
Kekeringan dan Varietas Toleran. Iptek Tanaman Pangan 11 (1): 1-8.

Surmaini, E., E, Runtunuwu, dan I, Las. 2011. Upaya Sektor Pertanian dalam Menghadapi
Perubahan Iklim. Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pertanian 30 (1): 1-7.

Surmaini, E. dan H, Syahbuddin. 2016. Kriteria Awal Musim Tanam: Tinjauan Prediksi
Waktu Tanam Padi Di Indonesia. Jurnal Litbang Pertanian (35) 2: 47-56.

Tubur, HW., MA, Chozin., E, Santosa, dan A, Junaedi. 2012. Respon agronomi varietas padi
terhadap periode kekeringan pada sistem sawah. Jurnal Agronomi Indonesia. 40 (3): 167–
173.

11

Anda mungkin juga menyukai