Anda di halaman 1dari 51

DAMPAK PERUBAHAN IKLIM TERHADAP PERUBAHAN

MUSIM TANAM PADI (Oryza sativa L.) DI KABUPATEN


MALANG

Oleh:
EKA MAULUDINA PRAMASANI

UNIVERSITAS BRAWIJAYA
FAKULTAS PERTANIAN
MALANG
2018
DAMPAK PERUBAHAN IKLIM TERHADAP PERUBAHAN
MUSIM TANAM PADI (Oryza sativa L.) DI KABUPATEN
MALANG

Oleh :

EKA MAULUDINA PRAMASANI


145040201111164

MINAT BUDIDAYA PERTANIAN


PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana


Pertanian Strata Satu (S-1)

UNIVERSITAS BRAWIJAYA
FAKULTAS PERTANIAN
JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN
MALANG
2018

ii
iii
iv
PERNYATAAN

Saya menyatakan bahwa segala pernyataan dalam skripsi ini merupakan


hasil penelitian saya sendiri dengan bimbingan komisi pembimbing. Skripsi ini
tidak pernah diajukan untuk memperoleh gelar di perguruan tinggi manapun, dan
sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah
ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang dengan jelas ditunjukkan
rujukannya dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka

Malang, Agustus 2018

Eka Mauludina Pramasani

v
RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat pada 4 Agustus


1996 dari pasangan Bapak Prapto Sampurno dan Ibu Mardiani, anak pertama dari
2 bersaudara. Penulis menempuh pendidikan di TK Al-Muhajirin pada tahun 2000
– 2002, SDN 17 Nagri Kaler pada tahun 2002 – 2008, kemudian melanjutkan
pendidikan sekolah menengah pertama di SMP Negeri 1 Purwakarta pada tahun
2008 – 2011 dan sekolah menengah atas ditempuh selama tahun 2011 – 2014 di
SMA Negeri 2 Purwakarta. Pada tahun 2014, penulis terdaftar sebagai mahasiswa
strata 1 program studi Agroekoteknologi, Minat Budidaya Pertanian,
Laboratorium Klimatologi, Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya, Malang.
Selama menjadi Mahasiswa, penulis pernah menjadi asisten praktikum
mata kuliah Klimatologi pada tahun 2016. Organisasi yang diikuti penulis ialah
FORSIKA (Forum Studi Islam Insan Kamil), sebagai staf muda, kemudian staf
dan selanjutnya menjadi Sekertaris Departemen Pemberdayaan Sumberdaya
Muslim (PSDM) pada tahun 2014, 2015, 2016 dsn Organisasi UAKI (Unit
Aktivitas Kerohanian Islam) sebagai staf iqtishody. Penulis pernah lolos
pendanaan PKM RISTEK DIKTI pada tahun 2017.

vi
ABSTRAK
Eka Mauludina Pramasani (145040201111164). Dampak Perubahan Iklim
Terhadap Perubahan Musim Tanam Padi (Oryza sativa L.) Di Kabupaten
Malang. Di bawah bimbingan Dr. Ir. Roedy Soelistyono, MS sebagai
Pembimbing Utama.

Dampak perubahan iklim terhadap sektor pertanian cukup besar. Sektor


pertanian merupakan bagian dari ketahanan pangan nasional sehingga perubahan
iklim akan mempengaruhi kestabilan produksi pertanian. Padi merupakan sumber
pokok pangan nasional. Namun padi rentan terhadap perubahan iklim sehingga
perubahan iklim dapat mempegaruhi produksi padi bahkan hingga gagal panen.
Lalu banyak juga lahan pertanaman padi yang rusak akibat kekeringan dan
kebanjiran. Penentuan musim tanam bisa menjadi solusi adaptasi perubahan iklim
sehingga produksi padi tetap stabil. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui
perubahan iklim di Kabupaten Malang dan mengetahui perubahan musim tanam
terhadap produktivitas padi di Kabupaten Malang. Hipotesis yang penelitian ini
ialah terjadi perubahan iklim di Kabupaten Malang, perubahan iklim
beerpengaruh terhadap perubahan musim tanam padi di Kabupaten Malang.
Penelitian ini dilakukan di wilayah Kabupaten Malang yaitu sentra
produksi padi di Kecamatan Donomulyo, Kecamatan Kalipare, dan Kecamatan
Kepanjen. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2018 hingga bulan
April 2018. Bahan yang digunakan ialah data primer berupa data wawancara
dengan petani di sentra produksi padi Kabupaten Malang dan data sekunder
berupa data curah hujan di Kabupaten Malang Stasiun Geofisika Karang Kates
tahun 1997 hingga tahun 2016, data produktivitas padi di Kabupaten Malang
tahun 1997 hingga tahun 2016, dan peta Kabupaten Malang. Alat yang digunakan
dalam penelitian ini adalah alat tulis untuk menulis, kuesioner wawancara,
kamera, dan software Micosoft Office Excel 2010 dan SPSS 20 untuk perangkat
analisis data. Analisis untuk mengetahui pengaruh antara variabel iklim dengan
produktivtas padi menggunakan uji korelasi dan regresi linear berganda.
Kabupaten Malang telah terjadi keragaman iklim yang ditunjukkan dengan
keragaman curah hujan, suhu, lama penyinaran, dan kelembaban udara dari tahun
1997-2016.. Hasil analisis keragaman produktivitas padi 72% dipengaruhi oleh
teknik budidaya yaitu varietas, irigasi, sistem tanam, jarak tanam, dan
pemupukan, lalu 28% dipengaruhi oleh iklim yaitu curah hujan, suhu, lama
penyinaran, dan kelembaban udara. Perubahan iklim tidak mempegaruhi
perubahan musim tanam padi pada lahan irigasi di Kabupaten Malang.

vii
ABSTRACT
Eka Mauludina Pramasani (145040201111164). The Impact of Climate
Change to the Change of the Growing Season of Rice (Oryza sativa L.) in
Malang District. Under the guidance of Dr. Ir. Roedy Soelistyono, M.S. as the
Main Supervisor.

The impact of climate change to the agricultural sector is big enough. The
agricultural sector is a part of national food security, so that the climate change
will affect the stability of agricultural production. Rice is the primary source of
national food. However, rice is susceptible to the climate change, so the climate
change can affect rice production even it can cause failed to harvest. A lot of rice
planting lands are damaged due to drought and flooding. A determination of the
growing season can be a solution for adapting to the climate change, so that the
rice production remains stable. This study aims to find out the climate change in
Malang District and to discover the climate change direction to the change of the
growing season of rice in Malang District. The proposed hypothesis in this study
is the climate change occurred in Malang District, the climate change affects the
change of the growing season of rice in Malang District.
This study was conducted in the three sub-districts of Malang District,
precisely in the rice production centers which are located in Donomulyo, Kalipare
and Kepanjen sub-district. This study was conducted in February 2018 to March
2018. The materials used are primary data and secondary data. The primary data
contain the interview data with the farmers of rice productivity centers in Malang
District. Meanwhile the secondary data contain rainfall data of Malang District,
Karang Kates Geophysics Station, from 1997 to 2016. Others are the data of rice
production in Malang District in 1997 to 2016, and the map of Malang District.
The tools used in this study are stationery (pen and notebook), questionnaire of
interview, camera, Microsoft Office Excel 2010 and SPSS 20 as the device of data
analysis. To find out the effect between climate variable with rice productivity,
the analysis uses correlation test and multiple linear regression.
Malang District has climate change which is shown by diversity of
rainfall, temperature, long irradiation, and humadity change from 1997-2016. The
result of analysis of the determination of rice productivity 72% is affected by
varieties, irrigation, cropping systems, fertilizing. Then 28% is affected by
rainfall, temperature, long irradiation, and humidity. Climate change doesn’t
affect the changes of growing season irrigated land in Malang District.

viii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala kelimpahan Rahmat-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan penelitian ini yang berjudul
“Dampak Perubahan Iklim terhadap Perubahan Musim Tanam Padi (Oryza
sativa L.) di Kabupaten Malang” dengan lancar dan tepat waktu, sebagai salah
satu syarat untuk menyelesaikan studi strata 1 (S1) Fakultas Pertanian Universitas
Brawijaya Malang.
Pada kesempatan kali ini, penulis menyampaikan terima kasih kepada
semua pihak yang telah tulus dan ikhlas membantu, mendampingi dan
memberikan motivasi, terutama kepada :
1. Kedua orang tua tercinta, Bapak Prapto Sampurno dan Ibu Mardiani, saudara
laki–laki Rofi Pralastomo yang telah memberikan doa, motivasi dan
dukungannya hingga saat ini.
2. Dr. Ir. Roedy Soelistyono, MS selaku dosen pembimbing utama yang telah
memberikan arahan dan juga masukan dalam penulisan penelitian ini.
3. Prof. Dr. Ir. Mudji Santoso, MS selaku dosen pembahas yang juga
memberikan masukan perbaikan untuk penelitian ini.
4. Prof. Dr. Ir. Ariffin, MS. selaku dosen penguji skripsi atas nasehat, saran dan
bimbingan kepada penulis.
5. Dr. Ir. Nurul Aini, MS selaku Ketua Jurusan Budidaya Pertanian.
6. Teman-teman yang saya sayangi, Maulidya, Habibah, Verry, Faisal, Zulfa, Siti
Halimah, Izza, Miftahatur, Rafli Yudi, Shinta Yuni, Erinda, yang telah banyak
membantu dalam proses penelitian.
7. Keluarga besar FORSIKA dan keluarga besar UAKI yang telah menjadi
wadah bagi penulis untuk belajar dan memberikan pengalaman dalam
organisasi.

ix
Harapannya penelitian ini nantinya dapat memberikan manfaat bagi
banyak pihak, khusunya untuk menambah wawasan mengenai tanaman padi.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan penelitian ini tidak lepas dari
kesalahan. Untuk itu, penulis menerima kritikan dan saran untuk perbaikan
penelitian ini.

Malang, Agustus 2018

Penulis

x
DAFTAR ISI

COVER .................................................................................................................. ii

LEMBAR PERSETUJUAN ................................................................................ iii

LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................. iv

PERNYATAAN ORISINALITAS....................................................................... v

RIWAYAT HIDUP ............................................................................................. vii

ABSTRAK ........................................................................................................... vii

ABSTRACT ........................................................................................................ viii

KATA PENGANTAR .......................................................................................... ix

DAFTAR ISI ......................................................................................................... xi

DAFTAR TABEL .............................................................................................. xiii

DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xiiii

DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xv

1. PENDAHULUAN .......................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1
1.2 Tujuan Penelitian ...................................................................................... 2
1.3 Hipotesis ................................................................................................... 2

2. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................. 3


2.1 Perubahan Iklim di Indonesia ................................................................... 3
2.2 Tinjauan Umum dan Syarat Tumbuh Padi ............................................... 4
2.3 Dampak Perubahan Iklim Terhadap Padi ................................................. 5
2.4 Musim Tanam Padi .................................................................................. 5

3. METODE PENELITIAN .............................................................................. 7


3.1 Tempat dan Waktu ................................................................................... 7
3.2 Bahan dan Alat ......................................................................................... 7
3.3 Metode Penelitian ..................................................................................... 7
3.4 Metode Analisis Data ............................................................................... 8

4. HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................................... 10

xi
4.1 Hasil........................................................................................................ 10
4.1.1. Perubahan Iklim di Kabupaten Malang tahun 1997 - 2016 ............ 10
4.1.2. Kondisi Iklim di Kabupaten Malang tahun 1997- 2016.................. 15
4.1.3. Produktivitas Padi ........................................................................... 19
4.1.4. Uji Korelasi Iklim terhadap Produktivitas Padi .............................. 21
4.1.5. Uji Regresi Linier Berganda Pengaruh Iklim terhadap
Produktivitas Padi ........................................................................... 22
4.1.6. Uji t (Uji Parsial) Pengaruh Iklim terhadap Produktivitas Padi ...... 23
4.1.7. Koefisien Determinasi Pengaruh Iklim terhadap Produktivitas
Padi.................................................................................................. 24
4.1.8. Wawancara Petani di Kabupaten Malang ...................................... 25
4.2 Pembahasan ............................................................................................ 25
4.2.1. Perubahan Iklim di Kabupaten Malang tahun 1997-2016 ........... 25
4.2.2. Pengaruh Perubahan Curah Hujan terhadap Produktivitas Padi ..... 26
4.2.3. Pengaruh Perubahan Suhu terhadap Produktivitas Padi ................ 27
4.2.4. Pengaruh Perubahan Lama Penyinaran terhadap Produktivitas
Padi.................................................................................................. 28
4.2.5. Pengaruh Perubahan Kelembaban Udara terhadap Produktivitas
Padi.................................................................................................. 29
4.2.6. Pengaruh Perubahan Iklim terhadap Perubahan Musim Tanam .... 29

5. KESIMPULAN DAN SARAN .................................................................... 32


5.1 Kesimpulan ............................................................................................. 32
5.2 Saran ....................................................................................................... 32

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 33

xii
DAFTAR TABEL

Nomor Teks Halaman

1. Perubahan Curah Hujan di Kabupaten Malang tahun 1997 - 2016 ........ 10


2. Perubahan Suhu di Kabupaten Malang tahun 1997 - 2016 ..................... 11
3. Perubahan Lama Penyinaran di Kabupaten Malang tahun 1997 -
2016 ......................................................................................................... 12
4. Perubahan Kelembaban Udara di Kabupaten Malang tahun 1997 -
2016 ......................................................................................................... 13
5. Kondisi Iklim di Kabupaten Malang tahun 1997-2016........................... 15
6. Produksi, luas lahan, dan produktivitas padi di Kabupaten Malang
tahun 1997-2016 ..................................................................................... 17
7. Uji Korelasi Iklim terhadap Produktivitas Padi ...................................... 18
8. Uji Regresi Linier Berganda Pengaruh Iklim terhadap
Produktivitas Padi ................................................................................... 19
9. Uji t Pengaruh Iklim terhadap Produktivitas Padi.................................. 20
10. Koefisien Determinasi Pengaruh Iklim terhadap Produktivitas Padi ...... 21
11. Persentase Hasil Wawancara Petani di Kabupaten Malang ................... 21

xiii
DAFTAR GAMBAR

Nomor Teks Halaman


1. Perubahan Curah Hujan di Kabupaten Malang dalam Dua Periode ....... 10
2. Perubahan Suhu di Kabupaten Malang dalam Dua Periode ................... 11
3. Perubahan Lama Penyinaran di Kabupaten Malang dalam Dua
Periode..................................................................................................... 12
4. Perubahan Kelembaban Udara di Kabupaten Malang Dua Periode ....... 14
5. Perubahan Curah Hujan di Kabupaten Malang tahun 1997-2016 .......... 16
6. Perubahan Suhu di Kabupaten Malang tahun 1997-2016 ....................... 16
7. Perubahan Lama Penyinaran di Kabupaten Malang tahun 1997-
2016 ......................................................................................................... 17
8. Perubahan Kelembaban Udara di Kabupaten Malang tahun 1997-
2016 ......................................................................................................... 17
9. Histogram Persamaan Regresi Linear Berganda Pengaruh Iklim
terhadap Produktivitas Padi..................................................................... 22
DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Teks Halaman


1. Kuesioner Wawancara Penelitian ........................................................... 33
2. Hasil Analisis Uji Anova ........................................................................ 37
3. Dokumentasi ........................................................................................... 37
4. Peta Survei Penelitian ............................................................................. 38
1

1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Perubahan iklim sebagai akibat dari pemanasan global merupakan


masalah yang harus segera diatasi. Perkembangan industri yang terus meningkat
dan aktivitas manusia yang memacu perubahan iklim yang cukup signifikan.
Perubahan ini ditandai oleh adanya perubahan cuaca ekstrim, perubahan pola
hujan, perubahan musim tanam, peningkatan suhu dan permukaan air laut.
Menurut Surmaini et. al (2011), bahwa pemanasan global akan terus meningkat
dengan percepatan yang lebih tinggi pada abad ke-21 jika tidak ada upaya
menanggulanginya. Banjir adalah bencana yang paling sering terjadi (34%),
diikuti longsor (16%).
Dampak perubahan iklim terhadap sektor pertanian cukup besar. Sektor
pertanian merupakan bagian dari ketahanan pangan nasional sehingga perubahan
iklim akan mempengaruhi kestabilan produksi pertanian. Padi merupakan sumber
pokok pangan nasional. Produksi padi di Indonesia mengalami peningkataan dan
penurunan (fluktuatif). Menurut BPS (2017) bahwa hasil produksi padi di
Kabupaten Malang mengalami penurunan, pada tahun 2015 produksi padi sebesar
470.283 ton lalu pada tahun 2016 sebesar 446.513 ton sehingga mengalami
penurunan sebesar 23.770 ton.
Tanaman padi rentan terhadap perubahan iklim sehingga perubahan iklim
dapat mempengaruhi produksi hingga gagal panen. Menurut Boer et al. (2014)
menyatakan bahwa di antara tiga komoditas pangan utama (padi, jagung, dan
kedelai), padi paling rentan terhadap kejadian iklim ekstrim yang berasosiasi
dengan El Nino. Data Kementrian Pertanian (2017) menunjukkan bahwa luas
pertanaman padi pada tahun 2015 yang rusak akibat kekeringan mencapai 580
ribu hektar, jauh lebih tinggi dibandingkan dengan kerusakan akibat banjir sebesar
100 ribu hektar. Tahun 2016 luas pertanaman padi yang rusak akibat banjir
sebesar 250 ribu hektar lebih besar dibandingkan dengan kerusakan akibat
kekeringan sebesar 70 ribu hektar.
Fenomena kerusakan pertanaman padi akibat perubahan iklim
menunjukkan perlu adanya penentuan musim tanam padi yang tepat sehingga
produksi padi tetap stabil dan tidak terjadi kerusakan akibat banjir dan kekeringan.
2

Menurut Surmaini dan Syahbuddin (2016) menyatakan bahwa dengan


penyesuaian waktu tanam dan pemilihan komoditas pada awal dan selama
musim tanam sudah dipertimbangkan untuk menghindari gagal tanam dan gagal
panen akibat kekeringan atau banjir. Perlu diketahui dampak perubahan iklim di
Kabupaten Malang dan pengaruhnya terhadap perubahan musim tanam padi.

1.2 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini yaitu:


1. Mengetahui perubahan iklim di Kabupaten Malang
2. Mengetahui perubahan musim tanam terhadap produktivtas padi di Kabupaten
Malang

1.3 Hipotesis
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini yaitu :
1. Terjadi perubahan iklim di Kabupaten Malang
2. Perubahan iklim berpengaruh terhadap perubahan musim tanam padi di
Kabupaten Malang
3

2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Perubahan Iklim di Indonesia

Perubahan iklim di Indonesia ditandai dengan peningkatan jumah curah


hujan tahunan di Wilayah Timur Indonesia, berkisar antara 490 mm/tahun (Sula-
wesi Selatan), 1.400 mm/tahun (Jawa Timur), dan peningkatan suhu siang dan
malam hari antara 0,5-1,1 OC dan 0,6-2,3 OC. Lalu di Wilayah Barat Indonesia
terjadi penurunan curah hujan tahunan sekitar 135-860 mm/tahun, dengan pening-
katan suhu siang dan malam hari antara 0,2-0,4 OC dan 02,-0,7 OC (Syahbuddin
et.al, 2004 dalam Ruminta, 2016).
Perubahan curah hujan menunjukkaan perubahan yang beragam berdasar-
kan pembagian data setiap 20 tahunan. Variasi perubahan curah hujan disebabkan
oleh faktor pengendali iklim seperti ENSO (El Nino-Southern Oscillation) yang
memiliki pengaruh besar dalam distribusi tren perubahan curah hujan. Suatu
wilayah dapat mengalami tren penurunan dan peningkan pada antar periode.
Wilayah Pantai Utara Jawa mengalami penurunan curah hujan pada periode 1971-
2000 dibandingkan dengan periode 1981-2009. Lalu di pulau Sumatera mengala-
mi penurunan curah hujan lebih dari 30 mm/tahun pada periode 1901-1930, na-
mun mengalami peningkatan curah hujan hingga lebih dari 50 mm/tahun di bagian
barat pulau tersebut pada periode 1921-1950 (Estiningtyas, 2016).
Wahab et.al (2007) dalam Suciantini (2015) menyatakan bahwa pada
musim tanam 2002/2003, terjadi musim kemarau panjang yang menyebabkan
kekeringan dan puso dan terjadi kehilangan hasil produksi padi sekitar 67,56 %.
Suciantini (2015) menyatakan bahwa terjadi perubahan iklim di Kabupaten Paci-
tan pada tahun 2007 yang ditandai dengan waktu panen lebih lambat pada tana-
man pangan yatu padi, jagung, kacang tanah, dan ubi kayu. Menurut Rizqiyah
(2006) menyatakan bahwa terjadi perubahan iklim di Kabupaten Malang selama
14 tahun terakhir (1997-2011) yang ditandai dengan perubahan kebutuhan air
yang mempengaruhi produksi kedelai. Rochimah et.al (2014) menyatakan bahwa
perubahan iklim yang terjadi di Kabupaten Malang yang ditandai dengan peru-
bahan curah hujan mempengaruhi hasil produksi dan rendemen tebu. Wilayah
Malang Raya menunjukkan peninggkatan suhu udara sebesar 0,7-08 OC dan cu-
4

rah hujan menurun sebesar 0-550 mm (Ruminta dan Handoko (2012b) dalam
Ruminta (2016).

2.2 Tinjauan Umum dan Syarat Tumbuh Padi


Tanaman padi merupakan tanaman budidaya yang banyak di budidayakan
di Indonesia, karena tanaman padi merupakan sumber pangan pokok nasional.
Padi dapat tumbuh di dataran rendah dan dataran tinggi (2.000 mdpl) (Utama,
2015).
Pertumbuhan tanaman padi dibagi ke dalam tiga fase: (1) vegetati (awal
pertumbuhan sampai pembentukan bakal malai/primordia); (2) reproduktif (pri-
mordial sampai pembungaan), dan (3) pematangan (pembungaan sampai gabah
matang). (Makarim dan Suhartik, 2009). Fase vegetatif merupakan fase pertum-
buhan organ-organ vegetatif, seperti pertambahan jumlah anakan, tinggi tanaman,
jumlah, bobot, dan luas daun. (De Datta 1981; Yoshida, 1981 dalam Makarim dan
Suhartik, 2009). Fase reproduktif ditandai dengan: (a) memanjangnya beberapa
ruas teratas batang tanaman; (b) berkurangnya jumlah anakan (matinya anakan
tidak produktif); (c) munculnya daun bendera; (d) pembungaan (Makarim dan Su-
hartik, 2009).
Curah hujan yang optimum untuk padi lahan kering adalah lebih dari
1.600 mm/tahun. Padi gogo memerlukan bulan basah minimal 4 bulan secara
berurutan. Bulan basah ialah bulan yang mempunyai curah hujan lebih dari 200
mm dan tersebar secara normal atau setiap minggu ada hujan sehingga tidak me-
nyebabkan tanaman stress karena kekeringan. Suhu minimum untuk petumbuhan
padi berkisar antara 24 oC - 29 oC. Padi gogo biasa ditanam pada lahan kering da-
taran rendah. Padi dapat tumbuh pada berbagai tipe tanah. Kandungan pH opti-
mum untuk pertumbuhan padi berkisar antara 5,5-7,5 (BPTP, 2009). Menurut
Bouman et al. (2007) menyatakan bahwa rata-rata pemakaian air untuk padi
sawah mencapai 1300 – 1500 mm di mana 25 - 50 % dari jumlah tersebut hilang
akibat perkolasi dan perembesan. Tanaman padi merupakan tanaman C3. Tana-
man C3 memiliki rasio transpirasi yang lebih tinggi dan keadaan stomata selalu
terbuka. Tanaman C3 mengalami fotorespirasi yang berdampak pada hasil bersih
fotosintesisnya lebih rendah dari tanaman C4 (Priyatno, 2012).
5

2.3 Dampak Perubahan Iklim Terhadap Padi


Perubahan iklim global berpengaruh terhadap produksi padi di Indonesia
ialah (a) kenaikan suhu udara di permukaan bumi; (b) curah hujan yang ekstrim);
(c) naiknya permukaan air laut yang menyebabkan banjir langsung dan tidak lang-
sung; (d) sering terjadi bencana alam seperti banjir yang merendam lahan-lahan
sawah sehingga mengakibatkan kegagalan atau menurunkan produksi padi (Ma-
karim dan Ikhwani, 2011).
Pengaruh perubahan iklim terhadap penurunan produksi padi terjadi di
Kabupaten Indramayu. Kabupaten Indramayu sangat rentan terhadap kejadian
iklim ekstrim, terutama kejadian iklim ekstrim seperti kekeringan. Pengaruh EN-
SO di Jawa Barat ditemukan paling kuat terjadi di Wilayah Indramayu, khususnya
pada bulan Juli, Agustus, dan September. Ketika terjadi El Nino, curah hujan di
Indramayu dapat turun sekitar 30 - 70 % dari kondisi normal (per 1oC peningkatan
anomali suhu muka laut) (Estiningtyas et.al., 2012).
Dampak perubahan iklim dalam bidang pertanian adalah kekeringan yang
terjadi di lahan pertanian (Sujinah dan Jamil, 2016). Kekeringan berdampak pada
pertumbuhan tanaman padi, terutama pada fase generatif (Akram et.al., 2013).
Kekeringan pada fase vegetatif dan generative menurunkan kandungan air pada
daun padi varietas Nerica yang kemungkinan disebabkan oleh hilangnya air me-
lalui evapotranspirasi (Sikuku et.al., 2012). Menurut Tubur et.al (2012), perla-
kuan kekeringan dan genotif berpengaruh nyata terhadap jumlah malai per
rumpun, persen pembungaan, panjang malai, persen gabah hampa, bobot gabah
per rumpun, bobot 1.000 butir, bobot basah tajuk, bobot kering tajuk dan indeks
panen. Fase generatif terganggu dapat mengurangi hasil padi dan kualitas gabah
(Tao et.al., 2006). Tingkat intensitas kekeringan pada tanaman dibagi menjadi
empat, yaitu: (1) ringan, apabila tingkat kerusakan kurang dari 25 %; (2) sedang,
apabila tingkat kerusakan lebihdari sama dengan 25 – 50 %; (3) berat, apabila
tingkat kerusakan lebih dari sama dengan 50 – 85 %; dan (4) puso, apabila tingkat
kerusakan lebih dari sama dengan 85 % (Sujinah dan Jamil, 2016).
2.4 Musim Tanam Padi
Musim tanam atau periode tanam didefinisikan sebagai periode dimana
tanaman dapat tumbuh dan berkembang secara potensial berdasarkan kondisi la-
6

han setempat (Primordia dan Santoso, 1992 dalam Patty, 2006). Penentuan peri-
ode tanam bertujuan untuk memilih waktu tanam yang tepat, dimana pada saat
faktor iklim dan tanah bukan faktor pembatas.
Awal musim tanam ialah hujan pertama yang memungkinkan menanam
tanpa deret hari kering yang panjang setelah tanam. Intensitas hujan, panjang hari
hujan dan hari kering bergantung pada jenis tanaman dan sifat tanah. Akumulasi
curah hujan 20 - 40 mm selama 2 - 5 hari berturut-turut merupakan indikasi untuk
menentukan awal musim tanam (Sivakumar 1988 dalam Surmaini dan Syahbud-
din, 2016).
Penentuan musim tanam dapat menggunakan metode dasarian yang
dikeluarkan oleh Badan Metereologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG). BMKG
menetapkan awal musim hujan dengan tiga kali dasarian (10 hari) hujan lebih
dari sama dengan 50 mm berurutan sehingga awal musim hujan dimulai pada da-
sarian pertama. Begitupun sebaliknya awal musim kering ditetapkan dengan tiga
kali dasarian hujan kurang dari sama dengan 50 mm (Aldrian et. al., 2011).
Selain itu, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Kementrian
Pertanian menyusun kalender tanam berdasarkan pada perkiraan musim dan ak-
tivitas petani. Kalender tanam ini memuat informasi estimasi awal waktu tanam,
potensi luas tanam, rotasi tanaman, dan intensitas tanam di setiap kecamatan
selama musim tanam satu tahun (Runtunuwu et al., 2013).
Lalu penetapan waktu tanam lain menggunakan Metode FAO. Menurut
metode ini, musim tanam adalah selang waktu dalam setahun dengan curah hujan
lebih dari 0.5 ETp (evapotranspirasi potensial) ditambah waktu pada akhir musim
hujan (awal musim kemarau) untuk mengevapotranspirasikan air setinggi 100 mm
dari air tanah yang masih tersimpan. Penentuan musim tanam diperlukan data bu-
lan curah hujan dan evapotranspirasi potensial (Laimeheriwa, 2014). Surmaini dan
Syahbuddin (2016) menyatakan bahwa pengambil kebijakan dan petani menyusun
manajemen produksi usaha tani membutuhkan prediksi waktu tanam yang akurat
2 hingga 3 bulan sebelum waktu tanam, agar produksi usaha tani dapat
menguntungkan pada musim tanam yang akan datang.
7

3. METODE PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu

Wilayah penelitian dilakukan di Kabupaten Malang Provinsi Jawa Timur.


Kabupaten Malang terletak antara 112o 17’, 10, 90’’ BT dan 122o 57’, 00, 00’’ BT
dan antara 7o 44’, 55,11’’ LS dan 8o 26’, 35,45’’ LS. Kondisi topografi Kabupaten
Malang berada di daerah dataran tinggi yang dikelilingi oleh beberapa gunung dan
dataran lembah pada ketinggian 250-250 mdpl yang terletak di bagian tengah
wilayah Kabupaten Malang. (Badan Pusat Statistik Kabupaten Malang, 2015).
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2018 sampai dengan bulan Maret
2018.

3.2 Bahan dan Alat


Penelitian ini menggunakan bahan data primer dan data sekunder. Data
primer berupa data wawancara dengan petani di sentra produksi padi Kabupaten
Malang. Data sekunder berupa data curah hujan di Kabupaten Malang Stasiun
Geofisika Karang Kates dari tahun 1997 hingga tahun 2016, data produktivitas
padi di Kabupaten Malang tahun 1997 hingga tahun 2016, dan peta Kabupaten
Malang. Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat tulis untuk menulis,
kuesioner wawancara, kamera, dan software Micosoft Office Excel 2010 dan
SPSS 20 untuk perangkat analisis data.
3.3 Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode survei yang menggunakan data primer
dan data sekunder. Data primer berasal dari data wawancara dan data sekunder
yang digunakan berupa data curah hujan di Kabupaten Malang dari tahun 1997
hingga tahun 2016, data produksi padi di Kabupaten Malang dari tahun 1997
hingga tahun 2016. Menurut Morissan (2016), bahwa metode kuantitatif
menggunakan variabel yang dapat diukur dan menggunakan angka untuk
menyampaikan suatu jumlah.
3.3.1 Metode Penentuan Lokasi
Penentuan lokasi sampel yang digunakan untuk penelitian dengan metode
purposive sample yaitu pemilihan lokasi berdasarkan setra produksi padi di
Kabupaten Malang. Menurut Morissan (2016), bahwa teknik purposive sample
8

menggunakan sampel berdasarkan karakteristik dan kualitas tertentu. Lalu sampel


dipilih berdasarkan panduan tertentu seperti batasan jumlah atau kategori
responden yang dipilih. Selain itu jumlah kecamatan sampel ditentukan
berdasarkan intensitas sampling 10% dari populasi, metode ini merupakan sampel
minimum penelitian yang bersifat deskriptif (Gay dan Diehl, 1992 dalam Nurrani
dan Tabba, 2013). Kecamatan yang dipilih sebagai sampel yaitu Kecamatan
Donomulyo, Kecamatan Kalipare, dan Kecamatan Kepanjen.
3.3.2 Metode Penentuan Sampel

Sampel responden yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 45


petani jumlah ini didapatkan berdasarkan bahwa penelitian bersifat korelasi
dengan jumlah minimum sampel sebesar 30 responden (Gay dan Diehl, 1992
dalam Prasetyo, 2015). Penentuan individu responden yang dipilih secara acak
(Random Sampling).

3.3.3 Teknik Pengumpulan Data

Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan
data sekunder. Data primer dikumpulkan melalui wawancara dengan petani
responden, data yang dibutuhkan yaitu musim tanam, luas lahan, sistem irigasi,
jarak tanam, produksi, dan pengetahuan tentang iklim. Data sekunder yang
dibutuhkaan yaitu data curah hujan di Kabupaten Malang dari tahun 1997 hingga
tahun 2016. Data produktivitas padi di Kabupaten Malang dari tahun 1997 hingga
tahun 2016. Data Kalender Musim Tanam Provinsi Jawa Timur dan Kabupaten
Malang. Data curah hujan diperoleh dari Badan Metereologi Klimatologi
Geofisika (BMKG) Stasiun Geofisika Karang Kates, data produktivitas padi dari
Kementrian Pertanian, dan data kalender musim tanam dari Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian Kementrian Pertanian.

3.4 Metode Analisis Data


Analisis data perubahan iklim menggunakan data iklim (curah hujan, suhu,
kelembaban, dan lama penyinaran) tahunan selama 20 tahun yang terdiri dari data
iklim tahun 1997 hingga tahun 2016. Data iklim tersebut dibagi menjadi dua
periode pengamatan, periode pertama tahun 1997 hingga tahun 2006. Periode
kedua tahun 2007 hingga tahun 2016. Analisis iklim dilakukan dengan cara
9

membandingkan perubahan rata-rata iklim selama 20 tahun antara periode


pertama dan periode kedua Data iklim dianalisis dengan bantuan software
Microsoft excel dan disajikan dalam bentuk grafik.
Analisis untuk mengetahui pengaruh antara variabel iklim dengan
produksi padi menggunakan uji korelasi dan regresi linear berganda kemudian
dilanjutkan dengan analisis deskripsi. Uji korelasi digunakan untuk mengetahui
hubungan keeratan unsur iklim dengan produksi padi. Uji regresi dilakukan jika
hubungan antara data iklim dan produksi padi memiliki hubungan yang nyata.
Analisis regresi linear berganda digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel
iklim terhadap produksi padi dengan rumus:
Y= a + b1X1+ b2X2+ b3X3+b4X4
Keterangan:
Y = Produksi Padi (ton)
X1 = Curah hujan
X2 = Suhu
X3 = Lama Penyinaran
X4 = Kelembaban udara
b1 = Koefisien Regresi Pertama
b2 = Koefisien Regresi Kedua
b3 = Koefisien Regresi Ketiga
b4 = Koefisien Regresi Keempat
10

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
4.1.1. Perubahan Iklim di Kabupaten Malang tahun 1997 hingga tahun 2016
Analisis perubahan iklim di Kabupaten Malang dibagi menjadi dua
periode. Periode pertama tahun 1997-2006 dan periode kedua tahun 2007-2016.
Unsur iklim yang diamati ialah curah hujan, suhu, lama penyinaran, dan
kelembaban udara.
1) Curah Hujan (mm)
Tabel 1. Perubahan Curah Hujan di Kabupaten Malang dalam Dua Periode
(Stasiun Geofisika Karangkates, 2018)

Bulan Tahun Periode Perubahan (mm)


1997-2006 2007-2016
Januari 375 293,11 - 81,89
Februari 293,4 309,88 +16,48
Maret 401,8 264,58 -137,22
April 236,3 275,09 +38,79
Mei 85,8 135,02 +49,22
Juni 90,7 101,26 +10,56
Juli 38,72 29,7 -9,02
Agustus 24,4 19,09 -5,31
September 35,18 56,99 +21,81
Oktober 126,8 139,46 +12,66
November 285,3 275,95 -9,35
Desember 372,6 403,87 +31,27
Tahun 2366 2304 -62
Keterangan : + = bertambah, - = berkurang

450
400
Curah Hujan (mm)

350
300
250
200
150 1997-2006
100
50 2007-2016
0
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des
Bulan

Gambar 1. Perubahan Curah Hujan di Kabupaten Malang dalam Dua Periode


11

Data perubahan curah hujan pada periode 1997-2006 dan periode 2007-
2016 dapat dilihat pada Tabel 1 dan Gambar 1 perubahan curah hujan pada dua
periode terdapat perubahan mm/bulan dan mm/tahun. Curah hujan periode 1
menuju periode 2 menunjukkan peningkatan terbesar yaitu pada bulan Mei
sebesar 49,22 mm dan penurunan terbesar yaitu pada bulan Maret sebesar 137,22
mm. Dua periode menunjukkan penurunan curah hujan sebesar 62 mm /dekade.

2) Suhu (oC)
Tabel 2. Perubahan Suhu di Kabupaten Malang dalam Dua Periode (Stasiun
Geofisika Karangkates, 2018)

Tahun Periode
Bulan Perubahan (oC)
1997-2006 2007-2016
Januari 26,07 25,98 -0,09
Februari 26,16 25,94 +2,08
Maret 26,08 26,06 -1,55
April 26,23 26,25 +0,74
Mei 26,42 26,18 -1,07
Juni 25,63 25,3 -1,87
Juli 25,07 24,54 -1,36
Agustus 24,95 24,55 -0,59
September 25,87 25,41 -2,5
Oktober 26,53 26,67 +4,12
November 26,71 26,53 -1,75
Desember 25,66 26,02 -1,22
Tahun 311,38 309,43 -21,29
Keterangan : + = bertambah, - = berkurang

27
26,5
26
25,5
Suhu (oC)

25
1997-2006
24,5
2007-2016
24
23,5
23
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des
Bulan

Gambar 2. Perubahan Suhu di Kabupaten Malang dalam Dua Periode


12

Data perubahan suhu pada periode 1997-2006 dan periode 2007-2016


dapat dilihat pada Tabel 2 dan Gambar 2 perubahan suhu pada dua periode
terdapat perubahan OC /bulan dan OC /tahun. Suhu periode 1 menuju periode 2
O
menunjukkan peningkatan terbesar yaitu pada bulan Oktober sebesar 4,12 C
O
dan penurunan terbesar yaitu pada bulan Juni sebesar 1,87 C. Dua periode
menunjukkan penurunan suhu sebesar 21,29 OC /dekade.

3) Lama Penyinaran (Jam)


Tabel 3. Perubahan Lama Penyinaran di Kabupaten Malang dalam Dua Periode
(Stasiun Geofisika Karangkates, 2018)

Tahun Periode
Bulan Perubahan (jam)
1997-2006 2007-2016
Januari 3,75 4,29 +0,55
Februari 4,19 3,82 -0,38
Maret 4,08 4,50 +0,42
April 4,77 4,80 +0,03
Mei 5,87 5,40 -0,47
Juni 6,21 5,88 -0,34
Juli 6,13 6,27 +0,14
Agustus 6,49 6,34 -0,15
September 6,33 6,97 +0,64
Oktober 6,05 6,83 +0,78
November 5,72 6,45 +0,73
Desember 4,52 4,56 +0,04
Tahun 64,12 66,10 +1,99
Keterangan : + = bertambah, - = berkurang

8,00
7,00
Lama Penyinaran (jam)

6,00
5,00
4,00
1997-2006
3,00
2007-2016
2,00
1,00
0,00
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des
Bulan
Gambar 3. Perubahan Lama Penyinaran di Kabupaten Malang dalam DuaPeriode
13

Data perubahan lama penyinaran pada periode 1997-2006 dan periode


2007-2016 dapat dilihat pada Tabel 3 dan Gambar 3 perubahan lama penyinaran
pada dua periode terdapat perubahan jam/bulan dan jam/tahun. Lama penyinaran
periode 1 menuju periode 2 menunjukkan peningkatan terbesar yaitu pada bulan
Oktober sebesar 0,78 jam dan penurunan terbesar yaitu pada bulan Mei sebesar
0,47 jam. Dua periode menunjukkan peningkatan lama penyinaran sebesar 1,99
jam /dekade.
4) Kelembaban Udara (%)
Tabel 4. Perubahan Kelembaban Udara di Kabupaten Malang dalam Dua Periode
(Stasiun Geofisika Karangkates, 2018)

Tahun Periode
Bulan Perubahan (%)
1997-2006 2007-2016
Januari 84,34 81,90 -2,44
Februari 84,12 82,05 -2,08
Maret 83,42 81,87 -1,55
April 81,69 80,95 -0,74
Mei 79,07 78,00 -1,07
Juni 77,98 76,11 -1,87
Juli 76,69 75,33 -1,36
Agustus 74,42 73,83 -0,59
September 74,32 71,82 -2,5
Oktober 75,32 71,20 -4,12
November 80,02 78,27 -1,75
Desember 84,75 83,53 -1,22
Tahun 956,14 934,85 -21,29
Keterangan : + = bertambah, - = berkurang
14

90

Kelembaban Udara (%)


85

80

75
1997-2006
70
2007-2016
65

60
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des
Bulan

Gambar 4. Perubahan Kelembaban Udara di Kabupaten Malang Dua Periode

Data perubahan kelembaban udara pada periode 1997-2006 dan periode


2007-2016 dapat dilihat pada Tabel 4 dan Gambar 4 perubahan kelembaban
udara pada dua periode terdapat perubahan % /bulan dan % /tahun. Kelembaban
udara periode 1 menuju periode 2 menunjukkan penurunan pada setiap.
Kelembaban udara mengalami penurunan terbesar yaitu pada bulan Oktober
sebesar 4,12 %. Dua periode menunjukkan penurunan kelembaban udara sebesar
21,29 % /dekade.
15

4.1.2. Kondisi Iklim di Kabupaten Malang tahun 1997-2016


Data kondisi iklim yang terdiri dari unsur iklim curah hujan, suhu, lama
penyinaran, kelembaban udara di Kabupaten Malang.
Tabel 5. Kondisi Iklim di Kabupaten Malang tahun 1997-2016 (Stasiun Geofisika
Karangkates, 2018)

Curah Hujan Lama Penyinaran Kelembaban Udara


Tahun Suhu (oC)
(mm) (Jam) (%)
1997 1.349 26,06 71,80 956,54
1998 3.147 25,75 63,29 1.012,82
1999 1.660 25,66 58,75 980,10
2000 2.345 25,93 62,46 981,16
2001 2.309 25,26 68,04 897,59
2002 2.980 26,13 50,93 1.001,65
2003 2.415 24,05 69,53 933,04
2004 2.780 25,51 70,75 923,37
2005 2.588 26,29 67,21 962,56
2006 2.087 26,57 58,42 912,50
2007 2.108 25,27 66,06 927,15
2008 2.554 26,55 60,74 936,33
2009 1.620 26,63 69,09 906,20
2010 3.382 25,83 61,94 975,60
2011 1.792 26,04 64,57 919,19
2012 2.282 25,80 68,15 914,81
2013 2.377 25,39 62,60 956,12
2014 1.771 25,72 70,58 929,20
2015 1.974 26,78 76,20 920,13
2016 3.181 26,17 61,12 963,86
Jumlah 46.700 517,39 1.302,23 18.909,92
Rata-rata 2.335 25,87 65,11 945,50
16

Curah Hujan
4.000
Curah Hujan (m) 3.500
3.000
2.500
2.000
1.500
1.000
500
0

2007

2014
1997
1998
1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006

2008
2009
2010
2011
2012
2013

2015
2016
Tahun

Gambar 5. Perubahan Curah Hujan di Kabupaten Malang tahun 1997-2016

Suhu
27
26,5
26
Suhu (oC)

25,5
25
24,5
24
23,5
23
22,5
1997
1998
1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
2014
2015
2016
Tahun

Gambar 6. Perubahan Suhu di Kabupaten Malang tahun 1997-2016


17

Lama Penyinaran
90
Lama Penyinaran(Jam) 80
70
60
50
40
30
20
10
0
1997
1998
1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
2014
2015
2016
Tahun

Gambar 7. Perubahan Lama Penyinaran di Kabupaten Malang tahun 1997-2016

Kelembaban Udara
1040
1020
Kelembaban Udara (%)

1000
980
960
940
920
900
880
860
840
820
2010

2016
1997
1998
1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009

2011
2012
2013
2014
2015

Tahun

Gambar 8. Perubahan Kelembaban Udara di Kabupaten Malang tahun 1997-2016

Kondisi curah hujan di Kabupaten Malang tahun 1997 hingga 2016


mengalami peningkatan dan penurunan (berdasarkan Tabel 5 dan Gambar 5).
Kondisi curah hujan tertinggi selama 20 tahun terakhir yaitu tahun 2010 sebesar
3.382 mm/tahun, sedangkan kondisi curah hujan terendah selama 20 tahun
terakhir yaitu tahun 1997 sebesar 1.349 mm/tahun. Lalu curah hujan sedang
selama 20 tahun terakhir yaitu tahun 2000 sebesar 2.345 mm/tahun. Rata-rata
curah hujan selama 20 tahun terakhir sebesar 2.335 mm.
18

Kondisi suhu di Kabupaten Malang tahun 1997 hingga 2016 mengalami


peningkatan dan penurunan (berdasarkan Tabel 5 dan Gambar 6). Kondisi suhu
tertinggi selama 20 tahun terakhir yaitu tahun 2015 sebesar 26,75 oC/tahun,
sedangkan suhu terendah selama 20 tahun terakhir yaitu tahun 2003 sebesar 24,05
o
C/tahun. Lalu suhu sedang selama 20 tahun terakhir yaitu tahun 2000 sebesar
25,93 oC/tahun. Rata-rata suhu selama 20 tahun terakhir sebesar 25,87 oC.
Kondisi lama penyinaran tahun 1997 hingga 2016 mengalami peningkatan
dan penurunan (berdasarkan Tabel 5 dan Gambar 7). Kondisi lama penyinaran
tertinggi selama 20 tahun terakhir yaitu tahun 2015 sebesar 76,20 jam/tahun,
sedangkan lama penyinaran terendah selama 20 tahun terakhir yaitu tahun 2007
sebesar 66,06 jam/tahun. Lalu lama penyinaran sedang selama 20 tahun terakhir
yaitu tahun 2002 sebesar 50,95 jam/tahun. Rata-rata lama penyinaran selama 20
tahun terakhir sebesar 65,11 jam.
Kondisi kelembaban udara tahun 1997 hingga 2016 mengalami
peningkatan dan penurunan (berdasarkan Tabel 5 dan Gambar 8). Kondisi
kelembaban udara tertinggi selama 20 tahun terakhir yaitu tahun 1998 sebesar
1.021,82 %/tahun, sedangkan kelembaban udara terendah selama 20 tahun terkhir
yaitu tahun 2001 sebesar 897,59 %/tahun. Lalu kelembaban udara sedang selama
20 tahun terakhir yaitu tahun 2008 sebesar 936,33 %/tahun. Rata-rata kelembaban
udara selama 20 tahun terakhir sebesar 945,50 %.
19

4.1.3. Produktivitas Padi


Data perkembangan produksi, luas lahan, dan produktivitas Padi di
Kabupaten Malang pada Tabel 6. Produksi padi dari tahun 1997 hingga 2016
mengalami peningkatan dan penurunan. Produksi padi tertinggi selama 20 tahun
terakhir yaitu tahun 2015 sebesar 470.283 ton, sedangkan produksi padi terendah
selama 20 tahun terakhir yaitu tahun 2007 sebesar 330.422 ton. Rata-rata produksi
padi selama 20 tahun teraakhir yaitu sebesar 388.570 ton.
Luas lahan dari tahun 1997 hingga 2016 mengalami peningkatan dan
penurunan. Luas lahan tertinggi selama 20 tahun terakhir terdapat pada tahun
2006 sebesar 71.202 ha, sedangkan luas lahan terendah terdapat pada tahun 2002
sebesar 56.434 ha. Rata-rata luas lahan padi selama 20 tahun terakhir yaitu
sebesar 56.434 ha.
Produktivitas padi dari tahun 1997 hingga 2016 mengalami peningkatan
dan penurunan. Produktivitas padi tertinggi selama 20 tahun terakhir yaitu tahun
2016 sebesar 7,08 ton/ha, sedangkan produktivitas terendah selama 20 tahun
terakhir yaitu tahun 1999 sebesar 5,35 ton/ha. Rata-rata produktivitas padi selama
20 tahun terakhir sebesar 61,22 ku/ha.
20

Tabel 6. Produksi, luas lahan, dan produktivitas padi di Kabupaten Malang tahun
1997-2016 (Kementrian Pertanian, 2017).

Tahun Produksi (ton) Luas Lahan (Ha) Produktivitas (Ton/Ha)


1997 352.193 63.119 5.58

1998 365.704 67.006 5.46

1999 379.215 70.894 5.35

2000 332.791 59.559 5.58

2001 345.370 59.952 5.76

2002 334.574 56.434 5.93

2003 351.001 64.344 5.45

2004 365.056 63.089 5.78

2005 344.313 59.896 5.75

2006 367.424 71.202 5.41

2007 330.422 60.465 6.02

2008 416.396 65.569 6.67

2009 429.372 66.344 6.78

2010 407.564 65.171 6.92

2011 444.990 66.611 6.68

2012 416.605 59.901 6.69

2013 464.498 65.597 6.96

2014 407.118 58.974 6.75

2015 470.283 67.648 7.03

2016 446.513 71.001 7.08

Jumlah 7.771.402 1.282.776 123,63


Rata-rata 388.570 64.139 11,77
21

4.1.4. Uji Korelasi Iklim terhadap Produktivitas Padi


Tabel 7. Uji Korelasi Iklim terhadap Produktivitas Padi

Correlations
Curah Lama
Suhu Kelembaban
Produktivitas Hujan O
Penyinaran
( C) Udara (%)
(mm) (Jam)
Pearson
1 .090 .338 .160 -.253
Correlation
Produktivitas Sig. (2-
.707 .144 .500 .283
tailed)
N 20 20 20 20 20
Pearson
.090 1 -.111 -.417 .490*
Correlation
Curah Hujan
Sig. (2-
(mm) .707 .642 .068 .028
tailed)
N 20 20 20 20 20
Pearson
.338 -.111 1 -.119 -.004
Correlation
Suhu (oC) Sig. (2-
.144 .642 .617 .988
tailed)
N 20 20 20 20 20
Pearson
.160 -.417 -.119 1 -.555*
Lama Correlation
Penyinaran Sig. (2-
.500 .068 .617 .011
(Jam) tailed)
N 20 20 20 20 20
Pearson
-.253 .490* -.004 -.555* 1
Correlation
Kelembaban
Sig. (2-
Udara (%) .283 .028 .988 .011
tailed)
N 20 20 20 20 20
*. Korelasi signifikan pada taraf 0.05

Hasil korelasi antara unsur iklim dengan produktivitas padi memiliki arah
positif dan arah negatif. Korelaasi yang memiliki arah positif dimiliki oleh
variabel curah hujan, suhu, dan lama penyinaran. Masing-masing koefisiennya
ialah (r = 0,090), (r = 0,338), dan (r = 0,160). Korelasi yang memiliki arah negatif
ialah variabel kelembaban udara dengan koefisien (r = -0,253).
22

4.1.5. Uji Regresi Linier Berganda Pengaruh Iklim terhadap Produktivitas Padi
Tabel 8. Uji Regresi Linier Berganda Pengaruh Iklim terhadap Produktivitas Padi
Coefficients

Unstandardized Standardized Collinearity


Coefficients Coefficients Statistics
Model t Sig.
Std.
B Beta Tolerance VIF
Error
(Constant) -0,596 9,017 -0,066 0,948
Curah Hujan
0,001 0,000 0,372 1,433 0,172 0,711 1,407
(mm)
Suhu (oC) 0,414 0,232 0,399 1,783 0,095 0,954 1,048
Lama
Penyinaran 0,020 0,030 0,177 0,647 0,527 0,644 1,552
(Jam)
Kelembaban
-0,007 0,005 -0,336 -1,198 0,249 0,610 1,638
Udara (%)

a. Variabel terikat: Produktivitas

Gambar 9. Histogram Persamaan Regresi Linear Berganda Pengaruh Iklim


terhadap Produktivitas Padi
23

Variabel terikat pada regresi linear berganda ini ialah produktivitas padi
sedangkan variabel bebasnya ialah curah hujan, suhu, lama penyinaran,
kelembaban udara. Berdasarkan analisis regresi linier berganda, pengaruh antara
iklim terhadap produktivitas padi diperoleh persamaan Y = -0,596 + 0,001 X1 +
0,414 X2 + 0,020 X3 – 0,007 X4. Hasil tersebut menunjukkan bahwa setiap
peningkatan 1 mm curah hujan maka akan meningkatkan produktivitas sebesar
0,001 ton/ha, peningkatan 1OC suhu maka akan meningkatkan produktivitas
sebesar 0,414 ton/ha, peningkatan 1 jam lama penyinaran meingkatkan
produktivitas sebesar 0,020 ton/ha, dan peningkatan 1% kelembaban udara maka
akan menurunkan produktivitas sebesar 0,007 ton/ha. Variabel yang memberikan
pengaruh paling besar ialah variabel suhu.

4.1.6. Uji t (Uji Parsial) Pengaruh Iklim terhadap Produktivitas Padi


Tabel 9. Uji t Pengaruh Iklim terhadap Produktivitas Padi
Variabel t hitung Sig. t tabel
Curah Hujan 1,433 0,172 2,776
Suhu 1,783 0,095 2,776
Lama Penyinaran 0,647 0,527 2,776
Kelembaban Udara -1,198 0,249 2,776

Berdasarkan hasil analisis regresi berganda, diperoleh hasi uji t pengaruh


iklim terhadap produktivitas padi. Variabel curah hujan diperoleh nilai t hitung

sebesar 1,433 dengan signifikansi sebesar 0,172. Karena t hitung <t tabel (1,433 <
2,776) atau sig.t > 5% (0,172 > 0,005), maka dapat disimpulkan bahwa secara
parsial variabel curah hujan tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel
prduktivitas padi. Variabel suhu diperoleh nilai t hitung sebesar 1,783 dengan
signifikansi sebesar 0,095. Karena t hitung <t tabel (1,783 < 2,776) atau sig.t > 5%
(0,095 > 0,005), maka dapat disimpulkan bahwa secara parsial variabel suhu
tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel produktivitas padi. Variabel lama
penyinaran diperoleh nilai t hitung sebesar 0,647 dengan signifikansi sebesar 0,527.
Karena t hitung < t tabel (0,647 < 2,776) atau sig.t > 5% (0,527 > 0,005), maka dapat
disimpulkan bahwa secara parsial variabel lama penyinaran tidak berpengaruh
signifikan terhadap variabel prduktivitas padi. Variabel kelembaban udara
24

diperoleh nilai t hitung sebesar -1,198 dengan signifikansi sebesar 0,249. Karena t
hitung < t tabel (-1,198 < 2,776) atau sig.t > 5% (0,249 > 0,005), maka dapat
disimpulkan bahwa secara parsial variabel kelembaban udara tidak berpengaruh
signifikan terhadap variabel produktivitas padi. Hasil uji t positif menunjukkan
variabel iklim (curah hujan, suhu, lama penyinaran, dan kelembaban udara)
mempunyai hubungan searah dengan produktivitas padi.

4.1.7. Koefisien Determinasi Pengaruh Iklim terhadap Produktivitas Padi


Tabel 10. Koefisien Determinasi Pengaruh Iklim terhadap Produktivitas Padi
Regression Statistics
Multiple R 0,531
R Square 0,282
Adjussted R Square 0,090
Standard Error 0,6106

Uji regresi linear berganda menunjukkaan nilai R square sebesar 0,282


atau 28%. Artinya bahwa keragaman produktivitas padi dipengaruhi oleh 28%
variabel bebas curah hujan, suhu, lama penyinaran, dan kelembaban udara.
Pengaruh variabel lain diluar variabel yang diteliti sebesar 72%.
25

4.1.8. Wawancara Petani di Kabupaten Malang


Tabel 11. Persentase Hasil Wawancara Petani di Kabupaten Malang
No Pertanyaan YA TIDAK
1 Apakah anda mengetahui tentang perubahan iklim? 57% 43%
2 Apakah anda mengetahui dampak dari perubahan iklim? 33% 57%
3 Apakah perubahan iklim mempengaruhi produktivitas padi? 35% 65%
4 Apakah anda sudah merasakan adanya perubahan iklim? 53% 47%
Apakah anda menggunakan varietas yang tahan terhadap
5 0% 100%
perubahan iklim?
Apakah anda akan mengatur sistem tata air jika terjadi perubahan
6 0% 100%
iklim?
Apakah anda mengikuti musim tanam yang disarankan oleh
7 0% 100%
pemerintah?
Apakah anda akan melakukan pergeseran waktu tanam jika terjadi
8 27% 73%
perubahan iklim?

Hasil wawancara petani berdasarkan metode penentuan lokasi dan metode


penentuan sampel. Presentase menunjukkan bahwa 57% petani mengetahui
adanya perubahan iklim. Petani yang mengetahui dampak perubahan iklim
sebanyak 33%. Petani yang mengetahui perubahan iklim dapat mempengaruhi
produktivitas padi sebanyak 35%. Petani yang sudah merasakan adanya
perubahan iklim sebanyak 53%. Petani yang menjadi subjek pengamatan 100%
tidak menggunakan varietas yang tahan terhadap perubahan iklim. Petani tidak
mengatur sistem tata air jika terjadi perubahan iklim sebanyak 100 %. Petani tidak
mengikuti musim tanam yang disarankan pemerintah sebanyak 100 %. Petani
melakukan pergeseran waktu tanam jika terjadi perubahan iklim sebanyak 100 %.

4.2 Pembahasan

4.2.1. Perubahan Iklim di Kabupaten Malang tahun 1997-2016


Perubahan iklim di Kabupaten Malang tahun 1997 hingga 2016 pada
unsur iklim curah hujan, suhu, lama penyinaran, dan kelembaban udara. Hasil
perbandingan dua periode iklim yaitu periode1 (1997-2006) dan periode 2 (2007-
2016) menunjukkan peningkatan dan penurunan dari setiap unsur iklim.
Unsur iklim curah hujan selama dua periode menunjukkan penurunan
curah hujan sebesar 62 mm/dekade dan setiap bulan pun telah terjadi perubahan
26

mm/bulan. Unsur iklim suhu selama dua periode menunjukkan penurunan suhu
sebesar 1,95 OC/ dekade dan setiap bulan pun telah terjadi perubahan OC/bulan.
Unsur iklim lama penyinaran selama dua periode menunjukkan peningkatan
jam/dekade sebesar 1,98 jam dan setiap bulan pun telah terjadi perubahan
jam/bulan. Unsur iklim kelembaban udara selama dua periode menunjukkan
penurunan persentase sebesar 21,28% lalu di setiap bulan selama dua periode
telah terjadi perubahan persentase dalam kelembaban udara.
Menurut Syahbuddin et.al (2004) dalam Ruminta (2016) bahwa telah
terjadi perubahan iklim di Indonesia ditandai dengan peningkatan jumah curah
hujan tahunan di wilayah timur Indonesia, berkisar antara 490 mm/tahun
(Sulawesi Selatan), 1.400 mm/tahun (Jawa Timur), dan peningkatan suhu siang
O O
dan malam hari antara 0,5-1,1 C dan 0,6-2,3 C. Lalu di wilayah barat
Indonesia terjadi penurunan curah hujan tahunan sekitar 135-860 mm/tahun,
dengan peningkatan suhu siang dan malam hari antara 0,2-0,4 OC dan 02,-0,7 OC.
Lalu menrut Ruminta dan Handoko (2012b) dalam Ruminta (2016) bahwa di
wilayah Malang Raya menunjukkaan peninggkatan suhu udara sebesr 0,7-08 OC
dan curah hujan menurun sebesar 0-550 mm.
Penyebab perubahan iklim tersebut yaitu peningkataan aktivitas manusia
yang menyebabkan kenaikan gas rumah kaca di atmosfer. Contoh peningkatan
aktivitas manusia ialah alih guna fungsi lahan, aktivitas pertanian, peternakan,
limbah rumah tanggga, dan penggunaan transportasi yang semakin tinggi dan
limbah hasil sektor industri sehingga terjadi peningkatan CO2 atmosfer. Menurut
UNEP/WMO (2000) dalam Hairiah et.al (2016) bahwa gas rumah kaca yang
menyelimuti bumi terdiri dari karbon dioksida (CO2), gas methane (CH4), dan
dinitrogen oksida (N2O). Gas tersebut menyerap radiasi gelombang lalu diubah
menjadi gelombang panjang, gelombang panjang tersebut dipantulkan kembali
ke bumi sehingga suhu bumi semakin panas.

4.2.2. Pengaruh Perubahan Curah Hujan terhadap Produktivitas Padi


Perubahan curah hujan di Kabupaten Malang dari tahun 1997-2016
sebesar 62 mm. Jumlah rata-rata curah hujan periode 1 (1997-2006) sebesar 2366
mm dengan rerata sebesar 197,17 mm per bulan. Jumlah rata-rata curah hujan
27

periode 2 (2007-2016) sebesar 2304 mm dengan rerata sebesar 192 mm per bulan.
Hasil analisis regresi menunjukkan bahwa setiap peningkatan 1 mm curah hujan
maka akan meningkatkan produktivitas sebesar 0,001 ton/ha. Variabel curah hujan
diperoleh nilai t hitung sebesar 1,433 dengan signifikansi sebesar 0,172. Karena t
hitung < t tabel (1,433 < 2,776) atau sig.t > 5% (0,172 > 0,005), maka dapat
disimpulkan bahwa secara parsial variabel curah hujan tidak berpengaruh
signifikan terhadap variabel prduktivitas padi. Namun jika hasil uji t positif maka
variabel curah hujan mempunyai hubungan searah dengan prooduktivitas padi.
Pengaruh yang tidak signifikan bisa terjadi karena curah hujan yang besar
di Kabupaten Malang memberikan pengaruh terhadap produktivitas padi.
Produktivitas rendah karena curah hujan dapat menganggu pertumbuhan tanaman
padi jika melebihi kebutuhan air rata-rata tanaman. Contoh jika terjadi gagal
panen akibat banjir, lalu air terlalu banyak mudah terserang penyakit. Penyebab
curah hujan yang tidak menentu bisa disebabkan oleh La-Nina yang biasanya
terjadi pada musim hujan. Menurut Bouman et al. (2007) bahwa rata-rata
pemakaian air untuk padi sawah mencapai 1300–1500 mm di mana 25–50% dari
jumlah tersebut hilang akibat perkolasi dan perembesan. Lalu menurut Patridge
dan Mashum (2002) dalam Irawan (2006) bahwa La-Nina menyebabkan
kelembaban udara dan curah hujan meningkat drastis yang mengakibatkan banjir
pada daerah tertentu dan merangsang peningkatan hama dan penyakit.

4.2.3. Pengaruh Perubahan Suhu terhadap Produktivitas Padi


Perubahan suhu di Kabupaten Malang dari tahun 1997-2016 sebesar 1,95
O
C. Jumlah rata-rata suhu periode 1 (1997-2006) sebesar 311,38 OC dengan rerata
sebesar 25,80 OC per bulan. Jumlah rata-rata curah hujan periode 2 (2007-2016)
O O
sebesar 309,43 C dengan rerata sebesar 25,79 C per bulan. Hasil analisis
O
regresi menunjukkan bahwa setiap peningkatan 1 C suhu maka akan
meningkatkan produktivitas sebesar 0,414 ton/ha. Variabel suhu diperoleh nilai t
hitung sebesar 1,783 dengan signifikansi sebesar 0,095. Karena t hitung < t tabel (1,783
< 2,776) atau sig.t > 5% (0,095 > 0,005), maka dapat disimpulkan bahwa secara
parsial variabel suhu tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel prduktivitas
28

padi. Namun jika hasil uji t positif maka variabel suhu mempunyai hubungan
searah dengan prooduktivitas padi.
Hasil analisis regresi menunjukkan bahwa semakin tinggi suhu maka
produktivitas padi semakin tinggi. Rerata suhu di Kabupaten Malang pada dua
periode berkisar antara 25,79 OC – 25,80 OC per bulan. Sehingga suhu ini masih
berada dalam kisaran suhu minimum dan optimum. Jika melebihi batas suhu
optimum maka akan mengakibatkan penurunan produktivitas padi. Menurut
Khamid (2016) bahwa suhu yang tinggi akan menghambat pematangan polen
yang menyerbuki stigma. Pada suhu 33 OC terjadi penurunan persentase bunga
dengan jumlah polen yang matang sebesar 10% dari suhu 32 OC. Namun jika suhu
terlalu rendah maka akan menghambat pertumbuhan padi. Menurut Rohaeni et.al
O
(2016) menyatakan bahwa suhu rendah yaitu 18 C menunjukkan daya
kecambah rata-rata 18 galur padi sebesar 61,41 % dan terus menurun hingga pada
suhu 12 OC dengan persentase sebesar 21,59 %. Menurut Gunarsih et.al (2016)
bahwa suhu rendah dapat menghambat peertumbuhan bibit, pertumbuhan anakan
terhambat, menyebabkan disklorasi daun, memperlambat waktu pembungaan,
menyebabkan ekskresi malai tidak normal, meningkatkan sterilitas malai,
pematanagan malai tidak teratur, dan menurunkan hasil gabah.

4.2.4. Pengaruh Perubahan Lama Penyinaran terhadap Produktivitas Padi


Perubahan lama penyinaran di Kabupaten Malang dari tahun 1997-2016
sebesar 1,986 jam. Jumlah rata-rata lama penyinaran periode 1 (1997-2006)
sebesar 64,118 jam dengan rerata sebesar 5,34 jam per bulan. Jumlah rata-rata
lama penyinaran periode 2 (2007-2016) sebesar 66,104 dengan rerata sebesar 5,51
jam per bulan. Variabel lama penyinaran diperoleh nilai t hitung sebesar 0,647
dengan signifikansi sebesar 0,527. Karena t hitung < t tabel (0,647 < 2,776) atau sig.t
> 5% (0,527 > 0,005), maka dapat disimpulkan bahwwa secara parsial variabel
lama penyinaran tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel prduktivitas padi.
Namun jika hasil uji t positif maka variabel lama penyinaran mempunyai
hubungan searah dengan prooduktivitas padi.
Lama penyinaran menunjukkan semakin tinggi lama penyinaran, maka
sinar matahari yang di serap oleh tanaman semakin banyak. Jika sinar maatahari
29

yang diserap banyak maka proses fotonsitesis dapat berjalan optimal, sehingga
produktivitas dapat meningkat. Menurut Pertamawati (2010) dalam Alridiwirsah
et.al (2015) bahwa intensitas cahaya dan lama penyinaran dalam fotosintesis
berpengaruh pada pertumbuhan (vegetatif) dan kegiatan reproduksi (generatif)
tumbuhan di daerah tropis. Respon tumbuhan terhadap fotoperiodik dapat berupa
pembungaan, perkecambahan, dan perkembangan.

4.2.5. Pengaruh Perubahan Kelembaban Udara terhadap Produktivitas Padi


Perubahan lama penyinaran di Kabupaten Malang dari tahun 1997-2016
sebesar 1,986 jam. Jumlah rata-rata lama penyinaran periode 1 (1997-2006)
sebesar 64,118 jam dengan rerata sebesar 5,34 jam per bulan. Jumlah rata-rata
lama penyinaran periode 2 (2007-2016) sebesar 66,104 dengan rerata sebesar 5,51
jam per bulan. Variabel kelembaban udara diperoleh nilai t hitung sebesar -1,198
dengan signifikansi sebesar 0,249. Karena t hitung <t tabel (-1,198 < 2,776) atau
sig.t > 5% (0,249 > 0,005), maka dapat disimpulkan bahwa secara parsial
variabel kelembaban udara tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel
prduktivitas padi. Karena hasil uji t negatif maka variabel kelembaban udara
memliki hubungan berbanding terbalik dengan produktivitas padi.
Kelembaban udara mempunyai hubungan yang nyata dengan curah hujan.
Jadi semakin tinggi curah hujan maka kelembaban udara pun semakin tinggi.
Kelembaban udara mempengaruhi produktivitas padi. Kelembaban udara yang
tinggi mempengaruhi peningkatan hama dan penyakit yang dapat menurunkan
produktivitas padi. Menurut Nuryanto (2014) bahwa keparahan penyakit hawar
pelepah meningkat pada kondisi suhu dan kelembaban udara yang tinggi di
lingkungan pertanaman. Menurut NS (2015) bahwa kelembaban yang tinggi akan
menyebabkan penurunan produksi, luasan panen, dan produktivitas padi sawah.

4.2.6. Pengaruh Perubahan Iklim terhadap Perubahan Musim Tanam


Perubahan curah hujan terjadi dalam dua periode (1997-2006) dan (2007-
2016) (Tabel 1). Perubahan curah hujan terjadi tiap bulan sehingga dapat
mempengaruhi perubahan musim tanam. Jika penentuan musim tanam tidak
disesuaikan dengan perubahan iklim maka akan terjadi penurunan produktivitas
30

padi. Selain itu berdasarkan hasil wawancara petani 27% petani (Tabel 11)
melakukan perubahan musim tanam jika terjadi perubahan iklim. Petani
melakukan perubahan musim tanam berdasarkan pengalaman budidaya padi.
Sehingga langkah petani dalam melakukan perubahan musim tanam merupakan
strategi adaptasi. Lalu Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang)
Kementrian strategi adaptasi terhadap perubahan iklim, yaitu menyusun kalender
tanaman padi di setiap kecamatan di seluruh Indonesia. Informasi kalender tanam
belum mencapai petani di Kabupaten Malang, sehingga petani menentukan awal
musim tanam berdasarkan kehendak sendiri dan pengalaman.
Menurut Balitbang Pertanian (2011) bahwa adanya kecendrungan
pemendekan musim hujan dan peningkatan curah hujan di bagian selatan Jawa
dan Bali mengakibatkan perubahan awal dan durasi musim tanam, sehingga
mempengaruhi (IP) luas areal tanam, awal waktu tanam dan pola tanam. Menurut
KP3I Kemetrian Pertanian (2009) bahwa adaptasi ialah tindakan atau upaya
penyesuaian diri secara manajerial, teknologi, dan pola pertanian, agar dampak
perubahan iklim dapat diminimumkan bahkan dapat dimanfaatkan untuk
meningkatkan produksi pertanian. Menurut Runtunuwu et.al (2012) bahwa
kalender tanam terpadu berisi awal waktu tanam pada setiap level kecamatan,
wilayah rawan terkena bencana kekeringan dan banjir, serangan organisme
penganggu tanaman (OPT), dn informasi rekomendasi teknologi berupa pupuk,
varietas, dan kebutuhan benih yang perlu disiapkan pengguna untuk musim tanam
berikutnya.
4.2.7. Koefisien Determinasi Pengaruh Iklim terhadap Produktivitas Padi
Uji regresi linear berganda menunjukkaan nilai R square sebesar 0,282
atau 28%. Artinya bahwa keragaman produktivitas padi dipengaruhi oleh 28%
variabel bebas curah hujan, suhu, lama penyinaran, dan kelembaban udara.
Pengaruh variabel lain diluar variabel yang diteliti sebesar 72%. Variabel lain di
luar variabel lain yang diteliti yaitu varietas, irigasi, sistem tanam, jarak tanam,
dan pemupukan.
Varietas padi yang digunakan oleh petani yaitu varietas IR64, Cibogo, dan
Mekongga. Menurut Djunainah et.al (1993) dalam Yunanda et.al (2013)
menyatakan bahwa varietas IR64 salah satu varietas padi sawah yang digemari
31

petani dan konsumen karena rasa enak, umur genjah (110-125 hari), dan potensi
hasil yang tinggi. Jarak tanam yang digunakan petani yaitu 20cm x 20cm dan
30cm x 30 cm. Jarak tanam mempengaruhi pertumbuhan tanaman padi yang dapat
mempengaruhi produktivitas padi, karena jarak tanam semakin rapat
mempengaruhi persaingan mengambil unsur hara, cahaya matahari, dan air.
Menurut Masdar et.al (2006) menyatakan bahwa jarak tanam 30cm x 30cm
memberikan hasil terbaik yaitu jumlah anakan produktif per rumpun dan jumlah
bulir per malai dibanding jarak tanam 25cm x 25cm dan 20cm x 20 cm.
Sistem tanam yang banyak digunakan petani yaitu sistem tanam
monokultur. Menurut Price (1991) dalam Weni et.al (2016) bahwa serangga
herbivora dapat berkembang biak dengan baik pada pertanaman monokultur yang
dipupuk, disiang dan diairi secara intensif. Pupuk yang biasa digunakan petani
yaitu pupuk NPK, Urea, SP36, ZA, dan Phonska. Pupuk dan dosis yang diberikan
ke tanaman mempengaruhi produktivitas padi. Menurut Kasniari dan Supadma
(2007) bahwa pemupukan salah satu faktor penentu peningkatan produksi pangan.
Sistem irigasi yang biasa digunakan petani yaitu sistem irigasi konvensional
(penggenangan). Menurut Subari et.al (2012) bahwa pemberian air yang
diterapkan petani pada budidaya padi sawah ialah menggunakan genangan (5-10
cm) secara kontinyu pada fase pertumbuhan tanaman vegetatif, genertif, dan
pengisian bulir.
32

5. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

1. Kabupaten Malang telah terjadi keragaman iklim yang ditunjukkan dengan


peningkatan dan penurunan curah hujan, suhu, lama penyinaran, dan
kelembaban udara dari tahun 1997-2016.
2. Hasil analisis keragaman produktivitas padi 72 % dipengaruhi oleh teknik
budidaya yaitu varietas, irigasi, sistem tanam, jarak tanam, dan pemupukan,
lalu 28 % dipengaruhi oleh iklim yaitu curah hujan, suhu, lama penyinaran,
dan kelembaban udara.
3. Perubahan iklim tidak mempegaruhi perubahan musim tanam padi pada lahan
irigasi di Kabupaten Malang.

5.2 Saran

Perlu diadakan penelitian lebih lanjut pada wilayah di Kabupaten Malang


yang memiliki sumber irigasi yang tersedia tidak perlu dilakukan analisis curah
hujan. Wilayah yang memiliki irigasi tadah hujan perlu dilakukan analisis curah
hujan.
33

DAFTAR PUSTAKA

Aldrian, E., M, Karmini.dan Budiman. 2011. Adaptasi dan Mitigasi Perubahan


Iklim di Indonesia. Pusat Perubahan Iklim dan Kualitas Udara Kedeputian
Bidang Klimatologi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika
(BMKG). Jakarta Pusat.

Akram, H.M., A, Ali., A. Sattar., H.S.U, Rehman, and A. Bibi. 2013. Impact of
water deficit stress on various physiological and agronomic traits of three
basmati rice Ioryza sativa L. ) cultivar. The Journal Animal and Sciences
23(5):1415-1423.

Alridiwirsah., H.Hamidah., MH. Erwin.,Y.Muchtar. 2015. Uji Toleransi Beberapa


Varietas Padi (Oryza sativa L.) terhadap Naungan.Jurnal Pertanian Tropik
2 (2): 93-101.

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. 2011. Pedoman Umum Adaptasi


Perubahan Iklim Sektor Pertanian. Kementrian Pertanian.

Boer, R., A, Faqih, and R, Ariani. 2014. Relationship between Pacific and Indian
Ocean Sea Surface Temperature Variability and Rice Production,
Harvesting Area and Yield in Indonesia. Conference on the Economics of
Climate Change. Cambodia.

Bouman BAM, Humphreys E, Tuong TP, Barker R. 2007. Rice and water.
Advances in Agronomy 92 (4):187–237.

Badan Pusat Statistik. 2017. Kabupaten Malang dalam Angka 2017. BPS
Kabupaten Malang. Malang.

Estiningtyas, W., R. Boer., I, Las, dan A, Buono. 2012. Identifikasi Dan Delineasi
Wilayah Endemik Kekeringan Untuk Pengelolaan Risiko Iklim Di
Kabupaten Indramayu. Jurnal Metereologi dan Geofisika 13 (1): 9-20.

Estiningtyas, W. 2016. Penelitian dan Pengembangan Analisis Key Area Iklim


dan Neraca Air Mendukung UPSUS PAJALE. Buletin Hasil Penelitian
Agroklimat dan Hidrologi 13 (5): 53-72
Gunarsih,C.,Nafisah.,T.Sitaresmi. 2016. Pembentukan Varietas Padi Sawah
Dataran Tinggi Toleran Cekaman Suhu Rendah. Iptek Tanaman Pangan
11 (2): 107-117.
Hairiah,,K.,S.Rahayu.,D.Suprayogo.,C.Prayogo. 2016. Perubahan Iklim: Sebab
dan Dampaknya terhadap Kehidupan. World Agroforestry Centre
(ICRAF) dan Universitas Brawijaya.
34

Irawan, B. 2006. Fenomena Anomali Iklim El Nino dan La Nina: Kecendrungan


Jangka Panjang dan Pengaruhnya Terhadap Produksi Pangan. Forum
Penelitian Agro Ekonomi 24 (1): 28-45.
Kasniari, D.N., Supadma, A.A.N. 2007. Pengaruh Pemberian Beberapa Dosis
Pupuk (N, P, K ) dan Jenis Pupuk Alternatif terhadap Hasil Tanaman Padi
(Oryza sativa L.) dan Kadar N, P, K Inceptisol Selemadeg, Tabanan.
Jurnal Agritop 26 (4):168-176.
Khamid, MBR. 2016. Review: Mekanisme Tanaman Padi (Oryza Sativa L.)
dalam Menghadapi Cekaman Suhu Tinggi Pada Stadia Generatif. Jurnal
Agrotek Indonesia 1 (2): 19-139.
Kementrian Pertanian. 2017. Statistik Iklim, Organisme Penganggu Tanaman dan
Dampak Perubahan Iklim. Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
Sekretariat Jenderal – Kementrian Pertanian. Jakarta.

KP3I (Konsorsium Penelitian dan Pengembangan Perubahan Iklim) 2009.


Laporan Akhir Kegiatan 2008-2099. Badan Peneltian dan Pengembangan
Pertanian: Jakarta.

Laimeheriwa, S. 2014. Analisis Peluang Kejadian Deret Hari Kering Selama


Musim Tanam Di Kota Ambon. Jurnal Agrologia 3 (2): 83-90.

Masdar., Kasim, M., Rusman. B., Hakim, N., Helmi. 2006. Tingkat Hasil dan
Komponen Hasil Sistem Intensifikasi Padi (SRI) Tanpa Pupuk Organik di
Daerah Curah Hujan Tinggi. Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian 8 (2): 126-131.

Morissan. 2016. Metode Penelitian Survei. Penerbit Kencana. Jakarta.

NS, Khodijah. 2015. Hubungan Antara Perubahan Iklim dan Produksi Tanaman
Padi di Lahan Rawa Sumatera Selatan. Enviagro Jurnal Pertanian dan
Lingkungan 8 (2): 83-91.

Nurrani, L. dan S, Tabba. 2013. Persepsi Dan Tingkat Ketergantungan


Masyarakat Terhadap Sumberdaya Alam Taman Nasional Aketajawe
Lolobata Di Provinsi Maluku Utara. Jurnal Penelitian Sosial dan Ekonomi
Kehutanan 10 (1) : 61-73.

Nuryano, B.,A.Priyatmojo.,B.Hadisutrisno. 2014. Pengaruh Tinggi Tempat dan


Tipe Tanaman Padi terhadap Keparahan Penyakit Hawar Pelepah. Jurnal
Penelitian Pertanian Tanaman Pangan 33 (1): 1-8.

Patty, AL. 2006. Penentuan Musim Tanam Berdasarkan Analisis Curah Hujan
Dan Kajian Neraca Air Daerah Kabupaten Halmahera Utara. Jurnal
Agroforestri (1) 1: 38-47.
35

Prasetyo, SB. 2015. Dampak Perubahan Iklim terhadap Produktivitas Kopi


Robusta (Coffea robusta) di Kabupaten Malang. Skripsi. Universitas
Brawijaya. Malang.

Priyatno, T.P. 2012. Pengembangan Padi C4 Strategi Inovasi Adaptif


Menghadapi Pemanasan Global. Balai Besar Penelitian dan
Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian.

Rizqiyah, F. 2006. Dampak Pengaruh Perubahan Iklim Global Terhadap Produksi


Kedelai (Glicine max L.Merril) di Kabupaten Malang. Jurusan Keteknikan
Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya.
Rochimah, RN., Soemarno. dan A.W, Muhaimin. 2014. Pengaruh Perubahan
Iklim terhadap Produksi dan Rendemen Tebu di Kabupaten Malang.
Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya.
Rohaeni, W.R; Nafisah; Hairmansis, A; Lestari, P. 2016. Uji Cepat untuk Padi
Toleran Suhu Rendah menggunakan Thermogradientbar. Agrotop 6 (1):
26-34.
Ruminta. 2016. Kerentanan dan Risiko Risiko Penurunan Produksi Tanaman Padi
Akibat Perubahan Iklim di Kabupaten Indramayu Jawa Barat. Prosiding
Seminar Nasional Hasil-Hasil PPM IPB 2016.
Runtunuwu,E.,H.Syahbuddin.,F.Ramadahni.,A.Pramudia.,D.Setyorini.,K.Sari.,
Y.Apriyana.,E.Susanti.,Haryono.,P.Setyanto.,I.Las.,M.Sarwani. 2012.
Sistem Informasi Kalender Tanam Terpadu: Status Terknini dan
Tantangan Kedepan. Jurnal Sumberdaya Lahan 6 (2): 67-78.

Runtunuwu, E., H, Syahbuddin, dan F, Ramadhani. 2013. Kalender Tanam


sebagai Instrumen Adaptasi Perubahan Iklim. Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian. Jakarta.

Sikuku, P.A., J.C. Onyango, and G.W. Netondo. 2012. Physiological and
biochemical responses of five nerica rice varieties (Oryza sativa L.) to
water deficit at vegetative and reproductive stage. Agric. Biol. J. N. Am. 3
(3): 93-104.

Subari., Joubert, M.D., Sofiuddin, H.A., Triyono, J. 2012. Pengaruh Perlakuan


Pemberian Air Irigasi Pada Budidaya Sri, Ptt Dan Konvensional Terhadap
Produktivitas Air. Jurnal Irigasi 7 (1): 28-42.

Suciantini. 2015. Interaksi Iklim (Curah Hujan) terhadap Produksi Tanaman


Pangan di Kabupaten Pacitan. Prosiding Seminar Nasional Masyarakat
Biodiversitas Indonesia. 1 (2): 358-265.
Sujinah. dan A, Jamil. 2016. Mekanisme Respon Tanaman Padi terhadap
Cekaman Kekeringan dan Varietas Toleran. Iptek Tanaman Pangan 11
(1): 1-8.
36

Surmaini, E., E, Runtunuwu, dan I, Las. 2011. Upaya Sektor Pertanian dalam
Menghadapi Perubahan Iklim. Jurnal Penelitian dan Pengembangan
Pertanian 30 (1): 1-7.

Surmaini, E. dan H, Syahbuddin. 2016. Kriteria Awal Musim Tanam: Tinjauan


Prediksi Waktu Tanam Padi Di Indonesia. Jurnal Litbang Pertanian (35)
2: 47-56.

Tao, H., H. Brueck., K. Dittert., C. Kreye., S. Lin, and B. Sattelmacher. 2006.


Growth and yield formation for rice (Oryza sativa L.) in the water-saving
ground cover rice production system (GCRPS). Field Crops Research 95
(1):1-12.

Tubur, HW., MA, Chozin., E, Santosa, dan A, Junaedi. 2012. Respon agronomi
varietas padi terhadap periode kekeringan pada sistem sawah. Jurnal
Agronomi Indonesia. 40 (3): 167–173.

Weni, H.W.S., Pujiastuti, Y., Umayah, A. 2016. Efek Refugia terhadap


Arthropoda Tanaman Padi (Oryza sativa) di Sawah Pasang Surut.
Prosiding Seminar Nasional Lahan Suboptimal 2016. Palembang.

Yunanda, A.P., Fauzi, A.R., Junaedi, A. 2013. Pertumbuhan dan Produksi Padi
Varietas Jatiluhur dan IR64 pada Sistem Budidaya Gogo dan Sawah.
Buletin Agrohorti 1 (4): 18-25.

Anda mungkin juga menyukai