Eka Mauludina Pramasani
Eka Mauludina Pramasani
Oleh:
EKA MAULUDINA PRAMASANI
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
FAKULTAS PERTANIAN
MALANG
2018
DAMPAK PERUBAHAN IKLIM TERHADAP PERUBAHAN
MUSIM TANAM PADI (Oryza sativa L.) DI KABUPATEN
MALANG
Oleh :
SKRIPSI
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
FAKULTAS PERTANIAN
JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN
MALANG
2018
ii
iii
iv
PERNYATAAN
v
RIWAYAT HIDUP
vi
ABSTRAK
Eka Mauludina Pramasani (145040201111164). Dampak Perubahan Iklim
Terhadap Perubahan Musim Tanam Padi (Oryza sativa L.) Di Kabupaten
Malang. Di bawah bimbingan Dr. Ir. Roedy Soelistyono, MS sebagai
Pembimbing Utama.
vii
ABSTRACT
Eka Mauludina Pramasani (145040201111164). The Impact of Climate
Change to the Change of the Growing Season of Rice (Oryza sativa L.) in
Malang District. Under the guidance of Dr. Ir. Roedy Soelistyono, M.S. as the
Main Supervisor.
The impact of climate change to the agricultural sector is big enough. The
agricultural sector is a part of national food security, so that the climate change
will affect the stability of agricultural production. Rice is the primary source of
national food. However, rice is susceptible to the climate change, so the climate
change can affect rice production even it can cause failed to harvest. A lot of rice
planting lands are damaged due to drought and flooding. A determination of the
growing season can be a solution for adapting to the climate change, so that the
rice production remains stable. This study aims to find out the climate change in
Malang District and to discover the climate change direction to the change of the
growing season of rice in Malang District. The proposed hypothesis in this study
is the climate change occurred in Malang District, the climate change affects the
change of the growing season of rice in Malang District.
This study was conducted in the three sub-districts of Malang District,
precisely in the rice production centers which are located in Donomulyo, Kalipare
and Kepanjen sub-district. This study was conducted in February 2018 to March
2018. The materials used are primary data and secondary data. The primary data
contain the interview data with the farmers of rice productivity centers in Malang
District. Meanwhile the secondary data contain rainfall data of Malang District,
Karang Kates Geophysics Station, from 1997 to 2016. Others are the data of rice
production in Malang District in 1997 to 2016, and the map of Malang District.
The tools used in this study are stationery (pen and notebook), questionnaire of
interview, camera, Microsoft Office Excel 2010 and SPSS 20 as the device of data
analysis. To find out the effect between climate variable with rice productivity,
the analysis uses correlation test and multiple linear regression.
Malang District has climate change which is shown by diversity of
rainfall, temperature, long irradiation, and humadity change from 1997-2016. The
result of analysis of the determination of rice productivity 72% is affected by
varieties, irrigation, cropping systems, fertilizing. Then 28% is affected by
rainfall, temperature, long irradiation, and humidity. Climate change doesn’t
affect the changes of growing season irrigated land in Malang District.
viii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala kelimpahan Rahmat-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan penelitian ini yang berjudul
“Dampak Perubahan Iklim terhadap Perubahan Musim Tanam Padi (Oryza
sativa L.) di Kabupaten Malang” dengan lancar dan tepat waktu, sebagai salah
satu syarat untuk menyelesaikan studi strata 1 (S1) Fakultas Pertanian Universitas
Brawijaya Malang.
Pada kesempatan kali ini, penulis menyampaikan terima kasih kepada
semua pihak yang telah tulus dan ikhlas membantu, mendampingi dan
memberikan motivasi, terutama kepada :
1. Kedua orang tua tercinta, Bapak Prapto Sampurno dan Ibu Mardiani, saudara
laki–laki Rofi Pralastomo yang telah memberikan doa, motivasi dan
dukungannya hingga saat ini.
2. Dr. Ir. Roedy Soelistyono, MS selaku dosen pembimbing utama yang telah
memberikan arahan dan juga masukan dalam penulisan penelitian ini.
3. Prof. Dr. Ir. Mudji Santoso, MS selaku dosen pembahas yang juga
memberikan masukan perbaikan untuk penelitian ini.
4. Prof. Dr. Ir. Ariffin, MS. selaku dosen penguji skripsi atas nasehat, saran dan
bimbingan kepada penulis.
5. Dr. Ir. Nurul Aini, MS selaku Ketua Jurusan Budidaya Pertanian.
6. Teman-teman yang saya sayangi, Maulidya, Habibah, Verry, Faisal, Zulfa, Siti
Halimah, Izza, Miftahatur, Rafli Yudi, Shinta Yuni, Erinda, yang telah banyak
membantu dalam proses penelitian.
7. Keluarga besar FORSIKA dan keluarga besar UAKI yang telah menjadi
wadah bagi penulis untuk belajar dan memberikan pengalaman dalam
organisasi.
ix
Harapannya penelitian ini nantinya dapat memberikan manfaat bagi
banyak pihak, khusunya untuk menambah wawasan mengenai tanaman padi.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan penelitian ini tidak lepas dari
kesalahan. Untuk itu, penulis menerima kritikan dan saran untuk perbaikan
penelitian ini.
Penulis
x
DAFTAR ISI
COVER .................................................................................................................. ii
PERNYATAAN ORISINALITAS....................................................................... v
1. PENDAHULUAN .......................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1
1.2 Tujuan Penelitian ...................................................................................... 2
1.3 Hipotesis ................................................................................................... 2
xi
4.1 Hasil........................................................................................................ 10
4.1.1. Perubahan Iklim di Kabupaten Malang tahun 1997 - 2016 ............ 10
4.1.2. Kondisi Iklim di Kabupaten Malang tahun 1997- 2016.................. 15
4.1.3. Produktivitas Padi ........................................................................... 19
4.1.4. Uji Korelasi Iklim terhadap Produktivitas Padi .............................. 21
4.1.5. Uji Regresi Linier Berganda Pengaruh Iklim terhadap
Produktivitas Padi ........................................................................... 22
4.1.6. Uji t (Uji Parsial) Pengaruh Iklim terhadap Produktivitas Padi ...... 23
4.1.7. Koefisien Determinasi Pengaruh Iklim terhadap Produktivitas
Padi.................................................................................................. 24
4.1.8. Wawancara Petani di Kabupaten Malang ...................................... 25
4.2 Pembahasan ............................................................................................ 25
4.2.1. Perubahan Iklim di Kabupaten Malang tahun 1997-2016 ........... 25
4.2.2. Pengaruh Perubahan Curah Hujan terhadap Produktivitas Padi ..... 26
4.2.3. Pengaruh Perubahan Suhu terhadap Produktivitas Padi ................ 27
4.2.4. Pengaruh Perubahan Lama Penyinaran terhadap Produktivitas
Padi.................................................................................................. 28
4.2.5. Pengaruh Perubahan Kelembaban Udara terhadap Produktivitas
Padi.................................................................................................. 29
4.2.6. Pengaruh Perubahan Iklim terhadap Perubahan Musim Tanam .... 29
xii
DAFTAR TABEL
xiii
DAFTAR GAMBAR
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.3 Hipotesis
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini yaitu :
1. Terjadi perubahan iklim di Kabupaten Malang
2. Perubahan iklim berpengaruh terhadap perubahan musim tanam padi di
Kabupaten Malang
3
2. TINJAUAN PUSTAKA
rah hujan menurun sebesar 0-550 mm (Ruminta dan Handoko (2012b) dalam
Ruminta (2016).
han setempat (Primordia dan Santoso, 1992 dalam Patty, 2006). Penentuan peri-
ode tanam bertujuan untuk memilih waktu tanam yang tepat, dimana pada saat
faktor iklim dan tanah bukan faktor pembatas.
Awal musim tanam ialah hujan pertama yang memungkinkan menanam
tanpa deret hari kering yang panjang setelah tanam. Intensitas hujan, panjang hari
hujan dan hari kering bergantung pada jenis tanaman dan sifat tanah. Akumulasi
curah hujan 20 - 40 mm selama 2 - 5 hari berturut-turut merupakan indikasi untuk
menentukan awal musim tanam (Sivakumar 1988 dalam Surmaini dan Syahbud-
din, 2016).
Penentuan musim tanam dapat menggunakan metode dasarian yang
dikeluarkan oleh Badan Metereologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG). BMKG
menetapkan awal musim hujan dengan tiga kali dasarian (10 hari) hujan lebih
dari sama dengan 50 mm berurutan sehingga awal musim hujan dimulai pada da-
sarian pertama. Begitupun sebaliknya awal musim kering ditetapkan dengan tiga
kali dasarian hujan kurang dari sama dengan 50 mm (Aldrian et. al., 2011).
Selain itu, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Kementrian
Pertanian menyusun kalender tanam berdasarkan pada perkiraan musim dan ak-
tivitas petani. Kalender tanam ini memuat informasi estimasi awal waktu tanam,
potensi luas tanam, rotasi tanaman, dan intensitas tanam di setiap kecamatan
selama musim tanam satu tahun (Runtunuwu et al., 2013).
Lalu penetapan waktu tanam lain menggunakan Metode FAO. Menurut
metode ini, musim tanam adalah selang waktu dalam setahun dengan curah hujan
lebih dari 0.5 ETp (evapotranspirasi potensial) ditambah waktu pada akhir musim
hujan (awal musim kemarau) untuk mengevapotranspirasikan air setinggi 100 mm
dari air tanah yang masih tersimpan. Penentuan musim tanam diperlukan data bu-
lan curah hujan dan evapotranspirasi potensial (Laimeheriwa, 2014). Surmaini dan
Syahbuddin (2016) menyatakan bahwa pengambil kebijakan dan petani menyusun
manajemen produksi usaha tani membutuhkan prediksi waktu tanam yang akurat
2 hingga 3 bulan sebelum waktu tanam, agar produksi usaha tani dapat
menguntungkan pada musim tanam yang akan datang.
7
3. METODE PENELITIAN
Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan
data sekunder. Data primer dikumpulkan melalui wawancara dengan petani
responden, data yang dibutuhkan yaitu musim tanam, luas lahan, sistem irigasi,
jarak tanam, produksi, dan pengetahuan tentang iklim. Data sekunder yang
dibutuhkaan yaitu data curah hujan di Kabupaten Malang dari tahun 1997 hingga
tahun 2016. Data produktivitas padi di Kabupaten Malang dari tahun 1997 hingga
tahun 2016. Data Kalender Musim Tanam Provinsi Jawa Timur dan Kabupaten
Malang. Data curah hujan diperoleh dari Badan Metereologi Klimatologi
Geofisika (BMKG) Stasiun Geofisika Karang Kates, data produktivitas padi dari
Kementrian Pertanian, dan data kalender musim tanam dari Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian Kementrian Pertanian.
4.1 Hasil
4.1.1. Perubahan Iklim di Kabupaten Malang tahun 1997 hingga tahun 2016
Analisis perubahan iklim di Kabupaten Malang dibagi menjadi dua
periode. Periode pertama tahun 1997-2006 dan periode kedua tahun 2007-2016.
Unsur iklim yang diamati ialah curah hujan, suhu, lama penyinaran, dan
kelembaban udara.
1) Curah Hujan (mm)
Tabel 1. Perubahan Curah Hujan di Kabupaten Malang dalam Dua Periode
(Stasiun Geofisika Karangkates, 2018)
450
400
Curah Hujan (mm)
350
300
250
200
150 1997-2006
100
50 2007-2016
0
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des
Bulan
Data perubahan curah hujan pada periode 1997-2006 dan periode 2007-
2016 dapat dilihat pada Tabel 1 dan Gambar 1 perubahan curah hujan pada dua
periode terdapat perubahan mm/bulan dan mm/tahun. Curah hujan periode 1
menuju periode 2 menunjukkan peningkatan terbesar yaitu pada bulan Mei
sebesar 49,22 mm dan penurunan terbesar yaitu pada bulan Maret sebesar 137,22
mm. Dua periode menunjukkan penurunan curah hujan sebesar 62 mm /dekade.
2) Suhu (oC)
Tabel 2. Perubahan Suhu di Kabupaten Malang dalam Dua Periode (Stasiun
Geofisika Karangkates, 2018)
Tahun Periode
Bulan Perubahan (oC)
1997-2006 2007-2016
Januari 26,07 25,98 -0,09
Februari 26,16 25,94 +2,08
Maret 26,08 26,06 -1,55
April 26,23 26,25 +0,74
Mei 26,42 26,18 -1,07
Juni 25,63 25,3 -1,87
Juli 25,07 24,54 -1,36
Agustus 24,95 24,55 -0,59
September 25,87 25,41 -2,5
Oktober 26,53 26,67 +4,12
November 26,71 26,53 -1,75
Desember 25,66 26,02 -1,22
Tahun 311,38 309,43 -21,29
Keterangan : + = bertambah, - = berkurang
27
26,5
26
25,5
Suhu (oC)
25
1997-2006
24,5
2007-2016
24
23,5
23
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des
Bulan
Tahun Periode
Bulan Perubahan (jam)
1997-2006 2007-2016
Januari 3,75 4,29 +0,55
Februari 4,19 3,82 -0,38
Maret 4,08 4,50 +0,42
April 4,77 4,80 +0,03
Mei 5,87 5,40 -0,47
Juni 6,21 5,88 -0,34
Juli 6,13 6,27 +0,14
Agustus 6,49 6,34 -0,15
September 6,33 6,97 +0,64
Oktober 6,05 6,83 +0,78
November 5,72 6,45 +0,73
Desember 4,52 4,56 +0,04
Tahun 64,12 66,10 +1,99
Keterangan : + = bertambah, - = berkurang
8,00
7,00
Lama Penyinaran (jam)
6,00
5,00
4,00
1997-2006
3,00
2007-2016
2,00
1,00
0,00
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des
Bulan
Gambar 3. Perubahan Lama Penyinaran di Kabupaten Malang dalam DuaPeriode
13
Tahun Periode
Bulan Perubahan (%)
1997-2006 2007-2016
Januari 84,34 81,90 -2,44
Februari 84,12 82,05 -2,08
Maret 83,42 81,87 -1,55
April 81,69 80,95 -0,74
Mei 79,07 78,00 -1,07
Juni 77,98 76,11 -1,87
Juli 76,69 75,33 -1,36
Agustus 74,42 73,83 -0,59
September 74,32 71,82 -2,5
Oktober 75,32 71,20 -4,12
November 80,02 78,27 -1,75
Desember 84,75 83,53 -1,22
Tahun 956,14 934,85 -21,29
Keterangan : + = bertambah, - = berkurang
14
90
80
75
1997-2006
70
2007-2016
65
60
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des
Bulan
Curah Hujan
4.000
Curah Hujan (m) 3.500
3.000
2.500
2.000
1.500
1.000
500
0
2007
2014
1997
1998
1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2008
2009
2010
2011
2012
2013
2015
2016
Tahun
Suhu
27
26,5
26
Suhu (oC)
25,5
25
24,5
24
23,5
23
22,5
1997
1998
1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
2014
2015
2016
Tahun
Lama Penyinaran
90
Lama Penyinaran(Jam) 80
70
60
50
40
30
20
10
0
1997
1998
1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
2014
2015
2016
Tahun
Kelembaban Udara
1040
1020
Kelembaban Udara (%)
1000
980
960
940
920
900
880
860
840
820
2010
2016
1997
1998
1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2011
2012
2013
2014
2015
Tahun
Tabel 6. Produksi, luas lahan, dan produktivitas padi di Kabupaten Malang tahun
1997-2016 (Kementrian Pertanian, 2017).
Correlations
Curah Lama
Suhu Kelembaban
Produktivitas Hujan O
Penyinaran
( C) Udara (%)
(mm) (Jam)
Pearson
1 .090 .338 .160 -.253
Correlation
Produktivitas Sig. (2-
.707 .144 .500 .283
tailed)
N 20 20 20 20 20
Pearson
.090 1 -.111 -.417 .490*
Correlation
Curah Hujan
Sig. (2-
(mm) .707 .642 .068 .028
tailed)
N 20 20 20 20 20
Pearson
.338 -.111 1 -.119 -.004
Correlation
Suhu (oC) Sig. (2-
.144 .642 .617 .988
tailed)
N 20 20 20 20 20
Pearson
.160 -.417 -.119 1 -.555*
Lama Correlation
Penyinaran Sig. (2-
.500 .068 .617 .011
(Jam) tailed)
N 20 20 20 20 20
Pearson
-.253 .490* -.004 -.555* 1
Correlation
Kelembaban
Sig. (2-
Udara (%) .283 .028 .988 .011
tailed)
N 20 20 20 20 20
*. Korelasi signifikan pada taraf 0.05
Hasil korelasi antara unsur iklim dengan produktivitas padi memiliki arah
positif dan arah negatif. Korelaasi yang memiliki arah positif dimiliki oleh
variabel curah hujan, suhu, dan lama penyinaran. Masing-masing koefisiennya
ialah (r = 0,090), (r = 0,338), dan (r = 0,160). Korelasi yang memiliki arah negatif
ialah variabel kelembaban udara dengan koefisien (r = -0,253).
22
4.1.5. Uji Regresi Linier Berganda Pengaruh Iklim terhadap Produktivitas Padi
Tabel 8. Uji Regresi Linier Berganda Pengaruh Iklim terhadap Produktivitas Padi
Coefficients
Variabel terikat pada regresi linear berganda ini ialah produktivitas padi
sedangkan variabel bebasnya ialah curah hujan, suhu, lama penyinaran,
kelembaban udara. Berdasarkan analisis regresi linier berganda, pengaruh antara
iklim terhadap produktivitas padi diperoleh persamaan Y = -0,596 + 0,001 X1 +
0,414 X2 + 0,020 X3 – 0,007 X4. Hasil tersebut menunjukkan bahwa setiap
peningkatan 1 mm curah hujan maka akan meningkatkan produktivitas sebesar
0,001 ton/ha, peningkatan 1OC suhu maka akan meningkatkan produktivitas
sebesar 0,414 ton/ha, peningkatan 1 jam lama penyinaran meingkatkan
produktivitas sebesar 0,020 ton/ha, dan peningkatan 1% kelembaban udara maka
akan menurunkan produktivitas sebesar 0,007 ton/ha. Variabel yang memberikan
pengaruh paling besar ialah variabel suhu.
sebesar 1,433 dengan signifikansi sebesar 0,172. Karena t hitung <t tabel (1,433 <
2,776) atau sig.t > 5% (0,172 > 0,005), maka dapat disimpulkan bahwa secara
parsial variabel curah hujan tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel
prduktivitas padi. Variabel suhu diperoleh nilai t hitung sebesar 1,783 dengan
signifikansi sebesar 0,095. Karena t hitung <t tabel (1,783 < 2,776) atau sig.t > 5%
(0,095 > 0,005), maka dapat disimpulkan bahwa secara parsial variabel suhu
tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel produktivitas padi. Variabel lama
penyinaran diperoleh nilai t hitung sebesar 0,647 dengan signifikansi sebesar 0,527.
Karena t hitung < t tabel (0,647 < 2,776) atau sig.t > 5% (0,527 > 0,005), maka dapat
disimpulkan bahwa secara parsial variabel lama penyinaran tidak berpengaruh
signifikan terhadap variabel prduktivitas padi. Variabel kelembaban udara
24
diperoleh nilai t hitung sebesar -1,198 dengan signifikansi sebesar 0,249. Karena t
hitung < t tabel (-1,198 < 2,776) atau sig.t > 5% (0,249 > 0,005), maka dapat
disimpulkan bahwa secara parsial variabel kelembaban udara tidak berpengaruh
signifikan terhadap variabel produktivitas padi. Hasil uji t positif menunjukkan
variabel iklim (curah hujan, suhu, lama penyinaran, dan kelembaban udara)
mempunyai hubungan searah dengan produktivitas padi.
4.2 Pembahasan
mm/bulan. Unsur iklim suhu selama dua periode menunjukkan penurunan suhu
sebesar 1,95 OC/ dekade dan setiap bulan pun telah terjadi perubahan OC/bulan.
Unsur iklim lama penyinaran selama dua periode menunjukkan peningkatan
jam/dekade sebesar 1,98 jam dan setiap bulan pun telah terjadi perubahan
jam/bulan. Unsur iklim kelembaban udara selama dua periode menunjukkan
penurunan persentase sebesar 21,28% lalu di setiap bulan selama dua periode
telah terjadi perubahan persentase dalam kelembaban udara.
Menurut Syahbuddin et.al (2004) dalam Ruminta (2016) bahwa telah
terjadi perubahan iklim di Indonesia ditandai dengan peningkatan jumah curah
hujan tahunan di wilayah timur Indonesia, berkisar antara 490 mm/tahun
(Sulawesi Selatan), 1.400 mm/tahun (Jawa Timur), dan peningkatan suhu siang
O O
dan malam hari antara 0,5-1,1 C dan 0,6-2,3 C. Lalu di wilayah barat
Indonesia terjadi penurunan curah hujan tahunan sekitar 135-860 mm/tahun,
dengan peningkatan suhu siang dan malam hari antara 0,2-0,4 OC dan 02,-0,7 OC.
Lalu menrut Ruminta dan Handoko (2012b) dalam Ruminta (2016) bahwa di
wilayah Malang Raya menunjukkaan peninggkatan suhu udara sebesr 0,7-08 OC
dan curah hujan menurun sebesar 0-550 mm.
Penyebab perubahan iklim tersebut yaitu peningkataan aktivitas manusia
yang menyebabkan kenaikan gas rumah kaca di atmosfer. Contoh peningkatan
aktivitas manusia ialah alih guna fungsi lahan, aktivitas pertanian, peternakan,
limbah rumah tanggga, dan penggunaan transportasi yang semakin tinggi dan
limbah hasil sektor industri sehingga terjadi peningkatan CO2 atmosfer. Menurut
UNEP/WMO (2000) dalam Hairiah et.al (2016) bahwa gas rumah kaca yang
menyelimuti bumi terdiri dari karbon dioksida (CO2), gas methane (CH4), dan
dinitrogen oksida (N2O). Gas tersebut menyerap radiasi gelombang lalu diubah
menjadi gelombang panjang, gelombang panjang tersebut dipantulkan kembali
ke bumi sehingga suhu bumi semakin panas.
periode 2 (2007-2016) sebesar 2304 mm dengan rerata sebesar 192 mm per bulan.
Hasil analisis regresi menunjukkan bahwa setiap peningkatan 1 mm curah hujan
maka akan meningkatkan produktivitas sebesar 0,001 ton/ha. Variabel curah hujan
diperoleh nilai t hitung sebesar 1,433 dengan signifikansi sebesar 0,172. Karena t
hitung < t tabel (1,433 < 2,776) atau sig.t > 5% (0,172 > 0,005), maka dapat
disimpulkan bahwa secara parsial variabel curah hujan tidak berpengaruh
signifikan terhadap variabel prduktivitas padi. Namun jika hasil uji t positif maka
variabel curah hujan mempunyai hubungan searah dengan prooduktivitas padi.
Pengaruh yang tidak signifikan bisa terjadi karena curah hujan yang besar
di Kabupaten Malang memberikan pengaruh terhadap produktivitas padi.
Produktivitas rendah karena curah hujan dapat menganggu pertumbuhan tanaman
padi jika melebihi kebutuhan air rata-rata tanaman. Contoh jika terjadi gagal
panen akibat banjir, lalu air terlalu banyak mudah terserang penyakit. Penyebab
curah hujan yang tidak menentu bisa disebabkan oleh La-Nina yang biasanya
terjadi pada musim hujan. Menurut Bouman et al. (2007) bahwa rata-rata
pemakaian air untuk padi sawah mencapai 1300–1500 mm di mana 25–50% dari
jumlah tersebut hilang akibat perkolasi dan perembesan. Lalu menurut Patridge
dan Mashum (2002) dalam Irawan (2006) bahwa La-Nina menyebabkan
kelembaban udara dan curah hujan meningkat drastis yang mengakibatkan banjir
pada daerah tertentu dan merangsang peningkatan hama dan penyakit.
padi. Namun jika hasil uji t positif maka variabel suhu mempunyai hubungan
searah dengan prooduktivitas padi.
Hasil analisis regresi menunjukkan bahwa semakin tinggi suhu maka
produktivitas padi semakin tinggi. Rerata suhu di Kabupaten Malang pada dua
periode berkisar antara 25,79 OC – 25,80 OC per bulan. Sehingga suhu ini masih
berada dalam kisaran suhu minimum dan optimum. Jika melebihi batas suhu
optimum maka akan mengakibatkan penurunan produktivitas padi. Menurut
Khamid (2016) bahwa suhu yang tinggi akan menghambat pematangan polen
yang menyerbuki stigma. Pada suhu 33 OC terjadi penurunan persentase bunga
dengan jumlah polen yang matang sebesar 10% dari suhu 32 OC. Namun jika suhu
terlalu rendah maka akan menghambat pertumbuhan padi. Menurut Rohaeni et.al
O
(2016) menyatakan bahwa suhu rendah yaitu 18 C menunjukkan daya
kecambah rata-rata 18 galur padi sebesar 61,41 % dan terus menurun hingga pada
suhu 12 OC dengan persentase sebesar 21,59 %. Menurut Gunarsih et.al (2016)
bahwa suhu rendah dapat menghambat peertumbuhan bibit, pertumbuhan anakan
terhambat, menyebabkan disklorasi daun, memperlambat waktu pembungaan,
menyebabkan ekskresi malai tidak normal, meningkatkan sterilitas malai,
pematanagan malai tidak teratur, dan menurunkan hasil gabah.
yang diserap banyak maka proses fotonsitesis dapat berjalan optimal, sehingga
produktivitas dapat meningkat. Menurut Pertamawati (2010) dalam Alridiwirsah
et.al (2015) bahwa intensitas cahaya dan lama penyinaran dalam fotosintesis
berpengaruh pada pertumbuhan (vegetatif) dan kegiatan reproduksi (generatif)
tumbuhan di daerah tropis. Respon tumbuhan terhadap fotoperiodik dapat berupa
pembungaan, perkecambahan, dan perkembangan.
padi. Selain itu berdasarkan hasil wawancara petani 27% petani (Tabel 11)
melakukan perubahan musim tanam jika terjadi perubahan iklim. Petani
melakukan perubahan musim tanam berdasarkan pengalaman budidaya padi.
Sehingga langkah petani dalam melakukan perubahan musim tanam merupakan
strategi adaptasi. Lalu Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang)
Kementrian strategi adaptasi terhadap perubahan iklim, yaitu menyusun kalender
tanaman padi di setiap kecamatan di seluruh Indonesia. Informasi kalender tanam
belum mencapai petani di Kabupaten Malang, sehingga petani menentukan awal
musim tanam berdasarkan kehendak sendiri dan pengalaman.
Menurut Balitbang Pertanian (2011) bahwa adanya kecendrungan
pemendekan musim hujan dan peningkatan curah hujan di bagian selatan Jawa
dan Bali mengakibatkan perubahan awal dan durasi musim tanam, sehingga
mempengaruhi (IP) luas areal tanam, awal waktu tanam dan pola tanam. Menurut
KP3I Kemetrian Pertanian (2009) bahwa adaptasi ialah tindakan atau upaya
penyesuaian diri secara manajerial, teknologi, dan pola pertanian, agar dampak
perubahan iklim dapat diminimumkan bahkan dapat dimanfaatkan untuk
meningkatkan produksi pertanian. Menurut Runtunuwu et.al (2012) bahwa
kalender tanam terpadu berisi awal waktu tanam pada setiap level kecamatan,
wilayah rawan terkena bencana kekeringan dan banjir, serangan organisme
penganggu tanaman (OPT), dn informasi rekomendasi teknologi berupa pupuk,
varietas, dan kebutuhan benih yang perlu disiapkan pengguna untuk musim tanam
berikutnya.
4.2.7. Koefisien Determinasi Pengaruh Iklim terhadap Produktivitas Padi
Uji regresi linear berganda menunjukkaan nilai R square sebesar 0,282
atau 28%. Artinya bahwa keragaman produktivitas padi dipengaruhi oleh 28%
variabel bebas curah hujan, suhu, lama penyinaran, dan kelembaban udara.
Pengaruh variabel lain diluar variabel yang diteliti sebesar 72%. Variabel lain di
luar variabel lain yang diteliti yaitu varietas, irigasi, sistem tanam, jarak tanam,
dan pemupukan.
Varietas padi yang digunakan oleh petani yaitu varietas IR64, Cibogo, dan
Mekongga. Menurut Djunainah et.al (1993) dalam Yunanda et.al (2013)
menyatakan bahwa varietas IR64 salah satu varietas padi sawah yang digemari
31
petani dan konsumen karena rasa enak, umur genjah (110-125 hari), dan potensi
hasil yang tinggi. Jarak tanam yang digunakan petani yaitu 20cm x 20cm dan
30cm x 30 cm. Jarak tanam mempengaruhi pertumbuhan tanaman padi yang dapat
mempengaruhi produktivitas padi, karena jarak tanam semakin rapat
mempengaruhi persaingan mengambil unsur hara, cahaya matahari, dan air.
Menurut Masdar et.al (2006) menyatakan bahwa jarak tanam 30cm x 30cm
memberikan hasil terbaik yaitu jumlah anakan produktif per rumpun dan jumlah
bulir per malai dibanding jarak tanam 25cm x 25cm dan 20cm x 20 cm.
Sistem tanam yang banyak digunakan petani yaitu sistem tanam
monokultur. Menurut Price (1991) dalam Weni et.al (2016) bahwa serangga
herbivora dapat berkembang biak dengan baik pada pertanaman monokultur yang
dipupuk, disiang dan diairi secara intensif. Pupuk yang biasa digunakan petani
yaitu pupuk NPK, Urea, SP36, ZA, dan Phonska. Pupuk dan dosis yang diberikan
ke tanaman mempengaruhi produktivitas padi. Menurut Kasniari dan Supadma
(2007) bahwa pemupukan salah satu faktor penentu peningkatan produksi pangan.
Sistem irigasi yang biasa digunakan petani yaitu sistem irigasi konvensional
(penggenangan). Menurut Subari et.al (2012) bahwa pemberian air yang
diterapkan petani pada budidaya padi sawah ialah menggunakan genangan (5-10
cm) secara kontinyu pada fase pertumbuhan tanaman vegetatif, genertif, dan
pengisian bulir.
32
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
Akram, H.M., A, Ali., A. Sattar., H.S.U, Rehman, and A. Bibi. 2013. Impact of
water deficit stress on various physiological and agronomic traits of three
basmati rice Ioryza sativa L. ) cultivar. The Journal Animal and Sciences
23(5):1415-1423.
Boer, R., A, Faqih, and R, Ariani. 2014. Relationship between Pacific and Indian
Ocean Sea Surface Temperature Variability and Rice Production,
Harvesting Area and Yield in Indonesia. Conference on the Economics of
Climate Change. Cambodia.
Bouman BAM, Humphreys E, Tuong TP, Barker R. 2007. Rice and water.
Advances in Agronomy 92 (4):187–237.
Badan Pusat Statistik. 2017. Kabupaten Malang dalam Angka 2017. BPS
Kabupaten Malang. Malang.
Estiningtyas, W., R. Boer., I, Las, dan A, Buono. 2012. Identifikasi Dan Delineasi
Wilayah Endemik Kekeringan Untuk Pengelolaan Risiko Iklim Di
Kabupaten Indramayu. Jurnal Metereologi dan Geofisika 13 (1): 9-20.
Masdar., Kasim, M., Rusman. B., Hakim, N., Helmi. 2006. Tingkat Hasil dan
Komponen Hasil Sistem Intensifikasi Padi (SRI) Tanpa Pupuk Organik di
Daerah Curah Hujan Tinggi. Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian 8 (2): 126-131.
NS, Khodijah. 2015. Hubungan Antara Perubahan Iklim dan Produksi Tanaman
Padi di Lahan Rawa Sumatera Selatan. Enviagro Jurnal Pertanian dan
Lingkungan 8 (2): 83-91.
Patty, AL. 2006. Penentuan Musim Tanam Berdasarkan Analisis Curah Hujan
Dan Kajian Neraca Air Daerah Kabupaten Halmahera Utara. Jurnal
Agroforestri (1) 1: 38-47.
35
Sikuku, P.A., J.C. Onyango, and G.W. Netondo. 2012. Physiological and
biochemical responses of five nerica rice varieties (Oryza sativa L.) to
water deficit at vegetative and reproductive stage. Agric. Biol. J. N. Am. 3
(3): 93-104.
Surmaini, E., E, Runtunuwu, dan I, Las. 2011. Upaya Sektor Pertanian dalam
Menghadapi Perubahan Iklim. Jurnal Penelitian dan Pengembangan
Pertanian 30 (1): 1-7.
Tubur, HW., MA, Chozin., E, Santosa, dan A, Junaedi. 2012. Respon agronomi
varietas padi terhadap periode kekeringan pada sistem sawah. Jurnal
Agronomi Indonesia. 40 (3): 167–173.
Yunanda, A.P., Fauzi, A.R., Junaedi, A. 2013. Pertumbuhan dan Produksi Padi
Varietas Jatiluhur dan IR64 pada Sistem Budidaya Gogo dan Sawah.
Buletin Agrohorti 1 (4): 18-25.