1
Reiner C. Polii
2
Billy J. Kepel
2
Widdhi Bodhi
2
Aaltje E. Manampiring
1
Kandidat Skripsi Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado
2
Bagian Kimia Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado
Email: reinerpolii@gmail.com
Abstract: Obesity has become a serious problem world-wide. Obesity occurs due to the
imbalance of intake and output energy. Thus, it is related with the incidence of insulin resistance
and the disruption of glucose metabolism. This study was aimed to obtain the correlation between
fasting blood sugar level and obesity in adolescents. This was an analytical study with a cross-
sectional design. The results showed that the major category of subjects was obese I (38.33%).
The highest percentage was normal blood sugar which was found in non-obese adolescent
(96.8%). The Spearman correlation test showed a sweak correlation between obesity and fasting
blood sugar level in adolescent (r=0.386; p=0.004). Conclusion: There was a significant weak
correlation between fasting blood sugar level and obesity in adolescents.
Keywords: obesity, fasting blood glucose, adolescent.
Abstrak: Obesitas menjadi masalah di seluruh dunia baik di negara maju maupun negara
berkembang, prevalensinya pun meningkat begitu pesat. Obesitas terjadi karena adanya
ketidakseimbangan antara energi yang masuk dengan energi yang keluar. Obesitas berkaitan
dengan terjadinya resitensi insulin dan gangguan metabolisme glukosa.Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui hubungan kadar glukosa darah puasa dengan obesitas pada remaja di
Kecamatan Bolangitang Barat Kabupaten Bolaang Mongondow Utara. Jenis penelitian ialah
analitik dengan desain potong lintang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa subjek penelitian
terbanyak dalam kategori obes I (25,0-29,9 kg/m2) sebesar 38,33%. Kadar gula darah normal pada
remaja non-obes dengan persentasi tertinggi (96,8%). Analisis korelasi Spearman pada kedua
variabel memperoleh nilai koefisien korelasi r = 0,368 (p = 0,004). Simpulan: Terdapat hubungan
bermakna yang lemah antara kadar gula darah puasa dan obesitas pada remaja.
Kata kunci: obesitas, gula darah puasa, remaja
Obesitas menjadi masalah di seluruh dunia akan berlanjut hingga usia dewasa.3 Gaya
baik di negara maju maupun negara hidup remaja saat ini yang sering
berkembang, prevalensinya pun meningkat melewatkan sarapan dan lebih suka
begitu pesat.1,2 Masalah kegemukan dan mengkonsumsi fast food, serta cenderung
obesitas di Indonesia terjadi pada semua sedentary life style, membuat remaja
kelompok umur dan pada semua strata berisiko untuk menderita obesitas.4
sosial ekonomi. Pada anak sekolah, Obesitas terjadi karena adanya
kejadian kegemukan dan obesitas ketidakseimbangan antara energi yang
merupakan masalah yang serius karena masuk dengan energi yang keluar.
Polii, Kepel, Bodhi: Hubungan kadar glukosa darah dengan obesitas ...
Pada penelitian ini ditemukan kadar pada remaja dengan tingkat hubungan
GDP remaja obes terendah ialah 81 mg/dL lemah (Tabel 2).
dan tertinggi ialah 137 mg/dL, hingga
diperoleh nilai rerata 97,86 dan standar Tabel 2. Uji korelasi kadar gula darah
deviasi 10,693. Kadar GDP tinggi remaja dengan obesitas pada remaja
obes terdapat pada 7 orang (24,1%), dan Uji Korelasi
kadar GDP normal remaja obes ialah 22
Uji IMT Koefisien 1,000 0,368**
orang (75,9%) sedangkan kadar GDP pada
Spearman Korelasi
remaja non obes terendah ialah 80 mg/dL P - 0,004
dan tertinggi ialah 115 mg/dL dengan nilai N 60 60
rerata 90,06 dan standar deviasi 7,983 GDP Koefisien 0,368** 1,000
(Gambar 1). Korelasi
P 0,004 -
N 60 60
** Korelasi dinyatakan signifikan pada level (2-
arah) 0,01.
BAHASAN
Pada penelitian ini hasil analisis
subjek penelitian menunjukkan bahwa
jumlah subjek penelitian ialah 60 orang
remaja, terbagi atas 29 orang kelompok
obesitas dan 31 orang kelompok non
obesitas. Subjek penelitian jenis kelamin
Gambar 1. Kadar GDP pada remaja obes
perempuan lebih banyak dibanding jenis
kelamin laki-laki. Obesitas menetap
Gambar 2 menjabarkan bahwa kadar
hingga dewasa dan makin lama obesitas
GDP tinggi pada remaja non obesitas
berlangsung makin besar korelasinya
hanya 1 orang (3,2%), dan kadar GDP
dengan mortalitas dan makin lama
normal remaja non obesitas ialah 30 orang
morbiditas.13
(96,8%).
Subjek penelitian ini diklasifikasi
berdasarkan indeks massa tubuh (IMT)
sesuai klasifikasi WHO pada orang Asia.
Hasil IMT menunjukkan bahwa kategori
remaja pada golongan IMT 25,0-29,9
kg/m2 (Obes I) yang paling banyak
sedangkan yang paling sedikit terdapat
pada golongan IMT 23,0-24,9 kg/m2
(Normal). Kejadian obesitas pada remaja
didapati berkembang pesat di kawasan
Asia Tenggara.14 Obesitas dapat terjadi
Gambar 2. Kadar GDP pada remaja non obes pada siapa saja dan pada semua umur.
Obesitas pada anak dapat dimulai sejak
Analisis hubungan antara kadar GDP usia balita hingga remaja.15,16
dan obesitas pada remaja menggunakan uji Berdasarkan analisis GDP dalam
statistik Spearman memperoleh hasil nilai penelitian ini, kadar GDP tinggi
koefisien korelasi yakni r = 0,368 dengan ditemukan pada 7 orang remaja obes.
nilai signifikansi uji korelasi p = 0,004 Pada keadaan obesitas terjadi penurunan
yang menunjukkan adanya korelasi adiponektin dan peningkatan asam lemak
bermakna antara obesitas dan kadar GDP bebas yang berlawanan dengan efek
Polii, Kepel, Bodhi: Hubungan kadar glukosa darah dengan obesitas ...
insulin sehingga menyebabkan penurunan tubuh remaja. Hal ini menegaskan bahwa
sensitifitas insulin atau resistensi insulin. terdapat hubungan antara kadar GDP
Asam lemak dan beberapa metabolit lain dengan obesitas pada remaja. Keadaan
mengaktifkan protein kinase dan merusak obesitas terdefinisi sebagai keadaan
sinyaling insulin dengan meningkatkan berlebihan lemak tubuh.15 Lemak
fosforilasi serin yang bersifat inhibisi dari berhubungan erat dengan hormon insulin
Insulin Receptor Subsrate (IRS), sehingga sebagai media perangsang lipogenesis.
menyebabkan resistensi insulin. Pada Regulasi yang kurang baik dari
resistensi insulin terjadi peningkatan metabolisme lemak justru akan memicu
produksi glukosa dan penurunan keadaan resistensi insulin dan akan
penggunaan glukosa sehingga mengakibat- berlanjut dengan kejadian intoleransi
kan peningkatan kadar gula darah. Hal ini glukosa.12,23,24
sesuai dengan hasil penelitian di Jawa Obesitas berkaitan dengan berbagai
Tengah dimana terdapat 7,6% remaja obes faktor, diantaranya ketersediaan dan
dengan peningkatan gula darah puasa.12, 17- kebiasaan makan remaja, aktivitas fisik,
19
genetik, bahkan keadaan sosial ekonomi.
Sebesar 75,9% kadar gula darah pada Hal-hal tersebut membuat remaja obes
remaja obes masih terjabarkan dalam cenderung mengalami gangguan kerja
kelompok normal. Hasil ini sejalan dengan insulin, yang dapat berujung dengan
penelitian yang dilakukan di SMK Negeri hiperglikemi.7,23,20
Tondano.12 Tinggi rendahnya kadar gula
darah dipengaruhi oleh berbagai macam SIMPULAN
faktor endogen dan eksogen. Faktor Berdasarkan hasil penelitian ini dapat
endogen yaitu humoral factor seperti disimpulkan bahwa terdapat hubungan
hormon insulin, glukagon dan kortisol bermakna yang lemah antara kadar gula
sebagai reseptor di otot dan hati. Faktor darah puasa dengan obesitas pada remaja.
eksogen antara lain jenis dan jumlah Kadar gula darah puasa pada remaja
makanan yang di konsumsi serta aktivitas obesitas cenderung lebih tinggi
yang dilakukan.20 dibandingkan remaja non obesitas.
Pada kelompok remaja non obes Karakteristik remaja tergolong dalam
hanya terdapat 1 orang yang klasifikasi indeks massa tubuh 25,0-29,9
hiperglikemia. Salah satu faktor yang kg/m2 (Obes I).
mempengaruhi kadar gula darah adalah
kebiasaan melakukan aktivitas. Terdapat SARAN
penelitian yang menyatakan bahwa orang 1. Perlunya upaya pemerintah dan
berat badan normal juga dapat mengalami kesadaran masyarakat untuk
gangguan regulasi glukosa apabila kurang memerhatikan dan menata
beraktivitas fisik.20,21 permasalahan gizi yang ada di daerah
Hasil analisis GDP pada remaja non Kabupaten Bolaang Mongondow Utara.
obes terbanyak dalam kelompok normal 2. Perlu dilakukan penelitian lanjut dengan
(96,8%). Kadar GDP normal yang jumlah sampel lebih banyak untuk
ditemukan menunjukkan bahwa menjangkau populasi lebih luas.
metabolisme karbohidrat masih berjalan 3. Perlu dilakukannya penelitian lanjut
dengan baik dimana tubuh dapat tentang hubungan kadar gula darah
mempertahankan kadar glukosa darah puasa dengan status gizi berdasarkan
normal melalui hormon insulin yang indeks massa tubuh dan pola asupan
disekresi pankreas.22 makanan remaja.
Hasil uji statistik dalam penelitian ini
menunjukkan adanya korelasi bermakna DAFTAR PUSTAKA
antara kadar GDP dengan indeks massa 1. Mexitalia, Agustini U, Sakundarno,
Yamauchi, Hertanto WS,
Jurnal e-Biomedik (eBm), Volume 4, Nomor 2, Juli-Desember 2016
aksi diabetogenik. 2006. [cited 22. Atika K. Asupan gula sederhana dan serat
November 2016]. Available from: serta kadar glukosa darah puasa
http://biodiversitas.mipa.uns.ac.id/D/ (GDP) sebagai faktor risiko
D0704/D070415.pdf. peningkatan kadar C-reactive protein
20. Dita DL, Purwanto DS, Kaligis SHM. (CRP) pada remaja obesitas dengan
Gambaran kadar glukosa darah puasa sindrom metabolik. 2014. [cited
pada mahasiswa angkatan 2011 November 2016]. Available from:
Fakultas Kedokteran Universitas Sam http://eprints.undip.ac.id/45157/1/62
Ratulangi dengan indeks massa tubuh 4_ATIKA_NURUL_KHIQMAH.pdf
18,5-22,9 kg/m2. 2013. [cited 23. Siti S, Idrus A, Aru S, Marcellus K,
November 2016]. Available from: Bambang S, Ari S. Buku Ajar Ilmu
www.ejournal.unsrat.ac.id/index.php/ Penyakit Dalam Jilid II (6th ed).
ebiomedik/article/view/3308/2852. Arif M, et al, editors. Jakarta:
21. Hu G, Lindstrom J, Valle T, Erickson InternaPublishing, 2014.
JG, Jousilahti P, Silventoinen K, et 24. Heru C. Hubungan resistensi insulin
al. Physical activity, body mass dengan kadar nitric oxide pada
index, and risk of type 2 diabetes in obesitas abdominal. 2007. [cited
patients with normal or impaired November 2016]. Available from:
glucose regulation. Arch Intern Med. http://ojs.unud.ac.id/index.php/jim/ar
2004;164(8):892-6.. ticle/viewFile/3807/2803.