Anda di halaman 1dari 8

Studi Fenomenologi Terhadap Motif dan Pemaknaan Halal Dalam Produk Kosmetik

Pada Perempuan Urban di Kota Surabaya

Adinda Harum Qalam


15041184058
Prodi Ilmu Komunikasi, Jurusan Ilmu Sosial, Fakultas Ilmu Sosial dan Hukum
Universitas Negeri Surabaya

ABSTRAK

Penelitian ini membahas tentang keterkaitan antara konstruksi makna halal dengan
motivasi pembelian kosmetik oleh perempuan muslim urban di Kota Surabaya.
Landasan dibuatnya penelitian ini adalah fenomena halal lifestyle yang berkembangdi
kalangan muslim urban. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif
dengan metode fenomenologi. Data diperoleh dari hasil wawancara dan observasi. Hasil
dari penelitian ini menunjukkan adanya pola konsumsi pada perempuan muslim urban
pengguna kosmetik halal yang kemudian dibagi kedalam emapt kelompok, yaitu
unconsious, value oriented, religious unconsius, dan religious value oriented.

ABSTRACT

This research set out to examine the correlation between the construction of halal in
meaning and the motives behind cosmetics purchases by female urban Muslims residing
in Surabaya city. The foundation of this research is due to the fact that halal lifestyle
phenomenon is growing rapidly among urban Muslims these days. A qualitative-
descriptive approach is used for this research, followed by using phenomenology as the
method. The data collection is gathered from interviews as well as observations. Results
showed the pattern of consumption in female urban Muslims as halal cosmetic users
which are divided into four categories, namely Unconscious, Value Oriented, Religious
Oriented, and Religious Value Oriented.

Keywords: Woman, Moelem, Urban, Halal, Social Construction, Motivation


PENDAHULUAN

Halal lifestyle merupakan Pertumbahan halal lifestyle ini terjadi di


akulturasi antara nilai-nilai agama berbagai sektor bisnis, termasuk
dengan gaya hidup yang menjadi kosmetik. Berdasarkan data LPPOM-
penanda adanya pergeseran gaya
MUI tahun 2016, terdapat 907 produk
hidup pada masyarakat muslim urban.
kosmetik yang telah memiliki
Halal lifestyle dapat menjadi gambaran
mengenai pengaruh religiusitas sertifikasi halal pada tahun 2015.
terhadap perubahan gaya hidup yang Munurut Yuswohady (2014: 71)
menimbulkan adanya gerakan sosial perkembangan halal kosmetika di
baru. Habermas (1975) mengatakan Indonesia dipicu oleh “the wardah
bahwa gerakan sosial baru (new social effect”, dimana Wardah sebagai pelopor
movement) merupakan perjuangan
kosmetika halal di Indonesia telah
terhadap berbagai bentuk pengetahuan
instrumental baru dan komunikatif memicu berbagai produk kosmetika
serta perubahan sosial ekonomi. untuk berlomba-lomba mengelurkan
Kuntowijoyo dalam Rofhani (2013) produk halal, termasuk brand
mengatakan bahwa kelompok kelas kosmetika konvensional. Yuswohasy
menengah muslim mengadopsi (2014: 79) juga mengatakan bahwa 95%
perilaku budaya elit dan budaya responden dalam penelitiannya
massa, terutama dalam menyangkut
mengecek logo halal sebelum
perilaku simbolik dengan melakukan
privatisasi. Boediman mengutip dari menggunakan kosmetik, dari 95%
Raja & Savankumar (2014), terdapat tetersebut 78,3% mengecek melalui
tiga alasan mengapa halal lifestyle logo halal dan 62,2%
sangat penting dalam pelakukan mempertimbangkan bahan kandungan
pemasaran produk atau jasa, yaitu: (1) yang ada di dalamnya. Menurut
Tujuan utama dari prinsip Islam yaitu
Azreen (2013), konsumen muslim
didedikasikan untuk kebaikan seluruh
membutuhkan adanya jaminan produk
umat manusia di alam semesta, (2)
Ketentuan halal sudah sangat spesifik kecantikan yang dapat memberikan
dan detail, yang meliputi proses rasa aman baik berdasarkan proses
produksi sampai menyebaran produk produksi maupun bahan-bahan aman
kepada konsumen, (3) Menjadikan yang berkualitas. Hal tersebut
seseorang lebih bijak dan bermartabat. disebabkan karena saat ini konsumen
Di Indonesi Halal lifestyle
muslim memiliki tingkat kesadaran
sedang menunjukkan trend yang
terhadap produk kecantikan halal yang
positif. Berdasarkan data MUI, jumlah
masih rendah.
sertifikasi halal mengalami kenaikan
Kosmetik menjadi salah satu
setiap tahunnya. dari tahun 2017 ke
sektor bisnis yang paling cepat
2018 terjadi kenaikan sebanyak 10.000
pertumbuhannya dikarenakan jumlah
sertifikasi dari awalnya hanya 8.000
perempuan yang lebih banyak dari
sertifikat menjadi 18.000 sertifikat.
laki-laki di Indonesia serta karakter
konsumen perempuan yang khas. dengan metode fenomelogi Alferd
Menurut Kasali (1998: 34) yaitu, Schutz. Dua teori yang akan diangkat
perempuan memiliki kecenderungan dalam penelitian ini yaitu
membelanjakan uangnya lebih banyak Fenomenologi Alferd Schutz untuk
untuk penampilan seperti pakaian, melihat konstruksi sosial dan teori
alat-alat perawatan, kecantikan Motivasi Abraham Maslow untuk
rambut, dan sebagainya. Menurut melihat motivasi pembelian konsumen
Rinda (2015) konsumen perempuan: (1) kosmetik halal.
cenderung kurang bisa mengontrol Motivasi merupakan dorongan
dirinya dalam berbelanja, (2) mudah dalam maupun luar diri setiap
tertarik pada acara-acara penjualan individu yang dapat membangkitkan
semangat serta ketekunan untuk
khusus seperti diskon dan obral, (3)
mencapai sesuatu berdasarkan
memiliki perasaan yang lembut dan
kebutuhannya. Iskandar menjabarkan
peka, (4) menyukai dan tertarik 5 tipe dasar kebutuhan manusia
terhadap warna dan bentuk dari suatu berdasarkan teori yang dikemukanan
produk, bukan pada fungsi dan oleh Abraham Maslow. (Menurut
keguanaannya, (5) peka dan Iskandar, 2016) 5 tipe dasar tersebut
mementingkan status sosial sebuah digambarkan dalam bentuk piramida
yang tersusun dari bawah ke atas
produk. Selain itu perempuan juga
sebagai berikut: (1) Kebutuhan
memiliki kecenderungan yang khas Fisiologis (Physiological Needs), (2)
dalam memilih sebuah brand yang Kebutuhan Akan Rasa Aman (Safety
berlaku juga dalam pemilihan brand Needs), (3) Kebutuhan untuk Diterima
kosmetik halal. Menurut Pambudi, dkk (Social Needs), (4) Kebutuhan untuk
(2010) terdapat lima elemen kunci bagi Dihargai (Self Esteem Needs), (5)
seorang konsumen wanita dalam Kebutuhan Aktualisasi-Diri (Self
Actualization).
memilih brand kosmetik, yang disebut
dengan The Diamond Model of
Womanoogy. Lima elemen kunci METODE PENELITIAN
tersebut meliputi Connection, Care,
Fenomenologi merupakan
Value, Empathy, dan Trust.
penerapan metode kulitatif yang
Melihat fenomena tersebut, didaptkan dari proses menggali dan
penelitian ini akan mendalami tentang mengungkap kesamaan makna dari
latar belakang perempuan muslim sebuah konsep atau fenomena yang
urban dalam memilih produk kosmetik menjadi pengalaman hidup
halal. Latar belakang minat pembelian sekelompok individu. Dalam metode
fenomenologi, seorang penelitian
dalam penelitian berdasarkan
berusaha untuk mencari pemahaman
konstruksi makna dan motivasi dalam
individu tentang bagaimana konstruksi
memilih produk kosmetik halal. Oleh makna dan konsep penting dalam
karena itu penelitian ini akan kerangka intersubjektivitas
menggunakan pendekatan kualitatif (pemahaman manusia mengenai dunia
dibentuk oleh hubungan manusia termasuk dalam menentukan
dengan orang lain). (Kuswarno, 2009: keputusan pembelian. Kemudian
2) seseorang akan mulai tumbuh dan
Studi fenomenologi akan
menemukan kelompok-kelompok baru
melihat dari perpektif individu
yang sesuai dengan kepribadian
berdasarkan pengalaman. Paradigma
ini menekankan pada subjektivitas, di masing-masing dan memiliki sesuatu
mana subjek merupakan pemaknaan yang ingin ia capai. Termasuk
dari “aku” yang ada dalam diri lingkungan sekolah dan kerja. Di mana
manusia yang menghendaki, setiap sekolah memiliki porsi
bertindak, dan mengerti. Menurut pengajaran agama yang berbeda antara
Alase (2017), fenomenologi merupakan
sekolah yang berbasis ajaran agama
metodologi kualitatif yang
mengizinkan peneliti untuk Islam dengan sekolah umum.
menerapkan dan mengaplikasikan Kemudian ketertarikan individu
kemampuan sebjektivitas dan terhadap ajaran agama yang biasanya
interpersonal dalam proses penelitian ditunjukkan melalui keikutsertaannya
eksploratori. dalam kajian juga merupakan bentuk
Penelitian ini menggunakan interkasi sosial yang dapat
metode puposive sampling yang menentukan keputusan pembelian
dilakukan di Kota Surabaya terhadap 7
seorang konsumen muslim.
perempuan muslim berusia 20-30
tahun pengguna produk kosmetik Ketertarikan perempuan
halal. Kemudian peneliti akan muslim urban dalam menggunakan
melakukan observasi terlebih dahulu produk kosmetik halal adalah adanya
sebelum melakukan in-depth interview. keinginan untuk memenuhi rasa aman
Tujuannya adalah untuk melihat latar (safety needs) baik secara fisik maupun
belakang responden sebagai seorang emosional. Para informan mengatakan
muslim dan daya belinya sebagai bahawa mereka mempercayain
seorang konsumen. kandungan bahan-bahan dalam
produk kosmetik halal sudah pasti
HASIL DAN PEMBAHASAN
aman, namun mereka juga
Hasil dari tipikasi dan mendapatkan rasa aman secara batin
intersubjektivitas yang ditemukan dari karena produk kosmetik yang mereka
7 informan, religiusitas merupakan pakai tidak menyalahi aturan agama.
faktor dasar konsumen perempuan
Sedangkan bagi perempuan
muslim dalam memilih menggunakan
muslim urban yang memiliki
produk kosmetik halal.
pemahaman agama yang lebih dalam,
Intersubjektivitas dari kelompok
adanya kebutuhan untuk diterima di
terkecil adalah keluarga. Di mana
lingkungannya merupakan alasan lain
pengaruh keluarga dalam
untuk menggunakan kosmetik halal.
menanamkan nilai-nilai ajaran agama
Mengingat penggunaan kosmetik
akan membentuk pola pikir seseorang
berlebihan dalam ajaran agama Islam Hal ini yang kemudian dimanfaatkan
sebetulnya tidak diperolehkan, tetapi oleh para produsen kosmetik halal
tuntutan pekerjaan menjadi alasan untuk semakin berinovasi terhadap
kebanyakan perempuan muslim tetap produk-produknya sehingga kosmetik
menggunakan kosmetik saat halal menjadi identitas. Degan melihat
beraktivitas di luar rumah. Selain itu, 5 karakteristik konsumen perempuan
salah seorang informan yang bercadar yang dijelaskan The Diamond of
mengatakan bahwa menggunakan Womanology oleh Pambudi (2010), yaitu
kosmetik sehari-hari tidak ditujukan connection, care, value, empathy, dan
untuk terlihat lebih menarik di depan trust, kosmetik halal di Indonesia
orang lain selain suaminya. Alasan- semakin menjamur. (1) Connection,
alasan ini merupakan bentuk perempuan selalu ingin adanya
perempuan halal dalam memenuhi keterkaitan antara dirinya dengan
kebutuhan untuk diterima (social needs) suatu produk. Bagi seorang
dari menggunakan kosmetik halal. perempuan muslim, mereka
menginginkan adanya keterkaitan
Menggunakan kosmetik halal
produk kosmetik dengan ajaran
juga bertujuan untuk memenuhi
agamanya, sehingga ia menggunakan
kebutuhan untuk diharga (self esteem).
kosmetik halal. (2) Care, keinginan
Di mana seseorang ingin
perempuan untuk selalu dimengerti
menginginkan perhatian, citra yang
sangat dipahami oleh para produsen
postifm dan apresiasi dari orang lain.
kosmetik halal, sehingga mereka
Bagi beberapa informan, kosmetik
mengakomodir berbagai keluhan dan
halal bukan hanya konsumsi
kebutuhan perempuan urban dengan
probadinya saja, tetapi ia juga ingin
melakukan inovasi terhadap produk-
mendapatkan apresiasi lebih dari
produk agar tidak tertinggal dengan
orang lain dengan turut menjual
produk kosmetik konvensional.
produk tersebut. Menurutnya manfaat
Dengan begitu perempuan muslim
dari menggunakan produk kosmetik
tetap dapat merasakan manfaat
halal juga harus dibagikan dengan
kosmetik halal dengan produk-produk
orang lain, sehingga mendapatkan
yang inovatif. (3) Empathy, hal ini yang
manfaat yang sama dengan yang ia
seringkali dimanfaatkan oleh produsen
dapatkan. Namun dalam penelitian ini
produk wanita dalam strategi
belum ada informan yang mencapai
pemasarannya. Dimana campiagn yang
tahap self actualization.
mereka lakukan bertujuan untuk
Dari ketujuh informan dapat menyentuh hati konsumen. Termasuk
dilihat bahwa kosmetik halal tidak produk kosmetik halal yang seringkali
hanya digunakan untuk memenuhi melibatkan empathy dalam
kebutuhan fisik (mempercantik diri) menyampaikan pesan-pesannya. (4)
saja, tetapi juga kebutuhan emosional. Value, perempuan memiliki
kecenderung terhadap manfaat produk kelompok ini memiliki tingkat
yang ia dapatkan. Dimana mereka akan pemahaman akan kosmetik halal yang
mencari manfaat sebanyak-banyaknya tinggi, sehingga halal merupakan
dengan harga yang paling rendah. faktor penentu dalam memilik
Produk-produk halal yang beredar di kosmetik, namun intensitas
pasar Indonesia memiliki harga yang penggunaan kosmetik yang rendah. (4)
rendah dan sangat bersain. Dengan Religous Value Oriented, perempuan
manfaat bahwa produk halal pasti muslim yang kelompok ini memiliki
aman kulit membut produk-produk pemahaman halal dan intensitas
kosmetik halal tumbuh dan penggunaan kosmetik yang tinggi.
berkembang dengan pesat di
Indonesia. (5) Trust, perempuan Religious
Value
Value
memiliki kecenderungan untuk Oriented
Oriented
mempercayai suatu porduk, sehingga
sangat loyal terhadap produk-produk
yang mereka gunakan. Oleh karenanya Religious
Unconsious
Unconsious
ketika seorang perempuan muslim
menanamkan keprcayaannya terhadap
sebuah produk kosmetik halal, maka ia
akan menajadi konsumen yang loyal
terhadap produk tersebut. Konstruksi
Makna
Dari hasil kertaitan antara Halal
konstruksi makna dengan motivasi
pembelian didapatkan 4 kelompok
perempuan muslim urban pengguna
kosmetik halal. 4 kelompok tersebut Motivasi Menggunakan
yaitu: (1) Unconsious¸ di mana Kosmetik

kelompok ini memiliki pemahaman Gambar


yang rendah terhadap kosmetik halal,
Pola Kelompok Konsumen Kosmetik
sehingga halal bukan aktor penentu
Halal
dalam memilih kosmetik dan intesitas
penggunaan kosmteik yang juga
rendah. Konsumen dalam kelompok
SIMPULAN
ini lebih mengutakan kebutuhan fisik
(phsycologyca needs). (2) Value Oriented, Pendepat bahwa semakin tinggi
kelompok ini memiliki pemahaman religiusitas seseorang maka semakin
makna halal yang juga masih rendah dalam kosntruksi makna halal yang
namun intensitas penggunaan dimilikinya terhadap produk halal
kosmetik yang tinggi. (3) Religious ditemukan dalam penelitian ini.
Uncosious, perempuna muslim dalam Konstruksi halal dan motivasi
pembelian kemudian tumbuh dalam Iskandar. 2016. Implementasi Teori
kelompok masyarakat yang terbentuk Hirarki Kebutuhan Abraham
dari new social movement yaitu muslim
Maslow Terhadap Peningkatan
kelas menengah, sehingga menciptkan
pola gaya hidup baru yang disebut Kinerja Pusatakawan. Jurnal Ilmu
halal lifestyle. Perpustakaan, Informasi, dan

Salah satu sektor halal lifestyle Kearsipan Khizanah Al-


yang berkembang dengan sangat pesat Hikmah, 4(1), 24-34
adalah sektor kosmetik. Kosmetik yang
Kasali, Rhenald. 1998. Membidik Pasar
merupakan barang pokok perempuan
dan karakteristik konsumen Indonesia: Segmentasi Targeting
perempuan yang diakomodir oleh Positioning. Jakarta: PT.
produsen kosmetik menjadikan pasar Gramedia Pustaka Utama.
kosmetik halal tumbuh dengan pesat
Kotler, P., & Keller, K. L. 2007.
hingga menjadi komoditas.
Manjemen Pemasaran Edisi 12.
Kemudahan mendapatkan
produk yang terjamin kehalalannya Jakarta: PT.
merupakan salah satu keuntungan Indeks-Prentice Hall.
konsumen muslim di Indonesia. Kuntowijoyo, dkk, 2006. Lifestyle
Namun adanya labelisasi ini membuat
Ecstasy “Kebudayaan Pop dalam
konsumen Indonesia kurang
memahami sebab-sebab kehalalan Masyarakat Komoditas
suatu produk kosmetik. Di mana halal Indonesia”. Yogyakarta:
bukan hanya berdasarkan dari
Jalasutra. Hal. 165 – 166.
kandungan bahan-bahan yang
digunakan, tetapi juga proses produksi Kuswarno, Engkus. 2009. Metode
hingga distribusi termasuk manajerian Penelitian Komunikasi
dan tata kelola perusahaan. Fenomenologi; Konsepsi,
DAFTAR PUSTAKA Pedoman, dan Contoh

Alase, A. 2017. The Interpretative Penelitian. Bandung: Widya

Phenomenological Analysis (IPA): Padjajaran

A Guide to a Good Qualitative Yuswohady. 2014. Marketing to The

Research Approach. Middle Class Muslim. Jakarta:

Habermas, Jurgen. 1975. Legitimation Gramedia Pustaka Utama.

Crisis. Beacon Press, 1 edition Hal 71-78.


Pambudi, Teguh; Yuswohady; Palupi,
Dyah;. 2009. Womanology: The
Art of Marketing to Woman.
Jakarta: PT. Gramedia
Pustaka Utama. Hal: xxiii -
xxxvi
Azreen Jihan, C.M.H. and M. Rosidah.
2013. Modeling the effects on the
attitude of young adult urban
muslim women towards halal
cosmetics products: New insights
for championing the halal
economy. Internatioanl Journal
of Education and Research,
Vol. 1 (No 8), 1-8

Anda mungkin juga menyukai