Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

INDUSTRI HALAL KOSMETIK DI INDONESIA


(Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Manajemen Produk
Halal)

Dosen Pengampu : Asep Dadan Suganda, M.Sh.Ec

Disusun Oleh : Kelompok 5

Rika Sri Mulyani Dewi 201410157


Nia Kurniasih 201410163
Rif’atul Lailah 201410169
Nadiya Rizqi Qonita Iskandar 201410177
Diva Azzahra Maharani 201410184
Ulpiyatun Nupus 201410191

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN MAULANA HASANUDDIN
BANTEN
2023
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wa Rahmatullahi Wa Barakatuh


Alhamdulillah, Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT.
Karena telah memberikan rahmat-Nya kepada kami, untuk menyelesaikan tugas
makalah mata kuliah Manajemen Produk Halal dengan judul “Industri Halal
Kosmetik Di Indonesia” sholawat dab salam semoga selalu tercurah kepada
junjungan kita Nabi Muhammad SAW.
Dalam penulisan makalah ini, kami menyadari adanya kekurangan dalam
penyusunan makalah ini. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat kami
harapkan untuk menyempurnakan tugas makalah ini. Kami ucapkan terima kasih
kepada Bapak Asep Dadan Suganda, M.Sh, Ec sebagai dosen pengampu dalam
mata kuliah Manajemen Produk Halal dan kepada rekan kelompok kami yang
telah ikut berpartisipasi dalam pembuatan makalah ini, sehingga makalah ini
dapat selesai tepat waktu. Semoga makalah yang telah kami siapkan dapat
bermaanfaat dan menambah informasi bagi kami dan para pembaca. Aamiin.
Wa’alaikumussalam Wa Rahmatullahi Wa Barakatuh

Serang, 11 April 2023

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................2
DAFTAR ISI............................................................................................................3
BAB I.......................................................................................................................4
PENDAHULUAN...................................................................................................4
A. Latar Belakang Masalah............................................................................4
B. Rumusan Masalah.....................................................................................5
C. Tujuan Penulisan.......................................................................................5
BAB II......................................................................................................................6
PEMBAHASAN......................................................................................................6
A. Definisi Industri, Halal serta Kosmetik.....................................................6
1. Industri..........................................................................................................6
2. Halal.......................................................................................................8
3. Kosmetika..............................................................................................8
C. Perkembangan Industri Halal Kosmetik Di Indonesia............................11
BAB III..................................................................................................................13
PENUTUP..............................................................................................................13
Kesimpulan........................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................14

3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perkembangan nan pesat dalam industri kosmetik di Indonesia dapat
dilihat dari tahun ke tahun. Survei membuktikan bahwasannya kosmetik di
Indonesia menjadi trend kenaikan yang positif terhadap ekspor industri kosmetik
di Indonesia. Menurut Kemenperin dengan melihat neraca perdagangan, Industri
kosmetik tumbuh sebesar 90% dan nilai ekspor kosmetik mencapai 818 juta USD
pada tahun 2015, dua kali lipat dari nilai impor sebesar 441 juta USD. Industri
kosmetik Indonesia menawarkan perkembangan yang signifikan dibandingkan
dengan industri lainnya.
berlandaskan Rencana Induk Pembangunan Industri Nasional (RIPIN)
2015-2035, industri kosmetika dan tanaman adalah bidang prioritas, karena
berperan penting sebagai salah satu penopang utama perekonomian negara.
Perkembangan yang pesat terhadap industri kosmetik di Indonesia dipengaruhi
dengan meningkatnya suatu kebutuhan manusia terhadap penggunaan kosmetik,
sehingga muncul beberapa produsen kosmetik dengan banyaknya merek dan trend
yang disesuaikan oleh zamannya dengan memiliki kekurangan dan kelebihan yang
berbeda disetiap merek kosmetiknya.
Munculnya produsen kosmetik liuar negeri menjadi sorotan yang hangat
dan dapat menjadi persaingan yang sangat ketat terhadap industri kosmetik di
Indonesia. Banyaknya berbagai merek, dan harga menjadi sebab adanya
keputusan pembelian yang berkelanjutan. Sebagai warga Indonesia yang
lingkungannya mayoritas beragam muslim. Harus dapat memperhatikan
bahwasanya industri kosmetik halal itu kian meningkat untuk dapat dikonsumsi
dan distribusi yang luar biasa banyak untuk mendapatkan sertifikat halal yang
jelas oleh LPPOM-MUI dengan syarat, kriteria ataupun ketentuan yang berlaku
yang diajukan saat pengajuan sertifikasi halal produk. Tidak dapat dipungkiri hal
ini menjadi daya tarik dan minat beli konsumen terhadap produsen yang
memproduksi kosmetik halal di Indonesia. Hal ini menjadi bahasan penting untuk

4
dilakukan sebagai edukasi terhadap orang-orang di Indonesia khususnya
konsumen industri halal kosmetik.
B. Rumusan Masalah
1. Apa Definisi dari Industri, Halal dan Kosmetik ?
2. Apa Dasar Hukum Terkait Industri Halal Kosmetik ?
3. Bagaimana Perkembangan Industri Halal Kosmetik di Indonesia ?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Manajemen Produk
Halal
2. Untuk Menambah Wawasan juga Pengetahuan Terkait Industri Halal
Kosmetik di Indonesia

5
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Industri, Halal serta Kosmetik
1. Industri
Merujuk pada penelitian (Arif Rahman Hakim) Dalam industri kosmetik
terdapat empat kegiatan pendukung yang biasanya dilakukan oleh perusahaan.
Kegiatan ini meliputi pembelian, infrastruktur perusahaan, manajemen
pengembangan manusia, pengembangan teknologi. Dalam pemenuhan bahan
baku perusahaan dapat juga memenuhinya melalui supplier ataupun melalui agen
importir dari luar negeri. Dalam proses pembelian bahan baku, hendaknya
perusahaan mengedepankan kualitas dimana dapat menjaga kepercayaan
konsumen nantinya. Dengan alternative tercantumnya perusahaan ini di Badan
Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Republik Indonesia.
Kegiatan penunjang yang kedua yaitu infrastruktur. Infrastruktur
perusahaan adalah salah satu kegiatan penunjang yang sangat diperlukan oleh
corporate untuk menunjang kelajuan fungsional perusahaan. Infrastruktur itu
meliputi warehouse untuk menyimpan bahan baku dan produk jadi, kendaraan
distribusi yang digunakan untuk pengiriman ke lokasi dan aspek perizinan
perusahaan.
Dengan dikeluarkannya edaran dari BPOM RI. Kegiatan pendukung
selanjutnya ialah manajemen sumber daya manusia. Ini dibutuhkan supaya
corporate mampu mengurus sumber daya yang ada sedemikian rupa sehingga
menghasilkan sumber daya manusia sebanyak mungkin. Tata kelola organisasi
perusahaan yang baik tercermin dari struktur organisasi yang dibuat oleh
perusahaan, dan setiap jabatan memiliki job descrition dan job specification.
Terakhir, yang tak kalah penting kegiatan perkembangan teknologi. Saat
ini teknologi mempunyai peran utama dalam menyokong perkembangan
keunggulan bersaing perusahaan. Teknologi inilah yang bisa meningkatkan
efesiensi dalam prosedur pengolahan bahan baku kosmetik.
(Abu Bakar, 2021) Setiap industri yang menghasilkan produk harus selalu
didasarkan pada ketentuan Islam. Artinya ijtihad atas suatu fenomena ekonomi

6
tidak boleh bertolak belakang dengan asas ekonomi Islam. Asas dasar ini perlu
digunakan sebagai hukum untuk melakukan kegiatan ekonomi.
Fungsi dan tujuan industri Halal adalah untuk melaksanakan Undang-
Undang Jaminan Produk Halal No. 33 Tahun 2014. Adanya undang-undang
bertujuan antara lain untuk melindungi hak istimewa setiap masyarakat untuk
memeluk agamanya masing-masing, dan pemerintah wajib mempresentasikan
penjagaan dan agunan kehalalan produk. Namun tidak semua produk nan
menyebar di khalayak merupakan produk yang terjaga kehalalannya, sehingga
diperlukan ketentuan hukum dalam peraturan untuk menciptakan undang-undang
jaminan produk halal (Abu Bakar, 2021).
Faktor pendorong perusahaan untuk berubah pada sektor cosmetic industry
dipaparkan sebagai berikut (Arif Rahman Hakim):
i. Inovasi produk; Dengan adanya pembaharuan akan berpengaruh
pada permintaan pada produk. Pembaharuan produk akan menarik
konsumen untuk membeli produk. Landasan dilakukannnya reka
baru ini secara berkelanjutan adalah untuk menghindari kejemuan
pembeli atau pembeli akan satu rupa produk.
ii. Inovasi proses; Selain inovasi produk, pembaharuan dalam proses
produksi pun dibutuhkan dalam industri kosmetik. Ini
dimaksudkan supaya corporate tidak hanya menghasilkan produk
yang baru saja, tetapi juga menciptakan produk yang sudah ada
namun inovatif dalam pengolahannya. Hal ini berguna untuk nilai
tambah yang berbeda dari produk sebelumnya.
iii. Perubahan gaya hidup konsumen; Perubahan gaya hidup ialah
salah satu antusiasme pendorong di balik pertumbuhan industri
kosmetik. Perubahan tingkat kosmetik yang semula merupakan
kebutuhan sekunder namun kini menjadi kebutuhan primer atau
telah menjadi kebutuhan primer. Ketampanan merupakan bagian
dari daya tarik seseorang di masyarakat.

7
2. Halal
(Yulia, 2015) Secara etimologi halal berarti melepaskan, melarutkan,
melarutkan, melepaskan dan membiarkan. Pada saat yang sama, kata "halal"
dalam terminologi adalah sesuatu yang dengannya ikatan yang berbahaya
dilepaskan dan Allah mengizinkan hal ini dilakukan. Halal pun bisa ditafsirkan
sebagai sesuatu yang tidak berisi material yang diharamkan bagi umat Islam.
UU No. 33/2014 Jaminan Produk Halal berisi beberapa definisi yang bisa
dijadikan acuan dalam manafsirkan produk Halal. Produk merupakan barang
dan/atau jasa yang kompleks dengan hidangan, farmasi, kosmetik, zat kimia, zat
biologi, zat genetik dan barang atau disimpan oleh khalayak umum. Sedang
produk Halal ialah produk yang sudah dijelaskan Halal menurut Syariat Islam
(Yulia, 2015).
Berdasarkan keterangan dari Alquran dan Hadits, kehalalan suatu produk
bisa dilihat dari 3 (tiga) segi, yaitu jenis bahan atau zat, cara pembuatan serta
usaha yang dilakukan untuk memperolehnya. Makanan nabati dijamin kualitasnya
Halal, sedangkan titik kritis Halalitas adalah media dan material yang ditaruh
selama pemrosesan dan pengemasan.
Untuk bahan asal binatang, titik kritisnya yaitu metode penyembelihan,
media dan material yang diperlukan atau ditambahkan selama pembuatan,
termasuk pengemasan. Selain fakta bahwa produk mesti mengandung bahan halal,
perhatian pun harus diberikan pada metode pengangkutan selama pengangkutan,
dan analisis kontaminasi dilakukan pada setiap tahap proses, mengevaluasi semua
masukan yang mungkin dari bahan kotor dan tidak murni.
3. Kosmetika
Kosmetika sebagai produk untuk menjaga kecantikan meningkat dengan
berkembangnya bioteknologi. Berdasarkan peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia tahun 1976, kosmetik merupakan bahan atau campuran dari bahan-
bahan yang dirancang guna menggosok, membetulkan, menuangkan,
memercikkan atau menyemprotkan, mengoleskan dan membersihkan tubuh
manusia. , diawetkan, menambah pesona dan mengubah penampilan dan bukan
termasuk dalam delegasi obat (Muchtaridi, 2017).

8
Zat ini tidak diperbolehkan mempengaruhi kulit dan kesehatan tubuh
secara umum. Menurut penjelasan ini, kosmetik diaplikasikan baik secara
eksternal ataupun internal oleh tubuh manusia. Menurut Islam, ada dua hal yang
perlu diamati saat menggunakan produk kosmetik: kesucian dan kebersihan.
Artinya kosmetik wajib halal dan suci.
(Muchtaridi, 2017) Titik kritis keharaman kosmetik yang harus dicermati
terutama asal bahan baku yang digunakan dalam produksi kosmetik, bisa berasal
dari binatang atau anggota tubuh manusia. Apabila material awalnya dari babi
maupun bagian organ manusia, maka jelas produk tersebut dinyatakan haram
berdasarkan QS; Al Baqarah:173, pemakaian produk yang berasal dari babi adalah
haram, dan Fatwa MUI No. 2/MunasVI/MUI/2000, penggunaan kosmetik yang
mengandung atau berasal dari bagian tubuh manusia ialah ilegal. Sekalipun
berasal dari hewan yang bukan babi, namun apabila hewan tersebut tidak
disembelih menurut Islam maka hukumnya haram.
Titik Haram kritis untuk produksi kosmetik pertama-tama adalah bahan
aktif dari persiapan kosmetik, semacam kolagen dan elastin. Kolagen dan elastin
meningkatkan elastisitas kulit, kebanyakan krim atau salep. Kolagen berasal dari
tulang hewan, apabila kolagen berasal dari hewan sembelihan muslim, tidak
masalah jika halal. Namun, masalahnya adalah sumbernya ambigu, membuat
produk tersebut dipertanyakan.
Kedua, bahan stabilitas sebagai material dasar. Lipstik, deodoran, perona
mata berbahan dasar garam asam lemak misalnya lauril palmitat, gliseril
monostearat. Garam asam lemak ini mungkin berasal dari hewan. Stabilizer harus
halal sumber dan penyembelihan atau metode pengolahan.
Ketiga, asam lemak esensial. Beberapa jenis asam lemak nan umum
dipakai antar lain asam linolenat, asam linoleat, dan asam arakidonat sebagai
antioksidan. Asam lemak ini sering dipakai dalam kosmetik, terutama perawatan
kulit. Harus diperhatikan jika sumber asam lemaknya berasal dari hewan halal
yang disembelih secara Islami dan digunakan bahan penstabil, karena asam lemak
tersebut termasuk kategori mudah teroksidasi atau tidak stabil sehingga
diperlukan bahan stabilitas saat diaplikasikan.

9
Keempat, hormon dan ekstrak kelenjar alami yang mulai populer sekarang
ini merupakan ekstrak plasenta. The Ingredient Cosmetic Dictionary mengatakan
bahwa ekstrak plasenta ialah ekstrak yang diperoleh dari ari-ari bayi yang baru
lahir atau dikenal dengan tali pusar atau ari-ari, yang secara tradisional sering
dipendam agar tidak digunakan untuk tujuan yang melanggar agama. Namun,
protein plasenta, enzim plasenta, dan lipid plasenta, yang masih terdapat dalam
kamus yang sama merupakan zat yang diperoleh dari plasenta hewan seperti
plasenta kambing, sapi, dan babi. Ekstrak plasenta mempunyai kemampuan untuk
menguatkan sistem endokrin, sehingga zat ini mampu meningkatkan produksi
ASI, memperlancar menstruasi, memperlancar peredaran darah, menstabilkan
menopause, meningkatkan kesuburan pria dan wanita bahkan meningkatkan
gairah seksual. Selain itu, zat ini mengandung Senescent Cell Activating Factors
(SCAF) sebagai stimulan biogenik yang dapat meningkatkan atau mempercepat
proliferasi sel kulit dan meregenerasi sel yang rusak.
Pada saat yang sama, karena kandungan asam amino yang tinggi, ekstrak
ini dapat menyembuhkan penyakit yang berhubungan dengan sistem saraf.
Faktanya, Watanabe menemukan bahwa L-triptofan yang diisolasi dari plasenta
manusia memiliki efek antioksidan yang baik dengan menghambat sel sitokrom P-
450 yang terlibat dalam peroksidasi lipid.
Enzim SOD yang terkandung dalam ekstrak tersebut berperan sebagai
antioksidan. Jadi harus diperhatikan sumber ekstrak plasenta ini dan jika dari
hewan maka harus mengetahui cara penyembelihannya dan jika itu adalah produk
mikroba maka harus memperhatikan titik kritisnya.
B. Dasar Hukum Industri Halal Kosmetik
(Yulia, 2015) Islam mengatur segala urusan kehidupan manusia.
Semuanya disebut rahmatan lil alamin dalam Al-Qur'an, petunjuk hidup manusia,
termasuk perintah kenikmatan. Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam Al-
Qur'an:
‫ٰٓيَاُّيَها الَّناُس ُك ُلْو ا ِمَّم ا ِفى اَاْلْر ِض َح ٰل اًل َطِّيًباۖ َّو اَل َتَّتِبُعْو ا ُخ ُطٰو ِت الَّشْيٰط ِۗن ِاَّنٗه َلُك ْم َع ُد ٌّو ُّم ِبْيٌن‬
Terjemahan: “Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari
apa yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah

10
syaitan, karena sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagimu” (QS.
al-Baqarah/2:168).
Ayat di atas menyatakan bahwa orang hanya memakai produk halal. Halal
dan baik ialah dua hal dalam Islam yang tidak dapat dipisahkan. Keduanya
berdampak besar pada pembentukan psikologis, fisik, perilaku dan moral
seseorang. Hal ini menjadi acuan untuk merefleksikan evaluasi awal yang
menawan perilaku manusia, karena makanan dan minuman Islami tidak hanya
sebagai pemuasan kepentingan jasmani, namun jua bagian dari kepentingan
ruhani yang terpuaskan sepenuhnya.
Sebuah hadits yang dilihat oleh Nabi menjelaskan hal tersebut
sebagaimana diriwayatkan oleh seorang sahabat Abu Hurairah RA bahwa
Rasulullah bersabda: “Perut adalah telaga bagi raga. Pembuluh-pembuluh darah
berujung padanya. Jika perut sehat, pembuluh-pembuluh itu akan sehat.
Sebaliknya, jika perut sakit, pembuluh darah pun akan ikut sakit” (HR Thabrani).
Dalam hal ini, Imam al-Ghazali memisalkan makanan dalam agama
sebagai pondasi semacam bangunan. Menurutnya, sebuah bangunan tetap tinggi
dan kokoh jika pondasinya kuat dan kokoh. Dan sebaliknya, jika pondasi lemah
dan rapuh, maka bangunan tersebut pasti akan roboh.
C. Perkembangan Industri Halal Kosmetik Di Indonesia
Kosmetik halal adalah produk yang terbuat dari bahan-bahan yang
memenuhi syariat Islam. Kandungan produk yang direkomendasikan wajib
terhindar dari bahan hewani yang dilarang dan disembelih yang melanggar
pedoman Islam. Produk harus diproduksi dan diproses dengan alat yang belum
dicampur dengan zat yang melanggar hukum Syariah.
Produk kosmetik termasuk bidang yang banyak digemari oleh khalayak
umum. Hal ini terlihat dari banyaknya mode produk perawatan kulit dan make up
remaja saat ini. Para pengusaha produk kecantikan sangat berkepentingan untuk
mengenal makna halal untuk memahami selera konsumen muslim khususnya
kaum muda.
Produk kosmetik sekarang semakin diminati ketika memiliki label Halal.
Umat Islam Indonesia enggan mengkonsumsi produk tersebut jika mengandung

11
zat yang haram. Sertifikat halal untuk bermacam produk kosmetik memberikan
keyakinan kepada pembeli bahwa kosmetik tersebut memakai bahan baku yang
aman.
Perusahaan kecantikan menganjurkan peluang yang menguntungkan tidak
hanya melalui harga tinggi dan merek mewah, tetapi juga melalui peningkatan
kualitas. Produk perawatan kulit diperkirakan akan tumbuh sekitar 31 persen
antara tahun 2017 dan 2022. Saat ini india memiliki konsumsi kosmetik terbesar
kedua setelah India.Pada tahun 2023, pangsa pasar kosmetik diperkirakan tumbuh
sebesar 6,9 persen menjadi $90 miliar.
Kosmetika adalah perseroan yang ditentukan oleh Kementerian
Perindustrian dalam Rencana Induk Pembangunan Industri Nasional. Dalam
beberapa tahun terakhir, produsen kecantikan Indonesia juga mulai memproduksi
dan mendaftarkan produknya untuk sertifikasi Halal. Ini jelas merupakan
perkembangan positif bagi industri kosmetik Halal. Perkembangan industri halal
positif dari tahun ke tahun. Tidak hanya dari industri pariwisata, tetapi juga dari
kosmetik. Saat ini, Indonesia berada di urutan kesembilan di sektor farmasi dan
kosmetik berdasarkan Indikator Ekonomi Global. Hal itu disampaikan Direktur
Pusat Pendaftaran dan Sertifikasi Halal BPJPH (Badan Penyelenggara Jaminan
Produk Halal), Siti Aminah.
BPJPH mempromosikan kehalalan produk kosmetik di Indonesia dengan
membangun merek halal, meningkatkan jumlah Lembaga Pemeriksa Halal (LPH)
untuk memeriksa dan mensertifikasi halal produk, memperluas kerjasama
internasional, dan menciptakan sistem sertifikasi halal yang terintegrasi.

12
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Dalam industri kosmetik terdapat empat kegiatan pendukung yang
biasanya dilakukan oleh perusahaan. Kegiatan ini meliputi pembelian,
infrastruktur perusahaan, manajemen pengembangan manusia, pengembangan
teknolologi. Faktor pendorong perusahaan untuk berubah pada sektor cosmetic
industry yaitu Inovasi produk, Inovasi proses dan Perubahan gaya hidup
konsumen.
Halal diartikan sebagai sesuatu yang tidak mengandung bagian-bagian
yang tidak boleh digunakan oleh umat Islam. Berdasarkan informasi dari Alquran
dan Hadits, kehalalan suatu produk dapat dilihat dari 3 (tiga) segi, yaitu jenis
bahan atau zat, cara pembuatan dan usaha yang dilakukan untuk memperolehnya.
Berdasarkan peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia tahun 1976,
kosmetik merupakan bahan atau campuran dari bahan-bahan yang dirancang
untuk menggosok, membetulkan, menuangkan, memercikkan atau
menyemprotkan, mengoleskan dan membersihkan tubuh manusia. , diawetkan,
menambah daya tarik dan mengubah penampilan dan tidak termasuk dalam
delegasi obat.
Kosmetika adalah perseroan yang ditentukan oleh Kementerian
Perindustrian dalam Rencana Induk Pembangunan Industri Nasional. Dalam
beberapa tahun terakhir, produsen kecantikan Indonesia juga mulai memproduksi
dan mendaftarkan produknya untuk sertifikasi Halal. Ini jelas merupakan
perkembangan positif bagi industri kosmetik Halal.

13
DAFTAR PUSTAKA

Abu Bakar, A. P. (2021). Analisis Fiqih Industri Halal. Jurnal Taushiah FAI
UISU Vol. 11 No. 1, 11-12.
Arif Rahman Hakim, C. M. (n.d.). Industri Kosmetik dan Manfaat Bagi
Konsumen Kosmetik di Indonesia. 7-8.
Muchtaridi. (2017). Kosmetika Halal atau Haram serta Sertifikasinya. Majalah
Farmasetika, Vol. 2 No.1, 12-15.
Yulia, L. (2015). Halal Products Industry Development Strategy (Strategi
Pengembangan Industri Produk Halal). Jurnal Bimas Islam Vol.8. No.I, 5-
6.

14

Anda mungkin juga menyukai