1 SM
1 SM
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian pestisida nabati campuran biji koro
benguk (Mucuna pruriens L.), biji legundi (Vitex trifolia L.) dan biji mindi (Melia azedarach L.) terhadap
mortalitas larva Spodoptera litura, pembentukan larva menjadi pupa, kerusakan tanaman sawi, berat
basah dan berat kering tanaman sawi serta dosis dan waktu penyemprotan pestisida nabati yang efektif
dalam mengendalikan larva Spodoptera litura. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen dengan
desain Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri atas kontrol negatif menggunakan air, perlakuan
variasi dosis pestisida nabati (5%, 10%, 15%) dan kontrol positif menggunakan pestisida sintetik Decis,
serta variasi waktu penyemprotan pestisida nabati yaitu penyemprotan sebelum dan setelah peletakan
larva. Perlakuan variasi dosis dilakukan tiga kali ulangan dan perlakuan variasi penyemprotan dilakukan
dua kali ulangan. Hasil penelitian menunjukkan hasil bahwa pemberian pestisida nabati campuran biji
koro beguk, biji legundi dan biji mindi memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap kerusakan
daun sawi dan berat basah tanaman sawi, namun tidak memberikan pengaruh yang berbeda nyata pada
mortalitas larva Spodoptera litura, pembentukan larva menjadi pupa dan berat kering tanaman sawi.
Dosis minimal pestisida nabati yang efektif mengendalikan larva Spodoptera litura adalah 10%, dan
waktu penyemprotan yang efektif mengendalikan larva Spodoptera litura adalah penyemprotan setelah
peletakan larva.
Kata kunci: Koro Benguk (Mucuna pruriens L.), Legundi (Vitex trifolia L.), Mindi (Melia azedarach L.),
Pesitisida nabati, Sawi (Brassica juncea L.), Spodoptera litura.
Abstract
This research aimed to determine the effect of mixed botanical pesticide from koro benguk seeds
(Mucuna pruriens L.), legundi Seeds (Vitex trifolia L.) and mindi Seeds (Melia azedarah L.) against
Spodoptera litura larvae’s mortality, the formation of larvae into pupa, damage of mustard plants, wet
weight and dry weight of mustard plants, dose and time of spraying botanical pesticides that effective to
control the Spodoptera litura larvae. This research used an experimental research design with completely
randomized design (CRD) consist of a negative control using water, variation of botanical pesticide dose
(5%, 10%, 15%) and positive control using synthetic pesticide Decis, and botanical pesticide spraying
time variations, spraying before layed and after the larvae layed. Treatment variation of dose three
repetions and treatment variation of spraying two repetions. The result of the research showed that mixed
botanical pesticide from koro benguk seeds, legundi seeds and mindi seeds gave a significant different
effect to the damage of leaf mustard and wet weight of mustard plants, but did not give real different
effect on the mortality of Spodoptera litura larvae, formation of larvae into pupa and dry weight of
mustard plants. Minimum effective dose of botanical pesticide is 10% and effective spraying time for
controlling Spodoptera litura larva is spraying after the larvae layed.
327 Jurnal Prodi Biologi Vol 7 No 5 Tahun 2018
Keywords: Botanical Pesticide , Koro Benguk (Mucuna pruriens L.), Legundi (Vitex trifolia L.), Mindi
(Melia azedarach L.), Mustard Plants (Brassica juncea L.), Spodoptera litura.
nabati campuran biji koro benguk, biji legundi menempel, kemudian tanaman ditimbang untuk
dan biji mindi dengan konsentrasi 100% (larutan mengetahui berat basah tanaman. Sawi yang telah
stok). Penggunaan larutan pestisida nabati ditimbang kemudian dibungkus menggunakan
disesuaikan dengan konsentrasi yang akan alumunium foil dan dioven sampai berat tanaman
diujikan dalam penelitian. sawi stabil (tidak mengalami penurunan).
a. Pestisida nabati konsentrasi 5% dibuat
dengan mengencerkan 13,5 ml larutan stok Teknik Analisis Data
sampai volume 270 ml. Hasil pengamatan dianalisis menggunakan
b. Pestisida nabati konsentrasi 10% dibuat analisis ragam (ANOVA) satu jalur, jika terdapat
dengan mengencerkan 27 ml larutan stok beda nyata maka dilanjutkan dengan pengujian
sampai volume 270 ml. Duncant dengan taraf kepercayaan 5% untuk
mengetahui efek masing-masing perlakuan.
c. Pestisida nabati konsentrasi 15% dibuat Selain itu, untuk mengetahui pengaruh variasi
dengan mengencerkan 40,5 ml larutan penyemprotan pada penelitian dianalisis
stok sampai volume 270 ml. menggunakan uji independent sample t-test.
4. Peletakan Larva pada Tanaman Sawi
Peletakan larva Spodoptera litura dilakukan HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
dengan meletakkan 5 larva pada daun tanaman Berdasarkan hasil penelitian mengenai
sawi. Larva yang diletakan adalah larva pengaruh pemberian larutan pestisida nabati
Spodoptera litura instar III. Peletakan larva campuran ekstrak biji koro benguk, biji legundi
dilakukan sesuai dengan variasi penyemprotan dan biji mindi terhadap pengendalian hama ulat
yaitu sebelum penyemprotan (SB) dan setelah grayak (Spodoptera litura) pada tanaman sawi
penyemrotan (SS). (Brassica juncea L.) dapat diuraikan sebagai
5. Penyemprotan Pestisida Nabati berikut.
Penyemprotan pestisida nabati, Decis,
maupun air, dilakukan dengan menyemprotkan 1. Pengaruh Penyemprotan Pestisida Nabati
larutan menggunakan sprayer. Setiap tanaman Campuran Biji Koro Benguk, Biji
disemprot dengan larutan sebanyak 90 ml hingga Legundi dan Biji Mindi terhadap
merata pada seluruh bagian tanaman sawi, baik Mortalitas Spodoptera litura pada
permukaan atas maupun permukaan bawah. Tanaman Sawi
Penyemprotan larutan dilakukan dengan 2 variasi, Hasil pengamatan jumlah mortalitas larva
yaitu sebelum (SB) artinya, tanaman sawi Spodoptera litura instar III yang telah disemprot
disemprot terlebih dahulu sehari sebelum larva pestisida nabati campuran biji koro benguk, biji
diletakkan pada tanaman. Sesudah (SS) artinya, mindi dan biji legundi dengan variasi dosis 0%
tanaman sawi disemprot sehari setelah larva (air sebagai kontrol negatif), dosis 5%, dosis
diletakkan pada tanaman. 10%, dosis 15% dan pestisida sintetik (sebagai
6. Pengamatan kontrol posistif) adalah sebagai berikut:
Pengamatan yang dilakukan terbagi menjadi Tabel 2. Persentase Mortalitas Larva Spodoptera
dua yaitu pengamatan sebelum panen meliputi litura pada Berbagai Perlakuan
pengamatan mortalitas larva, perubahan larva Persentase Mortalitas
Rata-
menjadi pupa dan kerusakan tanaman sawi, Dosis (%) Larva (%)
rata (%)
sedangkan pengamatan setelah panen meliputi SB SS
pengukuran berat basah dan berat kering tanaman 0 30,00 40,00 35,00
sawi. 5 20,00 60,00 40,00
10 30,00 73,33 51,67
7. Panen
15 20,00 73,33 46,67
Tanaman sawi dipanen setelah berumur 32
Kontrol + 46,67 80,00 63,33
hari setelah tanam. Tanaman sawi yang dipanen Rata-rata 31,33 65,33
dibersihkan bagian akarnya dari tanah yang masih
Uji Efektivitas Pestisida…..(Nurul Hakiki) 330
Berdasarkan Tabel 2. terlihat bahwa rata-rata Hasil analisis statistik untuk mengetahui
mortalitas tertinggi pada perlakuan kontrol positif pengaruh variasi dosis dan waktu penyemprotan
menggunakan pestisida sintetik Decis dan rata- terhadap mortalitas larva menunjukan nilai
rata mortalitas terendah pada perlakuan signifikasi yang lebih besar dari taraf nyata
penyemprotan menggunakan air. Pestisida (0,05), artiya variasi dosis dan waktu
sintetik yang digunakan pada penelitian adalah penyemprotan tidak memberikan pengaruh yang
Decis dengan bahan aktif berupa deltametrin berbeda nyata terhadap mortalitas Spodoptera
yang merupakan pestisida golongan piretroid litura. Namun berdasarkan nilai rata-rata,
sintetik menyebabkan racun kontak dan racun mortalitas tertinggi untuk pengaruh pemberian
perut yang kuat (Suryaningsih, 2008: 232). Hal ini pestisida nabati pada dosis 10% dan waktu
yang menyebabkan mortalitas pada perlakuan penyemprotan setelah peletakan larva.
kontrol positif lebih tinggi dibandingkan yang
lainnya. Sedangkan mortalitas terendah pada
kontrol negatif menggunakan air karena larutan 2. Pengaruh Penyemprotan Pestisida Nabati
yang digunakan tidak mengandung senyawa yang Campuran Biji Koro Benguk, Biji
dapat menyebabkan mortalitas. Legundi dan Biji Mindi terhadap
Pembentukan Larva Spodoptera litura
Pada perlakuan penyemprotan pestisida
Menjadi Pupa
nabati, mortalitas tertinggi pada dosis 10%. Hal Hasil pengamatan jumlah larva Spodoptera
ini dikarenakan pada pestisida nabati terdapat litura instar III yang berubah menjadi pupa pada
senyawa alkaloid yang berasal dari biji koro perlakuan pestisida nabati campuran biji koro
benguk, legundi dan biji mindi. Senyawa alkaloid benguk, biji mindi dan biji legundi dengan variasi
merupakan senyawa racun perut bagi larva dosis 0% (air sebagai kontrol negatif), dosis 5%,
Spodoptera litura sehingga dapat menghambat dosis 10%, dosis 15% dan pestisida sintetik
aktivitas larva memakan tanaman sawi dan (sebagai kontrol posistif) adalah sebagai berikut:
menyebabkan kematian. Pestisida nabati juga Tabel 3. Persentase Perubahan Larva Spodoptera
mengandung senyawa HCN yang berasal dari biji litura Menjadi Pupa pada Berbagai
koro benguk. HCN berperan sebagai racun perut Perlakuan
dan racun syaraf. HCN akan masuk melalui Persentase Larva
pencernaan, menyerang organ-organ dan diserap yang Menjadi Pupa Rata-
Dosis (%)
oleh usus halus. (Pahan 2010:191; Pusat (%) rata (%)
Penelitian Kakao Indonesia, 2010: 248). SB SS
0 46,67 60 53,33
Perlakuan waktu penyemprotan
5 36,67 66,67 51,67
menunjukkan bahwa rata-rata mortalitas 10 26,67 66,67 46,67
perlakuan SB lebih rendah dibandingkan 15 33,33 46,67 40,00
perlakuan SS. Hal ini dikarenakan dari sifat Kontrol + 26,67 20,00 23,33
pestisida nabati yang mudah terurai sehingga Rata-rata 40,00 52,00
senyawa residu yang tersisa hanya sedikit Berdasarkan Tabel 3. terlihat bahwa rata-rata
(Rahmawati, 2012). Mortalitas larva Spodoptera pembentukan pupa terendah pada perlakuan
litura pada perlakuan SS lebih besar dikarenakan kontrol positif dan pembentukkan pupa tertinggi
penyemprotan pestisida nabati dilakukan sehari pada perlakuan dengan dosis 5%. Pembentukan
setelah peletakan larva. Pada pestisida nabati pupa pada perlakuan konrol positif menggunakan
terdapat senyawa saponin yang merupakan racun Decis paling rendah dikarenakan larva sudah
kontak, ketika pestisida nabati mengenai banyak yang mengalami mortalitas akibat
permukaan tubuh larva Spodoptera litura maka senyawa delthametrin pada pestisida sintetik,
terjadi lisis pada jaringan mukosa (Elvie, dkk, sehingga yang dapat membentuk pupa jumlahnya
2013). hanya sedikit.
331 Jurnal Prodi Biologi Vol 7 No 5 Tahun 2018
Spodoptera litura. Hasil penelitian yang perlakuan dengan pestisida nabati rata-rata
dilakukan oleh Arum Fahmi (2018) menunjukkan kerusakan daun lebih rendah dibandingkan
bahwa penggunaan pestisida nabai dari biji Koro kontrol negatif karena pada pestisida nabati
Benguk (Mucuna pruriens L.) efektif terdapat senyawa seperti saponin dan flavonoid.
mengendalikan hama Spodopera litura pada dosis Senyawa saponin menimbulkan rasa pahit
15%, penelitian yang dilakukan oleh Fenti Aryani menyebabkan berkurangnya daya makan dari
(2018) menunjukkan bahwa penggunaan pestisida larva. Senyawa flavonoid berperan sebagai
nabati dari biji Mindi (Melia azedarah L.) efektif antifeedant yang juga memberikan efek
mengendalikan hama Spodoptera litura pada berkurangnya akivitas makan dari larva. Hal ini
dosis 15%, sedangkan hasil dalam penelitian ini yang menyebabkan kerusakan daun pada
penggunaan pestisida nabati campuran biji Koro perlakuan dengan pemberian pestisida lebih
Benguk, biji Legundi dan biji Mindi efektif rendah dibanding yang tanpa pestisida.
mengendalikan hama Spodoptera litura pada a) b)
dosis 10%. Hal ini sesuai dengan yang
disampaikan oleh Iswantini, dkk (2011) bahwa
salah satu cara untuk menurunkan dosis yang
tinggi pada pestisida nabati suatu tanaman adalah
dengan menggabungkan beberapa ekstrak .
sehingga larva dapat merusak tanaman tanpa mencegah larva menyerang tanaman maupun
adanya penghambat. menyebabkan mortalitas, sehingga larva
Hasil analisis statistik untuk mengetahui menyerang tanaman sangat tinggi dan merusak
pengaruh variasi dosis terhadap kerusakan titik tumbuh tanaman. Akibat titik tumbuh
tanaman menunjukan nilai signifikasi yang lebih tanaman sawi dirusak oleh larva, tanaman sawi
kecil dari taraf nyata, artiya variasi dosis menjadi layu dan mati. Pada dosis 15% rata-rata
memberikan pengaruh yang berbeda nyata berat basah tanaman lebih rendah dari dosis 10%
terhadap kerusakan tanaman sawi. Dosis yang karena dosis yang terlalu tinggi tidak dapat
lebih baik untuk mencegah keruakan tanaman diserap maksimal oleh tanaman sehingga
adalah dosis 15%. Sedangkan hasil analisis senyawa pada dosis 15% yang tidak diserap
statistik untuk mengetahui pengaruh variasi menjadi teruari. Hal ini menyebabkan tanaman
waktu penyemprotan terhadap kerusakan tanaman diserang larva dan berat basahnya lebih rendah
menunjukan nilai signifikasi yang lebih besar dari dibandingkan pada dosis 10%.
taraf nyata, artinya variasi waktu penyemprotan Berbeda dengan perlakuan dengan pestisida
tidak memberikan pengaruh yang berbeda nyata yang mengandung senyawa aktif seperti alkaloid,
terhadap kerusakan tanaman sawi. Namun flavonoid, terpenoid, tanin dan saponin yang
berdasarkan rata-rata perlakuan SB memberikan dapat mengurangi tingkat serangan larva terhadap
pengaruh yang lebih baik dalam mengurangi tanaman sawi. Menurut Salisbury dan Ross
tingkat kerusakan tanaman. (1995), berat basah tanaman dapat menunjukkan
aktivitas metabolisme tanaman dan nilai berat
basah dipengaruhi oleh kandungan air jaringan,
4. Pengaruh Penyemprotan Pestisida Nabati unsur hara dan hasil metabolisme. Tanaman sawi
Campuran Biji Koro Benguk, Biji yang diserang bagian titik tumbuhnya
Legundi dan Biji Mindi terhadap Berat menyebabkan terhambatnya metabolisme
Basah Tanaman Sawi
tanaman sehingga tanaman layu. Inilah yang
Hasil pengamatan berat basah tanaman sawi
dengan perlakuan pestisida nabati campuran biji menyebabkan berat basah tanamannya lebih
koro benguk, biji mindi dan biji legundi dengan rendah.
variasi dosis 0% (air sebagai kontrol negatif),
dosis 5%, dosis 10%, dosis 15% dan pestisida
sintetik (sebagai kontrol posistif) adalah sebagai
berikut:
Tabel 6. Persentase Berat Basah Tanaman Sawi
pada Berbagai Perlakuan
Persentase Berat
Rata-
Dosis (%) Basah Sawi (%)
rata (%) Gambar 3. Pengukuran Berat Basah Sawi
SB SS
0 21,47 26,49 23,98
5 26,76 28,83 27,79 Perbedaan variasi waktu penyemprotan
10 49,39 51,62 50,50 menunjukkan bahwa rata-rata waktu
15 43,15 43,91 43,53 penyemprotan SS lebih baik dibandingkan
Kontrol + 29,58 34,00 31,79 perlakuan SB. Hasil pengukuran berat basah
Rata-rata 34,07 36,97 tanaman sawi berbanding terbalik dengan
Berdasarkan Tabel 6. berat basah tanaman
kerusakan tanaman sawi. Semakin kecil tingkat
sawi pada perlakuan kontrol negatif memiliki
kerusakan tanaman sawi maka semakin besar
berat basah paling rendah dibandingkan dengan
berat basah tanaman sawi. Pada pembahasan
perlakuan lain yang disemprot menggunakan
kerusakan tanaman akibat larva Spodoptera
pestisida baik pestisida nabati maupun sintetik.
litura, perlakuan SB tingkat kerusakan tanaman
Hal ini dikarenakan air pada perlakuan kontrol
nya tinggi. Ini menyebabkan berat basah tanaman
negatif tidak mengandung senyawa yang dapat
Uji Efektivitas Pestisida…..(Nurul Hakiki) 334
sawi rendah. Rata-rata berat basah pada perlakuan Berdasarkan Tabel 7. terlihat bahwa berat
SS lebih tinggi walaupun kerusakan tanamannya kering tanaman terendah pada perlakuan kontrol
tinggi dikarenakan pada SS bagian yang dirusak positif dan berat kering tanaman tertinggi pada
adalah daun, namun tanaman masih segar dan perlakuan pestisida nabati dengan dosis 10%.
batang tanaman besar. Sedangkan pada perlakuan Tanaman sawi dengan pelakuan pestisida
SB kerusakan tanaman rendah namun berat basah memiliki kandungan senyawa aktif seperti
rendah dikarenakan bagian tanaman yang alkaloid, terpenoid, saponin flavanoid dan tanin
diserang adalah titik tumbuh, sehingga tanaman sehingga serangan larva tidak terlalu tinggi. Pada
menjadi layu dan mengalami kematian. Hal ini pengamatan terlihat bahwa tanaman sawi yang
yang menyebabkan berat basah tanaman menjadi disemprot dengan pestisida nabati masih cukup
rendah. segar, tanaman sawi yang segar memiliki
Hasil analisis statistik untuk mengetahui kandungan air yang tinggi sehingga berat
pengaruh variasi dosis terhadap berat basah basahnya tinggi, setelah dioven kadar air tanaman
tanaman menunjukan nilai signifikasi yang lebih berkurang yang tersisa hanya komponen sel atau
kecil dari taraf nyata, artiya variasi dosis protoplasamanya. Tanaman yang banyak
memberikan pengaruh yang berbeda nyata memiliki komponen sel atau protoplasma akan
terhadap berat basah tanaman sawi. Dosis yang memiliki berat kering yang tinggi.
lebih baik untuk mencegah keruakan tanaman Perbedaan variasi waktu penyemprotan
adalah dosis 10%. Sedangkan hasil analisis menunjukkan bahwa rata-rata berat kering
statistik untuk mengetahui pengaruh variasi perlakuan SB lebih tinggi dibandingkan
waktu penyemprotan terhadap berat basah perlakuan SS. Rata berat kering perlakuan SB
tanaman menunjukan nilai signifikasi yang lebih sebesar 2,73 gram sedangkan rata-rata berat
besar dari taraf nyata, artiya variasi waktu kering perlakuan SS sebesar 2,33 gram. Hasil ini
penyemprotan tidak memberikan pengaruh yang menujukkan bahwa perlakuan SB lebih baik
berbeda nyata terhadap berat tanaman sawi. untuk menyebabkan berat kering tanaman tinggi
Namun berdasarkan rata-rata perlakuan SS dibandingkan perlakuan SS.
memberikan pengaruh yang lebih baik. Hasil analisis statistik untuk mengetahui
pengaruh variasi dosis dan waktu penyemprotan
5. Pengaruh Penyemprotan Pestisida Nabati terhadap berat kering tanaman sawi menunjukan
Campuran Biji Koro Benguk, Biji nilai signifikasi yang lebih besar dari taraf nyata
Legundi dan Biji Mindi terhadap Berat (0,05), artiya variasi dosis dan waktu
Kering Tanaman Sawi penyemprotan tidak memberikan pengaruh yang
Hasil pengamatan berat kering tanaman sawi
berbeda nyata terhadap berat kering tanaman
dengan perlakuan pestisida nabati campuran biji
sawi. Namun berdasarkan nilai rata-rata, berat
koro benguk, biji mindi dan biji legundi dengan
kering tertinggi pada pemberian pestisida nabati
variasi dosis 0% (kontrol negatif), dosis 5%,
pada dosis 10% dan waktu penyemprotan SB.
dosis 10%, dosis 15% dan pestisida sintetik
SIMPULAN DAN SARAN
(kontrol posistif) adalah sebagai berikut:
Tabel 7. Persentase Berat Kering Tanaman Sawi Simpulan
pada Berbagai Perlakuan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan
Persentase Berat maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
Rata-
Dosis (%) Kering Sawi (%) 1. Perbedaan variasi dosis pestisida nabati
rata (%)
SB SS campuran biji koro benguk, biji legundi dan
0 3,67 2,42 3,04 biji mindi memberikan pengaruh yang tidak
5 2,20 1,92 2,06 berbeda nyata terhadap mortalitas hama
10 3,59 2,59 3,09
Spodoptera litura, namun dosis 10% memiliki
15 1,76 3,21 2,48
Kontrol + 2,43 1,50 1,96 rata-rata mortalitas tertinggi.
Rata-rata 2,73 2,33
335 Jurnal Prodi Biologi Vol 7 No 5 Tahun 2018
2. Perbedaan variasi dosis pestisida nabati 4. Perlu uji lanjut fisiologi larva Spodoptera
campuran biji koro benguk, biji legundi dan litura yang terpapar pestisida nabati campuran
biji mindi memberikan pengaruh yang tidak biji koro benguk, biji mindi dan biji legundi.
berbeda nyata terhadap jumlah larva 5. Menggunakan sprayer yang berbeda untuk
Spodoptera litura yang menjadi pupa, namun setiap dosis perlakuan agar tidak terjadi
dosis 15% memberikan rata-rata pembentukan kontaminasi.
pupa terendah.
DAFTAR PUSTAKA
3. Perbedaan variasi dosis pestisida nabati
campuran biji koro benguk, biji legundi dan Aradilla, A.S. (2009). Uji Efektivitas Larvasida
biji mindi memberikan pengaruh yang berbeda Ekstrak Ethanol Daun Mimba
nyata terhadap tingkat kerusakan tanaman (Azadirachta indica) tehadap Larva Aedes
sawi, rata-rata kerusakan daun terendah pada Aegypti. Skripsi. Semarang: Fakultas
Kedokteran Universitas Diponegoro.
dosis 15%.
4. Perbedaan variasi dosis pestisida nabati Aryani, Fenti. (2018). Efektivitas Insektisida
campuran biji koro benguk, biji legundi dan Nabati Dari Perasan Biji Mindi (Melia
biji mindi memberikan pengaruh yang berbeda azedarach) Terhadap Larva Spodoptera
nyata terhadap berat basah tanaman sawi, litura. Skripsi. Yogyakarta: Universitas
namun tidak berbeda nyata terhadap berat Negeri Yogyakarta
kering sawi. Berat basah sawi tertinggi pada Ellis, S. E. (2004). New pest respone guidelines:
dan berat kering sawi tertinggi pada dosis Spodoptera. Diambil dari
10%. http://www.aphis.usda.gov/ppq/manuals/s
5. Dosis pestisida nabati campuran biji koro podoptera. pdf., pada 11 Oktober 2017
benguk, biji legundi dan biji mindi yang
Elvie Yenie, dkk. 2013. Pembuatan Pestisida
efektif terhadap pengendalian larva
Organik Menggunakan Metode Ekstraksi
Spodoptera litura adalah dosis 10%. dari Sampah Daun Pepaya dan Umbi
6. Waktu penyemprotan pestisida nabati Bawang Putih. Jurnal Teknik Lingkungan
campuran biji koro benguk, biji legundi dan UNAND. Vol 10 (1). Hlm: 46-59.
biji mindi yang paling efektif terhadap
pengendalian larva Spodoptera litura adalah Fahmi Faulana, Arum. (2018). Efektivitas
Insektisida Nabati Dari Perasan Biji Koro
penyemprotan pada waktu setelah peletakan
Benguk (Mucuna pruriens) Terhadap
larva. Larva Spodoptera litura. Skripsi.
Yogyakarta: Universitas Negeri
Saran
Yogyakarta
Saran yang dapat peneliti berikan adalah
sebagai berikut: Haryono. (2012). Pestisida Nabati. Bogor: Pusat
1. Perlu dilakukannya uji lanjut dalam skala Penelitian dan Pengembangan
besar (lapangan) efektivitas pestisida nabati Perkebunan.
camupan biji koro benguk, biji mindi dan biji Iswantini, Dyah., Riyadhi, Adi., Kesumawati,
legundi dalam mengendalikan hama Upik., Rosman, Rosihan., Mangunwidjaja,
Spodoptera litura. Djumali., Rahminiwati, Min. (2011).
2. Penggunaan pestisida nabati campuran biji Potensi Koro benguk Pagar (Jatrophus
koro benguk, biji legundi dan biji mindi oleh curcas) sebagai Larvasida hayati Pencegah
petani minimal menggunakan dosis 10% . Penyakit Demam Berdarah. Jurnal Ilmu
Pertanian Indonesia. Vol.16 No. 1. Hlm :
3. Penggunaan pestisida nabati campuran biji
7-13
koro benguk, biji legundi dan biji mindi oleh
petani dilakukan pada saat sudah terdapat Lestari, Sri., Ambarningrum., T.B., Pratiknyo,
hama pada pertanian. Heri. (2013). Tabel Hidup Spodoptera
litura Fabr. dengan Pemberian Pakan
Uji Efektivitas Pestisida…..(Nurul Hakiki) 336
Buatan yang Berbeda. Jurnal Sain Pahan, Iyung. (2010). Manajemen Agribisnis
Veteriner. Vol 31 (2). Hlm: 166-179 dari Hulu hingga Hilir. Jakarta: . Penebar
Swadaya.
Lukito, A.M., Y. Mulyono, I. Tetty, Hadi dan R.
Nofiandi. (2010). Budidaya Rahmawati. (2012). Potensi dan Kendala
Kakao. Jakarta: Pusat Penelitian Kopi dan Pemanfaatan Pestisida Nabati Dalam
Kakao Indonesia. Hlm 248. Pengendalian Hama pada Budibaya
Sayuran Organik. Seminar UR-UKM ke-7.
Mulyaningsih, Liliek. (2010). Aplikasi Agensia Riau: Balai Pengkajian Teknologi
Hayati atau Insektisida dalam Pertanian.
Pengendalian Hama Plutella xylostella
Linn dan Crocidolomia binotalis Zell Sallisbury, F.B. dan Ross, C.W. (1992). Plant
untuk Peningkatan Produksi Kubis Physiology. California: Wadsworth
(Brassica oleracea L.). Jurnal Universitas Publishing Company Belmont.
Soerjo Ngawi. Vol. 7. No. 2. Hlm: 91-111.
Setiawati, W., dkk. (2008). Tumbuha bahan
Mutiah Sari, Lahmuddin L., & Yuswani P. pestisida nabati dan cara pembuatannya
(2013). Uji Efektivitas Beberapa untuk pengendalian organisme
Insektisida Nabati untuk Mengendalikan pengganggu tanaman. Bandung: Balai
Ulat Grayak (Spodoptera litura F.) Penelitian Tanaman Sayuran
(Lepidoptera: Noctuidea) di
Laboratorium. Jurnal Online Untung, K. (1993). Konsep dan Penerapan
Agroekoteknologi Vol 1 No 3. Hlm: 560- Pengendalian Hama Terpadu.
569. Yogyakarta: Andi Offset.