Anda di halaman 1dari 11

Uji Efektivitas Pestisida…..

(Nurul Hakiki) 326

UJI EFEKTIVITAS PESTISIDA NABATI CAMPURAN BIJI KORO BENGUK


(Mucuna pruriens L.), BIJI LEGUNDI (Vitex trifolia L.) DAN BIJI MINDI (Melia
azedarah L.) UNTUK PENGENDALIAN HAMA Spodoptera litura PADA
TANAMAN SAWI (Brassica juncea L.)
THE EFFECTIVITY of MIXED BOTANICAL PESTICIDE from KORO BENGUK SEEDS (Mucuna
pruriens L.), LEGUNDI SEEDS (Vitex trifolia L.) and MINDI SEEDS (Melia azedarah L.) for PEST
CONTROLLING of Spodoptera litura on MUSTARD PLANT (Brassica juncea L.)

Oleh: Nurul Hakiki(1), Suhartini(2)


Fakultaas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Yogyakarta
Mahasiswa Biologi(1), Dosen Biologi FMIPA UNY(2)
email: hakikinurul10@gmail.com(1), suhartini@uny.ac.id(2)

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian pestisida nabati campuran biji koro
benguk (Mucuna pruriens L.), biji legundi (Vitex trifolia L.) dan biji mindi (Melia azedarach L.) terhadap
mortalitas larva Spodoptera litura, pembentukan larva menjadi pupa, kerusakan tanaman sawi, berat
basah dan berat kering tanaman sawi serta dosis dan waktu penyemprotan pestisida nabati yang efektif
dalam mengendalikan larva Spodoptera litura. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen dengan
desain Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri atas kontrol negatif menggunakan air, perlakuan
variasi dosis pestisida nabati (5%, 10%, 15%) dan kontrol positif menggunakan pestisida sintetik Decis,
serta variasi waktu penyemprotan pestisida nabati yaitu penyemprotan sebelum dan setelah peletakan
larva. Perlakuan variasi dosis dilakukan tiga kali ulangan dan perlakuan variasi penyemprotan dilakukan
dua kali ulangan. Hasil penelitian menunjukkan hasil bahwa pemberian pestisida nabati campuran biji
koro beguk, biji legundi dan biji mindi memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap kerusakan
daun sawi dan berat basah tanaman sawi, namun tidak memberikan pengaruh yang berbeda nyata pada
mortalitas larva Spodoptera litura, pembentukan larva menjadi pupa dan berat kering tanaman sawi.
Dosis minimal pestisida nabati yang efektif mengendalikan larva Spodoptera litura adalah 10%, dan
waktu penyemprotan yang efektif mengendalikan larva Spodoptera litura adalah penyemprotan setelah
peletakan larva.

Kata kunci: Koro Benguk (Mucuna pruriens L.), Legundi (Vitex trifolia L.), Mindi (Melia azedarach L.),
Pesitisida nabati, Sawi (Brassica juncea L.), Spodoptera litura.

Abstract
This research aimed to determine the effect of mixed botanical pesticide from koro benguk seeds
(Mucuna pruriens L.), legundi Seeds (Vitex trifolia L.) and mindi Seeds (Melia azedarah L.) against
Spodoptera litura larvae’s mortality, the formation of larvae into pupa, damage of mustard plants, wet
weight and dry weight of mustard plants, dose and time of spraying botanical pesticides that effective to
control the Spodoptera litura larvae. This research used an experimental research design with completely
randomized design (CRD) consist of a negative control using water, variation of botanical pesticide dose
(5%, 10%, 15%) and positive control using synthetic pesticide Decis, and botanical pesticide spraying
time variations, spraying before layed and after the larvae layed. Treatment variation of dose three
repetions and treatment variation of spraying two repetions. The result of the research showed that mixed
botanical pesticide from koro benguk seeds, legundi seeds and mindi seeds gave a significant different
effect to the damage of leaf mustard and wet weight of mustard plants, but did not give real different
effect on the mortality of Spodoptera litura larvae, formation of larvae into pupa and dry weight of
mustard plants. Minimum effective dose of botanical pesticide is 10% and effective spraying time for
controlling Spodoptera litura larva is spraying after the larvae layed.
327 Jurnal Prodi Biologi Vol 7 No 5 Tahun 2018

Keywords: Botanical Pesticide , Koro Benguk (Mucuna pruriens L.), Legundi (Vitex trifolia L.), Mindi
(Melia azedarach L.), Mustard Plants (Brassica juncea L.), Spodoptera litura.

PENDAHULUAN ditemukan dan dapat dimanfaatkan sebagai


pestisida nabati. Koro benguk mengandung
Budidaya tanaman yang dilakukan oleh
senyawa metabolit sekunder seperti terpenoid,
petani di Indonesia tidak bisa lepas dari
flavonoid, saponin, polifenol, tanin dan alkaloid
penggunaan pestisida sintetik untuk
(triptamin) (Pratama, 2015:112). Legundi
mengendalikan organisme pengganggu tanaman
mengandung senyawa seperti alkaloid (vitrisin),
(OPT) yang menyerang tanaman pertanian.
saponin, tanin, flavonoid (artemetrin dan 7-
Residu dari penggunaan pestisida sintetik yang
desmetil artemetrin) dan minyak atsiri
terus-menerus dapat berdampak negatif seperti
(seskuiterpen) (Asmaliyah, dkk, 2010:25-34).
menimbulkan pencemaran terhadap lingkungan
Mindi mengandung senyawa saponin (triterpen
biotik dan abotik, juga menyebabkan kematian
kulinone dan toosendanin), flavonoid
pada predator dan hewan yang bukan sasarannya
(kaempferol), alkaloid (margoside) dan polifenol
(Untung, 1996:3). Selain itu, penggunaan
(Setiawati, dkk, 2008:133). Senyawa-senyawa
pestisida sintetik juga dapat menyebabkan
tersebut dapat berfungsi sebagai antifeedant,
resistensi terhadap hama pertanian.
stomach poisoning, racun kontak dan racun
Dampak buruk yang ditimbulkan dengan
pernafasan pada serangga. Salah satu cara untuk
penggunaan pestisida sintetik mendorong
menurunkan dosis yang tinggi pada pestisida
pemerintah Indonesia mengeluarkan kebijakan
nabati suatu tanaman adalah dengan
nasional dalam perlindungan tanaman dengan
menggabungkan beberapa ekstrak tanaman
menggalakkan program Pengendalian Hama
(Iswantini, dkk, 2011:8).
Terpadu (PHT). PHT mengutamakan
Spodoptera litura merupakan salah satu
pemanfaatan agens pengendalian hayati atau
hama tanaman pertanian yang merusak tanaman
biopestisida termasuk pestisida nabati sebagai
pada saat stadium larva. Larva ini merusak
komponen utama dalam sistem PHT yang
tanaman dengan cara memakan daun sehingga
dituangkan dalam Peraturan Pemerintah No.6
daun menjadi berlubang-lubanng (Lestari,
tahun 1995. Pemanfaatan agens pengendalian
2013:167). Salah satu tanaman yang diserang
hayati atau biopestisida dalam pengelolaan hama
oleh Spodoptera litura adalah tanaman sawi.
dan penyakit dapat memberikan hasil yang
Berdasarkan data BPS terjadi peningkatan
optimal dan relatif aman bagi makhluk hidup dan
konsumsi sawi, pada tahun 2015 kebutuhan
lingkungan.
konsumsi sawi mencapai 532,37 juta kilogram
Pestisida nabati merupakan pestisida yang
dan pada tahun 2016 kebutuhan konsumsi sawi
bahan dasarnya berasal dari tanaman. Kelebihan
mencapai 539,80 juta kilogram.
penggunaan pestisida nabati adalah ramah
Penelitian pemanfaatan biji tanaman koro
lingkungan, mudah terurai, tidak beracun bagi
benguk, legundi dan mindi untuk pengendalian
manusia, bahan dasar relatif mudah didapatkan,
hama Spodoptera litura pada tanaman sawi perlu
mudah diaplikasikan pada tanaman dan proses
dilakukan agar diketahui dan didapatkan alternatif
pembuatan pestisida nabati mudah dilakukan.
pengendalian hama yang ramah terhadap
Pestisida nabati digunakan sebagai alternatif yang
lingkungan dan lebih murah.
dapat mengurangi dampak negatif dari
penggunaan pestisida sintetik. Pestisida nabati
lebih mudah terdegradasi di alam (Bio- METODE PENELITIAN
degredable), sehingga residu pada tanaman dan Jenis Penelitian
lingkungan tidak signifikan (Haryono, 2012:1). Penelitian ini adalah penelitian eksperimen,
Tanaman Koro benguk, legundi dan mindi mudah variabel bebas diperoleh dari uji pendahuluan
Uji Efektivitas Pestisida…..(Nurul Hakiki) 328

yang telah dilakukan sebelumya. Penelitian ini Mortalitas


Dosis ∑ Mortalitas
terdiri dari kelompok perlakuan dan kelompok U1 U2 U3
kontrol, masing-masing kelompok terdapat 3 kali 5% 3 0 0 3
ulangan. Jenis rancangan yang digunakan adalah 10% 4 3 4 11
Rancangan Acak Lengkap (RAL), terdiri dari 15% 0 2 1 3
20% 0 0 0 0
perlakuan dengan biji tanaman sebagai insektisida
Berdasarkan uji pendahuluan, mortalitas
nabati, kontrol positif (pestisida sintetis), dan
larva pada dosis 10% paling tinggi sehingga pada
kontrol negatif (air). Masing-masing kosentrasi
penelitian sesungguhnya digunakan dosis satu
dan kontrol juga diberikan variasi waktu
tingkat di bawah dosis terbaik uji pendahuluan,
penyemprotan insektisida nabati, yaitu Sebelum
dosis terbaik uji pendahuluan dan dosis satu
(SB) dan Sesudah (SS) peletakan larva.
tingkat di atas dosis terbaik uji pendahuluan.

Waktu dan Tempat Penelitian


Pelaksanaan Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan
1. Penyiapan Tanaman Sawi
September 2017 – Januari 2018. Pengambilan
Benih sawi dibeli di Toko Tani Maju,
larva dilakukan di CV. Tani Organik Merapi
Sleman, Yogyakarta, lalu ditumbuhkan dan
(TOM) di Wukirsari, Cangkringan. Penelitian
dirawat di Greenhouse Biologi FMIPA UNY.
dilakukan di Kebun Biologi dan Laboratorium
Benih sawi dibibitkan menggunakan tray, tiap
Biologi FMIPA Universitas Negeri Yogyakarta.
lubang diisi dengan 3 biji sawi. Setelah 3 minggu,
bibit sawi yang telah tumbuh pada tray
Variabel Penelitian
penyemaian dipindahkan ke pot. Masing-masing
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah
pot berisi satu tanaman sawi. Tanaman sawi yang
variasi dosis pestisida nabati campuran biji koro
digunakan sebagai sampel penelitian berusia 21
benguk, biji legundi dan biji mindi (5%, 10% dan
hari setelah tanam.
15%), kontrol negatif dan kontrol positif, dan
2. Penyiapan Larva Spodoptera litura
variasi waktu penyemprotan (Sebelum (SB) dan
Larva Spodoptera litura sebagai bahan uji
Sesudah (SS) peletakan larva). Variabel terikat
diambil dari CV. Tani Organik Merapi (TOM).
pada penelitian ini adalah mortalitas Spodoptera
Larva yang sudah diambil selanjutnya dipelihara
litura, jumlah larva yang menjadi pupa,
di Laboratorium Biologi FMIPA UNY sampai
kerusakan tanaman sawi, berat basah dan berat
mencapai instar III dengan ciri morfologi panjang
kering sawi. Sedangkan variabel konrolnya
tubuh 8-15 mm, pada bagian kiri dan kanan
adalah jenis tanaman sawi, umur tanaman sawi,
abdomen terdapat garis zig zag berwarna putih.
jenis hama, jenis media, frekuensi penyiraman,
Larva yang sudah mencapai tahap instar III siap
intensitas cahaya.
diletakan ke tanaman sawi.
3. Pembuatan Larutan Pestisida Nabati
Prosedur Pembuatan larutan pestisida nabati campuran
Penelitian Pendahuluan biji koro benguk, biji legundi dan bji mindi
Penelitian pendahuluan dilakukan untuk dilakukan sehari sebelum diaplikasikan pada
menentukan dosis dari pestisida nabati campuran tanaman, sehingga larutan yang disemprotkan
biji koro benguk, biji legundi dan biji mindi pada adalah larutan segar. Pembuatan larutan
penelitian sesungguhnya. Dosis pestisida nabati dilakukan dengan menimbang biji koro benguk,
campuran ekstrak biji koro benguk, biji legundi biji legundi dan biji mindi masing-masing
dan biji mindi yang digunakan dalam uji sebanyak 27 gram dan melarutkannya dengan 81
pendahuluan yaitu 5%, 10%, 15% dan 20%. Data ml air + 1 ml alkohol 70% dengan blender.
hasil uji pendahuluan adalah sebagai berikut: Larutan campuran biji ini disaring dan didiamkan
Tabel 1. Mortalitas Larva Spodoptera litura pada selama 24 jam (Setiawati, dkk., 2008). Larutan
Uji Pendahuluan yang sudah jadi merupakan larutan pestisida
329 Jurnal Prodi Biologi Vol 7 No 5 Tahun 2018

nabati campuran biji koro benguk, biji legundi menempel, kemudian tanaman ditimbang untuk
dan biji mindi dengan konsentrasi 100% (larutan mengetahui berat basah tanaman. Sawi yang telah
stok). Penggunaan larutan pestisida nabati ditimbang kemudian dibungkus menggunakan
disesuaikan dengan konsentrasi yang akan alumunium foil dan dioven sampai berat tanaman
diujikan dalam penelitian. sawi stabil (tidak mengalami penurunan).
a. Pestisida nabati konsentrasi 5% dibuat
dengan mengencerkan 13,5 ml larutan stok Teknik Analisis Data
sampai volume 270 ml. Hasil pengamatan dianalisis menggunakan
b. Pestisida nabati konsentrasi 10% dibuat analisis ragam (ANOVA) satu jalur, jika terdapat
dengan mengencerkan 27 ml larutan stok beda nyata maka dilanjutkan dengan pengujian
sampai volume 270 ml. Duncant dengan taraf kepercayaan 5% untuk
mengetahui efek masing-masing perlakuan.
c. Pestisida nabati konsentrasi 15% dibuat Selain itu, untuk mengetahui pengaruh variasi
dengan mengencerkan 40,5 ml larutan penyemprotan pada penelitian dianalisis
stok sampai volume 270 ml. menggunakan uji independent sample t-test.
4. Peletakan Larva pada Tanaman Sawi
Peletakan larva Spodoptera litura dilakukan HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
dengan meletakkan 5 larva pada daun tanaman Berdasarkan hasil penelitian mengenai
sawi. Larva yang diletakan adalah larva pengaruh pemberian larutan pestisida nabati
Spodoptera litura instar III. Peletakan larva campuran ekstrak biji koro benguk, biji legundi
dilakukan sesuai dengan variasi penyemprotan dan biji mindi terhadap pengendalian hama ulat
yaitu sebelum penyemprotan (SB) dan setelah grayak (Spodoptera litura) pada tanaman sawi
penyemrotan (SS). (Brassica juncea L.) dapat diuraikan sebagai
5. Penyemprotan Pestisida Nabati berikut.
Penyemprotan pestisida nabati, Decis,
maupun air, dilakukan dengan menyemprotkan 1. Pengaruh Penyemprotan Pestisida Nabati
larutan menggunakan sprayer. Setiap tanaman Campuran Biji Koro Benguk, Biji
disemprot dengan larutan sebanyak 90 ml hingga Legundi dan Biji Mindi terhadap
merata pada seluruh bagian tanaman sawi, baik Mortalitas Spodoptera litura pada
permukaan atas maupun permukaan bawah. Tanaman Sawi
Penyemprotan larutan dilakukan dengan 2 variasi, Hasil pengamatan jumlah mortalitas larva
yaitu sebelum (SB) artinya, tanaman sawi Spodoptera litura instar III yang telah disemprot
disemprot terlebih dahulu sehari sebelum larva pestisida nabati campuran biji koro benguk, biji
diletakkan pada tanaman. Sesudah (SS) artinya, mindi dan biji legundi dengan variasi dosis 0%
tanaman sawi disemprot sehari setelah larva (air sebagai kontrol negatif), dosis 5%, dosis
diletakkan pada tanaman. 10%, dosis 15% dan pestisida sintetik (sebagai
6. Pengamatan kontrol posistif) adalah sebagai berikut:
Pengamatan yang dilakukan terbagi menjadi Tabel 2. Persentase Mortalitas Larva Spodoptera
dua yaitu pengamatan sebelum panen meliputi litura pada Berbagai Perlakuan
pengamatan mortalitas larva, perubahan larva Persentase Mortalitas
Rata-
menjadi pupa dan kerusakan tanaman sawi, Dosis (%) Larva (%)
rata (%)
sedangkan pengamatan setelah panen meliputi SB SS
pengukuran berat basah dan berat kering tanaman 0 30,00 40,00 35,00
sawi. 5 20,00 60,00 40,00
10 30,00 73,33 51,67
7. Panen
15 20,00 73,33 46,67
Tanaman sawi dipanen setelah berumur 32
Kontrol + 46,67 80,00 63,33
hari setelah tanam. Tanaman sawi yang dipanen Rata-rata 31,33 65,33
dibersihkan bagian akarnya dari tanah yang masih
Uji Efektivitas Pestisida…..(Nurul Hakiki) 330

Berdasarkan Tabel 2. terlihat bahwa rata-rata Hasil analisis statistik untuk mengetahui
mortalitas tertinggi pada perlakuan kontrol positif pengaruh variasi dosis dan waktu penyemprotan
menggunakan pestisida sintetik Decis dan rata- terhadap mortalitas larva menunjukan nilai
rata mortalitas terendah pada perlakuan signifikasi yang lebih besar dari taraf nyata
penyemprotan menggunakan air. Pestisida (0,05), artiya variasi dosis dan waktu
sintetik yang digunakan pada penelitian adalah penyemprotan tidak memberikan pengaruh yang
Decis dengan bahan aktif berupa deltametrin berbeda nyata terhadap mortalitas Spodoptera
yang merupakan pestisida golongan piretroid litura. Namun berdasarkan nilai rata-rata,
sintetik menyebabkan racun kontak dan racun mortalitas tertinggi untuk pengaruh pemberian
perut yang kuat (Suryaningsih, 2008: 232). Hal ini pestisida nabati pada dosis 10% dan waktu
yang menyebabkan mortalitas pada perlakuan penyemprotan setelah peletakan larva.
kontrol positif lebih tinggi dibandingkan yang
lainnya. Sedangkan mortalitas terendah pada
kontrol negatif menggunakan air karena larutan 2. Pengaruh Penyemprotan Pestisida Nabati
yang digunakan tidak mengandung senyawa yang Campuran Biji Koro Benguk, Biji
dapat menyebabkan mortalitas. Legundi dan Biji Mindi terhadap
Pembentukan Larva Spodoptera litura
Pada perlakuan penyemprotan pestisida
Menjadi Pupa
nabati, mortalitas tertinggi pada dosis 10%. Hal Hasil pengamatan jumlah larva Spodoptera
ini dikarenakan pada pestisida nabati terdapat litura instar III yang berubah menjadi pupa pada
senyawa alkaloid yang berasal dari biji koro perlakuan pestisida nabati campuran biji koro
benguk, legundi dan biji mindi. Senyawa alkaloid benguk, biji mindi dan biji legundi dengan variasi
merupakan senyawa racun perut bagi larva dosis 0% (air sebagai kontrol negatif), dosis 5%,
Spodoptera litura sehingga dapat menghambat dosis 10%, dosis 15% dan pestisida sintetik
aktivitas larva memakan tanaman sawi dan (sebagai kontrol posistif) adalah sebagai berikut:
menyebabkan kematian. Pestisida nabati juga Tabel 3. Persentase Perubahan Larva Spodoptera
mengandung senyawa HCN yang berasal dari biji litura Menjadi Pupa pada Berbagai
koro benguk. HCN berperan sebagai racun perut Perlakuan
dan racun syaraf. HCN akan masuk melalui Persentase Larva
pencernaan, menyerang organ-organ dan diserap yang Menjadi Pupa Rata-
Dosis (%)
oleh usus halus. (Pahan 2010:191; Pusat (%) rata (%)
Penelitian Kakao Indonesia, 2010: 248). SB SS
0 46,67 60 53,33
Perlakuan waktu penyemprotan
5 36,67 66,67 51,67
menunjukkan bahwa rata-rata mortalitas 10 26,67 66,67 46,67
perlakuan SB lebih rendah dibandingkan 15 33,33 46,67 40,00
perlakuan SS. Hal ini dikarenakan dari sifat Kontrol + 26,67 20,00 23,33
pestisida nabati yang mudah terurai sehingga Rata-rata 40,00 52,00
senyawa residu yang tersisa hanya sedikit Berdasarkan Tabel 3. terlihat bahwa rata-rata
(Rahmawati, 2012). Mortalitas larva Spodoptera pembentukan pupa terendah pada perlakuan
litura pada perlakuan SS lebih besar dikarenakan kontrol positif dan pembentukkan pupa tertinggi
penyemprotan pestisida nabati dilakukan sehari pada perlakuan dengan dosis 5%. Pembentukan
setelah peletakan larva. Pada pestisida nabati pupa pada perlakuan konrol positif menggunakan
terdapat senyawa saponin yang merupakan racun Decis paling rendah dikarenakan larva sudah
kontak, ketika pestisida nabati mengenai banyak yang mengalami mortalitas akibat
permukaan tubuh larva Spodoptera litura maka senyawa delthametrin pada pestisida sintetik,
terjadi lisis pada jaringan mukosa (Elvie, dkk, sehingga yang dapat membentuk pupa jumlahnya
2013). hanya sedikit.
331 Jurnal Prodi Biologi Vol 7 No 5 Tahun 2018

a) b) terhadap pembentukan pupa. Namun, berdasarkan


rata-rata, perlakuan pestisida nabati dengan dosis
15% efektif terhadap pembentukan pupa.
Sedangkan hasil analisis statistik untuk
Gambar 1. a) Larva Spodoptera litura mengetahui perngaruh variasi waktu
b) Pupa Spodoptera litura penyemprotan terhadap pembentukan pupa
menunjukan nilai signifikasi yang lebih kecil dari
Perubahan larva Spodoptera litura menjadi taraf nyata, artinya waktu penyemprotan
pupa dipengaruhi oleh adanya senyawa terpenoid memberikan pengaruh yang berbeda nyata
yang ada pada pestisida nabati. Senyawa terhadap pembentukan pupa. Waktu
terpenoid berasal dari biji koro benguk. Menurut penyemprotan yang memberikan hasil lebih baik
Mutiahsari (2013) senyawa terpenoid terdiri atas adalah perlakuan penyemprotan pestisida nabati
senyawa aktif Precocene I dan Precocene II yang campuran biji koro benguk, biji mindi dan biji
dikenal dengan nama anti jouvenille hormone legundi setelah peletakan larva Spodoptera litura
(Anti JH). Senyawa aktif dalam terpenoid ini pada tanaman.
tidak mebunuh Spodoptera litura secara langsung
namun bekerja sebagai growth inhibitor. Adanya
senyawa terpenoid menyebabkan turunnya Tabel 4. Rekapitulasi Jumlah Mortalitas dan Pupa
juvenille hormone sehingga menyebabkan Spodoptera litura pada Penyemprotan
terjadinya metamorfosis dini. Sebelum Peletakan Larva
Perlakuan waktu penyemprotan Peng H H H H
P amat ∑ Ke-1 Ke-2 Ke-3 Ke-4
menunjukkan bahwa rata-rata pembentukan pupa an M P M P M P M P
Spodoptera litura perlakuan SB lebih rendah Ke-1 15 0 0 0 0 1 9 1 4
dibandingkan perlakuan SS. Pembentukan pupa 0%
Ke-2 15 7 0 0 0 0 1 - -
perlakuan SS pada pengamatan lebih tinggi Ke-1 15 1 0 1 0 4 5 0 4
5%
disebabkan karena adanya terpenoid sebagai anti Ke-2 15 0 2 0 0 0 0 - -
10 Ke-1 15 0 0 1 0 4 5 2 3
JH yang terdapat pada pestida nabati.
% Ke-2 15 2 0 0 0 1 0 - -
Penyemprotan pada SS dilakukan sehari setelah 15 Ke-1 15 2 0 0 0 4 5 1 3
peletakan larva Spodoptera litura, sehingga % Ke-2 15 0 2 1 0 0 1 - -
senyawa terpenoid menempel pada daun sawi dan Ke-1 15 2 0 0 0 3 9 0 1
K+
pada tubuh larva. Pada saat peletakan, larva Ke-2 15 2 0 2 0 4 1 - -
Keterangan: M= Mortalitas, P= Pupa.
Spodoptera litura memakan daun sehingga
senyawa terpenoid masuk ke dalam pencernaan Tabel 4 menunjukkan bahwa perubahan larva
dan menyebabkan larva yang membentuk pupa. Spodoptera litura menjadi pupa sudah terjadi dari
Adanya terpenoid pada pestisida nabati hari pertama pengamatan atau saat larva masih
menyebabkan Spodoptera litura terganggu pada berumur 2 hari setelah peletakan. Menurut Ellis
proses pergantian kulit, ataupun proses perubahan (2004:11) sebelum menjadi pupa Spodoptera
dari telur menjadi larva, atau dari larva menjadi litura melewati instar III selama 2 hari, instar IV
selama 2 hari, instar V selama 3 hari, dan instar
pupa, atau dari pupa menjadi dewasa. Biasanya
VI selama 3 hari. Sehingga waktu yang
kegagalan dalam proses ini seringkali dibutuhkan Spodoptera litura instar III menjadi
mengakibatkan kematian pada larva (Aradilla, pupa selama 10 hari, namun pada pengamatan
2009). hari ke-4 sudah ada larva Spodoptera litura yang
Hasil analisis statistik untuk mengetahui mulai menjadi pupa.
pengaruh variasi dosis terhadap pembentukan Penggunaan pestisida nabati dari campuran
pupa menunjukan nilai signifikasi yang lebih biji dibandingkan dengan pestisida nabati dari
besar dari taraf nyata, artiya variasi dosis tidak satu jenis biji memberikan pengaruh pada dosis
memberikan pengaruh yang berbeda nyata pestisida yang efektif dalam mengendalikan hama
Uji Efektivitas Pestisida…..(Nurul Hakiki) 332

Spodoptera litura. Hasil penelitian yang perlakuan dengan pestisida nabati rata-rata
dilakukan oleh Arum Fahmi (2018) menunjukkan kerusakan daun lebih rendah dibandingkan
bahwa penggunaan pestisida nabai dari biji Koro kontrol negatif karena pada pestisida nabati
Benguk (Mucuna pruriens L.) efektif terdapat senyawa seperti saponin dan flavonoid.
mengendalikan hama Spodopera litura pada dosis Senyawa saponin menimbulkan rasa pahit
15%, penelitian yang dilakukan oleh Fenti Aryani menyebabkan berkurangnya daya makan dari
(2018) menunjukkan bahwa penggunaan pestisida larva. Senyawa flavonoid berperan sebagai
nabati dari biji Mindi (Melia azedarah L.) efektif antifeedant yang juga memberikan efek
mengendalikan hama Spodoptera litura pada berkurangnya akivitas makan dari larva. Hal ini
dosis 15%, sedangkan hasil dalam penelitian ini yang menyebabkan kerusakan daun pada
penggunaan pestisida nabati campuran biji Koro perlakuan dengan pemberian pestisida lebih
Benguk, biji Legundi dan biji Mindi efektif rendah dibanding yang tanpa pestisida.
mengendalikan hama Spodoptera litura pada a) b)
dosis 10%. Hal ini sesuai dengan yang
disampaikan oleh Iswantini, dkk (2011) bahwa
salah satu cara untuk menurunkan dosis yang
tinggi pada pestisida nabati suatu tanaman adalah
dengan menggabungkan beberapa ekstrak .

3. Pengaruh Penyemprotan Pestisida Nabati Gambar 2. a) Kerusakan Daun Sawi b) Larva


Campuran Biji Koro Benguk, Biji Spodoptera litura Menyerang Titik Tumbuh
Legundi dan Biji Mindi terhadap Tingkat Bagian daun muda terdapat dekat dengan
Kerusakan Tanaman Sawi titik tumbuh, sehingga pada pengamatan terlihat
Hasil pengamatan tingkat kerusakan tanaman banyak larva Spodoptera litura yang
sawi akibat larva Spodoptera litura instar III menggerombol di dekat titik tumbuh.
dengan perlakuan pestisida nabati campuran biji Mulyaningsih (2010:96) menyatakan bahwa larva
koro benguk, biji mindi dan biji legundi dengan instar III memakan seluruh bagian daun sehingga
variasi dosis 0% (air sebagai kontrol negatif), meninggalkan ciri khas, yaitu tersisa epidermis
dosis 5%, dosis 10%, dosis 15% dan pestisida bagian atas daun atau bahkan hanya menyisakan
sintetik (sebagai kontrol posistif) adalah sebagai bagian tulang daun. Bagian daun muda terdapat
berikut: dekat dengan titik tumbuh, sehingga pada
Tabel 5. Persentase Kerusakan Tanaman Sawi pengamatan terlihat banyak larva Spodoptera
pada Berbagai Perlakuan litura yang menggerombol di dekat titik tumbuh
Persentase
Rata- dan memakan bagian tunas apikal dari sawi
Dosis (%) Kerusakan Daun (%)
rata (%) sehinggi tanaman sawi tidak dapat membentuk
SB SS
0 35,35 50,67 43,01 krop baru. Lama kelaman tanaman sawi akan
5 34,35 46,67 40,51 layu dan mengalami kematian.
10 21,65 26,33 23,99 Perbedaan variasi waktu penyemprotan
15 15,23 25,67 20,45 menunjukkan bahwa rata-rata waktu
Kontrol + 21,50 42,33 31,91 penyemprotan SB lebih baik dibandingkan
Rata-rata 25,62 38,33 perlakuan SS. Hal ini dikarenakan pada perlakuan
Berdasarkan Tabel 5. kerusakan tanaman SB, saat larva diletakan pada tanaman sudah
tertinggi pada dosis 0% dan kerusakan tanaman terdapat pestisida nabati yang telah disemprot
terendah pada dosis 15%. Perlakuan kontrol sehari sebelum peletakan larva. Sehingga
negatif mengalami kerusakan daun paling tinggi, kemampuan larva merusak tanaman terhambat
hal ini dikarenakan pada perlakuan kontrol oleh adanya senyawa antifeedant dari pestisida.
negatif dengan air tanpa senyawa aktif sehingga Pada perlakuan SS, larva diletakkan pada
larva tetap dapat meyerang tanaman. Pada tamanan yang belum disemprot pestisida
333 Jurnal Prodi Biologi Vol 7 No 5 Tahun 2018

sehingga larva dapat merusak tanaman tanpa mencegah larva menyerang tanaman maupun
adanya penghambat. menyebabkan mortalitas, sehingga larva
Hasil analisis statistik untuk mengetahui menyerang tanaman sangat tinggi dan merusak
pengaruh variasi dosis terhadap kerusakan titik tumbuh tanaman. Akibat titik tumbuh
tanaman menunjukan nilai signifikasi yang lebih tanaman sawi dirusak oleh larva, tanaman sawi
kecil dari taraf nyata, artiya variasi dosis menjadi layu dan mati. Pada dosis 15% rata-rata
memberikan pengaruh yang berbeda nyata berat basah tanaman lebih rendah dari dosis 10%
terhadap kerusakan tanaman sawi. Dosis yang karena dosis yang terlalu tinggi tidak dapat
lebih baik untuk mencegah keruakan tanaman diserap maksimal oleh tanaman sehingga
adalah dosis 15%. Sedangkan hasil analisis senyawa pada dosis 15% yang tidak diserap
statistik untuk mengetahui pengaruh variasi menjadi teruari. Hal ini menyebabkan tanaman
waktu penyemprotan terhadap kerusakan tanaman diserang larva dan berat basahnya lebih rendah
menunjukan nilai signifikasi yang lebih besar dari dibandingkan pada dosis 10%.
taraf nyata, artinya variasi waktu penyemprotan Berbeda dengan perlakuan dengan pestisida
tidak memberikan pengaruh yang berbeda nyata yang mengandung senyawa aktif seperti alkaloid,
terhadap kerusakan tanaman sawi. Namun flavonoid, terpenoid, tanin dan saponin yang
berdasarkan rata-rata perlakuan SB memberikan dapat mengurangi tingkat serangan larva terhadap
pengaruh yang lebih baik dalam mengurangi tanaman sawi. Menurut Salisbury dan Ross
tingkat kerusakan tanaman. (1995), berat basah tanaman dapat menunjukkan
aktivitas metabolisme tanaman dan nilai berat
basah dipengaruhi oleh kandungan air jaringan,
4. Pengaruh Penyemprotan Pestisida Nabati unsur hara dan hasil metabolisme. Tanaman sawi
Campuran Biji Koro Benguk, Biji yang diserang bagian titik tumbuhnya
Legundi dan Biji Mindi terhadap Berat menyebabkan terhambatnya metabolisme
Basah Tanaman Sawi
tanaman sehingga tanaman layu. Inilah yang
Hasil pengamatan berat basah tanaman sawi
dengan perlakuan pestisida nabati campuran biji menyebabkan berat basah tanamannya lebih
koro benguk, biji mindi dan biji legundi dengan rendah.
variasi dosis 0% (air sebagai kontrol negatif),
dosis 5%, dosis 10%, dosis 15% dan pestisida
sintetik (sebagai kontrol posistif) adalah sebagai
berikut:
Tabel 6. Persentase Berat Basah Tanaman Sawi
pada Berbagai Perlakuan
Persentase Berat
Rata-
Dosis (%) Basah Sawi (%)
rata (%) Gambar 3. Pengukuran Berat Basah Sawi
SB SS
0 21,47 26,49 23,98
5 26,76 28,83 27,79 Perbedaan variasi waktu penyemprotan
10 49,39 51,62 50,50 menunjukkan bahwa rata-rata waktu
15 43,15 43,91 43,53 penyemprotan SS lebih baik dibandingkan
Kontrol + 29,58 34,00 31,79 perlakuan SB. Hasil pengukuran berat basah
Rata-rata 34,07 36,97 tanaman sawi berbanding terbalik dengan
Berdasarkan Tabel 6. berat basah tanaman
kerusakan tanaman sawi. Semakin kecil tingkat
sawi pada perlakuan kontrol negatif memiliki
kerusakan tanaman sawi maka semakin besar
berat basah paling rendah dibandingkan dengan
berat basah tanaman sawi. Pada pembahasan
perlakuan lain yang disemprot menggunakan
kerusakan tanaman akibat larva Spodoptera
pestisida baik pestisida nabati maupun sintetik.
litura, perlakuan SB tingkat kerusakan tanaman
Hal ini dikarenakan air pada perlakuan kontrol
nya tinggi. Ini menyebabkan berat basah tanaman
negatif tidak mengandung senyawa yang dapat
Uji Efektivitas Pestisida…..(Nurul Hakiki) 334

sawi rendah. Rata-rata berat basah pada perlakuan Berdasarkan Tabel 7. terlihat bahwa berat
SS lebih tinggi walaupun kerusakan tanamannya kering tanaman terendah pada perlakuan kontrol
tinggi dikarenakan pada SS bagian yang dirusak positif dan berat kering tanaman tertinggi pada
adalah daun, namun tanaman masih segar dan perlakuan pestisida nabati dengan dosis 10%.
batang tanaman besar. Sedangkan pada perlakuan Tanaman sawi dengan pelakuan pestisida
SB kerusakan tanaman rendah namun berat basah memiliki kandungan senyawa aktif seperti
rendah dikarenakan bagian tanaman yang alkaloid, terpenoid, saponin flavanoid dan tanin
diserang adalah titik tumbuh, sehingga tanaman sehingga serangan larva tidak terlalu tinggi. Pada
menjadi layu dan mengalami kematian. Hal ini pengamatan terlihat bahwa tanaman sawi yang
yang menyebabkan berat basah tanaman menjadi disemprot dengan pestisida nabati masih cukup
rendah. segar, tanaman sawi yang segar memiliki
Hasil analisis statistik untuk mengetahui kandungan air yang tinggi sehingga berat
pengaruh variasi dosis terhadap berat basah basahnya tinggi, setelah dioven kadar air tanaman
tanaman menunjukan nilai signifikasi yang lebih berkurang yang tersisa hanya komponen sel atau
kecil dari taraf nyata, artiya variasi dosis protoplasamanya. Tanaman yang banyak
memberikan pengaruh yang berbeda nyata memiliki komponen sel atau protoplasma akan
terhadap berat basah tanaman sawi. Dosis yang memiliki berat kering yang tinggi.
lebih baik untuk mencegah keruakan tanaman Perbedaan variasi waktu penyemprotan
adalah dosis 10%. Sedangkan hasil analisis menunjukkan bahwa rata-rata berat kering
statistik untuk mengetahui pengaruh variasi perlakuan SB lebih tinggi dibandingkan
waktu penyemprotan terhadap berat basah perlakuan SS. Rata berat kering perlakuan SB
tanaman menunjukan nilai signifikasi yang lebih sebesar 2,73 gram sedangkan rata-rata berat
besar dari taraf nyata, artiya variasi waktu kering perlakuan SS sebesar 2,33 gram. Hasil ini
penyemprotan tidak memberikan pengaruh yang menujukkan bahwa perlakuan SB lebih baik
berbeda nyata terhadap berat tanaman sawi. untuk menyebabkan berat kering tanaman tinggi
Namun berdasarkan rata-rata perlakuan SS dibandingkan perlakuan SS.
memberikan pengaruh yang lebih baik. Hasil analisis statistik untuk mengetahui
pengaruh variasi dosis dan waktu penyemprotan
5. Pengaruh Penyemprotan Pestisida Nabati terhadap berat kering tanaman sawi menunjukan
Campuran Biji Koro Benguk, Biji nilai signifikasi yang lebih besar dari taraf nyata
Legundi dan Biji Mindi terhadap Berat (0,05), artiya variasi dosis dan waktu
Kering Tanaman Sawi penyemprotan tidak memberikan pengaruh yang
Hasil pengamatan berat kering tanaman sawi
berbeda nyata terhadap berat kering tanaman
dengan perlakuan pestisida nabati campuran biji
sawi. Namun berdasarkan nilai rata-rata, berat
koro benguk, biji mindi dan biji legundi dengan
kering tertinggi pada pemberian pestisida nabati
variasi dosis 0% (kontrol negatif), dosis 5%,
pada dosis 10% dan waktu penyemprotan SB.
dosis 10%, dosis 15% dan pestisida sintetik
SIMPULAN DAN SARAN
(kontrol posistif) adalah sebagai berikut:
Tabel 7. Persentase Berat Kering Tanaman Sawi Simpulan
pada Berbagai Perlakuan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan
Persentase Berat maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
Rata-
Dosis (%) Kering Sawi (%) 1. Perbedaan variasi dosis pestisida nabati
rata (%)
SB SS campuran biji koro benguk, biji legundi dan
0 3,67 2,42 3,04 biji mindi memberikan pengaruh yang tidak
5 2,20 1,92 2,06 berbeda nyata terhadap mortalitas hama
10 3,59 2,59 3,09
Spodoptera litura, namun dosis 10% memiliki
15 1,76 3,21 2,48
Kontrol + 2,43 1,50 1,96 rata-rata mortalitas tertinggi.
Rata-rata 2,73 2,33
335 Jurnal Prodi Biologi Vol 7 No 5 Tahun 2018

2. Perbedaan variasi dosis pestisida nabati 4. Perlu uji lanjut fisiologi larva Spodoptera
campuran biji koro benguk, biji legundi dan litura yang terpapar pestisida nabati campuran
biji mindi memberikan pengaruh yang tidak biji koro benguk, biji mindi dan biji legundi.
berbeda nyata terhadap jumlah larva 5. Menggunakan sprayer yang berbeda untuk
Spodoptera litura yang menjadi pupa, namun setiap dosis perlakuan agar tidak terjadi
dosis 15% memberikan rata-rata pembentukan kontaminasi.
pupa terendah.
DAFTAR PUSTAKA
3. Perbedaan variasi dosis pestisida nabati
campuran biji koro benguk, biji legundi dan Aradilla, A.S. (2009). Uji Efektivitas Larvasida
biji mindi memberikan pengaruh yang berbeda Ekstrak Ethanol Daun Mimba
nyata terhadap tingkat kerusakan tanaman (Azadirachta indica) tehadap Larva Aedes
sawi, rata-rata kerusakan daun terendah pada Aegypti. Skripsi. Semarang: Fakultas
Kedokteran Universitas Diponegoro.
dosis 15%.
4. Perbedaan variasi dosis pestisida nabati Aryani, Fenti. (2018). Efektivitas Insektisida
campuran biji koro benguk, biji legundi dan Nabati Dari Perasan Biji Mindi (Melia
biji mindi memberikan pengaruh yang berbeda azedarach) Terhadap Larva Spodoptera
nyata terhadap berat basah tanaman sawi, litura. Skripsi. Yogyakarta: Universitas
namun tidak berbeda nyata terhadap berat Negeri Yogyakarta
kering sawi. Berat basah sawi tertinggi pada Ellis, S. E. (2004). New pest respone guidelines:
dan berat kering sawi tertinggi pada dosis Spodoptera. Diambil dari
10%. http://www.aphis.usda.gov/ppq/manuals/s
5. Dosis pestisida nabati campuran biji koro podoptera. pdf., pada 11 Oktober 2017
benguk, biji legundi dan biji mindi yang
Elvie Yenie, dkk. 2013. Pembuatan Pestisida
efektif terhadap pengendalian larva
Organik Menggunakan Metode Ekstraksi
Spodoptera litura adalah dosis 10%. dari Sampah Daun Pepaya dan Umbi
6. Waktu penyemprotan pestisida nabati Bawang Putih. Jurnal Teknik Lingkungan
campuran biji koro benguk, biji legundi dan UNAND. Vol 10 (1). Hlm: 46-59.
biji mindi yang paling efektif terhadap
pengendalian larva Spodoptera litura adalah Fahmi Faulana, Arum. (2018). Efektivitas
Insektisida Nabati Dari Perasan Biji Koro
penyemprotan pada waktu setelah peletakan
Benguk (Mucuna pruriens) Terhadap
larva. Larva Spodoptera litura. Skripsi.
Yogyakarta: Universitas Negeri
Saran
Yogyakarta
Saran yang dapat peneliti berikan adalah
sebagai berikut: Haryono. (2012). Pestisida Nabati. Bogor: Pusat
1. Perlu dilakukannya uji lanjut dalam skala Penelitian dan Pengembangan
besar (lapangan) efektivitas pestisida nabati Perkebunan.
camupan biji koro benguk, biji mindi dan biji Iswantini, Dyah., Riyadhi, Adi., Kesumawati,
legundi dalam mengendalikan hama Upik., Rosman, Rosihan., Mangunwidjaja,
Spodoptera litura. Djumali., Rahminiwati, Min. (2011).
2. Penggunaan pestisida nabati campuran biji Potensi Koro benguk Pagar (Jatrophus
koro benguk, biji legundi dan biji mindi oleh curcas) sebagai Larvasida hayati Pencegah
petani minimal menggunakan dosis 10% . Penyakit Demam Berdarah. Jurnal Ilmu
Pertanian Indonesia. Vol.16 No. 1. Hlm :
3. Penggunaan pestisida nabati campuran biji
7-13
koro benguk, biji legundi dan biji mindi oleh
petani dilakukan pada saat sudah terdapat Lestari, Sri., Ambarningrum., T.B., Pratiknyo,
hama pada pertanian. Heri. (2013). Tabel Hidup Spodoptera
litura Fabr. dengan Pemberian Pakan
Uji Efektivitas Pestisida…..(Nurul Hakiki) 336

Buatan yang Berbeda. Jurnal Sain Pahan, Iyung. (2010). Manajemen Agribisnis
Veteriner. Vol 31 (2). Hlm: 166-179 dari Hulu hingga Hilir. Jakarta: . Penebar
Swadaya.
Lukito, A.M., Y. Mulyono, I. Tetty, Hadi dan R.
Nofiandi. (2010). Budidaya Rahmawati. (2012). Potensi dan Kendala
Kakao. Jakarta: Pusat Penelitian Kopi dan Pemanfaatan Pestisida Nabati Dalam
Kakao Indonesia. Hlm 248. Pengendalian Hama pada Budibaya
Sayuran Organik. Seminar UR-UKM ke-7.
Mulyaningsih, Liliek. (2010). Aplikasi Agensia Riau: Balai Pengkajian Teknologi
Hayati atau Insektisida dalam Pertanian.
Pengendalian Hama Plutella xylostella
Linn dan Crocidolomia binotalis Zell Sallisbury, F.B. dan Ross, C.W. (1992). Plant
untuk Peningkatan Produksi Kubis Physiology. California: Wadsworth
(Brassica oleracea L.). Jurnal Universitas Publishing Company Belmont.
Soerjo Ngawi. Vol. 7. No. 2. Hlm: 91-111.
Setiawati, W., dkk. (2008). Tumbuha bahan
Mutiah Sari, Lahmuddin L., & Yuswani P. pestisida nabati dan cara pembuatannya
(2013). Uji Efektivitas Beberapa untuk pengendalian organisme
Insektisida Nabati untuk Mengendalikan pengganggu tanaman. Bandung: Balai
Ulat Grayak (Spodoptera litura F.) Penelitian Tanaman Sayuran
(Lepidoptera: Noctuidea) di
Laboratorium. Jurnal Online Untung, K. (1993). Konsep dan Penerapan
Agroekoteknologi Vol 1 No 3. Hlm: 560- Pengendalian Hama Terpadu.
569. Yogyakarta: Andi Offset.

Anda mungkin juga menyukai