Anda di halaman 1dari 23

Keputusan Pembelian Produk Kecantikan di E-Commerce Sociolla:

Analisis Pengaruh Faktor Sales Promotion, Beauty Influencer, Halal


Awareness dan Halal Product Knowledge Sebagai Variabel Moderator
Aliya Ahya Shakina, Juliana dan Firmansyah
Departemen Ekonomi dan Keuangan Islam, Universitas Pendidikan Indonesia, Indonesia
aliyashakina@upi.edu , julian@upi.edu, firmasyah@upi.edu

Abstrak
Tujuan- Penelitian ini bertujuan unuk melihat gambaran dan pengaruh sales promotion, beauty
influencer, halal awareness terhadap keputusan pembelian produk kecantikan di sociolla
dengan halal product knowledge sebagai variabel moderasi.
Desain/Metodologi/Pendekatan-Metode penelitian yang digunakan adalah kuantitatif dengan
metode analisis SEM-PLS dan alat analisis yang digunakan adalah SmartPLS serta jumlah
sampel yang diambil sebanyak 205 responden di Jawa Barat.
Temuan -Hasil penelitian menunjukkan bahwa sales promotion, beauty influencer dan halal
awareness berpengaruh positif dan signifikan terhadap terhadap keputusan pembelian produk
kecantikan di sociolla. Sedangkan halal product knowledge tidak memoderasi pengaruh sales
promotion, beauty influencer dan halal awareness terhadap keputusan pembelian. Hal ini
disebabkan karena variable halal product knowledge merupakan varibel predictor moderasi
dimana variable ini hanya berperan sebagai variable predictor (independen) dalam model
hubungan yang dibentuk.
Implikasi praktis- Sales promotion, beauty influencer, halal awareness dan halal product
knowledge berperan penting dalam menentukan keputusan pembelian produk kecantikan di
sociolla. Oleh karena itu, sociolla perlu melakukan upaya-upaya untuk meningkatkan
keputusan pembelian. Dengan upaya memberikan potongan harga dan voucher terhadap
produk yang best seller dan disebarkan di media sosial. Kemudian, memanfaatkan peran beauty
influencer secara maksimal. Sociolla dapat bekerja sama dengan beauty influencer seperti
melakukan endorsement dan menjadikan beauty influencer ternama sebagai brand ambasador,
mengingat banyaknya konsumen yang mencari tahu infomasi dan review tentang produk
kecantikan sociolla melalui akun Instagram dan youtube para beauty influencer. Selain itu,
mengedukasi, sosialisasi, dan monitoring kepada masyarakat dalam rangka membangun
kesadaran halal sehingga meningkatkan keputusan pembelian serta menjadikan halal lifestyle
berkembang di Indonesia. Selanjutnya, memperbanyak produk kecantikan yang
mempertahankan konsep halal dan mencantumkan label halal pada kemasan produk. Selain itu
senantiasa melakukan inovasi terus menerus terhadap produk kecantikan halal.
Orisinalitas/Nilai- Para peneliti sebelumnya hanya menganalisis salah satu atau dua dari
variabel-variabel tersebut. Selain itu, penggunaan variabel label halal sebagai variabel
moderasi terhadap terhadap keputusan pembelian masih sedikit diteliti. Kemudian, melakukan
penggabungan terhadap indikator-indikator dari penelitian satu dengan penelitian lainnya
sehingga terdapat kebaharuan dalam penelitian ini.
Kata kunci : Sales Promotion, Beauty Influencer, Halal Awareness, Halal Product
Knowledge, Keputusan Pembelian, Produk Kecantikan.
Jenis Kertas : Makalah Penelitian

1
PENGANTAR
Tren digital dan situasi pandemi Covid-19 telah merubah perilaku berbelanja masyarakat
banyak, mulai dari tingkat konsumsi, hingga gaya berbelanja di platform online. Faktor
pemicunya adalah perkembangan era digital yang menawarkan kemudahan, harga bersaing,
pengiriman murah, wadah atau platform jual beli yang efisien, dan kenyamanan dalam
memenuhi kebutuhan (Maskur, 2022).
Saat ini, industri kecantikan di Indonesia mengalami pertumbuhan pesat berkat platform
digital. Berkat platform digital, produk kosmetik mampu memperluas pasar hingga pelosok
dan mancanegara (Nana, 2022). Selain itu, tren pembelian produk kecantikan
secara online juga memperlihatkan lonjakan selama pandemi Covid-19. Adanya peningkatan
transaksi online produk kosmetik sebesar 80% menunjukkan bahwa pola belanja offline telah
digeser oleh belanja online (Kemenperin.gi.id, 2020).
Kemudian, tren kecantikan yang terus mengalami perkembangan saat ini menjadi peluang
bisnis yang potensial. Namun, kondisi tersebut disalahgunakan oleh oknum-oknum yang tidak
bertanggung jawab untuk mendapatkan keuntungan. Menurut Perhimpunan Perusahaan dan
Asosiasi Kosmetika Indonesia (PPAK) menyampaikan bahwa sebanyak 85% kometik diduga
dalam kategori barang ilegal yang beredar di indonesia. Di antaranya terdiri dari produk
kosmetik yang tidak berizin edar dan produk produsen kosmetik yang dipalsukan. Penyebab
utama tingginya peredaran produk kosmetik ilegal karena produk tersebut dijual bebas secara
online (Arief, 2022). Berbelanja produk kecantikan secara online cenderung berbahaya dan
produk mudah dipalsukan jika berbelanja di tempat yang tidak terpercaya (Naftali & Rusdi,
2021).
Adapun pada era ini cakupan informasi terkait produk kecantikan menjadi sangat luas dan
beragam. Melalui kemajuan teknologi tersebut maka konsumen dapat dengan mudah
menemukan informasi terkait suatu produk kecantikan salah satunya oleh beauty influencer di
sosial media. Kemampuan para beauty influencer dalam memberikan ulasan, penjelasan terkait
produk, dan kelebihan produk yang sedang diulas secara tidak langsung akan mempengaruhi
konsumen pada suatu keputusan pembelian (Octabella, 2021).
Berdasarkan pemaparan Tribe Dynamics, sebanyak 80% dari 15 merek kecantikan terkenal
bekerja sama dengan influencer. NPD Group mengungkapkan bahwa merek kosmetik yang
bekerja sama dengan influencer menghasilkan lebih banyak keuntungan bila dibandingkan
bekerja sama dengan selebriti. Hal ini didukung oleh Conor Begley, pakar pemasaran dari
perusahaan Tribe Dynamics, yang mengatakan bahwa influencer memiliki kekuatan pemasaran
yang baik karena para audiens memperhatikan produk yang mereka gunakan (Oktaviani, 2017).
Perubahan perilaku konsumen yang kini memilih membeli produk kecantikan
secara online mendorong naiknya transaksi di platform Sociolla. Tercatat adanya peningkatan
transaksi hingga 50% dibandingkan sebelum pandemi (wartaekonomi.co.id, 2021).
Sociolla adalah beauty e-commerce terlengkap dan terpercaya yang ada di Indonesia
(Nofalia, 2019). Sejak dirilis pada tahun 2015, hingga saat ini Sociolla memiliki lebih dari
150 brand resmi dan lebih dari 5.000 pilihan produk kecantikan mulai dari skin care, body
care, hair care, makeup dan peralatan kecantikan. Selain itu, Sociolla pun memastikan
produknya bersertifikasi dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) dan original yang
bekerja sama langsung dengan distributor resmi, sehingga konsumen dijamin terhindar dari
produk palsu atau tiruan (Wulan, 2022).
Di aplikasi SOCO, pecinta kecantikan tidak hanya dapat memberikan review dan membaca
jutaan review produk dari pengguna lainnya, tetapi juga membeli produk secara online, akses
langsung ke artikel rekomendasi dan video tutorial make up, hingga melakukan scan barcode

2
produk untuk memudahkan pengalaman berbelanja di toko offline Sociolla (Kompas.com,
2021).
Namun, sebanyak 70% dari produk kecantikan di Sociolla berasal dari luar negeri
(Merdeka, 2019). Hal tersebut menjadi suatu persoalan khususnya bagi konsumen muslim.
Walaupun produk di Sociolla sudah bersertifikat BPOM, hal tersebut belum mendapatkan
kepastian halalnya suatu produk. Karena halal dan haramnya suatu produk adalah wewenang
Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan didukung oleh Lembaga Pengkajian Pangan Obat-obatan
dan kosmetika Majelis Ulama Indonesia (LPPOM MUI) (Rizky, 2020).
Berdasarkan dokumen Masterplan Ekonomi Syariah Indonesia (2018) memaparkan bahwa
masih terdapat kekurangan pada keadaan industri farmasi dan kosmetik nasional yaitu
masyarakat Indonesia kurang dalam literasi halal dan belum paham urgensi label halal. Selain
itu, berdasarkan permintaan dan pasar, kurangnya riset mengenai pergerakan pasar, segmentasi
dan selera pasar.
Produk kosmetik sesungguhnya memiliki resiko pemakaian yang perlu diperhatikan
mengingat kandungan bahan-bahan kimia tidak selalu memberi efek yang sama untuk setiap
konsumen atau pemakainya. Namun demikian konsumen tetap membeli produk kosmetik ini
secara online, yang seperti kita ketahui bahwa produk kosmetik adalah produk yang cukup
beresiko jika tidak dilihat dan dicoba secara langsung. Konsumen sering menghabiskan
waktunya untuk melakukan pembelian produk kosmetik secara online tanpa memperhatikan
resiko kesalahan di dalam pembelian online membuat hal ini menarik untuk diteliti.
Konsumen dalam melakukan keputusan pembelian didasari oleh banyak faktor dan
pertimbangan, disini ada beberapa faktor yang dianggap sebagai pertimbangan konsumen
dalam melakukan keputusan pembelian di antaranya: sales promotion, beauty influencer, halal
awareness, halal product knowledge.
Berdasakan hasil penelitian Arnold (2020) yang menunjukkan bahwa sales promotion
memiliki pengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian. Hal tersebut karena promosi
penjualan yang dilakukan oleh toko mitra elektronik Gorontalo yaitu seperti menjelaskan
keunggulan produk kepada konsumen dan menyediakan barang terbaru yang berdampak pada
kenaikan keputusan pembelian. Hal tersebut didukung oleh (Kolifah, Maduwinarti, &
Nasution, 2020; Wirakanda & Pardosi, 2020; Yanurianto,2019). Sedangkan penelitian (Yuvita,
Wahab, & Sulastri, 2019; dan Oktaria, Kumadji, & Hidayat, 2015) menyatakan bahwa sales
promotion berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap keputusan pembelian.
Selain sales promotion, menurut Savitri (2019) beauty influencer adalah sosok yang mampu
mempengaruhi keputusan pembelian individu lain karena memiliki pengetahuan di bidang
kecantikan dan dekat dengan para pengikutnya. Karena seorang beauty influencer telah
mendapatkan kepercayaan dari para pengikutnya juga ulasan yang ia bagikan sangat
berdampak bagi reputasi online suatu brand (Evelina & Handayani, 2018). Berdasarkan
penelitian terdahulu terdapat inkonsistensi hasil di antara penelitian Siswandi (2019) didapat
bahwa beauty influencer memiliki pengaruh negatif terhadap keputusan pembelian, dan
penelitian Zukhrufani dan Zakiy (2019) didapat bahwa beauty influencer memiliki pengaruh
positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian.
Selanjutnya, halal awareness merupakan kesadaran yang ada pada diri seseorang mengenai
konsep, proses dan prinsip halal sehingga mengutamakan mengkonsumsi produk halal
(Pambudi, 2018). Artinya konsumen memiliki kesadaran dalam mempertimbangkan nilai nilai
agama yang dianut serta kehalalannya dalam melakukan keputusan pembelian atau ketika
mengonsumsi sebuah barang. Sementara itu, terdapat perbedaan hasil penelitian yang
ditunjukkan oleh Novianti (2021) menunjukkan bahwa variabel halal awareness berpengaruh
secara signifikan terhadap keputusan pembelian. Dikarenakan millenial muslim di Kota
Malang mempertimbangkan nilai-nilai agama sehingga ketika mengkonsumsi makanan
mereka akan memilih makanan yang tersertifikasi halal MUI. Hal tersebut didukung oleh

3
(Munir M, Hidayat, Fakhry, & Mu’tamar, 2019; Saputra & Tresnati, 2020; Listiawati, 2019).
Berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Aspan (2017) variabel halal awareness
tidak berpengaruh secara signifikan terhadap keputusan pembelian yang didukung oleh
(Nursanti & Tielung, 2014; Munir M, Hidayat, Fakhry, & Mu’tamar, 2019).
Kemudian, halal product knowledge merupakan salah satu hal yang dipertimbangkan ketika
membeli suatu produk. Dengan mengetahui dan memahami informasi tentang suatu produk,
konsumen akan mempercayai produk yang dikonsumsi dapat bermanfaat dan memenuhi
kebutuhannya. Dengan begitu halal product knowledge mempengaruhi keputusan pembelian
(Ahmadi, 2021). Didukung oleh penelitian Aulia (2018), Mutiara dan Syahputra (2018) serta
penelitian Andriani dan Ma’ruf (2020). Namun terdapat inkonsistensi dari penelitian yang
dilakukan Mulati dan Utomo (2021) bahwa tidak terdapat pengaruh halal product knowledge
terhadap keputusan pembelian.
Berangkat dari permasalahan dan penelitian terdahulu yang telah dipaparkan di atas,
menyatakan bahwa keputusan pembelian produk kecantikan Sociolla dapat dipengaruhi oleh
beragam faktor. Berdasarkan dari hasil signifikansi faktor-faktor tersebut, terdapat 4 faktor
yang dipilih penulis karena faktor-faktor tersebut yang paling berpengaruh dalam keputusan
pembelian produk kecantikan Sociolla. Faktor-faktor tersebut di antaranya yaitu: sales
promotion, beauty influencer, halal awareness dan halal product knowledge sebagai variabel
moderator. Dengan begitu, perlu dilakukannya penelitian guna memperoleh informasi yang
lebih jelas dan disertai bukti ilmiah mengenai keputusan pembelian produk kecantikan di e-
commerce Sociolla: analisis pengaruh faktor sales promotion, beauty influencer, halal
awareness dan halal product knowledge sebagai variabel moderator. Oleh karena itu penulis
tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Keputusan Pembelian Produk Kecantikan
di E-commerce Sociolla: Analisis Pengaruh Faktor Sales Promotion, Beauty Influencer,
Halal Awareness dan Halal Product Knowledge Sebagai Variabel Moderator.

TINJAUAN LITERATUR
Keputusan Pembelian
Menurut Kotler & Armstrong (2017) keputusan pembelian adalah bagaimana tahapan
selanjutnya setelah memiliki niat dan keinginan untuk membeli. Keputusan pembelian dapat
terjadi jika adanya keinginan membeli atau minat beli sudah dimikili. Keputusan pembelian
menurut Kotler & Keller (2015) adalah suatu tahapan yang dilalui untuk pengambilan
keputusan sebelum benar-benar membeli suatu barang atau jasa tertentu. Selanjutnya, menurut
Swastha dan Handoko dalam Setyanto & Sunarti (2017) keputusan pembelian adalah suatu
proses pendekatan penyelesaian masalah individu dalam melakukan pembelian berupa barang
maupun jasa untuk memenuhi keinginan dan kebutuhannya.
Berdasarkan definisi diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa keputusan pembelian adalah
proses yang dilalui oleh konsumen untuk mendapatkan suatu produk dengan menganalisis
berbagai macam pilihan untuk mengambil keputusan dalam melakukan pembelian.
Menurut Azam (2015) dalam Monoarfa, Juliana & Setiawan (2021) menyatakan bahwa
adanya tahapan-tahapan proses pembelian yang akan dilalui sebelum melakukan pembelian.
Adapun menurut Kotler & Armstrong (2017) untuk pengambilan keputusan dapat dilalui
dengan tahapan sebagai berikut: 1) Pengenalan kebutuhan; 2)Pencaharian informasi; 3)
Penilaian alternatif; 4) Keputusan pembelian; 5) Perilaku pasca pembelian.
Indikator dari keputusan pembelian menurut Kotler & Keller (2016) diantaranya sebagai
berikut: 1) Pemilihan produk; 2) Pemilihan merek; 3) Pemilihan tempat penyalur; 4) Waktu
pembelian; 5) Jumlah pembelian; 6) Metode pembayaran. Adapun indikator dari keputusan
pembelian menurut Cysara (2015) diantaranya sebagai berikut: 1) Tahap menaruh perhatian;

4
2) Tahap ketertarikan; 3) Tahap berhasrat/berniat; 4) Tahap untuk memutuskan aksi beli; 5)
Tahap satisfaction.
Berdasarkan kedua pendapat diatas, maka peneliti mengombinasikan indikator satu dengan
indikator lainnya untuk menentukan indikator keputusan pembelian dalam penelitian ini yaitu
dari (Kotler & Keller, 2016; dan Cysara,2015) adalah sebagai berikut: 1) Pemilihan produk; 2)
Pemilihan merek; 3) Pemilihan tempat penyalur; 4) Tahap untuk memutuskan aksi beli; 5)
Tahap satisfaction.

Sales Promotion
Sales promotion adalah kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan untuk mempengaruhi
konsumen dengan meyakinkan untuk segera membeli produk/jasa yang ditawarkan pada saat
itu juga. Kegiatan yang dilakukan dalam kurun waktu sebentar ini dilakukan untuk
meningkatkan omzet penjualan. Media promosi yang dipakai yaitu memberikan diskon,
potongan harga, voucher, melakukan demonstrasi dan memajang display dari barang/jasa
(Kotler & Keller, 2017).
Utami (2010) mengemukakan bahwa sales promotion adalah suatu promosi yang dilakukan
untuk mendorong adanya peningkatan penjualan. Selain itu, promosi penjualan digunakan
sebagai memperkenalkan produk baru, mempertahankan pelanggan, mendapatkan pelanggan
baru dan meyaingi sales promotion pesaing, memanfaatkan tren dan membuat konsumen
beralih merek. Menurut Hermawan (2012) sales promotion adalah aktivitas yang melakukan
suatu bentuk persuasi dengan menggunakan insentif sebagai dorongan untuk membeli suatu
produk atau jasa untuk meningkatkan pembelian.
Berdasarkan definisi-definisi dapat ditarik kesimpulan bahwa sales promotion merupakan
aktifitas yang dilakukan dalam waktu yang singkat dengan mendorong adanya pembelian
produk/jasa agar meningkatkan omzet penjualan melalui media promosi.
Menurut Herman (2017) Indikator-indikator sales promotion adalah sebagai berikut: 1)
Potongan harga; 2) Kupon berbelanja; 3) Purchase with purchase. Selain itu menurut Kotler
& Keller (2016) indikator sales promotion adalah sebagai berikut: 1) Coupons (kupon); 2)
Rebates (potongan harga); 3) Price packs/ cent-off-deals.
Berdasarkan kedua pendapat diatas, maka indikator dari sales promotion yang akan
digunakan dalam penelitian ini adalah mengombinasikan antara (Herman, 2017; dan Kotler &
Keller, 2016) sebagai berikut: 1) Potongan harga; 2) Kupon; dan 3) Price packs/ cent-off-deals.
H1: Sales promotion berpengaruh terhadap keputusan pembelian produk kecantikan di
sociolla.
Beauty Influencer
Beauty influencer diambil dari Bahasa inggris yaitu “beauty” yang memiliki arti
“kecantikan” dan “influencer” yang memiliki arti “seseorang yang memiliki pengaruh terhadap
suatu hal” (Ananda & Wandebori, 2016). Istilah beauty influencer diberikan kepada seorang
yang mengunggah foto dan video di social media tentang dunia kecantikan (Hapsari &
Sukardani, 2018).
Beauty influencer adalah seorang yang memiliki pengetahuan mengenai bidang kecantikan
sehingga dapat memberikan informasi, review, dan mempengaruhi konsumen melalui sosial
media agar tertarik untuk membeli produk (Widyanto & Agusti, 2020). Menurut Tuten (2008),
beauty influencer adalah seorang yang memfokuskan diri untuk mendalami bidang kecantikan
dan membagikan pengetahuannya di media sosial. Selain itu, Beauty influencer adalah sosok
yang dianggap sebagai sumber informasi terpercaya mengenai kecantikan, karena beauty
influencer memiliki pemahaman ilmu yang luas dan jaringan komunikasi yang kuat. Sehingga
mampu mempengaruhi keputusan pembelian audiensnya.

5
Menurut Savitri (2019) beauty influencer adalah sosok yang mampu mempengaruhi
keputusan pembelian individu lain karena memiliki pengetahuan di bidang kecantikan dan
dekat dengan para pengikutnya. Karena seorang beauty influencer telah mendapatkan
kepercayaan dari para pengikutnya juga ulasan yang ia bagikan sangat berdampak bagi reputasi
online suatu brand (Evelina & Handayani, 2018).
Berdasarkan definisi-definisi yang telah dipaparkan dapat ditarik kesimpulan bahwa beauty
influencer adalah seorang yang membuat konten di media social yang berfokus pada bidang
kecantikan dan membagikan pengetahuan dan pengalamannya kepada para rekan-rekan
onlinenya.
Menurut Wiedmann & Mettenhein (2020) indikator beauty influencer ada 3, diantaranya
yaitu: 1) Expertness; 2) Trustworthiness; dan 3) Attractiveness. Sedangkan menurut Terence
(2003) indikator beauty influencer adalah sebagai berikut: 1) Trustworthiness; 2) Expertise; 3)
Attractiveness; 4) Respect; dan 5) Similary.
Untuk menentukan indikator beauty influencer, maka peneliti mengombinasikan antara
(Wiedmann & Mettenhein, 2020; dan Terence, 2003) yang akan digunakan dalam penelitian
ini adalah sebagai berikut: 1) Expertness; 2) Trustworthiness; 3) Attractiveness; 4) Respect;
dan 5) Similary.
H2: Beauty influencer berpengaruh terhadap keputusan pembelian produk kecantikan di
sociolla.
Halal Awareness
Menurut Bashir (2019) kesadaran merupakan suatu konsep pengetahuan yang diterapkan
pada perilaku tertentu. Kesadaran berarti pengetahuan atau pemahaman individu mengenai
subjek atau situasi tertentu.
Kesadaran halal adalah tingkat pemahaman yang dimiliki oleh seorang muslim tentang
segala sesuatu yang memiliki hubungan dengan konsep halal (Nurcahyo & Hudrasyah, 2017).
Adapun menurut Mashitoh & Alina (2013) menyatakan bahwa kesadaran halal merupakan
kesadaran yang dimiliki oleh seorang muslim dimana ia memiliki pengetehuan syariah
mengenai apa yang halal, proses penyembelihan dan mengutamakan makanan halal untuk
dikonsumsi.
Dari beberapa pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa kesadaran halal merupakan tingkat
pemahaman dan pengetahun yang dimiliki oleh seorang muslim dalam memastikan produk
yang akan dikonsumsi halal mulai dari bahan baku yang digunakan hingga proses produksi
yang halal.
Indikator halal awareness dalam penelitian Izzuddin (2018) adalah 1) memastikan adanya
logo halal sebelum mengkonsumsi suatu produk; 2) sebaiknya hindari produk yang syubhat
(tidak jelas/meragukan kehalalannya); dan 3) pastikan produk yang dikonsumsi halal. Selain
itu dalam penelitian Shaari & Shahira (2010) menggunakan indikator pengukuran tingkat halal
awareness adalah 1) bahan baku halal; 2) prioritas produk halal; 3) proses produksi; dan 4)
kebersihan produk.
Berdasarkan pemaparan diatas, peneliti mengombinasikan indikator variabel halal
awareness dalam penelitian (Izzuddin, 2018; dan Shaari & Shahira, 2010) menggunakan
indikator diantaranya: 1) memastikan logo halal sebelum mengkonsumsi produk; 2)
menghindari produk yang syubhat (tidak jekas/kehalalannya diragukan); 3) bahan baku halal;
dan 4) prioritas produk halal.
H3: Halal awareness berpengaruh terhadap keputusan pembelian produk kecantikan di
sociolla.

Halal Product Knowledge

6
Pengetahuan produk adalah salah satu faktor yang mempengaruhi sikap dan perilaku untuk
pembelian konsumen. Pengetahuan secara definisi mengacu pada suatu keahlian dan
keterampilan yang didapatkan oleh seseorang atau sekelompok orang melalui suatu
pemahaman secara teoritis maupun praktis dari suatu subjek. Rahman, dkk, (2015) dalam
Zuhriyah (2020).
Pengetahuan seseorang terhadap produk halal merupakan dasar yang sangat penting dalam
mencari tau perilaku konsumen lainnya sama halnya dengan mencari berita yang benar agar
tidak termakan berita bohong/hoax (Vristiyana, 2019). Pengetahuan tentang produk halal
penting bagi konsumen Muslim karena menentukan kemungkinan penerimaan atau penolakan
terhadap suatu produk selama proses keputusan pembelian (Ahmed , 2018).
Konsumen memiliki persepsi sendiri terhadap halal dan haram suatu produk. Konsumen
yang memiliki pengetahuan luas akan mengevaluasi merek lebih baik ketika dalam penyajian
informasi atau atribut merek memiliki informasi produk yang jelas (Stobbelaar, 2007).
Konsumen Muslim akan membedakan logo halal sebelum melakukan pembelian karena
tersedianya ragam logo halal (Aziz & Chok, 2013).
Label adalah berupa tulisan, gambar atau kombinasi antara tulisan dan gambar yang
ditempel pada suatu kemasan produk. Bertujuan untuk memberikan informasi mengenai isi
produk dalam kemasan tersebut (Widyaningrum, 2016). Menurut Kamilah & Wahyuati
(2017), Label adalah informasi mengenai identitas suatu produk yang menempel pada
kemasan. Menurut Kotler dalam Irrubai (2015) menjelaskan bahwa label berfungsi
mengidentifikasi produk, memberikan informasi mengenai produk dan mempercantik suatu
produk sebagai media promosi.
Salah satu label yang menempel pada kemasan diantaranya yaitu label halal. Label halal
adalah kepastian yang didapat dari Lembaga Pengkajian Pangan Obat Obatan dan Kosmetika
Majelis Ulama Indonesia (LPPOM MUI) bahwa produk yang telah diuji dinyatakan halal dan
telah sesuai dengan syariat islam. Dengan mencantumkan label halal maka konsumen
memperoleh perlindungan produk yang dinyatakan halal sehingga konsumen lebih nyaman
untuk mengkonsumsi produk tersebut (Yuswohady, 2015). Label halal merupakan merek,
lambang, atau desain, yang diperuntukan untuk mengidentifikasikan barang atau jasa suatu
produsen dan pembeda suatu produk dari para produsen lainnya (Kotler & Amstrong, 2012).
Adapun menurut Burhanuddin (2011) mengungkapkan bahwa label halal adalah simbol dari
kehalalan suatu produk yang telah sesuai dengan syariat islam.
Dari beberapa pendapat diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa label halal adalah sebuah
tanda yang ada pada suatu kemasan yang menginformasikan bahwa produk tersebut telah lolos
uji sesuai dengan syariat islam.
Indikator label halal yang digunakan dalam penelitian ini yaitu berdasarkan Peraturan
Pemerintah Nomor 69 Tahun 1999 tentang label dan iklan pangan diantaranya: 1) Gambar; 2)
Tulisan; 3) Kombinasi gambar dan tulisan; dan 4) Menempel pada kemasan. (Peraturan
Pemerintah Nomor 69 Tahun 1999 Tentang Label, 1999).
Berkenaan dengan dua hipotesis tersebut, niat untuk mengunjungi kembali suatu tempat
dapat dipengaruhi baik secara langsung oleh nilai yang dirasakan wisatawan Muslim atau
secara tidak langsung dimediasi oleh kepuasan pelanggan. Untuk itu, penelitian ini
mengembangkan kerangka teori yang digambarkan pada Gambar 1.
H4: Halal product knowledge memoderasi pengaruh sales promotion terhadap keputusan
pembelian produk kecantikan di sociolla.
H5: Halal product knowledge memoderasi pengaruh beauty influencer terhadap keputusan
pembelian produk kecantikan di sociolla.
H6: Halal product knowledge memoderasi pengaruh halal awareness terhadap keputusan
pembelian produk kecantikan di sociolla.

7
H1
Sales Promotion

H2
H4
Beauty Influencer Keputusan Pembelian
H5
H3

Halal Awareness H6

Halal Product
Knowledge

Gambar 1. Kerangka Teoritis

METODOLOGI PENELITIAN
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif. Menurut Ferdinan
(2014) dalam Kennedy, Juliana, & Utami (2020) metode kuantitatif adalah sebuah proses untuk
mendapatkan informasi yang ingin di dapatkan dengan menganalisis menggunakan data
berbentuk angka. Desain penelitian deskriptif kausalitas. Analisis deskriptif mampu membantu
dalam memahami variabel-variabel yang dipakai dalam penelitian (Al Qorni, Juliana, &
Firmansyah, 2020). Sedangkan kausalitas digunakan untuk mengetahui sebab-akibat di antara
variabel yang ada. Studi kausalitas untuk menguji apakah satu variabel dapat menyebabkan
variabel lainnya berubah atau tidak (Sekaran & Bougie, 2017).
Populasi dalam penelitian ini adalah e-commerce Sociolla di Provinsi Jawa Barat. Teknik
penarikan sampel yang digunakan yaitu non-probability sampling dimana, menurut Ferdinan
dalam Juliana, Faathir, & Sulthan (2019) bahwa elemen yang dipilih atas dasar availabilitasnya
atau karena pertimbangan peneliti bahwa mereka dapat mewakili populasi. Hal ini didasarkan
pada jumlah sampel yang tersebar luas dan belum diketahui jumlah pastinya. Sedangkan waktu
pelaksanaan pengumpulan data dilaksanakan pada bulan September 2022.
Instrumen atau alat ukur dalam penelitian ini menggunakan angket atau kuesioner.
Kuesioner penelitian menggunakan formulir online yang disebarkan melalui media sosial
seperti di beberapa grup WhatsApp serta media sosial Instagram. Analisis uji validitas dan
reabilitas menggunakan Statistical Product and Service Solution (SPSS) V.21 pada 30 sampel
untuk memastikan instrumen telah valid dan reabel (Karim, 2021)
Teknis analisis data menggunakan Partial Least Square-Structural Equation Modeling
(PLS-SEM). Teknis analasis PLS-SEM memiliki fungsi untuk mendesain model dan
menjustifikasi teori serta menjelaskan adanya hubungan antara laten variabel (Muflih &
Juliana, 2020). Adapun teknik penarikan sampel menggunakan rumus Jacob Cohen dalam
(Nazir, 2011) yang menghasilkan perhitungan 203,6 sampel yang di bulatkan menjadi 205
sampel konsumen. Kemudian alat yang digunakan untuk menganalisis data PLS-SEM adalah
SmartPLS 4.

DISKUSI

8
Penelitian ini mengumpulkan data dari 205 responden yaitu konsumen sociolla di Provinsi
Jawa barat. Profil responden secara rinci dijelaskan pada Tabel 1 di bawah ini.

Tabel 1 Deskripsi Profil Responden

Persentase
Variabel Keterangan Angka
(%)
Jenis Laki-laki 13 6
kelamin Perempuan 192 94
Y 127 62
Generasi
Z 78 38
SD/MI/Sederajat 0 0
SMP/MTs/Sederajat 0 0
SMA/MA/Sederajat 42 21
Pendidikan
D1/D2/D3 37 18
Terakhir
S1/D4 101 49
S2 23 11
S3 2 1
ASN/TNI/POLRI 4 2
Pegawai BUMN 1 1
Pegawai Swasta 63 31
Profesional 16 8
Pekerjaan
Wirausaha 7 3
Pelajar/Mahasiswa 93 45
Ibu Rumah Tangga 18 9
Lainya 3 2
Wilayah I 62 30
Wilayah II 77 38
Domisili
Wilayah III 30 15
Wilayah IV 36 18
0-Rp2.500.000 51 25
Rp2.500.000-
Pendapatan 120
Rp10.000.000 59
Rata-Rata Per
Rp10.000.000-
Bulan 27
Rp25.000.000 13
>Rp25.000.000 7 3
Masa Menjadi < 1 tahun 49 76
Konsumen > 1 tahun 24
156
Sociolla

Uji Validitas Outer Model


1. Validitas Konvergen (Convergent Validity)
Pengujian validitas konvergen atau convergent validity bertujuan untuk dapat memahami
korelasi antara variabel dan instrumen penelitian melalui estimasi outer loading dan AVE
(Average Variance Extract) (Muflih dan Juliana, 2020). Hair et al. (2017) mengemukakan
bahwa untuk penelitian tahap awal nilai loading 0,5-0,6 sudah dianggap cukup baik.
Tabel 2 Nilai Outer Loading
Loading
Variabel AVE Keterangan
Factor

9
Sales Promotion (X1)
Tingkat ketertarikan berbelanja di sociolla karena potongan harga yang
0.849 0.690 Valid
ditawarkan sangat beragam
Tingkat ketertarikan berbelanja di sociolla karena potongan harga yang Valid
ditawarkan sangat menarik 0.792
Tingkat ketertarikan berbelanja di sociolla karena voucher yang ditawarkan Valid
sangat menarik. 0.884
Tingkat ketertarikan berbelanja di sociolla karena price packs (paket harga) Valid
yang ditawarkan sangat beragam 0.776
Tingkat ketertarikan berbelanja di sociolla karena price packs (paket harga)
0.848 Valid
yang ditawarkan sangat menarik
Beauty Influence (X2)
Tingkat ketertarikan melihat rutinitas skincare beauty influencer sociolla.
0.651 0.575 Valid
Tingkat apresiasi attitude beauty influencer sociolla. Valid
0.808
Tingkat apresiasi kreatifitas beauty influencer sociolla
0.806 Valid
Tingkat ketertarikan mengikuti beauty influencer sociolla karena menyukai
0.734 Valid
dunia kecantikan
Tingkat ketertarikan mengikuti beauty influencer sociolla karena menyukai
0.780 Valid
kosmetik
Halal Awareness (X3)
Tingkat kesadaran produk kecantikan sociolla memiliki label halal Valid
0.663 0.521
Tingkat kesadaran memilih produk kecantikan sociolla yang berlabel halal
0.538 Valid
Tingkat pengetahuan produk kecantikan berlabel halal sudah sesuai syariat
0.566 Valid
islam.
Tingkat pengetahuan konsep halal terhadap produk kecantikan
0.807 Valid
Tingkat kesadaran memilih produk kecantikan yang berbahan baku
0.790 Valid
halal.
Tingkat kesadaran produk kecantikan berlabel halal itu baik dan aman Valid
0.795
Tingkat prioritas memilih produk kecantikan berlabel halal
0.827 Valid

Tingkat prioritas berbelanja produk kecantikan yang berlabel halal. Valid


0.724
Label Halal (M)
Tingkat kejelasan gambar label halal pada kemasan produk kecantikan Valid
0.732 0.512
Tingkat pengetahuan mengenai arti dari gambar label halal
0.629 Valid
Tingkat kejelasan tulisan label halal pada kemasan produk kecantikan
0.678 Valid
Tingkat pengetahuan mengenai arti dari tulisan label halal
0.809 Valid
Tingkat kejelasan gabungan gambar dan tulisan label halal pada kemasan
0.813 Valid
produk kecantiakan
Tingkat pengetahuan arti dari gabungan gambar dan tulisan label halal
0.606 Valid
Tingkat pentingnya pencantuman label halal pada kemasan produk
0.651 Valid
kecantikan
Tingkat keyakinan produk kecantikan berlabel halal itu baik dan aman Valid
0.773
Keputusan Pembelian (Y)
Tingkat kemudahan berbelanja di sociolla karena dapat memilih produk Valid
0.847 0.685
yang sesuai dengan jenis kulit

10
Tingkat ketertarikan berbelanja di sociolla karena produk bervariasi Valid
0.800
Tingkat ketertarikan berbelanja di sociolla karena pilihan merek beragam Valid
0.825
Tingkat ketertarikan berbelanja di sociolla karena berkerja sama dengan Valid
distributor resmi 0.806
Tingkat ketertarikan berbelanja di sociolla agar terhindar dari produk palsu Valid
dan ilegal 0.826
Tingkat ketertarikan berbelanja di sociolla karena desain menarik Valid
0.873
Tingkat keputusan berbelanja di sociolla karena kualitas produk Valid
0.841
Keputusan berbelanja di sociolla karena dapat memenuhi kebutuhan. Valid
0.791
Tingkat kepuasan berbelanja produk kecantikan di sociolla Valid
0.858
Tingkat rekomendasi berbelanja di sociolla kepada orang terdekat Valid
0.806

Berdasarkan Tabel 2 dapat dilihat bahwa nilai outer loading dan nilai AVE sudah memenuhi
ketentuan, sehingga indikator dalam penelitian ini valid. Maka dapat disimpulkan bahwa
seperangkat indikator dalam penelitian ini mewakili variabel laten dan variabel laten yang
mendasari dalam penelitian.
2. Composite Reability dan Cronbach’s Alpha
Pengujian ini dilakukan untuk mengukur konsistensi internal atau mengukur keandalan
model pengukuranilainya harus di atas 0,70. Namun jika nilainya 0.60 – 0.70 masih dapat
diterima untuk explanatory research (Hair et al., 2017).
Tabel 3 Nilai Composite Reability dan Cronbach's Alpha

Cronbach's Alpha Composite Reliability


SP 0.887 0.918
BI 0.813 0.870
HA 0.864 0.895
LH 0.862 0.892
KP 0.949 0.956
LH*SP 1.000 1.000
LH*BI 1.000 1.000
LH*HA 1.000 1.000

Berdasarkan Tabel 3, hasil pengolahan SmartPLS pada masing-masing variabel laten dalam
penelitian ini menunjukkan bahwa semua variabel dalam penelitian ini memiliki nilai
cronbach's alpha dan composite reliability lebih dari 0,7. Oleh karena itu, dapat disimpulkan
bahwa semua variabel laten dalam penelitian ini dikatakan reliabel dan model yang dibangun
memiliki tingkat reliabilitas yang sangat baik.

11
Gambar 1 Output Model Penelitian SEM-PLS

3. Pengujian Hipotesis (Resampling Bootstrap)


Pada bagian ini akan dilakukan pengujian hipotesis penelitian yang sudah dibuat
sebelumnya. Pada penelitian ini, untuk melakukan pengujian hipotesis menggunakan tingkat
signifikansi 5% sehingga nilai t-tabel yang digunakan adalah 1,96. Adapun kriteria penerimaan
atau penolakan hipotesis Ha diterima dan Ho ditolak menggunakan t-statistik yaitu apabila t-
statistik > 1,96 maka hipotesis diterima, begitu pun sebaliknya. Selanjutnya, untuk menolak
atau menerima hipotesis menggunakan probabilitas yaitu Ha di terima jika P- Values < 0,05.

Tabel 4 Hasil Uji Hipotesis


Original T- P-value
Sample statistik
SP -> KP 0.087 2.096 0.000
BI -> KP 0.251 5.667 0.009
HA -> KP 0.195 2.627 0.000
LH -> KP 0.440 6.655 0.036
LH*SP -> KP -0.023 0.918 0.359
LH*BI -> KP -0.078 1.690 0.091
LH*HA -> KP -0.030 0.631 0.528

DISKUSI
Berdasarkan hasil olah data yang dilakukan pada table 4 bahwa hubungan variabel sales
promotion terhadap variabel keputusan pembelian memiliki nilai t-statistik sebesar 2.096 ≥ 1,96
yang berarti pada uji hipotesis ini H0 ditolak dan Hα diterima. Adapun untuk nilai probabilitas
atau p-value menunjukkan bahwa variabel sales promotion terhadap variabel keputusan
pembelian memiliki nilai 0.00 < 0,05 yang berarti signifikan. Selain itu, diketahui nilai original

12
sample sebesar 0,087 atau menunjukkan arah positif, sehingga dapat disimpulkan variabel sales
promotion berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian.
Hasil pengujian ini menunjukkan bahwa semakin tinggi sales promotion yang diberikan
maka akan semakin tinggi pula keputusan pembelian produk kecantikan di sociolla. Hasil
penelitian ini didukung oleh teori Kotler & Keller (2017) yang menyebutkan bahwa sales
promotion adalah kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan untuk mempengaruhi konsumen
dengan meyakinkan untuk segera membeli produk/jasa yang ditawarkan pada saat itu juga.
Kegiatan yang dilakukan dalam kurun waktu sebentar ini dilakukan untuk meningkatkan omzet
penjualan. Media promosi yang dipakai yaitu berupa diskon, potongan harga, voucher,
melakukan demonstrasi dan memajang display dari barang/jasa.
Hasil penelitian ini didukung oleh teori dan beberapa penelitian terdahulu, beberapa di
antaranya penelitian (Kolifah, Maduwinarti, & Nasution, 2020; Wirakanda & Pardosi, 2020;
Astut, 2019; Arnold, Wolok, & Juanna, 2020; Yanurianto, 2019) di mana variabel sales
promotion berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian. Karena semakin
baik dan berkualitas produk yang ditawarkan kepada konsumen akan menciptakan kepuasan
konsumen. Di mana hal ini juga akan membuat perusahaan lebih kompetitif di pasar.
Sedangkan penelitian ini bertolak belakang dengan penelitian yang dilakukan oleh (Yuvita,
Wahab, & Sulastri, 2019; dan Oktaria, Kumadji, & Hidayat, 2015) menyatakan bahwa sales
promotion berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap keputusan pembelian.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa berdasarkan hasil temuan pada penelitian ini
yang dikaitkan dengan konsep teoritis yaitu teori bauran promosi serta didukung oleh hasil
empiris penelitian sebelumnya yaitu adanya pengaruh antara sales promotion dengan keputusan
pembelian, sehingga hasil dari penelitian ini sesuai dan mendukung beberapa hasil riset
sebelumnya.
Selanjutnya berdasarkan hasil olah data yang dilakukan pada table 4 menunjukkan bahwa
hubungan variabel beauty influencer terhadap variabel keputusan pembelian memiliki nilai t-
statistik sebesar 5.667 ≥ 1,96 yang berarti pada uji hipotesis ini H0 ditolak dan Hα diterima.
Adapun untuk nilai probabilitas atau p-value menunjukkan bahwa variabel beauty influencer
terhadap variabel keputusan pembelian memiliki nilai 0.09 < 0,05 yang berarti signifikan. Selain
itu, diketahui nilai original sample sebesar 0.251 atau menunjukkan arah positif, sehingga dapat
disimpulkan variabel beauty influencer berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan
pembelian.
Hasil pengujian ini menunjukkan bahwa semakin tinggi pengaruh beauty influencer maka
akan semakin tinggi pula keputusan pembelian produk kecantikan di sociolla. Hal ini sejalan
dengan penjelasan Savitri (2019), bahwa beauty influencer adalah seorang yang memiliki
kemampuan dalam mempengaruhi keputusan pembelian konsumen berdasarkan pengetahuan,
otoritas dan hubungan dengan audiensnya pada dunia kecantikan.
Hasil penelitian ini didukung oleh teori dan beberapa penelitian terdahulu beberapa di
antaranya penelitian (Thania dan Anggraini, 2021; Zukhrufani dan Zakiy, 2019; Bisri, 2022;
Zia, Zahra, dan Hayat, 2021; Syukur, 2020) di mana variabel beauty influencer berpengaruh
positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian. Karena semakin tinggi pengetahuan dan
keahlian beauty influencer dalam dunia kecantikan maka dapat mempengaruhi keputusan
pembelian konsumen dalam membeli produk kecantikan.
Sedangkan penelitian ini bertolak belakang dengan penelitian yang dilakukan oleh Siswandi
(2019) didapat bahwa beauty influencer memiliki pengaruh negatif terhadap keputusan
pembelian.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa berdasarkan hasil temuan pada penelitian ini
yang dikaitkan dengan konsep teoritis serta didukung oleh hasil empiris penelitian sebelumnya
yaitu adanya pengaruh antara beauty influencer dengan keputusan pembelian, sehingga hasil
dari penelitian ini sesuai dan mendukung beberapa hasil riset sebelumnya.

13
Kemudian, berdasarkan hasil olah data yang dilakukan pada table 4 menunjukkan bahwa
hubungan variabel halal awareness terhadap variabel keputusan pembelian memiliki nilai t-
statistik sebesar 2.627 ≥ 1,96 yang berarti pada uji hipotesis ini H0 ditolak dan Hα diterima.
Adapun untuk nilai probabilitas atau p-value menunjukkan bahwa variabel halal awareness
terhadap variabel keputusan pembelian memiliki nilai 0.00 < 0,05 yang berarti signifikan. Selain
itu, diketahui nilai original sample sebesar 0.195 atau menunjukkan arah positif, sehingga dapat
disimpulkan variabel halal awareness berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan
pembelian.
Hasil pengujian ini menunjukkan bahwa semakin tinggi pengaruh halal awareness maka
akan semakin tinggi pula keputusan pembelian produk kecantikan di sociolla. Hal ini sejalan
dengan penjelasan Pambudi (2018) bahwa kesadaran halal pemahaman seorang individu
mengenai konsep, prinsip dan proses halal sehingga menjadi lebih selektif dalam memilih
produk yang dikonsumsi.
Hasil penelitian ini didukung oleh teori dan beberapa penelitian terdahulu, beberapa di
antaranya penelitian (Saputra & Tresnati, 2020; Hapsari, Kusumaningrum, Aminah, &
Puspitasari, 2019; Rizky, 2020; Sholikhah, Fitri & Nahani, 2021; Khansa, 2019) di mana
variabel halal awareness berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian.
Karena semakin tinggi halal awareness maka semakin tinggi mempengaruhi keputusan
pembelian dalam membeli produk kecantikan.
Sedangkan penelitian ini bertolak belakang dengan penelitian yang dilakukan oleh (Aspan,
Sipayung, Muharrami, & Ritonga, 2017; Nursanti & Tielung, 2014; Munir M, Hidayat, Fakhry,
& Mu’tamar, 2019) yang didapat bahwa halal awareness memiliki pengaruh negatif terhadap
keputusan pembelian.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa berdasarkan hasil temuan pada penelitian ini
yang dikaitkan dengan konsep teoritis serta didukung oleh hasil empiris penelitian sebelumnya
yaitu adanya pengaruh antara halal awareness dengan keputusan pembelian, sehingga hasil dari
penelitian ini sesuai dan mendukung beberapa hasil riset sebelumnya.
Selanjutnya, pada Tabel 4 dapat dilihat bahwa variable label halal memiliki t-statistik sebesar
6.655 artinya lebih besar 1.96. Selain itu didapatkan nilai p-value sebesar 0,000 artinya label
halal memiliki pengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian produk kecantikan di
sociolla. Namun, untuk mengetahui efek moderasi yang ditimbulkan oleh variabel label halal
terhadap sales promotion dan keputusan pembelian dapat dilihat dari t-statistik sebesar 0.918
artinya lebih kecil dari 1.96 dan nilai p-value yang ada pada LH*SP -> Keputusan Pembelian
sebesar 0,359 yang berarti di atas nilai signifikansi 0,05 sehingga dapat dikatakan tidak
signifikan.
Kemudian jika dilihat dari data yang diolah menunjukkan bahwa hasil dari original sample
yaitu sebesar -0.023 yang artinya label halal memperlemah pengaruh sales promotion terhadap
keputusan pembelian.
Selanjutnya, akan dilakukan pengklasifikasian efek moderasi yang dihasilkan. Apabila nilai
p-values variabel moderasi tersebut signifikan terhadap variabel dependen dan efek variabel
moderasi terhadap variabel independen lainnya tidak signifikan, maka jenis efek moderasi yang
dihasilkan yaitu prediktor moderasi. Prediktor moderasi (predictor moderation) merupakan
variabel moderasi yang hanya berperan sebagai variabel prediktor (independen) dalam model
hubungan yang dibentuk (Solimun, 2011). Hal ini dapat diketahui pada nilai p-values efek
moderasi LH*SP -> KP yang lebih besar dari tingkat signifikansi 5% (0,05). Hal ini
membuktikan bahwa variabel label halal lebih cocok untuk dijadikan variabel independen.
Hasil penelitian ini selaras dengan yang dilakukan oleh Sitompul (2021) yang menyatakan
bahwa label halal berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap keputusan pembelian
kosmetik emina di Kota Medan. Hal tersebut karena kehalalan bagi generasi Y dan Z di
Kota Medan masih belum menjadi kewajiban dalam menentukan penilaian produk sebelum

14
membeli kosmetik yang di dukung oleh penelitian (Cahaya & Soimaturrohmah, 2021; dan
Azzumi & Samsumbar, 2021).
Namun, penelitian ini bertolak belakang dengan penelitian yang dilakukan oleh Muharromah
& Rahmatika (2020) bahwa penelitian terdapat pengaruh signifikan variabel label halal terhadap
keputusan pembelian produk kosmetik wardah santri Pondok Pesantren Jagad 'Alimussirry yang
didukung oleh penelitian (Aspan, Sipayung, Maharrami, & Ritinga, 2017).
Adapun hipotesisnya yaitu menolak Ha dan menerima H0, artinya variable label halal tidak
memoderasi sales promotion terhadap keputusan pembelian produk kecantikan di sociolla.
Selain itu, berdasarkan Tabel 4 dapat dilihat bahwa variable label halal memiliki t-statistik
sebesar 6.655 artinya lebih besar 1.96. Selain itu didapatkan nilai p-value sebesar 0,000 artinya
label halal memiliki pengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian produk kecantikan di
sociolla. Namun, untuk mengetahui efek moderasi yang ditimbulkan oleh variabel label halal
terhadap beauty inluencer dan keputusan pembelian dapat dilihat dari t-statistik sebesar 1.690
artinya lebih kecil dari 1.96 dan nilai p-value yang ada pada LH*BI -> KP sebesar 0,091 yang
berarti di atas nilai signifikansi 0,05 sehingga dapat dikatakan tidak signifikan.
Kemudian jika dilihat dari data yang diolah menunjukkan bahwa hasil dari original sample
yaitu sebesar -0.078 yang artinya label halal memperlemah pengaruh beauty inluencer terhadap
keputusan pembelian.
Selanjutnya, akan dilakukan pengklasifikasian efek moderasi yang dihasilkan. Apabila nilai
p-values variabel moderasi tersebut signifikan terhadap variabel dependen dan efek variabel
moderasi terhadap variabel independen lainnya tidak signifikan, maka jenis efek moderasi yang
dihasilkan yaitu prediktor moderasi. Prediktor moderasi (predictor moderation) merupakan
variabel moderasi yang hanya berperan sebagai variabel prediktor (independen) dalam model
hubungan yang dibentuk (Solimun, 2011). Hal ini dapat diketahui pada nilai p-values efek
moderasi LH*BI -> KP yang lebih besar dari tingkat signifikansi 5% (0,05). Hal ini
membuktikan bahwa variabel tingkat religiositas lebih cocok untuk dijadikan variabel
independen.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian (Cahaya dan Soimaturrohmah, 2021;
Desmayonda & Trenggana, 2019) yang menjelaskan bahwa label halal berpengaruh negatif dan
tidak signifikan terhadap keputusan pembelian. Menurut Prastiwi (2018) label halal tidak dapat
mempengaruhi keputusan pembelian karena kurangnya informasi dan pemahaman konsumen
terkait produk yang terdapat label halal.
Namun penelitian ini bertolak belakang dengan hasil penelitian Sahir, Rahmadhani dan
Tarigan (2016) yang menunjukkan bahwa variable label halal berpengaruh positif dan signifikan
terhadap keputusan pembelian.
Adapun hipotesisnya yaitu menolak Ha dan menerima H0, artinya variable label halal tidak
memoderasi beauty inluencer terhadap keputusan pembelian produk kecantikan di sociolla.
Berdasarkan Tabel 4 dapat dilihat bahwa variable label halal memiliki t-statistik sebesar
6.655 artinya lebih besar 1.96. Selain itu didapatkan nilai p-value sebesar 0,000 artinya label
halal memiliki pengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian produk kecantikan di
sociolla. Namun, untuk mengetahui efek moderasi yang ditimbulkan oleh variabel label halal
terhadap halal awareness dan keputusan pembelian dapat dilihat dari t-statistik sebesar 0.631
artinya lebih kecil dari 1.96 dan nilai p-value yang ada pada LH*HA -> KP sebesar 0.528 yang
berarti di atas nilai signifikansi 0,05 sehingga dapat dikatakan tidak signifikan.
Kemudian jika dilihat dari data yang diolah menunjukkan bahwa hasil dari original sample
yaitu sebesar -0.030 yang artinya label halal memperlemah pengaruh halal awareness terhadap
keputusan pembelian.
Selanjutnya, akan dilakukan pengklasifikasian efek moderasi yang dihasilkan. Apabila nilai
p-values variabel moderasi tersebut signifikan terhadap variabel dependen dan efek variabel
moderasi terhadap variabel independen lainnya tidak signifikan, maka jenis efek moderasi yang

15
dihasilkan yaitu prediktor moderasi. Prediktor moderasi (predictor moderation) merupakan
variabel moderasi yang hanya berperan sebagai variabel prediktor (independen) dalam model
hubungan yang dibentuk (Solimun, 2011). Hal ini dapat diketahui pada nilai p-values efek
moderasi LH*HA -> KP yang lebih besar dari tingkat signifikansi 5% (0,05). Hal ini
membuktikan bahwa variabel label halal lebih cocok untuk dijadikan variabel independen.
Hal penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh (Azzumi & Samsumbar,
2021; Sitompul, 2021), menjelaskan bahwa label halal berpengaruh negatif dan tidak signifikan
terhadap keputusan pembelian.
Namun penelitian ini bertolak belakang dengan penelitain yang dilakukan oleh Wulandari
(2021) bahwa label halal berpengaruh secara positif dan signifikan dalam mempengaruhi
keputusan konsumen indomie untuk membeli produk indofood di Sidoarjo yang didukung oleh
penelitian Muharromah dan Rahmatika (2020).
Adapun hipotesisnya yaitu menolak Ha dan menerima H0, artinya variable label halal tidak
memoderasi halal awareness terhadap keputusan pembelian produk kecantikan di sociolla.

KESIMPULAN

Setelah melakukan berbagai pengujian, tahap terakhir adalah menyimpulkan hasil


penelitian dan pembahasan di atas menjadi beberapa poin sesuai dengan pertanyaan penelitian
yang ada, di antaranya:
1. Keputusan pembelian produk kecantikan di sociolla berada pada kategori tinggi. Variabel
sales promotion, beauty influencer, dan halal awareness. Selain itu, label halal berada
pada kategori tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa keputusan pembelian produk kecantikan
di sociolla sangat baik.
2. Sales promotion berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian produk
kecantikan di sociolla. Hal ini menunjukkan, kuatnya ketertarikan konsumen terhadap
sales promotion, yang memperkuat kecenderungan untuk melakukan keputusan
pembelian.
3. Beauty influencer berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian
produk kecantikan di sociolla. Hal ini menunjukkan, kuatnya pengaruh beauty influencer
terhadap konsumen, memperkuat kecenderungan untuk melakukan keputusan pembelian
4. Halal awarenenss berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian
produk kecantikan di sociolla. Hal ini menunjukkan, kuatnya pengaruh halal awareness
terhadap konsumen, memperkuat kecenderunagan untuk melakukan keputusan
pembelian.
5. Halal product knowledge tidak memoderasi pengaruh sales promotion terhadap keputusan
pembelian produk kecantikan di sociolla. Hal ini disebabkan karena variable halal product
knowledge merupakan variabel yang berperan sebagai variabel prediktor moderasi,
dimana variabel ini hanya berperan sebagai variabel prediktor (independen) dalam model
hubungan yang dibentuk. Sehingga variabel halal product knowledge tidak cukup untuk
memperkuat hubungan antara sales promotion terhadap keputusan pembelian produk
kecantikan di sociolla.
6. Halal product knowledge tidak memoderasi pengaruh beauty influencer terhadap
keputusan pembelian produk kecantikan di sociolla. Hal ini disebabkan karena variable
halal product knowledge merupakan variabel yang berperan sebagai variabel prediktor
moderasi, dimana variabel ini hanya berperan sebagai variabel prediktor (independen)
dalam model hubungan yang dibentuk. Sehingga variabel halal product knowledge tidak
cukup untuk memperkuat hubungan antara beauty influencer terhadap keputusan
pembelian produk kecantikan di sociolla.

16
7. Halal product knowledge tidak memoderasi pengaruh halal awareness terhadap
keputusan pembelian produk kecantikan di sociolla. Hal ini disebabkan karena variable
halal product knowledge merupakan variabel yang berperan sebagai variabel prediktor
moderasi, dimana variabel ini hanya berperan sebagai variabel prediktor (independen)
dalam model hubungan yang dibentuk. Sehingga variabel halal product knowledge tidak
cukup untuk memperkuat hubungan antara halal awareness terhadap keputusan
pembelian produk kecantikan di sociolla.
IMPLIKASI
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dijabarkan, implikasi dari penelitian ini terbagi
menjadi dua yaitu implikasi teoritis dan implikasi praktis. Implikasi dari penelitian ini adalah:
1. Secara teoritis, hasil penelitian ini sesuai dengan teori dan mendukung riset lain yang
sudah ada dimana sales promotion, beauty influencer, halal awareness dan label halal
berpengaruh postif dan signifikan terhadap keputusan pembelian. Sehingga memperkuat
teori yang sudah ada. Sedangkan label halal tidak memoderasi pengaruh sales promotion,
beauty influencer dan halal awareness terhadap keputusan pembelian. Hal ini disebabkan
karena variable label halal merupakan varibel predictor moderasi dimana variable ini
hanya berperan sebagai variable predictor (independen) dalam model hubungan yang
dibentuk. Sehingga variable label halal tidak cukup memperkuat hubungan pengaruh sales
promotion, beauty influencer dan halal awareness terhadap keputusan pembelian.
2. Secara praktis, berdasarkan pada hasil penelitian di atas bahwa sales promotion, beauty
influencer, halal awareness dan label halal berperan penting dalam menentukan keputusan
pembelian produk kecantikan di sociolla. Oleh karena itu, sociolla perlu melakukan upaya-
upaya untuk meningkatkan keputusan pembelian. Upaya yang dapat dilakukan sociolla
adalah:
a. Melakukan upaya dengan memperbanyak memberikan diskon, potongan harga,
voucher dan price packs terhadap produk yang best seller serta menyebarkan sales
promotion di media social karena generasi Y dan Z adalah generasi yang aktif
menggunakan media sosial, sehingga meningkatkan keputusan pembelian produk
kecantikan di sociolla.
b. Kemudian, melakukan upaya memanfaatkan peran beauty influencer secara
maksimal. Sociolla dapat bekerja sama dengan beauty influencer seperti melakukan
endorsement dan menjadikan beauty influencer ternama sebagai brand ambasador,
mengingat banyaknya konsumen yang mencari tahu infomasi dan review tentang
produk kecantikan sociolla melalui akun Instagram dan youtube para beauty
influencer.
c. Selain itu, melakukan upaya untuk mengedukasi, sosialisasi, dan monitoring kepada
masyarakat dalam rangka membangun kesadaran halal sehingga meningkatkan
keputusan pembelian serta menjadikan halal lifestyle berkembang di Indonesia.
d. Terakhir, melakukan upaya dengan memperbanyak produk kecantikan yang
mempertahankan konsep halal dan mencantumkan label halal pada kemasan produk.
Selain itu senantiasa melakukan inovasi terus menerus terhadap produk kecantikan
halal.

Keterbatasan dan Penelitian Lebih Lanjut


Variabel penelitian terbatas, yang mana hanya terdapat beberapa variabel saja seperti
variabel sales promotion, beauty influencer, halal awareness, label halal, dan keputusan
pembelian. Selain itu, lingkup wilayah penelitian hanya di Provinsi Jawa Barat saja. Maka
untuk peneliti selanjutnya diharapkan untuk mengkaji juga daerah lain secara lebih luas agar
gambaran mengenai keputusan pembelian produk kecantikan di sociolla lebih beragam.

17
REFERENSI

Ahmadi, A. P. (2021). Pengaruh Consumer Ethnocentrism, Brand Image dan Product Knowledge
terhadap Keputusan Pembelian Produk Buatan Indonesia. Jurnal Bisnis, Manajemen dan
Keuangan, 2(2), 357-389.
Ahmed , W. (2018). Consumer behaviour towards willingness to pay for Halal products: an
assessment of demand of Halal certifikation in a Muslim country. British Food Journal, 492-
504.
Al Qorni, G. F., Juliana, & Firmansyah. (2020). Sharia Property Purchase Decisoin Without Bank:
Analysis of The Influence of Price Factors, Environment and Religiosity. Jurnal Ekonomika
dan Bisnis Islam, 3(3), 234-245.
Alessandrina, D. (2022). Inventure-Alvara: Efek Glowing Jadi Tren Kecantikan Selama Pandemi.
Retrieved from Maeketeers.com: https://www.marketeers.com/inventure-alvara-efek-
glowing-jadi-tren-kecantikan-selama-pandemi/
Alessandrina, D. (2022). Inventure-Alvara: Efek Glowing Jadi Tren Kecantikan Selama Pandemi.
Retrieved from Marketeers.com: https://www.marketeers.com/inventure-alvara-efek-glowing-
jadi-tren-kecantikan-selama-pandemi/
Ananda, A. F., & Wandebori, H. (2016). The Impact of Drugstore Makeup Product Reviews by
Beauty Vlogger on Youtube Towards Purchase Intention by Undergraduate Students In
Indonesia. International Conference on Ethics of Business, Economics, and Social Science.
Andriani, L., & Ma'ruf. (2020). Pengaruh Islamic Religiosity dan Halal Product Knowledge terhadap
Purchase Intention Kosmetik Halal Dimediasi oleh Attitude terhadap Produk Halal di
Indonesia. aAl-Muzara'ah, 8(1), 57-72. doi:https://doi.org/10.29244/jam.8.1.57-72
Annur, C. M. (2022). Ada 204,7 Juta Pengguna Internet di Indonesia Awal 2022. Retrieved from
Databoks.katadata.co.id: https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2022/03/23/ada-2047-
juta-pengguna-internet-di-indonesia-awal-
2022#:~:text=Menurut%20laporan%20We%20Are%20Social,tercatat%20sebanyak%20202%
2C6%20juta.
Arief, A. M. (2022, Januari). Asosiasi Sebut 85% Kosmetik yang Beredar di RI Kategori Barang
Ilegal. Retrieved from Katadata.co.id:
https://katadata.co.id/maesaroh/berita/61ee824b03717/asosiasi-sebut-85-kosmetik-yang-
beredar-di-ri-kategori-barang-ilegal
Arnold, M. D., Wolok, T., & Juanna, A. (2020). PENGARUH SALES PROMOTION TERHADAP
KEPUTUSAN PEMBELIAN (STUDI KASUS PADA MITRA ELEKTRONOK
SUPERSTORE KOTA GORONTALO). Jurnal Ilmiah Manajemen dan Bisnis.
Aspan, H., Sipayung, I. M., Maharrami, A. P., & Ritinga, H. M. (2017). The Effect of Halal Label,
Halal Awareness, Product Price, and Brand Image to the Purchasing DeCision on Cosmetic
Products (Case Study of Sari Ayu Martha Tilaar in Binjai City). International Journal of
Global Sustainability.
Aspan, H., Sipayung, I. M., Muharrami, A. P., & Ritonga, H. M. (2017). The Effect of Halal Label,
Halal Awarness, Product Price, and Brand Image to the Purchasing Decision on Cosmetic
Products (Case Study on Consumers of Sari Ayu Martha Tilaar in Binjai City) . International
Journal of Global Sustainability.

18
Aulia, A. N. (2018). Pengaruh Pengetahuan Produk Halal, Religiusitas dan Halal Awareness terhadap
Keputusan Pembelian Produk Pangan Kemasan Berlabel Halal. 1-8. Retrieved from
http://eprints.ums.ac.id/id/eprint/60067
Azam, A. (2015). Investigasi dimensi psikologis kepercayaan pada e-loyalitas: kasus Saudi
Konsumen Arab. Jurnal Pemasaran Islami, 6(2).
Aziz, Y. A., & Chok, N. V. (2013). The Role of Halal Awareness, Halal Certification, and Marketing
Components in Determining Halal Purchase Intention Among Non-Muslims in Malaysia: a
Structural Equation Modeling Approach. The Role of Halal Awareness, Halal Certification,
and Marketing Components in DetermininJournal of International Food and Agribusiness
Marketing.
Bashir, A. M. (2019). Effect of Halal Awareness, Halal Logo and Atittude on Foreign Consumer
Purchase Intention. British Food Journal, 121(9), 1998-2015.
Bibit.id. (2020). Brand Kecantikan Apa Saja Yang Ada Di Sociolla? Retrieved from Artikel.bibit.id:
https://artikel.bibit.id/lifestyle1/brand-kecantikan-apa-saja-yang-ada-di-sociolla
Burhanuddin. (2011). Pemikiran Hukum Perlidungan Konsumen dan Sertifikasi Halal. Malang: UIN-
MALIKI-PRESS.
Cysara, F. A. (2015). Perilaku Konsumen Indikator Keputusan Pembelian.
Evelina, L. W., & Handayani, F. (2018). Penggunaan Digital Influencer dalam Promosi Produk (Studi
Kasus Akun Instagram @bylizzieparra). Warta ISKI.
Ferdinand, A. (2014). Metode Penelitian Manajemen. Semarang: Badan Penerbit Universitas
Diponogoro.
Hapsari, A. B., & Sukardani, P. S. (2018). Representasi Konsep Kecantikan Perempuan Di Era
Millennials Melalui Beauty Influencer Pada Media Sosial Instagram (Analisis Semiotika
Roland Barthes Pada Akun Instagram @Sarahayuh_, @Abellyc, dan @Rachgoddard). Jurnal
Mahasiswa Unesa.
Herman, M. P. (2017). Manajemen Pemasaran. Yogyakarta: Cakra Ilmu.
Hermawan, A. (2012). Komunikasi Pemasaran. Jakarta: Erlangga.
Irrubai, M. L. (2015, Juni). STRATEGI LABELING, PACKAGING DAN MARKETING PRODUK
HASIL INDUSTRI RUMAH TANGGA DI KELURAHAN MONJOK KECAMATAN
SELAPARANG KOTA MATARAM NUSA TENGGARA BARAT. Journal UIN Mataram,
6(1).
Izzuddin, A. (2018). PENGARUH LABEL HALAL, KESADARAN HALAL DAN BAHAN
MAKANAN TERHADAP MINAT BELI MAKANAN KULINER JEMBER. Prosiding 4th
Seminar Nasional dan Call for Papers, 287-294.
Juliana, Faathir, M., & Sulthan, M. A. (2019). Implementasi Etika Bisnis Islam Pelaku Usaha Mikro:
Studi Kasus Pada Pelaku Usaha Mikro Syariah Puspa Bank Indonesia Wilayah Jawa Barat Di
Bandung Tahun 2017. Strategic, 19(1).
Kamilah, G., & Wahyuati, A. (2017). Pengaruh Labelisasi Halal dan Brand Image Terhadap
Keputusan Pembelian Melalui Minat Beli. Jurna Ilmu dan Riset Manajeman (JIRM), 6(2).
Kemenperin.gi.id. (2020). Dampak Pandemi, Transaksi Belanja Online Produk Kosmetik Naik 80%.
Retrieved from Kementrian Perindustrian Republik Indonesia:

19
https://kemenperin.go.id/artikel/22137/Dampak-Pandemi,-Transaksi-Belanja-Online-Produk-
Kosmetik-Naik-80
Kennedy, P. P., Juliana, J., & Utami, S. A. (2020). EFEKTIVITAS PENYALURAN PEMBIAYAAN
KPR SYARIAH BERSUBSIDI PADA PT BANK BTN SYARIAH CIREBON. Ekspansi:
Jurnal Ekonomi, Keuangan, Perbankan dan Akuntansi, 209-223.
KNKS.go.id. (2018). Masterplan Ekonomi Syariah Indonesia 2019-2024. Jakarta: knks.go.id.
Retrieved from https://knks.go.id/storage/upload/1573459280-
Masterplan%20Eksyar_Preview.pdf
Kompas.com. (2021). Di Tengah Pandemi, Transaksi Sociolla Meningkat 50 persen. Retrieved from
Kompas: https://money.kompas.com/read/2021/03/27/172000726/di-tengah-pandemi-
transaksi-sociolla-meningkat-50-persen
Kotler, & Amstrong. (2012). Prinsip-prinsip Pemasaran Edisi 14. Jakarta: Erlangga.
Kotler, & Keller. (2015). Manajemen Pemasaran, Edisi Bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga.
Kotler, P., & Armstrong, G. (2017). Pemasaran, Edisi pertama. Jakarta: Salemba Empat.
Kotler, P., & Keller , H. A. (2016). Marketing Management Edisi 15. Jakarta: Erlangga.
Kotler, P., & Keller, K. (2017). Marketing Mangement. 14th ed. New Jersey: Prentince Hall.
Kotler, P., & Keller, K. L. (2016). Marketing Management 15th Edition. Pearson Education.
Mashitoh, A. S., & Alina, N. R. (2013). Perception toward Halal awarenessand its correlation with
halal certification among Muslims. Middle-East Journal of Scientific Research, 1-4.
Maskur. (2022). MENCERMATI PERUBAHAN PERILAKU BELANJA ONLINE PASCAPANDEMI.
Retrieved from Bisnis Indonesia: https://bisnisindonesia.id/article/mencermati-perubahan-
perilaku-belanja-online-pascapandemi
Merdeka. (2019). 30 Persen Produk Kecantikan di Sociolla Milik Anak Bangsa. Retrieved from
Merdeka.com: https://www.merdeka.com/uang/30-persen-produk-kecantikan-di-sociolla-
milik-anak-bangsa.html
Monoarfa, H., Juliana, J., & Setiawan , R. (2021). The influences of Islamic retail mix approach on
purchase decisions. Journal of Islamic Marketing.
Muflih, M., & Juliana, J. (2020). Halal-labeled Food Shoping Behaviour: The Role of Spirituality,
Image, Trust and Satisfaction. Journal of Islamic Marketing.
Muharromah, G. L., & Rahmatika, R. (2020). The Effect of Halal Labels on Purchasing Decisions for
Wardah Cosmetics of Students Islamic Building School of Jagad 'Alimussirry. Journal
Intellectual Sufism Research (JISR), 83-86.
Mulati, E., & Utomo, B. (2021). Analisis Faktor-Faktor yang Berpengaruh pada Keputusan Pembelian
Produk Kosmetik Halal. Jurnal Ilmu Ekonomi, Manajemen dan Akuntansi, 10(2), 51-65.
doi:https://doi.org/10.33319/jeko.v10i2.89
Mutiara, I., & Syahputra. (2018). Pengaruh Pengetahuan Produk dan Produk Halal terhadap
Keputusan Pembelian pada Produk Kecantikan Korea. Jurnal Indonesia Membangun, 17(2),
148-160.

20
Naftali, D., & Rusdi, F. (2021). Hubungan Motif Penggunaan Informasi dalam Beauty Journal dengan
Kepuasan Pengunjung Website Sociolla.com (Survei Terhadap Perempuan Pengguna Situs
Sociolla.com). Prologia.
Nana. (2022). Industri Kecantikan Tumbuh Pesat Berkat Platform Digital. Retrieved from
Investoer.id: https://investor.id/business/309488/industri-kecantikan-tumbuh-pesat-berkat-
platform-digital
Nazir, M. (2011). Metode Penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia.
Nofalia, I. (2019). Mengenal Sociolla, E-Commerce Kecantikan Terbaik di Indonesia. Retrieved from
Finansialku.com: https://www.finansialku.com/sociolla/
Novianti, N. (2021). Pengaruh Halal Awareness, Pendapatan, dan Harga Terhadap Keputusan
Pembelian Makanan Halal MUI (Studi Pada Milenial Muslim di Kota Malang).
Nurcahyo, A., & Hudrasyah, H. (2017). The Influence Of Halal Awareness, Halal Certification, and
Personal Societal Perception Toward Purhcase Intention: A Study Of Instant Noodle
Consumption of College Student In Bandung. Journal of Business and Management, 6(1), 21-
31.
Octabella, D. D. (2021). REVIEW BEAUTY INFLUENCER DALAM PENGAMBILAN
KEPUTUSAN KONSUMEN TERHADAP PEMILIHAN PRODUK KOSMETIK
KECANTIKAN DI SURABAYA. e-journal.
Oktaviani, K. (2017). Influencer VS Selebriti, Siapa yang Lebih Berpengaruh Sekarang? Retrieved
from Wolipop: https://wolipop.detik.com/makeup-and-skincare/d-3745250/influencer-vs-
selebriti-siapa-yang-lebih-berpengaruh-sekarang
Pambudi, B. G. (2018). Pengaruh Kesadaran Halal dan Sertifikasi Halal terhadap Minat Beli Produk
Mie Instan.
Pambudi, B. G. (2018). Pengaruh Kesadaran Halal Dan Sertifikasi Halal Terhadap nat Beli Produk
Mie Instan (Studi pada Pemuda Muslim Bandar lampung). Universitas Lampung
Bandarlampung.
Pasha, A. R. (2021). Hindari Produk Palsu, Ini Tips Memilih Skin Care dan Kosmetik yang Asli dan
BPOM. Retrieved from Cermati.com: https://www.cermati.com/artikel/hindari-produk-palsu-
ini-tips-memilih-skin-care-dan-kosmetik-yang-asli-dan-bpom
Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1999 Tentang Label. (1999).
Prastiwi, Y. N. (2018). Pengaruh Label Halal Dan Citra Merek Terhadap Perilaku Pembelian
Kosmetik Sari Ayu dengan Religiusitas Sebagai Variabel Moderating.
Rizky, R. N. (2020). PENGARUH HARGA, PENDAPATAN, DAN HALAL AWARENESS
TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN PRODUK KOSMETIK IMPOR PADA
KONSUMEN PENGGUNA E-COMMERCE SOCIOLLA.
Sahir, S. H., Ramadhani, A., & Tarigan, E. D. (2016). Pengaruh Gaya Hidup, Label Halal dan Harga
Terhadap Keputusan Pembelian Kosmetik Wardah pada Mahasiswa Program Studi
Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Medan Area Medan. Jurnal Konsep Bisnis dan
Manajemen.
Savitri, A. (2019). Menggali Pundi-Pundi Lewat Tren Sosial Media. Yogyakarta: Charissa.

21
Sekaran, U., & Bougie, R. (2017). Metode Penelitian untuk Bisnis: Pendekatan Pengembangan-
Keahlian. Jakarta: Salemba Empat.
Setyanto, E. I., & Sunarti. (2017). Pengaruh Atribut Produk Terhadap Keputusan Pembelian (Survei
Pembeli Apple IPhone Pada Mahasiswa/Mahasiswi S1 Fakultas Ilmu Administrasi Program
Studi Ilmu Administrasi Bisnis Angkatan 2013/2014 Universitas Brawijaya Malang). Jurnal
Administrasi Bisnis S1 Universitas Brawijaya, 19-27.
Shaari, J. A., & Shahira, N. M. (2010). Dimension of halal purchase intention: A preliminary study.
International Review of Business Research Papers, 444-456.
Siswandi, R. A. (2019). Pengaruh Celebrity Endorser , Korean Wave , Brand Image , Word Of Mouth
Terhadap Keputusan Pembelian. Jurnal Ilmu dan Riset Manajemen.
Sitompul, S. (2021). Pengaruh Pengetahuan Label Halal dan Kesadaran Merek Terhadap Keputusan
Pembelian Kosmetik Melalui Rekomendasi Kelompok Sebagai Variabel Moderating. Shar-E:
Jurnal Kajian Ekonomi Hukum Syariah.
Slamet. (2021). Pengguna Internet di Indonesia. Retrieved from Kompas.id:
https://kompaspedia.kompas.id/baca/infografik/peta-tematik/pengguna-internet-di-indonesia
Stobbelaar, D. J. (2007). Adolescents’ attitudes towards organic food: a survey of 15- to 16-year old
school children. International Journal of Consumer Studies. International Journal of
Consumer Studies, 349-356.
Tempo.co. (2020). Belanja Online Saat Pandemi, 3 Kategori Produk Ini Paling Diminati. Retrieved
from Bisnis.tempo.co: https://bisnis.tempo.co/read/1377415/belanja-online-saat-pandemi-3-
kategori-produk-ini-paling-diminati/full&view=ok
Terence, S. (2003). Periklanan Promosi. Jakarta: Erlangga.
Tuten, T. L. (2008). Advertising 2.0: Social Media Marketing in a Web 2.0 World. Greenwood
Publishing Group.
Uli. (2021). Konsumen Belanja Online RI Melonjak 88 Persen pada 2021. Retrieved from
cnnindonesia.com: https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20211229141536-92-
740093/konsumen-belanja-online-ri-melonjak-88-persen-pada-
2021#:~:text=Jakarta%2C%20CNN%20Indonesia%20%2D%2D,yang%20hanya%2017%20j
uta%20orang.
Utami. (2010). Manajemen Ritel: Strategi dan Implementasi Operasional Bisnis Ritel Modern di
Indonesia 7 ed. Jakarta: Salemba Empat.
Vristiyana, V. M. (2019). Pengaruh Religiusitas dan Pengetahuan Produk Halal Terhadap Penilaian
Produk Halal dan Minat Pembelian Produk Halal. 85-100.
wartaekonomi.co.id. (2021). Kisah Startup: Sociolla, Transaksi Naik 50% di Tengah Pandemi
Corona. Retrieved from wartaekonomi.co.id: Kisah Startup: Sociolla, Transaksi Naik 50% di
Tengah Pandemi Corona
Widyaningrum, P. W. (2016). Pengaruh Label Halal dan Celebrity Endorser Terhadap Keputusan
Pembelian (Survei pada Konsumen Wardah di Ponogoro). Jurnal Ekonomi Syariah
Indonesia, 83-98.
Widyanto, H. A., & Agusti, C. R. (2020). Beauty influencer in the digital age: How does it influence
purchase intention of generation Z? Jurnal Manajemen Dan Pemasaran Jasa, 13(1).

22
Wiedmann, K. P., & Mettenhein, W. V. (2020). Attractive, Trustworthiness and Expertise - Soscial
Influencers' Winning Formula? Journal of Product & Brand Management.
Wulan. (2022). Tren Belanja Skincare Konsumen Sociolla, Utamakan Keaslian Produk. Retrieved
from cerdasbelanja.com: https://cerdasbelanja.grid.id/read/523489984/tren-belanja-skincare-
konsumen-sociolla-utamakan-keaslian-produk?page=all
Yuliastuti, D. (2022). Prospek Industri Kosmetik Kian Cantik di 2022. Retrieved from
Fortuneidn.com: https://www.fortuneidn.com/business/desy/prospek-industri-kosmetik-kian-
cantik-di-2022
Yuswohady. (2015). Marketing to the Middle Class Muslim- Kenali Perubahannya, Pahami
Perilakunya. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Zukhrufani, A., & Zakiy, M. (2019). The Effect of Beauty Influencer, Lifestyle, Brand Image and
Halal Labelixation Toward Halal Cosmetikal Purchasing Desicions. Jurnal Ekonomi dan
Bisnis Islam.

23

Anda mungkin juga menyukai