Anda di halaman 1dari 50

MERAJUT JARINGAN BISNIS: MENGGANDENG INVESTOR DAN

PERMODALAN DALAM BISNIS

diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Bisnis Islam yang
diampu oleh Dr. Juliana, S.Pd., M.E.Sy. dan Dr. Hilda Monosrfa, SE., M.Si.

MAKALAH

Disusun Oleh:

Kelompok 8

Adelia Puspa 1802060


Afifah Astari N 1800919
Ajeng Pramesti 1800418
Aliya Ahya Shakina 1806799
Malik Fajar Ardiansyah 1905266
Muh.Miftahul Alam 1803813
Yessi Nur Fitri Aisyah 1800015

PROGRAM STUDI ILMU EKONOMI DAN KEUANGAN ISLAM


FAKULTAS PENDIDIKAN EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
2020
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh


Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah subhana wa ta’ala,
karena dengan rahmat dan hidayah-Nya, kami sebagai penyusun dapat
menyelesaikan pembuatan makalah sederhana ini dengan baik dan sesuai
harapan walaupun masih banyak kekurangan baik dari segi bahasa maupun
teknik penulisannya. Tak lupa, sholawat serta salam semoga senantiasa
tercurah kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa salam beserta
keluarganya, para shahabat, dan para pengikutnya.
Penulisan makalah sederhana ini dilakukan untuk memenuhi salah satu
tugas mata kuliah Bisnis Islam ini yang berjudul “Merajut Jaringan Bisnis:
Menggandeng Investor Dan Permodalan Dalam Bisnis” yang di bimbing oleh
bapak Dr.Juliana, S.Pd., M.E.Sy. dan Dr. Hilda Monosrfa, SE., M.Si
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini banyak kekurangan,
kesalahan dan masih jauh dari kata sempurna. Untuk itu, penulis
mengharapkan kritik serta saran yang membangun dari pembaca makalah
supaya makalah ini menjadi lebih baik lagi.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Bandung, Desember 2020

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................................1
1.1 Latar Belakang Masalah........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................................3
1.3 Tujuan Masalah............................................................................................................4
1.4 Metode Penulisan..........................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................................5
2.1 Konsep Sumber Permodalan dalam Bisnis (PMDN dan PMA)..........................5
2.1.1 Pengertian Penanaman Modal..............................................................................5
2.1.2 Sumber Penanaman Modal...................................................................................6
2.1.3 Pengertian Penanaman Modal Asing (PMA).......................................................8
2.2 Merancang Permodalan Dalam Bisnis..................................................................9
2.3 Analisis Pasar Untuk Mengidentifikasi Peluang Bisnis.....................................11
2.4 Peluang Bisnis Islam di Indonesia.......................................................................15
2.5 Jaringan Teknologi Finansial Sebagai Sumber Permodalan Untuk Peluang
Bisnis ................................................................................................................................19
2.6 Faktor-Faktor Memengaruhi Keputusan Investasi............................................24
2.7 Meraih Kesuksesan Dalam Berbisnis..................................................................28
BAB III PENUTUP...............................................................................................................35
3.1 Kesimpulan............................................................................................................35
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................36

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Kehidupan membutuhkan kebijakan ekonomi dimana kebijakan


ekonomi ada untuk menciptakan kemakmuran. Salah satu kegiatan ekonomi
yaitu bisnis, dimana kegiatan bisnis menjadi salah satu sarana untuk
mendapatkan peluang. Peluang keuntungan dapat dimanfaatkan untuk
memenuhi biaya hidup sehingga dapat terwujudnya kemakmuran.

Bisnis merupakan kegiatan yang tak pernah lepas dari kehidupan


manusia sepanjang masa. Perannya dalam pembangunan suatu bangsa
sangatlah besar, terutama pembangunan ekonomi. Bisnis dapat
melancarkan proses produksi, distribusi dan konsumsi. Hal ini tentu akan
berpengaruh pada berkurangnya jumlah pengangguran yang pada
akhirnya akan meningkatkan pendapatan masyarakat sehingga secara
tidak langsung dapat meminimalisir ketergantungan pada bangsa lain dan
mempertangguh ketahanan nasional.1

Sangat pesatnya perkembangan teknologi informasi merupakan hal


yang tidak terbayangkan sebelumnya, khususnya internet. Saat ini hampir
semua orang dimana pun berada dapat mengakses internet dengan berbagai
perangkat yang semakin canggih. Hal ini berdampak pada kemudahan
mendapatkan berbagai informasi. Segala informasi dapat diakses secara
mudah hanya dengan sekali klik via internet.2

Dalam konteks bisnis, internet membawa dampak trans formal yang


menciptakan paradigma baru dalam bisnis. Internet memiliki beberapa daya
tarik keungulan bagi para konsumen maupun organisasi. Internet juga
1
Buchari Alma. (2002). Kewirausahaa. (Bandung: Alfabeta) Cet-Ke1, hal. 2
2
Ayu Lestari & Aditya Dwi Prastya. (2014). Bisnis Online Syariah. (Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama). Hal 1

1
2

merupakan media elektronik mutakhir yang menunjang E-commerce.


Internet memberikan banyak kemudahan dalam melakukan proses
pemasaran.

Perdagangan secara elektronik menawarkan kepada perusahaan


keuntungan jangka pendek dan jangka panjang. Para investor tidak hanya
membuka pasar baru bagi produk atau jasa yang ditawarkan, mencapai
konsumen baru, tetapi dia juga mempermudah cara perusahaan melakukan
bisnis.3

Tidak hanya itu dalam hal permasalah permodalan bisnis pun menjadi
polemik untuk para investor. Beberapa permasalahan bisnis dalam
melakukan kegiatan usaha seringkali menjadi batu sandungan, antara lain:
Permodalan, distribusi barang, perizinan, pembukuan yang masih manual,
pemasaran, produk, harga, sumber daya manusia, promosi serta hal lainnya
yang sering menghambat proses kegiatan usaha.

Beberapa hal diperkuat dari beberapa penelitian antara lain: Kegiatan


pedagang kecil atau usaha mikro dan sejenisnya adalah kegiatan usaha yang
tahan banting akan kegagalan usaha. Namun disisi lain, mempunyai masalah
utama yaitu untuk mendapatkan finansial berupa kucuran kredit untuk
memiliki modal usaha. Kegiatan mereka adalah kegiatan usaha kecil,
sunkan mereka menghadapi birokrasi perbankan atau mengenai administrasi
bank hingga mereka kesulitan untuk mendapatkan kucuran pinjaman dari
bank. Masalah diatas harus dapat diantisipasi dalam bentuk program kepada
pengusaha usaha kecil guna untuk mempermudah mereka mendapatkan
kucuran modal dari bank hingga mereka tidak mempunyai kendala lagi
mengenai finansial pinjaman dari Bank.4

3
Adi Nugroho. (2006). E-commerce Memahami Perdagangan Modern di dunia Maya.
(Bandung: Informatika Bandung) Hal. 9
4
www.bi.go.id. (20017). Penjaminan kredit sebagai solusi permasalahan UMKM. Di akses
kredit perbankan di provinsi Jambi.
3

Persoalan modal masih menjadi suatu kendala bagi pelaku usaha untuk
berkembang. Mereka tidak dapat memenuhi jumlah pesanan atau
permintaan konsumen karena kekurangan biaya untuk produksi. Suatu usaha
tidak akan tercapai keberhasilan yang optimal apabila tidak didukung oleh
struktur permodalan yang kuat. Untuk mengatasi masalah permodalan
pelaku usaha sebenarnya dapat memperoleh akses kredit ke perbankan.
Namun tak mudah dilakukan karena para investor kadang kesulitan
membuat catatan keuangan atau pembukuan yang baik. Saat ini 87 koma
80,2% total kredit yang ada di perbankan syariah aceh masih berkonsentrasi
untuk kredit konsumsi. Ke depan perbankan syariah aceh diharapkan dapat
meningkatkan penyaluran kredit modal kerja keplak usah kecil melalui
skema kur atau kredit.5

Sebenarnya dalam hal permodalan peluang dalam berbisnis di era


zaman digital dengan melihat pesatnya pertumbuhan industri financial
technology membawa angin segar bagi pelaku usaha mikro, kecil, dan
menengah. Peluang kerja sama antara pelaku fintech dengan industri jasa
keuangan, termasuk koperasi simpan pinjam dan juga institusi atau lembaga
pemerintah yang bergerak di bidang pembiayaan. Kerja sama ini perlu
dilakukan sehingga bisa tercapai efisiensi.6

Dari pengalaman sebagian besar orang, ternayata banyak sekali


peluang bisnis yang dapat dilakukan menggunakan internet. Pada dasrnya,
bisnis di dunia maya tidak berbeda dengan bisnis di dunia nyata. Binis di
dunia maya juga memerlukan ketekunan dan keseriusan.7

Dalam islam hukum asal segala transaksi adalah dibolehkan selama


tidak ada dalil Al-Quran atau sunah yang mengharamkannya. Dengan
demikian apabila ada bentuk baru transaksi bisnis perlu dikaji apakah ada
dalil Al-Quran atau sunah yang mengharamkan atau tidak. Kalau ada yang
5
finance.detik.com. (2017). UMKM sulit dapat modal usaha ini solusi BI.
6
www. finansial.bisnis.com. (2019). Fintech Buka Akses Permodalan Pelaku UMKM
7
Ayu Lestari & Aditya Dwi Prastya. (2014). Bisnis Online Syariah. (Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama). Hal 2
4

mengharamkan hukumnya menjadi haram. Sebaliknya jika tidak ada dalil


Al-Quran yang mengharamkan hukumnya mubah (diperbolehkan).

Berdasarkan fenomena di atas, kita sebagai umat Islam harus memahami


bagaimana proses merajut jaringan bisnis dalam Islam. Untuk itu, penuils tertarik
membuat makalah yang berjudul “Merajut Jaringan Bisnis: Menggandeng
Investor Dan Permodalan Dalam Bisnis”

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana konsep sumber permodalan dalam bisnis (PMDN dan
PMA)?
2. Bagaimana merancang permodalan dalam bisnis?
3. Bagaimana cara analisis pasar untuk mengidentifikasi peluang bisnis?
4. Bagaimana cara untuk mengidentifikasi peluang bisnis serta
bagaimana peluang bisnis halal di indonesia?
5. Bagaimana analisis jaringan teknologi finansial sebagai sumber
permodalan untuk peluang bisnis?
6. Bagaimana faktor-faktor yang memengaruhi keputusan investasi pada
investor?
7. Bagaimana meraih kesuksesan dalam berbisnis?

1.3 Tujuan Masalah


1. Untuk mengetahui sumber permodalan dalam bisnis (PMDN dan
PMA)
2. Untuk mengetahui merancang permodalan dalam bisnis
3. Untuk mengetahui cara analisis pasar untuk mengidentifikasi peluang
bisnis
5

4. Untuk mengetahui matriks analisis peluang bisnis dan aplikasi matriks


analisis peluang bisnis
5. Untuk mengetahui analisis jaringan teknologi finansial sebagai sumber
permodalan untuk peluang bisnis
6. Untuk mengetahui faktor-faktor yang memengaruhi keputusan
investasi pada investor
7. Untuk mengetahui meraih kesuksesan dalam berbisnis

1.4 Metode Penulisan


Metode Kepustakaan yakni suatu metode yang di susun secara
sistematis dimana penyusun mencari berbagai referensi sebagai bahan
rujukan yang sumbernya dapat dijadikan bahan yang bersifat mutlak.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Konsep Sumber Permodalan dalam Bisnis (PMDN dan PMA)


2.1.1 Pengertian Penanaman Modal

Investasi berasal dari kata invest yang berarti menanam,


menginvestasikan atau menanam uang.8 Istilah investasi atau penanaman
modal merupakan istilah-istilah yang dikenal, baik dalam kegiatan bisnis
sehari-hari maupun dalam bahasa perundang-undagan. Istilah investasi
merupakan istilah yang lebih popular dalam dunia usaha, sedangkan
istilah penanaman modal lebih banyak digunakan dalam bahasa
perundang-undanga. Namun, pada dasarnya kedua istilah tersebut
mempunyai pengertian yang sama sehingga kadang- kadang digunakan
secara interchangeable. 9
Pasal 1 Undang-undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang
Penanaman Modal, menyebutkan bahwa Penanaman Modal adalah
segala bentuk kegiatan Penanaman modal, baik oleh penanaman modal
dalam negeri maupun penanaman modal asing untuk melakukan usaha
di wilayah Negara Republik Indonesia.
Menurut Salim HS yang diaksud dengan investasi itu adalah
penanaman modal yang diilakukan oleh investor, baik investor asing
maupun domestic dalam berbagai bidang usaha yang terbuka untuk
investasi, dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan.
Dari beberapa pengertian diatas, dapat ditarik unsur-unsur
terpenting dari kegiatan investasi atau penanaman modal, yaitu:

1. Adanya motif untuk meningkatkan atau setidak-tidaknya untuk

8
Andreas Halim. (2003). Kamus Lengkap 1 Milyar Inggris-Indonesia. (Surabaya: Sulita
Jaya). Hal. 166.
9
Ida Bagus Rahmadi Supanca. (2006). Kerangka Hukum dan Kebijakan Investasi
Langsung di Indonesia. (Bogor: Ghalia Indonesia). Hal. 1.
7

mempertahankan modal.

2. Bahwa modal tersebut tidak hanya mencakup hal-hal yang


bersifat kasat mata dan dapat diraba, tetapi juga mencakup
sesuatu yang bersifat tidak kasat matadan tidak dapat diraba.

3. Investasi dibagi menjadi dua macam yaitu investasi asing dan


investasi domestik. Investasi asing yang bersumber dari
pembiayaan luar negeri, sedangkan investasi domestic adalah
investasi yang bersumber dari pembiayaan dalam negeri.
Investasi atau penanaman modal, Sumber Investasi atau
penanaman modal dibagi menjadi dua , yaitu Penanaman Modal Asing
(PMA) dan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN).
2.1.2 Sumber Penanaman Modal
1. Penanaman Modal dalam Negeri
Istilah Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) berasal
dari bahasa inggris, yaitu domestic investment. Penggunaan
kekayaan secara langsung adalah penggunaan modal yang digunakan
secara langsung oleh investor domestic untuk pengembangan
usahanya, sedangkan penggunaan secara tidak langsung merupakan
penggunaan modal yang digunakan tidak dilakukan secara langsung
untuk membangun usaha.
Pelaksanaan penanaman modal itu berdasarkan pada
peraturan perundang- undangan yang berlaku. Pasal 1 Undang-
Undang Nomor 25 tahun 2007 tentang Penanaman Modal,
Penanaman Modal Dalam Negeri adalah kegiatan menanamkan
modal untuk melakukan usaha di wilayah Negara Republik
Indonesia yang dilakukan oleh penanaman modal dalam negeri
dengan menggunakan modal dalam negeri.10
Pihak yang dapat menjadi Penanaman Modal Dalam Negeri

10
Suparji. (2010). Pengaturan Penanaman Modal di Indonesia, (Universitas Alazhar
Indonesia, Jakarta) hal. 15
8

adalah menurut Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 Tentang


Penanaman Modal adalah:

a. Orang-Perorangan Warga Negara Indonesia.

b. dan Usaha Indonesia.

c. Badan Hukum Indonesia.

Pihak yang dapat mengajukan permohonan penanaman modal baru dalam


rangka Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) adalah:11

a. Perseroan Terbatas (PT).

b. Commanditaire Vennootschap (CV).

c. Firma (Fa).

d. Badan Usaha Koperasi.

e. BUMN.

f. BUMD.

g. Perorangan.
2. Tujuan Penanaman Modal Dalam Negeri

Adapun tujuan dari diselenggarakannya Penanaman Modal


Dalam Negeri adalah sebagai berikut:

a. Untuk mendapatkan keuntungan berupa biaya produksi

11
Salim HS dan Budi Sutrisno. (2008). Hukum Investasi di Indonesia. (Jakarta: Rajawali
Pers). hal.129
9

yang rendah, manfaat pajak lokal dan lain-lain

b. Untuk membuat rintangan perdagangan bagi


perusahaan perusahaan lain.

c. Untuk mendapatkan return yang lebih tinggi dari pada


di dalam negeri melalui tingkat pertumbuhan ekonomi
yang lebih tinggi, sistem perpajakkan yang lebih
menguntungkan dan infrastruktur yang lebih baik.

d. Untuk menarik arus modal yang signifikan ke dalam


negeri

3. Manfaat Penanaman Modal Dalam Negeri


Manfaat Penanaman Modal Dalam Negeri, adalah sebagai berikut:12

1. Mampu menghemat devisa.

2. Mengurangi ketergantungan terhadap produk asing.

3. Mendorong kemajuan industri dalam negeri melalui


keterkaitan ke depan dan keterkaitan ke belakang.

4. Memberikan kontribusi dalam upaya penyerapan tenaga kerja.


2.1.3 Pengertian Penanaman Modal Asing (PMA)
Istilah Penanaman Modal Asing merupakan terjemahan dari bahasa
inggris yaitu foreign investment. Pengertian Penanaman Modal Asing
ditemukan dalam pasal 1 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1967 tentang
Penanaman Modal Asing. Sedangkan menurut Pasal 1 angka 3 Undang-
undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal, Penanaman
Modal Asing adalah hanya meliputi modal asing secara langsung yang

12
Ana Rokhmatussa’dyah dan Suratman. (2009). Hukum Investasi dan Pasar Modal.
(Jakarta: Sinar Grafika) hal.33
10

dilakukan menurut atau berdasarkan ketentuan ketentuan undang-undang


dan digunakan untuk menjalankan usaha di Indonesia.
Penanaman modal asing adalah merupakan transfer modal baik nyata
maupun tidak nyata dari suatu negara ke negara lain, tujuannnya untuk
digunakan di negara tersebut agar menghasilkan keuntungan di bawah
pengawasan dari pemilik modal, baik secara total maupun sebagian. Dari
beberapa definisi diatas dapat diketahui Penanaman Modal Asing (PMA)
dikontruksikan sebagai upaya pemindahan modal dari satu negara ke
negara lainnya yang tujuan utamanya memperoleh keuntungan.13 Unsur-
unsur Penanaman Modal Asing dalam definisi diatas dapat meliputi:14

a. Dilakukan secara langsung, artinya investor secara langsung


menangggung semua resiko yang akan dialami dari penanaman modal
tersebut.

b. Menurut Undang-Undang, artinya bahwa modal asing yang di


investasikan di Indonesia oleh investor asing harus didasarkan pada
subtansi, prosedur, dan syarat-syarat yang telah ditentukan dalam
peraaturan perundang-undangan yang berlaku dan ditetapkan oleh
pemerintahan Indonesia.

c. Digunakan untuk menjalankan perusahaan di Indonesia, artinya mdal


yang ditanamkan oleh investor asing digunakan untuk menjalankan
perusahaan di Indonesia harus berstatus sebagai Badan Hukum.

1. Tujuan Penanaman Modal Asing


Adapun tujuan dari diselenggarakannya Penanaman Modal Asing
adalah sebagai berikut:15

13
Hulaman Panjaitan. (2003). Hukum Penanaman Modal Asing. (Jakarta: Ind-Hill Co).
Hal. 19
14
David Kairupan. (2013). Aspek Hukum Penanaman Modal Asing di Indonesia, (Jakarta:
Kencana Premada Media), hal. 21
15
Hulaman panjaitan dan Anner M Sianipar. (2008). Hukum Penanaman Modal asing.
(Jakarta: CV Indhill Co). Hal. 47
11

a. Untuk menarik arus modal yang signifikan ke suatu negara.

b. Untuk mendapatkan keuntungan berupa biaya produksi yang


rendah, manfaat pajak lokal dan lain-lain.

c. Untuk membuat rintangan perdagangan bagi perusahaan


perusahaan lain.

d. Untuk mendapatkan return yang lebih tinggi daripada di negara


sendiri melalui tingkat pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi,
sistem perpajakan yang lebih menguntungkan dan infrastruktur
yang lebih baik.

2. Manfaat Penanaman Modal Asing

Manfaat penanaman modal asing bagi negara sedang berkembang, antara


lain:16

a. Untuk menciptakan lapangan kerja.

b. Proses ahli teknologi dan keterampilan yang bermanfaat.

c. Sumber tabungan atau devisa.

2.2 Merancang Permodalan Dalam Bisnis

Masalah keuangan merupakan masalah sensitif dan memiliki peran sentral


dalam setiap aktivitas, baik aktivitas organisasi usaha (yang berorientasi profit)
maupun aktivitas organisasi nirlaba. Hal ini menunjukkan peranan dana atau
modal menjadi sangat penting, sehingga menuntut pimpinan perusahaan atau

16
Erman Rajagukguk. (2005). Modul Hukum Investasi di Indonesia, (Jakarta: Universitas
Indonesia), hal. 50
12

seorang wirausaha untuk dapat mengalokasikannya secara efektif dan efisien.


Dua masalah ini (mencari dan mengalokasikan dana) sama-sama menuntut
kecermatan, karena salah dalam membuat keputusan keuangan akan
berdampak panjang terhadap daya hidup usaha/perusahaan.

Oleh karena itu diperlukan perencanaan yang matang daalam memutuskan


sumber modal yang akan digunakan (apakah modal sendiri atau sebagian
modal pinjaman), begitupun dalam mengalokasikan modal yang telah dimiliki
kedalam berbagai bentuk investasi. Dalam hal ini maka peranan manajemen
keuangan menjadi sangat penting, apalagi bila menyangkut investasi yang
membutuhkan dana besar.17

1. Pentingnya Perencanaan Keuangan

Perencanaan keuangan adalah sebuah proses dimana seseorang atau


individu berusaha untuk memenuhi tujuan-tujuan finansialnya melalui
pengembangan dan implementasi dari sebuah rencana keuangan yang
komprehensif dan perencanaan keuangan yang baik akan menghasilkaan
sebuah rencana keuangan yang jelas dan memudahkan rencana keuangan
ibaratkan sebuah blue print yang dapat menunjukkaan kemana arah
kondisi keuangan individu berjalan. Untuk dapat mengelola perencanaan
keuangan dengan baik dapat dilakukan dengan cara menjalankan sebuah
perencanaan keuangan sederhana seperti menabung, baik menabung
melalui lembaga keuangan seperti pengelolaan investasi dan menabung
dalam bentuk tradisional seperti celengan. Perencanaan keuangan yang
baik dapat menghindari perilaku konsumtif serta pemborosan.18

2. Pengunaan Dana

17
Neti Budiwati. (2012). Merancang Permodalan dalam Usaha, (Bandung), hal. 1
18
Ida Kurnia Putri. (2016). Perencanaan keuangan pada mahasiswa ekonomi Islam di
Yogyakarta, (Yogyakarta), hal. 5
13

Berbicara tentang pengalokasian dana, sebenarnya berbicara


tentang dua kepentingan yang sering kali tidak sejalan. Kepentingan
pertama adalah keinginan perusahaan untuk menahan atau memiliki
uang kas yang besar yang tujuannya untuk menjaga likuiditas finansial.
Kepentingan kedua adalah kebutuhan melakukan investasi pada proyek
jangka panjang yang memiliki peluang untuk memberikan laba bagi
perusahaan.

Pengeluaran jangka pendek merupakan hutang dengan jangka


waktu 1 (satu) tahun atau kurang yang digunakan untuk memenuhi
kebutuhan musiman dan aktiva lancar serta sebagai modal kerja
perusahaan. Sedangkan pengeluaran jangka panjang merupakan
keperluan investasi jangka panjang, atau yang dinamakan dengan
investasi atas aktiva tetap, seperti membeli tanah, gedung, mesin-mesin
dan alat produksi lainnya.19

3. Mencari Alternatif Permodalan

Menurut Pietra Sarosa (2004) dalam mencari alternatif permodalan


ini adalah dengan memperhitungkan hal-hal berikut.

a. Langkah awal mempersiapkan modal, yang menurutnya ada


beberapa hal yang harus diperhatikan berkaitan dengan modal
seperti perhitungan kebutuhan modal, persiapan modal, serta
persiapan dana cadangan untuk 6-12 bulan kedepan.
b. Sumber-sumber permodalan, untuk memenuhi kebutuhan modal
maka ada beberapa sumber permodalan yang dapat dijadikan
sebagai alternatif sumber modal, yaitu modal sendiri, modal
pinjaman, dan modal yang diperoleh dari kerjasama dengan
pihak lain.20
19
Lita Marina Handayani. (2020). Sumber Pembiayaan dan Model Pengelolaan Kas
Perusahaan, (Jakarta Barat), hal. 3
20
Nurnazmi dan Syaifullah, (2019). Analisis Permodalan Buruh Tenun Tradisional Bima
pada Tenun Tembe Nggoli, (Bima), hal. 29
14

2.3 Analisis Pasar Untuk Mengidentifikasi Peluang Bisnis

2.3.1 Segmentasi pasar


Persoalan segmentasi pasar, penentuan target (targeting) dan
penentuan posisi (positioning) sering kali kurang mendapat perhatian
dari banyak perusahaan. Tetapi dewasa ini ketiga aspek tersebut telah
memainkan peran penting dalam pemasaran strategik.Secara ringkas
proses penentuan segmentasi pasar, penentuan target dan penentuan
posisi dapat dilakukan dalam delapan tahap berikut:21

 Analisis situasi.
Tahap 1: Mengidentifkasi posisi, kapabilitas, sasaran dan
kendala yang dihadapi perusahaan saat ini.

 Penentuan segmentasi pasar.


Tahap 2: Mengindentifikasi variabel-variabel segmentasi dan
menentukan segmen pasar.

Tahap 3: Mengembangkan profildari masing-masingsegrnen

 Penentuan target pasar.


Tahap 4: Mengevaluasi potensi dan daya tarik masingmasing
segmen

Tahap 5: Menentukan segmen yang ditargetkan.

 Penentuan posisi produk

21
Refangga, M.A., Mega, D.R., Fahmi, M.R., Idris, Mohammad., Lefrianti, Delana.,
Sasongko, D.F. Surabaya. (2014). Segmentasi Pasar Target Pasar dan Positioning, Hal. 05
15

Tahap 6: Mengidentifikasi konsep penentuan posisi di dalam


masing-masing segmen yang ditargerkan

Tahap7: Menyeleksi dan mengembangkan konsep konsep


penentuan posisi yang cocok

 Penentuan bauran pemasaran.


Tahap 8: Mengembangkan strategi bauran pemasaran

2.3.2 Pendekatan Tiga Tahap Yang Dikembangkan Oleh Kotler (1988)


Dalam Segmentasi Pasar:

1. Tahap survey.
Peneliti melakukan wawancara informal dan memberikan fokus pada
kelompok-kelompok konsumen untuk mendapatkan gambaran
mengenai motovasi. sikap dan perilaku mereka. Berdasarkan temuan
tersebut kemudian dibuat kuisioner formal dan disebarkan kepada
sekelompok konsumen yang dijadikan sampel untuk memperoleh
data mengenai: Atribut-atribut dan urutan kepentinganya,
kewaspadaan terdap merek dan urutannya, pola pemakaian produk,
sikap terhadap kategori produk, demografi, psikografi, dan
mediagrafi responden.

2. Tahap Analisis.
Peneliti menerapkan analisis faktor untuk menghilangkan variabel-
variabel yang mempunyai korelasi yang tinggi. Kemudian peneliti
menerapkan analisis cluster untuk mendapatkan jurnlah tertentu dari
segmen yang berbeda.

3. Tahap penenentuan profil.


Setiap cluster ditentukan profilnya berdasarkan sikap, perilaku,
demografi, psikografi dan media yang digunakan. Studi yang
dilakukan oleh Adreansen dan Belk (1980) menunjukkan ada 6
segmen pasar: segmen bagi mereka yang pasif dan suka tinggal di
16

rumah; segmen bagi mereka yang aktif berolah raga; segmen bagi
mereka yang mandiri dan egosentris; segmen bagi mereka yang
terikat pada patronase budaya; segmen bagi mereka yang akif dan
suka tingal di rumah; segmen bagi mereka yang aktif secara sosial.

2.3.3 Faktor-Faktor Yang Mengpengaruhi Kelayakan Segmentasi

Agar segmen pasar dapat berhasil maka harus dipenuhi 6 persyaratan.

1. Dapat diukur, artinya varibel variabel dalam menentukan segmen


pasar harus dapat di perhitungkan secara kuantitatif
2. Accessible, artinya dapat dicapai karena didukung oleh sumberdaya
yang dimiliki
3. Substansial, artinya besaran dan nilai segmen pasar dapat
memberikan kontribusi yang signifikan terhadap prusahaan
4. Unik, artinya segmen pasar suatu perusahaan harus dapat dibedakan
dari segmen pasar perusahaan lain
5. Cocok dengan sasaran-sasaran dan sumberdaya yang dimiliki
perusahaan
6. Stabil, artinya perilaku pasar di masa datang dapat diprediksi

2.3.4 Dasar-Dasar Penentuan Segmentasi


17

Untuk menentukan segmen pasar dapat dikelompokkan dalam empat


kategori berikut:22

1. Geografi: Daerah, iklim, kepadatan penduduk


2. Demografi: Usia, jenis kelamin, jabatan, agama, ras, nasionalitas,
ukuran keluarga, gaya hidup keluarga
3. Perilaku: Sikap, pengetahuan, manfaat, status pemakai, loyalitas,
kesediaan meinbeli.
4. Psikografi: kepribadian, gaya hidup, kelas sosial23

2.3.5 Penentuan Produk Positioning

Penentuan posisi (positioning) adalah proses mendesain brand dan


nilai (value) sehingga konsumen dalam pasar yang ditargetkan
memahami kedudukan perusahaan atau merek diban-dingkan dengan
pesaingnya. Karena itu penentuan posisi merupakan unsur penting dalam
proses perencanaan pemasaran sebab keputusan tentang penentuan posisi
mempunyai irnplikasi langsung terhada bauran pemasaran secara
menyeluruh. Dengan demikian bauran pemasaran dapat dipandang
sebagai taktik yang terperinci mengenai strategi penentuan posisi sebuah
perusahaan. Misalnya jika perusahaan mencapai posisi kualitas yang
tinggi, maka hal ini bukan saja tercermin dalam kualitas produk yang
tinggi tetapi juga tercermin dalam seluruh aspek bauran pemasaran,
seperti strategi penentuan harga, distribusi, periklanan, dan pelayanan
purna jual. Proses penentuan posisi itu sendiri pada umumnya melewati
tiga tahap berikut:

1. Mengidentifikasi keunggulan keunggulan - kompetitif perusahaan


atau merek

22
Equilibrium, (2003). Jurnal Ekonomi-Manajemen-Akuntansi, Vol. I No.2 Agustus. Hal
91-106
23
Equilibrium, (2003). Jurnal Ekonomi-Manajemen-Akuntansi, Vol. I No.2 Agustus. Hal
91-106
18

2. Mengambil keputusan tentang keunggulan kompetitif yang akan


mendapat penekanan
3. Mengimplementasikan konsep penentuan posisi.

2.4 Peluang Bisnis Islam di Indonesia

2.4.1 Identifikasi Peluang Bisnis

Peluang dalam bahasa Inggris adalah (opportunity) yang berarti sebuah


atau beberapa kesempatan yang muncul dari sebuah kejadian atau moment.
Peluang Bisnis adalah kesempatan atau waktu yang tepat yang seharusnya
dimanfaatkan seseorang untuk mendapat keuntungan.24 Menciptakan sebuah
peluang bisnis memerlukan sebuah antusiasme, keterampilan, sumber daya,
birokrasi, komitmen dan juga strategi yang harus dipunyai oleh banyak
individu dan perusahaan. Peluang bisnis tidak dapat di buat hanya karena faktor
lingkungan dan/atau faktor pribadi, meskipun kedua faktor tersebut terkait
erat.25

Identifikasi peluang bisnis adalah tahap awal untuk melihat adanya


kesempatan investasi yang mungkin menguntungkan. Tahap ini dilakukan
dengan cara mempelajari lingkungan. Secara konkrit cara-cara dalam
mempelajari adanya peluang bisnis adalah sebagai berikut:

1. Mempelajari Impor
Umumnya, latar belakang yang menyebabkan suatu negara
mengimpor produk tertentu adalah karena produk tersebut tidak ada di
24
Eva Syahra, dkk. (2019). Identifikasi Peluang Bisnis Usaha Kecil Pada Wilayah Sekitar
Industri Kelapa Sawit (PT. Damai Jaya Lestari di Kecamatan Polinggona Kabupaten Koloka
Sulawesi Tenggara. Jurnal BUSINESS UHO: Jurnal Administrasi Bisnis.). Vol. 4 No. 2. Hlm
185.
25
Ismiriati Nasip dan Eka Sudarmaji. (2017). Model Bisnis Kanvas: Alat untuk
Mengidentifikasi Peluang Bisnis Baru Bagi Pengusaha UKM Indonesia. (Dalam 1st National
Conference on Business and Entrepreneurship “Building Indonesia Bussiness and
Entrepreneurial Platform”) di akses
https://Www.Researchgate.Net/Publication/317014688_Model_Bisnis_Kanvas_Alat_Untuk_Me
ngidentifikasi_Peluang_Bisnis_Baru_Bagi_Pengusaha_Ukm_Indonesia
19

pasaran dalam negeri, atau kalaupun ada, mungkin jumlahnya tidak


mencukupi. Mempelajari data impor dalam rangka mendeteksi kesempatan
bisnis harus disertai analisa tren mengenai data suatu produk dari waktu ke
waktu. Jika tren impor dari tahun ke tahun mengalami penurunan, dapat
diasumsikan produk impor tersebut telah tersubstitusikan oleh produk lain.
Dalam keadaan demikian, pebisnis lebih baik mencari peluang bisnis lain.
Sebaliknya, jika trennya meningkat, maka harus dilihat apakah peningkatan
tersebut berlangsung dalam kurun waktu yang cukup panjang atau relatif
sebentar.26
2. Menyelidiki Material Lokal
Material lokal sering menjadi syarat yang cukup signifikan dalam
melihat adanya kesempatan bisnis. Material lokal yang nantinya akan
menjadi bahan baku utama merupakan penentu keberhasilan perusahaan.
Jika bahan baku berlimpah dan harganya murah, maka perusahaan dapat
memproduksi dengan harga murah sehingga diminati pembeli.
3. Menyelidiki Keterampilan Tenaga Kerja
Di suatu daerah tertentu sering mempunyai kekhasan dalam tenaga
kerjanya. Beberapa jenis industri sangat berkaitan dengan keterampilan
tenaga kerja di suatu daerah sehingga penempatan perusahaan harus
memperhatikan faktor ini. Dengan ditempatkannya perusahaan di daerah
dimana keterampilan tenaga kerja sesuai dengan yang dibutuhkan, maka
perusahaan tidak akan kesulitan dalam pemenuhan kebutuhan kerja,
sehingga kelangsungan usaha berjalan dengan baik.
4. Mempelajari Hubungan Antar Industri
Identifikasi kesempatan usaha ini dapat dilakukan dengan
mempelajari output-input dari satu industri ke industri lainnya.
Perkembangan satu industri membutuhkan perkembangan industri lain
dengan line yang sama, sehingga muncul kesempatan bisnis yang baru.27
5. Melakukan Studi Industri

26
Sugeng Rianto. (2007). Identifikasi dan Pemanfaatan Peluang Bisnis. (dalam Majalah
Ilmiah Fakultas Ekonomi Universitas Semarang). Vol. 6 No. 1, hlm 9
27
Sugeng Rianto. (2007). Identifikasi dan Pemanfaatan Peluang Bisnis. (dalam Majalah
Ilmiah Fakultas Ekonomi Universitas Semarang). Vol. 6 No. 1, hlm 10
20

Industri yang sedang berkembang, merupakan petunjuk adanya


kesempatan usaha, karena berusaha di industri yang sedang berkembang
akan mendapat dukungan dari berbagai pihak. Sebaliknya jika industri
sedang suram, maka usaha tersebut akan sulit berkembang. Yang perlu
diperhatikan dalam studi industri adalah seberapa lama perkembangan itu
akan terus berlangsung. Jika kurun waktu perkembangan cukup panjan,
maka rencana usaha dapat dijalankan. Hal lain adalah pertumbuhan
pesaing. Jika pesaing banyak yang tertarik dan masuk, maka persaingan
menjadi tajam.
6. Memanfaatkan Perkembangan Teknologi
Perkembangan teknologi akan menciptakan peluang bisnis baru
bagi invetor atau calon investor untuk menghasilkan produk baru.
Teknologi baru biasanya mengarah pada peningkatan efisiensi dan
produktifitas. Perusahaan yang lebih dahulu memanfaatkan teknologi baru,
akan lebih memliki competitive advantage dan akan lebih di kenal
konsumen. Dalam pemanfaatan teknologi, yang perlu diperhatikan adalah
seberapa lama umur teknologi tersebut.
7. Memperhatikan Pembangun Pemerintah
Pemerintah sebagai penyelenggara negara akan selalu melakukan
pembangunan secara bertahap dari satu periode ke periode lainnya dengan
memperhatikan prioritas pembangunan yang telah dicanangkan
sebelumnya. Dengan mempelajari rencana pembangunan pemerintah, maka
dapat dilihat kemungkinan peluang bisnis.28
8. Pengamatan Perkembangan Usaha di Tempat Lain
Meskipun keadaan di suatu negara atau daerah tidak mungkin sama
persis dengan keadaan di daerah atau negara lain namun dalam keadaan
tertentu akan ada kesamaannya. Dengan demikian, perkembangan usaha di
suatu daerah atau negara tertentu dapat dikembangkan di daerah lain.29

28
Sugeng Rianto. (2007). Identifikasi dan Pemanfaatan Peluang Bisnis. (dalam Majalah
Ilmiah Fakultas Ekonomi Universitas Semarang). Vol. 6 No. 1, hlm 11-12
29
Sugeng Rianto. (2007). Identifikasi dan Pemanfaatan Peluang Bisnis. (dalam Majalah
Ilmiah Fakultas Ekonomi Universitas Semarang). Vol. 6 No. 1, hlm 12
21

2.4.2 Peluang Bisnis Halal di Indonesia

Industri halal menjadi tren global dan peluang bisnis diberbagai negara.
Halal menjadi pasar bukan saja di negara mayoritas muslim bahkan di negara
yang minoritaspun menjadi peluang pasar yang menjanjikan. Masyarakat
internasional sudah memahami istilah halal yang memiliki nilai tambah suatu
produk tertentu, di mana ini dapat dijadikan gaya hidup (lifestyle) saat ini.30

Populasi muslim saat ini sekitar 30 persen dari total populasi dunia.
Jumlah populasi muslim diperkirakan akan terus meningkat dari tahun ke
tahun. Peningkatan tersebut lebih tinggi dari populasi penganut agama lainnya.
Diperkirakan populasi muslim antara tahun 2015 hingga 2060 meningkat
sebesar 70 persen, sedangkan populasi dunia meningkat sebesar 32 persen atau
jumlah total populasi dunia pada tahun 2060 sebanyak 9.6 miliar orang.31

Publikasi yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik Indonesia


menyatakan bahwa penduduk Indonesia tahun 2010 mencapai 237,6 juta jiwa,
dengan jumlah penduduk muslim sebanyak 207.176.162 jiwa, atau 87,18% dari
total keseluruhan penduduk Indonesia. Pada tahun 2017 jumlah penduduk
Indonesia mencapai 261,9 juta jiwa. 28 Angka tersebut menunjukkan
pertumbuhan yang sangat pesat apabila dibandingkan dengan tahun 2010.
Pertumbuhan penduduk muslim yang pesat secara linier mempengaruhi
pertumbuhan permintaan akan produk halal. 32

Produk-produk halal memiliki tingkat pertumbuhan rata-rata tujuh


persen per tahun, serta tumbuhnya kesadaran konsumen muslim terhadap
produk-produk halal dan meningkatnya jumlah penduduk muslim yang
30
Alvien Septian Haerisma. (2018). Pengembangan Pariwisata Halal Di Indonesia
Tinjauan Etika Bisnis Islam. (dalam Al-Mustashfa: Jurnal Penelitian Hukum Ekonomi Islam).
Vol.3 No. 2, hlm 154
31
Eka Dewi Satriana dan Hayyun Durrotul Faridah. (2018). Wisata Halal: Perkembangan,
Peluang dan Tantangan. Dalam Journal of Halal Product and Research (JHPR) Vol. 1 No. 2,
hlm 39
32
Warto dan Zainal Arif. (2020). Halal Product Business Between Opportunities and
Challenges, Problematics and Their Solutions dalam Jurnal Al-Ulum Vol. 20 No. 1, hlm 281
22

mencapai 1,8 milliar jiwa dari 5,5 milliar jiwa penduduk dunia. Data yang
dilansir Badan Pusat Statistik (BPS) juga menjelaskan, bahwa konsumsi rumah
tangga masih menjadi pendorong terbesar pertumbuhan ekonomi dengan
persentase 55,68 persen pada tri wulan III 2017. Kebutuhan keluarga Indonesia
akan produk rumah tangga sangat tinggi sehingga untuk memenuhi kebutuhan
tersebut dan demi menjamin ketenangan konsumen muslim, maka dibutuhkan
produk halal dan aman bagi keluarga Indonesia.33

Selain itu, Indonesia merupakan negara Konsumsi Halal Food Peringkat


1 di dunia. Berdasarkan catatan Global Islamic Economy Report 2016/2017,
belanja penduduk muslim global pada produk dan jasa sektor ekonomi halal
mencapai lebih dari USD1,9 triliun pada tahun 2015. Pada saat yang sama, aset
sektor keuangan syariah ditaksir sebesar USD 2 triliun, diikuti sektor makanan
dan minuman sebesar USD 1,2 triliun, sektor pakaian (USD 243 miliar), media
dan rekreasi (USD 189 miliar), travel (USD 151 miliar dan obat-obatan dan
kosmetik (USD 133 miliar).34 Indonesia menempati peringkat pertama sebagai
konsumen terbesar produk halal pada sektor makanan dan minuman, yaitu
dengan jumlah pengeluaran sektor sebesar USD155 miliar.34

Dalam menghadapi MEA, produk halal Indonesia memiliki peluang


besar, untuk dapat bersaing dengan negara lain. Para pelaku usaha, baik
produsen maupun eksportir Indonesia, yang telah mengantongi sertifikat halal
maka produk-produk mereka akan lebih mudah diterima oleh konsumen
produk halal di negara lain hanya dengan melihat label halal yang tercantum
pada produk mereka.35

33
Warto dan Zainal Arif. (2020). Halal Product Business Between Opportunities and
Challenges, Problematics and Their Solutions dalam Jurnal Al-Ulum Vol. 20 No. 1, hlm 281
34
Warto dan Zainal Arif. (2020). Halal Product Business Between Opportunities and
Challenges, Problematics and Their Solutions dalam Jurnal Al-Ulum Vol. 20 No. 1, hlm 282-
283
35
Warto dan Zainal Arif. (2020). Halal Product Business Between Opportunities and
Challenges, Problematics and Their Solutions dalam Jurnal Al-Ulum Vol. 20 No. 1, hlm 284
23

2.5 Jaringan Teknologi Finansial Sebagai Sumber Permodalan Untuk Peluang


Bisnis

Menurut National Digital Research Cen-tre (NDRC), Financial


Technology adalah istilah yang biasa digunakan untuk menyebut suatu inovasi di
bidang jasa finansial. Fintech sendiri berasal dari kata financial dan technology
yang mengacu pada inovasi finansial dengan sentuhan teknologi modern. Konsep
financial technology mengadaptasiperkembangan teknologi yang dipadukan
dengan bidang finansial pada lembaga keuangan perbankan, sehingga diharapkan
dapat memfasilitasi proses tran-saksi keuangan yang lebih praktis, aman, serta
mod-ern. Layanan keuangan berbasis digital yang saat ini telah berkembang di
Indonesia, yaitu payment chan-nel system, digital banking, online digital
insurance, Peer to Peer (P2P) Lending, serta crowdfunding.36

Fintech sebagai salah satu bisnis berbasis software dan teknologi modern
yang menyediakan jasa keuangan. Perusahaan fintech pada umumnya adalah
perusahaan yang memberikan layanan dan solusi keuangan kepada pelanggan
seperti pemba-yaran mobile, transfer uang, pinjaman, penggalan-gan dana, dan
bahkan manajemen aset. Berdasarkan analisi pengembangan fintech dan
kekhasan bisnis ini, teridentifikasi keunggulan komparatif dari fintech, yaitu:
layanan keuangan yang sangat terstandar dan berbiaya rendah; berbasis internet
dan karena itu kurang terkonsentrasi secara geografis; mengubah perilaku
konsumen; regulasi layanan keuangan yang lebih rendah risiko, relatif lebih
rendah dari layanan/produk keuangan misalnya, peminjam gagal bayar risiko,
dan risiko jatuh tempo.37

Fintech diakui sebagai satu inovasi paling penting dalam industri


keuangan dan berkembang dengan cepat, didorong oleh pemerataaan ekonomi,
regulasi yang menguntungkan, dan teknologi in-formasi. Fintech menjanjikan
ekosistem baru bagi industri keuangan dengan biaya rendah, meningkatkan
Siregar, (2016). Financial Technology Tren Bisnis Keuangan ke Depan. Diakses pada 1
36

April 2018 di (http://infobanknews.com).


37
Romanova, I., & Kudinska, M. (2016). Contempo-raryIssues in Finance: Banking and
FinTech: A Challenge or Opportunity ?. (London: Emerald Group Publishing Limited)
24

kualitas layanan keuangan, dan menciptakan lanskap keuangan yang lebih


beragam dan stabil.38 Lima elemen ekosistem fintech antara lain:

1. Fintech Startup
(Pembayaran, pinjaman, crowdfunding, pasar modal, dan perusahaan asuransi)
2. Technology developers
(Misalnya, analisis big data, cloud computing, cryp-tocurrency, dan
developers media sosial
3. Pemerintah
(Misalnya, regulator keuangan dan badan legis-latif)
4. Pelanggan keuangan
(Misalnya, individu dan organisasi)
5. Lembaga keuangan tradisional
(Misalnya, bank tradisional, perusahaan asuransi, pi-alang saham, dan modal
ventura).

Teknologi finansial menurut Peraturan Bank Indonesia nomor 19/12/PBI/2017


tentang Penyelenggaraan Teknologi Finansial dapat menyelenggaraan aktivitas
keuangan yang berupa.39

1. Sistem pembayaran.
2. Pendukung pasar.
3. Manajemen Investasi dan Manajemen resiko.
4. Pinjaman, pembiayaan dan penyediaan modal.
5. Jasa finansial lainnya.

Adapun tantangan pasar fintech Syariah menurut Telkom Indonesia (2017)


adalah:

38
Syarkawi, m. (2018). Republika.co.id, 27 September 2018.
39
Peraturan Bank Indonesia nomor 19/12/PBI/2017 tentang Penyelenggaraan Teknologi
Finansial.
25

1. Kesadaran dan pengetahuan masyarakat tentang keuangan syariah,


khususnya FinTech Syariah yang masih kurang
2. Pertumbuhan ekonomi syariah lambat dan pangsa pasarnya masih kecil
3. SDM berkuali-tas di bidang ekonomi syariah masih kurang
4. Sinergi antara sesama lembaga keuangan syariah den-gan lembaga-
lembaga sosial yang bergerak di bidang ekonomi umat, seperti dengan
lembaga zakat dan wakaf masih lemah.

Wakaf adalah alat filantropi Islam sejak awal kedatangan Islam. Wakaf telah
terbukti menjadi in-strumen jaminan sosial, tidak hanya untuk membantu
kebutuhan dasar tetapi juga memainkan bagian dalam pemberdayaan yang lebih
produktif di semua sektor seperti pendidikan, sosial, ekonomi, dan budaya. Selain
aset yang tidak bergerak dari wakaf, ada juga wakaf tunai yang lebih produktif
digunakan.40 Wakaf tunai yang sangat potensial namun tidak populer
menyebabkan peran wakaf belum optimal menjadi sebuah instrumen
kesejahteraan masyarakat.41 Indo-nesia dengan jumlah muslim terbesar di dunia,
se-harusnya menjadi landasan untuk mengoptimalkan wakaf, manajemen dan
pengembangan wakaf tunai di Indonesia dapat dicapai melalui investasi pada
produk-produk lem-baga keuangan syariah dan atau instrumen keuangan
syariah.42 Wakaf tunai memberikan banyak peluang besar, tidak hanya
dialokasikan untuk pembangunan infrastruktur tetapi juga memberikan peluang
bagi pengembangan orang lain, ada untuk pendidikan, kesehatan, sanitasi, dan
layanan sosial. Pengumpulan, pengelolaan dan pendistribusian manfaat agar lebih
efisien dan terkontrol dengan baik maka harus memanfaatkan kemajuan teknologi
informasi atau e-waqf. Ada beberapa keuntungan sistem e-waqf ini antara lain:43
40
Sifa, Eka Nurhalimatus. (2016). E-Waqf as an Alterna-tive Solution for Infrastructure
Development Based on Crowdfunding. (Muhammadiyah Uni-versity of Metro: The First
International Con-ference on Law, Economics and Education).
41
Sifa, Eka Nurhalimatus. (2016). E-Waqf as an Alterna-tive Solution for Infrastructure
Development Based on Crowdfunding. (Muhammadiyah Uni-versity of Metro: The First
International Con-ference on Law, Economics and Education).
42
Sifa, Eka Nurhalimatus. (2016). E-Waqf as an Alterna-tive Solution for Infrastructure
Development Based on Crowdfunding. (Muhammadiyah Uni-versity of Metro: The First
International Con-ference on Law, Economics and Education).
43
Muhamad Nafik Hadi Ryandono. (2018). FinTech Waqaf: Solusi Permodalan
PerusahaanStartup Wirausaha Muda. Jurnal Studi Pemuda. Volume 7 Nomor 2 tahun 2018.
26

a. Mobilisasi dana wakaf yang lebih mudah dari masyarakat.


b. Wakaf uang lebih fleksibel dan menjadi pendorong bagi aset wakaf yang tak
bergerak, agar lebih produktif.
c. Transaksi wakaf berbasis aplikasi merupa-kan formulir aplikasi yang dapat
dimiliki oleh pengguna smartphone di dunia.
d. Ada pemetaan distribusi kekayaan wakaf dan tidak terakumulasi di daerah
setempat. Ini juga bertujuan untuk mendistribusikan kekayaan dan
menghilangkan kesenjangan.
e. Transparansi kekayaan wakaf, sehingga dapat menambah kepercayaan
muwaqif.

Wakaf uang dapat digunakan sebagai sumber permodalan bagi dunia


usaha khususnya bagi perusahaan yang dengan tujuan utamanya untuk pember-
dayaan usaha masyarakat yang pada umunya UMKM dan perusahaan startup.44

1. Model Sharia Financial Technology (SFT) Sebagai Integrator Solusi


Permodalan Perusahaan Startup Pemuda Berbasis Wakaf

Financial Technology (FinTech) merupa-kan keniscayaan dalam


industri keuangan sebagai konsekuensi dari era industri 4.0. Era industri 4.0
mengharuskan kegiatan produksi dan pelayanan terintegrasi melalui
kecerdasan buatan, teknologi wireless, dan big data secara masif. Pada era
industri ini merupakan era internet of thing dan data of thing yang menjadi
penggerak perubahan dalam setiap ak-tivitas kehidupan manusia sehingga
bisa dikatakan semua serba digital. Revolusi ini direspon oleh industri
keuangan dengan lahirnya Fintech sebagai subtitusi dari pelayanan industri
perbankan. Bahkan, dalam perkembangannya, FinTech mampu memberi-kan
layanan melebihi kemampuan perbankan selama ini.45

www.jurnal.ugm.ac.id/jurnalpemuda. Hlm 115


44
Muhamad Nafik Hadi Ryandono. (2018). FinTech Waqaf: Solusi Permodalan
PerusahaanStartup Wirausaha Muda. Jurnal Studi Pemuda. Volume 7 Nomor 2 tahun 2018.
www.jurnal.ugm.ac.id/jurnalpemuda. Hlm 116
27

Fintech telah menggantikan fungsi perbank-an dalam memediasi


antara yang penawaran dana (penabung) dan permintaan dana (kredit) dengan
ebih efisien tanpa batas waktu dan menembus batas wilayah yang selama ini
sulit dijangkau perbankan. Sistem ini mampu mengintegrasikan dan mem-
pertemukan pihak-pihak yang terlibat dalam jasa keuangan tanpa harus
bertatap muka dan bertemu secara fisik tetapi dengan data lebih akurat dari
pada yang selama ini berlaku. Internet yang semakin cepat dan maju
membuat data-data yang diperlukan dalam proses intermediasi keuangan
dapat diperoleh dengan mudah, cepat, akurat, efisien, kapanpun, dan di
manapun. Pada era ini fungsi teller, marketing, miti-gasi risiko dan fungsi-
fungsi perbankan lainya telahdigantikan oleh smartphone yang selalu dibawa
oleh setiap orang dan bisa dioperasikan kapan saja tanpa batas waktu dan
tempat.46

FinTech telah banyak diadopsi oleh industri keuangan konvensional


maupun keuangan syariah. Digitalisasi ini juga mulai diadopsi oleh kegiatan
filantropi dalam crowdfunding dan financing dengan menyasar dana kecil
yang selama ini tidak efisien dirubah menjadi lebih efisien bahkan sangat
efisien. Sistem FinTech ini juga mulai diadopsi oleh aktivitas perwakafan
menjadi e-wakaf.47

2.6 Faktor-Faktor Memengaruhi Keputusan Investasi

1. Teori Behavioral Finance


Sengupta, Prosad, & Kapoor mengemukakan jika behavioral finance
muncul sebagai cabang dari psikologi sosial yang menangkap sisi
manusiawi dalam pengambilan keputusan. Menurut Alquraan, Alqisie, &
45
Muhamad Nafik Hadi Ryandono. (2018). FinTech Waqaf: Solusi Permodalan
PerusahaanStartup Wirausaha Muda. Jurnal Studi Pemuda. Volume 7 Nomor 2 tahun 2018.
www.jurnal.ugm.ac.id/jurnalpemuda. Hlm 118
46
Muhamad Nafik Hadi Ryandono. (2018). FinTech Waqaf: Solusi Permodalan
PerusahaanStartup Wirausaha Muda. Jurnal Studi Pemuda. Volume 7 Nomor 2 tahun 2018.
www.jurnal.ugm.ac.id/jurnalpemuda. Hlm 118
47
Muhamad Nafik Hadi Ryandono. (2018). FinTech Waqaf: Solusi Permodalan
PerusahaanStartup Wirausaha Muda. Jurnal Studi Pemuda. Volume 7 Nomor 2 tahun 2018.
www.jurnal.ugm.ac.id/jurnalpemuda. Hlm 118
28

Shofa behavioral finance berupaya menemukan bagaimana emosi dan


psikologi investor memengaruhi keputusan investasi. Pada umumnya
investor membuat kesalahan umum dalam keputusan keuangan mereka
karena emosi mereka. Alquraan et al. Pada penelitiannya menyatakan
mengenai sikap atau perilaku investor yang dapat memengaruhi keputusan
investasi terbagi menjadi empat yaitu over confidence, risk perception,
loss averse, dan herding.
2. Teori Expected Utility
Neumann & Morgenstern mempublikasikan teori expected utility
yang artinya adalah teori perilaku seseorang yang melandasi untuk
melakukan tindakan-tindakan rasional. Investor rasional akan berusaha
mendapatkan keuntungan dan memiliki sifat yang enggan terhadap resiko,
namun tetap mendasarkan keputusan pada informasi. Mempertimbangkan
informasi yang tersedia merupakan ciri seorang yang mempunyai tingkat
financial literacy yang baik. Menurut Rabin ekonom sering menggunakan
teori utilitas yang diharapkan untuk menjelaskan mengenai keengganan
risiko (risk averse), karena investor tidak menyukai ketidakpastian.
3. Herding
Menurut Liem & Sukamulja herding behavior adalah perilaku ikut-
ikutan yang dilakukan oleh investor satu mengikuti investor lain dengan
berbagai alasan dan kondisi. Perilaku ini adalah kesalahan yang paling
umum di mana kecenderungan imvestor dalam mengikuti mayoritas dalam
mengambil keputusan investasi. Pengaruh dari orang-orang sekitar
merupakan alasan utama seorang investor memiliki perilaku herding.
Seseorang dengan perilaku herding mudah terpengaruh dengan keputusan
orang lain dan berdampak pada perubahan keputusan investasi yang
diambil. Waweru, Munyoki, & Uliana menjelaskan mengenai indikator
yang membentuk herding yaitu keputusan membeli dan menjual
berdasarkan investor lain, pilihan perdagangan saham berdasarkan investor
lain, volume perdagangan saham berdasarkan investor lain, dan lama
waktu untuk menyimpan saham berdasarkan investor lain.
4. Risk Perception
29

Risk perception merupakan suatu proses pandangan, penilaian dan


penginterpretasian investor terhadap suatu resiko instrumen investasi
menganai keputusan investasi. Setiap investor memiliki penilaian yang
berbeda terhadap suatu resiko yang didasari oleh faktor psikologis orang
tersebut. Menurut Kharta & Kumar risk perception adalah keyakinan,
apakah rasional atau tidak rasional, dipegang oleh individu, kelompok,
atau masyarakat tentang kemungkinan terjadinya risiko atau tentang
tingkat, besar, dan waktu pengaruhnya. Pengukuran risk perception
dilakukan dengan menggunakan indikator dari Ullah, yaitu takut jika
berinvestai pada saham berkeuntungan pasti, berhati-hati pada perubahan
saham yang mendadak, khawatir jika berinvestasi pada saham yang
kinerjanya negatif, dan takut berinvestasi pada saham yang kinerjanya
positif.
5. Risk Averse
Risk averse merupakan sikap seorang investor yang menghindari
resiko, atau dapat dikatakan jika investor tersebut hanya bersedia
melakukan investasi jika return yang diharapkan akan lebih besar dari
resiko. Investor dengan tipe risk averter memiliki tujuan untuk
menghindari kerugian agar tidak salah mengambil keputusan investasi.
Menurut Farooq & Sajid risk averse dapat dukur dengan menggunakan
indikator yaitu individu bersikap rasional, berani menolak resiko, dan
mencoba memaksimalkan kekayaan di bawah alternatif yang sulit.48
6. Financial Literacy
Financial Literacy merupakan sebuah aktivitas atau rangkaian
proses untuk meningkatkan pengetahuan, keyakinan, serta keterampilan
masyarakat dengan tujuan agar masyarakat mampu mengelolah keuangan
dengan baik. Literasi keuangan terbukti menjadi penentu penting, karena
terkait dengan serangkaian keputusan keuangan yang lebih luas, seperti
partisipasi pasar modal, diversifikasi portofolio dan kemampuan untuk

48
Ramadhani Anendy Putri. (2020). Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Keputusan
Investasi pada Investor Saham di Surabaya. Jurnal Ilmu Manajemen. Vol 8 No.1, Jurnal Ilmu
Manajemen, hal. 3.
30

menghindari hutang ekstrim. Penelitian Chen & Volpe mengukur financial


literacy menggunakan indikator yaitu basic financial concept, saving and
borrowing, insurance dan investment.
7. Gender
Menurut Sanu Gender merupakan suatu keadaan dimana seorang
individu dinyatakan sebagai laki-laki atau perempuan secara biologis yang
kemudian melalui maskulinitas dan feminitas melakukan pencarian sosial
sebagai laki-laki atau perempuan dan didukung oleh nilai-nilai serta
simbol pada masyarakat. Penelitian Alquraan et al. Untuk mengukur
Gender menggunakan indikator laki-laki atau perempuan.
8. Usia
Usia diartikan sebagai satuan ukur dalam menghitung lama
keberadaan dari suatu benda atau makhluk tertentu. Menurut Musdalifa
keputusan berinvestasi berhubungan dengan umur yang dapat dikatakan
erat kaitannya, hal tersebut dapat dilihat dari tanggung jawab yang berbeda
dari usia seseorang. Penelitian Alquraan et al. Untuk mengukur usia
menggunakan indikator usia responden saat ini.
9. Pendapatan
Menurut Musdalifa mengemukakan jika personal income
merupakan total pendapatan sesorang yang didapatkan melalui gaji atau
upah yang berasal dari perusahaan ataupun investasi. Perencanaan
investasi seseorang dipengaruhi oleh jumlah atau besaran pendapatan yang
diperoleh. Tidak dapat dipungkiri jika tingkat pendapatan (income)
masyarakat sangat memengaruhi keputusan perencanaan investasi
seseorang. Penelitian Khanam untuk mengukur pendapatan menggunakan
indikator jumlah pendapatan selama satu bulan.
10. Pendidikan
Pendidikan adalah segala upaya yang dilakukan dengan tujuan untuk
pengembangan potensi agar memiliki keterampilan serta kepribadian yang
diperlukan untuk hidup bermasyarakat Pendidikan dapat memengaruhi
seseorang untuk melakukan pengambilan keputusan, terutama pada
keputusan investasi, karena lebih tinggi tingkatan pendidikan seseorang
31

menyebabkan penentuan keputusan investasi yang optimal dengan tujuan


untuk menghasilkan tingkat pengembalian investasi untuk meningkatkan
kinerja investasi bagi para investor.
11. Pengalaman
Menurut Fachrudin & Fachrudin, pengalaman memiliki peran khusus
dalam pengambilan keputusan investasi, semakin lama pengelaman
investasi seseorang akan semaik baik pilihan alternatif untuk mengevaluasi
sejumlah saham alternatif. Investor yang berpengalaman memiliki
kecenderungan lebih memilih portofolio berisiko, karena ia telah melalui
pengalaman bagaimana cara mengatasinya dengan benar. Penelitian
Alquraan et al. Untuk mengukur pengalaman menggunakan indikator
berapa lama responden melakukan investasi.49

2.7 Meraih Kesuksesan Dalam Berbisnis

2.7.1 Tips dan Trik Menjalankan Bisnis


Menurut (Malahayati,272) alasan kesulitan dan solusi dalam berbisnis
diantaranya:50
1. Tidak mempunyai modal.
Solusinya:

a) Menulis dan mendaftarkan sumber modal yang anda punya. Sumber modal
tersebut dapat anda peroleh dari sumber dana pribadi atau pinjaman.

b) Memperkirakan dan menghitung modal akan kembali dan menghasilkan


keuntungan untuk anda.

49
Ramadhani Anendy Putri. (2020). Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Keputusan
Investasi pada Investor Saham di Surabaya. Jurnal Ilmu Manajemen. Vol 8 No.1, Jurnal Ilmu
Manajemen, hal.

50
Malahayati. 99 Bisnis Ibu Rumah Tangga. 2014. Jakarta: Penebar Plus (Penebar Swadaya Grup).
2014
32

c) Mencari partner atau menjalin kerja sama yang dapat membantu mengelola
modal. Partner tersebut juga dapat membantu anda dalam memecahkan
masalah kebuntuan pengelolaan keuangan. 51
2. Cara memupuk kepercayaan diri.

Solusinya:

a) Mendata sebanyak mungkin prestasi atau kelebihan yang anda punya.


b) Menghargai prestasi-prestasi kecil yang pernah anda lakukan akan
meningkatkan kepercayaan diri anda.
c) Mendaftarkan kelebihan-kelebihan yang anda miliki kemudian
menempelkannya di dinding kamar anda. 52
3. Cara mudah mencari jaringan.
Solusinya:
a) Mendaftarkan nama orang-orang yang sering berinteraksi dengan anda.
Misalnya: tetangga, kerabat, teman-teman kuliah atau sekolah.
b) Mengurutkan nama mulai dari orang yang paling besar kemungkinannya
untuk diajak kerja sama sampai orang yang paling sulit untuk diajak kerja
sama.
c) Memilih beberapa orang dan mulai menghubungi mereka untuk melihat siapa
yang bersedia ikut bisnis anda.
d) Menawarkan produk anda kepada orang yang baru anda kenal secara baik-
baik dan buat orang tertarik untuk memperhatikan anda. 53
4. Menghadirkan skill berbisnis
Solusinya:

a) Belajar kepada orang yang lebih ahli, misalnya: mengikuti kursus.

b) Belajar otodidak melalui buku.


51
Rahmawati, Mari. Menuai Kesuksesan Dalam Bisnis Properti Tanpa Modal Sebagai Investasi
Yang Menguntungkan. Jurnal Cakrawala, Vol. XVII, No. 1, Maret 2017
52
Rahmawati, Mari. Menuai Kesuksesan Dalam Bisnis Properti Tanpa Modal Sebagai Investasi
Yang Menguntungkan. Jurnal Cakrawala, Vol. XVII, No. 1, Maret 2017
53
Rahmawati, Mari. Menuai Kesuksesan Dalam Bisnis Properti Tanpa Modal Sebagai Investasi
Yang Menguntungkan. Jurnal Cakrawala, Vol. XVII, No. 1, Maret 2017
33

c) Mengajar partner untuk bekerja sama.

d) Mencari teman yang ahli dan sudah berpengalaman dengan bisnis yang akan
anda garap.

e) Belajar kepada pakar yang sudah berpengalaman.

f) Membangun skill apapun membutuhkan waktu. Tidak ada skill yang tercipta
dengan sendirinya. Dengan latihan terus menerus, niscaya skill itu akan
terasah.
5. Atasi ketakutan anda
Solusinya:

a) Menanamkan pada diri anda bahwa 80% dari kecemasan sama sekali tidak
terbukti dan tidak menjadi kenyataan.

b) Menjalani usaha yang anda tekuni sebaik mungkin karena hal ini dapat
menyingkirkan rasa takut dalam diri anda.

c) Belajar lebih struggle.

2.7.2 Langkah-langkah Memulai Wirausaha


Menurut modul pembelajaran wirausaha yang dikeluarkan oleh Dirjen
Dikti, ada beberapa langkah-langkah yang dapat dilakukan apabila seseorang
ingin memulai wirausaha. 54
a. Pilih bidang usaha yang Anda minati dan memiliki hasrat dan pengetahuan di
dalamnya.
Kewirausahaan (entrepreneurship) muncul apabila seseorang individu
berani mengembangkan usaha-usaha dan ide-ide barunya. Proses
kewirausahaan meliputi semua fungsi, aktivitas dan tindakan yang

54
Suwinardi. Langkah Sukses Memulai Usaha. Jurnal ORBITH VOL. 14 NO. 3 November 2018:
195-201
34

berhubungan dengan perolehan peluang dan penciptaan organisasi usaha55.


Wirausahawan adalah mereka yang melakukan upaya-upaya kreatif dan
inovatif dengan jalan mengembangkan ide, dan meramu sumber daya untuk
menemukan peluang (opportunity) dan perbaikan (preparation) hidup
(Prawirokusumo, 1997)

Tips pertama ini sangatlah membantu bagi seseorang yang cenderung


memiliki keinginan yang tinggi sekaligus mudah jenuh. Tidak mudah
memang, terutama jika seseorang sudah lama dan terbiasa berada dalam zona
aman. Seringkali kesibukan kerja membunuh instink seseorang untuk
berkreasi maupun mengasah minat dan kesukaan yang mampu mendatangkan
uang. Jika anda telah menentukan minat, maka segeralah asah pengetahuan
dan perbanyak bacaan serta ketrampilan mengenai bidang usaha yang hendak
Anda tekuni.56
Kadang-kadang hal-hal yang dirasakan sudah dikuasai, ternyata setelah
berada di lapangan berbeda drastis dengan yang dipikirkan. Seorang yang
sehari-hari mengerjakan pekerjaan keahlian tertentu, belum tentu bisa sukses
berbisnis dalam bidang tersebut, karenanya perlu sekali belajar dari orang-
orang yang telah sukses merintis usaha di bidang tersebut. Belajar dan
menimba ilmu dan pengetahuan tersebut dapat dilakukan melalui magang atau
kerjasama dengan berbagai pihak yang telah sukses dibidang bisnis.
b. Perluas dan perbanyak jaringan bisnis dan pertemanan.
Sebagai seorang wirausaha dalam kegiatan usaha memerlukan
kerjasama usaha dengan pihak lain, dan dalam memilih mitra kerjasama tentu
memilih mitra yang memiliki kelebihan atas kekurangan yang dimiliki diri
sendiri, serta memberi manfaat baik bagi diri sendiri maupun mitra kerja
sama. Dengan demikian, kerja sama tidak didorong oleh kepentingan sepihak
saja, melainkan harus dilandasi oleh kesepakatan yang membawa
kemaslahatan kedua pihak.

55
Suryana, 2004. Evaluasi dan pengembangan usaha. Jakarta: Direktorat Pendidikan Menengah
Kejuruan Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah, Departemen Pendidikan nasional.
56
Suwinardi. Langkah Sukses Memulai Usaha. Jurnal ORBITH VOL. 14 NO. 3 November 2018:
195-201
35

Sebuah langkah penting dimana seseorang mendapatkan informasi dari


interaksi dengan orang lain. Beberapa ahli menyarankan ketika seorang takut
berwirausaha secara sendirian, maka mengawali usaha secara kelompok
adalah alternatif. Oleh karenanya, kualitas dan kuantitas dalam interaksi sosial
akan lebih memungkinkan individu akan membuat kelompok dalam
berwirausaha.57 Informasi yang penting ketika akan memulai usaha adalah
informasi mengenai lokasi, potensi pasar, sumber modal, pekerja, dan cara
pengorganisasiannya. Kombinasi antara jaringan yang luas dan
kenekaragaman latar belakang akan mempermudah mendapatkan informasi
tersebut.
Jaringan dan pertemanan memberikan jalan dalam membangun usaha
seseorang, karena Seringkali tawaran-tawaran peluang bisnis dan dukungan
pengembangan bisnis datang dari rekan-rekan di dalam jaringan tersebut.
Namun anda tetap harus hati-hati, karena tidak pernah ada yang namanya
makan siang gratis, siapapun itu, anda harus tetap berhati-hati dan
mempersiapkan akan datangnya hal-hal yang tidak terduga. Oleh karena itu,
sebelum kesepakatan kerja sama ditandatangani, harus jelas dulu apa saja yang
disepakati beserta aturan mainnya dan sanksi-sanksi, bila salah satu pihak
ingkar janji dari kerja sama.
c. Pilihlah keunikan dan nilai unggul dalam produk/jasa anda.
Suatu usaha dapat dilakukan yang sesuai dengan keahliannya maupun
kemampuan pelayanannya. Seperti counter HP di Semarang merupakan bisnis
yang menjamur dalam 3-4 tahun ini. Jika mereka tidak mempunyai
keunggulan kompetitif misalnya layanan purna jual, harga yang bersaing,
ataukah layanan secara umum baik, maka sulit akan berkembang. Seseorang
datang ke sebuah toko untuk membeli HP, sebagian besar karena informasi
yang telah didapatkan sebelumnya apakah dari mulut ke mulut ataukah dari
koran. Hal ini sangat berbeda dengan ahli terapis untuk anak autis. Kenyataan
menunjukkan penderita autis meningkat di masyarakat, sementara layanan

57
Suwinardi. Langkah Sukses Memulai Usaha. Jurnal ORBITH VOL. 14 NO. 3 November 2018:
195-201
36

atau terapis autis belum terlalu banyak. Keahlian khusus yang ‘langka’ akan
dicari orang tanpa mempertimbangkan aspek lokasi usaha. 58
Kebanyakan orang tidak sadar, ketika memulai berbisnis, terjebak di
dalam fenomena banting harga. Padahal, ada kalanya, harga bukan segalanya.
Anda harus bisa mencari celah dan ceruk pasar yang unik. Anda harus
menentukan posisi anda di dalam peta persaingan usaha. Jika anda menilai
terlalu tinggi jasa/produk anda, sementara hal yang anda tawarkan itu tidak
punya keunggulan yang sangat spesifik dan memiliki nilai tambah, maka
orang akan berpaling kepada usaha sejenis dengan harga dan kualitas yang
jauh lebih baik.
d. Jaga kredibilitas dan brand image.
Menjaga kredibilitas dan brand image merupakan suatu yang penting
dalam memulai usaha. Seringkali kita ketika memulai berusaha, melupakan
faktor nama baik, kredibilitas dan pandangan orang terhadap produk/jasa kita.
Menurut Kotler, terdapat lima kualitas layanan yang perlu diperhatikan
oleh suatu usaha, agar pelayanan yang diberikan berkualitas, yaitu59:

1) Reliability (Keandalan), yaitu kemampuan untuk memberikan layanan sesuai


dengan yang dijanjikan dengan terpercaya, akurat, dan konsisten.

2) Responsiveness (Daya Tanggap), yaitu kemauan untuk membantu pelanggan


dan memberikan layanan dengan cepat serta mendengar dan mengatasi
keluhan/komplain yang diajukan konsumen.

3) Assurance (Kepastian), yaitu berupa kemampuan untuk menimbulkan


keyakinan dan kepercayaan terhadap janji yang telah dikemukakan kepada
konsumen.

4) Emphaty (Empati), yaitu kesediaan untuk lebih peduli memberikan perhatian,


kesopanan, hubungan personal secara pribadi kepada pelanggan.
58
Suwinardi. Langkah Sukses Memulai Usaha. Jurnal ORBITH VOL. 14 NO. 3 November 2018:
195-201
59
Suwinardi. Langkah Sukses Memulai Usaha. Jurnal ORBITH VOL. 14 NO. 3 November 2018:
195-201
37

5) Tangible (Berwujud), yaitu berupa penampilan fasilitas fisik, peralatan, dan


berbagai media komunikasi.

Misalnya salah satu usaha bisnis, seringkali bertindak arogan dan


mengabaikan keluhan para pelanggannya, padahal bukan hanya sekali dua kali
orang-orang melakukan komplain, akibatnya, kehilangan pelanggan adalah hal
nyata yang akan terjadi dan bahkan kehilangan pasar potensial dan pangsa pasar
yang dikuasainya.

Menurut Aaker & David (1996:23) menyatakan bahwa untuk


meningkatkan kesetiaan pelanggan perusahaan dapat melakukan tiga tindakan.
Pertama, melalui frequent buyer program, yaitu usaha untuk memberikan
penghargaan dan memperkuat perilaku pembelian ulang, dianggap efektif untuk
meningkatkan kesetiaan pelanggan. Kedua, pembentukan customer club, sehingga
perusahaan dapat melakukan komunikasi langsung dengan pelanggan dan lebih
mengenal dekat siapa pelaggannya, latar belakang, kebutuhan, serta keinginannya,
termasuk memperoleh data base pelanggannya. Ketiga, data base marketing,
melalui data base marketing yang baik para pelanggan, akan memudahkan bagi
perusahaan untuk berkomunikasi tentang produk dan mendapatkan informasi
tentang kebutuhan dan keinginan yang “tersembunyi” para pelanggan.60

e. Berhemat dalam operasional secara terencana serta sisihkan uang untuk modal
kerja dan penambahan investasi alat-alat produksi/jasa.
Menurut Zimmerer (dalam Suryana, 2003: 44-45) ada beberapa faktor yang
menyebabkan wirausaha gagal dalam menjalankan usaha barunya, diantaranya:
1) Tidak kompeten dalam manajerial.
Tidak kompeten atau tidak memiliki kemampuan dan pengetahuan
mengelola usaha merupakan faktor penyebab utama yang membuat
perusahaan kurang berhasil.

60
Suwinardi. Langkah Sukses Memulai Usaha. Jurnal ORBITH VOL. 14 NO. 3 November 2018:
195-201
38

2) Kurang berpengalaman baik dalam kemampuan mengkoordinasikan,


keterampilan mengelola sumber daya manusia, maupun kemampuan
mengintegrasikan operasi perusahaan.
3) Kurang dapat mengendalikan keuangan.
Agar perusahaan dapat berhasil dengan baik, faktor yang paling utama
dalam keuangan adalah memelihara aliran kas. Mengatur pengeluaran dan
penerimaan secara cermat. Kekeliruan dalam memelihara aliran kas akan
menghambat operasional perusahan dan mengakibatkan perusahaan tidak
lancar.
Banyak orang yang jika sudah untung besar dan berada di atas,
melupakan faktor persiapan akan hal tak terduga maupun merencanakan
pengembangan usaha. Padahal bisnis adalah sama dengan hidup, harus selalu
bertahan dan berjuang. Banyak pengusaha seperti pengrajin kita, ketika sudah
kebanjiran order dan menerima banyak uang, malah mendahulukan membeli
mobil mewah ataupun mobil sport. Hal ini tidak salah, namun akan lebih baik
jika keuntungan itu disisihkan untuk laba ditahan dan penambahan modal
kerja. Dengan demikian usaha bisa lebih berkembang, dan mendapatkan
kepercayaan dan pinjaman modal dari bank menjadi lebih mudah.
Sebaiknya untuk keperluan sehari-hari, pemilik perusahaan
mencadangkan alokasi dana secukupnya saja untuk biaya hidup dan keperluan
pribadi dalam bentuk gaji tetap komisaris/pemilik. Atau disisihkan sebagian
saja dari laba tahunan, namun jangan menganggu arus kas perusahaan untuk
kepentingan pribadi yang tidak ada urusannya dengan produktivitas usaha.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Investasi berasal dari kata invest yang berarti menanam,


menginvestasikan atau menanam uang. Sumber Penanaman Modal dalam bisnis
berasal dari Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) dan Pengertian
Penanaman Modal Asing (PMA). Penanaman Modal Dalam Negeri adalah
kegiatan menanamkan modal untuk melakukan usaha di wilayah Negara
Republik Indonesia yang dilakukan oleh penanaman modal dalam negeri
dengan menggunakan modal dalam negeri. Penanaman Modal Asing (PMA)
dikontruksikan sebagai upaya pemindahan modal dari satu negara ke negara
lainnya yang tujuan utamanya memperoleh keuntungan.
Perencanaan keuangan adalah sebuah proses dimana seseorang atau
individu berusaha untuk memenuhi tujuan-tujuan finansialnya melalui
pengembangan dan implementasi dari sebuah rencana keuangan yang
komprehensif dan perencanaan keuangan yang baik akan menghasilkaan
sebuah rencana keuangan yang jelas dan memudahkan rencana keuangan.
Analisis Pasar Untuk Mengidentifikasi Peluang Bisnis bisa dilihat pada
segmentasi pasar yaitu sebagai berikut: Analisis situasi, Penentuan segmentasi
pasar, Penentuan target pasar, Penentuan posisi produk, dan Penentuan bauran
pemasaran. Faktor-Faktor Yang Mengpengaruhi Kelayakan Segmentasi yaitu
dapat diukur, accessible, substansial, unik, cocok, dan stabil. Untuk
menentukan segmen pasar dapat dikelompokkan dalam empat kategori, yaitu:
Geografi, Demografi, Perilaku, dan Psikografi. Proses penentuan posisi itu
sendiri pada umumnya melewati tiga tahap berikut:

1. Mengidentifikasi keunggulan keunggulan - kompetitif perusahaan atau


merek
2. Mengambil keputusan tentang keunggulan kompetitif yang akan mendapat
penekanan
40

3. Mengimplementasikan konsep penentuan posisi.


Dalam menghadapi MEA, produk halal Indonesia memiliki peluang besar,
untuk dapat bersaing dengan negara lain. Para pelaku usaha, baik produsen
maupun eksportir Indonesia, yang telah mengantongi sertifikat halal maka
produk-produk mereka akan lebih mudah diterima oleh konsumen produk halal di
negara lain hanya dengan melihat label halal yang tercantum pada produk mereka.

Menurut National Digital Research Cen-tre (NDRC), Financial


Technology adalah istilah yang biasa digunakan untuk menyebut suatu inova-si di
bidang jasa finansial. Lima elemen ekosistem fintech antara lain:

1. Fintech Startup
2. Technology developers
3. Pemerintah
4. Pelanggan keuangan
5. Lembaga keuangan tradisional
Faktor-Faktor Memengaruhi Keputusan Investasi diantaranya sebagai
berikut: Teori Behavioral Finance, Teori Expected Utility, Herding, Risk
Perception, Risk Averse, Financial Literacy, Gender, Usia, Pendapatan,
Pendidikan, dan Pengalaman.
Langkah-langkah yang dapat dilakukan apabila seseorang ingin memulai
wirausaha, diantaranya sebagai berikut:
a. Pilih bidang usaha yang Anda minati dan memiliki hasrat dan pengetahuan di
dalamnya.
b. Perluas dan perbanyak jaringan bisnis dan pertemanan.
c. Pilihlah keunikan dan nilai unggul dalam produk/jasa anda.
d. Jaga kredibilitas dan brand image.

e. Berhemat dalam operasional secara terencana serta sisihkan uang untuk modal
kerja dan penambahan investasi alat-alat produksi/jasa.
41

3.2 Saran

Berdasarkan pembahasan dan simpulan yang telah dikemukakan


sebelumnya, maka saran dari penelitian ini adalah:
1. Upaya pelaku bisnis untuk meningkatkan pengembangan usaha dapat
dilakukan melalui pengelolaan usaha yang lebih baik, membangun jaringan
kerja dengan sesama pelaku bisnis, keberanian mengambil resiko dan
kemampuan melihat peluang dan kesempatan untuk memajukan usaha
sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan keluarga pelaku bisnis.
2. Jika pelaku bisnis ingin usahanya berkembang, maka mereka tidak hanya
dituntut memiliki pendidikan yang tinggi, namun juga harus memiliki
networking atau jaringan kerja, berinovasi, dan merubah pola pikir atau cara
pandang sehingga memiliki semangat untuk maju.
3. Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan pada kemampuan peneliti.
Model yang dibangun dalam penelitian diadopsi dan diinovasi dari model-
model penelitian sebelumnya. Saran yang diberikan untuk penelitian
selanjutnya adalah membangun model penelitian peranan karakteristik
kewirausahaan terhadap serapan kredit dan pengembangan usaha dengan
memasukkan indikator-indikator lain yang belum teridentifikasi dalam
penelitian.
DAFTAR PUSTAKA

Adi Nugroho. (2006). E-commerce Memahami Perdagangan Modern di dunia


Maya. (Bandung: Informatika Bandung) Hal. 9
Alvien Septian Haerisma. (2018). Pengembangan Pariwisata Halal Di Indonesia
Tinjauan Etika Bisnis Islam. (dalam Al-Mustashfa: Jurnal Penelitian
Hukum Ekonomi Islam). Vol.3 No. 2, hlm 154
Ana Rokhmatussa’dyah dan Suratman. (2009). Hukum Investasi dan Pasar
Modal. (Jakarta: Sinar Grafika)
Andreas Halim. (2003). Kamus Lengkap 1 Milyar Inggris-Indonesia. (Surabaya:
Sulita Jaya). Hal. 166.
Ayu Lestari & Aditya Dwi Prastya. (2014). Bisnis Online Syariah. (Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama).

Buchari Alma. (2002). Kewirausahaa. (Bandung: Alfabeta) Cet-Ke1, hal. 2


David Kairupan. (2013). Aspek Hukum Penanaman Modal Asing di Indonesia,
(Jakarta: Kencana Premada Media)
Eka Dewi Satriana dan Hayyun Durrotul Faridah. (2018). Wisata Halal:
Perkembangan, Peluang dan Tantangan. Dalam Journal of Halal Product
and Research (JHPR) Vol. 1 No. 2, hlm 39
Equilibrium, (2003). Jurnal Ekonomi-Manajemen-Akuntansi, Vol. I No.2
Agustus. Hal 91-106

Erman Rajagukguk. (2005). Modul Hukum Investasi di Indonesia, (Jakarta:


Universitas Indonesia)
Eva Syahra, dkk. (2019). Identifikasi Peluang Bisnis Usaha Kecil Pada Wilayah
Sekitar Industri Kelapa Sawit (PT. Damai Jaya Lestari di Kecamatan
Polinggona Kabupaten Koloka Sulawesi Tenggara. Jurnal BUSINESS
UHO: Jurnal Administrasi Bisnis.). Vol. 4 No. 2. Hlm 185.
Finance.detik.com. (2017). UMKM sulit dapat modal usaha ini solusi BI.
43

Hulaman panjaitan dan Anner M Sianipar. (2008). Hukum Penanaman Modal


asing. (Jakarta: CV Indhill Co). Hal. 47
Hulaman Panjaitan. (2003). Hukum Penanaman Modal Asing. (Jakarta: Ind-Hill
Co). Hal. 19
Ida Bagus Rahmadi Supanca. (2006). Kerangka Hukum dan Kebijakan Investasi
Langsung di Indonesia. (Bogor: Ghalia Indonesia).
Ida Kurnia Putri. (2016). Perencanaan keuangan pada mahasiswa ekonomi Islam
di Yogyakarta, (Yogyakarta)
Ismiriati Nasip dan Eka Sudarmaji. (2017). Model Bisnis Kanvas: Alat untuk
Mengidentifikasi Peluang Bisnis Baru Bagi Pengusaha UKM Indonesia.
(Dalam 1st National Conference on Business and Entrepreneurship
“Building Indonesia Bussiness and Entrepreneurial Platform”)
Lita Marina Handayani. (2020). Sumber Pembiayaan dan Model Pengelolaan Kas
Perusahaan, (Jakarta Barat), hal. 3

Malahayati. 2014. 99 Bisnis Ibu Rumah Tangga. Jakarta: Penebar Plus (Penebar
Swadaya Grup). 2014
Muhamad Nafik Hadi Ryandono. (2018). FinTech Waqaf: Solusi Permodalan
PerusahaanStartup Wirausaha Muda. Jurnal Studi Pemuda. Volume 7
Nomor 2 tahun 2018. www.jurnal.ugm.ac.id/jurnalpemuda. Hlm 115

Neti Budiwati. (2012). Merancang Permodalan dalam Usaha, (Bandung), hal. 1


Nurnazmi dan Syaifullah, (2019). Analisis Permodalan Buruh Tenun Tradisional
Bima pada Tenun Tembe Nggoli, (Bima), hal. 29

Peraturan Bank Indonesia nomor 19/12/PBI/2017 tentang Penyelenggaraan


Teknologi Finansial.

Rahmawati, Mari. Menuai Kesuksesan Dalam Bisnis Properti Tanpa Modal


Sebagai Investasi Yang Menguntungkan. Jurnal Cakrawala, Vol. XVII, No.
1, Maret 2017
44

Ramadhani Anendy Putri. (2020). Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Keputusan


Investasi pada Investor Saham di Surabaya. Jurnal Ilmu Manajemen. Vol
8 No.1, Jurnal Ilmu Manajemen, hal. 3.
Refangga, M.A., Mega, D.R., Fahmi, M.R., Idris, Mohammad., Lefrianti, Delana.,
Sasongko, D.F. Surabaya. (2014). Segmentasi Pasar Target Pasar dan
Positioning, Hal. 05

Romanova, I., & Kudinska, M. (2016). Contempo-raryIssues in Finance:


Banking and FinTech: A Challenge or Opportunity ?. (London: Emerald
Group Publishing Limited)

Salim HS dan Budi Sutrisno. (2008). Hukum Investasi di Indonesia. (Jakarta:


Rajawali Pers). hal.129

Sifa, Eka Nurhalimatus. (2016). E-Waqf as an Alterna-tive Solution for


Infrastructure Development Based on Crowdfunding. (Muhammadiyah
Uni-versity of Metro: The First International Con-ference on Law,
Economics and Education).
Siregar, (2016). Financial Technology Tren Bisnis Keuangan ke Depan. Diakses
pada 1 April 2018 di (http://infobanknews.com).

Sugeng Rianto. (2007). Identifikasi dan Pemanfaatan Peluang Bisnis. (dalam


Majalah Ilmiah Fakultas Ekonomi Universitas Semarang). Vol. 6 No. 1,
hlm 9
Suparji. (2010). Pengaturan Penanaman Modal di Indonesia, (Universitas
Alazhar Indonesia, Jakarta)

Suwinardi. Langkah Sukses Memulai Usaha. Jurnal ORBITH VOL. 14 NO. 3


November 2018: 195-201

Syarkawi, m. (2018). Republika.co.id, 27 September 2018.


45

Warto dan Zainal Arif. (2020). Halal Product Business Between Opportunities
and Challenges, Problematics and Their Solutions dalam Jurnal Al-Ulum
Vol. 20 No. 1, hlm 281
www. finansial.bisnis.com. (2019). Fintech Buka Akses Permodalan Pelaku
UMKM
www.bi.go.id. (2017). Penjaminan kredit sebagai solusi permasalahan UMKM.
Di akses kredit perbankan di provinsi Jambi.
46

Anda mungkin juga menyukai