Anda di halaman 1dari 22

1.

1 LATAR BELAKANG
Sejalan dengan visi misi Presiden pada Perpres Nomor 18 Tahun 2020 tentang
RPJMN Tahun 2020-2024 dan Inpres No. 9/2020, maka perlu adanya integrasi
dan perencanaan yang terpadu untuk Pulau Papua sehingga pembangunan
infrastruktur yang dilakukan dapat mewujudkan dan mendukung dengan optimal
pembangunan di Pulau Papua.
Pulau Papua terdiri dari dua provinsi yaitu Provinsi Papua dan Provinsi Papua
Barat yang memiliki 2 Kota dan 40 Kabupaten yang mana seluruhnya
kabupaten/kota tersebut termasuk dalam Kawasan strategis prioritas nasional
sesuai dengan RPJMN 2020-2024 baik berupa PKSN, KTM, Lokpri, KI, KEK,
KSPN, Kota Baru, Taman Nasional, KPPN, DDT, PPKT, PLBN, dan Wilayah
Adat.
BPIW melalui Bidang Pengembangan Infrastruktur PUPR Wilayah III C akan
melaksanakan kegiatan Penyusunan Rencana Pengembangan Infrastruktur
Wilayah di Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat (Pulau Papua) dalam
jangka tahunan dan jangka menengah yang diwujudkan dalam rencana 10
tahun.

Kebijakan dan strategi pembangunan kewilayahan dalam RPJMN Tahun 2020-


2024 yang diarahkan terhadap wilayah Papua adalah sebagai berikut:

“Meningkatkan kualitas tata kelola pelayanan dasar, daya saing, serta


kemandirian daerah”
melalui strategi pembangunan:
a. Pelaksanaan desentralisasi dan otonomi khusus melalui peningkatkan
kapasitas daerah otonom dan daerah khusus/daerah istimewa untuk
pemenuhan standar pelayanan minimum, pengelolaan keuangan daerah dan
pemenuhan pelayanan publik yang lebih efektif dan efisien;
Pelaksanaan otonomi khusus di Papua dan Papua Barat diarahkan pada
pelaksanaan Undang-undang Nomor 21 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus

1-1
bagi Provinsi Papua dan Papua Barat secara sungguh-sungguh, konsisten,
nyata dan bertanggung jawab antara lain melalui:
a) penguatan dan pemberdayaan Orang Asli Papua berlandaskan budaya
dan adat yang mengutamakan nilai-nilai kemanusiaan;
b) pengembangan wilàyah adat Tabi, Saereri, La Pago, Me Pago, Anim Ha,
Bomberai dan Domberai dalam mendukung perekonomian wilayah;
c) penguatan tata kelola pemerintahan yang partisipatif, transparan,
akuntabel, dan adil dengan mengutamakan pelayanan prima;
d) optimalisasi pengelolaan Dana Otonomi Khusus Papua bagi pelayanan
publik dan pengembangan ekonomi untuk meningkatkan kesejahteraan
rakyat dan kemajuan daerah;
e) peningkatan kapasitas aparatur dan pengembangan manajemen berbasis
kinerja; serta
f) penguatan distrik sebagai pusat perubahan dan pertumbuhan, serta
pembinaan dan pengawasan desa.
b. Pengembangan kerja sama antardaerah otonom dalam peningkatan daya
saing daerah dan membangun sentra-sentra ekonomi baru;
c. Penataan hubungan pusat dan daerah yang lebih sinergis.

A. Prioritas Pembangunan Wilayah Papua


Prioritas pembangunan Wilayah Papua tahun 2020-2024 mengutamakan
pendekatan budaya dan kontekstual Papua, serta pendekatan berbasis ekologis
dan tujuh wilayah adat: Laa Pago, Saireri, Tabi, Mee Pago, Anim Ha, Bomberay,
dan Domberay sejalan dengan pelaksanaan UU No. 35/2008 tentang Otonomi
Khusus Papua dan Papua Barat yang mengamanatkan penguatan dan
pemberdayaan Orang Asli Papua berlandaskan budaya dan adat yang
mengutamakan nilai-nilai kemanusiaan; pengembangan wilayah adat dalam
mendukung perekonomian wilayah; dan pelaksanaan Instruksi Presiden No.
9/2017 tentang Percepatan Pembangunan Papua dan Papua Barat yang
mengamanatkan tentang: (1) Peningkatan kualitas dan akses pendidikan; (2)
Peningkatan kualitas dan akses kesehatan; (3) Jaminan sosial dan
kesejahteraan sosial; (4) Permukiman layak, air bersih dan sanitasi; (5)
Pengembangan ekonomi lokal; (6) Konektivitas: Trans Papua, perhubungan laut,
sungai dan udara, telekomunikasi dan internet; dan (7) Penguatan tata kelola
dan kelembagaan.

1-2
Dalam RPJMN Tahun 2020-2024, pembangunan Wilayah Papua akan mencakup
kegiatan prioritas:
1) Pengembangan sektor unggulan;
2) Pengembangan kawasan strategis;
3) Pengembangan kawasan perkotaan;
4) Pengembangan daerah tertinggal, kawasan perbatasan, perdesaan, dan
transmigrasi;
5) Penataan kelembagaan dan keuangan daerah.

B. Proyek Prioritas Strategis (Major Project) Wilayah Papua


Dalam mendorong percepatan pembangunan Wilayah Papua tahun 2020-2024,
proyek prioritas strategis (Major Project) adalah sebagai berikut:
1) Pembangunan Kota Baru Sorong;
2) Pengembangan Pusat Kegiatan Strategis Nasional: (a) PKSN Jayapura dan
(b) PKSN Merauke;
3) Pengembangan Wilayah Adat Papua: (a) Domberay dan (b) Laa Pago;
4) Pembangunan Jaringan Pelabuhan Utama Terpadu: Sorong;
5) Pembangunan Jalan Trans pada Pulau Tertinggal, Terluar, dan Terdepan: P.
Biak;
6) Pembangunan Jalan Trans Papua: Merauke-Sorong; dan
7) Pembangunan Jembatan Udara di Papua.

1-3
Gambar 1.1. Peta Sebaran Rencana Proyek Prioritas Strategis (Major Project)
RPJMN 2020-2024 di Wilayah Papua

C. Lingkup dan Batasan Wilayah


Ruang lingkup wilayah makro dalam pekerjaan ini meliputi 7 Wilayah Adat di
Pulau Papua yang meliputi Wilayah Adat Bomberay, Domberay, Mee Pago,
Saereri, Laa Pago, Mamta, dan Anim Ha. 7 wilayah adat ini menjadi bagian dari 2
wilayah provinsi di Pulau Papua. Lingkup lokasi perencanaan dapat
dikelompokkan sebagai berikut :

Tabel I.1. Lingkup Wilayah Perencanaan


Ibukota
Wilayah Luas Jumlah
Provinsi Kabupaten/Kota Kabupaten/
Adat (km2) Pulau
Kota
1.     Kabupaten Tolikara Karubaga 10.977,09 -
2.     Kabupaten Mamberamo Tengah Kobakma 2.248,00 -
3.     Kabupaten Lanny Jaya Tiom 1.253,00 -
Papua 4.     Kabupaten Nduga Kenyam 1.275,00 -
Pegununga Laa Pago
n 5.     Kabupaten Jayawijaya Wamena 7.030,66 -
6.     Kabupaten Yalimo Elelim 2.168,00 -
7.     Kabupaten Yahukimo Dekai 17.152,00 -
8.  Kabupaten Pegunungan Bintang Oksibil 5.588,13 -
1.     Kabupaten Supiori Sorendiweri 678,32 171
2.     Kabupaten Biak Numfor Biak 2.602,00 124
Papua Saireri
3.     Kabupaten Kepulauan Yapen Serui 2.050,00 148
4.     Kabupaten Waropem Botawa 31.983,69 5
1.     Kota Jayapura Jayapura 935,92 16
2.     Kabupaten Mamberamo Raya Burmeso 23.813,91 10
Papua Mamta 3.     Kabupaten Sarmi Sarmi 27.108,00 15
4.     Kabupaten Jayapura Sentani 11.157,15 26
5.     Kabupaten Keerom Waris 24.118,00 -
1.     Kabupaten Puncak Ilaga 8.055,00 -
Laa Pago
2.     Kabupaten Puncak Jaya Mulia 6.525,25 -
1.     Kabupaten Nabire Nabire 11.112,61 52
Papua 2.     Kabupaten Intan Jaya Sugapa 3.922,02 -
Tengah 3.     Kabupaten Paniai Enarotali 4.989,51 -
Mee Pago
4.     Kabupaten Dogiyai Kigamani 4.237,40 -
5.     Kabupaten Deiyai Tigi 537,39 -
6.     Kabupaten Mimika Timika 21.633,00 11
Papua 1.     Kabupaten Asmat Agats 15.682,00 1
Anim Ha
Selatan 2.     Kabupaten Merauke Merauke 44.071,00 19

1-4
Ibukota
Wilayah Luas Jumlah
Provinsi Kabupaten/Kota Kabupaten/
Adat (km2) Pulau
Kota
3.     Kabupaten Mappi Kepi 8.390,00 2
4.     Kabupaten Boven Digoel Tanah Merah 17.742,00 -
1.     Kabupaten Fak-Fak Fak-Fak 14.320,00 495
Papua Barat Bomberay
2.     Kabupaten Kaimana Kaimana 16.241,84 480
1.     Kota Sorong Sorong 656,64 25
2.     Kabupaten Sorong Aimas 6.544,23 110
3.     Kabupaten Raja Ampat Waisai 8.034,44 2713
4.     Kabupaten Tambrauw Fef 11.529,18 2
5.     Kabupaten Maybrat Kemurkek 5.461,69 -
Papua Barat Domberay 6.     Kabupaten Sorong Selatan Teminabuan 6.594,31 -
7.     Kabupaten Pegunungan Arfak Ullong 2.773,74 -
8.     Kabupaten Manokwari Manokwari 3.186,28 7
Boundij-
9.     Kabupaten Manokwari Selatan 2.812,44 -
Ransiki
10.  Kabupaten Teluk Bintuni Bintuni 20.840,83 29
11.  Kabupaten Teluk Wondama Rasiei 3.959,53 249
Sumber: RPJMN 2020-2024 dan Provinsi dalam Angka Tahun 2022, DOB Papua
Keterangan: Berwarna Merupakan Lokasi Survey Kawasan Prioritas

1-5
Gambar 1.1. Peta Administrasi Wilayah Perencanaan

1-6
Gambar 1.2. Peta 7 Wilayah Adat di Pulau Papua

1-7
1.2 KEDUDUKAN DALAM KEBIJAKAN
Bagian Kedudukan dalam Kebijakan menjelaskan posisi RPIW dalam kerangka
perencanaan dan pemrograman pembangunan infrastruktur PUPR serta
terhadap dokumen perencanaan lainnya sebagaimana ditunjukkan pada Gambar
1.3 dan Gambar 1.4.

Gambar 1.3. Posisi RPIW dalam Kerangka Rancangan Peraturan Menteri PUPR tentang
Perencanaan dan Pemrograman Pembangunan Infrastruktur PUPR

Gambar 1.4. Kedudukan RPIW terhadap Dokumen Perencanaan Lainnya

1-8
INTEGRASI DAN
PERENCANAAN
DASAR HUKUM DAN
PENGEMBANGAN
KEBIJAKAN
WILAYAH TERPADU PULAU
PAPUA

Rencana Pembangunan; Pembangunan Infrastruktur yang dilakukan dapat


mewujudkan dan mendukung dengan OPTIMAL
Penataan Ruang PEMBANGUNAN DI PULAU PAPUA

Pemerintahan Daerah;

Otonomi Khusus Provinsi Papua Perencanaan Infrastruktur PUPR yang


Terintegrasi Dengan Infrastruktur Non
Renstra Kementerian PUPR PUPR Lainnya Pada Pulau Papua

Kebijakan teriat Infrastruktur PUPR

Kebijakan Sektoral
PENYUSUNAN
Kebijakan terkait KEK RENCANA KONSEP
GAMBARAN UMUM PEMBANGUNAN PENGEMBANGAN
Kebijakan Pembangunan Daerah.
INFRASTRUKTUR WILAYAH
WILAYAH

RPJMN Tahun 2020-2024 tentang RPJMN


Tahun 2020-2024;
MENINGKATKAN PERTUMBUHAN EKONOMI DAN PEMENUHAN
Inpres No. 9/2020 tentang Percepatan PELAYANAN DASAR
Pembangunan Kesejahteraan di Provinsi Perkuatan infrastruktur ditujukan untuk mendukung aktivitas perekonomian
Papua dan Provinsi Papua Barat serta mendorong pemerataan pembangunan nasional memastikan
pembangunan infrastruktur akan didasarkan kebutuhan dan keunggulan wilayah

Peningkatan kualitas dan akses Menjadikan keunggulan wilayah sebagai Pengembangan sektor/
pendidikan; acuan untuk mengetahui kebutuhan komoditas/kegiatan unggulan daerah,
infrastruktur wilayah,
peningkatan kualitas dan akses Distribusi pusat-pusat pertumbuhan (PKW)
kesehatan; Peningkatan pengaturan, pembinaan dan ke wilayah belum berkembang,
pengawasan dalam pembangunan,
jaminan sosial dan kesejahteraan sosial; Peningkatan daya saing wilayah yang
Pengembangan infrastruktur perkotaan inklusif,
permukiman layak, air bersih dan sanitasi; berbasis TIK,
Memperkuat kemampuan SDM dan Iptek
pengembangan ekonomi lokal; Rehabilitasi sarana dan prasarana yang berbasis kewilayahan dalam mendukung
sudah tidak efisien, ekonomi unggulan daerah, serta
konektivitas melalui Trans Papua,
perhubungan laut, sungai dan udara, Mempermudah perijinan pembangunan Meningkatkan IPM melalui pemenuhan
telekomunikasi dan internet; dan infrastruktur. pelayanan dasar secara merata.

penguatan tata kelola dan kelembagaan.

1-9
Dasar Hukum
Dasar hukum sebagaimana yang tertuang dalam Kerangka Acuan Kerja,
dikelompokkan kembali baik sector maupun jenis infrastruktur. Kebijakan dan
perencanaan di tingkat pusat akan dikolaborasikan dengan kebijakan dan
perencanaan di tingkat daerah. Berikut acuan utama Undang-undang dan
pengelompokan kebijakan:

RTRW Nasional
RPJMN 2020-2024
RTR Pulau Papua
Renstra
PUPR 2020-2024
RTRW Provinsi
RPJPD dan RPJMD
Provinsi RTRW Kab/Kota

RPJPD dan RPJMD KEBIJAKAN


Kab/Kota Rencana
Rencana
OTONOMI Pembangunan
Tata Ruang RTR KSN Perbatasan
Kebijakan
KHUSUS Sektoral NegaraKalimatan

Rencana Tata Ruang Laut


Nasional

ESDM dan Industri RZWP3K Provinsi

Perhubungan Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan

Lingkup kajian dan lingkup pembahasan dalam kegiatan ini lebih kompleksitas
dan terpadu, maka Dasar Hukum yang menjadi rujukan dalam Kegiatan
Pengembangan Infrastruktur PUPR Pulau Papua dirinci dan dikelompokkan
sebagai berikut:

Tabel I.2. Dasar Hukum terkait Kebijakan Pemerintah Daerah,


Pembangunan dan Penataan Ruang

No Kelompok Peraturan Perundangan


Kebijakan
1 Rencana a. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Pembangunan Nasional;
b. Undang-undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan
Jangka Panjang Nasional 2005-2025;
c. Peraturan Presiden Nomor 18 Tahun 2020 tentang Rencana Pembangunan

1 - 10
No Kelompok Peraturan Perundangan
Kebijakan
Jangka Menengah Nasional Tahun 2020-2024
d. Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2020 tentang
Percepatan Pembangunan Kesejahteraan di Provinsi Papua dan Provinsi
Papua Barat
e. Peraturan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Nomor 7 Tahun 2021
tentang Perubahan Daftar Proyek Strategis Nasional
f. RPJPD dan RPJMD dalam Peraturan Daerah Provinsi Papua Provinsi
Papua
g. RPJPD dan RPJMD dalam Peraturan Daerah Provinsi Provinsi Papua Barat
h. RPJPD dan RPJMD dalam Peraturan Daerah Provinsi Kabupaten Puncak
i. RPJPD dan RPJMD dalam Peraturan Daerah Provinsi Kabupaten Puncak
Jaya
j. RPJPD dan RPJMD dalam Peraturan Daerah Provinsi Kabupaten Tolikara
k. RPJPD dan RPJMD dalam Peraturan Daerah Provinsi Kabupaten Lanny
Jaya
l. RPJPD dan RPJMD dalam Peraturan Daerah Provinsi Kabupaten Nduga
m. RPJPD dan RPJMD dalam Peraturan Daerah Provinsi Kabupaten
Jayawijaya
n. RPJMD dan RPJMD dalam Peraturan Daerah Provinsi Kabupaten
Membramo Tengah
o. RPJPD dan RPJMD dalam Peraturan Daerah Provinsi Kabupaten Yalimo
p. RPJPD dan RPJMD dalam Peraturan Daerah Provinsi Kabupaten Yahukimo
q. RPJPD dan RPJMD dalam Peraturan Daerah Provinsi Kabupaten
Pegunungan Bintang
r. RPJPD dan RPJMD dalam Peraturan Daerah Provinsi Kabupaten Teluk
Wondama
s. RPJPD dan RPJMD dalam Peraturan Daerah Provinsi Kabupaten
Manokwari Selatan
t. RPJPD dan RPJMD dalam Peraturan Daerah Provinsi Kabupaten Maybrat
2 Rencana Tata a. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2007 tentang
Ruang Penataan Ruang;
b. RTRWN terkait kawasan perencanaan maupun rencana pengembangan
infrastruktur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 jo
Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2017;
c. Peraturan Presiden Nomor 3 Tahun 2012 Rencana Tata Ruang Pulau
Papua;
3. Pemerintah a. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Daerah Pemerintahan Daerah
b. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2021 tentang
Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2001 Tentang
Otonomi Khusus Bagi Provinsi Papua

Tabel I.3. Dasar Hukum terkait Kebijakan Infrastruktur PUPR

No Kelompok Peraturan Perundangan


Kebijakan
1 Kelembagaan a. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 13 Tahun 2020 tentang
PUPR Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat
b. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor
23 tahun 2020 tentang Rencana Strategis Kementerian Pekerjaan
Umum dan Perumahan Rakyat Tahun 2020-2024
2 Sumber Daya Air a. UURI Nomor 37 tahun 2014 tentang Konservasi Tanah dan Air
(SDA) b. UU RI Nomor 17 Tahun 2019 tentang Sumber Daya Air;

1 - 11
No Kelompok Peraturan Perundangan
Kebijakan
c. UU RI Nomor 11 Tahun 1974 tentang Pengairan;
d. Peraturan Pemerintah Nomor 38 tahun 2011 tentang Sungai;
e. Peraturan Pemerintah Nomor 37 tahun 2010 tentang Bendungan;
f. Peraturan Presiden nomor 33 tahun 2011 tentang Kebijakan Nasional
Pengelolaan Sumber Daya Air;
g. Peraturan Presiden Nomor 10 tahun 2017 tentang Dewan Sumber
Daya Air Nasional;
h. Perraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 17/PRT/M/2011 tentang
Pedoman penetapan Garis Sempadan Jaringan Irigasi;
i. Peraturan Menteri PUPR Nomor 13/PRT/M/2015 tentang
Penanggulangan Darurat Bencana Akibat Daya Rusak Air;
j. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 09/PRT/M/2010 tentang
Pedoman Pengamanan Pantai;
k. Peraturan Menteri PUPR Nomor 10/PRT/M/2015 tentang Rencana
dan Rencana Teknis Tata Pengaturan Air dan Tata Pengairan.
l. Peraturan Menteri PUPR Nomor 09/PRT/M/2015 tentang
Penggunaan Sumber Daya Air;
m. Permen PU NOmor 11/PRT/M/2014 tentang Pengelolaan Air Hujan
Pada ABngunan Gedung da Persilnya.
n. Perpres Nomor 51 Tahun 2016 tentang Batas Sempadan Pantai;
o. Peraturan Menteri PUPR Nomor 07/PRT/M/2015 tentang
Pengamanan Pantai;
p. Peraturan Menteri PUPR Nomor 11/PRT/M/2015 tentang Eksploitasi
dan Pemeliharaan Jaringan Reklamasi Rawa Pasang Surut;
q. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor
04/PRT/M/2015 tentang Kriteria dan Penetapan Wilayah Sungai
r. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 293/KPTS/M/2014
tentang Penetapan Status Daerah Irigasi yang Pengelolannya Menjadi
Wewenang dan Tanggung Jawab Pemerintah, Pemerintah Provinsi,
dan Pemerintah Kabupaten/Kota
3 Bina Marga (Jalan a. UU RI Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan;
dan Jembatan) b. Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2006 tentang Jalan;
c. Peraturan Menteri PUPR Nomor 33/PRT/M/2016 tentnag
Penyelenggaraan Dana Alokasi Khusus Bidang Infastruktur
d. Peraturan Menteri Pekerjaan umum Nomor 03/PRT/M/2012 tentang
Pedoman Penetapan Fungsi Jalan dan Status jalan;
e. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 19/PRT/M/2011 tentang
Persyaratan Teknis Jalan dan Kriteria Perencanaan Teknis Jalan;
f. Peraturan Menteri PUPR Nomor 41/PRT/M/2015 tentang
Penyelenggaraan Keamanan Jembatan dan Terowongan jalan;
g. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor
05/PRT/M/2018 tentang Penetapan Kelasn jalan Berdasarkan funsgi
dan intensitas Lalu lintas serta Daya Dukung Menerima Muatan
Sumbu Terberat dan Dimensi Kendaraan Bermotor;
h. Peraturan Menteri PU Nomor 11/PRT/M/2011 tentang Pedoman
Penyelenggaraan Jalan Khusus;
i. Peraturan Pemerintah RI Nomor 15 Tahun 2005 tentang Jalan Tol;
j. Peraturan Pemerintah RI Nomor 44 Tahun 2009 tentang Perubahan
Peraturan Pemerintah RI Nomor 15 Tahun 2005 tentang Jalan Tol;
k. Peraturan Pemerintah RI Nomor 43 Tahun 2013 tentang Perubahan
Kedua atas Peraturan Pemerintah RI Nomor 15 Tahun 2005 tentang
Jalan Tol;
l. Peraturan Pemerintah RI Nomor 30 Tahun 2017 tentang Perubahan
Ketiga atas Peraturan Pemerintah RI Nomor 15 Tahun 2005 tentang
Jalan Tol;

1 - 12
No Kelompok Peraturan Perundangan
Kebijakan
m. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 16/PRT/M/2014 tentang
Standar Pelayanan minimal Jalan Tol;
n. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 567/KPTS/M/2010
tentang Rencana Umum Jaringan Jalan Nasional beserta
perubahannya sebagaimana telah diubah terakhir dengan Keputusan
Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 92/KPTS/M/2011 tentang
Perubahan Pertama Atas Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor
567/KPTS/M/2010 tentang Rencana Umum Jaringan Jalan Nasional
o. Keputusan Menteri PUPR Nomor 248/KPTS/M/2015 tentang
Penetapan Ruas Jalan Dalam Jaringan Jalan Primer Menurut Fungsi
sebagai Jalan Arteri (JAP) dan Jalan Kolektor (JKP-1);
p. Keputusan Menteri PUPR Nomor 290/KPTS/M/2015 tentang
Penetapan Ruas-ruas Jalan menurut statusnya sebagai jalan nasional;
4 Cipta Karya a. UURI Nomor 18 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan Sampah;
b. Perpres Nomor 16 Tahun 2005 tentang Pengembangan
Sistem Penyediaan Air Minum.
c. Peraturan Pemerintah RI Nomor 81 Tahun 2012 tentang Pengelolaabn
Sampah Rumah tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah
Tangga;
d. Perpres Nomor 35 Tahun 2018 tentang Percepatan Pembangunan
Intsalasi Pengelolaan Sampah menjadi Energi Listrik berbasis
Teknologi Ramah Lingkungan;
e. Perpres Nomor 83 Tahun 2018 tentang Penanganan Sampah Laut;
f. Peraturan Pemerintah Nomor 122 Tahun 2015 tentang Sistem
Penyediaan Air Minum;
g. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 13 Tahun 2013 tentang
Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan Sistem Penyediaan
Air Minum;
h. Peraturan Menteru PUPR Nomor 27/PRT/M/2016 tentang
Penyelenggaraan Sistem Penyediaan Air Minum;
i. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum NOmor 12/PRT/M/2014 tentang
Penyelenggaraan Sistem Drainase Perkotaan
j. Peraturan Menteri PUPR Nomor 04/PRT/M/2017 tentang
Penyelenggaraan Sistem Pengelolaan Air Limbah Domestik;
k. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 20 Tahun 2006 tentang
Kebijakan Dan Strategi Nasional Pengembangan Sistem Penyediaan
Air Minum (KSNP-SPAM)
l. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 21 tahun 2006 tentang
Kebijakan Dan Strategi Nasional Pengembangan Sistem Pengelolaan
Persampahan (KSNP-SPP)
m. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 6 Tahun 2007 tentang
Pedoman Umum Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan
n. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 16 tahun 2008 tentang
Kebijakan Dan Strategi Nasional Pengembangan Sistem Pengelolaan
Air Limbah Permukiman (KSNP-SPALP)
4 Perumahan a. UU Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan
Permukiman;
b. UU Nomor 20 Tahun 2011 tentang Rumah Susun;
c. UURI Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung;
d. PP Nomor 64 Tahun 2016 tentang Pembangunan Perumahan
Masyarakat berpenghasilan Rendah;
e. PP Nomor 14 Tahun 2016 tentang Penyelenggaraan Perumahan dan
Kawasan Permukiman
f. PeraturanMenteri PUPR Nomor 13/PRT/M/2016 tentang Banguan
Stimulan Perumahan Swadaya.

1 - 13
No Kelompok Peraturan Perundangan
Kebijakan
g. Peraturan Menteri Perumahan Rakyat Nomor 10 tahun 2013 tentang
Pedoman Bantuan Pembangunan Rumah Khusus
h. Peraturan Menteri Perumahan Rakyat Nomor 7 tahun 2013 tentang
Perubahan atas Peraturan Menteri Perumahan Rakyat Nomor 10
tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Perumahan dan Kawasan
Permukiman dengan Hunian Berimbang
i. Peraturan Menteri PUPR Nomor 02/PRT/M/2016 tentang Peningkatan
Kualitas terhadap Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh
j. Peraturan Menteri PUPR Nomor 14/PRT/M/2018 tentang Pencegahan
dan Peningkatan Kualitas terhadap Perumahan Kumuh dan
Permukiman Kumuh

Tabel I.4. Dasar Hukum terkait Kebijakan Infrastruktur Non-PUPR

No Kelompok Peraturan Perundangan


Kebijakan
1 Perhubungan Darat a. Peraturan Presiden Nomor 26 Tahun 2012 tentang Cetak Biru
Pengembangan Sistem Logistik Nasional;
b. Rencana Strategis Kementerian Perhubungan Tahun 2020 – 2024
c. Peraturan Menteri Perhubungan RI Nomor PM. 26 Tahun 2012
tentang Penyelenggaraan Angkutan Penyeberangan;
d. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor:PM43Tahun2011 tentang
Rencana Induk Perkeretaapian Nasional
Perhubungan Laut a. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 64 Tahun 2015
dan Perikanan tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun
2009 Tentang Kepelabuhan
b. Keputusan Menteri PerhubunganNomor: KP 414 Tahun 2013
tentang Penetapan Rencana Induk Pelabuhan Nasional.
c. Keputusan Menter Kelautan dan Perikanan Nomor45/KEPMEN-
KP/2014 tentang Rencana Induk Pelabuhan Perikanan Nasional;
d. Keputusan Menteri Keluatan dan Perikanan Nomor 109 Tahun
2021 tentang Rencana induk Pelabuhan Nasional.
e. Rencana Strategis Kementerian Kelautan dan Perikanan Tahun
2020-2024;
f. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 13/PERMEN-
KP/2014 tentang Jejaring Kawasan Konservasi Perairan.
Perhubungan a. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor: KM 166 Tahun 2019
Udara tentang Tatanan Kebandarudaraan Nasional
b. Peraturan Menteri Perhubungan yang mengatur tentang
Rencana Induk masing-masing bandar udara
c. Peraturan Menteri Perhubungan yang mengatur tentang
Rencana Induk masing-masing Pelabuhan
2 Energi a. Undang-undang RI Nomor 30 Tahun 2007 tentang Energi;
b. Undang-undang Republik IndonesiaNomor 30 Tahun 2009 tentang
Ketenagalistrikan
c. Undang-undang Republik Indonesia No 30 Tahun 2009 tentang
Ketenagalistrikan
d. Peraturan Presiden Nomor 4 Tahun 2016 tentang Percepatan
Pembangunan Infrastruktur Ketenagalistrikan;
e. Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 12 Tahun
2017 tentang Pemanfaatan Sumber Energi Terbarukan untuk
Penyediaan Tenaga Listrik;
f. Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 5899
K/20/MEM/2016 tentang Pengesahan Rencana Usaha Penyediaan
Tenaga Listrik PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) Tahun 2016-

1 - 14
No Kelompok Peraturan Perundangan
Kebijakan
2025;
3 Telekomunikasi a. Undang-undang No 36 Tahun 1999 Tentang Telekomunikasi
b. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 34 Tahun 2006
pasal 47 Tantang Penetapan bangunan Tower;
c. Peraturan Menteri Komunikasi Dan Informatika Republik Indonesia
No.02 Tahun 2008 Tentang Pedoman Pembangunan Dan
Penggunaan Menara Bersama Telekomunikasi.
d. Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika RI Nomor 7 Tahun
2015 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Menteri Komunikasi
dan Informatika Nomor 01/PER/M.KOMINFO/01/2010 tentang
Penyelengaraaan Jaringan Telekomunikasi
4. Perlindungan dan a. UURI Nomor 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaah Pengelolaan Lingkungan Hidup;
Lingkungan Hidup b. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor
P.83/2016 tentang Perhutanan Sosial
c. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.61/Menhut-II/2015
tentang Monitoring dan Evaluasi Pengelolaan Daerah Aliran
Sungai.
d. Penetapan Kawasan Taman Nasional Laut SK. Menhut
Nomor 8009/Kpts-II/2002; Tgl 29-8-2002

Tabel I.5. Dasar Hukum terkait Kebijakan Sektoral dan Kawasan


Strategis Nasional

No Kelompok Peraturan Perundangan


Kebijakan
1 Kawasan Industri  Undang-Undang No 3 Tahun 2014 tentang Perindustrian
 UURI Nomor 39 tahun 2009 tentang Kawasan Ekonomi Khusus;
 Peraturan Presiden No 28 Tahun 2008 tentang Kebijakan Industri
Nasional;
 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.142 tahun 2015
tentang Kawasan Industri
 PeraturanPemerintahNomor14Tahun2015tentangRencanaInduk
PembangunanIndustri Nasional Tahun 2015-2035
 Peraturan Menteri Perindustrian Nomor31.1/M- IND/PER/3/2015
tentang Rencana Strategis Kementerian Perindustrian Tahun 2015-
2019
 Keputusan Presiden No 33 Tahun 1990 tentang Penggunaan Tanah
bagi Kawasan Industri.
2 Kawasan  Undang-undangn No 10 Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan
Pariwisata  Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2011 tentang Rencana
Induk Pembangunan Kepariwisataan Nasional
 Peraturan MenteriPariwisata Nomor 29 Tahun 2015 tentang
Rencana Strategis Kementerian Pariwisata Tahun 2015-2019.
3 Pertanian, • UURI Nomor 41 Tahun 2009 Tentang Perlindungan
Perikanan dan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan;
Peternakan • Undang-undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2009 tentang
Peternakan dan Kesehatan Hewan;
• Peraturan Menteri Pertanian Nomor 56 Tahun 2016 tentang
Pedoman Pengembangan Kawasan Pertanian;
• Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2013 tentang Pemberdayaan
Peternakan;

1 - 15
Arahan RPJMN untuk Strategi Pembangunan Wilayah Pulau Papua
mengutamakan pemerataan, pertumbuhan, pelaksanaan otonomi khusus
Papua dan Papua Barat, penguatan konektivitas, serta mitigasi dan
pengurangan risiko bencana sebagai berikut: *)
(1) Peningkatan pelayanan dasar antara lain:
(a) peningkatan kualitas SDM;
(b) percepatan pembangunan kawasan perbukitan dan pegunungan untuk
mengurangi kesenjangan antarwilayah antara kawasan pesisir dan
pegunungan serta memperhatikan kontekstual Papua;
(c) percepatan pembangunan daerah tertinggal dilakukan dengan fokus
pada pemenuhan pelayanan dasar, peningkatan konektivitas dan
pengembangan infrastruktur termasuk jaringan layanan/akses internet;
(d) pembinaan dan keberpihakan dari K/L serta pelaku pembangunan
lainnya juga dilakukan terhadap daerah tertinggal yang telah
terentaskan tahun 2019, selama maksimal 3 tahun (2020-2022);
(e) pemenuhan pelayanan dasar dan peningkatan tata kelola di
kecamatan perbatasan;
(f) percepatan pembangunan desa secara terpadu untuk mendorong
transformasi sosial, budaya dan ekonomi desa, dan
(g) pelaksanaan pembangunan afirmatif.
(2) Penguatan pusat-pusat pertumbuhan wilayah dilakukan melalui:
(a) pengembangan komoditas unggulan Wilayah Papua yaitu sagu, pala,
lada, cengkeh, kakao, kopi, emas, tembaga, batubara, minyak dan gas
bumi, serta perikanan tangkap;
(b) pengembangan sentra perikanan di Sentra Kelautan Perikanan
Terpadu (SKPT)/ Wilayah Pengelolaan Perikanan (WPP);
(c) pengembangan sentra produksi pertanian dan perkebunan yang
tersebar di beberapa Kawasan Perdesaan Prioritas Nasional (KPPN);

1 - 16
(d) revitalisasi kawasan transmigrasi;
(e) pengembangan ekonomi kawasan perbatasan berbasis komoditas
unggulan;
(f) pengolahan sumber daya alam berupa perkebunan, pertambangan,
perikanan, serta pengolahan pupuk dan petrokimia pada Kawasan
Industri (KI) dan Kawasan Ekonomi Khusus;
(g) pengembangan ekonomi lokal dan pemberdayaan pengusaha lokal;
(h) pengembangan destinasi pariwisata alam, budaya dan sejarah;
(i) pengembangan kawasan perkotaan dan pembangunan kota baru; dan
(j) pengembangan Kawasan Potensi Ekonomi (KPE) di 7 wilayah adat
(Laa Pago, Saireri, Tabi, Mee Pago, Anim Ha, Bomberay, Domberay)
dengan memperhatikan zona ekologi dan penyiapan SDM dalam
rangka revolusi industri 4.0 melalui hilirisasi potensi ekonomi Papua;
dan
(k) penguatan keterkaitan desa-kota yang mendukung pusat pertumbuhan
wilayah
(3) Penataan pelaksanaan otonomi khusus dilakukan melalui antara lain:
(a) pembangunan sumber daya manusia, pemberdayaan, dan modal
sosial budaya masyarakat kampung;
(b) penguatan lembaga adat dan kampung adat, perlindungan hak-hak
masyarakat adat sesuai dengan perundangan yang berlaku termasuk
hak atas tanah adat/ulayat;
(c) peningkatan kapasitas pemerintahan daerah;
(d) pengembangan dan penguatan peran distrik sebagai pusat data,
informasi dan pengetahuan, pusat pelayanan dasar, pusat
pemberdayaan masyarakat, pusat pengembangan inovasi dan
kewirausahaan, pusat pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan,
serta pusat pertumbuhan ekonomi kabupaten;
(e) pengembangan 7 wilayah adat;
(f) optimalisasi SDM Unggul Orang Asli Papua dalam Badan Usaha Milik
Negara dan kementerian/lembaga;
(g) pengembangan inovasi dan kreativitas kaum muda Asli Papua (Papua
Youth Creative Hub);
(h) pemberdayaan pengusaha lokal;
(i) pembangunan istana kepresidenan di Kota Jayapura; dan

1 - 17
(j) penataan daerah dalam rangka meningkatkan efisiensi dan efektifitas
penyelenggaraan pemerintahan daerah dan percepatan pembangunan
di Tanah Papua
(4) Penguatan konektivitas dilakukan melalui antara lain (a) pembangunan
jalan, pelabuhan laut, dan udara; dan (b) pengembangan dan penguatan
konektivitas antarmoda laut, sungai, darat dan udara yang terintegrasi,
khususnya pelabuhan hub komoditas mentah maupun barang hasil olahan.
(5) Pengarusutamaan penanggulangan bencana dan adaptasi perubahan iklim
dilakukan melalui antara lain: (a) peningkatan kapaitas masyarakat dan
aparat; (b) peningkatan ketahanan kawasan pantai utara Pulau Papua; (c)
adaptasi masyarakat terhadap perubahan iklim di daerah rawan bencana
berbasis kearifan lokal masyarakat dengan fokus utama pada peningkatan
ketahanan wilayah Daerah Aliran Sungai (DAS); (d) peningkatan
investigasi mitigasi perubahan iklim dan pengurangan risiko bencana, serta
(e) peningkatan penanganan abrasi pantai di daerah kepulauan, dan
konservasi hutan.
(6) Penguatan koordinasi kementerian/lembaga dalam perencanaan,
pelaksanaan dan pengendalian dan evaluasi pembangunan di Tanah
Papua.

1.3 URGENSI PENYUSUNAN


Bagian Urgensi Penyusunan sekurang-kurangnya memuat:
a. Penjelasan tujuan dan sasaran spesifik penyusunan RPIW pada wilayah
perencanaan;
b. Penjelasan adanya kebutuhan penjabaran dan penyelarasan dokumen
rencana pembangunan, dokumen rencana tata ruang, dokumen
perencanaan sektoral, dan kebijakan lainnya pada tingkat nasional dan
daerah ke dalam rencana pembangunan infrastruktur PUPR untuk
mewujudkan sinergi dan keterpaduan lintas sektor strategis dan program
tematik strategis nasional; dan
c. Penjelasan adanya kebutuhan mempercepat tercapainya tujuan
pengembangan wilayah melalui perencanaan dan pemrograman
pembangunan infrastruktur PUPR.

1 - 18
1.4 MUATAN RPIW
Bagian Muatan RPIW menguraikan hal-hal pokok sebagai berikut:
1. Pendahuluan, meliputi uraian latar belakang, kedudukan dalam kebijakan,
urgensi penyusunan, muatan RPIW, manfaat RPIW, dan kerangka pikir
penyusunan RPIW;
2. Arah Kebijakan, meliputi sintesis analisis kebijakan serta strategi nasional
dan daerah terkait tata ruang, sektoral, serta kawasan prioritas/strategis.
Arah kebijakan juga memuat uraian sasaran dan target jangka panjang
sebagaimana tercantum dalam Visium PUPR 2030 serta agenda global;
3. Profil Wilayah dan Potensi Daerah, meliputi kondisi fisik dan kebencanaan,
demografi, ekonomi, sosial-budaya, dan interaksi antarkawasan pada
wilayah perencanaan;
4. Profil dan Kinerja Infrastruktur, meliputi uraian profil dan kinerja
infrastruktur sumber daya air, jalan dan jembatan serta infrastruktur
permukiman dan perumahan. Bagian ini juga memuat profil dan kinerja
infrastruktur non-PUPR;
5. Permasalahan dan Isu Strategis, meliputi potensi yang berupa keunggulan
komparatif dan kompetitif, kendala/batasan dan permasalahan daerah, serta
limitasi wilayah (daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup);
6. Skenario Pengembangan Wilayah, meliputi proyeksi pertumbuhan,
perumusan visi dan strategi pengembangan wilayah, serta skenario
pengembangan wilayah (tahapan dan prioritisasi);
7. Analisis Kebutuhan Infrastruktur, meliputi analisis kesenjangan
infrastruktur wilayah dan analisis keterpaduan infrastruktur;
8. Rencana Aksi Pembangunan Infrastruktur, meliputi rencana aksi kegiatan
pembangunan infrastruktur PUPR tahunan dalam jangka waktu 10 (sepuluh)
tahun beserta pembagian kewenangan dan sumber pendanaan; dan
9. Pemantauan dan Evaluasi Pelaksanaan RPIW, memuat mekanisme untuk
memastikan agar RPIW yang telah disusun dapat dimonitor dan dievaluasi
setiap tahun dan setiap 5 (lima) tahun. Bagian ini akan diatur dengan
petunjuk teknis tersendiri.

1.5 MANFAAT RPIW


Manfaat RPIW adalah sebagai berikut:

1 - 19
a. Manfaat RPIW sebagai dasar memadukan kebijakan nasional dan daerah
(provinsi/kabupaten/kota) ke dalam rencana pengembangan wilayah yang
dilengkapi dengan Rencana Aksi Pembangunan Infrastruktur dalam jangka
waktu 10 (sepuluh) tahun;
b. Manfaat RPIW sebagai acuan pemrograman dalam menyusun Rencana
Kerja Kementerian PUPR melalui mekanisme perencanaan dan
pemrograman di lingkungan Kementerian PUPR; dan
c. Manfaat RPIW sebagai masukan dalam penyusunan RPJMN, Rencana
Strategis (Renstra) Kementerian PUPR, dan dokumen perencanaan PUPR
lainnya.

1.6 KERANGKA PIKIR PENYUSUNAN RPIW


Penyusunan Rencana Pengembangan Infrastruktur Wilayah Provinsi Papua dan
Papua Barat (Pulau Papua) dilakukan guna mendukung pengembangan
infrastruktur terpadu antarsekor, antarwilayah, dan antar pemerintah berdasarkan
kebutuhan jangka panjang, menengah, dan tahunan dalam rangkamendukung
pemerataan ekonomi di Pulau Papua. Dalam pengerjaan Rencana
Pengembangan Infrastruktur Wilayah Provinsi Papua dan Papua Barat
diberpukan alur logika dan sistematika yang menjadi dasar dalam pengerjaan,
sehingga pengerjaan tidak melenceng dari dasar dan tujuan yang telah
ditetapkan. Bedasarkan Kerangka Acuan Kerja, Petunjuk Teknis Penyusunan,
dan pengembangan yang dilakukan oleh tim penyusun maka berikut adalah
Kerangka Berpikir/ Alur Sistematika yang dapat digambarkan:

1 - 20
Gambar 1.5. Kerangka Pikir Penyusunan RPIW

1 - 21
1 - 22

Anda mungkin juga menyukai