Anda di halaman 1dari 90

2.

1 KEBIJAKAN PENATAAN RUANG


2.1.1 Kebijakan Penataan Ruang Wilayah Nasional
Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) adalah arahan
kebijakan dan strategi pemanfaatan ruang wilayah negara yang
dijadikan acuan untuk perencanaan jangka panjang, dengan jangka
waktu selama 20 tahun. RTRWN disusun dengan memperhatikan
dinamika pembangunan yang berkembang, antara lain tantangan
globalisasi, otonomi dan aspirasi daerah, keseimbangan
perkembangan antara kawasan barat Indonesia dengan kawasan
timur Indonesia, kondisi frsik wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia yang rentan terhadap bencana, dampak pemanasan
global, pengembangan potensi kelautan dan pesisir, pemanfaatan
ruang kota pantai, penanganan kawasan perbatasan negara, serta
peran teknologi dalam memanfaatkan ruang.

A. Rencana Struktur Ruang


Struktur Ruang adalah susunan pusat-pusat permukiman dan sistem
jaringan prasarana dan sarana yang berfungsi sebagai pendukung
kegiatan sosial ekonomi masyarakat yang secara hierarkis memiliki
hubungan fungsional.
Struktur ruang wilayah nasional mencakup sistem pusat perkotaan
nasional, sistem jaringan transportasi nasional, sistem jaringan energi
nasional, sistem jaringan telekomunikasi nasional, dan sistem
jaringan sumber daya air.
Dalam sistem perkotaan nasional, di Pulau Papua ditetapkan pusat
kegiatan nasional (PKN), pusat kegiatan wilayah (PKW), dan pusat
kegiatan strategis nasional (PKSN). Untuk lebih jelasnya disajikan
pada Tabel berikut ini :

2-1
Tabel II.1. Sistem Perkotaan Nasional di Pulau Papua
Provinsi PKN PKW PKSN
Papua Barat Sorong  Fak-Fak  Sorong
 Manokawari  Manokawari
 Ayamaru
Papua  Timika  Biak  Jayapura
 Jayapura  Nabire  Tanah Merah
 Merauke  Muting  Merauke
 Bade  Biak
 Sarmi
 Arso
 Wamena
Sumber: PP Nomor 13 Tahun 2017 tentang RTRWN

Adapun sistem jaringan transportasi nasional, sistem jaringan energi


nasional, dan sistem jaringan sumber daya air yang ditetapkan dalam
RTRWN di Pulau Papua dirincikan sebagai berikut:
a. Sistem Jaringan Transportasi Nasional
 Terminal Antar Negara
1. Terminal Barang Perbatasan: Skouw (Provinsi Papua)
2. Terminal Penumpang Perbatasan: Entrop (Provinsi
Papua)
 Pelabuhan Utama
1. Sorong dalam satu sistem dengan Pelabuhan Arar,
Pelabuhan Taminabuan, Pelabuhan Seget, dan
Pelabuhan Saonek (Provinsi Papua Barat)
2. Merauke dalam satu sistem dengan Pelabuhan Agats dan
Pelabuhan Bade (Provinsi Papua)
3. Depapre (Provinsi Papua)
4. Jayapura satu kesatuan system dengan Pelabuhan
Depapre dan Pelabuhan Demta (Provinsi Papua)
 Pelabuhan Pengumpul
1. Kaimana (Provinsi Papua Barat)
2. Manokwari (Provinsi Papua Barat)
3. Fak Fak satu kesatuan dengan Pelabuhan Kokas
(Provinsi Papua Barat)
4. Bintuni (Provinsi Papua Barat)

2-2
5. Wasior satu kesatuan sistem dengan Pelabuhan Windesi
(Provinsi Papua Barat)
6. Arar (Provinsi Papua Barat)
7. Teminabuan (Provinsi Papua Barat)
8. Pomako I & II dalam satu sistem dengan Pelabuhan
Amamapare (Provinsi Papua)
9. Biak (Provinsi Papua)
10. Nabire/Kiwi (Provinsi Papua)
11. Jayapura satu kesatuan sistem dengan Pelabubhan
Depapre dan Pelabuhan Demta (Provinsi Papua)
12. Sarmi (Provinsi Papua)
13. Agats (Provinsi Papua)
14. Bade (Provinsi Papua)
15. Amamapare (Provinsi Papua)
16. Korido (Provinsi Papua)
17. Waren (Provinsi Papua)
18. Serui (Provinsi Papua)
 Pelabuhan Angkutan Penyeberangan
1. Fak - Fak (Provinsi Papua Barat)
2. Manokwari (Provinsi Papua Barat)
3. Folley (Provinsi Papua Barat)
4. Arar (Sorong) (Provinsi Papua Barat)
5. Klademak (Provinsi Papua Barat)
6. Waigeo (Raja Ampat) (Provinsi Papua Barat)
7. Sawai (Provinsi Papua)
8. Agats (Provinsi Papua)
9. Waren (Provinsi Papua)
10. Mamberamo (Provinsi Papua)
11. Bade (Provinsi Papua)
12. Kepi (Provinsi Papua)
13. Kaonda (Provinsi Papua)
14. Pomako (Provinsi Papua)
15. Kimam (Provinsi Papua)
16. Merauke (Provinsi Papua)

2-3
17. Mokmer (Provinsi Papua)
18. Kabuena (Provinsi Papua)
19. Nabire (Provinsi Papua)
20. Numfor (Provinsi Papua)
21. Salawati (Provinsi Papua Barat)
22. Inanwatan (Provinsi Papua Barat)
23. Aranday (Provinsi Papua)
24. Kokas (Provinsi Papua Barat)
25. Wasior (Provinsi Papua Barat)
26. Bata-nta (Provinsi Papua Barat)
27. Kaimana (Provinsi Papua Barat)
 Bandar Udara Pengumpul Sekunder
1. Sentani (Provinsi Papua)
2. Mopah (Provinsi Papua)
3. Mozes Kilangin (Provinsi Papua)
4. Domine Eduard Osok (Provinsi Papua Barat)
 Bandar Udara Pengumpul Tersier
1. Marinda (Provinsi Papua Barat)
2. Rendani (Provinsi Papua Barat)
3. Frans Kaisiepo (Provinsi Papua)
4. Wamena (Provinsi Papua)
5. Nabire/Douw Aturure (Nabire Baru) (Provinsi Papua)
b. Sistem Jaringan Energi Nasional
 Jaringan Infrastruktur Pembangkitan Tenaga Listrik di Provinsi
Papua Barat
1. Pembangkitan Tenaga Listrik di Kabupaten Sorong
2. Pembangkitan Tenaga Listrik di Kabupaten Manokwari
3. Pembangkitan Tenaga Listrik di Kabupaten Fak Fak
4. Pembangkitan Tenaga Listrik di Kabupaten Sorong
Selatan
5. Pembangkitan Tenaga Listrik di Kabupaten Manokwari
Selatan
6. Pembangkitan Tenaga Listrik di Kabupaten Kaimana
7. Pembangkitan Tenaga Listrik di Kabupaten Maybrat

2-4
8. Pembangkitan Tenaga Listrik di Kabupaten Raja Ampat
9. Pembangkitan Tenaga Listrik di Kabupaten Tambrauw
10. Pembangkitan Tenaga Listrik di Kabupaten Teluk Bintuni
11. Pembangkitan Tenaga Listrik di Kabupaten Teluk
Wondama
12. Pembangkitan Tenaga Listrik di Kota Sorong
 Jaringan Infrastruktur Pembangkitan Tenaga Listrik di Provinsi
Papua
1. Pembangkitan Tenaga Listrik di Kota Jayapura
2. Pembangkitan Tenaga Listrik di Kabupaten Kepulauan
Yapen
3. Pembangkitan Tenaga Listrik di Kabupaten Mimika
4. Pembangkitan Tenaga Listrik di Kabupaten Merauke
5. Pembangkitan Tenaga Listrik di Kabupaten Nabire
6. Pembangkitan Tenaga Listrik di Kabupaten Biak Numfor
7. Pembangkitan Tenaga Listrik di Kabupaten Jayapura
8. Pembangkitan Tenaga Listrik di Kabupaten Supiori
9. Pembangkitan Tenaga Listrik di Kabupaten Jayawijaya
10. Pembangkitan Tenaga Listrik di Kabupaten Kepulauan
Yapen
11. Pembangkitan Tenaga Listrik di Kabupaten Pegunungan
Bintang
12. Pembangkitan Tenaga Listrik di Kabupaten Mappi
13. Pembangkitan Tenaga Listrik di Kabupaten Sarmi
14. Pembangkitan Tenaga Listrik di Kabupaten Paniai
15. Pembangkitan Tenaga Listrik di Kabupaten Asmat
16. Pembangkitan Tenaga Listrik di Kabupaten Boven Digoel
17. Pembangkitan Tenaga Listrik di Kabupaten Deiyai
18. Pembangkitan Tenaga Listrik di Kabupaten Dogiyai
19. Pembangkitan Tenaga Listrik di Kabupaten Intan Jaya
20. Pembangkitan Tenaga Listrik di Kabupaten Keerom
21. Pembangkitan Tenaga Listrik di Kabupaten Lanny Jaya
22. Pembangkitan Tenaga Listrik di Kabupaten Mamberamo
Raya

2-5
23. Pembangkitan Tenaga Listrik di Kabupaten Mamberamo
Tengah
24. Pembangkitan Tenaga Listrik di Kabupaten Nduga
25. Pembangkitan Tenaga Listrik di Kabupaten puncak
26. Pembangkitan Tenaga Listrik di Kabupaten puncak Jaya
27. Pembangkitan Tenaga Listrik di Kabupaten Tolikara
28. Pembangkitan Tenaga Listrik di Kabupaten Waropen
29. Pembangkitan Tenaga Listrik di Kabupaten Yahukimo
30. Pembangkitan Tenaga Listrik di Kabupaten Yalimo
31. Pembangkitan Tenaga Listrik di Kabupaten Deiya.
c. Sistem Jaringan Sumber Daya Air
1. Wilayah Sungai (WS) Omba (Papua Barat – Papua) sebagai
WS Lintas Provinsi
2. Wilayah Sungai (WS) Kamundan – Sebyar (Papua Barat)
sebagai WS Strategis Nasional
3. Wilayah Sungai (WS) Mamberamo – Tami – Apauvar (Papua)
sebagai WS Lintas Negara
4. Wilayah Sungai (WS) Einlanden – Digul – Bikuma (Papua –
Papua New Guinea) sebagai WS Lintas Negara.

B. Rencana Pola Ruang


Pola Ruang adalah distribusi peruntukan ruang dalam suatu wilayah
yang meliputi peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan peruntukan
ruang untuk fungsi budi daya. Berdasarkan RTRWN ditetapkan
beberapa kawasan lindung nasional di Pulau Papua sebagai berikut:
1. Kawasan Suaka Alam/Kawasan Pelestarian Alam Tuwanwowi
(Papua Barat)
2. Kawasan Suaka Alam/Kawasan Pelestarian Alam Mapia (Papua)
3. Suaka Margasatwa Pulau Dolok (Papua)
4. Suaka Margasatwa Pegunungan Jayawijaya (Papua)
5. Suaka Margasatwa Mamberamo Foja (Papua)
6. Suaka Margasatwa Danau Bian (Papua)
7. Suaka Margasatwa Pulau Komolon (Papua)
8. Suaka Margasatwa Pulau Pombo (Papua)

2-6
9. Suaka Margasatwa Savan (Papua)
10. Suaka Marsasatwa Sidei – Wibain (Papua Barat)
11. Suaka Margasatwa Pulau Venu (Papua Barat)
12. Suaka Margasatwa Mubrani – Kaironi (Papua Barat)
13. Suaka Margasatwa Pulau Sabuda & Pulau Tataruga (Papua
Barat)
14. Suaka Margasatwa Laut Kepulauan Raja Ampat (Papua Barat)
15. Suaka Margasatwa Laut Kepulauan Panjang (Papua Barat)
16. Cagar Alam Pegunungan Cycloops (Papua)
17. Cagar Alam Enarotali (Papua)
18. Cagar Alam Bupul (Papua)
19. Cagar Alam Tanjung Wiay (Papua)
20. Cagar Alam Biak Utara (Papua Barat)
21. Cagar Alam Pegunungan Yapen Tengah (Papua Barat)
22. Cagar Alam Pulau Supriori (Papua Barat)
23. Cagar Alam Pulau Batanta Barat (Papua Barat)
24. Cagar Alam Pegunungan Arfak (Papua Barat)
25. Cagar Alam Pulau Salawati Utara (Papua Barat)
26. Cagar Alam Pegunungan Tamrau Selatan (Papua Barat)
27. Cagar Alam Pegunungan Wondiboy (Papua Barat)
28. Cagar Alam Pulau Waigeo (Papua Barat)
29. Cagar Alam Pulau Misool (Papua Barat)
30. Cagar Alam Pulau Kofiau (Papua Barat)
31. Cagar Alam Pantai Sausapor (Papua Barat)
32. Caqar Alam Teluk Bintuni (Papua Barat)
33. Cagar Alam Pegunungan Fak Fak (Papua Barat)
34. Caear Alam Pegunungan Kumawa (Papua Barat)
35. Cagar Alam Pegunungan Tamrau Utara (Papua Barat)
36. Cagar Alam Wagura Kote (Papua Barat)
37. Cagar Alam Laut Pulau Kofiau (Papua Barat)
38. Cagar Alam Pegunungan Wayland (Papua)
39. Taman Nasional Teluk Cenderawasih (Papua Barat)
40. Taman Nasional Lorentz (Papua)
41. Taman Nasional Wasur (Papua)

2-7
42. Taman Nasional Laut Teluk Cenderawasih (Papua Barat)
43. Taman Wisata Alam Beriat (Papua Barat)
44. Taman Wisata Alam Klamono (Papua Barat)
45. Taman Wisata Alam Gunung Meja (Papua Barat)
46. Taman Wisata Alam Sorong (Papua Barat)
47. Taman Wisata Alam Teluk Youtefa (Papua)
48. Taman Wisata Alam Nabire (Papua).

C. Kawasan Andalan dan Kawasan Strategis Nasional


Kawasan budi daya yang memiliki nilai strategis nasional ditetapkan
sebagai kawasan andalan. Nilai strategis nasional meliputi
kemampuan kawasan untuk memacu pertumbuhan ekonomi
kawasan dan wilayah di sekitarnya serta mendorong pemerataan
perkembangan wilayah. Ada pun kawasan andalan yang ditetapkan
RTRWN di Pulau Papua yaitu sebagaimana tertera dalam tabel
berikut ini.
Tabel II.2. Kawasan Andalan di Pulau Papua

No. Provinsi / Kawasan Andalan Sektor Unggulan


A. Provinsi Papua Barat
- pertanian
- perkebunan
- pertambangan
1 Kawasan Bintuni
- perikanan
- industri
- minyak dan gas bumi
- pertanian
- perkebunan
- perikanan
2 Kawasan Fak-Fak (Bomberai) dan Sekitarnya
- industri
- pertambangan
- minyak dan gas bumi
- kehutanan
- pertambangan
3 Kawasan Sorong dan Sekitarnya - perikanan laut
- industri
- minyak dan gas bumi
- perikanan
- pertambangan
4 Kawasan Andalan Laut Raja Ampat Bintuni
- pariwisata
- minyak dan gas bumi
B. Provinsi Papua
1 Kawasan Timika (Tembagapura) dan Sekitarnya - pertambangan
- kehutanan
- industri

2-8
No. Provinsi / Kawasan Andalan Sektor Unggulan
- ariwisata
- pertanian
- perkebunan
- perikanan
- minyak dan gas bumi
- pariwisata
- perikanan
- industri
2 Kawasan Biak
- pertambangan
- perkebunan
- kehutanan
- pertanian
Kawasan Nabire dan Sekitarnya
3 - perkebunan
(Aran Moswaren, dan Legare)
- pertambangan
- industri
- kehutanan
4 Kawasan Merauke dan Sekitarnya - perkebunan
- perikanan
- pertanian
- industri
- pertanian
- perkebunan
Kawasan Memberamo-Lereh (Jayapura) dan
5 - pertambangan
Sekitarnya
- kehutanan
- perikanan
- pariwisata
- pertanian
6 Kawasan Wamena dan Sekitarnya - perkebunan
- minyak dan gas bumi
- perikanan
Kawasan Andalan Laut Teluk Cendrawasih - - pertambangan
7
Biak dan Sekitamya - pariwisata
- minyak dan gas bumi
- perikanan
8 Kawasan Andalan Laut Jayapura - Sarmi
- pariwisata
Sumber: PP Nomor 13 Tahun 2017 tentang RTRWN

Sedangkan kawasan strategis nasional adalah wilayah yang penataan ruangnya


diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting secara nasional
terhadap kedaulatan negara, pertahanan dan keamanan negara, ekonomi,
sosial, budaya, dan/atau lingkungan, termasuk wilayah yang telah ditetapkan
sebagai warisan dunia.
Kawasan strategis nasional yang ditetapkan RTRWN di Pulau Papua yaitu
sebagai berikut.
1. Kawasan Perbatasan Negara di Provinsi Maluku Utara dan Provinsi Papua
Barat (Provinsi Maluku Utara dan Papua Barat)

2-9
2. Kawasan Konservasi Keanekaragaman Hayati Raja Ampat
(Provinsi Papua Barat)
3. Kawasan Biak (Provinsi Papua)
4. Kawasan Timika (Provinsi Papua)
5. Kawasan Taman Nasional Lorentz (Provinsi Papua)
6. Kawasan Konservasi Keanekaragaman Hayati Teluk Bintuni
(Provinsi Papua)
7. Kawasan Perbatasan Negara di Provinsi Papua (Provinsi
Papua).

D. Indikasi Program Utama


Beberapa indikasi program utama RTRWN yang diarahkan di wilayah
Pulau Papua diantaranya sebagai berikut:
 Pengembangan jaringan jalan Arteri Primer menghubungkan antar
wilayah di pulau: Jaringan lintas perbatasan, tengah, dan utara
Pulau Papua
 Pengembangan jalur KA Antar Kota:
1. Jaringan jalur KA lintas Pulau Papua
 Sorong - Manokwari
 Jayapura - Sarmi
2. Jaringan jalur KA Jalur Pengumpan di Pulau Papua
 Konservasi SDA, Pendayagunaan SDA, dan Pengendalian Daya
Rusak Air: Pengembangan Bendungan Provinsi Papua
 Pengembangan Jaringan Transmisi Tenaga Listrik: Jaringan
Transmisi di Papua
 Pengembangan Jaringan (Telekomunikasi) Terestrial: Papua
Selatan dan Papua Utara
 Jaringan (Telekomunikasi) Pelayanan Feeder dan Pulau-Pulau di
Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
 Pengembangan Kawasan Andalan untuk Pertanian:
Pengembangan Food Estate di Provinsi Papua

2.1.2 Kebijakan Penataan Ruang Pulau Papua


Kebijakan penataan ruang Pulau Papua menitikberatkan kepada:

2 - 10
a. Terwujudnya keterpaduan antara perencanaan tata ruang
nasional, provinsi dengan kabupaten/kota dan
antar-kabupaten/kota di Provinsi Papua Barat serta sinkronisasi
rencana tata ruang wilayah dengan rencana sektoral;
b. Terwujudnya pemanfaatan sumber daya alam secara
berkelanjutan bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat Papua
Barat;
c. Terwujudnya keseimbangan dan pemerataan pertumbuhan antar
bagian wilayah;
d. Terwujudnya peningkatan kualitas sumber daya manusia yang
mandiri dalam pengelolaan ruang;
e. Terwujudnya keselarasan antara RTRW Provinsi Papua Barat
dengan RTRW provinsi yang berbatasan, yakni Provinsi Papua,
Maluku dan Maluku Utara;
f. Terwujudnya keseimbangan dan pemerataan pertumbuhan antar
bagian wilayah; dan
g. Terwujudnya pertahanan dan keamanan negara yang dinamis
serta integrasi nasional.

2.1.3 Kebijakan Penataan Ruang Provinsi Papua Barat


Untuk mengarahkan pembangunan di wilayah Provinsi Papua Barat,
pemanfaatan ruang wilayah yang meliputi darat, laut dan udara serta
sumberdaya alam yang terkandung di dalamnya, merupakan satu
kesatuan yang perlu dikelola secara terpadu antar sektor, daerah,
dan masyarakat, guna mewujudkan ruang wilayah yang aman,
nyaman, produktif dan berkelanjutan, secara serasi, selaras,
seimbang, serta berdaya guna, berhasil guna, dalam rangka
meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan pertahanan keamanan
sehingga disusun Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Papua
Barat.
A. Tujuan Penataan Ruang
Tujuan penataan ruang wilayah Provinsi Papua Barat, yaitu:
a. Terwujudnya keterpaduan antara perencanaan tata ruang
nasional, provinsi dengan kabupaten/kota dan antar

2 - 11
kabupaten/kota di Provinsi Papua Barat serta sinkronisasi antara
rencana tata ruang wilayah dengan rencana sektoral;
b. Terwujudnya pemanfaatan sumber daya alam secara
berkelanjutan bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat Papua
Barat;
c. Terwujudnya keseimbangan dan pemerataan pertumbuhan antar
bagian wilayah;
d. Terwujudnya peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia yang
mandiri dalam pengelolaan ruang;
e. Terwujudnya keseimbangan dan keserasian lingkungan antara
kawasan lindung dan kawasan budidaya, menciptakan keserasian
dan keseimbangan fungsi dan intensitas penggunaan ruang-ruang
atau bagian-bagian wilayah Provinsi Papua Barat;
f. Terwujudnya keselarasan antara RTRW Provinsi Papua Barat
dengan RTRW provinsi yang berbatasan, yakni Provinsi Papua,
Maluku dan Maluku Utara; dan
g. Terwujudnya pertahanan dan keamanan negara yang dinamis
serta integrasi nasional.

B. Rencana Struktur Ruang


Rencana pengembangan sistem perkotaan Provinsi Papua Barat,
meliputi:
a. Rencana Kebijakan Pengembangan Pusat Kegiatan Nasional di
Kota Sorong;
b. Rencana Kebijakan Pengembangan Pusat Kegiatan Wilayah di
Manokwari, Fakfak, dan Ayamaru;
c. Rencana Kebijakan Pengembangan Pusat Kegiatan Lokal di
Terminabuan (Sorong Selatan), Aimas (Kabupaten Sorong),
Fakfak, Kaimana, Bintuni (Teluk Bintuni), Waisai (Raja Ampat),
Raisei (Teluk Wondama), Fef (Tambrauw), dan Kumurkek
(Maybrat).

Rencana Struktur Ruang Provinsi Papua Barat disajikan dalam


gambar sebagai berikut :

2 - 12
Gambar 2.1. Peta Rencana Struktur Ruang Provinsi Papua Barat
Sumber: RTRW Provinsi Papua Barat Tahun 2013-2033

2 - 13
Sedangkan rencana pengembangan sistem prasarana wilayah
Provinsi Papua Barat terdiri atas:

1. Rencana Pengembangan Prasarana Transportasi Darat


Rencana pengembangan transportasi jalan di Provinsi Papua
Barat, antara lain:
1) Pembangunan prasarana jalan dan fasilitas keselamatan
transportasi jalan terkait dengan penanganan 11 ruas jalan
strategis, yaitu ruas-ruas Sorong-Klamono – Ayamaru-Maruni,
Manokwari – Maruni – Mameh-Bintuni, Sorong – Makbon-
Mega, Fakfak – Hurimber-Bomberay.
2) Pembangunan dan pengembangan trans Papua Barat Seksi I
meliputi Ruas jalan yang menghubungkan Kabupaten
Manokwari, Kabupaten Sorong Selatan, Kabupaten Sorong
dan kota Sorong adalah ruas Sorong – Klamono – Ayamaru –
Susumuk – Kumurkek – Kebar – Arfu – Prafi – Warmare –
Maruni – Manokwari.
3) Pembangunan Jalan Arteri Primer.
a) Ruas Jalan Teminabuan-Kota Sorong (perbaikan)
b) Ruas Jalan Bintuni-Kota Sorong melalui Teminabuan
c) Ruas Jalan Kota Sorong - Klamono, Kambuaya, Kebar,
Mubrani, Prafi, Maruni - Manokwari (perbaikan)
4) Pembangunan Jalan Kolektor Primer
a) Ruas jalan Sorong - Makbon
b) Ruas jalan Kambuaya (Ayamaru) - Teminabuan
c) Ruas jalan Sorong - Seget
d) Ruas jalan Manokwari - Mubrani
e) Ruas jalan Mameh - Bintuni
f) Ruas jalan Fak fak - Hurimber - Kokas
g) Ruas jalan Fak fak - Torea - Werba - Siboru
h) Ruas jalan Hurimber - Baham - Bomberai
i) Ruas Jalan Beraur-Sorong, Salawati-Sorong, Aimas-
Sorong
j) Ruas Jalan Prafi-Manokwari, Warmare-Manokwari,
Oransbari-Manokwari

2 - 14
k) Perbaikan Ruas Jalan Kaimana-Fakfak, Fakfak Barat-
Fakfak
l) Ruas Jalan Rumberpon-Rasiei, Wasior-Resiei, Wamesa-
Rasiei
m) Ruas Jalan Bintuni-Babo, Bintuni-Merdey, Moskona
Selatan-Bintuni
n) Ruas Jalan Teminabuan-Manokwari (perbaikan)
o) Ruas Jalan Bintuni-Manokwari (melalui Manokwari-
Maruni-Mameh-Bintuni)
p) Ruas Jalan Manokwari - Maruni - Oransbari - Ransiki -
Mameh
5) Pembangunan fasilitas keselamatan transportasi jalan terkait
dengan penanganan ruas-ruas lain dalam rangka membuka
isolasi dan pengembangan kawasan strategis.
6) Pembangunan jalan penghubung dari ruas jalan utama
menuju ke kawasan-kawasan strategis.

Sedangkan pembangunan Transportasi Sungai, Danau dan


Penyeberangan di Provinsi Papua Barat diprioritaskan pada:
1) Mengarahkan pengembangan simpul jaringan penyeberangan
lintas provinsi dengan interaksi kuat, meliputi : Sorong-Patani,
Sorong-Wahai, Fakfak-Wahai, Sorong-Biak; dan
2) Mengarahkan pengembangan pelayanan penyeberangan
lintas kabupaten/kota dengan interaksi kuat, meliputi: Sorong-
Seget, Seget-Mogem, Seget-Teminabuan.

2 - 15
Gambar 2.2. Peta Arahan Pengembangan Prasarana Transportasi Darat Provinsi Papua Barat
Sumber: RTRW Provinsi Papua Barat Tahun 2013-2033

2 - 16
2. Rencana Pengembangan Prasarana Transportasi Laut
Rencana pengembangan transportasi laut di Provinsi Papua
Barat, antara lain:
1) Pelabuhan utama yang sudah dikembangkan, meliputi:
pembangunan Pelabuhan Seget di Sorong diarahkan menjadi
pelabuhan internasional dengan fungsi sebagai pelabuhan
utama sekunder;
2) Pembangunan pelabuhan pengumpan adalah Pelabuhan
Manokwari dan Kaimana;
3) Rencana pengembangan pelabuhan, meliputi:
a) Pengembangan Pelabuhan Manokwari dengan fungsi
pelabuhan pengumpan primer, dan Pelabuhan Oransbari
yang mempunyai fungsi pelabuhan pengumpan sekunder;
b) Pengembangan Pelabuhan Waisior dan Windesi di
Kabupaten Teluk Wondama dengan fungsi pelabuhan
pengumpan sekunder;
c) Pengembangan Pelabuhan Sorong dengan fungsi
pelabuhan pengumpan primer.Pelabuhan Fatanlap,
Klamono, Makbon, Mega, Seget, Sele, Susunu, Salawati,
Sailolof, Muarana dengan fungsi pelabuhan pengumpan
sekunder di Sorong;
d) Pelabuhan Bomberay dengan fungsi pelabuhan
pengumpan primer, sedangkan Pelabuhan Fakfak,
Kokas, P.Adi, Karas, Adijaya dengan fungsi pelabuhan
pengumpan sekunder;
e) Pelabuhan Kaimana dengan fungsi pelabuhan
pengumpan primer, sedangkan Pelabuhan Kalobo,
Kangka, Kasim dan Etna dengan fungsi pelabuhan
pengumpan sekunder;
f) Kabare, Saonek, Saokorem di Raja Ampat dengan fungsi
sebagai pelabuhan pengumpan sekunder;
g) Pelabuhan Teminabuan dengan fungsi pelabuhan
pengumpan primer. Waigama, Inanwatan di Kabupaten

2 - 17
Sorong Selatan dengan fungsi pelabuhan pengumpan
sekunder;
h) Babo, Bintuni di Kabupaten Teluk Bintuni yang
mempunyai fungsi pelabuhan pengumpan sekunder.
4) Pembangunan dermaga/pelabuhan lokal di distrik padat
permukiman dan atau kepulauan terpencil di Kabupaten Raja
Ampat, antara lain: Misool Timur, Misool Selatan, Waigeo
Barat.
5) Rencana pengembangan lintas penyebrangan, meliputi lintas
penyeberangan antarprovinsi dan terdiri dari lintas Bitung-
Ternate-Patani-Sorong, Manokwari-Biak-Jayapura.

3. Rencana Pengembangan Prasarana Transportasi Udara


Prasarana transportasi udara di Provinsi Papua Barat meliputi:
1) Bandar udara pusat penyebaran dengan skala pelayanan
tersier untuk pengembangan wilayah dengan prioritas tinggi di
Rendani-Manokwari, dan Domine Eduard Osok-Sorong;
2) Bandar udara pusat penyebaran dengan skala pelayanan
tersier untuk pengembangan wilayah dengan prioritas sedang
di Waisai;
3) Bandar udara bukan pusat penyebaran untuk pengembangan
wilayah dengan prioritas sedang di Torea-Fakfak, Utarom,
Bintuni, Ijahabra, Wasior, Babo, Anggi, Kebar, Ransiki,
Inanwatan, Teminabuan, Ayawasi, Kambuaya (Ayamaru),
Werur.

Pengembangan fasilitas bandara di Provinsi Papua Barat meliputi:


1) Pembangunan lapangan udara bukan pusat penyebaran
untuk pengembangan wilayah dengan prioritas sedang:
Torea-Fakfak, Bintuni, Wasior, Babo, Anggi, Kebar, Ransiki,
Inanwatan, Teminabuan, Ayawasi, Kambuaya (Ayamaru);
2) Pembangunan lapangan udara perintis untuk angkutan
kepulauan: wilayah Raja Ampat, Wilayah Teluk Wondama.

2 - 18
Gambar 2.3. Peta Arahan Pengembangan Prasarana Transportasi Laut Provinsi Papua Barat
Sumber: RTRW Provinsi Papua Barat Tahun 2013-2033

2 - 19
Gambar 2.4. Peta Arahan Pengembangan Prasarana Transportasi Udara Provinsi Papua Barat
Sumber: RTRW Provinsi Papua Barat Tahun 2013-2033

2 - 20
4. Rencana Pengembangan Prasarana Energi
Rencana pengembangan sistem prasarana energi di Provinsi
Papua Barat terdiri atas:
1) Pengembangan sarana untuk pengembangan listrik meliputi:
a) Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) di Kabupaten
Fakfak, Manokwari, Kota Sorong, Kabupaten Sorong,
Kabupaten Teluk Wondama, Kabupaten Teluk Bintuni,
Kabupaten Kaimana, Kabupaten Maybrat, dan Kabupaten
Sorong Selatan; Pembangkit Listrik Tenaga
Mikro/MiniHidro (PLTMH) di Prafi Kabupaten Manokwari;
Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) di Kabupaten
Fakfak,Kabupten Tambrauw, Kabupaten Raja Ampat,
Kabupaten Sorong, Kabupaten Sorong Selatan;
Pembangkit listrik Tenaga Uap (PLTU) di Kabupaten
Sorong, dan pembangkit listrik Tenaga Mesin Gas
(PLTMG) di Kabupaten Sorong;
b) Pengembangan jaringan Saluran Udara dan/atau Kabel
Tegangan Tinggi 150 KV diperlukan untuk menyalurkan
energi listrik yang dibangkitkan oleh pembangkit baru,
yaitu Saluran Udara TeganganEkstra Tinggi(SUTET) 150
KV;
c) Pengembangan jaringan SUTET 150 KV dilakukan
melintasi seluruh kabupaten dan kota, serta
diintegrasikan dengan rencana jaringan transmisi tenaga
listrik nasional.
2) Pengembangan energi baru dan terbarukan (EBT) berdaya
kecil oleh pemerintah provinsi terutama untuk melayani
wilayah yang tidak dapat terjangkau jaringan transmisi tenaga
listrik, meliputi:
a) Energi mikrohidro untuk wilayah-wilayah yang dialiri
sungaidengankapasitas debit air tinggi (head) dari sungai
potensial untuk dikembangkan Pembangkit Listrik Tenaga
Mikro/Mini Hidro (PLTMH);

2 - 21
b) Energi surya (solar cell) di wilayah perdesaan dan
terpencil;
c) Energi gelombang di wilayah pesisir.

5. Rencana Pengembangan Prasarana Telekomunikasi


Rencana pengembangan sistem prasarana telekomunikasi di
Provinsi Papua Barat terdiri atas:
1) Prasarana telematika yang dikembangkan, meliputi:
a) Sistem kabel serat optik atau tembaga yang
menggunakan sistem transmisi jaringan kabel;
b) Sistem seluler atau wireles berupa gelombang dengan
frekuensi tertentu;
c) Sistem satelit (vsat).
2) Rencana pengembangan prasarana telematika terus
ditingkatkan perkembangannya hingga mencapai pelosok
wilayah yang belum terjangkau sarana prasarana telematika
mendorong kualitas perencanaan dan pelaksanaan
pembangunan.
3) Rencana penyediaan infrastruktur telekomunikasi bersama.
4) Untuk meningkatkan pelayanan di wilayah terpencil,
pemerintah memberi dukungan dalam pengembangan
kemudahan jaringan telematika.
5) Pengelolaan ada di bawah otorita tersendiri sesuai dengan
peraturan perundangan yang berlaku.

6. Rencana Pengembangan Prasarana Sumberdaya Air


Rencana pengembangan prasarana sumberdaya air di Provinsi
Papua Barat terdiri atas:
1) Rencana pengelolaan sumberdaya air, meliputi:
a) Pembangunan prasarana sumber daya air;
b) Semua sumber air baku dari dam, embung, waduk,
telaga, bendungan serta sungai - sungai klasifikasi i – iv
yang airnya dapat dimanfaatkan secara langsung dan
dikembangkan untuk berbagai kepentingan, air tanah,
serta reservoir alam atau mata air;

2 - 22
c) Pengolahan air dan distribusi air di sebagian wilayah
perdesaan memanfaatkan teknologi sederhana namun
tepat guna, yaitu pemanfaatan sistem gravitasi.
d) Zona pemanfaatan das dilakukan dengan membagi
tipologi das berdasarkan tipologinya;
e) Penetapan zona pengelolaan sumber daya air sesuai
dengan keberadaan wilayah sungai tersebut pada zona
kawasan lindung tidak diijinkan pemanfaatan sumber
daya air untuk fungsi budidaya, termasuk juga untuk
penambangan.
2) Prasarana pengairan direncanakan sesuai dengan kebutuhan
peningkatan sawah irigasi teknis dan non teknis baik untuk
irigasi air permukaan maupun air tanah.
3) Rencana pengembangan pengairan disusun berdasarkan
wilayah sungai.

7. Rencana Pengembangan Prasarana Pengelolaan Lingkungan


Arahan pengembangan sistem prasarana pengelolaan lingkungan
di Provinsi Papua Barat diuraikan sebagai berikut:
1) Meningkatkan prasarana pengelolaan lingkungan untuk
mendukung kegiatan permukiman dan sistem aktivitas pada
sentra-sentra produksi melalui kebijakan pengembangan
prasarana lingkungan.
2) Mengembangkan prasarana lingkungan dengan cara:
a) Pengembangan Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) untuk
melayani Kota Besar seperti Sorong dan Manokwari;
b) Pengelolaan limbah rumah tangga dengan sistem
terpadu;
c) Pengelolaan limbah industri dan pertambangan dengan
memperhatikan kualitas lingkungan;
d) Pengembangan sistem drainase konvensional dan
ekodrainase dengan pertimbangan kondisi tanah dan
topografi.
3) Pengembangan pengawasan terhadap pengelolaan limbah
industri dan pertambangan.

2 - 23
4) Penegakan hukum yang tegas bagi pengelolaan limbah
industri dan pertambangan yang tidak sesuai dengan
standardan ketentuan yang berlaku.

C. Rencana Kawasan Strategis


Kawasan strategis Provinsi Papua Barat adalah wilayah yang
penataan ruangnya diprioritaskan karena mempunyai pengaruh
sangat penting dalam lingkup provinsi terhadap ekonomi, sosial,
budaya dan/atau lingkungan.

Jenis kawasan strategis di Provinsi Papua Barat antara lain:


a. Kawasan strategis dari sudut kepentingan pertahanan dan
keamanan;
b. Kawasan strategis dari sudut kepentingan pertumbuhan
ekonomi;
c. Kawasan strategis dari sudut kepentingan sosial dan budaya;
d. Kawasan strategis dari sudut kepentingan fungsi dan daya
dukung lingkungan hidup.

Kawasan strategis di Provinsi Papua Barat dirincikan sebagai


berikut:
1) Kawasan strategis dari sudut kepentingan pertahanan dan
keamanan berupa kawasan pulau-pulau terluar, yaitu Pulau
Fani.
2) Kawasan strategis dari sudut kepentingan pertumbuhan
ekonomi, terdiri dari:
a) Satuan Wilayah Pengembangan I, meliputi:
 Kawasan Pengembangan Tanaman Hortikultura Tinggi
Anggi;
 Kawasan Pengembangan Wisata Bahari Wondama;
 Kawasan Pengembangan Peternakan Sapi Kebar.
b) Satuan Wilayah Pengembangan II, meliputi:
 Pengembangan Pusat Pertumbuhan Ekonomi Provinsi
di Kota Sorong;
 Kawasan Pengembangan Bioetanol Sorong Selatan;

2 - 24
 Kawasan Pengembangan Minyak dan Gas Bintuni.
c) Satuan Wilayah Pengembangan III, meliputi:
 Kawasan Pariwisata Bahari Raja Ampat sebagai
kawasan destinasi pariwisata bahari dunia;
 Kawasan Pengembangan Minapolitan Raja Ampat.
d) Satuan Wilayah Pengembangan IV, meliputi:
 Kawasan Pengembangan Sapi Bomberay;
 Kawasan Pengembangan Agropolitan Fakfak;
 Kawasan Pengembangan Wisata Bahari Kaimana.
3) Kawasan strategis dari sudut kepentingan sosial budaya,
meliputi:
a) Kawasan Pegunungan Arfak;
b) Kawasan Pulau Mansinam.
4) Kawasan strategis dari sudut fungsi dan daya dukung
lingkungan hidup, meliputi:
a) Kawasan Mangrove Teluk Bintuni;
b) Kawasan Raja Ampat;
c) Kawasan Teluk Cenderawasih;
d) Kawasan Pegunungan Tamrau dan Arfak;
e) Kawasan Konservasi Penyu Belimbing di Pantai
Jamursbamedi.

2 - 25
Gambar 2.5. Peta Kawasan Strategis Pertahanan dan Keamanan Provinsi Papua Barat
Sumber: RTRW Provinsi Papua Barat Tahun 2013-2033

2 - 26
Gambar 2.6. Peta Kawasan Strategis Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Papua Barat
Sumber: RTRW Provinsi Papua Barat Tahun 2013-2033

2 - 27
Gambar 2.7. Peta Kawasan Strategis Sosial Budaya Provinsi Papua Barat
Sumber: RTRW Provinsi Papua Barat Tahun 2013-2033

2 - 28
Gambar 2.8. Peta Kawasan Strategis Daya Dukung Lingkungan Hidup Provinsi Papua Barat
Sumber: RTRW Provinsi Papua Barat Tahun 2013-2033

2 - 29
2.1.4 Kebijakan Penataan Ruang Provinsi Papua
Wilayah Provinsi Papua, baik sebagai kesatuan wadah yang meliputi
ruang darat, ruang laut, dan ruang udara, termasuk ruang di dalam
bumi, maupun sebagai sumberdaya, perlu ditingkatkan upaya
pengelolaannya secara bijaksana untuk pemenuhan hak-hak dasar
orang asli Papua dengan menghargai kesetaraan dan keragaman
kehidupan sosial budaya penduduk Provinsi Papua, serta kelestarian
keanekaragaman hayati Papua yang khas dan langka. Selain itu,
dalam rangka mewujudkan keterpaduan penataan ruang nasional
dan daerah yang sejalan dengan penetapan Provinsi Papua sebagai
Daerah Otonomi Khusus maka perlu dilakukan penyesuaian dan
penataan kembali rencana tata ruang wilayah provinsi sebagai
arahan bagi pembangunan Provinsi Papua yang berkelanjutan
melalui Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Papua.

A. Tujuan Penataan Ruang


Tujuan penataan ruang wilayah Provinsi Papua, yaitu:
“Mewujudkan tata ruang lestari, aman, nyaman dan produktif untuk
menjamin kualitas hidup masyarakat dengan memperhatikan kearifan
lokal dan karakteristik ekosistem Papua”.

B. Rencana Struktur Ruang


Rencana sistem perkotaan Provinsi Papua, meliputi:
a. PKN yaitu Jayapura, dan Timika.
b. PKN promosi yaitu Biak, Wamena dan Merauke.
c. PKW yaitu Nabire, Muting, dan Sarmi
d. PKW promosi yaitu Kepi, Enarotali, Dekai dan Waris.
e. PKSN yaitu Arso, Tanah Merah dan Merauke.
f. PKSN promosi yaitu Jayapura, dan Oksibil.
g. PKL yaitu semua ibukota kabupaten yang tidak termasuk PKN,
PKNp, dan PKW.

Rencana sistem perkotaan Provinsi Papua disajikan dalam gambar


berikut ini :

2 - 30
Tabel II.3. Rencana Sistem Perkotaan Provinsi Papua
Kabupaten/ RTRWN RTRW Provinsi Papua
No.
Kota PKN PKW PKSN PKN PKW PKL PKSN
1 Kota Jayapura Jayapura Jayapura
Jayapura
2 Kab. Jayapura Jayapura Genyem
Jayapura Waiya
Ongan Jaya
3 Nabire Nabire Nabire Topo
Karadiri
4 Mimika Timika Timika Mimika Baru
Mimika Barat Jauh
5 Biak Numfor Biak Biak Andei
Yomdori
Ofdori
Yemburu
Pasi
6 Mappi Bade Kepi Obaa
Assu
Miyamur
Citak Mitak
7 Yahukimo  Dekai Yahulikma
Obalma
8 Merauke Merauke Merauke Merauke Muting Wanam Merauke
Muting Okaba
Harapan Makmur
9 Keerom Arso Waris Waris Waris
Senggi
10 Puncak Jaya Mulia
11 Jayawijaya Wamena  Wamena Yiwika
Kimbim
12 Kepulauan Serui
Yapen Angkaisera
Ambai
Wonawa
Yobi
13 Paniai  Enarotali Enarotali
14 Boven Digoel Tanah Tanah Merah Tanah Merah
Merah Mindiptana
Asiki
Kouh
Bomakia
15 Asmat Agats
Atsy
Tomor
Kamur
16 Pegunungan Oksibil Oksibil
Bintang Teriaplu
17 Tolikara Karubaga
18 Sarmi Sarmi Sarmi Bonggo
19 Waropen Botawa
Kaweda
Dokis
20 Supiori Sorendeweri

2 - 31
Kabupaten/ RTRWN RTRW Provinsi Papua
No.
Kota PKN PKW PKSN PKN PKW PKL PKSN
21 Mamberamo Kasonaweja
Raya Dabra
22 Mamberamo Kobakma
Tengah
23 Yalimo Elelim
Abenaho
24 Lanny Jaya Tiom
25 Nduga Kenyam
26 Puncak Ilaga
27 Dogiyai Kigamani
28 Intan Jaya Sugapa
29 Deiyai Waghete
Kapiraya
Sumber: RTRW Provinsi Papua Tahun 2013-2033

Sedangkan sistem jaringan prasarana utama Provinsi Papua,


meliputi:

1. Sistem Jaringan Transportasi Darat


Sistem jaringan transportasi darat di Provinsi Papua, terdiri atas:
 jaringan jalan;
 jaringan prasarana lalu lintas dan angkutan jalan;
 jaringan jalur kereta api; dan
 jaringan sungai, danau dan penyeberangan.

Jaringan jalan di Provinsi Papua, terdiri atas:


1) Jalan nasional merupakan jalan arteri primer, meliputi:
a) Jayapura-Elelim-Wamena;
b) Jayapura-Sarmi-Mamberamo Raya-Waropen-Nabire;
c) Jayapura-Arso-Perbatasan PNG;
d) Merauke-Kepi-Bade;
e) Merauke-Tanah Merah-Oksibil;
f) Wamena-Habema-Yuguru-Kenyam;
g) Wamena-Karubaga-Mulia;
h) Wamena-Dekai; dan
i) Timika-Waghete-Enarotali.
2) Jalan Provinsi merupakan jalan kolekter primer, meliputi:
a) Arso-Oksibil;
b) Wamena-Tiom;

2 - 32
c) Wamena-Kobakma;
d) Merauke-Tanah Merah-Oksibil;
e) Kepi-Tanah Merah;
f) Nabire-Waghete-Enarotali;
g) Enarotali-Sugapa;
h) Sugapa-Jita-Ilaga;
i) Botawa-Sugapa; dan
j) Dekai-Oksibil.

Jaringan prasarana lalu lintas dan angkutan jalan di Provinsi


Papua, terdiri atas:
1) Terminal penumpang tipe A, terdiri atas:
a) terminal Entrop di Kota Jayapura;
b) terminal Merauke di Merauke; dan
c) terminal Nabire di Kabupaten Nabire.
2) Terminal penumpang tipe B, terdiri atas:
a) terminal Heram di Kota Jayapura;
b) terminal Sentani di Kabupaten Jayapura;
c) terminal Keerom di Kabupaten Keerom;
d) terminal Oyehe di Kabupaten Nabire;
e) terminal Sarmi di Kabupaten Sarmi;
f) terminal Wamena di Kabupaten Jayawijaya;
g) terminal Mulia di Kabupaten Puncak Jaya;
h) terminal Asiki di Kabupaten Boven Digoel;
i) terminal Timika di Kabupaten Mimika;
j) terminal Darfuar di Kabupaten Biak Numfor;
k) terminal Oksibil di Kabupaten Pegunungan Bintang;
l) terminal Botawa di Kabupaten Waropen;
m) terminal Enarotali di Kabupaten Paniai;
n) terminal Kenyam di Kabupaten Nduga;
o) terminal Dekai di Kabupaten Yahukimo;
p) terminal Waghete di Kabupaten Deiyai; dan
q) terminal Elelim di Kabupaten Yalimo.

Jaringan jalur kereta api di Provinsi Papua, terdiri atas:

2 - 33
1) lintas Jayapura-Sarmi-Nabire;
2) lintas Nabire-Manokwari-Sorong; dan
3) lintas Nabire-Timika.

Sedangkan sistem jaringan sungai, danau dan penyeberangan di


Provinsi Papua, terdiri atas:
1) Jaringan transportasi sungai, terdiri atas:
a) Dermaga Sungai Trimuris di Kabupaten Mamberamo
Raya;
b) Dermaga Sungai Pagai di Kabupaten Mamberamo Raya;
c) Dermaga Sungai Papasena di Kabupaten Mamberamo
Raya;
d) Dermaga Sungai Kaiy di Kabupaten Mamberamo Raya;
e) Dermaga Sungai Taiyai di Kabupaten Mamberamo Raya;
f) Dermaga Sungai Kasonaweja di Kabupaten Mamberamo
Raya;
g) Dermaga Sungai Bagusa di Kabupaten Mamberamo
Raya;
h) Dermaga Sungai Warembori di Kabupaten Mamberamo
Raya;
i) Dermaga Sungai Digoel di Kabupaten Merauke;
j) Dermaga Sungai Digoel di Kabupaten Boven Digoel;
k) Dermaga Sungai Mimika di Kabupaten Mimika;
l) Dermaga Sungai Mappi di Kabupaten Mappi;
m) Dermaga Sungai Batas Batudi Kabupaten Nduga; dan
n) Dermaga Sungai Kapiraya di Kabupaten Mimika.
2) Jaringan transportasi danau, terdiri atas:
a) Dermaga Danau Yahim di Kabupaten Jayapura;
b) Dermaga Danau Putali di Kabupaten Jayapura;
c) Dermaga Danau Abar di Kabupaten Jayapura;
d) Dermaga Danau Kamiyaka di Kabupaten Jayapura;
e) Dermaga Danau Simporo di Kabupaten Jayapura;
f) Dermaga Danau Telaga Maya di Kabupaten Jayapura;
g) Dermaga Danau Ayapo di Kabupaten Jayapura;

2 - 34
h) Dermaga Danau Kalkote di Kabupaten Jayapura;
i) Dermaga Danau Yoka di Kota Jayapura;
j) Dermaga Danau Puay di Kota Jayapura;
k) Dermaga Danau Paniai di Kabupaten Paniai;
l) Dermaga Danau Tigi di Kabupaten Deiyai; dan
m) Dermaga Danau Tage di Kabupaten Paniai.
3) Jaringan transportasi penyeberangan, terdiri atas:
a) Pelabuhan penyeberangan lintas provinsi, meliputi:
 Pelabuhan Penyeberangan Numfor di Kabupaten Biak
Numfor;
 Pelabuhan Penyeberangan Pomako di Kabupaten
Mimika;dan
 Pelabuhan Penyeberangan Merauke di Kabupaten
Merauke.
b) Pelabuhan penyeberangan lintas kabupaten/kota,
meliputi:
 Pelabuhan Penyeberangan Mokmer di Kabupaten Biak
Numfor;
 Pelabuhan Penyeberangan Kabuena di Kabupaten
Kepulauan Yapen;
 Pelabuhan Penyeberangan Samabusa di Kabupaten
Nabire;
 Pelabuhan Penyeberangan Saubeba di Kabupaten
Kepulauan Yapen;
 Pelabuhan Penyeberangan Waren di Kabupaten
Waropen; dan
 Pelabuhan Penyeberangan Jayapura di Kabupaten
Jayapura.

2 - 35
Gambar 2.9. Peta Rencana Sistem Perkotaan Provinsi Papua
Sumber: RTRW Provinsi Papua Tahun 2013-2033

2 - 36
Gambar 2.10. Peta Rencana Jaringan Jalan Provinsi Papua
Sumber: RTRW Provinsi Papua Tahun 2013-2033

2 - 37
Gambar 2.11. Peta Rencana Terminal Provinsi Papua
Sumber: RTRW Provinsi Papua Tahun 2013-2033

2 - 38
Gambar 2.12. Peta Rencana Jaringan Jalur Kereta Api Provinsi Papua
Sumber: RTRW Provinsi Papua Tahun 2013-2033

2 - 39
Gambar 2.13. Peta Rencana Pelabuhan Sungai di Provinsi Papua
Sumber: RTRW Provinsi Papua Tahun 2013-2033

2 - 40
Gambar 2.14. Peta Rencana Dermaga Danau di Provinsi Papua
Sumber: RTRW Provinsi Papua Tahun 2013-2033

2 - 41
Gambar 2.15. Peta Rencana Pelabuhan Penyeberangan di Provinsi Papua
Sumber: RTRW Provinsi Papua Tahun 2013-2033

2 - 42
2. Sistem Jaringan Transportasi Laut
Sistem jaringan transportasi laut di Provinsi Papua, terdiri atas:
1) Pelabuhan utama, terdiri atas:
a) Pelabuhan Jayapura di Kota Jayapura;
b) Pelabuhan Biak di Kabupaten Biak Numfor;
c) Pelabuhan Depapre di Kabupaten Jayapura; dan
d) Pelabuhan Merauke di Kabupaten Merauke.
2) Pelabuhan pengumpul, terdiri atas:
a) Pelabuhan Pomako di Kabupaten Mimika;
b) Pelabuhan Sarmi di Kabupaten Sarmi;
c) Pelabuhan Samabusadi Kabupaten Nabire;
d) Pelabuhan Serui di Kabupaten Kepulauan Yapen;
e) Pelabuhan Agats di Kabupaten Asmat;
f) Pelabuhan Bade di Kabupaten Mappi;
g) Pelabuhan Kepi di Kabupaten Mappi;
h) Pelabuhan Tanah Merah di Kabupaten Boven Digoel; dan
i) Pelabuhan Waren di Kabupaten Waropen.
3) Pelabuhan Pengumpan tersebar di kabupaten-kabupaten
sebagaimana tertera pada Tabel berikut.

Tabel II.4. Pelabuhan Pengumpan di Provinsi Papua


No Nama Pelabuhan Lokasi
1. Pelabuhan Waren Kabupaten Waropen
2. Pelabuhan Koweda Kabupaten Waropen
3. Pelabuhan Nau Kabupaten Waropen
4. Pelabuhan Bagusa Kabupaten Mamberamo Raya
5. Pelabuhan Poiway Kabupaten Mamberamo Raya
6. Pelabuhan Danau Rombebai Kabupaten Mamberamo Raya
7. Pelabuhan Teba Kabupaten Mamberamo Raya
8. Pelabuhan Burmeso Mamberamo Raya
9. Pelabuhan Anus Kabupaten Sarmi
10. Pelabuhan Armo Kabupaten Sarmi
11. Pelabuhan Jamna Kabupaten Sarmi
12. Pelabuhan Wakde Kabupaten Sarmi
13. Pelabuhan Liki Kabupaten Sarmi
14. Pelabuhan Moor Kabupaten Nabire

2 - 43
No Nama Pelabuhan Lokasi
15. Pelabuhan P. Mambor Kabupaten Nabire
16. Pelabuhan Napan Kabupaten Nabire
17. Pelabuhan Wapoga Kabupaten Kepulauan Yapen
18. Pelabuhan Wooi Kabupaten Kepulauan Yapen
19. Pelabuhan Poom Kabupaten Kepulauan Yapen
20. Pelabuhan Kaipuri Kabupaten Kepulauan Yapen
21. Pelabuhan Dawai Kabupaten Kepulauan Yapen
22. Pelabuhan Miosnum Kabupaten Kepulauan Yapen
23. Pelabuhan Kurudu Kabupaten Kepulauan Yapen
24. Pelabuhan Angkaisera Kabupaten Kepulauan Yapen
25. Pelabuhan Ansus Kabupaten Kepulauan Yapen
26. Pelabuhan Randawaya Kabupaten Kepulauan Yapen
27. Pelabuhan Mapia Kabupaten Supiori
28. Pelabuhan Korido Kabupaten Supiori
29. Pelabuhan Insobabi Kabupaten Supiori
30. Pelabuhan Miosbepondi Kabupaten Supiori
31. Pelabuhan Sowek Kabupaten Supiori
32. Pelabuhan Sabarmiokre Kabupaten Supiori
33. Pelabuhan Jenggerbun Kabupaten Supiori
34. Pelabuhan Agats Kabupaten Asmat
35. Pelabuhan Suator Kabupaten Asmat
36. Pelabuhan Sagoni Kabupaten Asmat
37. Pelabuhan Eci Kabupaten Asmat
38. Pelabuhan Kanawi Kabupaten Asmat
39. Pelabuhan Jinak Kabupaten Asmat
40. Pelabuhan Binam Kabupaten Asmat
41. Pelabuhan Akat Kabupaten Asmat
42. Pelabuhan Yamas Kabupaten Asmat
43. Pelabuhan Sawaerma Kabupaten Asmat
44. Pelabuhan Atsy Kabupaten Asmat
45. Pelabuhan Bayun Kabupaten Asmat
46. Pelabuhan Mumugu Kabupaten Asmat
47. Pelabuhan Boma Kabupaten Mappi
48. Pelabuhan Ikisi Kabupaten Mappi
49. Pelabuhan Kepi Kabupaten Mappi
50. Pelabuhan Mur Kabupaten Mappi
51. Pelabuhan Tagemon Kabupaten Mappi
52. Pelabuhan Senggo Kabupaten Mappi
53. Pelabuhan Asiki Kabupaten Boven Digoel
54. Pelabuhan Ampera Kabupaten Boven Digoel

2 - 44
No Nama Pelabuhan Lokasi
55. Pelabuhan Tanah Merah Kabupaten Boven Digoel
56. Pelabuhan Gatentiri Kabupaten Boven Digoel
57. Pelabuhan Wanam Kabupaten Boven Digoel
58. Pelabuhan Subur Kabupaten Boven Digoel
59. Pelabuhan Kimaam Kabupaten Merauke
60. Pelabuhan Kumbe Kabupaten Merauke
61. Pelabuhan Saribi Kabupaten Biak Numfor
62. Pelabuhan Manggari Kabupaten Biak Numfor
63. Pelabuhan Bromsi Kabupaten Biak Numfor
64. Pelabuhan Tiptop Kabupaten Biak Numfor
65. Pelabuhan Owi Kabupaten Biak Numfor
66. Pelabuhan Bosnik Kabupaten Biak Numfor
67. Pelabuhan Hiripau Kabupaten Mimika
68. Pelabuhan Kokonao Kabupaten Mimika
69. Pelabuhan Keakwa Kabupaten Mimika
Sumber: RTRW Provinsi Papua Tahun 2013-2033

4) Pelabuhan khusus yaitu Pelabuhan Amamapare di Kabupaten


Mimika sebagai Pelabuhan PT. Freeport Indonesia dan
Pelabuhan Perikanan di Kabupaten Biak Numfor dan
Merauke.

3. Sistem Jaringan Transportasi Udara


Sistem jaringan transportasi udara di Provinsi Papua, terdiri atas:
1) Bandar udara pengumpul dengan skala pelayanan sekunder,
terdiri atas:
a) Bandar Udara Sentani di Kabupaten Jayapura;
b) Bandar Udara Moses Kilangin di Kabupaten Mimika;
c) Bandar Udara Frans Kaisepo di Kabupaten Biak Numfor;
d) Bandar Udara Mopah di Kabupaten Merauke;
e) Bandar Udara Wamena di Kabupaten Jayawijaya; dan
f) Bandar Udara Baru di Kabupaten Keerom.
2) Bandar udara pengumpul dengan skala pelayanan tersier,
terdiri atas:
a) Bandar Udara Wanggar di Kabupaten Nabire;
b) Bandar Udara Waghete di Kabupaten Deiyai; dan
c) Bandar Udara Dekai di Kabupaten Yahukimo;

2 - 45
3) Bandar udara pengumpan tersebar di kabupaten-kabupaten
sebagaimana tertera pada Tabel berikut.

Tabel II.5. Bandar Udara Pengumpan di Provinsi Papua


No. Nama Bandara Lokasi
1. Bandara Tanah Merah Boven Digoel
2. Bandara Patriot Boven Digoel
3. Bandara Bomakia Boven Digoel
4. Bandara Mindiptana Boven Digoel
5. Bandara Yaniruma Boven Digoel
6. Bandara Kepi Mappi
7. Bandara Senggo Mappi
8. Bandara Bade Mappi
9. Bandara Kamur Asmat
10. Bandara Ewer Asmat
11. Bandara Oksibil Pegunungan Bintang
12. Bandara Batom Pegunungan Bintang
13. Bandara Borme Pegunungan Bintang
14. Bandara Aboy Pegunungan Bintang
15. Bandara Luban Pegunungan Bintang
16. Bandara Abmisibil Pegunungan Bintang
17. Bandara Bime Pegunungan Bintang
18. Bandara Teraplu Pegunungan Bintang
19. Bandara Mulia Puncak Jaya
20. Bandara ilu Puncak Jaya
21. Bandara Fawi Puncak Jaya
22. Bandara Derpos Puncak Jaya
23. Bandara Torere Puncak Jaya
24. Bandara Iratoi Puncak Jaya
25. Bandara Sinak Puncak
26. Bandara ilaga Puncak
27. Bandara Beoga Puncak
28. Bandara Agandugume Puncak
29. Bandara Karubaga Tolikara
30. Bandara Tayeve II Tolikara
31. Bandara Bokondini Tolikara
32. Bandara Mamit Tolikara
33. Bandara Waghete Deiyai
34. Bandara Mararena Sarmi
35. Bandara Senggi Keerom

2 - 46
No. Nama Bandara Lokasi
Bandara Sudjarwo
36. Kepulauan Yapen
Tjondronegoro
37. Bandara Kamanap Kepulauan Yapen
38. Bandara Botawa Waropen
39. Bandara Baudi Mamberamo Raya
40. Bandara Dabra Mamberamo Raya
41. Bandara Sikari (a) Mamberamo Raya
42. Bandara (b) Mamberamo Raya
43. Bandara Tiom Lani Jaya
44. Bandara Sugapa Intan Jaya
45. Bandara Enarotali Paniai
46. Bandara Obano Paniai
47. Bandara Moanamani Dogiyai
48. Bandara Yemburwo Biak Numfor
49. Bandara Numfor Biak Numfor
50. Bandara Pagai Kab. Jayapura
51. Bandara Kimaam Merauke
52. Bandara Muting Merauke
53. Bandara Okaba Merauke
54. Bandara Wanam Merauke
55. Bandara Kokonao Mimika
56. Bandara Jila Mimika
57. Bandara Ugimuga Mimika
58. Bandara Potowai Mimika
59. Bandara Alama Mimika
60. Bandara Jita Mimika
61. Bandara Agimuga Mimika
62. Bandara Elelim Yalimo
63. Bandara Benawa Yalimo
64. Bandara sobaham Yahukimo
65. Bandara Ninia Yahukimo
66. Bandara Sumo Yahukimo
67. Bandara Nalca Yahukimo
68. Bandara Seradala Yahukimo
69. Bandara Kirihi Waropen
70. Bandara Botawa Waropen
71. Bandara Sinalok Mimika
72. Bandara Senggi Keerom
73. Bandara Kuyawage Lani Jaya
74. Bandara Tsinga Mimika

2 - 47
No. Nama Bandara Lokasi
75. Bandara Arwanop Mimika
76. Bandara Anggruk Yahukimo
77. Bandara Kenyam Nduga
78. Bandara Megambilis Mamberamo Tengah
79. Bandara Kobakma Mamberamo Tengah
Sumber: RTRW Provinsi Papua Tahun 2013-2033

4) Bandar udara khusus yaitu Bandar Udara Moses Kilangin


yang merupakan bandar udara milik PT. Freeport Indonesia
namun difungsikan juga sebagai bandar udara umum.

4. Sistem Jaringan Transportasi Antarmoda


Sistem transportasi antarmoda di Provinsi Papua, terdiri atas:
1) pengembangan jalur Pomako Timika-Agats-Dermaga Jinak-
jalan raya-Bandara Dekai-Bandara Wamena atau Bandara
Oksibil;
2) pengembangan jalur Pomako Timika-Agats-Mumugu-jalan
raya Yuguru-Batas Batu-Kenyam Habema-Wamena;
3) pengembangan jalur Pagai-Papasena-jalanraya-Burmeso-
Kasonaweja-Bagusa-Teba;
4) pengembangan jalur Mulia-jalan raya-Fawi-Mamberamo Hulu;
dan
5) pengembangan jalur Bandara Merauke-Sungai Digoel-jalan
rayake Asiki (Boven Digoel).

2 - 48
Gambar 2.16. Peta Rencana Pelabuhan di Provinsi Papua
Sumber: RTRW Provinsi Papua Tahun 2013-2033

2 - 49
Gambar 2.17. Peta Rencana Bandar Udara di Provinsi Papua
Sumber: RTRW Provinsi Papua Tahun 2013-2033

2 - 50
Gambar 2.18. Peta Rencana Transportasi Antarmoda di Provinsi Papua
Sumber: RTRW Provinsi Papua Tahun 2013-2033

2 - 51
Adapun sistem jaringan prasarana lainnya di Provinsi Papua,
meliputi:
1. Jaringan Energi Listrik
Jaringan energi listrik di Provinsi Papua, terdiri atas:
1) Pembangikit listrik tenaga air, terdiri atas:
a) pembangkit listrik tenaga air Boven Digoel di Kabupaten
Boven Digoel;
b) pembangkit listrik tenaga air Einlanden di Kabupaten
Asmat;
c) pembangkit listrik tenaga air Lorentz di Kabupaten Asmat;
d) pembangkit listrik tenaga air Cemara di Kabupaten
Mimika;
e) pembangkit listrik tenaga air Otokwa di Kabupaten
Mimika;
f) pembangkit listrik tenaga air Mimika di Kabupaten
Mimika;
g) pembangkit listrik tenaga air Siriwo di Kabupaten Nabire;
h) pembangkit listrik tenaga air Mamberamo di Kabupaten
Mamberamo Raya;
i) pembangkit listrik tenaga air Kopaikabo-Yahwe-Urumuka
di Kabupaten Mimika, Kabupaten Paniai dan Kabupaten
Deiyai; dan
j) pembangkit listrik tenaga air Baliem di Kabupaten Yalimo
dan Kabupaten Yahukimo.
2) Pembangkit listrik tenaga disel, tersebar di seluruh kabupaten/
kota.
3) Pembangkit listrik tenaga surya, tersebar di seluruh
kabupaten/kota.
4) Pembangkit listrik tenaga uap, dikembangkan di Kabupaten
Merauke, Kabupaten Nabire, KabupatenMimika, Kabupaten
Boven, Kabupaten Digoel, Kabupaten Mappi, Kabupaten
Asmat, KabupatenSarmi, Kabupaten Mamberamo Raya,
Kabupaten Kepulauan Yapen, Kabupaten Waropen,
Kabupaten Supiori dan Kota Jayapura.

2 - 52
5) Pembangkit listrik tenaga gas, tersebar di Kabupaten Biak
Numfor, Kabupaten Merauke, Kabupaten Nabire dan
Kabupaten Mimika.
6) Pembangkit listrik dengan minyak nabati, merupakan energi
terbarukan dan dikembangkan di wilayah perkampungan.
7) Pembangkit listrik tenaga gelombang, dikembangkan di
wilayah pesisir.
8) Pembangkit listrik tenaga mikro hidro, dikembangkan di
seluruh kabupaten/kota.
9) Pembangkit listrik tenaga angin, dikembangkan di Kabupaten
Puncak.
2. Jaringan Telekomunikasi
Jaringan telekomunikasi di Provinsi Papua, terdiri atas:
1) Sistem terestrial, menggunakan media transmisi jaringan
kabel serat optik dan tembaga dan gelombang mikro di
seluruh kabupaten/kota.
2) Sistem nirkabel, menggunakan media transmisi satelit di
seluruh kabupaten/kota.
3) Sistem jaringan telekomunikasi dikembangkan untuk
mendukung PKN, PKW, PKL, perkotaan lain, kawasan
permukiman, kawasan perdagangan jasa, industri, dan
pertambangan.
3. Jaringan Sumberdaya Air
Jaringan sumberdaya air di Provinsi Papua, terdiri atas:
1) Jaringan sumber daya air lintas negara, terdiri atas Wilayah
Sungai di Mamberamo-Tami- Apauvar dan Sungai Einlanden-
Digoel-Bikuma.
2) Jaringan sumber daya air lintas provinsi, terdiri atas Wilayah
Sungai Omba.
3) Jaringan air baku, ditujukan untuk terpenuhinya penyediaan
air minum dari segi kuantitas dan kualitas bagi seluruh rakyat
Papua.
4) Cekungan air tanah, tersebar di seluruh kabupaten/kota.

2 - 53
5) Jaringan irigasi, mengembangkan jaringan irigasi pada
wilayah yang potensial dikembangkan untuk pertanian yang
tersebar di Kabupaten Jayapura, Kabupaten Merauke,
Kabupaten Boven Digoel, Kabupaten Jayawijaya, Kabupaten
Yahukimo, Kabupaten Nabire, Kabupaten Biak Numfor,
Kabupaten Waropen, Kabupaten Mimika dan Kota Jayapura.
4. Prasarana Pengelolaan Lingkungan
Sistem prasarana pengelolaan lingkungan di Provinsi Papua terdiri
atas:
1) Sistem drainase, dilakukan dengan:
a) memanfaatkan sistem jaringan drainase yang ada secara
maksimal baik sungai, anak sungai, maupun saluran
alami lainnya;
b) mengalirkan air hujan secepatnya melalui suatu sistem
jaringan drainase ke badan air terdekat atau tempat
pembuangan air akhir dilaut atau sungai, dengan efisiensi
panjang saluran;
c) sedapat mungkin mengikuti jalan utama untuk
memudahkan pengawasan dan pemeliharaan;
d) memanfaatkan energi gravitasi dan meminimalkan
penggunaan pompa;
e) mengembangkan sistem pompanisasi untuk mengurangi
genangan air di wilayah yang mempunyai ketinggian
antara 0-6 meter di atas permukaan laut terutama di
Kabupaten Merauke, Kabupaten Asmat, Kabupaten Biak
Numfor, Kabupaten Kepulauan Yapen, Kabupaten
Nabire, dan Kota Jayapura;
2) Sistem pengelolaan sampah, dilaksanakan melalui :
a) sistem persampahan untuk kabupaten/kota yang
berdekatan dilakukan kerjasama lintas wilayah melalui
sistem pengelolaan sampah secara terpadu dalam hal
lokasi dengan sistem sanitary landfild maupun control
landfild; dan

2 - 54
b) sistem pengelolaan sampah untuk Kabupaten Asmat dan
Kabupaten Kepulauan Yapen diarahkan penanganannya
secara individual, komunual, dan pengelolaan daur ulang
seperti pembuatan kompos;
3) Pengelolaan lingkungan khusus, meliputi pembinaan,
bimbingan, serta koordinasi dalam pengelolaan lingkungan
pertambangan, perkebunan dan kehutanan.
5. Pelabuhan Perikanan
Pelabuhan perikanan di Provinsi Papua berupa Pelabuhan
Perikanan Samudera di Kabupaten Merauke dan Kabupaten Biak
Numfor.

2 - 55
Gambar 2.19. Peta Rencana Jaringan Energi di Provinsi Papua
Sumber: RTRW Provinsi Papua Tahun 2013-2033

2 - 56
C. Penetapan Kawasan Strategis
Kawasan strategis di Provinsi Papua terdiri atas:
a. Kawasan strategis nasional; dan
b. Kawasan strategis provinsi.

Kawasan strategis nasional (KSN) di Provinsi Papua dirincikan


sebagai berikut:
1) Kawasan strategis dari sudut kepentingan pertahanan dan
keamanan Negara terdiri atas:
a) kawasan perbatasan laut Republik Indonesia bagian utara
terdiri dari 4 pulau kecil terluar meliputi Pulau Fanildo,
Pulau Bras, Pulau Miosbefondi di Kabupaten Supiori dan
Pulau Liki di Kabupaten Sarmi;
b) kawasan perbatasan laut Republik Indonesia bagian
selatan terdiri dari 2 pulau kecil terluar meliputi Pulau
Laag di Kabupaten Asmat dan Pulau Dolok/Kimaam di
Kabupaten Merauke; dan
c) kawasan perbatasan darat Republik Indonesia dengan
negara Papua Nugini: Kota Jayapura, Kabupaten
Keerom, Kabupaten Pegunungan Bintang, Kabupaten
Boven Digoel dan Kabupaten Merauke.
2) Kawasan strategis dari sudut kepentingan ekonomi yaitu
Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu Biak.
3) Kawasan strategis dari sudut kepentingan kawasan strategis
sumberdaya alam dan/atau teknologi tinggi terdiri atas :
a) Kawasan Stasiun Bumi Satelit Cuacadan Lingkungan di
Kabupaten Biak Numfor;
b) Kawasan Stasiun Telemetry Tracking and Command
Wahana Peluncur Satelit di Kabupaten Biak Numfor; dan
c) Kawasan Pertambangan Timika di Kabupaten Mimika.
4) Kawasan strategis dari sudut kepentingan daya dukung
lingkungan adalah Kawasan Taman Nasional Lorentz,
mencakup Kabupaten Mimika, Kabupaten Asmat, Kabupaten
Nduga, Kabupaten Yahukimo, Kabupaten Jayawijaya,
Kabupaten Lanny Jaya, Kabupaten Puncak Jaya, Kabupaten

2 - 57
Puncak, Kabupaten Paniai, Kabupaten Intan Jaya dan
Kabupaten Deiyai.

Sedangkan kawasan strategis provinsi (KSP) di Provinsi Papua


dirincikan sebagai berikut:
1) Kawasan strategis dari aspek ekonomi, terdiri atas:
a) Wilayah Pegunungan Tengah yang meliputi:
 Bagian Timur meliputi Kabupaten Yahukimo dan
Kabupaten Pegunungan Bintang.
 Bagian Tengah meliputi Kabupaten Nduga, Kabupaten
Jayawijaya, Kabupaten Mamberamo Tengah,
Kabupaten Yalimo, Kabupaten Tolikara, Kabupaten
Lanni Jaya, Kabupaten Puncak dan Kabupaten
Puncak Jaya;
 Bagian Barat meliputi Kabupaten Deyai, Kabupaten
Dogiyai, Kabupaten Intan Jaya, dan Kabupaten Paniai.
b) Wilayah Mamberamo-Sarmi; dan
c) Kawasan Merauke dan sekitarnya meliputi Kabupaten
Merauke, Kabupaten Boven Digoel dan Kabupaten
Mappi.
2) Kawasan strategis dari aspek sosial budaya, terdiri atas:
a) wilayah Asmat-Mimika;
b) wilayah Wamena;
c) wilayah Sentani dan Kota Jayapura; dan
d) wilayah Maudori di Kabupaten Supiori.
3) Kawasan strategis dari aspek fungsi dan daya tampung serta
daya dukung lingkungan hidup, terdiri atas :
a) wilayah pantai utara dan kepulauan, yang merupakan
wilayah rawan bencana dan bergambut mencakup
Kabupaten Nabire, Kabupaten Dogiyai, Kabupaten
Waropen, Kabupaten Biak Numfor, Kabupaten Kepulauan
Yapen, Kabupaten Supiori, Kabupaten Sarmi, Kabupaten
Jayapura, Kabupaten Mamberamo Raya dan Kota
Jayapura.

2 - 58
b) wilayah Pegunungan Tengah, yang merupakan wilayah
rawan bencana dan wilayah bergambut.
c) wilayah bagian selatan, yang merupakan wilayah rawan
bencana, wilayah bergambut, wilayah berhutan bakau,
meliputi Kabupaten Asmat, Kabupaten Mimika,
Kabupaten Mappi, Kabupaten Boven Digoel dan
Kabupaten Merauke.
d) wilayah Mamberamo-Foja yang merupakan tempat
perlindungan keanekaragaman hayati.
4) Kawasan strategis dari aspek lainnya, meliputi :
a) wilayah bagian selatan yang merupakan wilayah
bergambut, lahan pasang surut, hutan rawa, hutan
dataran rendah, dan hutan mangrove, meliputi Kabupaten
Asmat, Kabupaten Mimika, Kabupaten Mappi, Kabupaten
Boven Digoel dan Kabupaten Merauke.
b) wilayah bagian tengah yang merupakan wilayah
bergambut, ekosistem alpin, dan ekosistem sub-alpin
meliputi Kabupaten Paniai, Kabupaten Dogiyai,
Kabupaten Puncak, Kabupaten Intan Jaya, Kabupaten
Puncak Jaya, Kabupaten Tolikara, Kabupaten
Mamberamo Tengah dan Kabupaten Yalimo.
c) wilayah bagian utara yang merupakan wilayah
bergambut, hutan mangrove, hutan rawa, hutan
monsoon, dan hutan dataran rendah, meliputi Kabupaten
Nabire, Kabupaten Waropen, Kabupaten Mamberamo
Raya, Kabupaten Sarmi dan Kabupaten Jayapura.

2 - 59
Gambar 2.20. Peta Rencana Kawasan Strategis Provinsi Papua
Sumber: RTRW Provinsi Papua Tahun 2013-2033

2 - 60
2.2 KEBIJAKAN SEKTOR
2.2.1 Kebijakan RPJMN Tahun 2020-2024 di Pulau Papua
Berdasarkan RPJMN Tahun 2020-2024, proyek prioritas strategis
(major project) yang diarahkan di Puplau Papua yaitu sebagai berikut:
 Wilayah Adat Papua (Wilayah Adat Laa Pago dan Wilayah
Adat Domberay)
Highlight Proyek:
1. Penugasan Khusus Tenaga Kesehatan di Papua dan Papua
Barat (Kemenkes)
2. Revitalisasi Pendidikan Tinggi Vokasi (Kemenristekdikti)
3. Pengembangan tanaman tahunan dan penyegar di Papua dan
Papua Barat (Komoditas Kakao dan Kopi) (Kementan)
4. Pembangunan Jalan Trans Papua (KemenPUPR)
5. Sarana prasarana air bersih (Kemendes PDT)
6. Penyediaan Energi Listrik (Kemen ESDM)
 Jembatan Udara 37 Rute di Papua
Highlight Proyek:
1. Penyediaan subsidi perintis angkutan penumpang, kargo, dan
BBM
2. Peningkatan kapasitas 11 bandara pendukung jembatan
udara (Manokwari, Wamena, Dekai, Oksibil, Elelim, Ilaga,
Timika, Tanah Merah, Yahukimo)
3. Integrasi dengan Tol Laut melalui pengembangan pelabuhan
Pomako dan Agat
4. Penyediaan Subsidi Perintis Tol Laut pada 2 Rute
 Jalan Trans Papua Merauke - Sorong
Highlight Proyek:
1. Pembangunan Jalan Ruas Waghete - Timika; Oksibil -
Seredala; Wamena - Habema - Mumugu; Wamena - Elelim -
Jayapura; Enarotali - Ilaga - Mulia - Wamena; Fakfak (SP.
Moyana) - Windesi; Sp.3 Moyana - Tiwara - Bofuer; Sp.3
Moyana - Wanoma; Wanggar - Kwatisore - Kampung Muri
(Bts Provinsi Papua Barat)

2 - 61
2. Pembangunan/penggantian jembatan ruas Enarotali - Ilaga -
Mulia - Wamena; Wamena - Elelim - Jayapura (Yetti);
Wamena - Habema - Mumugu; Kenyam - Dekai; Dekai -
Oksibil; Wagete - Timika; Fakfak (SP. Moyana) - Windesi;
Sp.3 Moyana - Wanoma; Wanggar - Kwatisore - Kampung
Muri (Bts Provinsi Papua Barat)
 Pembangunan Fasilitas Pengolahan Limbah B3
Highlight Proyek: Pembangunan Pusat Pengolahan Limbah B3
terpadu wilayah Sulawesi, Maluku dan Papua/Sumapapua (KPBU
– koordinasi KLHK).

Adapun di dalam indikasi program RPJMN Tahun 2020-2024,


beberapa program sektoral yang diarahkan di Pulau Papua yaitu
sebagai berikut:
A. Program Prioritas: Peningkatan Kuantitas/Ketahanan Air Untuk
Mendukung Pertumbuhan Ekonomi
 Kegiatan Prioritas: Penyediaan air baku untuk kawasan
prioritas
 Proyek Prioritas: Penyediaan dan pengamanan air baku dan
air tanah
 Penyediaan air baku di lokasi prioritas pulau kecil terluar
 Penyediaan air baku di daerah 3T (Terdepan, Terluar,
dan Tertinggal)
 Penyediaan air baku di kawasan perkotaan
B. Program Prioritas: Peningkatan Nilai Tambah, Lapangan Kerja,
dan Investasi di Sektor Riil, dan Industrialisasi
 Kegiatan Prioritas: Peningkatan industri pengolahan berbasis
pertanian, kemaritiman, dan non agro yang terintegrasi hulu-
hilir
 Proyek Prioritas: Pengembangan industri Kimia, Farmasi
dan Logam
 Alokasi Availability Payment KPBU Teluk Bintuni
 Fasilitasi Investor Dalam Rangka Pengembangan Industri
Petrokimia di Teluk Bintuni

2 - 62
 Kegiatan Prioritas: Peningkatan industrialisasi berbasis hilirisasi
sumber daya alam, termasuk melalui pengembangan smelter
dan kawasan industri terutama di luar Jawa.
 Proyek Prioritas: Pengembangan kawasan industri dan
smelter secara terintegrasi.
 Jalan Trans Papua
 Jalan Trans Papua Barat
 Jalan Akses KI Bintuni (Bintuni - Susumuk)
 Jalan Sp.3 Moyana - Wanoma
 Pengembangan Bandara Babo
 Pengembangan Bandara Bintuni
 Kegiatan Prioritas: Peningkatan daya saing destinasi dan
industri pengolahan pariwisata, termasuk wisata alam, yang
didukung penguatan rantai pasok.
 Proyek Prioritas: Peningkatan Aksesibilitas, Amenitas, dan
Atraksi, serta Daya Dukung Destinasi Pariwisata.
 Perintisan Destinasi Pariwisata Wilayah Regional III (DP
Prioritas: Lombok-Mandalika, Morotai, Wakatobi, Labuan
Bajo, Raja Ampat, Manado-Likupang) + 2 DPP baru
 Trans Pulau Biak (DAK/APBN)
 Pengembangan Pelabuhan Sorong
 Pembangunan Bandara Perairan Raja Ampat
 Pengembangan Bandara Marinda (Waisai)
 Pembangunan Bandara Perairan Raja Ampat
 Pembangunan Pelabuhan Penyeberangan Salawati
 Kegiatan Prioritas: Perbaikan iklim usaha dan peningkatan
investasi, termasuk reformasi ketenagakerjaan.
 Proyek Prioritas: Fasilitasi Kemudahan Usaha dan Investasi
 Fasilitasi penyelesaian masalah investasi wilayah IV.
C. Program Prioritas: Peningkatan Ekspor Bernilai Tambah Tinggi
dan Penguatan Tingkat Kandungan Dalam Negeri (TKDN)
 Kegiatan Prioritas: Peningkatan akses dan pendalaman pasar
ekspor

2 - 63
 Proyek Prioritas: Fasilitasi Ekspor
 Fasilitasi Penerbitan Surat Keterangan Asal (SKA) dan
Skema Perdagangan dan Ketentuan Asal Barang Ekspor
Indonesia
D. Program Prioritas: Peningkatan Akses dan Mutu Pelayanan
Kesehatan
 Kegiatan Prioritas: Penguatan Sistem Kesehatan dan
Pengawasan Obat dan Makanan
 Proyek Prioritas: Penguatan Tata Kelola, Pembiayaan,
Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
 Riset status kesehatan masyarakat pada riset kesehatan
nasional wilayah III
E. Program Prioritas: Peningkatan Produktivitas dan Daya Saing
 Kegiatan Prioritas: Pendidikan dan Pelatihan Vokasi Berbasis
Kerjasama Industri
 Proyek Prioritas: Reformasi Penyelenggaraan Pendidikan
dan Pelatihan Vokasi
 Diklat Vokasi Pendidikan Perhubungan Laut
 Diklat Teknis Pendidikan Perhubungan Laut
 Pemenuhan Kebutuhan Sarana dan Prasarana
Penunjang Diklat Transportasi Laut
 Diklat Vokasi Pendidikan Perhubungan Udara
 Diklat Teknis Pendidikan Perhubungan Udara
 Pemenuhan Kebutuhan Sarana dan Prasarana
Penunjang Diklat Transportasi Udara
 Kegiatan Prioritas: Peningkatan Kapabilitas Iptek dan
Penciptaan Inovasi
 Proyek Prioritas: Pengembangan Research Power-House
 Infrastruktur Iptek Strategis yang Dikembangkan: Bandar
Antariksa Skala Kecil
F. Program Prioritas: Infrastruktur Pelayanan Dasar
 Kegiatan Prioritas: Pengelolaan Air Tanah dan Air Baku
Berkelanjutan

2 - 64
 Proyek Prioritas: Penyediaan dan pengamanan air baku dan
air tanah
 Penyediaan air baku di lokasi prioritas pulau kecil terluar
 Penyediaan air baku di daerah 3T (Terdepan, Terluar,
dan Tertinggal)
 Penyediaan air baku di kawasan perkotaan
 Kegiatan Prioritas: Keselamatan dan Keamanan Transportasi
 Proyek Prioritas: Pembinaan dan Pendidikan SDM
keselamatan dan keamanan transportasi, pencarian dan
pertolongan
 Diklat Vokasi Pendidikan Perhubungan Laut
 Diklat Teknis Pendidikan Perhubungan Laut
 Diklat Pemberdayaan Masyarakat Keselamatan Safety
and Security SDM Transportasi Laut
 Pemenuhan Kebutuhan Sarana dan Prasarana
Penunjang Diklat Transportasi Laut
 Diklat Vokasi Pendidikan Perhubungan Udara
 Diklat Teknis Pendidikan Perhubungan Udara
 Diklat Pemberdayaan Masyarakat Keselamatan Safety
and Security SDM Transportasi Udara
 Pemenuhan Kebutuhan Sarana dan Prasarana
Penunjang Diklat Transportasi Udara
 Kegiatan Prioritas: Ketahanan Kebencanaan Infrastruktur
 Proyek Prioritas: Pengembangan kebijakan wilayah untuk
ketahanan bencana dan penguatan infrastruktur vital tahan
bencana
 Penyusunan peta risiko dan rencana induk ketahanan
wilayah terhadap bencana tsunami
G. Program Prioritas: Infrastruktur Ekonomi
 Kegiatan Prioritas: Konektivitas Jalan
 Proyek Prioritas: Pembangunan Jalan Strategis
 Jalan Trans Papua
 Jalan Trans Papua Barat

2 - 65
 Jembatan di Jalan Trans Papua
 Jembatan di Jalan Trans Papua Barat
 Jalan Perbatasan Papua
 Jalan Lintas Utara Papua (Jayapura - Sarmi)
 Konektivitas Fakfak (jalan SP. Moyana - Windesi)
 Jalan SP.3 Moyana - Tiwara - Bofuer
 Jembatan Inari
 Proyek Prioritas: Pembangunan Jalan Mendukung Kawasan
Prioritas (KI, KEK, dan KSPN)
 Jalan Akses KEK Sorong
 Jalan Akses KI Bintuni (Bintuni - Susumuk)
 Jalan Sp.3 Moyana - Wanoma
 Proyek Prioritas: Pembangunan Jalan Akses Simpul
Transportasi (Pelabuhan, Bandara, Terminal)
 Jalan Akses Pelabuhan Depapre
 Proyek Prioritas: Pembangunan dan pemeliharaan jalan
daerah
 Penanganan jalan dan jembatan di Kab. Asmat
 Penanganan jalan lingkar Danau Anggi Giji dan Anggi
Gida
 Jalan Trans Pulau Biak (DAK/APBN)
 Jalan Trans Yapen
 Jembatan Bian
 Kegiatan Prioritas: Konektivitas Laut
 Proyek Prioritas: Pengembangan pelabuhan utama (hub)
 Pengembangan Pelabuhan Sorong
 Proyek Prioritas: Pembangunan dan Pengembangan
Pelabuhan laut
 Pengembangan Pelabuhan Nabire
 Pengembangan Pelabuhan Merauke
 Pengembangan Pelabuhan Sarmi
 Pengembangan Pelabuhan Moor
 Pengembangan Pelabuhan Depapre

2 - 66
 Pengembangan Pelabuhan Serui
 Pengembangan Pelabuhan Kaimana
 Pengembangan Pelabuhan Pomako
 Pengembangan Pelabuhan Wasior
 Kegiatan Prioritas: Konektivitas Udara
 Proyek Prioritas: Jembatan udara
 Pengembangan Bandara Elelim
 Pengembangan Bandara Wamena
 Pengembangan Bandara Tanah Merah
 Pengembangan Bandara Manggelum
 Pengembangan Bandara Korowai Batu
 Pengembangan Bandara Nop Goliath
 Pengembangan Bandara Korupun
 Pengembangan Bandara Mozes Kolangin
 Pengembangan Bandara Oksibil
 Pengembangan Bandara Ilaga
 Pengembangan Bandara Mulia
 Penyediaan Subsidi perintis penumpang, Kargo dan BBM
 Proyek Prioritas: Pembangunan bandara baru
 Pembangunan Bandara Nabire Baru
 Pembangunan Bandara Siboru
 Pembangunan Bandara Sobaham
 Pembangunan Bandara Wasior Baru
 Pembangunan Bandara Manokwari Selatan
 Proyek Prioritas: Pengembangan Bandara Hub Primer
 Pengembangan Bandara Sentani
 Pengembangan Bandar Udara Domine Eduard Osok
 Pengembangan bandara yang mendukung kawasan
prioitas (KSPN, KEK, dan KI):
- Pengembangan Bandara Babo
- Pengembangan Bandara Bintuni
- Pengembangan Bandara Marinda (Waisai)

2 - 67
 Pengembangan bandara di daerah terisolir, perbatasan
dan rawan bencana:
- Rehabilitasi/Pengembangan Bandara Inanwatan
- Rehabilitasi/Pengembangan Bandara Enarotali
- Rehabilitasi/Pengembangan Bandara Mindiptana
 Peningkatan kapasitas bandara:
- Pengembangan Bandara Rendani
- Pengembangan Bandara Kepi
- Pengembangan Bandara Mopah
- Pengembangan Bandar Udara Tiom
- Pembangunan Bandara Anggi
 Proyek Prioritas: Pembangunan bandara perairan
(waterbased airport) untuk mendukung destinasi pariwisata
 Pembangunan Bandara Perairan Raja Ampat
 Kegiatan Prioritas: Konektivitas Darat
 Proyek Prioritas: Pembangunan pelabuhan penyeberangan
baru
 Pembangunan Pelabuhan Penyeberangan Kaimana
 Pembangunan Pelabuhan Penyeberangan Batanta
 Pembangunan Pelabuhan Penyeberangan Salawati
 Pembangunan Pelabuhan Penyeberangan Merauke
 Pembangunan Pelabuhan Penyeberangan Bade
 Pembangunan Pelabuhan Penyeberangan Waren
 Pembangunan Pelabuhan Penyeberangan Sungai
Sawaerma
 Proyek Prioritas: Pembangunan terminal penumpang dan
barang antarnegara
 Pembangunan Terminal Skouw
 Proyek Prioritas: Pembangunan kapal penyeberangan
perintis baru
 Pembangunan kapal penyeberangan perintis Kaimana-
Pomako
 Pembangunan kapal penyeberangan perintis Manokwari-
Serui

2 - 68
 Pembangunan kapal penyeberangan perintis Wahai-
Foley-Arar
H. Program Prioritas: Energi dan Ketenagalistrikan
 Kegiatan Prioritas: Keberlanjutan Penyediaan Energi dan
Ketenagalistrikan
 Proyek Prioritas: Perbaikan efisiensi dan emisi energi dan
ketenagalistrikan
 Penertiban pemakaian listrik ilegal
 Kegiatan Prioritas: Akses dan Keterjangkauan Energi dan
Ketenagalistrikan
 Proyek Prioritas: Perluasan akses dan keterjangkauan
energi dan ketenagalistrikan
 Peningkatan kehandalan sistem Sistem Papua
I. Program Prioritas: Peningkatan Kualitas Lingkungan Hidup
 Kegiatan Prioritas: Pencegahan Pencemaran dan Kerusakan
Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup
 Proyek Prioritas: Pencegahan Kebakaran Lahan dan Hutan
 Pembentukan desa mandiri peduli gambut di 7 provinsi
prioritas restorasi gambut
 Pembentukan desa mandiri peduli gambut di 12 provinsi
 Kegiatan Prioritas: Penanggulangan Pencemaran dan
Kerusakan Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup
 Proyek Prioritas: Pembangunan Fasilitas Pengolahan
Limbah B3 Medis dan Limbah B3 Terpadu
 Pembangunan Pusat Pengolahan Limbah B3 Terpadu
Wilayah Sumapua.

2.2.2 Kebijakan INPRES No. 9 Tahun 2020 bagi Kementerian PUPR di


Pulau Papua
Beberapa kebijakan terhadap sektor di Kementerian PUPR yang
termuat di dalam Instruksi Presiden (INPRES) tentang Percepatan
Pembangunan Kesejahteraan di Provinsi Papua dan Provinsi Papua
Barat yaitu sebagai berikut:
A. Bina Marga

2 - 69
1. Pembangunan simpul-simpul transportasi udara, laut dan darat
(Misalnya Bandara Rendani, Kab. Manokwari; Pelabuhan
Wasior, Kab. Teluk Wondama);
2. Meningkatkan konektivitas jalan untuk mendorong
pengembangan ekonomi wilayah;
3. Pembangunan, rehabilitasi dan peningkatan konektivitas jalan.
B. Cipta Karya
1. Meningkatkan penyediaan akses air minum;
2. Meningkatkan penyediaan akses Sanitasi;
3. Meningkatkan penyediaan permukiman;
4. Pengembangan model pengembangan sentra – sentra
komoditas dan kawasan perdesaan di Koridor Trans Papua;
5. Pembangunan Istana Negara Kepresidenan di Kota Jayapura;
6. Pembangunan, pengelolaan dan penguatan inovasi dan
kreativitas kaum muda Asli Papua (Papua Youth Creative Hub);
dan
7. Membangunan dan mengelola asrama mahasiswa nusantara.
C. Sumber Daya Air
1. Menyediakan dan meningkatkan pengelolaan air tanah dan air
baku; dan
2. Peningkatan kapasitas daerah irigasi, pembangunan embung,
bendung pengendali banjir, tanggul pemecah gelombang, dan
revitalisasi danau (Misalnya Danau Anggi dan Danau
Ayamaru).
D. Perumahan dan Permukiman
1. Meningkatkan penyediaan perumahan; dan
2. Menyediakan rumah yang layak untuk tokoh adat, tokoh
agama, tokoh masyarakat, keluarga veteran, guru, paramedis
dan petugas lainnya.
E. Bina Konstruksi
1. Meningkatkan peran serta pengusaha OAP terkait pengadaan
barang/jasa pemerintah; dan
2. Meningkatkan peran serta SDM Unggul Papua di lingkungan
BUMN terkait PUPR.

2 - 70
F. Semua Unor
1. Meningkatkan dukungan dalam pelaksanaan Major Project
RPJMN 2020 – 2024 untuk Papua (Wilayah Adat Laa Pago,
Wilayah adat Domberay, PKSN Jayapura, dan PKSN Merauke);
dan
2. Rehabilitasi, rekonstruksi dan pemulihan pasca bencana.

2.2.3 Kebijakan RPJMD Provinsi Papua Barat Tahun 2017-2022


RPJMD Provinsi Papua Barat Tahun 2017-2022 merupakan
dokumen perencanaan pembangunan daerah untuk periode 5 (lima)
tahunan yang merupakan penjabaran dari visi, misi, dan program
kepala daerah dengan berpedoman pada RPJPD serta
memperhatikan RPJMN. RPJMD memuat arah kebijakan Keuangan
Daerah, Strategi Pembangunan Daerah, Kebijakan Umum dan
Program OPD, lintas OPD dan program kewilayahan disertai dengan
rencana-rencana kerja dalam kerangka regulasi dan kerangka
pendanaan yang bersifat indikatif.

Visi Pembangunan Provinsi Papua Barat Tahun 2017-2022 adalah


“Menuju Papua Barat yang Aman, Sejahtera, dan Bermartabat”.

Penjabaran makna dari Visi Pembangunan Provinsi Papua Barat


Tahun 2017-2022 adalah sebagai berikut:
Aman : Mengarah pada kondisi sikap saling menghargai
dan saling menghormati dalam perbedaan suku dan
agama, guna menciptakan kondisi kehidupan sosial
masyarakat yang damai dan harmonis, sebagai
prasyarat utama untuk mendukung pembangunan
berkelanjutan di Provinsi Papua Barat.
Sejahtera : Mengarah pada kondisi terpenuhinya kebutuhan
pangan, kesehatan dan pendidikan melalui
peningkatan perekonomian masyarakat yang
berfokus pada pengembangan potensi unggulan
lokal, dengan sasaran utama meningkatkan indeks
pembangunan manusia di Provinsi Papua Barat.

2 - 71
Bermartabat : Mengarah pada kondisi pelaksanaan tata kelola
pemerintahan yang jujur dan bersih, bebas dari
praktik korupsi, kolusi dan nepotisme serta
menegakkan supremasi hukum, dengan
mengedepankan pelaksanaan nilai-nilai luhur adat
dan agama dalam tatanan kehidupan.

Untuk mencapai visi pembangunan jangka menengah Provinsi Papua


Barat tersebut, Provinsi Papua Barat mengusung 8 (delapan) misi
pembangunan jangka menengah, meliputi:
1. menciptakan tata kelola pemerintahan yang baik berbasis
aparatur yang bersih dan berwibawa (good and clean
governance) serta otonomi khusus yang efektif;
2. mewujudkan pengelolaan lingkungan dan sumber daya alam
yang berkeadilan dan berkelanjutan;
3. meningkatkan kualitas pelayanan dasar di bidang pendidikan dan
kesehatan;
4. meningkatkan kapasitas infrastruktur dasar;
5. meningkatkan daya saing perekonomian dan investasi daerah
berbasis pariwisata;
6. membangun pertanian yang mandiri dan berdaulat;
7. memperkuat pemberdayaan masyarakat, perempuan dan
perlindungan anak berbasis masyarakat berketahanan sosial;
dan
8. memperkuat kerukunan umat beragama dan kondusifitas daerah.

Misi pembangunan Provinsi Papua Barat Tahun 2017-2022 yang


berkaitan erat dengan Rencana Pengembangan Infrastruktur Wilayah
(RPIW) yaitu Misi 4: meningkatkan kapasitas infrastruktur dasar.

Dalam rangka untuk mewujudkan Misi 4 tersebut, di dalam RPJMD


ditetapkan 1 (satu) tujuan dan 3 (tiga) sasaran pembangunan daerah,
yaitu: Terwujudnya pemerataan pembangunan infrastruktur
dasar dan layanan publik di wilayah Provinsi Papua Barat,
dengan sasaran:

2 - 72
1) Meningkatnya interkoneksi antar wilayah, ketersediaan layanan
dasar infrastruktur daerah dan kualitas pengelolaan tata ruang
daerah; dengan indikator:
 Persentase aksesibilitas antar wilayah kabupaten/kota yang
terhubung sarana transportasi;
 Persentase jalan provinsi dengan kualitas baik;
 Persentase jembatan provinsi dengan kualitas baik;
 Persentase jaringan irigasi provinsi dengan kualitas baik;
 Persentase kesesuaian pemanfaatan ruang dengan RTRW
Provinsi;
 Jumlah TPA regional.
2) Meningkatnya layanan kebutuhan dasar perumahan dan
kawasan permukiman wilayah perkotaan dan perdesaan di
Provinsi Papua Barat, dengan indikator:
 Cakupan Rumah Layak Huni bagi OAP yang tepat syarat;
 Cakupan penataan lingkungan permukiman kumuh;
 Cakupan pelaksanaan Program Kota Tanpa Kumuh;
 Cakupan rumah tangga dengan air minum layak;
 Cakupan rumah tangga dengan sanitasi layak;
3) Optimalnya pemanfaatan sumber daya alam dan ketersediaan
energi baru dan terbarukan, dengan indikator:
 Kontribusi sektor pertambangan dan penggalian;
 Jumlah kampung yang memanfaatkan sumber daya energi
terbarukan;
 Persentase kampung terakses listrik;
 Tingkat fasilitasi pemanfaatan sumber daya alam; dan
 Tingkat elektrifikasi provinsi.

2.2.4 Kebijakan RPJMD Provinsi Papua Tahun 2019-2023


RPJMD Provinsi Papua Tahun 2019-2023 disusun guna
melaksanakan langkah peningkatan kualitas pelaksanaan otonomi
khusus di Provinsi Papua, sehingga dapat lebih terfokus pada upaya
pengurangan ketimpangan (in-equity) pembangunan dengan
memperkokoh aspek kemandirian orang asli Papua dalam kapasitas

2 - 73
ekonomi, pendidikan dan kesehatan berbasis kearifan lokal (local
wisdom). Penyusunan RPJMD Provinsi Papua Tahun 2019-2023
berpedoman pada Rencana Pembangunan Jangka Panjang Provinsi
Papua 2005-2025.

Visi Pembangunan Daerah Jangka Panjang yang telah dituangkan


dalam dokumen RPJPD Provinsi Papua tahun 2005-2025 adalah
Terwujudnya Papua yang Mandiri secara Sosial, Budaya,
Ekonomi dan Politik. Dalam hal ini, agenda atau tema tahap ke tiga
pembangunan jangka panjang Provinsi Papua yang sesuai dengan
periode RPJMD Provinsi Papua 2019-2023, ditujukan untuk
Memantapkan Pembangunan yang didukung SDM Berkualitas dan
Kemapanan di Bidang Ekonomi, Sosial, Budaya, Politik, dan
Lingkungan.

Gambar 2.21. Agenda/Tema Pembangunan Jangka Panjang Provinsi Papua


Sumber: RPJMD Provinsi Papua Tahun 2019-2023

Sedangkan visi Provinsi Papua Tahun 2019-2023, adalah:


“Papua Bangkit, Mandiri dan Sejahtera yang Berkeadilan”.

Adapun penjelasan setiap elemen visi di atas adalah sebagai berikut:


Papua Bangkit : Papua Bangkit berarti terwujudnya masyarakat Papua
yang berkemauan dan bertekad tinggi sebagai kesadaran

2 - 74
kontemplatif kolektif untuk melepaskan diri dari label
ketertinggalan dan kemiskinan untuk mencapai derajat
kualitas hidup yang setinggi-tingginya, sehingga mampu
berdiri tegak dengan harkat dan martabat dalam bingkai
NKRI tanpa menghilangkan identitas diri dan kekhususan
ke-Papua-an. Kebangkitan ini terjadi di level individu,
keluarga, komunitas, maupun regional. Identitas diri orang
Papua diakui dan dihormati dalam berbagai level dan
bidang pembangunan. Dalam hal ini, orang Papua mampu
mengaktualisasikan diri dan mengambil peran di berbagai
bidang pembangunan. Papua Bangkit dapat dilihat dari
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yang semakin baik.

Mandiri : Papua mandiri berarti terwujudnya masyarakat Papua yang


mampu mewujudkan kualitas hidup yang lebih baik dengan
mengandalkan kemampuan dan kekuatan sendiri untuk
mewujudkan kemajuan ekonomi, dengan didukung
generasi baru Papua yang memiliki jiwa kewirausahaan
(entrepreneurship) serta ekonomi kampung tumbuh dan
berkembang. Perwujudan Papua Mandiri dilakukan dengan
mendorong tumbuhnya sektor unggulan tanaman pangan,
holtikultura, perkebunan, perikanan, peternakan,
kehutanan, dan pariwisata. Tumbuhnya sektor unggulan ini
dapat memberi nilai tambah dalam pembangunan dan
memastikan tersedianya lapangan kerja, yang didukung
pengembangan industri pengolahan yang berbasis
keunggulan potensi daerah dan industri ramah lingkungan.
Papua Mandiri dapat dilihat dari pertumbuhan ekonomi
Papua pada sektor dan subsektor unggulan yang semakin
baik.
Sejahtera : Secara sederhana, sejahtera dipahami sebagai tidak
kekurangan sesuatu apapun, perasaan aman sentosa,
makmur dan selamat atau terlepas dari segala macam
gangguan. Dengan pendekatan yang lain, sejahtera dapat

2 - 75
dikaitkan dengan meningkatnya kualitas hidup yang
setinggi-tingginya yang tercermin dari kenyamanan
masyarakat Papua dalam menjalani kehidupan dan
menikmati hasil pembangunan. Dalam hal ini,
kesejahteraan tidak hanya merupakan konsep lahiriah, tapi
juga menjangkau segi batiniah. Kesejahteraan juga
bermakna kemampuan sumber daya alam Papua yang
kaya dapat memberikan manfaat secara ekonomi, sosial,
dan lingkungan. Dalam konteks makro, pembangunan
daerah juga dimaknai sebagai upaya mencapai
kesejahteraan sosial. Kesejahteraan sosial merupakan
suatu tata kehidupan dan penghidupan sosial material
maupun spiritual yang diliputi oleh rasa keselamatan,
kesusilaan, dan ketentraman lahir batin, yang
memungkinkan bagi setiap masyarakat Papua untuk
mengadakan usaha pemenuhan kebutuhan-kebutuhan
jasmaniah, rohaniah dan sosial yang sebaik-baiknya bagi
diri, keluarga serta masyarakat dengan menjunjung tinggi
hak asasi serta kewajiban manusia.
Berkeadilan : Papua Berkeadilan berarti masyarakat Papua tanpa
terkecuali dapat memenuhi hak-hak dasarnya di bidang
sosial, ekonomi dan budaya terutama pangan, sandang
dan papan secara merata, serta memiliki rasa aman dan
kepercayaan yang tinggi kepada Pemerintah sehingga
menikmati kehidupan yang lebih bermutu dan maju serta
memiliki pilihan yang luas dalam seluruh kehidupannya.
Sikap mental dan perilaku adil, menjunjung tinggi
kesetaraan dan kebersamaan, didukung moral dan budaya
gotong royong, saling menghormati dan menunjung tinggi
nilai luhur kemanusiaan, mempertahankan eksistensi dan
jati diri orang asli Papua sebagai kebanggaan sudah
terbentuk dan tertanam di dalam setiap individu orang asli
Papua. Pembangunan yang adil dan merata merupakan
partisipasi aktif adat dan agama serta seluruh komponen

2 - 76
masyarakat, yang hasilnya dapat dinikmati oleh seluruh
masyarakat khususnya Orang Asli Papua.

Perwujudan visi Provinsi Papua Tahun 2019-2023 akan dijabarkan dalam misi,
sebagai berikut:
1. memantapkan kualitas dan daya saing SDM;
2. memantapkan rasa aman, tentram dan damai serta kehidupan demokrasi
memperkuat bingkai NKRI;
3. penguatan tata kelola pemerintahan;
4. penguatan dan percepatan perekonomian daerah berbasis potensi unggulan
lokal dan pengembangan wilayah berbasis kultural secara berkelanjutan;
dan
5. percepatan pembangunan daerah tertinggal, terdepan, terluar dan tertentu.

Gambar 2.22. Misi Pembangunan Provinsi Papua Tahun 2019-2023


Sumber: RPJMD Provinsi Papua Tahun 2019-2023

Misi pembangunan Provinsi Papua Tahun 2019-2023 yang berkaitan erat


dengan Rencana Pengembangan Infrastruktur Wilayah (RPIW) yaitu Misi 4:
penguatan dan percepatan perekonomian daerah berbasis potensi
unggulan lokal dan pengembangan wilayah berbasis kultural secara
berkelanjutan.

2 - 77
Berdasarkan RPJMD, untuk mendukung perekonomian dan pengembangan
wilayah secara merata, akan didukung oleh peningkatan dan percepatan
konektivitas antarwilayah dan pemenuhan sarana dan prasarana dasar di
wilayah distrik dan kampung diarahkan pembangunan jaringan transportasi antar
kampung, pengembangan tenaga listrik terbarukan dan pengembangan jaringan
telekomunikasi dan informasi bagi masyarakat asli Papua. Peningkatan dan
percepatan konektivitas antarwilayah dan pemenuhan sarana dan prasarana
dasar akan diprioritaskan pada periode 2019-2023.

Dalam rangka untuk mewujudkan Misi 4, di dalam RPJMD ditetapkan salah satu
tujuan pembangunannya adalah mewujudkan percepatan pembangunan
sarana dan prasarana infrastruktur daerah guna menopang pengembangan
wilayah serta akses pada layanan dasar dan pasar, dengan sasaran:
1) Peningkatan akses transportasi berbasis antarmoda dalam mendukung
pengembangan ekonomi wilayah/daerah dan akses bagi seluruh wilayah;
2) Implementasi Rencana Tata Ruang secara konsisten;
3) Meningkatnya ketersediaan sistem pengairan yang mendukung produktivitas
wilayah;
4) Meningkatnya pemenuhan perumahan layak huni dan penataan pemukiman;
5) Meningkatnya ketersediaan energi murah dan energi baru terbarukan; dan
6) Meningkatnya jangkauan pelayanan sistem komunikasi dan Informasi antar
wilayah.

2.3 KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN PRIORITAS


Kebijakan pembangunan Wilayah Papua dalam tahun 2020-2024
diarahkan pada percepatan pembangunan untuk mengejar ketertinggalan
dibanding wilayah lainnya, dan pelaksanaan Otonomi Khusus Papua dan
Papua Barat berlandaskan pendekatan budaya dan kontekstual Papua,
dan berbasis ekologis dan wilayah adat. Percepatan pembangunan
Wilayah Papua juga diarahkan untuk mendorong transformasi
perekonomian yang sangat bergantung pada sumber daya alam ke arah
perekonomian wilayah yang lebih maju dengan mendorong pengembangan
industri berbasis komoditas lokal pertanian, perkebunan, peternakan dan
kehutanan; pengembangan ekonomi kemaritiman melalui pengembangan
industri perikanan dan pariwisata bahari; pengembangan pariwisata

2 - 78
budaya dan alam melalui pengembangan potensi sosial budaya dan
keanekaragaman hayati; pengembangan hilirisasi industri pertambangan,
minyak, gas bumi dan tembaga; serta peningkatan kawasan konservasi
dan daya dukung lingkungan untuk pembangunan rendah karbon.

Strategi pembangunan Wilayah Papua dalam tahun 2020-2024


mengutamakan pemerataan, pertumbuhan, pelaksanaan otonomi khusus
Papua dan Papua Barat, penguatan konektivitas, serta mitigasi dan
pengurangan risiko bencana sebagai berikut:
1) Peningkatan pelayanan dasar, antara lain: (a) peningkatan kualitas
SDM; (b) percepatan pembangunan kawasan perbukitan dan
pegunungan untuk mengurangi kesenjangan antarwilayah antara
kawasan pesisir dan pegunungan serta memperhatikan kontekstual
Papua; (c) percepatan pembangunan daerah tertinggal dilakukan
dengan fokus pada pemenuhan pelayanan dasar, peningkatan
konektivitas dan pengembangan infrastruktur termasuk jaringan
layanan/akses internet; (d) pembinaan dan keberpihakan dari K/L serta
pelaku pembangunan lainnya juga dilakukan terhadap daerah tertinggal
yang telah terentaskan tahun 2019, selama maksimal 3 tahun (2020-
2022); (e) pemenuhan pelayanan dasar dan peningkatan tata kelola di
kecamatan perbatasan; (f) percepatan pembangunan desa secara
terpadu untuk mendorong transformasi sosial, budaya dan ekonomi
desa, dan (g) pelaksanaan pembangunan afirmatif.
2) Penguatan pusat-pusat pertumbuhan wilayah dilakukan melalui antara
lain: (a) pengembangan komoditas unggulan Wilayah Papua yaitu sagu,
pala, lada, cengkeh, kakao, kopi, emas, tembaga, batubara, minyak dan
gas bumi, serta perikanan tangkap; (b) pengembangan sentra perikanan
di Sentra Kelautan Perikanan Terpadu (SKPT)/Wilayah Pengelolaan
Perikanan (WPP); (c) pengembangan sentra produksi pertanian dan
perkebunan yang tersebar di beberapa Kawasan Perdesaan Prioritas
Nasional (KPPN); (d) revitalisasi kawasan transmigrasi; (e)
pengembangan ekonomi kawasan perbatasan berbasis komoditas
unggulan; (f) pengolahan sumber daya alam berupa perkebunan,
pertambangan, perikanan, serta pengolahan pupuk dan petrokimia pada
Kawasan Industri (KI) dan Kawasan Ekonomi Khusus; (g)

2 - 79
pengembangan ekonomi lokal dan pemberdayaan pengusaha lokal; (h)
pengembangan destinasi pariwisata alam, budaya dan sejarah; (i)
pengembangan kawasan perkotaan dan pembangunan kota baru; dan
(j) pengembangan Kawasan Potensi Ekonomi (KPE) di 7 wilayah adat
(Laa Pago, Saireri, Tabi, Mee Pago, Anim Ha, Bomberay, Domberay)
dengan memperhatikan zona ekologi dan penyiapan SDM dalam rangka
revolusi industri 4.0 melalui hilirisasi potensi ekonomi Papua; dan (k)
penguatan keterkaitan desa-kota yang mendukung pusat pertumbuhan
wilayah.
3) Penataan pelaksanaan otonomi khusus dilakukan melalui antara lain: (a)
pembangunan sumber daya manusia, pemberdayaan, dan modal sosial
budaya masyarakat kampung; (b) penguatan lembaga adat dan
kampung adat, perlindungan hak-hak masyarakat adat sesuai dengan
perundangan yang berlaku termasuk hak atas tanah adat/ulayat; (c)
peningkatan kapasitas pemerintahan daerah; (d) pengembangan dan
penguatan peran distrik sebagai pusat data, informasi dan pengetahuan,
pusat pelayanan dasar, pusat pemberdayaan masyarakat, pusat
pengembangan inovasi dan kewirausahaan, pusat pengelolaan sumber
daya alam dan lingkungan, serta pusat pertumbuhan ekonomi
kabupaten; (e) pengembangan 7 wilayah adat; (f) optimalisasi SDM
Unggul Orang Asli Papua dalam Badan Usaha Milik Negara dan
kementerian/lembaga; (g) pengembangan inovasi dan kreativitas kaum
muda Asli Papua (Papua Youth Creative Hub); (h) pemberdayaan
pengusaha lokal; (i) pembangunan istana kepresidenan di Kota
Jayapura; dan (j) penataan daerah dalam rangka meningkatkan efisiensi
dan efektifitas penyelenggaraan pemerintahan daerah dan percepatan
pembangunan di Tanah Papua.

Tabel II.6. Lingkup Wilayah Adat dan Strategi Pengembangannya


Wilayah Adat Kabupaten/Kota Strategi Pengembangan
Kabupaten Puncak, Puncak Jaya,
Strategi pengembangan ekonomi menjadi
Tolikara, Mamberamo Tengah, Lanny
Laa Pago bagian dari Major Project Wilayah Adat
Jaya, Nduga, Jayawijaya, Yalimo,
Laa Pago.
Yahukimo, dan Pegunungan Bintang
Saireri Kabupaten Supiori, Biak Numfor, Hilirisasi industri perikanan, industri
Kepulauan Yapen, dan Waropen pengalengan ikan dan industri pariwisata
budaya dan bahari Kepulauan Padaido

2 - 80
Wilayah Adat Kabupaten/Kota Strategi Pengembangan
dan Kepulauan Ambai
Hilirisasi industri sagu, kelapa, kakao dan
Kota Jayapura, Kabupaten Mamberamo
Mamta pengembangan pariwisata Danau Sentani
Raya, Sarmi, Jayapura, dan Keerom
dan wisata bahari
Hilirisasi industri sagu, kelapa, kakao dan
Kabupaten Nabire, Intan Jaya, Paniai,
Mee Pago pengembangan pariwisata Danau Sentani
Dogiyai, Deiyai, dan Mimika
dan wisata bahari
Kabupaten Asmat, Merauke, Mappi, dan Hilirisasi industri tebu, sagu, perikanan,
Anim Ha
Boven Digoel industri pangan dan industri peternakan
Hilirisasi industri pala, peternakan dan
Bomberay Kabupaten Fak-Fak dan Kaimana
pariwisata budaya dan bahari Teluk Triton
Kota Sorong, Kabupaten Sorong, Raja
Ampat, Tambrauw, Maybrat, Sorong Strategi pengembangan ekonomi menjadi
Domberay Selatan, Pegunungan Arfak, Manokwari, bagian dari Major Project Wilayah Adat
Manokwari Selatan, Teluk Bintuni, dan Domberay
Teluk Wondama
Sumber: RPJMN Tahun 2020-2024

4) Penguatan konektivitas dilakukan melalui antara lain (a) pembangunan


jalan, pelabuhan laut, dan udara; dan (b) pengembangan dan penguatan
konektivitas antarmoda laut, sungai, darat dan udara yang terintegrasi,
khususnya pelabuhan hub komoditas mentah maupun barang hasil
olahan.
5) Pengarusutamaan penanggulangan bencana dan adaptasi perubahan
iklim dilakukan melalui antara lain: (a) peningkatan kapaitas masyarakat
dan aparat; (b) peningkatan ketahanan kawasan pantai utara Pulau
Papua; (c) adaptasi masyarakat terhadap perubahan iklim di daerah
rawan bencana berbasis kearifan lokal masyarakat dengan fokus utama
pada peningkatan ketahanan wilayah Daerah Aliran Sungai (DAS); (d)
peningkatan investigasi mitigasi perubahan iklim dan pengurangan risiko
bencana, serta (e) peningkatan penanganan abrasi pantai di daerah
kepulauan, dan konservasi hutan.
6) Penguatan koordinasi kementerian/lembaga dalam perencanaan,
pelaksanaan dan pengendalian dan evaluasi pembangunan di Tanah
Papua

Gambaran integrasi pembangunan Wilayah Papua dapat dilihat pada peta


berikut.

2 - 81
Gambar 2.23. Pemetaan Kawasan, Infrastruktur dan Balai Latihan Kerja
Pendukung Pengembangan Wilayah Pulau Papua
Sumber: RPJMN Tahun 2020-2024

2.4 AGENDA GLOBAL


2.4.1 Megatren Dunia Tahun 2045
Megatren dunia tahun 2045 diantaranya sebagai berikut:
 Demografi Global
Pada tahun 2045, penduduk dunia diperkirakan 9,45 miliar,
bertambah 2,1 miliar dari tahun 2015. Lebih dari separuh
pertumbuhan penduduk dunia disumbang oleh kawasan Afrika.
Penduduk Asia masih terbesar (55 persen). Tren demografi global
mendorong urbanisasi, arus migrasi, dan penduduk usia lanjut.
 Urbanisasi Dunia
Penduduk dunia di perkotaan diperkirakan meningkat menjadi 65
persen (2045) dengan 95 persen pertambahan terjadi di emerging
economies. Pembangunan perkotaan berperan meningkatkan
daya saing, pertumbuhan ekonomi, dan kualitas hidup
masyarakat.
 Peranan Emerging Economies
Output negara berkembang tahun 2050 diperkirakan mencapai 71
persen dari total output dunia dengan Asia sebagai pendorong

2 - 82
utama—mencapai 54 persen. Investasi SDM dan infrastruktur
serta reformasi struktural dan iklim usaha mendorong
pertumbuhan ekonomi yang tinggi, berdaya saing, dan
berkesinambungan.
 Perdagangan Internasional
Sampai tahun 2045, perdagangan global diperkirakan tumbuh 3,4
persen per tahun. Negara berkembang menjadi poros
perdagangan dan investasi dunia dengan pertumbuhan 6 persen
per tahun. Perdagangan intra Asia meningkat dan investasi asing
langsung ke dan antar negara berkembang berlanjut.
 Keuangan Internasional
Dominasi mata uang dunia bergeser dari dolar AS menjadi multi
currencies. Aset keuangan emerging economies tahun 2050
diperkirakan melebihi negara maju. Cina berkembang sebagai
salah satu sumber keuangan bagi pembangunan mendatang.
 Kelas Menengah
Pada tahun 2050, jumlah middle dan upper income class
diperkirakan lebih dari 84 persen atau sekitar 8,1 miliar orang. Asia
dan Amerika Latin akan memiliki jumlah middle dan upper income
class terbesar.
 Persaingan Sumber Daya Alam
Meningkatnya peranan ekonomi Asia dan penduduk di Afrika
mendorong persaingan memperebutkan sumber daya alam (SDA).
Ketersediaan SDA diperkirakan tidak mampu memenuhi
kebutuhan permintaan yang meningkat meskipun teknologi akan
meningkatkan efisiensi SDA.
 Teknologi
Tren perubahan teknologi ke depan akan didominasi oleh
teknologi informasi dan komunikasi, bioteknologi dan rekayasa
genetik, kesehatan dan pengobatan, energi terbarukan, wearable
devices, otomatisasi dan robotik, serta artificial intelligence.
 Perubahan Iklim
Tantangan pemanasan global semakin besar, baik berupa
kejadian ekstrim maupun perubahan iklim jangka panjang. Tanpa

2 - 83
usaha menurunkan emisi, rata-rata suhu global akan meningkat 3
– 3,5 derajat celsius pada akhir abad ini.
 Perubahan Geopolitik
Perubahan geopolitik terus berlanjut ke depan dengan
meningkatnya peranan Cina, kerentanan di Kawasan Timur
Tengah, serta meningkatnya kelas baru dan kelompok penentu.

Gambar 2.24. Megatren Dunia Tahun 2045

2.4.2 Agenda SDGs 2030


Agenda tahun 2030 untuk Pembangunan Berkelanjutan (the 2030 Agenda for
Sustainable Development atau SDGs) adalah kesepakatan pembangunan baru
yang mendorong perubahan-perubahan yang bergeser ke arah pembangunan
berkelanjutan yang berdasarkan hak asasi manusia dan kesetaraan untuk
mendorong pembangunan sosial, ekonomi dan lingkungan hidup. Pembangunan
Berkelanjutan (TPB)/Sustainable Development Goals (SDGs) diberlakukan
dengan prinsip-prinsip universal, integrasi dan inklusif untuk meyakinkan bahwa
tidak akan ada seorang pun yang terlewatkan atau “No-one Left Behind”. SDGs
terdiri dari 17 Tujuan dan 169 target dalam rangka melanjutkan upaya dan

2 - 84
pencapaian Millennium Development Goals (MDGs) yang berakhir akhir pada
tahun 2015 lalu.

Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB)/Sustainable Development Goals


(SDGs) adalah pembangunan yang menjaga peningkatan kesejahteraan
ekonomi masyarakat secara berkesinambungan, pembangunan yang menjaga
keberlanjutan kehidupan sosial masyarakat, pembangunan yang menjaga
kualitas lingkungan hidup serta pembangunan yang menjamin keadilan dan
terlaksananya tata kelola yang mampu menjaga peningkatan kualitas hidup dari
satu generasi ke generasi berikutnya. TPB/SDGs merupakan komitmen global
dan nasional dalam upaya untuk menyejahterakan masyarakat mencakup 17
tujuan yaitu (1) Tanpa Kemiskinan; (2) Tanpa Kelaparan; (3) Kehidupan Sehat
dan Sejahtera; (4) Pendidikan Berkualitas; (5) Kesetaraan Gender; (6) Air Bersih
dan Sanitasi Layak; (7) Energi Bersih dan Terjangkau; (8) Pekerjaan Layak dan
Pertumbuhan Ekonomi; (9) Industri, Inovasi dan Infrastruktur; (10) Berkurangnya
Kesenjangan; (11) Kota dan Permukiman yang Berkelanjutan; (12) Konsumsi
dan Produksi yang Bertanggung Jawab; (13) Penanganan Perubahan Iklim; (14)
Ekosistem Lautan; (15) Ekosistem Daratan; (16) Perdamaian, Keadilan dan
Kelembagaan yang Tangguh; (17) Kemitraan untuk Mencapai Tujuan.

Gambar 2.25. Tujuan TPB/SDGs 2030

Empat Pilar SDGs yaitu sebagai berikut:


1. Pilar Pembangunan Sosial
Pembangunan Sosial SDGs adalah tercapainya pemenuhan hak dasar manusia
yang berkualitas secara adil dan setara untuk meningkatkan kesejahteraan bagi
seluruh masyarakat. Pilar Pembangunan Sosial meliputi Tujuan 1, 2, 3, 4 dan 5.

2 - 85
2. Pilar Pembangunan Ekonomi
Pembangunan Ekonomi SDGs adalah tercapainya pertumbuhan ekonomi
berkualitas melalui keberlanjutan peluang kerja dan usaha, inovasi, industri
inklusif, infrastruktur memadai, energi bersih yang terjangkau dan didukung
kemitraan. Pilar Pembangunan Ekonomi meliputi Tujuan 7, 8, 9, 10 dan 17.
3. Pilar Pembangunan Lingkungan
Pembangunan Pembangunan Lingkungan SDGs adalah tercapainya
pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan yang berkelanjutan sebagai
penyangga seluruh kehidupan. Pilar Pembangunan Lingkungan meliputi Tujuan
6, 11, 12, 13, 14 dan 15.
4. Pilar Pembangunan Hukum dan Tata kelola
Pembangunan Hukum dan Tata Kelola SDGs adalah terwujudnya kepastian
hukum dan tata kelola yang efektif, transparan, akuntabel dan partisipatif untuk
menciptakan stabilitas keamanan dan mencapai negara berdasarkan hukum.
Pilar Pembangunan Hukum dan Tata kelola meliputi Tujuan 16.
Adapun Agenda TPB/SDGs 2030 yang terkait dengan infrastruktur diantaranya
sebagai berikut:
 Peningkatan kapasitas air baku baik untuk irigasi maupun air bersih;
 Pengelolaan sumber daya air;
 Mempercepat pengembangan seluruh kawasan strategis;
 Akses terhadap air minum layak, sanitasi layak, dan hunian layak;
 Perumahan yang layak, aman, terjangkau, termasuk penataan kawasan
kumuh;
 Penyelenggaraan infrastruktur untuk mengurangi disparitas antarwilayah; dan
 Adaptasi RANMAPI.

2.4.3 Visi Indonesia Tahun 2045


Visi Indonesia Tahun 2045 adalah:

“Indonesia 2045 Berdaulat, Maju, Adil, dan Makmur”

Dalam mewujudkan Visi Indonesia Tahun 2045 dengan 4 (empat) pilar, yaitu: (1)
Pembangunan Manusia serta Penguasaan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, (2)
Pembangunan Ekonomi Berkelanjutan, (3) Pemerataan Pembangunan, serta (4)
Pemantapan Ketahanan Nasional dan Tata Kelola Kepemerintahan. Keempat

2 - 86
pilar tersebut dibangun di atas Pancasila dan UUD 1945 sebagai dasar
berbangsa bernegara dan konstitusi, dengan tujuan untuk melindungi segenap
bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan
kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, serta ikut
melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi,
dan keadilan sosial.
Adapun perincian dari masing-masing pilar pembangunan Indonesia Tahun 2045
yaitu sebagai berikut:
 Pilar ke-1: Pembangunan Manusia serta Penguasaan Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi
 Percepatan pendidikan rakyat Indonesia secara merata
 Peningkatan peran kebudayaan dalam pembangunan
 Peningkatan sumbangan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam
pembangunan
 Peningkatan derajat kesehatan dan kualitas hidup rakyat
 Reformasi ketenagakerjaan
 Pilar ke-2: Pembangunan Ekonomi Berkelanjutan
 Peningkatan investasi dan perdagangan luar negeri
 Percepatan industri dan pariwisata Pembangunan ekonomi maritim
Pemantapan ketahanan pangan dan peningkatan kesejahteraan petani
 Pemantapan ketahanan energi dan air
 Komitmen terhadap lingkungan hidup
 Pilar ke-3: Pemerataan Pembangunan
 Percepatan pengentasan kemiskinan
 Pemerataan kesempatan usaha dan pendapatan
 Pemerataan pembangunan wilayah
 Pembangunan infrastruktur yang merata dan terintegrasi
 Pilar ke-4: Pemantapan Ketahanan Nasional dan Tata Kelola Kepemerintahan
 Demokrasi substantive
 Reformasi kelembagaan dan birokrasi
 Penguatan sistem hukum nasional dan antikorupsi
 Politik luar negeri bebas aktif
 Penguatan ketahanan dan keamanan.

2 - 87
Berkaitan dengan Visi Indonesia Tahun 2045, salah satu yang perlu diperhatikan
dalam pengembangan infrastruktur wilayah yaitu Pilar ke-3: Pemerataan
Pembangunan, melalui pembangunan infrastruktur yang merata dan terintegrasi.
Pembangunan Infrastruktur ke depan diarahkan untuk:
1. Meningkatkan Konektivitas Fisik dan Virtual
2. Mendorong Pemerataan Pembangunan antar Wilayah
3. Memenuhi Prasarana Dasar
4. Mendukung Pembangunan Perkotaan dan Perdesaan
5. Antisipasi terhadap Bencana Alam dan Perubahan Iklim, termasuk Kenaikan
Muka Air Laut

2.5 ARAH KEBIJAKAN PENGEMBANGAN WILAYAH


Kebijakan dan strategi pembangunan kewilayahan dalam RPJMN Tahun
2020-2024 yang diarahkan terhadap wilayah Papua adalah sebagai
berikut:
“Meningkatkan kualitas tata kelola pelayanan dasar, daya saing, serta
kemandirian daerah”
melalui strategi pembangunan:
a. Pelaksanaan desentralisasi dan otonomi khusus melalui peningkatkan
kapasitas daerah otonom dan daerah khusus/daerah istimewa untuk
pemenuhan standar pelayanan minimum, pengelolaan keuangan daerah
dan pemenuhan pelayanan publik yang lebih efektif dan efisien;
Pelaksanaan otonomi khusus di Papua dan Papua Barat diarahkan
pada pelaksanaan Undang-undang Nomor 21 Tahun 2001 tentang
Otonomi Khusus bagi Provinsi Papua dan Papua Barat secara sungguh-
sungguh, konsisten, nyata dan bertanggung jawab antara lain melalui:
a) penguatan dan pemberdayaan Orang Asli Papua berlandaskan
budaya dan adat yang mengutamakan nilai-nilai kemanusiaan;
b) pengembangan wilàyah adat Tabi, Saereri, La Pago, Me Pago,
Anim Ha, Bomberai dan Domberai dalam mendukung
perekonomian wilayah;
c) penguatan tata kelola pemerintahan yang partisipatif, transparan,
akuntabel, dan adil dengan mengutamakan pelayanan prima;

2 - 88
d) optimalisasi pengelolaan Dana Otonomi Khusus Papua bagi
pelayanan publik dan pengembangan ekonomi untuk
meningkatkan kesejahteraan rakyat dan kemajuan daerah;
e) peningkatan kapasitas aparatur dan pengembangan manajemen
berbasis kinerja; serta
f) penguatan distrik sebagai pusat perubahan dan pertumbuhan,
serta pembinaan dan pengawasan desa.
b. Pengembangan kerja sama antardaerah otonom dalam peningkatan
daya saing daerah dan membangun sentra-sentra ekonomi baru;
c. Penataan hubungan pusat dan daerah yang lebih sinergis.

2.5.1 Prioritas Pembangunan Wilayah Papua


Prioritas pembangunan Wilayah Papua tahun 2020-2024
mengutamakan pendekatan budaya dan kontekstual Papua, serta
pendekatan berbasis ekologis dan tujuah wilayah adat: Laa Pago,
Saireri, Tabi, Mee Pago, Anim Ha, Bomberay, dan Domberay sejalan
dengan pelaksanaan UU No. 35/2008 tentang Otonomi Khusus
Papua dan Papua Barat yang mengamanatkan penguatan dan
pemberdayaan Orang Asli Papua berlandaskan budaya dan adat
yang mengutamakan nilai-nilai kemanusiaan; pengembangan wilayah
adat dalam mendukung perekonomian wilayah; dan pelaksanaan
Instruksi Presiden No. 9/2017 tentang Percepatan Pembangunan
Papua dan Papua Barat yang mengamanatkan tentang: (1)
Peningkatan kualitas dan akses pendidikan; (2) Peningkatan kualitas
dan akses kesehatan; (3) Jaminan sosial dan kesejahteraan sosial;
(4) Permukiman layak, air bersih dan sanitasi; (5) Pengembangan
ekonomi lokal; (6) Konektivitas: Trans Papua, perhubungan laut,
sungai dan udara, telekomunikasi dan internet; dan (7) Penguatan
tata kelola dan kelembagaan.

Dalam RPJMN Tahun 2020-2024, pembangunan Wilayah Papua


akan mencakup kegiatan prioritas:
1) Pengembangan sektor unggulan;
2) Pengembangan kawasan strategis;
3) Pengembangan kawasan perkotaan;

2 - 89
4) Pengembangan daerah tertinggal, kawasan perbatasan,
perdesaan, dan transmigrasi;
5) Penataan kelembagaan dan keuangan daerah.

2.5.2 Proyek Prioritas Strategis (Major Project) Wilayah Papua


Dalam mendorong percepatan pembangunan Wilayah Papua tahun
2020-2024, proyek prioritas strategis (Major Project) adalah sebagai
berikut:
1) Pembangunan Kota Baru Sorong;
2) Pengembangan Pusat Kegiatan Strategis Nasional: (a) PKSN
Jayapura dan (b) PKSN Merauke;
3) Pengembangan Wilayah Adat Papua: (a) Domberay dan (b) Laa
Pago;
4) Pembangunan Jaringan Pelabuhan Utama Terpadu: Sorong;
5) Pembangunan Jalan Trans pada Pulau Tertinggal, Terluar, dan
Terdepan: P. Biak;
6) Pembangunan Jalan Trans Papua: Merauke-Sorong; dan
7) Pembangunan Jembatan Udara di Papua.

Gambar 2.26. Peta Sebaran Rencana Proyek Prioritas Strategis (Major Project)
RPJMN 2020-2024 di Wilayah Papua

2 - 90

Anda mungkin juga menyukai