Laporan Kasus Natasha Priskila Stase IV
Laporan Kasus Natasha Priskila Stase IV
Disusun Oleh:
Nama: Natasha Priskila
NIM: PO.62.24.2.21.518
LAPORAN KASUS
Nama : Natasha
NIM : PO.62.24.2.21.518
Kelas : Pendidikan Profesi Bidan Angkatan III Semester I
Tanggal Pemberi Asuhan, 27 Oktober 2021
Disetujui :
Pembimbing Lapangan
Winanti, STr.Keb.,Bdn
NIP. 19781217 200604 2 022
Pembimbing Institusi
i
LEMBAR PENGESAHAN
Mengesahkan,
Pembimbing Institusi
Mengetahui,
ii
KATA PENGANTAR
Segala Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan
rahmat, inayah, taufik dan Hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan
penyusunan Laporan Kasus ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana.
Semoga Laporan Kasus ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk
maupun pedoman bagi pembaca dalam pembuatan guna memenuhi persyaratan
ketuntasan Praktik Kebidanan Fisiologi Holistik Persalinan dan Bayi Baru Lahir.
Harapan penulis semoga Laporan Kasus ini dapat membantu menambah
pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, sehingga penulis dapat
memperbaiki bentuk maupun isi tugas ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.
Pada Laporan Kasus ini penulis mengakui masih banyak kekurangan karena
keterbatasan penulis sebagai manusia biasa. Oleh karena itu penulis harapkan kepada
para pembaca untuk memaklumi serta memberikan masukan-masukan yang bersifat
membangun untuk kesempurnaan selanjutnya.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
HALAMAN DEPAN
HALAMAN PERSETUJUAN.......................................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN............................................................................................... ii
DAFTAR ISI...................................................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................. 1
A. Latar Belakang......................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah.................................................................................................... 3
C. Tujuan...................................................................................................................... 3
D. Manfaat.................................................................................................................... 3
BAB IV PEMBAHASAN.................................................................................................. 47
BAB V PENUTUP............................................................................................................. 51
A. Kesimpulan.............................................................................................................. 51
B. Saran........................................................................................................................ 52
DAFTAR PUSTAKA
iv
BAB I
PENDAHUUAN
A. Latar Belakang
Persalinan normal merupakan proses pengeluaran hasil konsepsi atau janin
yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan
presentasi belakang kepala yang berlangsung selama 18 jam tanpa komplikasi
terhadap janin maupun ibu (Sagita dan Martina, 2019). Nyeri persalinan normal
bisa menimbulkan stres dan bisa menyebabkan pelepasan hormon yang
berlebihan seperti katekolamin dan steroid, hormon ini dapat menimbulkan otot
polos dan vasokonstriksi pembuluh darah, dan dapat mengakibatkan penurunan
kontraksi, serta timbul iskemia uterus yang membuat impuls uteri nyeri
bertambah banyak saat persalinan (Sagita dan Martina, 2019). Rasa nyeri
kontraksi uterus yang bisa mengakibatkan peningkatan sistem saraf simpatis,
perubahan tekanan darah, denyut jatung, pernapasan dengan warna kulit dan
apabila tidak segera diatasi akan meningkatkan rasa khawatir, tegang, rasa takut
dan stres (Astuti et al., 2017). Nyeri persalinan yang berat dapat meningkatkan
tekanan emosional pada ibu bersalin, dan dapat menyebabkan kelelahan dan
dapat berdampak pada abnormal fungsi otot uterus selama persalinan yang
berujung pada komplikasi persalinan. Pada nyeri persalinan dapat membuat
wanita takut untuk melahirkan secara pervaginam, hal ini menjadi salah satu
alasan terjadinya peningkatan kejadian operasi caesar (Novfrida dan Saharah,
2018).
Angka Kematian Ibu (AKI) adalah semua kematian dalam ruang lingkup
tersebut di setiap 100.000 kelahiran hidup. Selain untuk menilai program
kesehatan ibu, indikator ini juga mampu menilai derajat kesehatan masyarakat,
karena sensitifitasnya terhadap perbaikan pelayanan kesehatan, baik dari sisi
aksesibilitas maupun kualitas. Secara umum terjadi penurunan kematian ibu
selama periode 1991-2015 dari 390 menjadi 305 per 100.000 kelahiran hidup.
Walaupun terjadi kecenderungan penurunan angka kematian ibu, namun tidak
1
berhasil mencapai target MDGs yang harus dicapai yaitu sebesar 102 per
100.000
2
2
kelahiran hidup pada tahun 2015. Hasil supas tahun 2015 memperlihatkan angka
kematian ibu tiga kali lipat dibandingkan target MDGs. Jumlah kematian ibu
yang dihimpun dari pencatatan program kesehatan keluarga di Kementerian
Kesehatan pada tahun 2020 menunjukkan 4.627 kematian di Indonesia. Jumlah
ini menunjukkan peningkatan dibandingkan tahun 2019 sebesar 4.221 kematian
(Kesehatan & Indonesia, 2021). Angka kematian ibu (AKI) di Kota Palangka
Raya pada tahun 2019 mencapaii 38,48/100.000 KH, yang berarti setiap 100.000
kelahiran hidup terdapat 38 atau 39 kematian ibu. Angka tersebut menurun
dibandingkan tahun 2018 (79,07/100.000KH), dan dibawah target Renstra
(75/100.000 KH) maupun target SDGs. Target SDGs secara nasional pada tahun
2030, mengurangi risiko angka kematian ibu hingga kurang dari 70/100.000
kelahiran hidup. Sedangkan target nasional untuk AKI pada tahun 2024 adalah
183/10.000 kelahiran hidup. Pada tahun 2019 di kota Palangka Raya terdapat 2
(dua) ibu meninggal, dengan penyebab kematian adalah perdarahan dan kanker
payudara. Jumlah kematian ibu tahun 2019 di Provinsi Kalimantann Tengah
sebanyak 74 kasus (Profil Kesehatan Kota Palangkaraya, 2019).
Kematian ibu secara umum dipengaruhi oleh beberapa faktor penyebab,
antara lain yaitu penyebab langsung (direct) dan penyebab tidak langsung
(indirect). Komplikasi pada masa kehamilan, melahirkan dan masa postpartum,
seperti perdarahan, pre eklamsi/eklamsi, infeksi, persalinan macet dan abortus
merupakan penyebab langsung (direct) kematian ibu yang menyumbang angka
sebesar 75% angka kematian ibu. Sedangkan faktor “Empat Terlalu” yaitu terlalu
muda, terlalu tua, terlalu sering melahirkan dan terlalu dekat jarak jarak kelahiran
dan “Tiga Terlambat”, yaitu terlambat mengenali tanda bahaya dan mengambil
keputusan, terlambat mencapai fasilitas kesehatan, terlambat mendapat
penanganan di fasilitas kesehatan menjadi penyebab inderect dari kematian
maternal di Indonesia (Andriani & Apriani, 2021).
Berbagai upaya dilakukan untuk menurunkan nyeri pada persalinan, baik
secara farmakologi maupun nonfarmakologi. Manajemen nyeri secara
farmakologi lebih efektif dibanding dengan metode nonfarmakologi, namun
3
metode farmakologi lebih mahal, dan berpotensi mempunyai efek yang kurang
baik. Sedangkan metode nonfarmakologi lebih murah, sederhana, efektif, dan
tanpa efek yang merugikan. Metode nonfarmakologi juga dapat meningkatkan
kepuasan selama persalinan, karena ibu dapat mengontrol perasaan dan
kekuatannya. Beberapa teknik nonfarmakologi yaitu, metode pernapasan,
pergerakan dan perubahan posisi, massage, hidroterapi, terapi panas/dingin,
musik, guidedimagery, akupresur, aromaterapi merupakan yang dapat
meningkatkan kenyamanan ibu saat bersalin dan mempunyai pengaruh pada
koping yang efektif terhadap pengalaman persalinan (Susilawati & Riau, 2017).
B. Rumusan Masalah
Bagaimana asuhan kebidanan fisiologi holistik pada persalinan dan bayi baru
lahir?
C. Tujuan
1. Umum
Melakukan asuhan kebidanan fisiologi holistik pada persalinan dan bayi baru
lahir dengan menggunakan metode SOAP dan Catatan Implementasi.
2. Khusus
a. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian asuhan kebidanan fisiologi
holistik pada persalinan dan bayi baru lahir.
b. Mahasiswa mampu melakukan Assesment asuhan kebidanan fisiologi
holistik pada persalinan dan bayi baru lahir
c. Mahasiswa mampu melakukan Planning asuhan kebidanan fisiologi
holistik pada persalinan dan bayi baru lahir.
D. Manfaat
1. Klien
Dapat menambah pengetahuan dan wawasan pada ibu tentang persalinan
dan bayi baru lahir fisiologis serta dapat mengatasi jika terjadinya nyeri
persalinan kala I fase aktif.
4
2. Mahasiswa
a. Menambah pengetahuan dan ketrampilan dalam melaksanakan asuhan
kebidanan fisiologi holistik pada persalinan dan bayi baru lahir
b. Mampu melakukan manajemen kebidanan menggunakan metode SOAP
dan Catatan Implementasi pada asuhan kebidanan fisiologi holistik pada
persalinan dan bayi baru lahir
3. Lahan Praktik
Sebagai bahan masukan bagi bidan untuk penyuluhan mengenai persalinan
dan bayi baru lahir fisiologis sehingga meningkatkan pengetahuan klien dalam
mengatasi jika terjadinya nyeri persalinan kala I fase aktif.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
5
6
6
b. Teori Oxytocin
Oxytocin dikeluarkan oleh kelenjar hipofisis pars posterior.
Keseimbangan estrogen dan progesteron dapat mengubah sensitivitas
pada otot rahim, sehingga oxitocin bertambah dan meningkatkan aktivitas
otot-otot rahim yang memicu terjadinya kontraksi sehingga terjadi ada
tanda persalinan.
c. Keregangan Otot-otot
Setelah melewati batas tertentu terjadi kontraksi hingga persalinan dapat
dimulai.
d. Pengaruh Janin
Hipofisis dan kelenjar suprarenal janin rupa-rupanya juga memegang
peranan karena pada anencephalus kehamilan sering lebih lama dari
biasanya, karena tidak terbentuk hipotalamus. Pemberian kortikosteroid
dapat menyebabkan maturasi janin, dan induksi persalinan.
e. Teori Prostaglandin
Prostaglandin dapat dianggap sebagai pemicu terjadinya persalinan. Hal
ini juga didukung dengan adanya kadar prostaglandin yang tinggi baik
dalam air ketuban maupun daerah perifer pada ibu hamil, dan sebelum
melahirkan atau selama persalinan.
3. Tanda dan Gejala Persalinan
Adapun tanda dan gejala persalinan, yaitu:
a. Tanda-tanda Persalinan sudah dekat
1) Lightening merupakan beberapa minggu sebelum persalinan, calon
ibu merasa bahwa keadaannya menjadi lebih ringan. Ia merasa kurang
sesak, tetapi sebaliknya ia merasa bahwa berjalan sedikit lebih sukar,
dan sering diganggu oleh perasaan nyeri pada anggota bawah.
2) Polakisuria adalah keadaan yang menyebabkan kandung kemih
tertekan hingga dapat merangsang ibu sering kencing.
7
3) Fase labor adalah tiga atau empat minggu sebelum persalinan calon
ibu diganggu oleh his pendahuluan yang sebetulnya hanya merupakan
peningkatan dari kontraksi Braxton Hicks.
4) Perubahan cervix adalah pada akhir bulan ke 9 hasil pemeriksaan
cervix menunjukkan bahwa cervix tadinya tertutup, panjang dan
kurang lunak, kemudian menjadi lebih lembut dan beberapa
menunjukkan telah terjadi pembukaan dan penipisan cervix.
5) Energi sport adalah beberapa ibu akan mengalami peningkatan energi
kira-kira selama 24-28 jam sebelum persalinan dimulai
6) Gastrointestinal Upsets adalah beberapa ibu mungkin akan mengalami
tanda-tanda seperti diare, obstipasi, mual dan muntah karena efek
penurunan hormon terhadap sistem pencernaan (Kurniarum, 2016).
b. Tanda pasti persalinan
1) Timbulnya kontraksi uterus
Nyeri yang melingkardi punggung memancar keperut bagian
depan.
2) Penipisan dan pembukaan cervix
Penipisan dan pembukaan cervix ditandai adanya pengeluaran
lendir darah sebagai tanda pemula.
3) Bloody Show (keluar lendir disertai darah dari jalan lahir)
Dengan adanya perdarahan dan pembukaan, lendir dari canalis
cervicalis keluar disertai dengan sedikit darah, perdarahan sedikit
disebabkan karena lepasnya selaput janin pada bagian bawah
segmen rahim.
4) Premature Rupture of Membrane
Keluarnya cairan yang banyak dari jalan lahir. Hal ini terjadi
akibat ketuban pecah atau selaput janin robek (Kurniarum, 2016).
4. Tahapan persalinan
Menurut Sulistiyawati (2012) tahapan persalinan terdiri dari :
a. Kala I (pembukaan)
8
4) Dua kekuatan yaitu his dan meneran akan mendorong kepala bayi
sehingga kepala membuka pintu: suboksiput bertindak sebagai
hipomochlion, berturut-turut lahir ubun-ubun besar, dahi, hidung dan
muka, serta kepala seluruhnya.
5) Kepala lahir seluruhnya dan diikuti oleh putaran paksi luar, yaitu
penyesuaian kepala pada punggung.
6) Setelah putaran paksi luar berlangsung, maka persalinan bayi ditolong
dengan jalan berikut :
a) Pegang kepala pada tulang oksiput dan bagian bawah dagu,
kemudian ditarik curam ke bawah untuk melahirkan bahu depan,
dan curam ke atas untuk melahirkan bahu belakang.
b) Setelah kedua bahu lahir, ketiak diikat untuk melahirkan sisa
badan bayi.
c) Bayi lahir diikuti dengan sisa air ketuban.
c. Kala III (pelepasan plasenta)
Kala III dimualai sejak bayi lahir sampai lahirnya plasenta. Kala III
disebut juga kala uri atau kala pengeluaran plasenta dan selaput ketuban
setelah bayi lahir. Lama kala III <10 menit pada sebagian besar pelahiran
dan,15 menit pada 95% pelahiran. Perlu diingat bahwa 30% penyebab
kematian ibu di indonesia adalah perdarahan pasca persalinan (Nurasiah,
2014:154).
Setelah kala II yang berlangsung tidak lebih dari 30 menit, kontraksi
uterus berhenti sekitar 5-10 menit. Lahirnya bayi dan proses retrasi
uterus, mka plasenta lepas dari lapisan nitabusch (Sulistiyawati, 2012:8).
Lepasnya plasenta sudah dapat diperkirakan dengan memperhatikan
tanda-tanda sebagai berikut:
1) Uterus menjadi berbentuk bundar
2) Uterus terdorong ke atas, karena plasenta dilepas ke segmen bawah
rahim
3) Tali pusat bertambah panjang
10
d. Kala IV (Observasi)
Kala IV dimulai dari lahirnya plasenta selama 1-2 jam. Pada kala IV
dilakukan observasi terhadap perdarahan pasca persalinan, paling sering
terjadi 2 jam persalinan. Observasi yang dilakukan adalah sebagai
berikut:
1) Tingkatkan kesadaran pasien
2) Pemeriksaan tanda-tanda vital: tekanan darah, nadi, suhu dan
pernafasan.
3) Kontraksi uterus
4) Terjadinya perdarahan. Perdarahan dianggap masih normal bila
jumlahnya melebihi 400-500 cc (Sulistiyawati, 2012:8).
B. Teori Nyeri Persalinan
1. Definisi Nyeri Persalinan
Nyeri akibat kontraksi pada saat proses persalinan merupakan hal yang
wajar dan fisiologis, pada saat persalinan umumnya ibu akan merasa takut
sehingga dapat mengakibatkan stres (Azizah et al., 2020).
Nyeri persalinan merupakan kontraksi uterus yang disebabkan dilatasi
dan penipisan cervix serta iskemia rahim (penurunan aliran darah sehingga
oksigen lokal mengalami defisit) akibat kontraksi arteri miometrium (Suharti,
2018). Nyeri persalinan merupakan hal yang fisiologis sebagai akibat dari
perubahan fisiologis selama persalinan (Novfrida dan Saharah, 2018).
2. Penyebab Nyeri Persalinan
Pada saat terjadi kontraksi maka mulut rahim akan melebar sehingga
mendorong bayi keluar, tulang pubis menerima tekanan yang kuat dari rahim,
hal inilah yang menyebabkan nyeri saat persalinan (Juniartati dan Widyawati,
2018). Nyeri disebabkan karena adanya peregangan perineum dan vulva,
tekanan uterus vertikal saat kontraksi dan penekanan bagian terendah janin
11
dengan orang lain serta bervariasi dirasakan oleh orang dari waktu ke waktu
(Susilawati & Riau, 2017).
Dari hasil penelitian telah diketahui bahwa relaksasi pernapasan sebagai
salah satu dari teknik nonfarmakologi berpengaruh terhadap pengurangan
nyeri persalinan kala I fase aktif. Jadi, relaksasi pernapasan dapat digunakan
dalam asuhan kebidanan pada ibu inpartu untuk membantu ibu mengurangi
rasa nyeri persalinan tanpa efek samping pada ibu dan bayi. Perlu
diperhatikan kenyamanan posisi ibu dalam penggunaan relaksasi pernapasan.
Agar hasil yang diharapkan terhadap pengurangan nyeri tercapai dengan baik
(Susilawati & Riau, 2017).
2. Randomized Control Trial: Musik Instrumental Langgam Jawa Dan
Dampaknya Terhadap Kala I Fase Aktif Persalinan Pada Primipara
Junal Indonesia (Suryani et al., 2021)
Menurut penelitian (Suryani et al., 2021), Upaya fisiologis dilaksanakan
oleh penolong persalinan supaya ibu, utamanya primigravida yang bersalin
kala I fase aktif yang waktunya lebih dari 6 jam. Salah satu asuhan sayang
ibu sesuai filosofi profesi bidan yaitu kehamilan dan persalinan adalah proses
yang fisiologis, dapat dilakukan komplementer teraphy dengan cara memutar
musik langgam jawa selama fase aktif persalinan. Metode tersebut yang
sangat membantu untuk memperpendek kala I fase aktif persalinan bahkan
dapat membantu mengurangi kecemasan pada saat ibu bersalin sehingga ibu
merasakan relaks dan nyaman. Semakin ibu stres dan cemas dalam
menghadapi proses persalinan maka kala I menjadi panjang dan bahkan
melebihi yang sesuai standarnya (Suryani et al., 2021).
Mekanisme musik yang digunakan untuk alat terapi yang dapat
mempengaruhi sistem organ dalam tubuh. Musik instrumental langgam jawa
memiliki tempo yang lambat sehingga dapat berpengaruh pada sistem limbic
yang dapat memberi efek emosi menenangkan bagi seseorang yang
mendengarkannya. Reseptor-reseptor biokimia dan neuropeptida yang keluar
dari hypothalamus inilah yang ada hubungan erat dengan kejadian emosi
16
TINJAUAN KASUS
A. Judul Kasus
Asuhan Kebidanan Pada Ny. A G3P2A0 UK 39 Minggu 4 Hari Janin Tunggal
Hidup Intra Uterin Dengan Persalinan Fisiologis
B. Pelaksanaan Kasus
Hari : Kamis
Tanggal Pengkajian : 28 Oktober 2021
Tempat Pengkajian : PMB Delima Winanti, STr. Keb
I. PENGKAJIAN
A. DATA SUBJEKTIF
1. Identitas/Biodata
Nama Ibu : Ny. A Nama Suami : Tn. S
Umur : 32 tahun Umur : 34 tahun
Bangsa : Indonesia Bangsa : Indonesia
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Swasta
Gol. Darah :O Gol. Darah :B
Alamat : Jl.Tjilik Riwut Km.10 Alamat : Jl.Tjilik Riwut Km.10
2. Keluhan:
C. Identitas Pasien
Ibu mengatakan hamil anak ke 3, pada tanggal 26-10-2021, pukul 23.00 wib
perut sakit menjalar sampai pinggang, ada keluar lendir campur darah
21
22
3. Riwayat menstruasi
Menarche : 14 tahun
Siklus haid : 30 hari
Lamanya : 6 hari
Banyaknya : 3x ganti pembalut
Dismenorhoe : tidak
4. Tanda-tanda Persalinan
Kontraksi : 3 kali
Frekuensi : 10 menit
Lamanya : 40 detik
Kekuatannya : sering
5. Pengeluaran pervaginam : lendir campur darah
6. Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas yang lalu G3 P2 A0
11. Riwayat KB
Ibu pernah menggunakan KB : pernah Kb suntik 3 bulan
Lamanya : ± 2 tahun
Keluhan : ngeflek
Rencana KB selanjutnya : ingin Kb IUDI
12. Riwayat sosial, ekonomi dan psikologi Status perkawinan
Perkawinan ke :1
Lama Perkawinan : ±12 tahun
Menikah pada usia : 22 tahun
Kehamilan ini direncanakan : ya
Perasaan saat ini : senang
24
B. DATA OBJEKTIF
1. Pemeriksaan umum
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
Tanda-tanda vital
Tekanan darah : 110/80 mmHg
Nadi : 84 x/menit
25
Suhu : 36,40C
Respirasi : 22 x/menit
Pengukuran tinggi badan dan berat badan
Berat badan sebelum hamil : 44 kg
Berat badan sekarang : 57 kg
Tinggi badan : 154
LILA : 24,5 cm
IMT : 24,0 (normal)
2. Pemeriksaan fisik
Kepala : tidak ada benjolan, bersih
o Muka : tidak pucat, tidak ada cloasmagravidarum
o Mata : conjungtiva merah muda, sklera putih bening
o Hidung : tidak ada pengeluaran cairan, penciuman baik
o Mulut dan gigi : bersih, gigi tidak keries, gusi tidak berdarah
o Telinga : simetris, pendengaran baik, pengeluaran tidak ada
Leher : Pembesaran kelenjar tiroid : tidak ada
Pembesaran vena jugularis : tidak ada
Pembesaran kelenjar getah bening: tidak ada
Dada
o Payudara : simetris, tidak ada benjolan, tidak ada kerutan,
puting susu menonjol
o Paru – paru : normal
o Bunyi jantung : normal
Abdomen
o Insfeksi : tidak ada bekas operasi, adanya linea dan strie
o Palpasi
TFU : 3 jari dibawah px (Md: 30 cm)
Leopold I : bagian teratas teraba bulat, lunak, tidak
melenting (bokong)
Perlimaan : 3/5
DJJ : + 148x/menit
Frekuensi : 1 menit
Taksiran berat janin (TBJ) : (30-11)x155 = 2.945 gram
HIS : 3x/10menit selama 40 detik
Ekstremitas
o Atas : kuku pendek, bersih, tidak ada oedem
o Bawah : tidak oedem, tidak ada varises
Genetalia
o Oedema : tidak ada
o Varises : tidak ada
o Bekas episiotomi : tidak ada
3. Pemeriksaan Dalam:
Vulva/Vagina : normal, tidak ada benjolan
Portio : tebal
Pembukaan : 6 cm
Ketuban : Utuh
Persentasi : Kepala
Posisi : Ubun-ubun Kecil
Molase : (-)
Penurunan kepala : Hodge III 3/5
4. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Laboratorium
Tanggal : 06-09-2021
Darah
HB : 11,7 gr/dl
Golongan darah :O
Rhesus : negatif
Urine
Protein : negatif
Reduksi : negatif
RDT Malaria : negatif
HIV AIDS : negatif
Hepatitis : negatif
b. Pemeriksaan penunjang lainnya: Hasil USG terlampir
27
P 1. Menjelaskan hasil pemeriksaan kepada ibu dan keluarga, bahwa pasien dalam
keadaan baik, TD: 110/90mmHg, nadi:82x/menit, RR: 20x/menit, suhu:36,50 C,
HIS:4x/10menit selama 60 detik), DJJ:142x/menit, Pemeriksaan Dalam:
Pembukaan 10 cm, Ketuban (-), Persentasi: Kepala, Molase (-) Penurunan:
Hodge IV 0/5; pasien mengerti dengan hasil pemeriksaan yang dijelaskan.
Rasionalisasi: Hak dan kewajiban pasien diatur oleh Undang-Undang no. 36
tahun 2009 tentang kesehatan. Macam-macam hak pasien meliputi hak atas
informasi, hak pemberian persetujuan tindakan, maupun menolak tindakan.
2. Melakukan pemantauan tanda dan gejala kala II; pemantauan telah dilakukan
Rasionalisasi: Melihat tanda dan gejala kala dua, yaitu mengamati tanda dan
gejala persalinan kala dua, ibu mempunyai keinginan untuk meneran, ibu
merasa tekanan yang semakin meningkat pada rektum dan vaginanya,
perineum menonjol, vulva –vagina dan spingter anal membuka (Sarwono,
2014).
3. Menyiapkan pertolongan persalinan; persiapan pertolongan persalinan telah
disiapkan.
Rasionalisasi: Menyiapkan alat partus set, heacting set dan obat-obatan
33
Waktu Implementasi
x/menit).
4. Menyiapkan ibu dan keluarga untuk membantu proses pimpinan
meneran
9) Memberi tahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin bayi.
Membantu ibu berada dalam posisi yang nyaman sesuai dengan
keinginannya.
10) Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu untuk
meneran. (pada saat ada his, bantu ibu dalam posisi setengah duduk
dan pastikan ibu merasa nyaman)
11) Melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai dorongan yang
kuat untuk meneran
5. Persiapan pertolongan kelahiran bayi
12) Jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5-6 cm,
letakkan handuk bersih di atas perutibu untuk mengeringkan bayi
13) Meletakkan kain yang bersih dilipat 1/3 bagian di bawah bokong ibu.
14) Membuka partus set
15) Memakai sarung tangan DTT atau steril pada kedua tangan
6. Menolong kelahiran bayi lahirnya kepala
16) Saat kepala bayi membuka vulva dengan diameter 5-6 cm, lindungi
perineum dengan satu tangan yang dilapasi dengan kain tadi,
letakkan tangan yang lain di kepala bayi dan lakukan tekanan yang
lembut dan tidak menghambat pada kepala bayi, membiarkan kepala
keluar perlahan-lahan. Meganjurkan ibu meneran perlahan-lahan
atau bernapas cepat saat kepala lahir.
17) Dengan lembut menyeka muka, mulut, dan hidung bayi dengan kain
atau kassa yang bersih
18) Memeriksa lilitan tali pusat dan mengambil tindakan yang sesuai jika
hal itu terjadi, dan kemudian meneruskan segera proses kelahiran
bayi
19) Menunggu hingga kepala bayi melakukan putaran paksi luar secara
36
spontan
7. Lahir bahu bayi
20) Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, tempatkan kedua
tangan di masing-masing sisi muka bayi. Menganjurkan ibu untuk
meneran saat kontraksi berikutnya, dengan lembut menariknya ke
arah bawah dan ke arah luar hingga bahu anterior muncul di bawah
arkus pubis dan kemudian dengan lembut menarik ke arah atas dan
ke arah luar untuk melahirkan bahu posterior
21) Setelah kedua bahu dilahirkan, menelusurkan tangan mulai kepala
bayi yang berada di bagian bawah ke arah perineum, membiarkan
bahu dan lengan posterior lahir ke tangan tersebut. Mengendalikan
kelahiran siku dan tangan bayi saat melewati perineum, gunakan
lengan bagian bawah untuk menyangga tubuh bayi saat dilahirkan
menggunakan tangan anterior (bagian atas) untuk mengendalikan
siku dan tangan anterior bayi saat keduanya lahir
22) Setelah tubuh dari lengan lahir, menelusurkan tangan yang ada di
atas (anterior) dari punggung ke arah kaki bayi untuk menyangga
saat punggung dan kaki lahir. Memegang kedua mata kaki dengan
hati-hati membantu kelahiran kaki.
8. Penanganan Bayi Baru Lahir
23) Menilai bayi dengan cepat (dalam 30 detik), kemudian meletakkan
bayi di atas perut ibu dengan posisi kepala bayi sedikit lebih rendah
dari tubuhnya (bila tali pusat terlalu pendek, meletakkan bayi di
tempat yang memungkinkan). Bila bayi asfiksia, lakukan resusitasi.
24) Segera membungkus kepala dan badan bayi dengan handuk dan
biarkan kontak kulit ibu-bayi. Lakukan penyuntikan oksitoksin (lihat
keterangan di bawah).
25) Menjepit tali pusat menggunakan klem kira-kira 3 cm dari pusat
bayi. Melakukan urutan pada tali pusat mulai dari klem ke arah ibu
37
dan memasang klem kedua 2 cm dari klem pertama (ke arah ibu)
26) Memegang tali pusat dengan satu tangan, melindungi bayi dari
gunting dan memotong tali pusatdi anatara dua klem tersebut.
27) Menegeringkan bayi, mengganti handuk yang basah dan
menyelimuti bayi dengan dengan kain atau selimut yang bersih dan
kering, menutupi bagian kepala bayi membiarkan tali pusat terbuka.
Jika bayi mengalami kesulitan bernapas. Jika bayi mengalami
kesulitan bernapas, ambil tindakan yang sesuai.
28) Membiarkan bayi kepada ibunya dan menganjurkan ibu untuk
memeluk bayinya dan memulai pemberian ASI jika ibu
menghendakinya
P 1. Melakukan manajemen aktif kala III; manajemen aktif kala III telah dilakukan.
Rasionalisasi: Kala III dari bayi lahir hingga plasenta lahir, sesuai langkah
APN. Dalam waktu 2 menit setelah kelahiran bayi diberikan suntikan
oksitoksin 10 unit I.M 1/3 atas paha kanan ibu bagian luar, Melihat tanda-
tanda pelepasan plasenta, Melakukan Penegangan Tali Pusat Terkendali,
Melakukan pengeluarkan plasenta, Melakukan Massase uterus selama 15
detik (Sarwono, 2014; Asuhan Persalinan Normal).
kontraksi dan sisa plasenta dan lanugo dikeluarkan lewat vagina kemudian
rahim mengalami pemulihan (Aziza & Nursanti, 2019).
4. Memberikan KIE tentang tanda bahaya nifas
Rasionalisasi: Tanda bahaya pada ibu nifas meliputi perdarahan
pervaginam, demam, pusing, infeksi, payudara bengkak kemerahan
(Kementerian Kesehatan, 2014).
diberikan.
Rasionalisasi: Tanda-tanda bahaya bayi baru lahir merupakan suatu gejala
yang dapat mengancam kesehatan bayi baru lahir, bahkan dapat
menyebabkan kematian. Tanda-tanda bahaya bayi baru lahir yaitu: bayi
tidak mau menyusu atau muntah, kejang, lemah, sesak nafas, rewel, pusar
kemerahan, demam, suhu tubuh dingin, mata bernanah, diare, bayi kuning
(Annisa et al., 2020).
7. Memberikan KIE tentang pemberian ASI eksklusif pada bayi baru lahir; KIE
telah diberikan.
Rasionaisasi: Pemerintah Indonesia khususnya Departemen Kesehatan telah
mengadopsi pemberian ASI saja (ASI eksklusif) selama 6 bulan sesuai
rekomendasi dari WHO dan UNICEF, sebagai salah satu program
perbaikan gizi bayi atau balita (Singarimbun et al., 2021).
8. Melakukan pendokumentasian; pendokumentasian telah dilakukan.
Rasionalisasi: Dalam kebidanan, dokumentasi merupakan suatu bukti
pencatatan dan pelaporan yang dimiliki seorang bidan dalam melakukan
catatan yang berguna untuk kepentingan klien (Tria & Maya, 2020).
PEMBAHASAN
Asuhan kebidanan persalinan pada Ny.A umur 32 tahun G3P2A0 dengan usia
kehamilan 39 minggu 4 hari. Pada tanggal 27 Oktober 2021, pukul: 08.00 wib ibu
datang didamping suaminya dan mengatakan hamil anak ke 3, pada tanggal 26-10-
2021, pukul 23.00 wib perut sakit menjalar sampai pinggang, ada keluar lendir
campur darah. Pada pukul 08.00 wib dilakukan anamnesa, pemeriksaan fisik, Tanda-
tanda vital normal, Djj 148x/menit, his 3 kali dalam 10 menit dengan durasi 40 detik
dan hasil pemeriksaan dalam didapatkan pembukaan servik 6 cm, ketuban utuh dan
Hodge III 3/5. Berdasarkan analisa data yaitu Ny. A umur 32 tahun G3P2A0 usia
kehamilan 39 minggu 4 hari dengan inpartu kala I fase aktif, masalah yang timbul
nyeri persalinan pada kala I fase aktif, kemudian kebutuhan yang diberikan KIE
tentang ketidaknyamanan dan cara mengatasi. Menurut Widiastini (2018) kala I fase
laten berlangsung selama 7-8 jam dan fase aktif berlangsung selama 6 jam dan dibagi
menjadi 3 fase yaitu akselerasi, dilatasi maksimal dan dilatasi. Pada kala satu
persalinan, nyeri timbul akibat pembukaan serviks dan kontraksi uterus (Kurnirum,
2016). Nyeri persalinan merupakan kontraksi uterus yang disebabkan dilatasi dan
penipisan cervix serta iskemia rahim (penurunan aliran darah sehingga oksigen lokal
mengalami defisit) akibat kontraksi arteri miometrium (Suharti, 2018). Asuhan yang
dilakukan selama periode kala I fase aktif yaitu dengan mengajarkan ibu dan keluarga
tentang teknik massase, teknik relaksasi serta memberikan latihan birth ball dalam
mengurangi nyeri persalinan pada kala I dan melakukan observasi Djj dan kontraksi
setiap 30 menit dan observasi pembukaan, penurunan kepala, setiap 4 jam. Proses
tahapan inartu kala I pada Ny. A umur 32 tahun G3P2A0 usia kehamilan 39 minggu 4
hari.
Asuhan kebidanan persalinan pada Ny. A umur 32 tahun G3P2A0 usia
kehamilan 39 minggu 4 hari, ibu mengeluh perut sakit menjalar sampai pinggang
semakin sering dan keluar darah dari jalan lahir, ada rasa ingin BAB. Hasil
pemeriksaan tanda-tanda
47
48
uterus berkontraksi (fundus teraba keras) untuk mencegah perdarahan. Jika uterus
tidak berkontraksi setelah melakukan massase selama 15 detik mengambil tindakan
yang sesuai. Mengevaluasi adanya laserasi pada vagina dan perineum. Hasil asuhan
pada kala III yaitu proses pengeluaran uri berjalan secara normal dan tidak ditemukan
penyulit pada proses pengeluaran plasenta. Proses pengeluaran plasenta
berlangsung selama 15 menit dan plasenta lahir lengkap dan terdapat laserasi derajat
1 maka dilakukan tindakan heacting pada jalan lahir. Teori persalinan kala III dimulai
setelah lahirnya bayi dan berakhir dengan lahirnya plasenta dan selaput ketuban.
Berlangsung tidak lebih dari 30 menit disebut dengan kala uri atau kala pengeluaran
plasenta (Kurnirum, 2016).
Asuhan kebidanan persalinan pada Ny. A umur 32 tahun P3A0. Ibu mengeluh
perutnya masih terasa mules dan ibu merasa lelah. Hasil pemeriksaan didapatkan
tanda –tanda vital ibu normal, tinggi fundus uteri setinggi pusat, terdapat kontraksi
pada uterus, pemeriksaan pada vagina terdapat perdarahan ±100cc. Berdasarkanan
analisa data pada Ny.A umur 32 tahun P3A0 dengan kala IV persalinan. Asuhan
kebidanan persalinan dilakukan yaitu pemantauan selama 2 jam pascapersalinan.
Pemantauan 1 jam pertama dilakukan setiap 15 menit dan pemantauan 1 jam kedua
dilakukan setiap 30 menit dan memberikan edukasi kepada ibu tentang cara
memantau kontraksi uterus dan cara menyusui bayi dengan benar. Hasil observasi
pada 1 jam pertama pada pukul 12.35 wib, 12.50 wib, 13.05 wib dan 13.20 wib tidak
ditemukan tanda-tanda perdarahan dan uterus berkontraksi denga baik. Dan
pemantauan pada 1 jam kedua yaitu pada jam 13.50 wib dan 14.20 wib hasilnya tidak
terdapat tanda-tanda perdarahan dan kontraksi uterus baik. Kala IV dimulainya
setelah lahirnya plasenta dan berakhir dua jam setelah itu, paling kritis karena proses
perdarahan berlangsung, masa 1 jam setelah plasenta lahir, pemantauan 15 menit
pada jam pertama setelah kelahiran plasenta, 30 menit pada jam kedua setelah
persalinan, jika kondisi ibu tidak stabil maka perlu dipantau lebih sering (Kurniarum,
2016).
Asuhan kebidanan selama tahapan persalinan pada kasus ini berjalan normal.
Pola pengasuhan ibu hamil menuju persalinan normal sering disebut Asuhan
50
Persalinan Normal (APN). Asuhan Persalinan Normal (APN) adalah asuhan yang
bersih dan aman dari setiap tahapan persalinan yaitu mulai dari kala satu sampai
dengan kala empat dan upaya pencegahan komplikasi terutama perdarahan pasca
persalinan, hipotermi serta asfiksia pada bayi baru lahir.
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Setelah dilaksanakan asuhan kebidanan secara menyeluruh dengan
menggunakan manajemen kebidanan menurut SOAP dan catatan implementasi
maka penulis dapat menyimpulkan bahwa:
1. Pada pengkajian didapatkan data subjektif dan data objektif. Data subjektif di
peroleh dari wawancara dengan pasien, dimana pasien mengatakan Ibu
mengatakan hamil anak ke 3, sakit perut menjalar sampai pinggang, keluar
lendir campur darah
2. Dalam analisa data di dapatkan diagnosa kebidanan G3P2A0 UK 39 Minggu
4 Hari Janin Tunggal Hidup Intra Uterin Dengan Persalinan Fisiologis.
Masalah yang timbul adalah nyeri persalinan kala I fase aktif, kemudian
kebutuhan yang diberikan, yaitu memberikan KIE tentang ketidaknyamanan
dan cara mengatasi.
3. Dalam melakukan penatalaksanaan asuhan kebidanan pada kasus ini yaitu
memberikan penjelasan penyebab ketidaknyamanan yang dialami serta untuk
cara mengatasi ketidaknyamanan dengan mengkaitkan jurnal evidence based
midwifery.
4. Pada proses persalinan fisiologis dilakukan manajemen dengan langkah
Asuhan Persalinan Normal. Asuhan kebidanan selama tahapan persalinan
pada kasus ini berjalan normal.
51
52
B. Saran
1. Bagi Bidan
Menjadi bahan masukan dalam melaksanakan tindakan kebidanan pada kasus
persalinan fisiologis dan diharapkan tenaga kesehatan mampu melakukan
penanganan pada kasus sesuai langkah Asuhan Persalinan Normal (APN),
serta dapat memberikan asuhan dengan mengkaitkan jurnal evidence based
midwifery.
2. Bagi Klien
Bagi ibu bersalin hendaknya lebih memahami pengetahuan mengenai
persalinan normal serta pencegahan dengan cara non farmakologi yang dapat
dilakukan seperti mengurangi nyeri persalinan pada kala I.
53
DAFTAR PUSTAKA
Andriani, R., & Apriani, S. (2021). Pengaruh Metode Gentle Birth Terhadap Tingkat
Nyeri Dan Durasi Kala I Persalinan Pada Ibu Primipara Program Studi D III
Kebidanan , STIKes Muhammadiyah Palembang Pendahuluan Kehamilan dan
persalinan adalah kejadian penting bagi kehidupan seorang perempuan. 5(1).
Aziza, N., & Nursanti, D. (2019). Efektifitas Mobilisasi Dini Terhadap Pengeluaran
Lochea Pada Ibu Nifas di RSUD Abdul Moeloek Bandar Lampung Tahun 2019.
Jurnal Maternitas UAP (JAMAN UAP), 1(2), 81–86.
Handayani, S. (2020). Pengaruh Asuhan Sayang Ibu Terhadap Kontraksi
Effectiveness of Safe Motherhood To Labor Contraction and. Journal of
Midwifery Science and Women’s Health, 1(47), 40–44.
Jaya, S. T., & Fauziyah, N. (2019). Effectiveness Of Giving Soy Milk To The
Duration Of First Stage Of Labor. 8(2), 158–164.
https://doi.org/10.30994/sjik.v8i2.226
Kaur, J., Sheoran, P., & Sarin, J. (2020). Effectiveness of Warm Compression on
Lumbo-Sacral Region in Terms of Labour Pain Intensity and Labour Outcomes
among Nulliparous : an Interventional Study. 9(1), 9–12.
https://doi.org/10.34172/jcs.2020.002
Kementrian Kesehatan RI. (2013). Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan
Dasar dan Rujukan. Jakarta: Kementrian Kesehatan.
Kemenkes RI. (2014). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 53
Tahun 2014 Tentang Pelayanan Kesehatan Neonatal Esensial. (Kemenkes RI,
2014)
Kementerian Kesehatan, R. I. (2014). Pegangan Fasilitator Kelas Ibu Hamil.pdf.
Kemenkes RI. (2016). Asuhan kebidanan persalinan dan bayi baru lahir. Jakarta
selatan: Pusdik SDM Kesehatan
Kesehatan, K., & Indonesia, R. (2021). Profil Kesehatan Indonesia 2020. In
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.
https://pusdatin.kemkes.go.id/resources/download/pusdatin/profil-kesehatan-
indonesia/Profil-Kesehatan-Indonesia-Tahun-2020.pdf
Kurniarum, A. (2016). Asuhan Kebidanan Persalinan Dan Bayi Baru Lahir. Hal 1-
168. [Internet]. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia: Pusat Pendidikan
Sumber Daya Manusia Kesehatan Badan Pengembangan dan Pemberdayaan
Sumber Daya Manusia Kesehatan Edisi 2018. Tersedia
pada:http://bppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wpcontent/uploads/2017/08/
Asuhan-Kebidanan-Neonatus-Bayi-Balita-dan-Apras-Komprehensif.pdf.
[Diakses 20 November 2020].
Kusuma Wardani, P., Comalasari, I., Medica Bakti Nusantara Pringsewu, A.,
Menyusu Dini Suhu Tubuh Bayi Baru Lahir Hipotermia, I., Inisiasi Menyusu
Dini Terhadap Perubahan Suhu Tubuh pada Bayi Baru Lahir Indah Comalasari,
P., Puspita, L., & Pringsewu, N. (2019). Pengaruh Inisiasi Menyusu Dini (IMD)
Terhadap Perubahan Suhu Tubuh pada Bayi Baru Lahir. Wellness and Healthy
Magazine, 1(1), 71. http://wellness.journalpress.id/index.php/wellness/
Medhyna, V. (2020). Perawatan Tali Pusat Dengan Kasa Kering Terhadap Lama
Pelepasan. Universitas Fort De Kock Bukittinggi, 10(2), 955–960.
Miranda, R. M., Cabral Filho, J. E., Diniz, K. T., Clough, G. F., Alves, J. G. B.,
Lima, G. M. S., Figueredo, N. P. dos S., de França, A. A., & Luna, J. T. B.
(2021). Effect of Kangaroo Position on microcirculation of preterm newborns: a
controlled randomized clinical trial1. Jornal de Pediatria, 000(xxx), 1–8.
https://doi.org/10.1016/j.jped.2021.05.012
Prawirohardjo S. (2014). Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.
Profil Kesehatan Kota Palangkaraya Tahun 2019. Persepsi Masyarakat Terhadap
Perawatan Ortodontik Yang Dilakukan Oleh Pihak Non Profesional, 53(9),
1689–1699.
Purwoastuti, Endang dan Elizabeth Siwi Walyani. (2015). Mutu Pelayanan
Kesehatan dan Kebidanan. Jakarta: Pustaka Baru Press
Rohani, dkk, (2013). Asuhan Kebidanan pada Masa Persalinan. Jakarta: Salemba
Medika.
SS.Sumi, Isa.L.M.W. (2021). Adaptasi Fisiologis Bayi Baru Lahir Melalui
Persalinan Normal Dengan Lotus Birth Dan Tanpa Lotus Birth. Jurnal
Keperawatan Silampari Volume 5, Nomor 1, Desember 2021 e-ISSN: 2581-
1975 p-ISSN: 2597-7482 DOI: https://doi.org/10.31539/jks.v5i1.2683
Suryani, E., Sari, L. P., Natalia, I., & Ardhila, S. (2021). HIGEIA JOURNAL OF
PUBLIC HEALTH Randomized Control Trial : Musik Instrumental Langgam
Jawa Dan Dampaknya. 5(1), 97–108.
Susilaningrum, R., Nursalam, & Utami, S. (2013). Asuhan Keperawatan Bayi Dan
Anak Untuk Perawat Dan Bidan.
Susilawati, E., & Riau, D. D. K. (2017). Intensitas Nyeri Pada Persalinan Kala I
Fase Aktif Elly Susilawati. 1(2), 74–79.
Sutriningish, Destri, Y., & Shaqinatunissa, A. (2019). Pengaruh Birthball terhadap
Nyeri Persalinan. Wellness and Healthy Magazine, 1(February), 125–132.