Anda di halaman 1dari 23

1.

Pengertian Pemberian vaksin BCG (Bacillus Calmette Guerine) untuk memperoleh


IMUNISASI BCG kekebalan aktif terhadap penyakit TBC.
2. Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk memberikan imunisasi BCG
3. Kebijakan SK Kepala FKTP Abcde Nomor I/UKP/001/2016 tentang Kebijakan Pelayanan
Klinis FKTP Abcde
4. Referensi Direktorat Jenderal PP & PL dan Pusdiklat SDM Kesehatan Departemen
Kesehatan RI. 2006. Modul Pelatihan Tenaga Pelaksana Imunisasi FKTP.
Departemen Kesehatan RI : Jakarta
5. Prosedur 1. Melakukan Anamnesa.
2. Melakukan informed consent.
3. Petugas membersihkan tangan.
4. Petugas memakai APD
5. Melarutkan vaksin BCG dengan menggunakan spuit 5 ml sehingga
tercampur secara homogen.
6. Menuliskan waktu pencampuran vaksin meliputi tanggal dan jam pada
label BCG.
7. Meletakkan vaksin BCG yang telah tercampur di atas busa dalam vaksin
carrier.
8. Mengambil vaksin yang sudah di larutkan dari dalam vaksin carrier.
9. Melakukan penyedotan vaksin dari vial dengan dosis 0,05 ml
menggunakan spuit ADS.
10. Mempersiapkan posisi yang aman.
11. Membersihkan daerah penyuntikan dengan kapas DTT basah.
12. Menyuntikkan 0,05 ml vaksin secara intra cutan.
13. Tidak menekan bekas suntikan, kemudian membuang jarum ke dalam
safety box .
14. Alat-alat dibersihkan sambil melihat reaksi KIPI pada imunisasi BCG.
15. Melakukan penanganan reaksi KIPI apabila ditemukan.
16. Petugas membersihkan tangan.
17. Membuat kesepakatan untuk jadwal imunisasi selanjutnya.
18. Melakukan pencatatan dan dokumentasi pelayanan
6. Unit Terkait Semua Unit Pelayanan
1. Pengertian Memberikan vaksin campak pada bayi usia 9 bulan atau lebih dan batita usia 2
IMUNISASI CAMPAK tahun sampai 3 tahun untuk kekebalan aktif terhadap penyakit campak.
2. Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk memberikan imunisasi
campak.
3. Kebijakan SK Kepala FKTP Abcde Nomor I/UKP/001/2016 tentang Kebijakan Pelayanan
Klinis FKTP Abcde
4. Referensi Direktorat Jenderal PP & PL dan Pusdiklat SDM Kesehatan Departemen
Kesehatan RI. 2006. Modul Pelatihan Tenaga Pelaksana Imunisasi FKTP.
Departemen Kesehatan RI : Jakarta
5. Prosedur 19. Melakukan Anamnesa.
20. Melakukan informed consent.
21. Petugas membersihkan tangan.
22. Petugas memakai APD.
23. Melarutkan vaksin campak dengan menggunakan spuit 5 ml sampai
tercampur homogen.
24. Menuliskan waktu pencampuran vaksin meliputi tanggal dan jam pada
label vaksin campak.
25. Meletakkan vaksin campak yang sudah tercampur di busa dalam vaksin
karrier.
26. Membuang spuit 5 ml pada safety bok dan bungkus spuit dalam tempat
sampah.
27. Mengambil vaksin yang sudah di larutkan dari dalam termos.
28. Melakukan penyedotan vaksin dari vial dengan dosis 0,5 cc menggunakan
spuit ADS/tersedia.
29. Mempersiapkan posisi yang aman, membersihkan daerah penyuntikan
dengan kapas DTT basah.
30. Melakukan penyuntikan pada lengan kiri atas secara sub cutan pada
daerah Musculus deltoideus dengan sudut 45oC.
31. Melakukan aspirasi dan memasukkan vaksin secara perlahan.
32. Menekan bekas suntikan dengan kapas DTT kering, kemudian membuang
jarum ke dalam safety box .
33. Alat-alat dibersihkan sambil melihat reaksi KIPI pada imunisasi campak.
34. Melakukan penanganan reaksi KIPI apabila ditemukan.
35. Petugas membersihkan tangan.
36. Melakukan pencatatan dan dokumentasi pelayanan.
6. Unit Terkait Semua Unit Pelayanan
1. Pengertian Memasukkan vaksin DPT/HB/Hib (Vaksin jerap Difteri, Tetanus, Pertusis,
IMUNISASI DPT-Hb- Hepatitis B Rekombinan, Haemophilus influenzae tipe b) ke dalam tubuh untuk
Hib membentuk kekebalan dari penyakit difteri, pertusis, tetanus, hepatitis B,
haemopilus influensa.
Imunisasi ini diberikan pada bayi usia 2,3,4 bulan atau lebih dan batita usia 1,5
tahun sampai 3 tahun.
2. Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk melakukan imunisasi DPT-
Hb-Hib.
3. Kebijakan SK Kepala FKTP Abcde Nomor I/UKP/001/2016 tentang Kebijakan Pelayanan
Klinis FKTP Abcde
4. Referensi Direktorat Jenderal PP & PL dan Pusdiklat SDM Kesehatan Departemen
Kesehatan RI. 2006. Modul Pelatihan Tenaga Pelaksana Imunisasi FKTP.
Departemen Kesehatan RI : Jakarta
5. Prosedur 1. Melakukan anamnesa dan informed consent.
2. Petugas membersihkan tangan dan memakai APD (Alat Pelindung Diri).
3. Mengambil vaksin DPT-Hb-Hib dari dalam vaksin carrier.
4. Menuliskan jam dan tanggal vaksin mulai dipakai pada label vaksin.
5. Menyedot vaksin dengan spuit ADS 0,5 ml.
6. Mempersiapkan posisi yang aman untuk bayi
7. Membersihkan daerah penyuntikan dengan kapas DTT basah.
8. Menyuntikan vaksin di daerah paha tengah luar secara IM atau sub cutan
dalam pada bayi dan pada sepertiga lengan kanan atas pada batita usia 18
bulan s/d 3 tahun.
9. Melakukan aspirasi dan suntikan secara pelan-pelan.
10. Menekan bekas suntikan dengan kapas DTT kering.
11. Membuang spuit dalam safety box .
12. Melihat reaksi KIPI dan apabila terjadi lakukan pertologan pertama pada
reaksi KIPI.
13. Membereskan alat dan membersihkan tangan.
14. Memberikan resep obat turun panas.
15. Membuat kesepakatan dengan keluarga klien tenteng jadwal imunisasi
selanjutnya.
16. Mencatat dan mendokumentasikan hasil pelayanan.
6. Unit Terkait Semua Unit Pelayanan
1. Pengertian Memberikan vaksin DT kepada anak sekolah usia 7 tahun ke atas untuk
IMUNISASI DT kekebalan terhadap penyakit tetanus dan dipteri.
2. Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk melakukan imunisasi DT
3. Kebijakan SK Kepala FKTP Abcde Nomor I/UKP/001/2016 tentang Kebijakan Pelayanan
Klinis FKTP Abcde
4. Referensi Direktorat Jenderal PP & PL dan Pusdiklat SDM Kesehatan Departemen
Kesehatan RI. 2006. Modul Pelatihan Tenaga Pelaksana Imunisasi FKTP.
Departemen Kesehatan RI : Jakarta
5. Prosedur 1. Melakukan anamnesa.
2. Melakukan inform concent.
3. Membersihkan tangan.
4. Petugas memakai APD (Alat Pelindung Diri).
5. Mengambil vaksin DT pada vacsin carrier.
6. Menuliskan tanggal dan jam vaksin mulai dipakai pada label vaksin.
7. Menyedot vaksin DT menggunakan spuit ADS 0,5 ml.
8. Menyiapkan klien pada posisi yang aman
9. Membersihkan daerah penyuntikan dengan kapas DTT basah.
10. Melakukan penyuntikan pada lengan kiri atas secara intramuskular atau
subcutan dalam, lakukan aspirasi, secara perlahan dorong spuit sehingga
vaksin masuk semua.
11. Menekan bekas tempat penyuntikan dengan kapas DTT kering.
12. Memasukkan jarum dalam safety box.
13. Mengamati kemungkinan terjadi reaksi KIPI syok anafilaksis.
14. Petugas membersihkan tangan.
15. Melakukan pencatatan hasil pelayanan.
6. Unit Terkait Semua Unit Pelayanan.
1. Pengertian Memberikan vaksin Hepatitis B pada bayi supaya terbentuk kekebalan tubuh
IMUNISASI HB-0 terhadap penyakit hepatitis B.
2. Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk melakukan imunisasi HB-0
3. Kebijakan SK Kepala FKTP Abcde Nomor I/UKP/001/2016 tentang Kebijakan Pelayanan
Klinis FKTP Abcde
4. Referensi Direktorat Jenderal PP & PL dan Pusdiklat SDM Kesehatan Departemen
Kesehatan RI. 2006. Modul Pelatihan Tenaga Pelaksana Imunisasi FKTP.
Departemen Kesehatan RI : Jakarta
5. Prosedur 1. Melakukan anamnesa dan informed consent
2. Mempersiapkan posisi yang aman untuk bayi.
3. Petugas membersihkan tangan dan memakai APD (Alat Pelindung Diri).
4. Mengambil vaksin dari dalam vaksin carrier dan mengeluarkan alat suntik
dari kantong aluminium
5. Memegang alat suntik pada leher dan tutup jarum dengan memegang
keduanya diantara jari telunjuk dan jempol,dengan gerakan cepat dorong
tutup jarum kearah leher.Teruskan mendorong sampai tidak ada jarak
antara tutup jarum dan leher.
6. Membersihkan daerah penyuntikan dengan kapas DTT basah
7. Membuka tutup jarum,tetap memegang alat suntik pada bagian leher dan
tusukan jarum pada paha luar secara intramuskular atau subcutan dalam.
Tidak perlu melakukan aspirasi.
8. Memijit reservoir dengan kuat untuk menyuntik dengan dosis 0,5 ml,
setelah reservoir kempis cabut alat suntik.
9. Menekan bekas suntikan dengan kapas DTT kering
10. Membuang jarum dalam safety box
11. Membereskan alat dan mengamati reaksi KIPI
12. Petugas membersihkan tangan
13. Membuat kesepakatan dengan keluarga klien tentang jadwal imunisasi
selanjutnta.
14. Mendokumentasikan kegiatan pada kartu anak, buku register, buku KIA.
6. Unit Terkait Semua Unit Pelayanan.
1. Pengertian Memberikan vaksin meningitis meningokokus pada calon jemaah haji untuk
IMUNISASI kekebalan aktif terhadap penyakit meningitis.
MENINGITIS
MENINGOKOKUS
2. Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk memberikan imunisasi
meningitis.
3. Kebijakan SK Kepala FKTP Abcde Nomor I/UKP/001/2016 tentang Kebijakan Pelayanan
Klinis FKTP Abcde
4. Referensi Pusat Kesehatan Haji Kementrian Kesehatan RI. 2016. Petunjuk Teknis
Imunisasi Meningitis Meningokokus. Kementrian Kesehatan RI : Jakarta
5. Prosedur 37. Melakukan Anamnesa.
38. Melakukan informed consent.
39. Petugas membersihkan tangan.
40. Petugas memakai APD.
41. Mengamati vial dan ampul, serbuk harus berwarna putih dan larutan harus
tampak jernih.
42. Menyiapkan syringe needle 26 G, ganti needle dengan 23 G.
43. Membuka ampul lalu mengambil seluruh larutan menggunakan jarum dan
spuit yang tersedia.
44. Memasukkan seluruh larutan ke dalam vial yang berisi serbuk.
45. Kocok vial sehingga vaksin benar-benar larut menyeluruh. ( jarum dan
spuit masih melekat pada vial)
46. Larutan harus terlihat jernih, tidak berwarna, dan tidak terlihat adanya
partikel- partikel dalam larutan. Bila larutan tidak memenuhi kondisi ini
maka vaksin tidak boleh disuntikkan.
47. Mengambil larutan vaksin yang sudah tercampur homogen.
48. Mengganti jarum dengan ukuran 26 G.
49. Mengeluarkan udara bila ada.
50. Membersihkan lokasi suntikan dengan alcohol swab.
51. Menyuntikkan pada lengan atas kiri secara sub kutan.
52. Menekan bekas suntikan dengan kapas DTT kering, kemudian membuang
jarum ke dalam safety box .
53. Alat-alat dibersihkan sambil melihat reaksi KIPI pada imunisasi campak.
54. Melakukan penanganan reaksi KIPI apabila ditemukan.
55. Petugas membersihkan tangan.
56. Melakukan pencatatan dan dokumentasi pelayanan.
6. Unit Terkait Semua Unit Layanan
1. Pengertian Memberikan vaksin polio pada bayi supaya terbentuk kekebalan tubuh
IMUNISASI POLIO terhadap penyakit polio.
2. Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk melakukan imunisasi polio
3. Kebijakan SK Kepala FKTP Abcde Nomor I/UKP/001/2016 tentang Kebijakan Pelayanan
Klinis FKTP Abcde
4. Referensi Direktorat Jenderal PP & PL dan Pusdiklat SDM Kesehatan Departemen
Kesehatan RI. 2006. Modul Pelatihan Tenaga Pelaksana Imunisasi FKTP.
Departemen Kesehatan RI : Jakarta
5. Prosedur 1. Melakukan anamnesa.
2. Melakukan informed consent.
3. Petugas membersihkan tangan.
4. Petugas memakai APD.
5. Mengambil vaksin polio dari dalam vaksin carrier dan menuliskan jam,
tanggal vaksin mulai dipakai.
6. Memasang dropper pada vaksin polio.
7. Mempersiapkan posisi aman
8. Memberikan 2 tetes vaksin polio di atas lidah (dropper tidak menyentuh
bibir)
9. Alat-alat dibersihkan sambil melihat reaksi KIPI
10. Melakukan penanganan reaksi KIPI apabila ditemukan.
11. Petugas membersihkan tangan.
12. Membuat kesepakatan dengan keluarga klien tentang jadwal imunisasi
selanjutnya.
13. Melakukan pencatatan dan dokumentasi pelayanan.
6. Unit Terkait Semua Unit Pelayanan.
1. Pengertian Memberikan vaksin Td pada anak sekolah usia > 7 tahun supaya terbentuk
IMUNISASI Td kekebalan tubuh terhadap penyakit Tetanus dan Difteri.
2. Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk melakukan imunisasi Td.
3. Kebijakan SK Kepala FKTP Abcde Nomor I/UKP/001/2016 tentang Kebijakan Pelayanan
Klinis FKTP Abcde
4. Referensi Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan
Kementrian Kesehatan RI. 2013. Petunjuk Teknis Pelaksanaan Bulan
Imunisasi Anak Sekolah (BIAS). Kementrian Kesehatan RI : Jakarta
5. Prosedur 16. Melakukan anamnesa.
17. Melakukan inform concent.
18. Membersihkan tangan.
19. Petugas memakai APD.
20. Mengambil vaksin Td pada vacsin carrier.
21. Menuliskan tanggal dan jam vaksin mulai dipakai pada label vaksin.
22. Menyedot vaksin Td menggunakan spuit ADS 0,5 ml.
23. Menyiapkan klien pada posisi yang aman
24. Membersihkan daerah penyuntikan dengan kapas DTT basah.
25. Melakukan penyuntikan pada lengan kiri atas secara intramuskular atau
subcutan dalam, lakukan aspirasi, secara perlahan dorong spuit sehingga
vaksin masuk semua.
26. Menekan bekas tempat penyuntikan dengan kapas DTT kering.
27. Memasukkan jarum dalam safety box.
28. Mengamati kemungkinan terjadi reaksi KIPI syok anafilaksis.
29. Petugas membersihkan tangan.
30. Melakukan pencatatan hasil pelayanan.
6. Unit Terkait Semua Unit Pelayanan.
1. Pengertian Memberikan vaksin TT pada WUS supaya terbentuk kekebalan tubuh terhadap
IMUNISASI TT penyakit tetanus.
2. Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk melakukan imunisasi
Tetanus
3. Kebijakan SK Kepala FKTP Abcde Nomor I/UKP/001/2016 tentang Kebijakan Pelayanan
Klinis FKTP Abcde
4. Referensi Direktorat Jenderal PP & PL dan Pusdiklat SDM Kesehatan Departemen
Kesehatan RI. 2006. Modul Pelatihan Tenaga Pelaksana Imunisasi FKTP.
Departemen Kesehatan RI : Jakarta
5. Prosedur 31. Melakukan anamnesa.
32. Melakukan inform concent.
33. Membersihkan tangan.
34. Petugas memakai APD.
35. Mengambil vaksin TT pada vacsin carrier.
36. Menuliskan tanggal dan jam vaksin mulai dipakai pada label vaksin.
37. Menyedot vaksin TT menggunakan spuit ADS 0,5 ml.
38. Menyiapkan klien pada posisi yang aman
39. Membersihkan daerah penyuntikan dengan kapas DTT basah.
40. Melakukan penyuntikan pada lengan kiri atas secara intramuskular atau
subcutan dalam, lakukan aspirasi, secara perlahan dorong spuit sehingga
vaksin masuk semua.
41. Menekan bekas tempat penyuntikan dengan kapas DTT kering.
42. Memasukkan jarum dalam safety box.
43. Mengamati kemungkinan terjadi reaksi KIPI syok anafilaksis.
44. Petugas membersihkan tangan.
45. Melakukan pencatatan hasil pelayanan.
6. Unit Terkait Semua Unit Pelayanan.
1. Pengertian Cara untuk mengetahui suhu vaksin selama pendistribusian dan penyimpanan,
PEMANTAUAN apakah vaksin pernah terpapar / terkena panas yang berlebih ataupun suhu
SUHU COLDCHAIN yang terlalu dingin (beku). Sehingga petugas mengetahui kondisi vaksin yang
digunakan dalam keadaan baik atau tidak.
2. Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk memantau suhu vaksin.
3. Kebijakan SK Kepala FKTP Abcde Nomor I/UKP/001/2016 tentang Kebijakan Pelayanan
Klinis FKTP Abcde
4. Referensi Direktorat Jenderal PP & PL Departemen Kesehatan RI. 2005. Pedoman
Teknis Imunisasi Tingkat FKTP. Departemen Kesehatan RI : Jakarta
5. Prosedur 1. Meletakkan Thermometer Muller dan Freeze tag diantara vaksin sensitif
beku.
2. Mencatat suhu di Thermometer Muller / Thermometer yang tertera pada
Cold Chain vest Frost pada buku pencatatan suhu.
3. Mencatat suhu Cold Chain pagi dan sore, pagi saat tiba di FKTP dan saat
akan meninggalkan FKTP.
4. Memperhatikan suhu pada Thermometer saat mengambil vaksin.
5. Saat mengambil vaksin usahakan < 5 menit.
6. Melaporkan kepada Kepala FKTP apabila terjadi kerusakan pada alat.
6. Unit Terkait KIA
1. Pengertian Cara memperlakukan vaksin yang dilakukan saat listrik mati.
PENANGANAN
VAKSIN SAAT
LISTRIK MATI
2. Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk memperlakukan vaksin saat
listrik mati
3. Kebijakan SK Kepala FKTP Abcde Nomor I/UKP/001/2016 tentang Kebijakan Pelayanan
Klinis FKTP Abcde
4. Referensi Direktorat Jenderal PP & PL Departemen Kesehatan RI. 2005. Pedoman
Teknis Imunisasi Tingkat FKTP. Departemen Kesehatan RI : Jakarta
5. Prosedur 1. Mencari informasi berapa lama aliran listrik mati atau akan kembali
normal.
2. Apabila listrik mati < 24 jam, mengambil vaksin sesuai kebutuhan pada
hari itu, kemudian kunci rapat Cold Chain. Sisa vaksin dibuang setelah
pelayanan dan mengisi buku stok vaksin.
3. Apabila listrik mati > 24 jam segera lapor kepada Kepala FKTP,
mempersiapkan cool pack semaksimal mungkin, disusun dalam Cold
Chain tempat penyimpanan vaksin.
4. Kunci Cold Chain, pelayanan imunisasi di tunda.
5. Apabila listrik mati > 48 jam, laporkan segera ke Dinas Kesehatan, vaksin
dibawa ke Dinas Kesehatan menggunakan cold box diisi cool pack
sesegera mungkin.
6. Membuat berita acara pengiriman vaksin ke Dinas Kesehatan.
6. Unit Terkait Semua Unit Pelayanan
1. Pengertian Cara memperlakukan vaksin yang dilakukan saat pelayanan imunisasi.
PENANGANAN
VAKSIN SAAT
PELAYANAN
2. Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk memperlakukan vaksin saat
pelayanan imunisasi
3. Kebijakan SK Kepala FKTP Abcde Nomor I/UKP/001/2016 tentang Kebijakan Pelayanan
Klinis FKTP Abcde
4. Referensi Direktorat Jenderal PP & PL Departemen Kesehatan RI. 2005. Pedoman
Teknis Imunisasi Tingkat FKTP. Departemen Kesehatan RI : Jakarta
5. Prosedur 1. Menyiapkan vaksin carrier yang sudah dibersihkan, 4 buah cool pack
disusun mengelilingi termos, untuk menjaga suhu vaksin 2-8 derajat
celcius.
2. Membuka Cold Chain < 5 menit untuk mengambil vaksin yang disesuaikan
pemakaian rata-rata tiap hari pelayanan.
3. Meletakkan vaksin dalam vaksin carrier yang sudah diberi cool pack dan
termometer muller, kemudian ditutup dengan busa untuk menaruh vaksin
yang akan dan telah digunakan saat pelayanan.
4. Menutup vaksin carrier dan selanjutnya dibawa ketempat pelayanan /
ruang KIA .
5. Meletakkan vaksin carrier diatas meja dan menghindari terkena sinar
matahari langsung.
6. Saat vaksin mulai dibuka atau dicampur dengan pelarut, pada vaksin diberi
tanggal dan jam.
7. Di dalam vaksin carrier tidak boleh ada air yang merendam vaksin. Ini
untuk mencegah kontaminasi vaksin dari bakteri lain.
8. Menggunakan vaksin yang telah dibuka dengan ketentuan :
8.1. Vaksin DPT/Hb/Hib, TT, DT, Td : 4 minggu
8.2. Vaksin Polio : 2 minggu.
8.3. Vaksin BCG : 3 jam.
8.4. Vaksin Campak : 6 jam.
9. Mengembalikan vaksin yang telah dibuka dengan ketentuan :
9.1. Vaksin tidak melewati tanggal kadaluarsa.
9.2. Vaksin tidak pernah tercampur / terendam air.
9.3. VVM baik.
9.4. Tidak ada perubahan fisik (Warna / mengendap).
9.5. Botol vaksin diberi tanggal pemakaian.
9.6. Diletakkan pada suhu 2–80C.
10. Kebijakan setelah pemakaian di lapangan (Posyandu/SD) semua vaksin
yang telah dipakai tidak boleh dipakai lagi, Kecuali vaksin yang telah
dibuka. Vaksin utuh diberi tanda dan dimasukkan lagi dan diprioritaskan
segera dipakai pada pelayanan berikutnya.
6. Unit Terkait KIA
1. Pengertian Upaya yang dilakukan saat selesai melakukan pelayanan imunisasi
PENANGANAN DI
AKHIR PELAYANAN
2. Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah-langkah penanganan vaksin saat selesai
pelayanan
3. Kebijakan SK Kepala FKTP Abcde Nomor I/UKP/001/2016 tentang Kebijakan Pelayanan
Klinis FKTP Abcde
4. Referensi Direktorat Jenderal PP & PL Departemen Kesehatan RI. 2005. Pedoman
Teknis Imunisasi Tingkat FKTP. Jakarta : Departemen Kesehatan RI : Jakarta
5. Prosedur 1. Pada tempat pelayanan statis.
1.1. Menangani sisa vaksin.
1.1.1. Menyimpan kembali dalam coldchain suhu 2-8 oC sisa vaksin
polio, DPT/HB/Hib, TT, Td yang akan digunakan pada
pelayanan berikutnya denga ketentuan kualitas vaksin masih
baik.
1.1.2. Membuang sisa vaksin campak dan BCG yang telah
dilarutkan. Untuk BCG 3 jam dan Campak 6 jam.
1.2. Membuang alat-alat suntik bekas.
1.2.1. Membuang alat suntik bekas ke dalam safety bok tanpa
menutup kembali (no recaping).
1.2.2. Mengisi sampai ¾ bagian safety bok.
1.2.3. Menutup dan menyimpan safety bok di tempat yang aman dan
mudah terjangkau oleh petugas.
1.2.4. Memasukkan vial/ampul bekas dalam safety bok lainnya.
1.2.5. Memusnahkan sampah medis tajam dengan mengirim ke
incenerator melalui petugas kesehatan lingkungan.
2. Pada tempat pelayanan lapangan.
2.1. Membersihkan/membereskan vaksin carrier.
2.1.1. Memeriksa apakah thermometer di dalam vaksin carrier
menunjukkan suhu diatas 8oC Vaksin sebaiknya dibuang
kecuali kalau vaksin dalam vaksin carrier menunjukkan VVM
masih aman dipakai.
2.1.2. Memberi tanda pada sisa vaksin yang belum dibuka.
2.1.3. Membuang sisa vaksin yang telah digunakan.

2.1.4. Membuang vial kosong dan vial terbuka dari vaksin–vaksin


yang telah dicampur dengan pelarut ke dalam safety bok
terpisah
2.2. Meninggalkan tempat pelayanan keluar dengan keadaan bersih dan
rapih.
2.2.1. Tidak meninggalkan sesuatu yang dapat menjadi ancaman
bagi masyarakat.
2.2.2. Mengumpulkan safety box yang sudah penuh pada tempat
penyimpanan sementara.
2.2.3. Tidak meninggalkan vial kosong atau terbuka, spuit ditempat
pelayanan imunisasi.
2.3. Mengembalikan vaksin ke dalam cold chain.
2.3.1. Mengembalikan vaksin yang belum dibuka dan kondisi baik,
serta diberi tanda untuk digunakan dalam pelayanan
berikutnya.
2.3.2. Membersihkan vaksin carrier dengan lap basah dan dibiarkan
terbuka agar kering.
6. Unit Terkait KIA
1. Pengertian Cara memperlakukan vaksin yang dilakukan saat vaksin rusak.
PENANGANAN
VAKSIN RUSAK
2. Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk memperlakukan vaksin saat
vaksin rusak
3. Kebijakan SK Kepala FKTP Abcde Nomor I/UKP/001/2016 tentang Kebijakan Pelayanan
Klinis FKTP Abcde
4. Referensi Direktorat Jenderal PP & PL Departemen Kesehatan RI. 2005. Pedoman
Teknis Imunisasi Tingkat FKTP. Departemen Kesehatan RI : Jakarta
5. Prosedur 1. Mengenali vaksin yang disebut rusak.
1.1. Vaksin dengan indikator VVM pada tingkat C dan D.
1.2. Vaksin yang sudah kadaluarsa.
1.3. Vaksin yang beku.
1.4. Vaksin yang pecah.
2. Mengeluarkan dari lemari es.
3. Mencatat dalam kartu batch dengan keterangan rusak.
4. Melakukan pemusnahan limbah dengan mengirim ke incenerator.
5. Membuat berita acara pemusnahan.
6. Unit Terkait KIA, kesehatan lingkungan
1. Pengertian Cara mengambil vaksin ke Dinas Kesehatan Kota atau ke fasilitas kesehatan
PENGAMBILAN lainnya.
VAKSIN
2. Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk melakukan pengambilan
vaksin.
3. Kebijakan SK Kepala FKTP Abcde Nomor I/UKP/001/2016 tentang Kebijakan Pelayanan
Klinis FKTP Abcde
4. Referensi Direktorat Jenderal PP & PL Departemen Kesehatan RI. 2005. Pedoman
Teknis Imunisasi Tingkat FKTP. Departemen Kesehatan RI : Jakarta
5. Prosedur 46. Pengambilan vaksin dengan menggunakan vaksin carrier.
47. Jenis vaksin carrier disesuaikan dengan jumlah vaksin yang akan diambil.
48. Sebelum memasukkan vaksin ke dalam vaksin carrier, memeriksa VVM
vaksin. Bila VVM tingkat A dan B maka masih bisa digunakan, jika VVM
tingkat C dan D tidak boleh digunakan.
49. Memasukkan coolpack ke dalam vaksin carrier dan di bagian tengah
diletakkan termometer muller.
50. Vaksin carrier yang sudah terisi vaksin, selama perjalanan ke FKTP tidak
boleh terkena sinar matahari langsung.
6. Unit Terkait KIA
1. Pengertian Alat yang digunakan untuk melakukan imunisasi baik imunisasi rutin maupun
PENGGUNAAN masal.
AUTO DISABLE
SYRINGE (ADS)
2. Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk menggunakan ADS.
3. Kebijakan SK Kepala FKTP Abcde Nomor I/UKP/001/2016 tentang Kebijakan Pelayanan
Klinis FKTP Abcde
4. Referensi Direktorat Jenderal PP & PL dan Pusdiklat SDM Kesehatan Departemen
Kesehatan RI. 2006. Modul Pelatihan Tenaga Pelaksana Imunisasi FKTP.
Departemen Kesehatan RI : Jakarta
5. Prosedur 51. Mengeluarkan semprit dan jarum dari bungkus plastik (lepaskan dan buka
ujung piston semprit dari paket) atau lepaskan tutup plastiknya.
52. Memasang atau mengencangkan jarum pada semprit jika belum terpasang
dengan benar.
53. Melepaskan tutup jarum tanpa menyentuh jarum.
54. Memasukkan jarum ke dalam botol vaksin dan mengarahkan ujung jarum
ke bagian paling rendah dari dasar botol.
55. Menarik kembali piston untuk mengisi semprit. Piston secara otomatis akan
berhenti setelah melewati tanda 0,05 ml / 0,5 ml dan akan terdengar bunyi
klik.
56. Memasukkan ujung jarum ke dalam cairan lalu mengisi semprit sesuai
dosis.
57. Melepaskan jarum dari botol vaksin. (Untuk menghilangkan gelembung
udara, pegang semprit tegak lurus dan buka penyumbatnya, kemudian
tekan dengan hati-hati ke tanda tutup)
58. Menentukan tempat suntikan.
59. Mendorong piston ke depan dan suntikan vaksin. (Setelah suntikkan piston
secara otomatis akan mengunci dan semprit tidak bisa digunakan lagi dan
tidak menutup kembali setelah digunakan)
60. Membuang jarum dan semprit ke dalam safety box.
6. Unit Terkait Imunisasi.
1. Pengertian Pengkajian awal merupakan langkah-langkah mengumpulkan semua data
PENGKAJIAN AWAL yang akurat dan lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi
PELAYANAN pasien secara keseluruhan.
IMUNISASI
2. Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk melakukan pengkajian
dengan efektif dengan menggunakan format pengkajian yang terstandar agar
hasil pengkajian lebih relevan.
3. Kebijakan SK Kepala FKTP Abcde Nomor I/UKP/001/2016 tentang Kebijakan Pelayanan
Klinis FKTP Abcde
4. Referensi Direktorat Jenderal PP & PL dan Pusdiklat SDM Kesehatan Departemen
Kesehatan RI. 2006. Modul Pelatihan Tenaga Pelaksana Imunisasi FKTP.
Departemen Kesehatan RI : Jakarta
5. Prosedur 1. Menyambut pasien dengan sopan dan ramah.
2. Mempersilakan pasien duduk dan memperkenalkan diri
kepada pasien.
3. Menjelaskan maksud dan tujuan pengkajian awal
pemeriksaan.
4. Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir.
5. Menanyakan biodata meliputi nama lengkap, nama orang tua /
keluarga, tanggal lahir, umur, alamat domisili lengkap,
pendidikan, riwayat imunisasi terdahulu (dengan memastikan
pada catatan imunisasi)
6. Menanyakan alasan masuk dan keadaan yang akan
diimunisasi.
7. Menanyakan riwayat alergi atau obat.
8. Menanyakan riwayat riwayat masalah pada pemberian
suntikan yang lalu. (apabila merupakan kunjungan ulang)
9. Menentukan diagnose.
6. Unit Terkait Semua Unit Pelayanan
1. Pengertian Cara menyimpan vaksin pada coldchain di FKTP.
PENYIMPANAN
VAKSIN
2. Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk menyimpan vaksin dengan
benar.
3. Kebijakan SK Kepala FKTP Abcde Nomor I/UKP/001/2016 tentang Kebijakan Pelayanan
Klinis FKTP Abcde
4. Referensi Direktorat Jenderal PP & PL Departemen Kesehatan RI. 2005. Pedoman
Teknis Imunisasi Tingkat FKTP. Departemen Kesehatan RI : Jakarta
5. Prosedur 1. Membedakan sifat vaksin sebelum penempatan.Menurut sifatnya vaksin
terbagi menjadi dua, yaitu :
1.1. vaksin FS (Freeze sensitive)
1.1.1. Vaksin peka terhadap pembekuan yaitu vaksin Hepatitis B,
DPT/Hb/Hib, TT, DT, Td.
1.2. Vaksin HS (Heat Sensistive)
1.2.1. Vaksin peka terhadap paparan panas BCG, Polio, Campak.
2. Menempatkan vaksin pada Cold Chain dengan suhu 2-8 derajat celcius.
3. Meletakkan Cool Pack dibagian bawah / keranjang Cold Chain sebagai
penahan dingin.
4. Menyimpan vaksin tetap dalam kemasan.
5. Meletakan 1 buah Freeze tag, Thermometer Muller diantara vaksin FS.
6. Pelarut BCG dan pelarut Campak disimpan di luar Cold Chain, dan
dimasukkan ke Cold Chain 24 jam sebelum pelayanan imunisasi.
7. Mencatat pengeluaran dan pemasukan vaksin dalam buku stok vaksin.
6. Unit Terkait KIA
1. Pengertian Cara merawat coldchain yang dilakukan satu bulan sekali.
PERAWATAN
BULANAN
COLDCHAIN
2. Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk merawat coldchain satu
bulan satu kali.
3. Kebijakan SK Kepala FKTP Abcde Nomor I/UKP/001/2016 tentang Kebijakan Pelayanan
Klinis FKTP Abcde
4. Referensi Direktorat Jenderal PP & PL Departemen Kesehatan RI. 2005. Pedoman
Teknis Imunisasi Tingkat FKTP. Departemen Kesehatan RI : Jakarta
5. Prosedur 1. Membersihkan bagian luar dan dalam cold chain.
2. Membersihkan karet pintu dan periksa kerapatannya.
3. Memeriksa engsel pintu cold chain, bila perlu beri pelumas.
4. Memperhatikan cold chain, perhatikan timbulnya bunga es pada dinding
yang telah dilapisi, bila telah timbul bunga es segera lakukan pencairan.
Pencairan bunga es :
- Memindahkan vaksin ke dalam vaksin carrier / lemari es lain.
- Mencabut kontak listrik cold chain .
- Jangan memutar thermostat.
- Selama pencairan, pintu cold chain terbuka.
- Dapat dipercepat dengan menyiramkan air hangat.
- Jangan menggunakan pisau atau benda tajam untuk mencongkel.
- Embun yang menempel pada cold chain dikeringkan.
- Hidupkan kembali lemari es dengan memasukkan kontak listrik,
tunggu sampai suhu mencapai ± 8oC atau stabil.
- Setelah stabil vaksin dimasukkan kedalam cold chain.
Mengukur kerapatan pintu lemari es.
- Menggunakan selembar kertas HVS atau lainnya.
- Membuka pintu kemudian letakkan kertas pada karet pintu.
- Menutup pintu kembali.
- Tarik kertas tadi, bila mudah ditarik berarti pintu sudah tidak rapat lagi.
Bila susah ditarik berarti pintu masih rapat.
6. Unit Terkait KIA
1. Pengertian Cara merawat coldchain yang dilakukan setiap hari.
PERAWATAN
HARIAN
COLDCHAIN
2. Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk merawat coldchain setiap
hari.
3. Kebijakan SK Kepala FKTP Abcde Nomor I/UKP/001/2016 tentang Kebijakan Pelayanan
Klinis FKTP Abcde
4. Referensi Direktorat Jenderal PP & PL Departemen Kesehatan RI. 2005. Pedoman
Teknis Imunisasi Tingkat FKTP. Departemen Kesehatan RI : Jakarta
5. Prosedur 1. Mencatat suhu cold chain pada buku grafik suhu setiap pagi dan sore.
2. Meletakkan freeze tag dan thermometer Muller pada tempat vaksin FS
(DPT-HB, HEPATITIS UNIJECT, DT, DPT/Hb/Hib, TT)
3. Memperhatikan suhu thermometer saat membuka cold chain dan VVM
saat mengambil vaksin.
4. Menghindari buka tutup vaksin.
5. Mengambil vaksin usahakan <5 menit, dengan memperkirakan vaksin yang
akan dipakai yang ditulis dalam kartu batch atau lembar permintaan vaksin.
6. Menghindari freeze tag terjatuh atau terpapar suhu beku, thermometer
terjatuh.
7. Thermostat tidak boleh dirubah, apabila suhunya sudah stabil.
8. Melaporkan apabila terjadi kerusakan pada lemari es dan perlengkapannya
pada bagian inventaris barang dan Kepala FKTP.
6. Unit Terkait KIA
1. Pengertian Cara merawat coldchain yang dilakukan satu minggu sekali.
PERAWATAN
MINGGUAN
COLDCHAIN
2. Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk merawat coldchain satu
minggu satu kali.
3. Kebijakan SK Kepala FKTP Abcde Nomor I/UKP/001/2016 tentang Kebijakan Pelayanan
Klinis FKTP Abcde
4. Referensi Direktorat Jenderal PP & PL Departemen Kesehatan RI. 2005. Pedoman
Teknis Imunisasi Tingkat FKTP. Departemen Kesehatan RI : Jakarta
5. Prosedur 1. Membersihkan bagian luar cold chain untuk menghindari korosif (karat)
dengan lap / spon.
2. Memeriksa kontak listrik pada stop kontak, upayakan jangan kendor.
3. Mengisi cek list setelah pelaksanaan. Tulis keterangan apabila ada yang
rusak.
6. Unit Terkait KIA
1. Pengertian UJI Cara untuk mengetahui bahwa vaksin pernah terpapar beku.
KOCOK VAKSIN
2. Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk melakukan uji kocok vaksin
3. Kebijakan SK Kepala FKTP Abcde Nomor I/UKP/001/2016 tentang Kebijakan Pelayanan
Klinis FKTP Abcde
4. Referensi Direktorat Jenderal PP & PL Departemen Kesehatan RI. 2005. Pedoman
Teknis Imunisasi Tingkat FKTP. Departemen Kesehatan RI : Jakarta
5. Prosedur 1. Periksa freeze tag, grafik suhu lemari es, thermometer apakah pernah
turun dibawah titik beku.
2. Bila freeze tag berubah jadi tanda ” X ”.
3. Bila thermometer turun hingga titik beku ?
4. Bila salah satu jawaban ” YA ” lakukan Uji Kocok ” (shake test). Caranya :
4.1. Pilih salah satu contoh dari tiap type dan batch vaksin yang pernah
dicurigai beku, (dekat evaporator), beri label ”tersangka beku”.
Bandingkan dengan vaksin dari type dan batch yang sama yang
sengaja dibekukan hingga beku padat seluruhnya dan diberi label
”dibekukan”.
4.2. Biarkan ”dibekukan” dan ”tersangka beku” mencair.
4.3. Kocok ”dibekukan” dan ”tersangka beku” bersamaan.
4.4. Amati ”dibekukan” dan ”tersangka beku”, bersebelahan untuk
membandingkan waktu pengendapan ( 5-30 menit )
4.5. Bila terjadi :
4.5.1. Pengendapan vaksin ”tersangka beku” lambat dari
”dibekukan”, vaksin segera digunakan.
4.5.2. Pengendapan vaksin ”tersangka beku” sama/lebih cepat dari
”dibekukan”, vaksin rusak.
4.6. Lakukan uji kocok pada tiap vaksin yang berbeda batch
dan jenis vaksin dengan kontrol ”dibekukan” yang sesuai.
6. Unit Terkait KIA

Anda mungkin juga menyukai