Anda di halaman 1dari 42

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Seiring dengan semangat pengelolaan energi nasional bahwa


sumber-sumber energi tidak lagi dijadikan sebagai komoditas ekspor
semata, pengelolaan mineral dan pertambangan batu bara juga
diarahkan guna mendukung pembangunan nasional dan
diprioritaskan untuk menjamin tersedianya sumber energi bagi
kebutuhan dalam negeri.

Peningkatan pemanfaatan sumber-sumber energi baru


terbarukan (EBT) kemudian menjadi fokus lain yang perlu menjadi
perhatian dalam mengoptimalkan pengelolaan sumber-sumber
daya energi sebagaimana tercantum dalam Peraturan Pemerintah
Nomor 79 Tahun 2014 tentang Kebijakan Energi Nasional. Meskipun
demikian, hingga saat ini peran energi fosil dalam bauran energi
primer Indonesia masih sangat dominan.

Dengan perkembangan teknologi dan kebutuhan energi yang


semakin meningkat, pemanfaatan EBT menjadi solusi penting dalam
memanfaatkan sumber energi yang ramah lingkungan dan
berkelanjutan sebagai alternatif pengganti sumber energi fosil. Selain
itu sebagaimana amanat Undang-Undang Energi yang terdapat di
dalam arah kebijakan energi nasional, Pemerintah secara bertahap
harus dapat mulai mengurangi penggunaan energi fosil dan
mengoptimalkan pemanfaatannya bagi pembangunan ekonomi
nasional, penciptaan nilai tambah, dan penyerapan tenaga kerja.

Keberlanjutan dari pemanfaatan Energi Baru Terbarukan


menjadi pokok permasalahan yang dihadapi di Provinsi Jambi. Untuk
itu, Pemerintah Provinsi Jambi perlu menyusun database revitalisasi
infrastruktur EBT agar pemanfaatan Energi Baru Terbarukan dapat
menerapkan prinsip keberlanjutan dan lebih optimal yang
bermanfaat bagi pembangunan ekonomi di daerah. Dengan
adanya database ini, diharapkan Pemerintah Provinsi Jambi dapat

1
mengelola infrastruktur EBT menjadi lebih terstruktur dan sistematis
sehingga pemanfaatan EBT dapat tersebar lebih merata ke seluruh
Provinsi Jambi. Kajian ini disusun untuk menjadikan salah satu solusi
dalam menjaga keberlanjutan pemanfaatan EBT dan sebagai
wadah monitoring evaluasi terhadap pembangunan infrastruktur EBT
yang ada di Provinsi Jambi.

1.2 Maksud, Tujuan dan Sasaran

Kegiaatan penyusunan database revitalisasi infrastruktur EBT ini


dimaksudkan untuk memperoleh data-data kondisi infrastruktur EBT
yang berada di Provinsi Jambi. Adapun tujuan dari kegiatan ini
adalah sebagai berikut:

a. Memperoleh sekumpulan data dari infrastruktur EBT yang telah


dibangun di Provinsi Jambi;
b. Menggambarkan kondisi infrastruktur EBT pada saat ini;
c. Menyusun database yang berkaitan dengan kondisi
infrastruktur EBT di Provinsi Jambi; dan,
d. Memperoleh rekomendasi baik secara teknis maupun non
teknis dalam keberlanjutan infrastruktur EBT di Provinsi Jambi.

Sasaran dari kegiatan ini adalah pembangunan infrastruktur


EBT khususnya Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) dan Pembangkit
Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH) yang ada di Provinsi Jambi.

1.3 Ruang Lingkup

1.3.1 Ruang Lingkup Wilayah


Ruang lingkup wilayah kegiatan ini merupakan infrastruktur EBT
yang berada dibawah kewenangan Dinas ESDM Provinsi Jambi
dengan sumber anggaran pembangunan menggunakan APBD dan
status asetnya merupakan milik Pemerintah Provinsi Jambi.

2
1.3.2 Ruang Lingkup Kegiatan
Lingkup kegiatan penyusunan database revitalisasi infrastruktur
EBT meliputi:

a. Melakukan studi literatur terhadap peraturan perundang-


undangan EBT, laporan atau kajian ilmiah terdahulu berupa
dokumen perencanaan stakeholder terkait;
b. Pengumpulan data sekunder berupa interview dengan
narasumber dari Dinas ESDM Provinsi Jambi dan Kepala Desa
atau masyarakat pengguna infrastruktur EBT;
c. Pengumpulan data primer berupa survei ke lokasi infrastruktur
EBT yang telah beroperasi lebih dari 1 (satu) tahun berjalan dan
identifikasi kondisi PLTS & PLTMH;
d. Pengolahan data secara tabulasi berupa verifikasi dan validasi
data-data yang sudah dikumpulkan;
e. Penyusunan data yang dituangkan ke dalam laporan berupa
laporan pendahuluan dan laporan akhir;
f. Membuat kesimpulan berupa database dan saran tindak
lanjut untuk keberlanjutan infrastruktur EBT; dan,
g. Melakukan pemaparan hasil dari dokumen penyusunan
database revitalisasi infrastruktur EBT dengan Dinas ESDM
Provinsi Jambi dan stakeholder terkait.

1.4 Dasar Hukum

1. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2007 tentang Energi;


2. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2009 tentang Ketenagalistrikan;
3. Peraturan Presiden Nomor 05 Tahun 2006 tentang Kebijakan
Energi Nasional;
4. Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2018 tentang Pengadaan
Barang/Jasa Pemerintah;
5. Peraturan Daerah Provinsi Jambi Nomor 13 Tahun 2019 tentang
Rencana Umum Energi Daerah Provinsi Jambi Tahun 2019-2050;
dan,

3
6. Peraturan-peraturan lain yang berkaitan dengan energi baru
terbarukan yang diterbitkan oleh Pemerintah Pusat maupun
Pemerintah Daerah.

1.5 Sistematika Pelaporan

Sistematika Laporan pendahuluan dalam penyusunan Model


Kelembagaan Pengelolaan Infrastruktur EBT adalah:

1.5.1 BAB I PENDAHULUAN


Dalam bab ini berisikan sub bab latar belakang yang
menjelaskan hal-hal yang melatarbelakangi pembuatan laporan dari
kegiatan ini. Pada sub bab maksud, tujuan dan sasaran menjelaskan
maksud penulisan laporan secara singkat dan jelas beserta rincian
tujuan dari kegiatan pendahuluan dan sasaran yang ingin dicapai.
Pada sub bab dasar hukum merupkan peraturan perundang-
undangan yang terkait penyusunan database revitalisasi Infrastruktur
EBT. Sedangkan sub bab ruang lingkup yang meliputi ruang lingkup
lingkup wilayah berupa tempat kegiatan berlangsung dan ruang
lingkup kegiatan berupa alur dari proses kegiatan yang akan
dilaksanakan.

1.5.2 BAB II TINJAUAN PUTAKA


Bab ini akan menguraikan tentang energi baru terbarukan dari
sumber hingga ke pemanfaatan sumber energi terbarukan tersebut,
kondisi umum Provinsi Jambi pada aspek pengembangan EBT dan
beberapa teori yang berkaitan dengan penyusunan database
revitalisasi infrastruktur EBT, serta kebijakan pengembangannya baik
lingkup nasional maupun lingkup daerah.

1.5.3 BAB III METODOLOGI PELAKSANAAN


Bab ini berisikan tentang beberapa metode yang akan
digunakan dalam penyusunan dokumen database revitalisasi
infrastruktur EBT.

4
1.5.4 BAB IV INFRASTRUKTUR EBT PROVINSI JAMBI
Menguraikan jenis-jenis infrastruktur EBT yang sudah disurvei di
Provinsi Jambi, menggambarkan kondisi yang ada pada saat
sekarang serta menganalisa kebutuhan revitalisasi dari infrastruktur
EBT yang telah di investigasi di lapangan.

1.5.5 BAB V PENUTUP


Menyimpulkan secara menyeluruh dari hasil pekerjaan ini dan
memberikan saran untuk kedepan sebagai tindak lanjut untuk
keberlanjutan infrastruktur EBT di Provinsi Jambi.

5
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Energi

Secara sederhana, energi adalah hal yang membuat segala


sesuatu di sekitar kita terjadi, kita menggunakan energi untuk semua
hal yang kita lakukan. Energi ada di semua benda: manusia,
tanaman, binatang, mesin, dan elemen-elemen alam (matahari,
angin, air dsb). Pada tahun 2010, banyak negara telah menyadari
pentingnya pemanfaatkan sumber-sumber Energi Baru Terbarukan
sebagai pengganti Energi Tidak Terbarukan seperti minyak bumi,
batubara dan gas yang telah menimbulkan dampak yang sangat
merusak terhadap bumi. Dengan semakin menipisnya cadangan
sumber energi tidak terbarukan, maka biaya untuk
penambangannya akan meningkat, yang berdampak pada
meningkatnya harga jual ke masyarakat. Pada saat yang
bersamaan, energi tidak terbarukan akan melepaskan emisi karbon
ke atmosfir, yang menjadi penyumbang besar terhadap pemanasan
global.

Di banyak daerah pedalaman di Indonesia, solusi energi tidak


terbarukan belum tersedia. Karena akses kepada jaringan PLN belum
ada ataupun masih sangat terbatas. Daerah perdesaan ini sering
menjadi tempat-tempat yang terisolasi dan bergantung kepada
pemakaian energi tradisional yang tidak bisa diandalkan, seperti
generator yang berbahan bakar minyak, kayu atau tabung LPG
sebagai sumber energi yang digunakan untuk memasak,
penerangan, serta kebutuhan listrik dasar lainnya. Solusi Energi
Terbarukan menjadi jawaban terhadap permintaan kebutuhan
pembangunan desa di Indonesia, serta mempromosikan solusi praktis
dan berkelanjutan yang bisa langsung diadopsi oleh masyarakat
pedesaan yang menjadi prioritas bagi bangsa Indonesia.

6
Tantangan yang ada di hadapan kita adalah memastikan
bahwa masyarakat perdesaan memiliki akses yang cukup terhadap
banyak pilihan teknologi energi terbarukan sebelum mereka
memutuskan untuk menggunakannya, di mana mereka ingin ikut
berinvestasi untuk melakukan diversifikasi energi lebih lanjut, yang
menawarkan peluang lebih luas kepada mereka untuk
meningkatkan mata pencahariannya.

Ada banyak alasan mengapa energi terbarukan menjadi


pilihan, diantaranya; relatif tidak mahal, bersifat netral karbon,
kebanyakan tidak menimbulkan polusi dan semakin mendapatkan
dukungan dari berbagai pihak untuk menggantikan solusi energi
tidak terbarukan berbasis bahan bakar minyak. Lebih lanjut,
mengimplemantasikan teknologi ini dalam masyarakat perdesaan
bisa memberikan peluang kemandirian kepada masyarakat
perdesaan untuk mengelola dan mengupayakan kebutuhan energi
mereka sendiri beserta solusinya.

2.2 Sumber Energi

Ada banyak sumber-sumber energi utama dan digolongkan


menjadi dua kelompok besar, yaitu:

a. Energi Konvensional

Energi konvensional adalah energi yang diambil dari sumber


yang hanya tersedia dalam jumlah terbatas di bumi dan tidak dapat
diregenerasi. Sumber-sumber energi ini akan berakhir cepat atau
lambat dan berbahaya bagi lingkungan.

b. Energi Baru Terbarukan

Energi Baru Terbarukan adalah energi yang dihasilkan dari


sumber alami seperti matahari, angin, dan air dan dapat dihasilkan
lagi dan lagi. Sumber akan selalu tersedia dan tidak merugikan
lingkungan.

7
Gambar 2.1 Sumber Energi Terbarukan dan Tak Terbarukan

Sumber-sumber energi konvensional biasanya terkait dengan


polusi terhadap lingkungan kita. Sumber-sumber energi Konvensional
dan Terbarukan bisa dikonversikan menjadi sumber-sumber energi
sekunder, seperti listrik. Listrik berbeda dari sumber-sumber energi
lainnya dan dinamakan sumber energi sekunder atau pembawa
energi karena dimanfaatkan untuk menyimpan, memindahkan atau
mendistribusikan energi dengan nyaman. Sumber energi primer
diperlukan untuk menghasilkan energi listrik.

Indonesia berencana untuk meningkatkan porsi pemanfaatan


energi baru terbarukan, yang sangat sesuai untuk dikembangkan di
daerah-daerah perdesaan dan daerah terpencil. Kebijakan Energi
Nasional saat ini telah menetapkan target pembangunan energi
jangka-panjang, meningkatkan peran energi yang baru dan
terbarukan hingga 25% dari konsumsi energi primer pada tahun 2025.
Dukungan yang lebih besar dari para pemangku kepentingan dan
pelaksanaan teknologi yang telah disempurnakan bisa melampaui

8
sasaran tersebut, di mana 25% sumber-sumber energi berasal dari
sumber energi baru dan terbarukan pada tahun 2025.

Provinsi Jambi telah menyusun dan mengesahkan Peraturan


Daerah Nomor 13 Tahun 2019 tentang Rencana Umum Energi Daerah
Provinsi Tahun 2019-2050, dimana melalui Perda tersebut
menargetkan Bauran Energi 24% pada Energi Baru Terbarukan yaitu
pemanfaatan energi yang sumber-sumber energinya berasal dari
energi baru terbarukan. Hal ini akan mendorong pengembangan
infrastruktur EBT lebih kedepan sebagai arah kebijakan bagi
Pemerintah Daerah khususnya Pemerintah Provinsi Jambi. Selain
pengembangan infrastruktur EBT, perlu juga dilakukan monitoring dan
evaluasi yang menggunakan salah satu caranya yaitu penyusunan
database revitalisasi infrastruktur EBT.

2.3 Energi Baru Terbarukan

Energi baru terbarukan adalah sumber-sumber energi yang


bisa habis secara alamiah namun dapat tergantikan kembali secara
berlanjut untuk setiap saat. Energi terbarukan berasal dari elemen-
elemen alam yang tersedia di bumi dalam jumlah besar, misal:
matahari, sungai, tumbuhan, angin, dsb. Energi terbarukan
merupakan sumber energi paling bersih yang tersedia di bumi ini. Ada
beragam jenis energi terbarukan, namun tidak semuanya bisa
digunakan di daerah-daerah terpencil dan perdesaan.

Tenaga Surya, Tenaga Air, Biomassa dan Tenaga Angin adalah


teknologi yang paling sesuai untuk menyediakan energi di daerah-
daerah terpencil dan perdesaan. Energi baru terbarukan lainnya
termasuk Panas Bumi dan Energi Pasang Surut adalah teknologi yang
tidak bisa dilakukan di semua tempat. Indonesia memiliki sumber
panas bumi yang melimpah; yakni sekitar 40% dari sumber total dunia.
Akan tetapi sumber-sumber ini berada di tempat-tempat yang
spesifik dan tidak tersebar luas. Teknologi energi terbarukan lainnya
adalah tenaga ombak, yang masih dalam tahap pengembangan.

9
Matahari terletak berjuta-juta kilometer dari Bumi (149 juta
kilometer) akan tetapi menghasilkan jumlah energi yang luar biasa
banyaknya. Energi yang dipancarkan oleh matahari yang mencapai
Bumi setiap menit akan cukup untuk memenuhi kebutuhan energi
seluruh penduduk manusia di planet kita selama satu tahun, jika bisa
ditangkap dengan benar. Setiap hari, kita menggunakan tenaga
surya, misal untuk mengeringkan pakaian atau mengeringkan hasil
panen. Tenagasurya bisa dimanfaatkan dengan cara-cara lain: Sel
Surya (yang disebut dengan sel ‘fotovoltaik’ yang mengkonversi
cahaya matahari menjadi listrik secara langsung. Pada waktu
memanfaatkan energi matahari untuk memanaskan air, panas
matahari langsung dipakai untuk memanaskan air yang dipompakan
melalui pipa pada panel yang dilapisi cat hitam.

Tenaga air adalah energi yang diperoleh dari air yang


mengalir atau air terjun. Air yang mengalir ke puncak baling-baling
atau baling-baling yang ditempatkan di sungai, akan menyebabkan
baling-baling bergerak dan menghasilkan tenaga mekanis atau listrik.
Tenaga air sudah cukup dikembangkan dan ada banyak
pembangkit listrik tenaga air (PLTA) yang menghasilkan listrik di seluruh
Indonesia.

Pada umumnya, bendungan dibangun di seberang sungai


untuk menampung air dimana sudah ada danau. Air selanjutnya
dialirkan melalui lubang-lubang pada bendungan untuk
menggerakkan baling-baling modern yang disebut dengan turbin
untuk menggerakkan generator dan menghasilkan listrik. Akan tetapi,
hampir semua program PLTA kecil seperti PLMH di Indonesia
merupakan program yang memanfaatkan aliran sungai dan tidak
mengharuskan mengubah aliran alami air sungai.

Sumber energi baru terbarukan di Provinsi Jambi lebih banyak


bersumber dari tenaga matahari, dan air. Karena letaknya berdara
di garis katulistiwa. Pemerintah Provinsi Jambi lebih banyak

10
mengembangkan pemanfaatan sumber energi matahari dan ari
skala kecil berupa PLTS Komunal dan PLTMH. Terdapat beberapa PLTS
Komunal dan PLTMH yang telah dibagun di beberapa desa terpencil
sebagai salah satu dukungan untuk menunjang akses tenaga listrik
yang tidak dapat disuplai oleh PLN.

2.3.1 Tenaga Surya


Sejak sepuluh tahun terakhir telah terlihat jumlah penyebaran
yang cukup siginifikan dari Proyek Pembangkit Listrik Tenaga Surya
Fotovoltaik yang belum pernah terjadi sebelumnya di seluruh dunia
dengan kenaikan yang sangat tinggi dalam pemakaian energi surya
sebagai sumber listrik di perumahan, fasilitas bangunan komersial,
dan jaringan listrik terkoneksi. Banyak perusahaan menawarkan
berbagai pelayanan terkait dengan tenaga surya, mulai dari
penyedian panel dan peralatan listrik, sampai dengan sistem
penunjang, struktur carport, pemantauan, konstruksi dan
pemeliharaan. Perusahaan asuransi semakin lebih memahami kinerja
sistem dan menawarkan produk-produk yang bergaransi dengan
berbagai tingkatan risiko. Investasi ini telah mempengaruhi pasar,
kesemuanya adalah untuk manfaat investor dan pemakai sistem
tenaga surya fotovoltaik.

Sebenarnya matahari bisa menjadi sumber energi yang


sempurna untuk menyediakan tenaga listrik yang diperlukan di
seluruh dunia. Sayangnya energi yang berasal dari matahari tidak
bersifat homogen. Nilai segeranya tidak saja bergantung kepada
cuaca setiap hari, namun berubah-ubah sepanjang tahun. Artinya,
energi yang tersedia untuk mengoperasikan peralatan listrik juga
akan berubah-ubah. Setiap hari matahari terbit di timur dan ketika
semakin meninggi di langit, maka volume energinya meningkat
hingga mencapai puncaknya pada tengah hari (setengah rotasi
antara terbit dan terbenam). Setelah itu (pada saat matahari
bergerak ke arah barat), energi yang tersedia berkurang. Efek lain

11
yang kita perlu ingat adalah bahwa bumi mengitari matahari
sepanjang tahun.

Gambar 2.2 Pemanfaatan Tenaga Surya (Matahari)

Tenaga surya dapat dikonversikan menjadi energi listrik yang


sering disebut sebagai pembangkit listrik tenaga surya (PLTS). PLTS
merupakan sumber energi listrik yang ramah lingkungan dan
berkelanjutan karena bersumber dari energi baru terbarukan yang
tidak akan habis dalam jangka waktu yang sangat lama. PLTS sendiri
sering digunakan sebagai solusi yang tepat dalam membangun
infrastruktur EBT sebagai wadah dalam mencapai target bauran
energi dan menjadikan salah satu cara untuk mencapai akses energi
listrik di desa-desa terpencil jauh dari sumber energi listrik PLN.

2.3.2 Tenaga Air


Energi Air/Hidro menggunakan gerakan air yang disebabkan
oleh gaya gravitasi yang diberikan pada substansi yang kurang lebih
1000 kali lebih berat daripada udara, sehingga tidak peduli seberapa
lambat aliran air, ia akan tetap mampu menghasilkan sejumlah besar
energi.

Energi tenaga air adalah sumber energi ramah lingkungan


yang telah digunakan sejak berabad-abad lalu. Aliran air diarahkan
untuk menggerakkan turbin, yang akan menghasilkan energi listrik.
yang disebut sebagai Energi Tenaga Air. Kincir air dan energi

12
Hidroelektrik merupakan bentuk-bentuk dari energi tenaga air.
Bendungan Hidroelektrik adalah contoh energi air dalam skala besar.
Bahkan 16 % dari energi listrik dunia disumbang oleh sumber energi
tenaga air.

Gambar 2.3 Skema Pembangunan PLTMH

Energi tenaga air mengubah energi potensial yang terdapat di


dalam air. Aliran air yang mengandung energi potensial tersebut,
selanjutnya dialirkan ke turbin yang akan menghasilkan energi listrik.
Jenis-jenis pembangkit listrik yang bersumber dari tenaga air dapat
diklasifikasikan berdasarkan kapasitas yaitu PLTA Skala Penuh
(>10 MW), PLTA Kecil (1-10 MW), PLTA Mini (100-1000 kW), PLTA Mikro
atau PLTMH (0,5-100 kW) dan PLTMH Piko atau PLTPH (<500 W).
Pembangkit listrik tenaga air adalah salah satu metode tertua untuk
memanfaatkan kekuatan alam untuk keperluan manusia. Kekuatan
air yang mengalir telah digunakan secara mekanis di pabrik selama
berabad-abad dan daya listrik telah dihasilkan melalui pembangkit
listrik tenaga air sejak abad ke-19. Meskipun teknologi untuk
mengubah energi potensial dan kinetik menjadi listrik telah maju,
secara fundamental masih sama seperti dulu. Teknologi ini sudah
matang dan telah diterapkan di seluruh dunia.

13
2.4 Kondisi Umum Provinsi Jambi

2.4.1 Geografi
Jambi sebagai salah satu provinsi di Sumatera. Sebelah utara
berbatasan dengan Provinsi Riau dan Kepulauan Riau, sebelah timur
berbatasan dengan Laut Cina Selatan, bagian selatan berbatasan
dengan Provinsi Sumatera Selatan, dan barat berbatasan dengan
Provinsi Sumatera Barat dan Bengkulu. Posisi Provinsi Jambi cukup
strategis karena langsung berhadapan dengan kawasan
pertumbuhan ekonomi IMS-GT (Indonesia, Malaysia, Singapura
Growth Triangle). Letak astronomisnya antara 0045’ dan 2045’ Lintang
Selatan dan antara 101010’ dan 104055’ Bujur Timur.

Provinsi Jambi mempunyai luas 53.435 km 2, dengan luas


daratan 50.160,05 km2 dan luas perairan sebesar 3.274,95 km2. Luasan
tersebut merupakan 2,62 persen dari total luas daratan Indonesia,
dan sebesar 10,4 persen dari total luas daratan pulau Sumatera.
Kabupaten Merangin merupakan kabupaten dengan wilayah
terluas, yaitu 7.679 km2, sedangkan Kota Jambi memiliki luasan
wilayah terkecil dengan luas hanya 205,43 km2.

Daratan Jambi dilewati oleh Pegunungan Bukit Barisan.


Pegunungan ini membentang dari ujung utara (Aceh) sampai ujung
selatan (Lampung). Rangkaian pegunungan ini mempunyai puncak
tertinggi, yaitu Gunung Kerinci yang berada di Kabupaten Kerinci,
Provinsi Jambi. Selain merupakan gunung tertinggi di Pulau Sumatera,
gunung ini merupakan tertinggi ke-4 di Indonesia, dengan tinggi
sekitar 3.800 mdpl. Gunung Kerinci merupakan salah satu gunung
berapi yang masih aktif di Indonesia. Di samping Gunung Kerinci,
masih ada sepuluh gunung lainnya di Provinsi Jambi. Di pegunungan
tersebut, terdapat sebuah danau Kerinci, seluas 5.000 Meter persegi.
Danau ini berada di dua wilayahkecamatan yaitu Kecamatan
Keliling Danau dan Kecamatan Danau Kerinci. Danau Kerinci
mempunyai pengaruh yang besar dalam memenuhi kebutuhan air di

14
daerah sekitar, baik untuk kebutuhan air minum masyarakat maupun
kebutuhan irigasi pertanian.

Gambar 2.4 Peta Provinsi Jambi

Hampir tiap wilayah di Provinsi Jambi dilalui sungai. Salah satu


sungainya adalah Sungai Batanghari. Sungai ini merupakan sungai
terpanjang di Pulau Sumatera dan terpanjang ke-4 di Indonesia.
Dengan luas areal tangkapan ± 4,9 juta Ha, 76 % Daerah Aliran Sungai
(DAS) Sungai Batanghari berada di Provinsi Jambi, sisanya berada di
Provinsi Sumatera Barat. DAS Sungai Batanghari merupakan DAS
terbesar kedua di Indonesia.

Panjang garis pantai di Provinsi Jambi sepanjang 228,13 km.


Jumlah garis pantai ini merupakan yang terpendek dibandingkan
provinsi lain di Sumatera yang rata-rata di atas 500 km, atau bahkan
ada yang mencapai 3.000 km. Hanya ada dua wilayah di Provinsi
Jambi yang memiliki garispantai, yaitu Kabupaten Tanjung Jabung
Timur dan Tanjung Jabung Barat.

15
2.4.2 Demografi
Laju pertumbuhan penduduk hasil Sensus Penduduk (SP-2010)
selama sepuluh tahun terakhir (2000-2010) sebesar 2,56 persen, lebih
tinggi dibanding tahun 1990-2000 yang hanya sebesar 1,77 persen.
Laju pertumbuhan penduduk tertinggi terjadi di Kabupaten Muaro
Jambi sebesar 25,27 persen dan terendah di Kabupaten Kerinci
sebesar 3,31 persen. Sedangkan laju penduduk Provinsi Jambi hasil
proyeksi tahun 2018 mencapai 1,67 persen, dengan jumlah penduduk
sebesar 3,57 juta penduduk.

Dengan luas wilayah sekitar 50.160 km 2 (daratan), setiap km2


ditempati penduduk sebanyak 72 orang pada tahun 2018. Angka ini
selalu meningkat karena tingginya laju pertumbuhan penduduk
sementara luas wilayah tidak mengalami pertambahan.

Jumlah rumah tangga di Provinsi Jambi pada tahun 2017


sebanyak 888.600 rumah tangga, meningkat dibandingkan tahun
2016. Rentang waktu 2010–2017, rata-rata jumlah anggota dalam
sebuah rumah tangga sebesar 4 orang. Dilihat dari pertumbuhan
penduduk serta jumlah anggota rumah tangga untuk sebuah rumah
tangga, Provinsi Jambi sangat banyak membutuhkan energi listrik.
Sebagai sumber penerangan dan energi lain baik di sektor rumah
tangga maupun industri, listrik memegang peranan yang sangat vital.
Kapasitas listrik terpasang di Provinsi Jambi sebesar 66,57 Megawatt
sedangkan Daya Mampu Listrik di Provinsi Jambi sebesar 60,12
Megawatt.

Dilihat dari besarnya listrik yang di distribusikan, tampaknya


jumlah listrik yang di distribusikan tidak seimbang dengan yang
diproduksi. Ketimpangan ini memperlihatkan bahwa pasokan listrik
Provinsi Jambi masih tergantung dari wilayah lain. Jumlah pelanggan
PLN tahun 2018 menurut kelompok pelanggan rumah tangga
mencapai 91,25 persen atau 458 ribu pelanggan, sedangkan untuk
industri dan bisnis sebesar 6,19 persen dari keseluruhan pelanggan
PLN yang berjumlah 498 ribu pelanggan. Sedangkan daya

16
tersambung Provinsi Jambi sebesar 822,74 Mega-VoltAmpere (MVA).
Kelompok industri dan bisnis meskipun berdasarkan jumlah hanya
enam persen namun penggunaan daya tersambung mencapai
28,17 persen atau sebesar 231,78 MVA dan pelanggan rumah tangga
daya tersambung mencapai 64,17 persen atau 527,94 MVA.

2.5 Database

Database atau sering juga disebut Basis data adalah suatu


kumpulan data komputer yang terhubung secara logikal serta berisi
deskripsi dari data tersebut, yang dirancang untuk memenuhi
kebutuhan informasi dari suatu perusahaan. (Connolly dan Begg,
2005). Sedangkan Menurut Inmon (2002), basis data adalah
sekumpulan data yang saling berhubungan dan disimpan (biasanya
telah terkontrol dan memiliki redundansi yang terbatas) berdasarkan
suatu skema. Dan menurut Atzeni et al (2003), basis data adalah
sebuah kumpulan data yang digunakan untuk menjelaskan informasi
suatu hal ke sebuah sistem informasi.

Menurut Gordon C. Everest (2005, p17) Database adalah


koleksi atau kumpulan data yang mekanis, terbagi/shared, terdefinisi
secara formal dan dikontrol terpusat pada organisasi. Dari berbagai
sumber diatas dapat disimpulkan bahwa basis data adalah suatu
data berisi kumpulan data yang saling berhubungan yang
mendeskripsikan berbagai entitas dan hubungan antar entitas yang
dirancang untuk memenuhi kebutuhan informasi organisasi.
Database merupakan data yang saling terhubung dan deskripsi dari
data yang dirancang untuk kebutuhan organisasi (Connolly dan
Begg, 2005). Menurut McLeod dan Schell (2004) database system
adalah sistem penyimpanan informasi yang terorganisasi dengan
suatu cara sehingga memudahkan untuk proses pengolahan data.

17
Menurut Paolo (2003), database adalah sekumpulan data
yang di gunakan untuk merepresentasikan informasi yang diinginkan
dan diimplementasikan kedalam sistem. Tujuan utama pengelolaan
data dalam database adalah agar kita dapat memperoleh data
yang kita cari dengan mudah dan cepat.

18
METODOLOGI PELAKSANAAN

Metodologi yang akan digunakan pada pelaksanaan


pekerjaan database revitalisasi infrastruktur EBT ini adalah sebagai
berikut :

1. Pekerjaan pendahuluan

2. Survei

3. Analisa Sistem Informasi

4. Input Data

5. Dokumentasi dan pelaporan

3.1 Pekerjaan Pendahuluan

Pekerjaan pendahuluan pada kegiatan ini meliputi persiapan


pekerjaan, persiapan personil, koordinasi dan orientasi dan
penyusunan rencana kerja.

Persiapan pekerjaan ini mencakup segala kegiatan yang


diperlukan untuk mendukung dimulainya pelaksanaan pekerjaan
antara lain :

 Persiapan administrasi dan keuangan

Persiapan ini dimulai dari penyiapan pembuatan dokumen


antara pemilik pekerjaan dengan penyedia jasa (pihak konsultan)
dan dalam hal ini termasuk surat menyurat yang bersifat administrasi
kedianasan.

 Persiapan teknis

Pada persiapan ini meliputi penyiapan personil, peralatan dan


transportasi.

Persiapan personil meliputi persiapan tim observasi dan


pengumpulan data serta tim pendukung yang bertugas dalam
penginputan data-data hasil observasi.

19
Koordinasi dan orientasi dilakukan sebelum memulai
pekerjaan. Pihak konsultan melakukan koordinasi dengan tim teknis
untuk mendengar penjelasan dalam memberikan rencana kegiatan.
Dengan koordinasi ini juga, konsultan akan menerima masukan dari
tim teknis apabila ada saran-saran teknis untuk lebih meningkatkan
kualitas dari pekerjaan sehingga sistem yang dibangun sesuai
dengan yang diharapkan.

Penyusunan rencana kerja disusun berdasarkan rencana kerja


pelaksanaan pekerjaan yang dijadikan sebagai acuan dalam
pelaksanaan tahapan-tahapan kegiatan yang akan dilaksanakan
baik dilapangan maupun di studio.

3.2 Survei

Kegiatan ini merupakan survei dengan kebutuhan informasi


yang dilaksanakan di Dinas ESDM Provinsi Jambi sesuai dengan
rekomendasi dan arahan dari tim teknis.

Teknik survei pada pekerjaan ini adalah observasi non


partisipan yaitu observasi yang dilakukan oleh tim lapangan yang
akan melakukan koordinasi dan orientasi berupa wawancara
dengan masyarakat dan pemangku desa serta pengumpulan data-
data yang dibutuhkan di lapangan dengan cara melihat langsung
ke lokasi infrastruktur EBT. Hasil survei yang diperoleh berupa gambar
kondisi di lapangan dan prosedur pelaksanaan.

3.3 Analisis Sistem Infromasi dan Keekonomian

Analisis Sistem Informasi yang digunakan berupa Pre-Analisis


Kebutuhan informasi bagi pengguna database revitalisasi infrastruktur
EBT tersebut. Dimana database ini akan digunakan sebagai acuan
dalam pengusulan program kerja pada pengembangan infrastruktur
EBT di Dinas ESDM Provinsi Jambi.

20
3.4 Input Data

Input data dilakukan oleh tim pendukung berupa


memasukkan data-data yang telah dikumpulkan oleh tim observasi
dan merancang database yang akan dibuat pada kegiatan
tersebut.

3.5 Dokumentasi dan Pelaporan

Selama pelaksanaan pekerjaan penyusunan database


revitalisasi infrastruktur EBT, konsultan akan menyusun laporan yaitu
laporan pendahuluan dan laporan akhir.

Laporan pendahuluan yang berisi hal-hal yang melatar


belakangi kegiatan ini, studi literarur sebagai pendukung dalam
penyusunan laporan, metodologi yang digunakan serta rencana
kerja yang akan dilaksanakan oleh pihak konsultan.

Laporan akhir disusun berdasarkan laporan-laporan


sebelumnya untuk diserahkan kepada pihak tim teknis Dinas ESDM
Provinsi Jambi sebelum masa kontrak kerja berakhir.

21
INFRASTRUKTUR EBT PROVINSI JAMBI

4.1 Jenis Infrastruktur EBT

Penyediaan energi dapat bersumber dari energi baru


terbarukan (EBT) melalui pengembangan infrastruktur EBT sesuai
dengan amanat Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2007 tentang
Energi. Infrastruktur EBT merupakan sarana prasarana yang bertujuan
untuk mengkonversi sumber EBT menjadi energi dalam bentuk lain
seperti energi listrik agar pemanfaatan EBT dapat berjalan. Tujuan dari
pemanfaatan EBT adalah untuk mengurangi pemakaian sumber
energi konvensional yang akan segera habis dan menurukan emisi
gas rumah kaca (GRK).

Infrastruktur Energi Baru Terbarukan atau disebut juga


Infrastruktur EBT dapat dibagi menjadi dua kelompok berdasarkan
keluaran yang dihasilkan yaitu Infrastruktur EBT Listrik dan Infrastruktur
Non-Listrik. Infrastruktur EBT Listrik terdiri dari PLTS, PLTA, PLTMH, PLT Bayu,
PLT Biogas dan lain-lain. Untuk Infrastruktur EBT Non-Listrik terdiri dari
LTSHE, PJUTS dan Biogas Rumah Tangga. Sejak tahun 1997, Pemerintah
maupun Pemerintah Daerah Provinsi Jambi telah mulai
mengembangkan pemanfaatan sumber EBT dengan melaksanakan
pembangunan infrastruktur EBT di Provinsi Jambi yaitu pembangunan
PLTMH. Kemudian di tahun 2010 Pemerintah Provinsi Jambi memulai
membangun Biogas Rumah Tangga dan pada tahun 2012 mulai
membangun PLTS Komunal.

Di Provinsi Jambi terdapat beberapa pembangunan


infrastruktur EBT yaitu, PLTS Komunal, PLTMH, Biogas Rumah Tangga,
Solar Home System (SHS) atau sekarang disebut Lampu Tenaga Surya
Hemat Energi (LTSHE) dan PJUTS. Pada penyusunan database
revitalisasi infrastruktur EBT ini lebih fokus pada beberapa PLTS
Komunal dan PLTMH saja. Beberapa data hasil survei dan kordinasi
terkait pembangunan infrastruktur EBT yang ada di Provinsi Jambi
dapat dilihat pada tabel berikut ini (Tabel 4.1).

22
JENIS LOKASI
INFRASTRUKTUR KETERANGAN
EBT KABUPATEN KECAMATAN DESA DUSUN
Batang Hari Muara Bulian Aro Talang Aro
Batang Hari Pemayung Lubuk Ruso Semangkat
PLTS Tanjab Barat Sebrang kota Kuala Baru
Sialang Rusak / Tidak
Batang Hari Muara Bulian Beroperasi
Pungguk
Sarolangun Batang Asai Batu Empang
PLTMH Simpang
Sarolangun Batang Asai
Narso
Tabel 4.1 Jenis-Jenis Infrastruktur EBT Hasil Survei di Provinsi Jambi

Berdasarkan Tabel 4.1, jenis-jenis infrastruktur yang telah


disurvei adalah PLTS dan PLTM yang berlokasi sebanyak 7 desa yang
berbeda-beda. Masih banyak jenis dan lokasi lainnya, akan tetapi
dikarenakan keterbatasan waktu, anggaran dan akses yang sulit
untuk ditempuh maka hanya 7 lokasi saja yang berhasil disurvei.
Infrastruktur EBT berupa PLTS fokus 3 lokasi di Kabupaten Batanghari
dan 1 Lokasi di Kabupaten Tanjung Jabung Barat. Karena pada 2
Kabupaten inilah Pemerintah Provinsi Jambi membangun PLTS
Komunal di desa-desa yang tingkat kebutuhan akan energi listrik
tinggi tetapi akses untuk memperolehnya sangatlah sulit. Berdasarkan
informasi dari beberapa kepala desa yang berhasil kami rangkum
bahwa masyarakat desa sangat membutuhkan PLTS Komunal
tersebut. Dengan adanya PLTS Komunal, masyarakat desa dapat
melaksanakan aktifitas di malam hari dengan aman dan nyaman
seperti anak-anak dapat mengaji dan para orang tua dapat
menjalankan ibadah seperti yasinan bersama di mesjid dan/atau
mushola tanpa khawatir akan gelap.

Infrastruktur EBT berupa PLTMH lebih fokus pada satu


kabupaten saja yang dilakukan survei yaitu di Kabupaten
Sarolangun. Karena di kabupaten inilah banyak terdapat PLTMH yang
dibangun oleh Pemerintah. Hasil studi literatur dan wawancara
menyatakan bahwa potensi air terjun sangat banyak di Kecamatan
Batang Asai dan Kabupaten Sarolangun akan tetapi akses ke lokasi
sangat lah sulit dengan kondisi perbukitan dan kondisi jalan yang

23
terjal. Hal ini juga yang menyebabkan akses untuk memperoleh
energi listrik semakin sulit. Untuk itu peran Pemerintah Provinsi Jambi
membangun infrastruktur EBT berupa PLTMH sebagai alternatif dalam
mensuplai energi listrik di desa-desa. Berdasarkan hasil wawancara
dengan masyarakat pengguna PLTMH menyebutkan bahwa dengan
adanya PLTMH di desa tersebut sangat membantu mereka dalam
segi ekonomi. Contohnya di Desa Bukit Tempurung, PLTMH digunakan
sebagai sumber energi listrik untuk menggerakkan mesin penggiling
kopi sehingga masyarakat desa memproduksi kopi asli dari Desa Bukit
Tempurung, Kecamatan Batang Asai, Kabupaten Sarolangun.

4.1.1 PLTS Komunal Talang Aro


PLTS Komunal Talang Aro merupakan PLTS yang dibangun oleh
Pemerintah Pusat melalui Direktorat Jendral Energi Baru Terbarukan
dan Konservasi Energi (KEBTKE) Kementerian ESDM melalui dana
APBN. PLTS Komunal ini berada di Kabupaten Batanghari, Kecamatan
Muara Bulian, Desa Aro, Dusun Talang Aro dibangun pada tahun 2015
dengan kapasitas pembangkit 15 kWp. Masyarakat desa yang
disuplai oleh PLTS Komunal berjumlah 60 Rumah Tangga dengan
fasilitas umum berupa Mesjid, Sekolah Dasar, Faskesdes dan
Madrasah. Untuk lebih lengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut
ini.

Kapasitas Terpasang 15 kWp

Tahun Pembangunan 2015

Sumber Dana APBN

Masa Beroperasi (Tahun) 3

Luas Lahan (m2) 800

Tarif (Rp/watt) 30.000 / 200

Tabel 4.2 Data-data PLTS Komunal Talang Aro

24
4.1.2 PLTS Komunal Semangkat
Selain PLTS Komunal Talang Aro, di Dusun Semangkat, Desa
Lubuk Ruso, Kecamatan Pemayung, Kabupaten Batanghari yang
dibangun oleh Ditjen KEBTKE Kementerian ESDM melalui dana APBN.
Kapasitas Pembangkit sebesar 15 kWp yang dibangun pada tahun
anggaran 2013. Rumah tangga yang disambungkan berjumlah 40
Rumah Tangga dengan fasilitas umum berupa Mesjid dan Mushola.
Masyarakat pengguna PLTS Komunal ini dikenakan biaya operasional
sebesar Rp. 50.000,- / 300 Watt untuk setiap bulannya. Sedangkan
untuk masa beroperasi PLTS Komunal tersebut selama 4 Tahun dan
sekarang mengalami kerusakan. Pada tabel berikut ini merupakan
ringkasan dari PLTS Komunal Semangkat.

Kapasitas Terpasang 15 kWp


Tahun Pembangunan 2013
Sumber Dana APBN
Masa Beroperasi (Tahun) 4
Luas Lahan (m2) 800
Tarif (Rp/watt) 50.000 / 300
Tabel 4.3 Data-data PLTS Komunal Semangkat

4.1.3 PLTS Komunal Kuala Baru


PLTS Komunal Kuala Baru merupakan salah satu PLTS Komunal
yang memiliki kapasitas pembangkit terbesar yaitu 30 kWp. PLTS ini
dibangun pada tahun 2015 sama seperti PLTS Talang Aro yang
menggunakan dana APBN melalui Ditjen EBTKE Kementerian ESDM.
Lokasi PLTS Komunal ini berada di Desa Kuala Baru, Kecamatan
Seberang Kota, Kabupaten Batanghari dengan masa beroperasi
selama 3 tahun. Masyarakat yang terlayani oleh PLTS Komunal Kuala
Baru berjumlah 120 Rumah Tangga dengan fasilitas umum berupa
Mesjid, Mushola, Sekolah Dasar dan Kantor Desa. Untuk biaya
operasional dan operator, masyarakat desa kuala baru dikenakan
biaya tarif PLTS sebesar Rp. 30.000,- / 200 Watt untuk setiap bulannya.

25
PLTS Komunal ini digunakan untuk kegiatan penerangan di malam
hari dan kegiatan keagamaan serta administrasi pemerintahan di
desa tersebut. Data-data PLTS Komunal Kuala Baru secara ringkas
dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Kapasitas Terpasang 30 kWp


Tahun Pembangunan 2015
Sumber Dana APBN
Masa Beroperasi (Tahun) 3
Luas Lahan (m2) 800 m2
Tarif (Rp/watt) 30.000 / 200
Tabel 4.4 Data-data PLTS Komunal Kuala Baru

4.1.4 PLTS Komunal Sialang Pungguk


PLTS Komunal Sialang Pungguk merupakan PLTS yang
dibangun oleh Ditjen KEBTKE Kementerian ESDM menggunakan dana
APBN pada tahun 2016. Kapasitas pembangkit untuk PLTS Komunal ini
adalah sebesar 15 kWp dan beroperasi selama 3 tahun sejak
dibangunnya PLTS Komunal Sialang Pungguk. Kapasitas 15 kWp
dapat melayani masyarakat desa sebanyak 76 Rumah Tangga
dengan fasilitasa umum berupa Mesjid, Sekolah Dasar, Pustu dan
Madrasah tempat anak-anak mengaji. Biaya yang dibebankan
kepada masyarakat desa sebesar Rp. 50.000,- / 200 Watt setiap
bulannya untuk biaya operasional pembangkit dan operator yang
menjaga PLTS Komunal tersebut. PLTS Komunal ini digunakan sebagai
sumber energi listrik untuk penerangan di rumah-rumah masyarakat
desa dan penerangan di tempat-tempat fasilitas umum. Dengan
adanya PLTS Komunal ini, anak-anak di desa tersebut dapat
mengikuti pengajian di malam hari. Secara ringkas data-data dari
PLTS Komunal Sialang Pungguk dapat dilihat pada tabel berikut ini.

26
Kapasitas Terpasang 15 kWp
Tahun Pembangunan 2016
Sumber Dana APBN
Masa Beroperasi (Tahun) 2
Luas Lahan (m2) 800
Tarif (Rp/watt) 50.000 / 200
Tabel 4.5 Data-data PLTS Komunal Sialang Pungguk

4.1.5 PLTMH Batu Empang


Selain PLTS Komunal, Pemerintah juga membangun infrastruktur
EBT lainnya yaitu PLTMH. Pemerintah Provinsi Jambi telah membangun
PLTMH di Desa Batu Empang, Kecamatan Batang Asai, Kabupaten
Sarolangun pada tahun 2013 melalui dana APBD Provinsi. PLTMH ini
memiliki kapasitas pembangkit sebesar 20 kW yang melayani
masyarakat desa sebanyak 60 Rumah Tangga beserta fasilitas yang
ada. Pada saat sekarang ini, PLTMH Batu Empang mengalami kondisi
rusak berat sehingga masyarakat desa tidak dapat memperoleh
sumber energi listrik. Data-data PLTMH Batu Empang dapat dilihat
pada tabel dibawah ini.

Kapasitas Terpasang 20 kW
Tahun Pembangunan 2013
Sumber Dana APBD
Status Rusak Berat
Konsumen 60
Tabel 4.6 Data-data PLTMH Batu Empang

4.1.6 PLTMH Simpang Narso


PLTMH Simpang Narso merupakan PLTMH yang
pembangunannya diprakarsai oleh Dirjen KEBTKE Kementerian ESDM
terletak di Desa Simpang Narso, Kecamatan Batang Asai, Kabupaten
Sarolangun. PLTMH ini dibangun pada tahun 2014 menggunakan

27
dana APBN dengan kapasitas pembangkit sebesar 18 kW. PLTMH ini
sampai saat ini masih beroperasi untuk melayani masyarakat yang
membutuhkan energi listrik berjumlah 87 Rumah Tangga dengan
fasilitas umum berupa Mesjid, Sekolah Dasar, Balai Desa dan
Posyandu. Rumah Tangga diberikan daya sebesar 200 Watt dan
dibebankan biaya per bulannya sebesar Rp. 50.000,- untuk biaya
operasional dan gaji operator dalam mengoperasikan pembangkit.
PLTMH ini digunakan untuk kebutuhan sehari-hari masyarakat desa
sebagai sumber penerangan dan kegiatan desa. Setelah beroperasi
selama 3 tahun, PLTMH ini mengalami kerusakan. Secara ringkas
data-data PLTMH Simpang Narso dapat dilihat pada tabel di bawah
ini.

Kapasitas Terpasang 18 kW
Tahun Pembangunan 2014
Sumber Dana APBN
Status Aktif
Konsumen 87
Tabel 4.7 Data-data PLTMH Simpang Narso

4.2 Kondisi Infrastruktur EBT

Infrastruktur Energi Baru Terbarukan merupakan salah satu


kebutuhan primer masyarakat khususnya di desa-desa terpencil yang
jauh akan akses penyediaan energi. Semakin pesatnya pertumbuhan
penduduk, semakin meningkat pula kebutuhan akan energi.
Disamping itu, penyebaran penduduk semakin meluas hingga ke
plosok plosok setiap desa. Sehingga penyediaan energi yang telah
ada tidak tercukupi. Hal ini menjadi salah satu pokok permasalahan
dalam pengelolaan penyedian energi baru terbarukan. Kapasitas
penyediaan energi baru terbarukan yang telah ada tidak dapat
menyediakan kebutuhan energi dari pertumbuhan jumlah penduduk
yang ada di desa. Sehingga masyarakat desa membagi kapasitas

28
penyediaan energi tersebut keseluruh masyarakat yang ada. Hal ini
memicu kondisi infrastruktur energi baru terbarukan menjadi menurun
dan mengkhawatirkan.

4.2.1 Kondisi Infrastruktur PLTS


Kondisi infrastruktur energi baru terbarukan saat ini menjadi
tujuan awal dalam penyusunan database. Selain penyebab
kebutuhan yang bertambah akan energi, masa kerja dari infrastruktur
tersebut telah memasuki masa perbaikan yang cukup besar. Misalnya
PLTS Komunal Talang Aro yang telah beroperasi selama 3 (tiga) tahun
telah banyak mengalami perubahan pada peralatan. Selain itu, PLTS
tersebut telah rusak dikarenakan oleh bencana alam yaitu tersambar
petir yang sangat kuat. Sehingga perangkat pada PLTS Komunal
Talang Aro tersebut tidak dapat digunakan untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat desa. Padahal, PLTS Komunal inilah yang
menjadi satu-satunya sumber energi digunakan untuk penerangan di
malam hari. Kondisi-kondisi seperti ini sangat banyak ditemui pada
infrastruktur energi baru terbarukan lainnya yang ada di Provinsi
Jambi. Kondisi ini sangat menghawatirkan dan perlu disusun dalam
bentuk database revitalisasi infrastruktur energi baru terbarukan.

KOMPONEN ANALISA KERUSAKAN

Tegangan Batterry sudah berkurang


Batterry 2 volt, OPzV 1000
dari 2 volt

House Power / Shelter Power Plant Bagian atap rumah shelter bocor

SOLAR CHARGE CONTROLLER, 80A 48V Tersambar petir

INVERTER, 5 KW, Single Phase Output


Tersambar petir
220 - 230 VAC, 50/60 Hz,

Lampu Jalan LED 10 W Rusak

Tiang Besi Galvanizes, h = 7 meter + Penambahan jaringan tidak


Pondasi dan Aksesoris menggunakan tiang
Sistem Pentanahan (Grounding System)
Perlu penggantian Air Head Ligther
Pada Penangkal Petir

Tabel 4.8 Kondisi PLTS Komunal Talang Aro

29
PLTS Komunal Semangkat bisa menjadi perhatian selanjutnya,
karena kondisi PLTS ini sangat menghawatirkan. PLTS Komunal ini
sudah tidak dapat beroperasi lagi seperti kondisi saat dibangun.
Selain masa aktif dari perangkat PLTS Komunal yang telah memasuki
umur pakai, PLTS Komunal ini tersambar petir seperti PLTS Talang Aro.
Sehingga perangkat pada inverter dan panel surya tidak dapat
digunakan kembali. Untuk itu perlu adanya perbaikan yang cukup
detail agar PLTS Komunal ini dapat beroperasi kembali seperti kondisi
awal. Masyarakat Dusun Semangkat Desa Lubuk Ruso Kabupaten
Batanghari sangat berharap agar PLTS Komunal ini dapat beroperasi
kembali, karena PLTS Komunal ini menjadi satu-satunya sumber
penerangan di Dusun Semangkat. Selain inverter dan panel surya,
masih terdapat beberapa komponen lain yang perlu diperbaiki atau
diganti dengan yang baru.

KOMPONEN ANALISA KERUSAKAN

Batterry 2 volt, OPzV 1000 Tegangan Batterry sudah drop

Inverter On Grid 5 kW Single Phase


Tersambar petir
Output 220 - 230 VAC, 50/60 Hz,
PV Module 200 WP Vmax : 37.40 Vdc,
Tersambar petir
Voc. : 45.5 Vdc

Energy Limiter / MCB Penambahan jumlah pelanggan

Lampu Jalan LED 10 W Rusak

Tiang Besi Galvanis h = 7 meter Penambahan jaringan tidak


(Pondasi dan Aksesoris) menggunakan tiang
Sistem Pentanahan (Grounding System)
Tersambar petir perlu perbaikan
Pada Penangkal Petir

Remote Monitoring System Rusak

Tabel 4.9 Kondisi PLTS Komunal Semangkat

Bencana alam berupa sambaran petir dapat merusak


komponen perangkat PLTS Komunal yang tidak dapat dihindari.
Padahal PLTS Komunal yang dibangun sudah menggunakan
grounding system. Selain sambaran petir, PLTS Komunal juga dapat
rusak diakibatkan kelebihan beban dari kapasitas terpasang yang

30
tersedia. Pertumbuhan penduduk yang cukup signifikan
menyebabkan kebutuhan akan energi listrik meningkat, sehingga
kapasitas PLTS Komunal yang tersedia tidak dapat menyediakan
kebutuhan energi listrik untuk penerangan yang cukup. Sehingga PLTS
Komunal tersebut kelebihan beban dan baterai yang ada lebih
cepat habis dan umur pakai menjadi berkurang. Keadaan seperti ini
terjadi di beberapa PLTS Komunal yang telah ada seperti PLTS
Komunal di Desa Kuala Baru, Kecamatan Seberang Kota, Kabupaten
Tanjung Jabung Barat. Kapasitas PLTS Komunal tersebut berjumlah 30
kWp. Akan tetapi rumah tangga yang ada di desa melebihi jatah
energi listrik yang ada, sehingga PLTS Komunal tersebut tidak dapat
bekerja sesuai dengan standar yang ada. Hal ini lah yang
menyebabkan PLTS Komunal tersebut meenjadi rusak. PLTS Komunal
ini hanya beroperasi selama 3 tahun sejak tahun 2015 dibangun.

KOMPONEN ANALISA KERUSAKAN

Inverter Off Grid 10 kW Single Phase Terlalu panas (Overheat) sehingga


menjadi tidak maksimal
Solar Charge Controller Terlalu panas (Overheat) sehingga
menjadi tidak maksimal
Energy Limiter / MCB Penambahan Jumlah pelanggan

Lampu Jalan LED 10 W Tidak Berfungsi / Rusak

Sistem Pentanahan (Grounding System) Perlu Perbaikan


Pada Penangkal Petir
Remote Monitoring System Rusak

Tabel 4.10 Kondisi PLTS Komunal Kuala Baru

Selain PLTS Komunal Kuala Baru, masih banyak infrastruktur


energi baru terbarukan yang rusak diakibatkan oleh kelebihan beban
seperti PLTS Komunal Sialang Pungguk. PLTS Komunal ini juga rusak
diakbiatkan kelebihan beban karena masyarakat desa menambah
jumlah pelanggan dari kapasitas yang tersedia. Penambahan
pelanggan ini tidak sesuai dengan standar yang ada dan melakukan
penambahan tanpa menggunakan persyaratan teknis dari PLTS

31
Komunal. Masyarakat menambahkan jatah energi listrik di rumah-
rumah, menambahkan panjang jaringan tanpa menggunakan tiang
hanya menyambungkan kabel. Hal ini dapat menyebabkan
kerusakan pada komponen PLTS Komunal itu sendiri. Padahal PLTS
Komunal ini menjadi salah satu sumber energi listrik sebagai
penerangan di Desa Sialang Pungguk.

KOMPONEN ANALISA KERUSAKAN

Inverter On Grid 5 kW Single Phase Tersambar petir


Output 220 - 230 VAC, 50/60 Hz,
Energy Limiter / MCB Penambahan jumlah pelanggan

Lampu Jalan LED 10 W Rusak

Tiang besi galvanis h = 7 meter (Pondasi Penambahan jaringan tidak


dan Aksesoris) menggunakan tiang
Sistem Pentanahan (Grounding System) Perlu perbaikan
pada penangkal petir

Tabel 4.10 Kondisi PLTS Komunal Sialang Pungguk

4.2.2 Kondisi Infrastruktur PLTMH


Jenis infrastruktur energi baru terbarukan lainnya yang
mengalami kerusakan adalah PLTMH. Kerusakan pada PLTMH lebih
banyak disebabkan oleh bencana alam berupa banjir pada sungai
sebagai sumber air untuk PLTMH. Sebagai contoh, PLTMH di Desa Batu
Empang, Kecamatan Batang Asai, Kabupaten Sarolangun. PLTMH ini
terkena banjir besar yang mengakibatkan saluran pembawa
mengalami kondisi rusak berat. Sedangkan bendungan mengalami
rusak ringan dan perlu perbaikan. Banjir besar yang terjadi
menyebabkan terbawanya pohon-pohon besar dan sampah-
sampah masuk ke dalam saluran pembawa. Sehingga PLTMH di Desa
Batu Empang mengalami kerusakan yang sangat parah. Berdasarkan
hasil survei ke lokasi, PLTMH ini beroperasi selama 4 tahun sebelum
terjadinya banjir besar di hulu sungai.

32
KOMPONEN ANALISA KERUSAKAN

Rusak ringan (Bencana Banjir) / Rehab


DAM (Bendungan)
Sedang
Rusak berat (Bencana Banjir) / Rehab
Intake
total
Rusak berat (Bencana Banjir) / Rehab
Saluran pembawa
total
Rusak ringan (Bencana Banjir) / Rehab
Bak penenang
Sedang

Pelimpah Perlu perbaikan

Penstock Perlu perbaikan

Instalasi jaringan listrik ke rumah Perlu Perbaikan

Rusak ringan / perlu dipindahkan pada


Rumah pembangkit
tempat yang aman

Tabel 4.11 Kondisi PLTMH Batu Empang

PLTMH di Desa Simpang Narso, Kecamatan Batang Asai,


Kabupaten Sarolangun juga mengalami kerusakan yang sama
diakibatkan oleh banjir. Bendungan pada PLTMH ini mengalami rusak
berat dan kebocoran yang disebabkan oleh terhantam pohon besar
yang terbawa oleh banjir dan saluran pembawa dipenuhi sampah-
sampah ranting. Penstock pada PLTMH ini mengalami rusak berat
karena saluran pembawa dipenuhi ranting-ranting. Menurut informasi
dari Kepala Desa dan masyarakat sekitar, sungai yang menjadi lokasi
PLTMH merupakan pertemuan antara dua sungai yaitu sungai
simpang dan sungai narso. Secara hidrologi, sungai yang menjadi
sumber air untuk PLTMH Simpang Narso ini memiliki debit air yang
besar sehingga sangat layak untuk pembangunan PLTMH.
Berdasarkan survei ke lokasi PLTMH Simpang Narso, PLTMH ini masih
dapat digunakan kembali seperti sebelumnya. Hanya saja butuh
perbaikan di beberapa bagian dari PLTMH tersebut.

33
KOMPONEN ANALISA KERUSAKAN

Tidak permanen, kondisi bocor, debit


DAM (Bendungan)
air menurun

Saluran pembawa Rusak berat / Rehab total

Intake Rusak sedang / Rehab sedang

Penstock Rusak berat / Rehab total

Tabel 4.12 Kondisi PLTMH Simpang Narso

4.3 Analisis Kebutuhan Revitalisasi

Kondisi infrastruktur energi baru terbarukan (EBT) di Provinsi


Jambi sangat mengkhawatirkan dan perlu perhatian penuh. Hal ini
disebabkan masih banyaknya desa-desa terpencil yang jauh akan
akses ke sumber energi khususunya untuk penerangan. Untuk itulah
dibutuhkan sumber energi alternatif yang ada di sekitar desa berupa
sumber energi baru terbarukan (EBT). Melihat kondisi infrastruktur
energi baru terbarukan yang berhasil di survei, terdapat beberapa
bagian yang harus dilakukan revitalisasi seperti yang telah dijelaskan
sebelumnya. Kebutuhan revitalisasi infrastruktur energi baru
terbarukan telah berhasil disusun sesuai dengan kondisi yang ada di
lapangan. Kebutuhan revitalisasi berdasarkan kerusakan pada
komponen/bagian dari infrastruktur energi baru terbarukan yaitu PLTS
dan PLTMH yang telah dilakukan identifikasi di lapangan.

4.3.1 Kebutuhan Revitalisasi PLTS


PLTS Komunal Talang Aro yang mengalami kerusakan pada
bagian inverter, solar charger controler, beberarapa unit baterai,
grounding system dan beberapa unit energy limiter. Beberapa
komponen tersebut harus diganti agar PLTS Komunal tersebut dapat
beroperasi. Akan tetapi masih beberapa komponen lainnya yang
dapat digunakan yaitu panel surya, beberapa unit baterai dan
beberapa unit energy limiter. Hasil identifikasi inilah yang dapat
dirangkum dan dihitung kebutuhan anggaran yang akan digunakan

34
untuk revitalisasi PLTS Komunal Talang Aro. Hasil rangkuman tersebut
dapat di lihat pada tabel berikut ini.

URAIAN PEKERJAAN VOLUME SATUAN HARGA JUMLAH


PEKERJAAN PERSIAPAN 35.000.000
PEKERJAAN UTAMA 491.540.000
Batterry 2 volt, OPzV 1000 20 Unit 9.100.000 182.000.000
House Power / Shelter Power Plant 1 Ls 40.000.000 40.000.000
SOLAR CHARGE CONTROLLER, 80A 48V 3 Unit 7.250.000 21.750.000
INVERTER, 5 KW,Single Phase Output 3 Unit 39.500.000 118.500.000
220 - 230 VAC, 50/60 Hz,
Lampu Jalan LED 10 W 37 Unit 1.670.000 61.790.000
Tiang Besi Galvanizes , h = 7 meter + 15 Set 3.500.000 52.500.000
Pondasi dan Aksesoris
Penagkal Petir 1 Ls 15.000.000 15.000.000
PEKERJAAN JASA 50.000.000

PEKERJAAN KONSTRUKSI 576.540.000


PEKERJAAN PERENCANAAN 86.481.000
PEKERJAAN PENGAWASAN 51.888.600
TOTAL 714.909.600
TOTAL + PAJAK 822.146.040
Tabel 4.13 Rincian Anggaran Revitalisasi PLTS Komunal Talang Aro

Kondisi PLTS Komunal Semangkat juga mengalami kerusakan


yang cukup berat dan perlu perhatian. Berdasarkan hasil investigasi
di lokasi, terdapat beberapa komponen PLTS Komunal yang harus
diperbaiki dan diganti yaitu beberapa unit baterai, inverter on grid,
PV Modul, beberapa unit energy limiter, beberapa unit lampu jalan
LED, rumah pembangkit yang harus direnovasi dan grounding system.
Hasil dari investigasi kerusakan komponen ini sudah dianalisa
kebutuhan biaya perbaikan dan penggantiannya sesuai dengan
harga pasaran saat ini. Rangkuman kerusakan dan biaya yang
dibutuhkan dapat dilihat pada tabel berikut ini.

35
URAIAN PEKERJAAN VOLUME SATUAN HARGA JUMLAH
PEKERJAAN PERSIAPAN 35.000.000
PEKERJAAN UTAMA 363.810.000
Batterry 2 volt, OPzV 1000 15 Unit 9.100.000 136.500.000
INVERTER ON Grid, 5 Kw,Single Phase 3 Unit 39.500.000 118.500.000
Output 220 - 230 VAC, 50/60 Hz,
PV Module 200 WP Vmax. : 37.40 Vdc, 15 Unit 1.700.000 25.500.000
Voc. : 45.5 Vdc
Energi Limiter / MCB 10 Unit 420.000 4.200.000
Lampu Jalan LED 10 W 25 Unit 1.670.000 41.750.000
Tiang Besi Galvanizes , h = 7 meter + 4 Set 3.500.000 14.000.000
Pondasi dan Aksesoris
Grounding system untuk penangkal petir 1 Set 15.000.000 15.000.000
Remote Monitoring System 1 Unit 8.360.000 8.360.000
PEKERJAAN JASA 60.000.000

PEKERJAAN KONSTRUKSI 458.810.000


PEKERJAAN PERENCANAAN 68.821.500
PEKERJAAN PENGAWASAN 41.292.900
TOTAL 568.924.400
TOTAL + PAJAK 654.263.060
Tabel 4.14 Rincian Anggaran Revitalisasi PLTS Komunal Semangkat

PLTS Komunal Kuala Baru memiliki kondisi kerusakan komponen


yang berbeda dari PLTS Komunal lainnya. Hasil investigasi di lapangan
telah di klasifikasi sesuai dengan komponen yang rusak dan perlu
perbaikan yaitu inverter off grid, solar charge controller, energy limiter,
lampu jalan LED dan grounding system. Berdasarkan hasil
pengecekan pada komponen PLTS Komunal, inverter off grid dan
solar charge controller mengalami kondisi yang panas. Hal ini bisa
saja disebabkan karenak kurangnya sirkulasi udara pada ventilasi di
rumah pembangkit dan perlu perbaikan atau penambahan kipas
untuk kelancaran sirkulasi udara. Hasil investigasi kemudian dianalisa
kebutuhan biaya perbaikan sesuai dengan kondisi komponen PLTS
Komunal yang telah rusak atau butuh perbaikan. Berdasarkan hasil
analisa tersebut telah dirangkum pada tabel berikut ini.

36
URAIAN PEKERJAAN VOLUME SATUAN HARGA JUMLAH
PEKERJAAN PERSIAPAN 57.750.000
PEKERJAAN UTAMA 383.210.000
INVERTER ON Grid, 5 Kw,Single Phase 6 Unit 39.500.000 237.000.000
Output 220 - 230 VAC, 50/60 Hz,
Solar Charge Controller MPPT 48 vdc, 60 6 Unit 7.250.000 43.500.000
Amp
Energi Limiter / MCB 10 Unit 420.000 4.200.000
Lampu Jalan LED 10 W 45 Unit 1.670.000 75.150.000
Grounding system untuk penangkal petir 1 Set 15.000.000 15.000.000
Remote Monitoring System 1 Unit 8.360.000 8.360.000
PEKERJAAN JASA 42.500.000

PEKERJAAN KONSTRUKSI 483.460.000


PEKERJAAN PERENCANAAN 72.519.000
PEKERJAAN PENGAWASAN 43.511.400
TOTAL 599.490.400
TOTAL + PAJAK 689.413.960
Tabel 4.15 Rincian Anggaran Revitalisasi PLTS Komunal Kuala Baru

Beberapa kondisi PLTS Komunal dari hasil investigasi mengalami


rusak berat akan tetapi masih ada juga PLTS yang mengalami rusak
ringan seperti PLTS Komunal Sialang Pungguk. Kerusakan komponen
PLTS Komunal Sialang Pungguk hanya pada bagian inverter on grid,
lampu jalan LED dan grounding system. Grounding system yang
sudah memasuki masa umur pakai tidak dapat bekerja dengan baik.
Sehingga inverter on grid tersambar petir dan mengalami gagal
sistem. Hal ini menyebabkan kondisi PLTS Komunal Sialang Pungguk
tidak dapat beroperasi sebagaimana mestinya yaitu menyerap
energi panas melalui panel dan dikonversi pada inverter untuk di
distribusikan atau disimpan didalam baterai. Hasil investigasi tersebut
kemudian dianalisa untuk menentukan berapa anggaran yang
dibutuhkan untuk melakukan revitalisasi PLTS Komunal Sialang
Pungguk. Berdasarkan hasil analisa dan menggunakan harga pasar,
rangkuman kebutuhan revitalisasi dapat dilihat pada tabel berikut ini.

37
URAIAN PEKERJAAN VOLUME SATUAN HARGA JUMLAH
PEKERJAAN PERSIAPAN 32.500.000
PEKERJAAN UTAMA 190.532.500
INVERTER ON Grid, 5 Kw Single Phase 3 Unit 39.500.000 118.500.000
Output 220 - 230 VAC, 50/60 Hz,
Energi Limiter / MCB 5 Unit 420.000 2.100.000
Lampu Jalan LED 10 W 10 Unit 1.670.000 16.700.000
Tiang Besi Galvanizes, h = 7 meter + Pondasi 5 Set 4.000.000 20.000.000
dan Aksesoris
Grounding system untuk penangkal petir 1 Set 15.000.000 15.000.000
Rack Batterey 3 Unit 6.077.500 18.232.500
PEKERJAAN JASA 42.500.000

PEKERJAAN KONSTRUKSI 265.532.500


PEKERJAAN PERENCANAAN 39.829.875
PEKERJAAN PENGAWASAN 23.897.925
TOTAL 329.260.300
TOTAL + PAJAK 378.649.345
Tabel 4.16 Rincian Anggaran Revitalisasi PLTS Komunal Sialang Pungguk

4.3.2 Kebutuhan Revitalisasi PLTMH


Selain infrastruktur energi baru terbarukan berupa PLTS
Komunal, Provindi Jambi juga memiliki beberapa PLTMH yang
tersebar di beberapa desa. PLTMH tersebut butuh perhatian,
pasalnya keadaan PLTM telah mengalami rusak berat yang rata-rata
sumber kerusakan diakibatkan oleh bencana alam berupa banjir
besar menghantam PLTMH. Misalkan PLTMH Batu Empang yang
mengalami kerusakan pada bendungan, intake dan saluran
pembawa. Bendungan PLTMH ini mengalami rusak yang cukup besar,
sehingga intake tidak dapat mensuplai air untuk dialiri ke saluran
pembawa. Sehingga turbin pada PLTMH Batu Empang tidak dapat
berputar untuk menggerakkan generator untuk menghasilkan energi
listrik. Pengurangan debit air melalui pipa pesat terjadi akibat
bendungan yang rusak dihantam pohon kayu yang terbawa oleh
banjir. Hal ini juga mengurangi kinerja dari turbin dan menurunnya
RPM (Rotasi Per Menit) dari generator pada PLTMH Batu Empang.
Berdasarkan hasil investigasi dan analisa keekonomian terhadap

38
PLTMH Batu Empang dapat dirangkum kebutuhan anggaran untuk
revitalisasi infrastruktur EBT dapat dilihat pada tabel berikut ini.

URAIAN PEKERJAAN JUMLAH

PEKERJAAN PEMBANGUNAN SARANA 1.209.964.512


PLTMH
Pekerjaan Persiapan 43.696.260
Pekerjaan Sipil 855.866.540
Pekerjaan benduangan 147.528.588
Pekerjaan intake 40.955.891
Pekerjaan pipa penstock 541.693.478
Pekerjaan bak penenang 45.847.200
Pekerjaan saluran pelimpah (Spillway) 3.687.655
Pekerjaan rumah pembangkit 61.473.656
Pekerjaan anchor block 6.528.548
Pekerjaan talud pengaman (Retaining 8.151.524
Wall)
Pekerjaan Pipa Draftube 28.184.212
Pekerjaan Elektrikal & Mekanikal 282.217.500

PELATIHAN OPERATOR 15.000.000

Pekerjaan Konstruksi 1.224.964.512


Pekerjaan Perencanaan 146.995.741
Pekerjaan Pengawasan 97.997.161
Total 1.469.957.414
Total + Pajak 1.690.451.026
Tabel 4.15 Rincian Anggaran Revitalisasi PLTMH Batu Empang

PLTMH Simpang Narso memiliki perbedaan yang signifikan


yaitu bendungan yang ada sekarang merupakan bendungan yang
semi permanen. Kondisi seperti ini membutuhkan pembuatan ulang
bendungan dalam bentuk permanen agar debit air sebagai sumber
energi untuk penggerak turbin lebih stabil sehingga generator PLTMH
lebih awet dan masa pakai yang panjang. Kemudian saluran
pembawa dan penstock juga butuh perbaikan yang sangat serius
karena mengalami kerusakan yang cukup berat, sedangkan untuk
intake perlu perbaikan ringan. Untuk bagian elektrikal dan mekanikal
pada PLTMH Simpang Narso belum memerlukan perbaikan dan masih
dalam kondisi yang baik, hanya saja membutuhkan maintanance
rutin. Berdasarkan hasil investigasi dan analisa keekonomian

39
terhadap PLTMH Batu Empang dapat dirangkum kebutuhan
anggaran untuk revitalisasi infrastruktur EBT dapat dilihat pada tabel
berikut ini.

URAIAN PEKERJAAN JUMLAH

PEKERJAAN PEMBANGUNAN SARANA 701.943.690


PLTMH
Pekerjaan Persiapan 43.696.260
Pekerjaan Sipil 570.063.218
Pekerjaan benduangan 147.528.588
Pekerjaan intake 28.669.124
Pekerjaan pipa penstock 379.185.435
Pekerjaan anchor block 6.528.548
Pekerjaan talud pengaman (Retaining 8.151.524
Wall)
Pekerjaan Pipa Draftube 28.184.212
Pekerjaan Elektrikal & Mekanikal 60.000.000

PELATIHAN OPERATOR 15.000.000

Pekerjaan Konstruksi 716.943.690


Pekerjaan Perencanaan 107.541.553
Pekerjaan Pengawasan 71.694.369
Total 896.179.612
Total + Pajak 1.030.606.554
Tabel 4.15 Rincian Anggaran Revitalisasi PLTMH Simpang Narso

40
PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil dari Penyusunan Database Revitalisasi


Infrastruktur EBT di Provinsi Jambi terdapat beberapa hal yang dapat
disimpulkan sebagai berikut:

1. Infrastruktur energi baru terbarukan yang berhasil disurvei


ke lokasi sebanyak 6 (enam) lokasi terdiri dari 2 (dua) jenis
infrastruktur EBT yaitu PLTS Komunal dan PLTMH;

2. Kondisi infrastruktur EBT yang sudah disurvei hanya 1 (satu)


lokasi saja yang masih beroperasi yaitu PLTMH di Desa Batu
Empang Kecamatan Batang Asai Kabupaten Sarolangun,
sedangkan 5 lokasi lainnya mengalami rusak berat;

3. PLTMH di Desa Batu Empang hanya membutuhkan


perbaikan pada bendungan dan bagian saluran
pembawa. Sedangkan infrastruktur EBT lainnya perlu
perbaikan yang cukup besar;

4. Rerata kerusakan pada PLTS Komunal diakbiatkan


tersambar petir dan kelebihan beban, sedangkan PLTMH
dikarenakan adanya bencana banjir yang mengakibatkan
rusaknya bendungan;

5. Perlu adanya koordinasi lebih lanjut terhadap revitalisasi


infrastruktur EBT yang sangat dibutuhkan masyarakat
khususnya daerah-daerah yang jauh akan sumber energi
khususnya untuk penerangan dimalam hari.

41
5.2 Saran

Saran yang dapat diambil dari kesimpulan hasil Penyunan


Database Revitalisasi Infrastruktur EBT adalah perlunya perhatian lebih
dari Pemerintah khususnya Pemerintah Provinsi Jambi terhadap
pengembangan sumber energi baru terbarukan khususnya
Infrastruktur EBT. Karena masyarakat di Provinsi Jambi khususnya di
daerah-daerah yang jauh akan akses ke sumber energi sangat
membutuhkan perhatian lebih dan sangat terbantukan dengan
adanya infrastruktur EBT tersebut. Untuk itu perlu adanya revitalisasi
terhadap infrastruktur yang masih dapat difungsikan kembali.

42

Anda mungkin juga menyukai