Anda di halaman 1dari 20

17 November 2022

INTERVENSI
PENYAKIT SARS
disusun oleh : Siti Mar'atus Sholikah (210009)
Pendahuluan

BAHASAN
POKOK
Patofisiologi
Etiologi
Epidemiologi
Diagnosis
Penatalaksanaan
Edukasi dan Promosi Kesehatan

PENDAHULUAN
Severe acute respiratory syndrome (SARS)
merupakan penyakit infeksi saluran pernapasan
yang disebabkan oleh severe acute respiratory
syndrome coronavirus (SARS-CoV). Penyakit ini
pertama kali ditemukan di China Selatan pada
November 2002. WHO kemudian
mengumumkan SARS sebagai ancaman global
pada 15 Maret 2003. Saat itu SARS merupakan
epidemi baru yang menyebar dengan cepat ke
seluruh dunia, terutama di negara-negara Asia.
[1,2]

SARS-CoV dapat menyebar melalui droplet, kontak dengan material terkontaminasi, dan
melalui jalur fecal-oral. Umumnya SARS menunjukkan gambaran pneumonia atipikal
dengan gejala demam, batuk dan sesak yang dapat berkembang menjadi acute
respiratory distress syndrome (ARDS) pada 20% kasus. Apabila ARDS tidak ditangani,
penyakit dapat berkembang menjadi sepsis, syok sepsis, dan kematian. Penyakit ini
memiliki laju mortalitas sekitar 10%.[1,3]

Baku emas diagnosis SARS adalah pemeriksaan laboratorium reverse-transcriptase


polymerase chain reaction (RT-PCR). Namun apabila RT-PCR tidak tersedia atau sulit
dilakukan, penegakkan diagnosis dapat dilakukan dengan anamnesis mengenai riwayat
kontak dengan orang berisiko, musang bulan atau kelelawar. Pemeriksaan fisik juga
sangat penting untuk melihat apakah SARS sudah menyebabkan sepsis hingga syok.[1-5]
EPIDEMIOLOGI
Secara epidemiologi, severe acute respiratory syndrome (SARS) bermula di China Selatan pada
November 2002 kemudian menyebar ke Hongkong pada Februari 2003. Setelah itu SARS menyebar
dengan cepat ke seluruh dunia, terutama negara-negara di Asia. World Health Organization (WHO)
kemudian mengumumkan SARS sebagai ancaman global tanggal 15 Maret 2003.[1,5]

Global

Satu bulan setelah WHO mengumumkan SARS sebagai ancaman global, 8 negara melaporkan
community transmission SARS yaitu Kanada, China, Hong Kong, Taiwan, Inggris, Amerika Serikat,
Vietnam dan Singapura. Padahal data WHO tanggal 17 Maret 2003 baru mencatat 4 negara yang
kemudian meningkat menjadi 5 negara pada 19 Maret 2003 dan 6 negara pada 26 Maret 2003. Pada
akhir epidemi di Juni 2003, total kumulatif global untuk SARS adalah 8422 kasus dengan 911 kematian
(case fatality rate 11%).[1,5]

Indonesia

Data epidemiologi SARS di Indonesia


periode 1 Maret sampai 9 Juli 2003
mencatat 2 kasus probable dan 7 kasus
suspect SARS. Tidak ada lagi kasus
SARS yang dilaporkan sejak saat itu Mortalitas
sampai saat ini.[15]


Mortalitas pada SARS sangat bervariasi. Laju
mortalitas SARS adalah kurang dari 1% pada pasien
berusia kurang dari 24 tahun dan lebih dari 50%
pada pasien berusia 65 tahun dan lebih tua.[16] Hal
ini mungkin disebabkan karena pasien berusia tua
cenderung memiliki lebih banyak komorbiditas seperti
diabetes mellitus tipe 1 dan diabetes mellitus tipe 2,
penyakit ginjal kronis, parkinson.
PATOLOGY
Patofisiologi severe acute respiratory
syndrome (SARS) diawali dengan interaksi
protein pada severe acute respiratory
syndrome coronavirus (SARS-CoV) dengan sel
di paru dan di jantung manusia melalui
reseptor angiotensin-converting enzyme 2
(ACE2). Setelah memasuki sel manusia,
encoding genome akan terjadi untuk
memfasilitasi ekspresi gen yang membantu
adaptasi virus dalam tubuh inang dan
mengaktivasi jalur inflamasi
Perlekatan dan Fusi Coronavirus

Perlekatan dan fusi SARS-CoV diawali oleh interaksi protein virus dengan sel
manusia melalui reseptor ACE2 yang diekspresikan di paru dan jantung
manusia. Protein spike yang terdapat pada permukaan SARS-CoV memiliki
afinitas ikatan yang kuat dengan ACE2 manusia. Ikatan ini memungkinkan
SARS-CoV masuk ke dalam membran sel inang dan memediasi infeksi SARS-
CoV pada paru.

DIAGNOSIS

Baku emas diagnosis severe acute respiratory syndrome (SARS) adalah


pemeriksaan laboratorium reverse-transcriptase polymerase chain reaction (RT-
PCR). Namun apabila RT-PCR tidak tersedia atau sulit dilakukan, penegakkan
diagnosis dapat dilakukan melalui anamnesis mengenai riwayat kontak dengan
orang berisiko, musang bulan dan kelelawar. Pemeriksaan fisik juga sangat
penting untuk melihat apakah SARS sudah menyebabkan sepsis hingga syok.
Anamnesis
Perjalanan penyakit SARS terdiri atas dua fase, yaitu fase 1 dan fase 2. Fase 1 ditandai dengan
gejala prodromal flu-like yang muncul dalam 2-7 hari pasca inkubasi. Fase 2 adalah fase
saluran pernapasan bawah yang muncul 3 hari pasca inkubasi atau lebih.

Pada pasien SARS fase 1 biasanya Sementara itu, pada pasien SARS
ditemukan keluhan: fase 2 biasanya akan muncul keluhan
Demam seperti:
Fatigue Batuk kering
Sakit kepala Sesak napas, di mana terkadang
Myalgia gagal napas dapat terjadi
Malaise
Anoreksia
Diare
PEMERIKSAAN FISIK
Temuan pada pemeriksaan pasien SARS adalah
gejala infeksi saluran pernapasan derajat
ringan hingga berat yang mirip dengan pasien
pneumonia. Namun, terdapat pula pasien SARS
yang tidak bergejala sama sekali meskipun
insidensinya kecil. Oleh karena itu, dokter perlu
mengembangkan clinical judgment bila
menemukan kasus yang dicurigai.

Keadaan umum dan tanda-tanda vital yang


dapat ditemukan pada pasien SARS antara lain
Pemeriksaan Toraks
berupa:

Stridor dan retraksi dada


Perubahan atau penurunan kesadaran umum
Pada pemeriksaan auskultasi sering kali tidak
Peningkatan atau penurunan suhu tubuh

(<360C atau 380C)
ada suara yang khas, namun suara paru
abnormal cenderung dijumpai pada saluran
Tekanan darah sistolik kurang dari 90 mmHg
pernapasan atas dari pada saluran
(terutama saat pasien mengalami syok
pernapasan bawah
sepsis)
Peningkatan nadi di atas 90 kali per menit
Pemeriksaan Umum
Peningkatan laju pernapasan per menit
menjadi ≥ 20 kali per menit
Tanda sianosis sentral akibat penurunan
Penurunan saturasi oksigen di bawah 90%
saturasi oksigen
[1,18]
Ekstremitas dingin pada kasus syok sepsis
Diagnosis Banding

Diagnosis banding untuk SARS meliputi penyakit infeksi saluran


pernapasan lainnya, seperti influenza, pneumonia viral, dan pneumonia
bakterial.

Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan real time reverse-transcriptase polymerase chain reaction (RT-PCR)


merupakan pemeriksaan penunjang utama untuk SARS. Dengan melakukan RT-PCR,
dokter dapat mendiagnosa SARS secara definitif.
Pemeriksaan Antibodi
Pemeriksaan Darah
Pemeriksaan Radiologi
DEFINISI KASUS
SARS
UNTUK MEMBERIKAN GAMBARAN
EPIDEMIOLOGI SARS DAN
MEMANTAU PENYEBARANNYA,
MAKA DEFINISI DARI KASUS SARS
PERLU DITETAPKAN. MENURUT
WHO, DEFINISI KASUS SARS
TERBAGI MENJADI 2 YAITU
KASUS SUSPECT DAN PROBABLE.
Kasus Suspect
Seseorang merupakan suspect case bila:

Setelah tanggal 1 November 2002 mengalami panas >38°C dan batuk-batuk atau kesulitan bernapas
dan mengalami satu atau lebih pajanan (exposure) berikut dalam 10 hari sebelum timbulnya gejala:

Close contact dengan seseorang yang merupakan suspect atau probable case dari SARS
Riwayat pernah berkunjung ke daerah yang terjangkit SARS
Tinggal di daerah yang terjangkit SARS

Menderita penyakit pernapasan akut yang tidak jelas (unexplained acute respiratory illness) dan
meninggal setelah tanggal 1 November 2002, tetapi tidak menjalani autopsi dan mengalami satu atau
lebih pajanan (exposure) berikut dalam 10 hari sebelum timbulnya gejala:

Close contact dengan seseorang yang merupakan suspect atau probable case dari
SARSRiwayat pernah berkunjung ke daerah yang terjangkit SARS
Tinggal di daerah yang terjangkit SARS
Kasus Probable
Seseorang merupakan probable case bila:

1. Suspect case dengan gambaran radiologi paru (chest X-ray) yang menunjukkan infiltrat konsisten dengan
pneumonia atau respiratory distress syndrome (RDS)
2. Suspect case yang positif ditemukan coronavirus SARS pada satu atau lebih pemeriksaan
3. Suspect case dengan hasil pemeriksaan autopsi konsisten dengan kelainan patologi RDS tanpa ada penyebab
yang jelas. Penderita dikeluarkan dari surveilans SARS bila diagnosis alternatif sudah terbukti [24]

Konfirmasi kasus berdasarkan pedoman CDC adalah sebagai berikut:


Adanya antibodi SARS-CoV pada salah satu spesimen serum


Peningkatan titer antibodi SARS-CoV 4 kali lipat ke atas antara fase akut dan fase konvalesen
Hasil negatif pada pemeriksaan antibodi SARS-CoV pada serum fase akut dan hasil yang positif pada
pemeriksaan antibodi SARS-CoV pada serum fase konvalesen
Isolasi SARS-CoV pada kultur sel dari spesimen klinis yang dikonfirmasi dengan tes yang divalidasi oleh CDC
Deteksi RNA SARS-CoV melalui uji RT-PCR yang telah divalidasi oleh CDC, dengan konfirmasi di laboratorium
rujukan menggunakan dua spesimen klinis dari sumber spesimen yang berbeda atau dua spesimen klinis yang
dikumpulkan dari sumber yang sama pada 2 hari yang berbeda
Etiologi severe acute respiratory syndrome (SARS) adalah infeksi oleh severe acute
respiratory syndrome coronavirus (SARS-CoV). Genom SARS-CoV telah diurutkan
(sequenced) dan tidak terkait dengan coronavirus manusia ataupun coronavirus hewan
yang telah dikenal sebelumnya. Kemungkinan SARS-CoV awalnya adalah virus pada
hewan yang kemudian mengalami mutasi menjadi patogen manusia.[10,11]

Virologi
Coronavirus adalah anggota dari famili Coronaviridae, yaitu suatu virus yang besar dan
mempunyai selubung (envelope). Coronavirus (CoVs) awalnya dianggap sebagai virus
pernapasan yang relatif tidak berbahaya bagi manusia. Coronavirus dapat ditemukan
ETIOLOGY

secara luas di berbagai spesies hewan seperti kucing, anjing, babi, kelinci, tikus, ayam,
kalkun, dan paus. Namun, keberadaan coronavirus zoonosis yang meningkatkan
penularan antar spesies akhirnya meningkatkan insidensi dan mortalitas pada populasi
manusia.
Penatalaksanaan severe acute respiratory syndrome (SARS) berfokus pada pemberian
terapi suportif untuk mencegah morbiditas dan mortalitas. Hal ini dikarenakan terapi
definitif untuk SARS belum tersedia sebab belum ada antiviral yang terbukti efektif
menangani SARS. Terapi suportif mencakup pemberian oksigen, ventilasi, hidrasi,
PENATALAKSANAAN

antipiretik, analgesik, serta antibiotik untuk kasus infeksi sekunder oleh bakteri.[1,33]

Untuk mencegah transmisi terutama transmisi nosokomial, pasien yang dicurigai SARS
harus dirawat di ruang isolasi dengan ventilasi negatif agar tidak menginfeksi pasien
lain. Pasien perlu dipantau sampai hasil tes reverse-transcriptase polymerase chain
reaction (RT-PCR) terkonfirmasi negatif dan pasien sudah menunjukkan perbaikan klinis.
Selain itu, tenaga kesehatan yang merawat pasien probable atau terkonfirmasi SARS
harus menggunakan alat pelindung diri dan lebih dianjurkan untuk menggunakan
respirator N95 dari pada masker bedah.

Pencegahan berfokus pada penggunaan


alat pelindung diri serta menghindari
faktor risiko. Peran pemerintah dalam
screening pendatang dari China dan
negara endemis serta screening
masyarakat yang bepergian ke negara-
negara tersebut juga membantu
pencegahan SARS.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai