Tugas Intervensi Sars
Tugas Intervensi Sars
INTERVENSI
PENYAKIT SARS
disusun oleh : Siti Mar'atus Sholikah (210009)
Pendahuluan
BAHASAN
POKOK
Patofisiologi
Etiologi
Epidemiologi
Diagnosis
Penatalaksanaan
Edukasi dan Promosi Kesehatan
PENDAHULUAN
Severe acute respiratory syndrome (SARS)
merupakan penyakit infeksi saluran pernapasan
yang disebabkan oleh severe acute respiratory
syndrome coronavirus (SARS-CoV). Penyakit ini
pertama kali ditemukan di China Selatan pada
November 2002. WHO kemudian
mengumumkan SARS sebagai ancaman global
pada 15 Maret 2003. Saat itu SARS merupakan
epidemi baru yang menyebar dengan cepat ke
seluruh dunia, terutama di negara-negara Asia.
[1,2]
SARS-CoV dapat menyebar melalui droplet, kontak dengan material terkontaminasi, dan
melalui jalur fecal-oral. Umumnya SARS menunjukkan gambaran pneumonia atipikal
dengan gejala demam, batuk dan sesak yang dapat berkembang menjadi acute
respiratory distress syndrome (ARDS) pada 20% kasus. Apabila ARDS tidak ditangani,
penyakit dapat berkembang menjadi sepsis, syok sepsis, dan kematian. Penyakit ini
memiliki laju mortalitas sekitar 10%.[1,3]
Global
Satu bulan setelah WHO mengumumkan SARS sebagai ancaman global, 8 negara melaporkan
community transmission SARS yaitu Kanada, China, Hong Kong, Taiwan, Inggris, Amerika Serikat,
Vietnam dan Singapura. Padahal data WHO tanggal 17 Maret 2003 baru mencatat 4 negara yang
kemudian meningkat menjadi 5 negara pada 19 Maret 2003 dan 6 negara pada 26 Maret 2003. Pada
akhir epidemi di Juni 2003, total kumulatif global untuk SARS adalah 8422 kasus dengan 911 kematian
(case fatality rate 11%).[1,5]
Indonesia
Mortalitas pada SARS sangat bervariasi. Laju
mortalitas SARS adalah kurang dari 1% pada pasien
berusia kurang dari 24 tahun dan lebih dari 50%
pada pasien berusia 65 tahun dan lebih tua.[16] Hal
ini mungkin disebabkan karena pasien berusia tua
cenderung memiliki lebih banyak komorbiditas seperti
diabetes mellitus tipe 1 dan diabetes mellitus tipe 2,
penyakit ginjal kronis, parkinson.
PATOLOGY
Patofisiologi severe acute respiratory
syndrome (SARS) diawali dengan interaksi
protein pada severe acute respiratory
syndrome coronavirus (SARS-CoV) dengan sel
di paru dan di jantung manusia melalui
reseptor angiotensin-converting enzyme 2
(ACE2). Setelah memasuki sel manusia,
encoding genome akan terjadi untuk
memfasilitasi ekspresi gen yang membantu
adaptasi virus dalam tubuh inang dan
mengaktivasi jalur inflamasi
Perlekatan dan Fusi Coronavirus
Perlekatan dan fusi SARS-CoV diawali oleh interaksi protein virus dengan sel
manusia melalui reseptor ACE2 yang diekspresikan di paru dan jantung
manusia. Protein spike yang terdapat pada permukaan SARS-CoV memiliki
afinitas ikatan yang kuat dengan ACE2 manusia. Ikatan ini memungkinkan
SARS-CoV masuk ke dalam membran sel inang dan memediasi infeksi SARS-
CoV pada paru.
DIAGNOSIS
Pada pasien SARS fase 1 biasanya Sementara itu, pada pasien SARS
ditemukan keluhan: fase 2 biasanya akan muncul keluhan
Demam seperti:
Fatigue Batuk kering
Sakit kepala Sesak napas, di mana terkadang
Myalgia gagal napas dapat terjadi
Malaise
Anoreksia
Diare
PEMERIKSAAN FISIK
Temuan pada pemeriksaan pasien SARS adalah
gejala infeksi saluran pernapasan derajat
ringan hingga berat yang mirip dengan pasien
pneumonia. Namun, terdapat pula pasien SARS
yang tidak bergejala sama sekali meskipun
insidensinya kecil. Oleh karena itu, dokter perlu
mengembangkan clinical judgment bila
menemukan kasus yang dicurigai.
Pemeriksaan Penunjang
Setelah tanggal 1 November 2002 mengalami panas >38°C dan batuk-batuk atau kesulitan bernapas
dan mengalami satu atau lebih pajanan (exposure) berikut dalam 10 hari sebelum timbulnya gejala:
Close contact dengan seseorang yang merupakan suspect atau probable case dari SARS
Riwayat pernah berkunjung ke daerah yang terjangkit SARS
Tinggal di daerah yang terjangkit SARS
Menderita penyakit pernapasan akut yang tidak jelas (unexplained acute respiratory illness) dan
meninggal setelah tanggal 1 November 2002, tetapi tidak menjalani autopsi dan mengalami satu atau
lebih pajanan (exposure) berikut dalam 10 hari sebelum timbulnya gejala:
Close contact dengan seseorang yang merupakan suspect atau probable case dari
SARSRiwayat pernah berkunjung ke daerah yang terjangkit SARS
Tinggal di daerah yang terjangkit SARS
Kasus Probable
Seseorang merupakan probable case bila:
1. Suspect case dengan gambaran radiologi paru (chest X-ray) yang menunjukkan infiltrat konsisten dengan
pneumonia atau respiratory distress syndrome (RDS)
2. Suspect case yang positif ditemukan coronavirus SARS pada satu atau lebih pemeriksaan
3. Suspect case dengan hasil pemeriksaan autopsi konsisten dengan kelainan patologi RDS tanpa ada penyebab
yang jelas. Penderita dikeluarkan dari surveilans SARS bila diagnosis alternatif sudah terbukti [24]
Virologi
Coronavirus adalah anggota dari famili Coronaviridae, yaitu suatu virus yang besar dan
mempunyai selubung (envelope). Coronavirus (CoVs) awalnya dianggap sebagai virus
pernapasan yang relatif tidak berbahaya bagi manusia. Coronavirus dapat ditemukan
ETIOLOGY
secara luas di berbagai spesies hewan seperti kucing, anjing, babi, kelinci, tikus, ayam,
kalkun, dan paus. Namun, keberadaan coronavirus zoonosis yang meningkatkan
penularan antar spesies akhirnya meningkatkan insidensi dan mortalitas pada populasi
manusia.
Penatalaksanaan severe acute respiratory syndrome (SARS) berfokus pada pemberian
terapi suportif untuk mencegah morbiditas dan mortalitas. Hal ini dikarenakan terapi
definitif untuk SARS belum tersedia sebab belum ada antiviral yang terbukti efektif
menangani SARS. Terapi suportif mencakup pemberian oksigen, ventilasi, hidrasi,
PENATALAKSANAAN
antipiretik, analgesik, serta antibiotik untuk kasus infeksi sekunder oleh bakteri.[1,33]
Untuk mencegah transmisi terutama transmisi nosokomial, pasien yang dicurigai SARS
harus dirawat di ruang isolasi dengan ventilasi negatif agar tidak menginfeksi pasien
lain. Pasien perlu dipantau sampai hasil tes reverse-transcriptase polymerase chain
reaction (RT-PCR) terkonfirmasi negatif dan pasien sudah menunjukkan perbaikan klinis.
Selain itu, tenaga kesehatan yang merawat pasien probable atau terkonfirmasi SARS
harus menggunakan alat pelindung diri dan lebih dianjurkan untuk menggunakan
respirator N95 dari pada masker bedah.