Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

TEORI BELAJAR

Disusun Oleh :

1. Jasmine Izza Dewi Shafira (22050394036)


2. Dearni Br Sipayung (22050394043)

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA


FAKULTAS TEKNIK
PENDIDIKAN TATA BOGA

2023
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang,
penulis panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah, dan inayah-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah
dengan tema Teori Fungsionalistik Dominan oleh Burrhus Frederic Skinner.

Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada Ibu Nugrahani Astuti, S.Pd., M.Pd.,
Bapak Ita Fatkhur Romadhoni, S.Pd.,M.Pd., dan Ibu Annisa Nur Aini, S.Pd., M.Pd selaku
dosen pengampu mata kuliah Teori Belajar yang telah mengajar dan membimbing, sehingga
penulis mendapatkan banyak ilmu dan pengetahuan dalam materi Teori Belajar. Makalah ini
berisi materi tentang pembahasan teori Fungsionalistik Dominan oleh Burrhus Frederic
Skinner dan perbandingan teori dari Skinner dan Thorndike. Tentunya penulis berharap
makalah ini dapat bermanfaat bagi kami dan juga pembaca.

Namun tidak lepas dari semua itu, penulis menyadari sepenuhnya bahwa ada
kekurangan baik dari segi penyusun bahasanya maupun dari segi lainnya. Oleh karena itu,
dengan lapang dada dan tangan terbuka penulis membuka selebar-lebarnya bagi pembaca
yang ingin memberi saran dan kritik demi terciptanya makalah yang lebih baik.

Surabaya, 10 Februari 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................................ii
DAFTAR ISI...........................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................1
1.1 Latar Belakang..................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.............................................................................................................1
1.3 Tujuan...............................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................2
2.1 Teori Fungsionalistik Dominan Burrhus Frederic Skinner..............................................2
2.1.1 Kelebihan dan kelemahan dalam teori belajar B.F. Skinner.........................................5
2.1.2 Aplikasi Teori Skinner Terhadap Pembelajaran............................................................5
2.2 Perbandingan Teori Skinner dengan Teori Thorndike.....................................................6
BAB III PENUTUP..................................................................................................................7
3.1 Kesimpulan.......................................................................................................................7
3.2 Daftar Pustaka..................................................................................................................7

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pendidikan seperti sifat sasarannya yaitu manusia, mengandung banyak aspek dan
sifatnya sangat kompleks. Karena sifatnya yang kompleks itu, maka tidak sebuah batasan pun
yang cukup memadai untuk menjelaskan arti pendidikan secara lengkap. Batasan tentang
pendidikan yang dibuat oleh para ahli beraneka ragam, dan kandungannya berbeda yang satu
dari yang lain. Setiap peserta didik yang diajar memiliki keunikan dan karakteristik masing-
masing yang mana perbedaan itu dikatakan perbedaan individu (individual differences)
sehingga diperlukannya gaya belajar yang disesuaikan dengan peserta didik tersebut melalui
praktik pembelajaran dan aktivitas pendidikan.

Melalui beberapa teori belajar yang dikemukakan oleh beberapa ahli yang akan
menentukan mana gaya belajar yang cocok bagi peserta didik sehingga pendidik dapat
menyesuaikan dengan gaya belajar peserta didik dengan bermacam-macam teori yang akan
diterapkan melalui aktivitas pendidikan. Dengan variasi metode pembelajaran itu yang akan
memaksimalkan kemajuan ataupun keterampilan interpersonal tiap-tiap peserta didik dalam
jangka panjang lebih-lebih kalau ditinjau dari gaya belajarnya sehingga proses pendidikan
terlaksana secara maksimal.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana teori behavioristik oleh Skinner dalam pembelajaran?

2. Bagaimana perbandingan teori dari Skinner dan Thorndike dalam pembelajaran?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui teori yang dikemukakan Burrhus Frederic Skinner

2. Untuk mengetahui perbandingan teori yang dikemukakan oleh Skinner dan


Thorndike

iv
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Teori Fungsionalistik Dominan Burrhus Frederic Skinner

Behaviorisme menurut B.F Skinner adalah perilaku individu yang perilakunya


dipengaruhi atas atas perilaku orang lain. Menurut Skinner, behaviorisme adalah segala
perilaku yang penyebab timbulnya ialah dari stimulus yang diberikan oleh orang lain dan
perilaku yang ditimbulkan karena adanya pengaruh dari stimulus yang disebut respon.
Skinner juga berpendapat bahwa hubungan antara stimulus dan respon yang terjadi melalui
interaksi dengan lingkungan menimbulkan perubahan perilaku. Sebab respon yang diberikan
mempunyai konsekuensi yang sama dengan stimulus yang diberikan.

Konsep-konsep yang dikemukakan oleh Skinner tentang belajar lebih mengungguli


konsep-konsep para tokoh yang lainnya. Skinner mampu menjelaskan konsep belajar secara
sederhana, tetapi lebih komprehensif. Menurut Skinner hubungan antara stimulus dan respon
yang terjadi antara melalui interaksi dengan lingkungannya, lalu menimbulkan perubahan
tingkah laku tidaklah sesederhana yang dikemukakan oleh para tokoh-tokoh yang lain.
Skinner berpendapat bahwa respon yang diterima seseorang tidak sesederhana itu, sebab
stimulus-stimulus yang diberikan akan saling berinteraksi dan interaksi antar stimulus
tersebut akan mempengaruhi respon yang akan dihasilkan. Respon yang dihasilkan ini
memiliki konsekuensi-konsekuensinya. konsekuensi-konsekuensi inilah yang akan
mempengaruhi timbulnya perilaku.

Skinner juga mengutamakan tingkah laku sebagai hubungan antara perangsang


dengan respon. Skinner menganggap bahwa “reward” atau “hadiah” merupakan sebagai
salah satu faktor yang penting dalam suatu proses belajar (Soemanto, 1990;119). Dalam hal
ini, ada dua macam respon yang dibedakan oleh Skinner, diantaranya adalah :

a. Respondent Response

Respondent Response merupakan respon yang ditimbulkan oleh perangsang.


Perangsang dalam hal ini disebut dengan eliciting stimuli, yang mana menimbulkan suatu
respon yang relatif tetap. Biasanya perangsang yang demikian mendahului respon yang
ditimbulkan.

b. Operant Response

Operant Response merupakan suatu respon yang timbul serta berkembang, yang
kemudian perkembangannya diikuti oleh perangsang tertentu dan biasanya respon ini akan
berakibat sangat kuat. Misalnya adalah saat seorang anak belajar dan anak ini mendapatkan
suatu hadiah, maka anak ini akan lebih giat dalam kegiatan belajarnya (responnya menjadi
lebih intensif/kuat).
v
Teori pembelajaran Skinner dikenal dengan Teori Pembiasaan Perilaku respon
(Operant Conditioning). Operant adalah beberapa perilaku atau respons yang membawa efek
yang sama terhadap lingkungan yang dekat (Syah, 1999:98). Respon dalam teori ini terjadi
tanpa didahului oleh stimulusnya, akan tetapi respon terjadi karena ada efek yang
ditimbulkan oleh reinforcer. Reinforcer adalah stimulus yang meningkatkan kemungkinan
timbulnya sejumlah respon tertentu, namun sebenarnya tidak sengaja diadakan.

Menurut Skinner, Operant Conditioning terdiri dari dua konsep utama, yaitu
Reinforcement (penguatan) yang terdiri dari penguatan positif dan penguatan negatif serta
punishment (hukuman).

a. Reinforcement (penguatan)

Penguatan yang pertama adalah penguatan positif, yang dimaksud dengan


penguatan positif oleh Skinner adalah berupa pemberian sesuatu yang dapat
menguatkan proses belajar perilaku, seperti pemberian hadiah, pujian, nilai atau
penghargaan. Penguatan yang kedua adalah penguatan negatif, yang dimaksud dengan
penguatan negatif adalah proses penguatan yang menimbulkan rasa ketidaknyamanan,
tidak memberi penghargaan, memberikan tugas tambahan atau menunjukkan perilaku
tidak senang.

Berdasarkan hal yang disampaikan diatas, yang menjadi pembeda antara


penguatan positif dengan penguatan negatif adalah rasa yang ditimbulkan setelah
pemberian penguatan. jika pemberian penguatan positif maka rasa yang ditimbulkan
adalah rasa nyaman. Dan kebalikannya, jika diberi penguatan negatif maka rasa yang
ditimbulkan adalah rasa tidak nyaman. Namun keduanya memiliki tujuan yang sama,
yaitu untuk menguatkan perilaku yang diinginkan. Dalam hal ini, menyenangkan atau
tidak menyenangkannya setiap orang tentu memiliki perbedaan, oleh sebab itu ketika
akan memberikan penguatan positif maupun penguatan negatif harus dipahami
terlebih dahulu objek yang akan diberikan penguatan, agar penguatan bisa menjadi
lebih efektif serta tidak menimbulkan kerugian bagi objek atau operan, terutama
dalam hal pemberian penguatan negatif.

b. Punishment

Punishment menurut Skinner adalah memberikan sebuah stimulus dengan


tujuan mengurangi atau menghilangkan dilakukannya perilaku yang tidak diinginkan.
Punishment dilakukan dengan cara memberikan kesedihan atau kemalangan kepada
orang yang membuat kesalahan supaya orang tersebut tidak kembali mengulang
kesalahan yang sama.

vi
Dalam dunia pendidikan ada beberapa tahapan ketika akan memberikan hukuman,
yaitu mulai dari hukuman ringan, sedang, hingga berat. Contoh penerapan hukuman ringan
dalam dunia pendidikan yaitu ketika seorang siswa melakukan pelanggaran seperti bolos
pada saat jam pelajaran, maka pemberian peringatan pertama adalah dengan memberi
hukuman ringan. Untuk bentuk hukuman sedang adalah panggilan orang tua atau wali siswa
ke sekolah, namun apabila siswa tersebut terus menerus melakukan pelanggaran, maka
hukuman yang diberikan berupa hukuman berat, yaitu seperti siswa dikeluarkan dari sekolah.

Menurut Skinner hukuman yang baik adalah siswa merasakan sendiri konsekuensi
dari perbuatan yang ia lakukan. Misalnya, siswa perlu mengalami dan merasakan sendiri
akibat dari kesalahan atau pelanggaran yang ia lakukan. Penggunaan hukum verbal maupun
fisik seperti kata-kata kasar, ejekan, cubitan, dan lain-lain justru berakibat buruk pada siswa.
Skinner lebih percaya bahwa penguatan negatif lebih baik dalam pembentukan tingkah laku.
Sebab, hukuman cenderung memiliki kesan kasar dalam penerapannya. Perbedaan penguatan
negatif dengan hukuman terletak pada fungsinya, jika penguatan negatif berfungsi untuk
menguatkan perilaku dengan cara negatif, sedangkan hukuman berfungsi mengurangi atau
melemahkan perilaku tertentu dengan cara memberikan kesedihan atau kemalangan.

Apabila hukuman terpaksa dilakukan, maka hukuman yang diberikan sebaiknya


hukuman yang bersifat edukatif, yang artinya hukuman tersebut bersifat proporsional, tidak
dilebih-lebihkan, atau tidak keluar dari bentuk kesalahan yang dilakukan siswa, serta
memberikan dampak positif kepada siswa, seperti memberi nasihat kepada siswa supaya
meninggalkan kebiasaan-kebiasaan buruknya dan menggantinya dengan kebiasan-kebiasaan
yang baik. Kepada siswa dijelaskan tentang kesalahan atau kekeliruan yang dilakukannya dan
menjelaskan mengapa tingkah laku atau kebiasaan itu harus dihentikan. Alasan yang
diberikan harus bersifat rasional dan obyektif, bukan bersifat subyektif dan alasan-alasan
yang tidak masuk akal.

Beberapa prinsip belajar Skinner antara lain (Kusmintardjo dan Mantja, 2011):

a. Hasil belajar harus segera diberitahukan kepada siswa, jika salah dibetulkan,
jika benar diberi penguat.
b. Proses belajar harus mengikuti irama dari yang belajar.
c. Materi pelajaran, digunakan sistem modul.
d. Dalam proses pembelajaran, tidak dikenakan hukuman. Untuk itu lingkungan
perlu diubah, untuk menghindari adanya hukuman.
e. Dalam proses pembelajaran, lebih dipentingkan aktifitas sendiri.
f. Tingkah laku yang diinginkan pendidik, diberi hadiah, dan sebaiknya hadiah
diberikan dengan digunakannya jadwal variabel Rasio rein forcer.
g. Dalam pembelajaran digunakan shaping.

2.1.1 Kelebihan dan kelemahan dalam teori belajar B.F. Skinner

vii
a. Kelebihan

Pada teori ini, pendidik diarahkan untuk menghargai setiap anak didiknya. Hal
ini ditunjukkan dengan dihilangkannya sistem hukuman. Kemudian didukung dengan
dibentuknya lingkungan yang baik sehingga diharapkan dapat mengurangi terjadinya
kesalahan.

b. Kelemahan

Tanpa adanya sistem hukuman yang diberikan juga berpeluang membuat anak
didik menjadi kurang mengerti tentang sebuah kedisiplinan. Hal ini tentunya akan
menyulitkan lancarnya kegiatan belajar-mengajar. Dengan melaksanakan mastery
learning, tugas guru akan menjadi semakin berat.

2.1.2 Aplikasi Teori Skinner Terhadap Pembelajaran

Beberapa aplikasi teori belajar Skinner dalam pembelajaran adalah sebagai


berikut:

a. Bahan yang dipelajari dianalisis sampai pada unit-unit secara organis.


b. Hasil belajar harus segera diberitahukan kepada siswa, jika salah dibetulkan
dan jika benar diperkuat.
c. Proses belajar harus mengikuti irama dari yang belajar.
d. Materi pelajaran digunakan sistem modul.
e. Tes lebih ditekankan untuk kepentingan diagnostic.
f. Dalam proses pembelajaran lebih dipentingkan aktivitas sendiri.
g. Dalam proses pembelajaran tidak dikenakan hukuman.
h. Dalam pendidikan mengutamakan mengubah lingkungan untuk menghindari
pelanggaran agar tidak menghukum.
i. Tingkah laku yang diinginkan pendidik diberi hadiah.
j. Hadiah diberikan kadang-kadang (jika perlu).
k. Tingkah laku yang diinginkan, dianalisis kecil-kecil, semakin meningkat
mencapai tujuan.
l. Dalam pembelajaran sebaiknya digunakan shaping.
m. Mementingkan kebutuhan yang akan menimbulkan tingkah laku operan.
n. Dalam belajar mengajar menggunakan teaching machine.
o. Melaksanakan mastery learning, yaitu mempelajari bahan secara tuntas
menurut waktunya masing-masing karena tiap anak berbeda-beda iramanya.

2.2 Perbandingan Teori Skinner dengan Teori Thorndike

viii
Pada teori yang digunakan oleh Thorndike yang menerapkan percobaan-percobaan
(trials) dan kegagalan-kegagalan (error) untuk tercapainya stimulus dan respon yang
diinginkan, teori belajar Edward Lee Thorndike ini sering disebut teori belajar koneksionisme
atau asosiasi. Pada teori ini peserta didik mengedepankan untuk sering berlatih dan mencoba
agar kebiasaan-kebiasaan (materi) yang disampaikan dapat melekat pada diri peserta didik.
Dengan hukum yang digunakan Thorndike ada 3, yaitu hukum kesiapan dengan menyiapkan
peserta didik agar pembelajaran dapat berjalan dengan baik sehingga menghasilkan sebuah
respon melalui sebuah kepuasaan. Ada hukum latihan yang berkaitan dengan cara
menyampaikan dan mengatasi pembelajaran dengan respon dari peserta didik yang mana
pembelajaran akan dilakukan melalui pengulangan atau latihan berulang kali untuk
menguatkan ingatan peserta didik, dan hukum terakhir adalah hukum akibat melalui cara atau
stimulus yang diterapkan sehingga respon yang menghasilkan hasil yang memuaskan akan
diteruskan dan apabila tidak memuaskan akan dihentikan. Sama halnya dengan pemberian
hadiah atau hukuman dari hasil pembelajaran yang diberikan pendidik kepada peserta didik
sebagai pertimbangan meningkatkan motivasi peserta didik dalam memecahkan masalah
yang dihadapi untuk mendapatkan pengalaman berharga.

Teori yang dikemukakan oleh Skinner adalah teori melalui ikatan stimulus dan respon
yang terjalin akibat interaksi dengan lingkungannya, yang mana berdampak pergantian
tingkah laku. Tingkah laku tersebut dikendalikan oleh pengkondisian peran (Operant
Conditioning) maupun proses penguatan perilaku peran yang perilaku tersebut dapat berulang
kembali ataupun juga menghilang sesuai keinginan yang dilakukan secara bebas dan
otomatis. Pada teori Skinner memiliki faktor terpenting adalah penguat (Reinforcement) yang
dibagi jadi 2 yaitu, penguat positif dan memunculkan pengulangan tingkah laku serta terdapat
penguatan negatif yang apabila memunculkan perilaku kurang.

Dalam pendidikan pada teori Skinner tidak terdapat hukuman sebagai pembentuk
tingkah laku tetapi memakai penguat negatif. Perbedaannya ialah hukuman diberikan sebagai
stimulus dengan respon yang berbeda serta bisa menyusutkan peluang terjadinya perilaku,
serta penguat negatif sebagai stimulus dapat menaikkan peluang terbentuknya sesuatu
perilaku yang mesti dikurangi. Maka dengan itu, perbandingan dari teori Thorndike serta
Skinner yakni jika teori Thorndike pada pendidikan mengaplikasikan percobaan-percobaan
(trials) serta kegagalan-kegagalan (error) yang mengedepankan latihan berulang dengan
hukum-hukum sebagai prinsip dari teori Thorndike pada pendidikan yang berbeda dengan
teori Skinner. Teori Thorndike memakai prinsip hukum akibat sebagai acuan motivasi peserta
didik dari hasil pembelajaran, tetapi teori skinner tidak mengenakan prinsip hukum akibat
melainkan penguat negatif sebagai peluang terjadinya terbentuknya sikap yang mesti
dikurangi. Serta teori Skinner ini pembelajaran pembuatan tingkah lakunya dipengaruhi oleh
lingkungan sekitar sebagai rangsangannya ataupun pendidikan yang tidak hanya mengacu
pada materi yang disampaikan tetapi diperlukan keadaan dari lingkungan tersebut.

BAB III
PENUTUP

ix
3.1 Kesimpulan

Menurut Skinner, Behaviorisme adalah segala perilaku yang penyebab timbulnya


ialah dari stimulus yang diberikan oleh orang lain dan perilaku yang ditimbulkan karena
adanya pengaruh dari stimulus yang disebut respon. Skinner juga mengutamakan tingkah
laku sebagai hubungan antara perangsang dengan respon. Skinner menganggap bahwa
“reward” atau “hadiah” merupakan sebagai salah satu faktor yang penting dalam suatu proses
belajar (Soemanto, 1990;119). Ada dua macam respon yang dibedakan oleh Skinner, yaitu
Respondent Response dan Operant Response.

Teori pembelajaran Skinner dikenal dengan teori Pembiasaan Perilaku respon


(Operant Conditioning). Operant Conditioning terdiri dari dua konsep utama, yaitu
Reinforcement (penguatan) serta punishment (hukuman). Dari teori Skinner dapat
dibandingkan dengan teori Thorndike yang mana teori Thorndike menggunakan percobaan-
percobaan (trials) dan kegagalan-kegagalan (error) untuk tercapainya stimulus dan respon
yang diinginkan, teori belajar Edward Lee Thorndike ini sering disebut teori belajar
koneksionisme atau asosiasi, serta teori Skinner tidak menerapkan hukuman melainkan
penguat negatif. Berbeda dengan teori Thorndike yang menggunakan prinsip hukum sebagai
hasil stimulus dan respon di pembelajaran.

3.2 Daftar Pustaka

A.M.Irfan Taufan Asfar, A. A. (2019). TEORI BEHAVIORISME (Theory of Behaviorism).


Program Doktoral Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Makassar, 1-32.
Asfar, A. T., Asfar, A. A., & Halamury, M. F. (2019). Teori Behaviorisme (Theory of
Behaviorism). ResearchGate, 1-32.

Isti'adah, F. N. (2020). Teori-Teori Belajar Dalam Pendidikan. Tasikmalaya: Edu Publisher.

Kiki Melita Andriani, M. R. (2022). Penerapan Teori Belajar Behavioristik B. F. Skinner


dalam Pembelajaran : Studi Analisis Terhadap Artikel Jurnal Terindeks Sinta Tahun
2014 – 2020. ŚALIĤA Jurnal Pendidikan & Agama Islam, 78-91.
Makki, A. (2019). MENGENAL SOSOK EDWARD LEE THORNDIKE ALIRAN
FUNGSIONALISME DALAM TEORI BELAJAR. PANCAWAHANA: Jurnal Studi
Islam, 78-91.
Nur Kolis, A. F. (2022). STUDI KOMPARATIF : TEORI EDWARD LEE THORNDIKE
DAN IMAM AL GHAZALI DALAM IMPLEMENTASINYA DI
PEMBELAJARAN ANAK USIA DINI. Jurnal Pendidikan Islam Anak Usia Dini,
128-141.
Setiadji , B. (2020). Konsep Pendekatan Behaviorisme B.F. Skinner Dan Relevansinya
Terhadap Tujuan Pendidikan islam. IAIN Ponorogo, 1-109.

x
xi

Anda mungkin juga menyukai