2018 No. 96 - Perka BPS - Pengelolaan Arsip Inaktif
2018 No. 96 - Perka BPS - Pengelolaan Arsip Inaktif
MEMUTUSKAN :
Menetapkan : PERATURAN KEPALA BADAN PUSAT STATISTIK TENTANG
PEDOMAN PENGELOLAAN ARSIP INAKTIF PADA BADAN
PUSAT STATISTIK .
Pasal 1
Pedoman Pengelolaan Arsip Inaktif di Lingkungan Badan Pusat
Statistik dipergunakan sebagai acuan bagi unit kearsipan di
lingkungan Badan Pusat Statistik dalam rangka melaksanakan
penataan , penyimpanan dan pemeliharaan arsip inaktif .
Pasal 2
Pedoman Pengelolaan Arsip Inaktif pada Badan Pusat Statistik
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 tercantum dalam
Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Peraturan Kepala Badan ini .
Pasal 3
Peraturan Kepala Badan ini mulai berlaku pada tanggal 1
Januari 2019 .
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 26 September 2018
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Seiring suatu organisasi berkembang semakin banyak arsip yang akan
tercipta. Hal ini memerlukan ruangan sebagai tempat penyimpanan arsip.
Peningkatan volume arsip setiap tahun menimbulkan permasalahan dalam
penyediaan ruang simpan, sumberdaya manusia dan lain-lain. Sering suatu
organisasi tidak cepat mengantisipasi dalam rangka penyelamatan arsip
inaktifnya yang telah mulai menumpuk , hal ini mengakibatkan semakin
besarnya masalah kearsipan yang dihadapi organisasi tersebut. Penataan
arsip inaktif yang tidak dikelola dengan baik akan menimbulkan hilangnya
aset organisasi berupa informasi yang sebenarnya tidak ternilai harganya ,
disamping akan menimbulkan beban biaya dan beban administrasi yang
semakin hari semakin besar.
Seperti yang diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2009
tentang Kearsipan yang menyatakan bahwa setiap Pencipta Arsip wajib
melaksanakan pengelolaan arsip dinamis. Salah satu bagian dari pengelolaan
arsip dinamis adalah pengelolaan arsip inaktif .
Badan Pusat Statistik sebagai pencipta arsip berkewajiban
melaksanakan pengelolaan arsip inaktif . Agar pengelolaan arsip inaktif dapat
berjalan dengan lancar maka perlu dilaksanakan sesuai dengan ketetapan ,
yaitu diawali dengan penetapan kebijakan , pengelolaan air inaktif , sumber
daya manusia pengelola arsip inaktif , pengadaan sarana dan prasarana sesuai
standar, prosedur baku pengelolaan serta monitoring dan evaluasi terhadap
pelaksanaan pengelolaan arsip inaktif .
Sebagai langkah awal agar pengelolaan arsip inaktif di BPS dapat
dilaksanakan secara efektif , diperlukan pedoman yang akan dijadikan acuan
dalam penyelenggaraan pengelolaan arsip inaktif di lingkungan Badan Pusat
-2-
C . Sasaran
Sasaran Pedoman Pengelolaan arsip inaktif di lingkungan BPS adalah
unit kerja Eselon II tertentu yang menyelenggarakan pengelolaan arsip inaktif .
Pengelolaan arsip inaktif perlu dilaksanakan secara benar untuk mencapai
tujuan : penyimpanan arsip secara murah dan mengelola arsip sebagai pusat
rujukan atau pusat referensi.
Unit kerja pengelola kearsipan pada Badan Pusat Statistik melakukan
monitoring dan evaluasi terhadap pelaksanaan pengelolaan arsip vital dalam
bentuk sosialisasi, bimbingan dan konseling, pemantauan kinerja dan
pelaporan kegiatan .
D. Ruang Lingkup
Ruang lingkup Pedoman Pengelolaan Arsip Inaktif di lingkungan Badan
E . Pengertian
Dalam Pedoman ini yang dimaksud dengan :
1. Arsip adalah rekaman kegiatan atau peristiwa dalam berbagai bentuk dan
media sesuai dengan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi
yang dibuat dan diterima oleh lembaga negara, pemerintahan daerah ,
lembaga pendidikan , perusahaan , organisasi politik, organisasi
kemasyarakatan , dan perseorangan dalam pelaksanaan kehidupan
bermasyarakat , berbangsa dan bernegara.
-4-
BAB II
KETENTUAN UMUM
A. Asas
1. Pengelolaan Arsip Inaktif di lingkungan BPS menggunakan asas
sentralisasi dalam penetapan kebijakan , sistem pengelolaan arsip inaktif ,
Sumber Daya Manusia, prasarana dan sarana, serta pengelolaan arsip
inaktif secara elektronik .
2. Kebijakan yang terkait dengan pengelolaan arsip inaktif ditetapkan oleh
Kepala BPS.
3. Penanggungjawab pengelolaan arsip inaktif di unit kearsipan I ( Pusat)
dan unit kearsipan II ( Provinsi) .
4 . Dalam hal pelindungan dan pengamanan arsip inaktif dilaksanakan oleh
masing-masing pengelola arsip inaktif yang berada di records center.
BAB III
PROSEDUR PENGELOLAAN ARSIP INAKTIF
kegiatan ini perlu dibuat semacam berita acara pindah yang dilampiri
daftarnya.
b) Penataan dan Penyimpanan
Penataan arsip dalam setiap boks harus memperhatikan penataan
arsip ketika arsip terbut masih aktif . Penataan dan penyimpanan arsip
inaktif memiliki prosedur sebagai berikut :
1) Pemeriksaan
Pemeriksaan adalah kegiatan pengecekan kembali kepastian
status arsip inaktif yang diserahkan oleh arsiparis di central file. Selain
itu juga dicek kelengkapan setiap series arsipnya dan kondisi fisik
setiap lembarnya .
2) Pendeskripsian
Pendeskripsian dilaksanakan berdasarkan series arsip. Kegiatan
ini bertujuan untuk menguji kebenaran deskripsi arsip dari central file
dengan melihat fisik arsipnya serta membandingkan dengan daftar atau
formulir yang dihasilkan oleh central file lain .
Kegiatan deskripsi ini akan mnghasilkan suatu tunjuk silang, dari
arsip yang berkaitan dengan arsip unit lain . Penciptaan tunjuk silang
dapat dilaksanakan dalam bentuk lembaran , guide atau folder yang
diletakkan dalam boks arsip atau dalam daftar isi arsip sebagai alat
bantu penemuan arsip.
3) Sortir
Kegiatan penyortiran dilakukan untuk mengelompokkan antar
arsip dan non arsip, kelompok series arsip yang satu dengan kelompok
lain , berdasarkan urut kode nomor dan lain-lain sehingga
mempermudah memasukkan arsip dalam boks atau menata boks dalam
rak.
4) Penataan arsip dan boks
Penataan arsip dalam boks harus memperhatikan penataan arsip
tersebut ketika masih arsip aktif . Penatan sangat bergantung pada
sistem penerimaan boks yang digunakan , sedangkan penomoran boks
bergantung pada ruang dan alat simpannya . Penomoran bisa berupa
kode huruf dan numerik , contoh . 01.02 . 44 atau A. 02.44 yang artinya
arsip disimpan di ruang 1 / A, pada rak 02 dan boks nomor 44 .
Penataan boks dalam setiap raknya perlu dilaksanakan secara tepat
dengan teknik yang mudah dan efisien , misal; penataan dari kiri ke
kanan , atau nomor ganjil dan genap .
- 11 -
01.03 . 48
3. KP Cuti Pegawai
a. Cuti Tahunan 1999 Alfabetis 01.03 . 48 5 Tahun
b . Cuti Melahirkan 1999 Alfabetis 01.03 . 48 5 Tahun
c . Cuti Sakit 2000 Alfabetis 01.03 . 48 5 Tahun
c) Pelayanan Arsip
Pelayanan arsip berupa peminjaman arsip atau pemberian servis
informasi yang terkandung di dalam arsip yang disimpan . Kegiatan
pelayanan arsip mengatur kewenangan penggunaan arsip dan prosedur
penggunaannya. Kewenangan penggunaan dan prosedur penggunaanya
harus diatur secara baik sehingga keamanan arsip tetap terjaga.
- 12 -
1) Permintaan
Permintaan penggunaan arsip atau pelayanan informasi arsip
dapat dilaksanakan melalui lisan, tertulis, ataupun melalui telepon .
Perlu disediakan formulir permintaan yang berfungsi sebagai alat
pemesanan arsip. Formulir memuat nama peminjam , unit kerjanya,
arsip yang dipinjam dan untuk kepentingan apa serta jangka waktu
pinjam.
2) Pencarian
Pencarian arsip inaktif dilaksanakan melalui Daftar Arsip.
Pencarian bisa dilihat dari masalah / subjek arsip kemudian dicari series
arsipnya yang akan merujuk pada nomor boks yang menunjukkan
lokasi penyimpanan .
3) Pengambilan Arsip
Sebelum arsip diambil harus disiapkan out indicator ( penanda
keluarnya arsip) , bisa berupa folder / map, boks tergantung arsip yang
diambil berupa folder atau boks. Out indicator diberi tulisan
OUT / KELUAR dan juga memuat formulir yang berisi tanggal
pengambilan, siapa peminjam , jenis arsip serta lama peminjaman ,
waktu pengembalian.
Penggunaan Out indicator berguna untuk mengontrol arsip yang
dipinjam serta memudahkan kembali dalam penyimpanan arsip ke
tempat semula.
4 ) Pengendalian
Pengendalian dimaksudkan untuk mengamankan arsip baik fisik
maupun informasinya, sehingga dapat memonitor keberadaan arsip
sejauhmana arsip beredar dan sampai kapan harus kembali ( batas
pinjam ) ke tempat penyimpan .
5) Penyimpanan kembali
Sebelum arsip disimpan kembali setelah usai masa
peminjamannya ketempat semula, maka out indicator perlu diambil dan
diberi catatan bahwa arsip telah kembali. Dan arsip ditempatkan di
tempat semula dengan posisi yang benar.
d ) Pemusnahan
Pemusnahan arsip dilaksanakan ketika masa penyimpanan arsip
inaktif telah selesai. Adapun tahap- tahap pemusnahan sebagai berikut :
- 13 -
1) Penyeleksian
Seleksi terhadap arsip yang retensinya telah ditentukan habis
dapat dilaksanakan berdasarkan Jadwal Retensi Arsip . Arsip yang telah
terseleksi harus dibuatkan daftarnya , yang kemudian diajukan panitia
pemusnahan untuk diadakan penilaian kembali . Penilaian kembali
terhadap arsip yang akan dimusnahkan ini , kemungkinan akan
menghasilkan suatu keputusan arsip tersebut disimpan kembali untuk
waktu tertentu , dimusnahkan atau mungkin diserahkan ke ANRI
( bernilai guna sekunder / memiliki kandungan informasi sejarah ) .
2 ) Pelaksanaan Pemusnahan
Setelah arsip ditentukan musnah oleh pimpinan , maka
pelaksanaan pemusnahan segera dilaksanakan dengan cara dibakar ,
dicacah , dibubur atau dengan larutan kimia lainnya, yang pada
akhirnya baik fisik dan informasi arsip sudah tidak dapat dikenali lagi.
Setiap pelaksanaan pemusnahan harus disaksikan oleh minimal 2 (dua)
orang pejabat hukum atau dari bagian perunang- undangan .
3) Dokumentasi Pemusnahan
Sebagaimana diatur dalam Peraturan Kepala Arsip Nasional
Republik Indonesia Nomor 37 Tahun 2016 tentang Pedoman
Penyusutan Arsip bahwa pemusnahan arsip menjadi tanggung jawab
pimpinan pencipta arsip . Pimpinan pencipta arsip mengeluarkan
penetapan terhadap arsip yang akan dimusnahkan dengan mengacu
pada persetujuan tertulis dari Kepala ANRI dan pertimbangan tertulis
dari panitia penilai arsip . Pelaksanaan pemusnahan dilakukan dengan
membuat Berita Acara Pemusnahan berserta Daftar Arsip Usui Musnah
yang dibuat rangkap 2 (dua ) .
Semua dokumentasi dari kegiatan pemusnahan arsip harus
disimpan sebagai arsip vital . Karena arsip tersebut akan menjadi
pengganti arsip yang telah dimusnahkan dan sebagai memori
organisasi .
SAT
K { PUSAT STATISTIK,
%
5 5j
* %Jy§3§ fRIYANTO