Anda di halaman 1dari 98

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN ANAK

REMAJA

Oleh:

1. Agus Setiyono (2112052) 5. Emy Nurhayati (2112056)


2. Binti Khoirin N (2112053) 6. Catur Hermin T.W (2212074)
3. Fransnedo Dhiky (2112054) 7. Erni Zulie E. (2212075)
4. Indah Hidayatiningsih (2112055) 8. Heru Sugiyanto (2212076)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS


STIKES PATRIA HUSADA
2022
1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Keluarga sebagai unit terkecil dalam masyarakat mempunyai peranan

yang sangat menentukan bagi tumbuhnya generasi muda yang cerdas dan

berkualitas. Jika keluarga mampu menjalankan fungsinya dengan baik maka

generasi yang tercipta pun akan baik. Keluarga atau yang dalam hal ini adalah

orang tua, terutama ibu, perlu memperhatikan kesehatan anak-anaknya. Anak

merupakan generasi penerus bangsa. Awal kokoh atau tidaknya suatu negara

dapat dilihat dari kualitas para generasi penerusnya. Fenomena kesehatan anak

di Indonesia menjadi hal yang menarik dikaji karena anak masih dalam masa

perkembangan. Jika kesehatan anak terganggu maka perkembangannya juga

dapat terhambat (Karimah et al., 2015).

Anak adalah individu yang unik dan mempunyai kebutuhan sesuai

tahap perkembangannya. Sebagai individu yang unik, anak memiliki berbagai

kebutuhan yang berbeda satu dengan yang lain sesuai tumbuh kembang.

Kebutuhan fisiologis seperti nutrisi dan cairan, aktivitas, eliminasi, tidur dan

lain-lain, sedangkan kebutuhan psikologis, sosial dan spiritual yang akan

terlihat sesuai tumbuh kembangnya (Yuliastati; Nining, 2018).

Hockenberry & Wilson (2007) dalam (Ii, 2001) mengemukakan fase

perkembangan anak terdiri dari fase prenatal (masa kehamilan sampai anak

dilahirkan), fase neonatal (usia 0- 28 hari), fase infant (usia 1-12 bulan), fase
2

todler (usia 1-3 tahun), fase prasekolah (usia 3-6 tahun), fase sekolah (usia 6-

12 tahun), dan fase remaja (usia 13-18 tahun).

Masa remaja merupakan masa peralihan antara masa kehidupan anak-

anak dan masa kehidupan orang dewasa yang ditandai dengan pertumbuhan

dan perkembangan biologis dan psikologis. Secara biologis ditandai dengan

tumbuh dan berkembangnya seks primer dan seks sekunder sedangkan secara

psikologis ditandai dengan sikap dan perasaan, keinginan dan emosi yang labil

atau tidak menentu (Khoiru Bariyah, 2016)

Orangtua bertanggungjawab untuk menyediakan lingkungan yang

aman, memantau aktivitas anak, membantu mengembangkan emosi sosial dan

kognitif, serta menyediakan arahan dan panduan dalam kehidupan sehari-hari.

Dengan menyediakan lingkungan rumah yang aman dan kondusif, anak akan

senang bermain, mengeksplorasi hingga menemukan berbagai hal baru yang

dapat meningkatkan level perkembangan kognitif, sosial, dan emosional.

Harapannya kelak dapat menjadi pribadi yang bertanggungjawab dan

produktif (Nur, 2017)

Pada 2020 Menunjukan bahwa jumlah penduduk usia remaja

Indonesia sebanyak 75,49 juta atau 27,94% dari total 270,70 Juta enduduk

Indonesia (Kristianus, 2021).Pada Provinsi Kalimantann Timur Mencatat

bahwa jumlah penduduk usia remaja 2,56 juta atau 71% (budy, 2020). Kota

Balikpapan sendiri mencatat jumlah penduduk usia remaja adalah sebanyak

52.043 pada rentang tahun 2010 – 2020 .


3

Menurut Desmita (2011) masa remaja ditandai dengan sejumlah

karakteristik penting. yang meliputi pencapaian hubungan yang matang

dengan teman sebaya, dapat menerima dan belajar peran sosial sebagai pria

atau wanita dewasa yang dijunjung tinggi oleh masyarakat, menerima keadaan

fisik dan mampu menggunakanya secara efektif, mencapai kemandirian

emosional dari orang tua dan orang dewasa lainnya, memilih dan

mempersiapkan karier dimasa depan sesuai dengan minat dan kemampuannya,

mengembangkan sikap positif terhadap pernikahan hidup berkeluarga dan

memiliki anak, mengembangkan keterampilan intelektual dan konsep-konsep

yang diperlukan sebagai warga negara, mencapai tingkah laku yang

bertanggung jawab secara sosial dan memperoleh seperangkat nilai dan sistem

etika sebagai pedoman dalam bertingkah laku.

Menurut Blos (dalam Sarwono, 2011) perkembangan pada hakikatnya

adalah usaha penyesuaian diri (coping), yaitu untuk secara aktif mengatasi

stress dan mencari jalan keluar baru dari berbagai masalah yang dihadapi.

Sehingga dalam tataran perkembangan remaja, penyesuaian diri menjadi

sangat penting. Kemampuan penyesuaian diri yang sehat terhadap lingkungan

merupakan salah satu prasyarat yang penting bagi terciptanya kesehatan jiwa

atau mental individu. Banyak individu terutama remaja yang menderita dan

tidak mampu mencapai kebahagiaan dalam hidupnya karena

ketidakmampuaanya dalam menyesuaikan diri baik dengan kehidupan

keluarga, sekolah, pekerjaan maupun masyarakat pada umumnya. Tidak

sedikit remaja yang mengalami stres atau depresi akibat kegagalan mereka
4

untuk melakukan penyesuaian diri dengan kondisi lingkungan yang ada dan

kompleks. Masa peralihan perkembangan dan pertumbuhan yang dihadapi

oleh remaja akibat berbagai perubahan fisik, sosial, emosional yang semuanya

itu akan menimbulkan rasa cemas dan ketidaknyamanan. Akibatnya masa ini

disebut juga sebagai masa yang penuh dengan badai dan tekanan, karena

remaja harus belajar beradaptasi dan menerima semua perubahan yang sering

kali menyebabkan pergolakan emosi didalamnya.

Penyesuaian diri pada remaja merupakan kemampuan untuk membuat

rencana dan mengorganisasi respons respons sedemikian rupa, sehingga bisa

bertahan dan mengatasi segala bentuk konflik, kesulitan, dan frustasi-frustasi

secara efisien serta memiliki penguasaan dan kematangan emosional. Dengan

penyesuaian diri tersebut, diharapkan remaja mampu menjalani kehidupan

yang lebih baik, terhindar dari permasalahan dan lebih siap menghadapi

perubahan.Upaya yang dilakukan remaja dalam menemukan jati dirinya

seringkali dilakukan dengan jalan membentuk citra atau image tentang diri

remaja itu sendiri. Wujud dari citra itu terakumulasi dalam suatu konsep

gambaran tentang bagaimana setiap remaja mampu mempersepsi diri.

Keseluruhan gambaran diri yang meliputi persepsi individu tentang diri,

perasaan, keyakinan dan nilai-nilai yang berhubungan dengan dirinya (Khoiru

Bariyah, 2016)

Proses penyesuaian diri oleh remaja dalam menghadapi tugas

perkembangannya sebagai upaya pencarian identitas diri remaja dengan tugas

perkembangan yang tidak bisa dihindari oleh remaja, maka menjadi sangat
5

penting kepemilikan adversity quotient dalam diri yaitu yang merupakan

respon seseorang dalam menghadapi situasi sulit dan cara mengatasinya.

Adversity quotient berarti bisa juga disebut dengan ketahanan atau daya tahan

seseorang ketika menghadapi masalah Adversity quotient yang dimaksudkan

di sini adalah ketangguhan, ketenangan dalam menghadapi berbagai masalah

dan dapat mencari alternatif solusi masalah. Artinya dengan kata lain bahwa

remaja di tuntut untuk tangguh, tenang dalam menghadapi berbagai masalah

dan dapat mencari alternatif solusi dari setiap masalah-masalahnya tersebut

(Khoiru Bariyah, 2016)

Sehingga untuk Mecagah Hal – hal yang tidak di ingkan pada remaja

adalah lingkungan keluarga yang harmonis keluarga yang harmonis di

dalamnya terdapat cinta, kasih sayang dan respek, toleransi, rasa aman dan

kehangatan, seorang anak akan dapat melakuan penyesuaian diri secara sehat

dan baik. Remaja dekat dengan keluarga merupakan salah satu kebutuhan

pokok bagi perkembangan jiwa seorang anak, lingkungan teman sebaya teman

sebaya merupakan lingkungan perkembangan yang sangat dekat dengan

remaja. Suatu hal yang sulit bagi remaja adalah menjauh dari teman dan

dijauhi teman. Remaja mencurahkan kepada teman-temannya apa yang

tersimpan di dalam hatinya. Para remaja menggunakan teman sebayanya

untuk proses pengembangan jati dirinya, Lingkungan sekolah mempunyai

tugas yang tidak hanya sebatas pada masalah pengetahuan dan informasi saja.

Tetapi juga mencakupi tanggung jawab moral dan sosial secara luas dan

komplek. Demikian pula guru, tugasnya tidak hanya mengajar saja tetapi juga
6

berperan sebagai pendidik, pembimbing dan pelatih bagi murid-muridnya

serta mampu menyusun sistem pendidikan yang sesuai dengan perkembangan

tersebut (Andriyani, 2016)

Berdasarkan Uraian diatas, penulis tertarik menyusun “Asuhan keperawatan


Keluarga pada Anak Remaja”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah dalam penelitian


ini adalah “Bagaiamana Asuhan keperawatan keluarga dengan anak remaja?”

C. Tujuan

Tujuan dilakukan penelitian ini adalah :

1. Tujuan Umum

Untuk memperoleh gambaran Asuhan keperawatan keluarga pada anak remaja

2. Tujuan Khusus

a. Mampu melakukan pengkajian keluarga dengan anak remaja

b. Mampu menegakkan diagnosa keperawatan keluarga dengan anak

remaja

c. Mampu menyusun perencanaan keperawatan keluarga dengan anak

remaja
7

d. Mampu melakukan intervensi keperawatan keluarga dengan anak

remaja

e. Mampu melakukan evaluasi asuhan keperawatan keluarga dengan

anak remaja.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat Penelitian ini adalah :

1. Bagi kelompok penyusun

Dengan dibuatnya makalah ini diharapkan kelompok mampu menetapkan

diagnose keperawatan, menentukan intervensi keperawatan keluarga

dengan anak remaja secara tepat


8

BAB II

TINJAUN PUSTAKA

A. Konsep Anak Remaja

1. Definisi Remaja

Masa remaja adalah masa transisi dalam rentang kehidupan manusia,

menghubungkan masa kanak-kanak dan masa dewasa (Santrock, 2013).

Masa remaja disebut pula sebagai masa penghubung atau masa peralihan

antara masa kanak-kanak dengan masa dewasa. Pada periode ini terjadi

perubahan-perubahan besar dan esensial mengenai kematangan fungsi-

fungsi rohaniah dan jasmaniah, terutama fungsi seksual (Kartono, 2015).

Remaja, yang dalam bahasa aslinya disebut adolescence, berasal dari

bahasa Latin adolescare yang artinya “tumbuh atau tumbuh untuk

mencapai kematangan”. Bangsa primitif dan orang-orang purbakala

memandang masa puber dan masa remaja tidak berbeda dengan periode

lain dalam rentang kehidupan. Anak dianggap sudah dewasa apabila

sudah mampu mengadakan reproduksi (Ali & Asrori, 2016).

2. Batasan Usia Remaja

Berdasarkan tahapan perkembangan individu dari masa bayi hingga

masa tua akhir menurut Erickson, masa remaja dibagi menjadi tiga

tahapan yakni masa 13 remaja awal, masa remaja pertengahan, dan masa

remaja akhir. Adapun kriteria usia masa remaja awal pada perempuan

yaitu 13-15 tahun dan pada laki-laki yaitu 15-17 tahun. Kriteria usia masa
9

remaja pertengahan pada perempuan yaitu 15-18 tahun dan pada laki-laki

yaitu 17-19 tahun. Sedangkan kriteria masa remaja akhir pada perempuan

yaitu 18-21 tahun dan pada laki-laki 19-21 tahun (Thalib, 2010). Menurut

Papalia dan Olds (dalam Jahja, 2012), masa remaja adalah masa transisi

perkembangan antara masa kanak-kanak dan dewasa yang pada umumnya

dimulai pada usia 12 atau 13 tahun dan berakhir pada usia akhir belasan

tahun atau awal dua puluhan tahun. Jahja (2012) menambahkan, karena

laki-laki lebih lambat matang daripada anak perempuan, maka laki-laki

mengalami periode awal masa remaja yang lebih singkat, meskipun pada

usia 18 tahun ia telah dianggap dewasa, seperti halnya anak perempuan.

Akibatnya, seringkali laki-laki tampak kurang untuk usianya

dibandingkan dengan perempuan. Namun adanya status yang lebih

matang, sangat berbeda dengan perilaku remaja yang lebih muda.

3. Tugas Perkembangan Anak Remaja

Tugas perkembangan pada masa remaja dipusatkan pada pusaka

penanggulangan sikap dan pola perilaku yang kekanak-kanakan dan

mengadakan persiapan untuk menghadapi masa dewasa, Tugas-tugas

tersebut antara lain:

a. Mencapai hubungan baru dan yang lebih matang dengan teman sebaya

baik pria maupun wanita

b. Mencapai peran sosial pria, dan wanita

c. Menerima keadaan fisiknya dan menggunakan tubuhnya secara efektif


10

d. Mengharapkan dan mencapai perilaku sosial yang bertanggung

jawab

e. Mencapai kemandirian emosional dari orang tua dan orang-

orang dewasa lainnya

f. Mempersiapkan karir ekonomi

g. Mempersiapkan perkawinan dan keluarga

h. Memperoleh perangkat nilai dan sistem etis sebagai pegangan

untuk berperilaku mengembangkan ideology

4. Perkembangan Fisik Remaja

Papalia & Olds (dalam Jahja, 2012) menjelaskan bahwa

perkembangan fisik adalah perubahan-perubahan pada tubuh, otak,

kapasitas sensoris, dan keterampilan motorik. Piaget (dalam Papalia &

Olds 2001, dalam Jahja, 2012) menambahkan bahwa perubahan pada

tubuh ditandai dengan pertambahan tinggi dan berat tubuh, pertumbuhan

tulang dan otot, dan kematangan organ seksual dan fungsi reproduksi.

Tubuh remaja mulai beralih dari tubuh kanak-kanak menjadi tubuh orang

dewasa yang cirinya ialah kematangan. Perubahan fisik otak strukturnya

semakin sempurna untuk meningkatkan kemampuan kognitif. Pada masa

remaja itu, terjadilah suatu pertumbuhan fisik yang cepat disertai banyak

perubahan, termasuk di dalamnya pertumbuhan organ-organ reproduksi

(organ seksual) sehingga tercapai kematangan yang ditunjukkan dengan

kemampuan melaksanakan fungsi reproduksi. Perubahan yang terjadi


11

pada pertumbuhan tersebut diikuti munculnya tanda-tanda sebagai

berikut:

a. Tanda-tanda seks primer

Semua organ reproduksi wanita tumbuh selama masa puber. Namun

tingkat kecepatan antara organ satu dan lainnya berbeda. Berat uterus

pada anak usia 11 atau 12 tahun kira-kira 5,3 gram, pada usia 16

tahun rata-rata beratnya 43 gram. Sebagai tanda kematangan organ

reproduksi pada perempuan adalah datangnya haid. Ini adalah

permulaan dari serangkaian pengeluaran darah, lendir dan jaringan

sel yang hancur dari uterus secara berkala, yang akan terjadi kira-kira

setiap 28 hari. Hal ini berlangsung terus sampai menjelang masa

menopause. Menopause bisa terjadi pada usia sekitar lima puluhan

b. Tanda-tanda seks sekunder

1.) Rambut.

Rambut kemaluan pada wanita juga tumbuh seperti halnya remaja

laki-laki. Tumbuhnya rambut kemaluan ini terjadi setelah pinggul

dan payudara mulai berkembang. Bulu ketiak dan bulu pada kulit

wajah tampak setelah haid. Semua rambut kecuali rambut wajah

mula-mula lurus dan terang warnanya, kemudian menjadi lebih

subur, lebih kasar, lebih gelap dan agak keriting


12

2.) Pinggul.

Pinggul pun menjadi berkembang, membesar dan membulat. Hal

ini sebagai akibat membesarnya tulang pinggul dan

berkembangnya lemak di bawah kulit

3.) Payudara.

Seiring pinggul membesar, maka payudara juga membesar dan

puting susu menonjol. Hal ini terjadi secara harmonis sesuai pula

dengan berkembang dan makin besarnya kelenjar susu sehingga

payudara menjadi lebih besar dan lebih bulat.

4.) Kulit.

Kulit, seperti halnya laki-laki juga menjadi lebih kasar, lebih

tebal, pori-pori membesar. Akan tetapi berbeda dengan laki-laki

kulit pada wanita tetap lebih lembut

5.) Kelenjar lemak dan kelenjar keringat.

Kelenjar lemak dan kelenjar keringat menjadi lebih aktif.

Sumbatan kelenjar lemak dapat menyebabkan jerawat. Kelenjar

keringat dan baunya menusuk sebelum dan selama masa haid

6.) Otot.

Menjelang akhir masa puber, otot semakin membesar dan kuat.

Akibatnya akan membentuk bahu, lengan dan tungkai kaki


13

5. Perkembangan psikis Remaja

a. Perubahan Emosi

1.) Sensitif atau peka misalnya mudah menangis, cemas, frustasi, dan

sebaliknya bisa tertawa tanpa alasan yang jelas. Utamanya sering

terjadi pada remaja putri, lebih-lebih sebelum menstruasi

2.) Mudah bereaksi bahkan agresif terhadap gangguan atau

rangsangan luar yang mempengaruhinya. Itulah sebabnya mudah

terjadi perkelahian. Suka mencari perhatian dan bertindak tanpa

berpikir terlebih dahulu

3.) Ada kecenderungan tidak patuh pada orang tua, dan lebih senang

pergi bersama dengan temannya daripada tinggal di rumah

b. Perkembangan integelensia

1.) Cenderung mengembangkan cara berpikir abstrak, suka

memberikan kritik

2.) Cenderung ingin mengetahui hal-hal baru, sehingga muncul

perilaku ingin mencoba-coba

6. Perkembangan Kognitif masa remaja

Menurut Piaget (dalam Santrock, 2001; dalam Jahja, 2012), seorang

remaja termotivasi untuk memahami dunia karena perilaku adaptasi secara

biologis mereka. Dalam pandangan Piaget, remaja secara aktif

membangun dunia kognitif mereka, di mana informasi yang didapatkan

tidak langsung diterima begitu saja ke dalam skema kognitif mereka.

Remaja telah mampu membedakan antara hal-hal atau ide-ide yang lebih
14

penting dibanding ide lainnya, lalu remaja juga mengembangkan ide-ide

ini. Seorang remaja tidak saja mengorganisasikan apa yang dialami dan

diamati, tetapi remaja mampu mengholah cara berpikir mereka sehingga

memunculkan suatu ide baru. Kekuatan pemikiran remaja yang sedang

berkembang membuka cakrawala kognitif dan cakrawala sosial baru.

Pemikiran mereka semakin abstrak (remaja berpikir lebih abstrak daripada

anak-anak), logis (remaja mulai berpikir seperti ilmuwan, yang menyusun

rencana-rencana untuk memecahkan masalah-masalah dan menguji secara

sistematis pemecahan-pemecahan masalah), dan idealis (remaja sering

berpikir tentang apa yang mungkin. Mereka berpikir tentang ciriciri ideal

diri mereka sendiri, orang lain dan dunia); lebih mampu menguji

pemikiran diri sendiri, pemikiran orang lain, dan apa yang orang lain

pikirkan tentang diri mereka; serta cenderung menginterpretasikan dan

memantau dunia sosial

7. Perkembangan Emosi masa remaja

Karena berada pada masa peralihan antara masa anak-anak dan masa

dewasa, status remaja remaja agak kabur, baik bagi dirinya maupun bagi

lingkungannya (Ali & Asrori, 2016). Semiawan (dalam Ali & Asrori,

2016) mengibaratkan: terlalu besar untuk serbet, terlalu kecil untuk taplak

meja karena sudah bukan anak-anak lagi, tetapi juga belum dewasa. Masa

remaja biasanya memiliki energi yang besar, emosi berkobar-kobar,

sedangkan pengendalian diri belum sempurna. Remaja juga sering

mengalami perasaan tidak aman, tidak tenang, dan khawatir kesepian.


15

Ali dan Ansori (2016) menambahkan bahwa perkembangan emosi

seseorang pada umumnya tampak jelas pada perubahan tingkah lakunya.

Perkembangan emosi remaja juga demikian halnya. Kualitas atau fluktuasi

gejala yang tampak dalam tingkah laku itu sangat tergantung pada tingkat

fluktuasi emosi yang ada pada individu tersebut.

Dalam kehidupan sehari-hari sering kita lihat beberapa tingkah laku

emosional, misalnya agresif, rasa takut yang berlebihan, sikap apatis, dan

tingkah laku menyakiti diri, seperti melukai diri sendiri dan memukul-

mukul kepala sendiri. Sejumlah faktor menurut Ali & Asrori (2016) yang

dapat mempengaruhi perkembangan emosi remaja adalah sebagai berikut

a. Perubahan jasmani

Perubahan jasmani yang ditunjukkan dengan adanya perubahan yang

sangat cepat dari anggota tubuh. Pada taraf permulaan pertumbuhan

ini hanya terbatas pada bagian-bagian tertentu saja yang

mengakibatkan postur tubuh menjadi tidak seimbang.

Ketidakseimbangan tubuh ini sering mempunyai akibat yang tak

terduga pada perkembangan emosi remaja. Tidak setiap remaja dapat

menerima perubahan kondisi tubuh seperti itu, lebih-lebih jika

perubahan tersebut menyangkut perubahan kulit yang menjadi kasar

dan penuh jerawat. Hormon-hormon tertentu mulai berfungsi sejalan

dengan perkembangan alat kelaminnya sehingga dapat menyebabkan


16

rangsangan di dalam tubuh remaja dan seringkali menimbulkan

masalah dalam perkembangan emosinya

b. Perubahan pola interaksi dengan orang tua.

Pola asuh orang tua terhadap anak, termasuk remaja, sangat bervariasi.

Ada yang pola asuhnya menurut apa yang dianggap terbaik oleh

dirinya sendiri saja sehingga ada yang bersifat otoriter, memanjakan

anak, acuh tak acuh, tetapi ada juga yang dengan penuh cinta kasih.

Perbedaan pola asuh orang tua seperti ini dapat berpengaruh terhadap

perbedaan perkembangan emosi remaja. Cara memberikan hukuman

misalnya, kalau dulu anak dipukul karena nakal, pada masa remaja

cara semacam itu justru dapat menimbulkan ketegangan yang lebih

berat antara remaja dengan orang tuanya

c. Perubahan pola interaksi dengan teman sebaya.

Remaja seringkali membangun interaksi sesama teman sebayanya

secara khas dengan cara berkumpul untuk melakukan aktifitas bersama

dengan membentuk semacam geng. Interksi antaranggota dalam suatu

kelompok geng biasanya sangat intens serta memiliki kohesivitas dan

solidaritas yang sangat tinggi. Pembentukan kelompok dalam bentuk

geng seperti ini sebaiknya diusahakan terjadi pada masa remaja awal

saja karena biasanya bertujuan positif, yaitu untuk memenuhi minat

mereka Bersama
17

d. Perubahan pandangan luar.

Ada sejumlah pandangan dunia luar yang dapat menyebabkan konflik-

konflik emosional dalam diri remaja, yaitu sebagai berikut:

1.) Sikap dunia luar terhadap remaja sering tidak konsisten.

Kadangkadang mereka dianggap sudah dewasa, tetapi mereka

tidak mendapat kebebasan penuh atau peran yang wajar

sebagaimana orang dewasa. Seringkali mereka masih dianggap

anak kecil sehingga menimbulkan kejengkelan pada diri remaja.

Kejengkelan yang mendalam dapat berubah menjadi tingkah laku

emosional.

2.) Dunia luar atau masyarakat masih menerapkan nilai-nilai yang

berbeda untuk remaja laki-laki dan perempuan. Kalau remaja

lakilaki memiliki banyak teman perempuan, mereka mendapat

predikat populer dan mendatangkan kebahagiaan. Sebaliknya,

apabila remaja putri mempunyai banyak teman laki-laki sering

dianggap tidak baik atau bahkan mendapat predikat yang kurang

baik. Penerapan nilai yang berbeda semacam ini jika tidak disertai

dengan pemberian pengertian secara bijaksana dapat menyebabkan

remaja bertingkah laku emosional

3.) Seringkali kekosongan remaja dimanfaatkan oleh pihak luar yang

tidak bertanggung jawab, yaitu dengan cara melibatkan remaja

tersebut ke dalam kegiatan-kegiatan yang merusak dirinya dan

melanggar nilai-nilai moral


18

e. Perubahan interaksi dengan sekolah.

Pada masa anak-anak, sebelum menginjak masa remaja, sekolah

merupakan tempat pendidikan yang diidealkan oleh mereka. Para guru

merupakan tokoh yang sangat penting dalam kehidupan mereka karena

selain tokoh intelektual, guru juga merupakan tokoh otoritas bagi para

peserta didiknya. Oleh karena itu, tidak jarang anak-anak lebih

percaya, lebih patuh, bahkan lebih takut kepada guru daripada kepada

orang tuanya. Posisi guru semacam ini sangat strategis apabila

digunakan untuk pengembangan emosi anak melalui penyampaian

materi-materi yang positif dan konstruktif.

B. Konsep Keperawatan Anak

1. Pertumbuhan dan perkembangan

a. Pengertian

Pertumbuhan (growth) berkaitan dengan masalah perubahan

ukuran, besar, jumlah atau dimensi pada tingkat sel, organ maupun

individu. Pertumbuhan bersifat kuantitatif sehingga dapat diukur

dengan satuan berat (gram, kilogram), satuan panjang (cm, m), umur

tulang, dan keseimbangan metabolik (retensi kalsium dan nitrogen

dalam tubuh) (Nur, 2009).

Pertumbuhan mempunyai ciri-ciri khusus, yaitu perubahan

ukuran, perubahan proporsi, hilangnya ciri-ciri lama, serta munculnya

ciri-ciri baru. Keunikan pertumbuhan adalah mempunyai kecepatan

yang berbeda-beda di setiap kelompok umur dan masing-masing organ


19

juga mempunyai pola pertumbuhan yang berbeda. Terdapat 3 periode

pertumbuhan cepat, yaitu masa janin, masa bayi 0 – 1 tahun, dan masa

pubertas.

Sedangkan perkembangan (development) adalah pertambahan

kemampuan struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks.

Perkembangan menyangkut adanya proses diferensiasi sel-sel,

jaringan, organ, dan sistem organ yang berkembang sedemikian rupa

sehingga masing-masing dapat memenuhi fungsinya (Soetjiningsih,

1998; Tanuwijaya, 2003).

Proses perkembangan terjadi secara simultan dengan

pertumbuhan, sehingga setiap pertumbuhan disertai dengan perubahan

fungsi. Perkembangan merupakan hasil interaksi kematangan susunan

saraf pusat dengan organ yang dipengaruhinya. Perkembangan fase

awal meliputi beberapa aspek kemampuan fungsional, yaitu kognitif,

motorik, emosi, sosial, dan bahasa. Perkembangan pada fase awal ini

akan menentukan perkembangan fase selanjutnya. Kekurangan pada

salah satu aspek perkembangan dapat mempengaruhi aspek lainnya

(Nur, 2009)

b. Ciri-ciri Tumbuh Kembang Anak

Menurut Kemenkes (2012) dalam (Nursalam, 2017) proses

tumbuh kembang anak mempunyai beberapa ciri yang saling

berkaitan, yaitu :
20

1.) Perkembangan menimbulkan perubahan Perkembangan terjadi

bersamaan dengan pertumbuhan. Setiap pertumbuhan disertai

dengan perubahan fungsi. Misalnya perkembangan intelegensia

pada seorang anak akan menyertai pertumbuhan otak dan serabut

saraf. Pertumbuhan dan perkembangan pada tahap awal

menentukan perkembangan selanjutnya. Setiap anak tidak akan

bisa melewati satu tahap perkembangan sebelum ia melewati

tahapan sebelumnya. Seorang anak tidak akan bisa berdiri jika

pertumbuhan kaki dan bagian tubuh lain yang terkait dengan

fungsi berdiri anak terhambat. Perkembangan awal merupakan

masa kritis karena akan menentukan perkembangan selanjutnya.

2.) Pertumbuhan fisik maupun perkembangan fungsi organ pada

masing-masing anak mempunyai kecepatan yang berbeda.

3.) Perkembangan berkorelasi dengan pertumbuhan

4.) Pada saat pertumbuhan berlangsung cepat, perkembangan pun

demikian, terjadi peningkatan mental, memori, daya nalar, asosiasi

dan lain-lain. Anak sehat, bertambah umur, bertambah berat badan

dan tinggi badannya serta bertambah kepandaiannya.

5.) Perkembangan mempunyai pola yang tetap Perkembangan fungsi

organ tubuh terjadi menurut dua hukum yang tetap, yaitu :

a.) Perkembangan terjadi lebih dahulu di daerah kepala, kemudian

menuju ke arah kaudal/anggota tubuh (pola sefalokaudal)


21

b.) Perkembangan terjadi terlebih dahulu di daerah proksimal

(gerak kasar) lalu berkembang ke bagian distal seperti jari-jari

yang mempunyai kemampuan gerak halus (pola

proksimodistal)

6.) Perkembangan memilki tahap yang berurutan

7.) Perkembangan memilki tahap yang berurutan

Tahap perkembangan seorang anak mengikuti pola yang teratur

dan berurutan, tidak bisa terjadi terbalik

2. Paradigma Keperawatan Anak

Paradigma keperawatan anak merupakan suatu landasan

berpikir dalam penerapan ilmu keperawatan anak. Landasan berpikir

tersebut terdiri dari empat komponen, di antaranya manusia dalam hal

ini anak, keperawatan, sehat-sakit dan lingkungan yang dapat

digambarkan berikut ini (Yuliastati; Nining, 2018):

Gambar 2.1
Paradigma Keperawatan Anak

a. Manusia (anak)

Dalam keperawatan anak yang menjadi individu (klien)

adalah anak yang diartikan sebagai seseorang yang usianya kurang

dari 18 (delapan belas) tahun dalam masa tumbuh kembang,


22

dengan kebutuhan khusus yaitu kebutuhan fisik, psikologis, sosial

dan spiritual. Anak merupakan individu yang berada dalam satu

rentang perubahan perkembangan yang dimulai dari bayi hingga

remaja.

Dalam proses berkembang anak memiliki ciri fisik,

kognitif, konsep diri, pola koping dan perilaku sosial. Ciri fisik

pada semua anak tidak mungkin pertumbuhan fisiknya sama,

demikian pula pada perkembangan kognitif adakalanya cepat atau

lambat.

Perkembangan konsep diri sudah ada sejak bayi akan tetapi

belum terbentuk sempurna dan akan mengalami perkembangan

seiring bertambahnya usia anak. Pola koping juga sudah terbentuk

sejak bayi di mana bayi akan menangis saat lapar. Perilaku sosial

anak juga mengalami perkembangan yang terbentuk mulai bayi

seperti anak mau diajak orang lain. Sedangkan respons emosi

terhadap penyakit bervariasi tergantung pada usia dan pencapaian

tugas perkembangan anak, seperti pada bayi saat perpisahan

dengan orang tua maka responsnya akan menangis, berteriak,

menarik diri dan menyerah pada situasi yaitu diam.

Dalam memberikan pelayanan keperawatan anak selalu

diutamakan, mengingat kemampuan dalam mengatasi masalah

masih dalam proses kematangan yang berbeda dibanding orang


23

dewasa karena struktur fisik anak dan dewasa berbeda mulai dari

besarnya ukuran hingga aspek kematangan fisik.

Proses fisiologis anak dengan dewasa mempunyai

perbedaan dalam hal fungsi tubuh dimana orang dewasa cenderung

sudah mencapai kematangan. Kemampuan berpikir anak dengan

dewasa berbeda dimana fungsi otak dewasa sudah matang

sedangkan anak masih dalam proses perkembangan. Demikian pula

dalam hal tanggapan terhadap pengalaman masa lalu berbeda, pada

anak cenderung kepada dampak psikologis yang apabila kurang

mendukung maka akan berdampak pada tumbuh kembang anak

sedangkan pada dewasa cenderung sudah mempunyai mekanisme

koping yang baik dan matang.

b. Sehat sakit

Rentang sehat-sakit merupakan batasan yang dapat

diberikan bantuan pelayanan keperawatan pada anak adalah suatu

kondisi anak berada dalam status kesehatan yang meliputi

sejahtera, sehat optimal, sehat, sakit, sakit kronis dan meninggal.

Rentang ini suatu alat ukur dalam menilai status kesehatan yang

bersifat dinamis dalam setiap waktu. Selama dalam batas rentang

tersebut anak membutuhkan bantuan perawat baik secara langsung

maupun tidak langsung, seperti apabila anak dalam rentang sehat

maka upaya perawat untuk meningkatkan derajat kesehatan sampai

mencapai taraf kesejahteraan baik fisik, sosial maupun spiritual.


24

Demikian sebaliknya apabila anak dalam kondisi kritis atau

meninggal maka perawat selalu memberikan bantuan dan

dukungan pada keluarga. Jadi batasan sehat secara umum dapat

diartikan suatu keadaan yang sempurna baik fisik, mental dan

sosial serta tidak hanya bebas dari penyakit dan kelemahan.

c. Lingkungan

Lingkungan dalam paradigma keperawatan anak yang

dimaksud adalah lingkungan eksternal maupun internal yang

berperan dalam perubahan status kesehatan anak. Lingkungan

internal seperti anak lahir dengan kelainan bawaan maka di

kemudian hari akan terjadi perubahan status kesehatan yang

cenderung sakit, sedang lingkungan eksternal seperti gizi buruk,

peran orang tua, saudara, teman sebaya dan masyarakat akan

mempengaruhi status kesehatan anak.

d. Keperawatan

Komponen ini merupakan bentuk pelayanan keperawatan

yang diberikan kepada anak dalam mencapai pertumbuhan dan

perkembangan secara optimal dengan melibatkan keluarga. Upaya

tersebut dapat tercapai dengan keterlibatan langsung pada keluarga

mengingat keluarga merupakan sistem terbuka yang anggotanya

dapat dirawat secara efektif dan keluarga sangat berperan dalam

menentukan keberhasilan asuhan keperawatan, di samping


25

keluarga mempunyai peran sangat penting dalam perlindungan

anak dan mempunyai peran memenuhi kebutuhan anak.

Menurut Wong (2009) dalam (Yuliastati; Nining, 2018)

peran lainnya adalah mempertahankan kelangsungan hidup bagi

anak dan keluarga, menjaga keselamatan anak dan

mensejahterakan anak untuk mencapai masa depan anak yang lebih

baik, melalui interaksi tersebut dalam terwujud kesejahteraan anak

3. Prinsip Keperawatan Anak

Dalam memberikan asuhan keperawatan pada anak tentu berbeda

dibandingkan dengan orang dewasa. Banyak perbedaan-perbedaan

yang diperhatikan dimana harus disesuaikan dengan usia anak serta

pertumbuhan dan perkembangan karena perawatan yang tidak optimal

akan berdampak tidak baik secara fisiologis maupun psikologis anak

itu sendiri. Perawat harus memperhatikan beberapa prinsip, mari kita

pelajari prinsip tersebut. Perawat harus memahami dan mengingat

beberapa prinsip yang berbeda dalam penerapan asuhan keperawatan

anak, dimana prinsip tersebut terdiri dari (Yuliastati; Nining, 2018) :

a. Anak bukan miniatur orang dewasa tetapi sebagai individu yang

unik, artinya bahwa tidak boleh memandang anak dari segi

fisiknya saja melainkan sebagai individu yang unik yang

mempunyai pola pertumbuhan dan perkembangan menuju proses

kematangan.
26

b. Anak adalah sebagai individu yang unik dan mempunyai

kebutuhan sesuai tahap perkembangannya. Sebagai individu yang

unik, anak memiliki berbagai kebutuhan yang berbeda satu dengan

yang lain sesuai tumbuh kembang. Kebutuhan fisiologis seperti

nutrisi dan cairan, aktivitas, eliminasi, tidur dan lain-lain,

sedangkan kebutuhan psikologis, sosial dan spiritual yang akan

terlihat sesuai tumbuh kembangnya.

c. Pelayanan keperawatan anak berorientasi pada upaya pencegahan

penyakit dan peningkatan derajat kesehatan yang bertujuan untuk

menurunkan angka kesakitan dan kematian pada anak mengingat

anak adalah penerus generasi bangsa.

d. Keperawatan anak merupakan disiplin ilmu kesehatan yang

berfokus pada kesejahteraan anak sehingga perawat bertanggung

jawab secara komprehensif dalam memberikan asuhan

keperawatan anak. Dalam mensejahterakan anak maka

keperawatan selalu mengutamakan kepentingan anak dan

upayanya tidak terlepas dari peran keluarga sehingga selalu

melibatkan keluarga.

e. Praktik keperawatan anak mencakup kontrak dengan anak dan

keluarga untuk mencegah, mengkaji, mengintervensi dan

meningkatkan kesejahteraan hidup, dengan menggunakan proses

keperawatan yang sesuai dengan aspek moral (etik) dan aspek

hukum (legal).
27

f. Tujuan keperawatan anak dan keluarga adalah untuk

meningkatkan maturasi atau kematangan yang sehat bagi anak dan

remaja sebagai makhluk biopsikososial dan spiritual dalam

konteks keluarga dan masyarakat. Upaya kematangan anak adalah

dengan selalu memperhatikan lingkungan yang baik secara

internal maupun eksternal dimana kematangan anak ditentukan

oleh lingkungan yang baik.

g. Pada masa yang akan datang kecenderungan keperawatan anak

berfokus pada ilmu tumbuh kembang, sebab ini yang akan

mempelajari aspek kehidupan anak

4. Batasan Usia anak

Soediono (2014) menyebutkan batasan usia anak menurut Pasal

UU No. 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak Pasal 1 angka 1

memberikan batasan usia anak yakni seorang yang belum berusia 18

(delapan belas) tahun. Isi Pasal itu menyatakan; “Anak adalah

seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun, termasuk

anak yang masih dalam kandungan.”.

Sedangkan menurut definisi WHO, batasan usia anak adalah sejak

anak di dalam kandungan sampai usia 19 tahun. Berdasarkan Konvensi

Hakhak Anak yang disetujui oleh Majelis Umum Perserikatan Bangsa-

bangsa yang dimaksud Anak adalah setiap orang yang berusia di

bawah 18 tahun, kecuali berdasarkan undang-undang yang berlaku


28

bagi anak ditentukan bahwa usia dewasa dicapai lebih awal (Indah

Sari, 2020).

5. Peran perawat Anak

Perawat merupakan anggota dari tim pemberi asuhan keperawatan

anak dan orang tuanya. Perawat dapat berperan dalam berbagai aspek

dalam memberikan pelayanan kesehatan dan bekerjasama dengan

anggota tim lain, dengan keluarga terutama dalam membantu

memecahkan masalah yang berkaitan dengan perawatan anak. Mari

kita bahas secara jelas tentang peran perawat anak. Perawat

merupakan salah satu anggota tim kesehatan yang bekerja dengan

anak dan orang tua. Beberapa peran penting seorang perawat, meliputi

(Yuliastati; Nining, 2018) :

a. Sebagai pendidik.

Perawat berperan sebagai pendidik, baik secara langsung

dengan memberi penyuluhan/pendidikan kesehatan pada orang tua

maupun secara tidak langsung dengan menolong orang tua/anak

memahami pengobatan dan perawatan anaknya. Kebutuhan orang

tua terhadap pendidikan kesehatan dapat mencakup pengertian

dasar penyakit anaknya, perawatan anak selama dirawat di rumah

sakit, serta perawatan lanjut untuk persiapan pulang ke rumah.

Tiga domain yang dapat dirubah oleh perawat melalui pendidikan

kesehatan adalah pengetahuan, keterampilan serta sikap keluarga

dalam hal kesehatan khususnya perawatan anak sakit.


29

b. Sebagai konselor

Suatu waktu anak dan keluarganya mempunyai kebutuhan

psikologis berupa dukungan/dorongan mental. Sebagai konselor,

perawat dapat memberikan konseling keperawatan ketika anak dan

keluarganya membutuhkan. Hal inilah yang membedakan layanan

konseling dengan pendidikan kesehatan. Dengan cara

mendengarkan segala keluhan, melakukan sentuhan dan hadir

secara fisik maka perawat dapat saling bertukar pikiran dan

pendapat dengan orang tua tentang masalah anak dan keluarganya

dan membantu mencarikan alternatif pemecahannya.

c. Melakukan koordinasi atau kolaborasi.

Dengan pendekatan interdisiplin, perawat melakukan

koordinasi dan kolaborasi dengan anggota tim kesehatan lain

dengan tujuan terlaksananya asuhan yang holistik dan

komprehensif. Perawat berada pada posisi kunci untuk menjadi

koordinator pelayanan kesehatan karena 24 jam berada di samping

pasien. Keluarga adalah mitra perawat, oleh karena itu kerjasama

dengan keluarga juga harus terbina dengan baik tidak hanya saat

perawat membutuhkan informasi dari keluarga saja, melainkan

seluruh rangkaian proses perawatan anak harus melibatkan

keluarga secara aktif.


30

d. Sebagai pembuat keputusan etik.

Perawat dituntut untuk dapat berperan sebagai pembuat

keputusan etik dengan berdasarkan pada nilai normal yang

diyakini dengan penekanan pada hak pasien untuk mendapat

otonomi, menghindari hal-hal yang merugikan pasien dan

keuntungan asuhan keperawatan yaitu meningkatkan

kesejahteraan pasien. Perawat juga harus terlibat dalam perumusan

rencana pelayanan kesehatan di tingkat kebijakan. Perawat harus

mempunyai suara untuk didengar oleh para pemegang kebijakan

dan harus aktif dalam gerakan yang bertujuan untuk meningkatkan

kesejahteraan anak. Perawat yang paling mengerti tentang

pelayanan keperawatan anak. Oleh karena itu perawat harus dapat

meyakinkan pemegang kebijakan bahwa usulan tentang

perencanaan pelayanan keperawatan yang diajukan dapat memberi

dampak terhadap peningkatan kualitas pelayanan kesehatan anak.

e. Sebagai peneliti.

Sebagai peneliti perawat anak membutuhkan keterlibatan

penuh dalam upaya menemukan masalah-masalah keperawatan

anak yang harus diteliti, melaksanakan penelitian langsung dan

menggunakan hasil penelitian kesehatan/keperawatan anak dengan

tujuan meningkatkan kualitas praktik/asuhan keperawatan pada

anak. Pada peran ini diperlukan kemampuan berpikir kritis dalam

melihat fenomena yang ada dalam layanan asuhan keperawatan


31

anak sehari-hari dan menelusuri penelitian yang telah dilakukan

serta menggunakan literatur untuk memvalidasi masalah penelitian

yang ditemukan. Pada tingkat kualifikasi tertentu, perawat harus

dapat melaksanakan penelitian yang bertujuan untuk

meningkatkan kualitas praktik keperawatan anak.

C. Konsep dasar keperawatan Keluarga

1. Definisi Keluarga

Keluarga adalah perkumpulan dua atau lebih individu yang diikat oleh

hubungan darah, perkawinan atau adopsi, dan tiap-tiap anggota keluarga

selalu berinteraksi satu sama lain (Harmoko, 2012).

Adapun menurut Duvall dalam (Harmoko, 2012) keluarga adalah

sekumpulan orang yang dihubungkan oleh ikatan perkawinan, adopsi,

kelahiran yang bertujuan menciptakan dan mempertahankan budaya yang

umu: meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional, dan sosial dari

tiap anggota.

2. Definisi Keperawatan Keluarga

Menurut Depkes RI (2010) dalam buku PPSDM Keperawatan

Keluarga dan Komunitas Komprehensif (2017) Keperawatan keluarga

merupakan pelayanan holistik yang menempatkan keluarga dan

komponennya sebagai fokus pelayanan dan melibatkan anggota keluarga

dalam tahap pengkajian, diagnosis keperawatan, perencanaan, pelaksanaan,

dan evaluasi (Depkes, 2010).


32

Pengertian lain dari keperawatan keluarga adalah proses pemberian

pelayanan kesehatan sesuai kebutuhan keluarga dalam lingkup praktik

keperawatan (Widagdo, 2016). Pelayanan keperawatan keluarga

merupakan salah satu area pelayanan keperawatan di masyarakat yang

menempatkan keluarga dan komponennya sebagai fokus pelayanan dan

melibatkan anggota

3. Struktur Keluarga

Macam-macam struktur keluarga menurut Harmoko (2012) :

a. Patrilineal

Patrilineal adalah keluarga sedarah yang terdiri atas sanak saudara

sedarah dalam beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun

melalui jalur ayah.

b. Matrilineal

Matrilineal adalah keluarga sedarah yang terdiri atas sanak saudara

sedarah dalam beberapa generasi dimana hubungan itu di susun

melalui jalur garis ibu.

c. Matrilokal

Matrilokal adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga

sedarah istri.

d. Patrilokal

Patrilokal adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga

saudara suami.
33

e. Keluarga Kawinan

Adalah hubungan suami istri sebagai dasar bagi pembinaan keluarga

dan beberapa sanak.

4. Tipe Keluarga

Keluarga yang memerlukan pelayanan kesehatan berasal dari berbagai

macam pola kehidupan. Sesuai dengan perkembangan sosial, maka tipe

keluarga berkembang mengikutinya. Agar dapat mengupayakan peran serta

keluarga dalam meningkatkan derajat kesehatan, maka perawat perlu

memahami dan mengetahui berbagai tipe keluarga. Menurut Harmoko

(2012) tipe keluarga yaitu :

a. Nuclear Family

Keluarga inti yang terdiri atas ayah, ibu, dan anak yang ditinggal

dalam satu rumah di tetapkan oleh sanksi-sanksi legal dalam suatu

ikatan perkawinan, satu/keduaanya dapat bekerja di luar rumah.

b. Extended Family

Kelurga inti ditambah dengan sanak saudara, misalnya nenek, kakek,

keponakan, saudara sepupu, paman, bibi dan sebagainya.

c. Reconstituted Nuclear

Pembentukan baru dari keluarga inti melalui perkawinan kembali

suami/itri, tinggal dalam pembentukan satu rumah dengan anak-

anaknya, baik itu bawaan dari perkawinan baru. Satu atau keduanya

dapat bekerja di luar rumah.


34

d. Middle Age/Aging Couple

Suami sebagai pencari uang, istri dirumah/kedua-duanya bekerja

dirumah, anak-anak sudah meninggalkan rumah karena

sekolah/perkawinan/meniti karier.

e. Dyadic Nuclear

Suami istri yang sudah berumur dan tidak mempunyai anak,

keduanya/salah satu bekerja dirumah.

f. Single Parent

Satu orang tua sebagai akibat perceraian/kematian pasangannyadan

anak-anaknya dapat tinggal di rumah/di luar rumah.

g. Dual Carier

Suami istri atau keduanya berkarier dan tanpa anak.

h. Commuter Married

Suami istri/keduanya orang karier dan tinggal terpisah pada jarak

tertentu, keduanya saling mencari pada waktu-waktu tertentu.

i. Single Adult

Wanita atau pria dewasa yang tinggal sendiri dengan tidak adanya

keinginan untuk menikah.

j. Three Generation

Tiga generasi atau lebih tinggal dalam satu rumah.

k. Institutional

Anak-anak atau orang-orang dewasa tinggal dalam suatu panti-panti.


35

l. Communal

Satu rumah terdiri atas dua/lebih pasangan yang monogamy dengan

anak-anaknya dan bersama-sama dalam penyediaan fasilitas.

m. Group Marriage

Satu peruamahan terdiri atas orang tua dan keturunnya di dalam satu

kesatuan keluarga dan tiap individu adalah menikah dengan yang

laindan semua adalah orang tua dari anak-anak.

n. Unmarried Parent and Child

Ibu dan anak di mana perkawinan tidak di kehendaki, anaknya di

adopsi.

o. Cohibing Couple

Dua orang/satu pasangan yang tinggal bersama tanpa pernikahan.

Tipe Keluarga Tradisional

a. Keluarga inti : suatu rumah tangga yang terdiri dari suami, istri, dan

anak (kandung/angkat).

b. Keluarga besar : keluarga inti ditambah keluarga lain yang mempunyai

hubungan darah misal kakak, nenek, paman, bibi.

c. Single parent : suatu rumah tangga yang terdiri dari satu orang tua

dengan anak (kandung/angkat). Kondisi ini dapat disebabkan oelh

kematian/perceraian.

d. Single adult : suatu rumah tangga yang terdiri dari satu orang dewasa.

e. Keluarga lanjut usia : terdiri dari suami istri lanjut usia.


36
Tipe Keluarga Non Tradisional

a. Commune Family : lebih satu keluarga tanpa pertalian darah hidup

serumah.

b. Orangtua (ayah ibu) yang tidak ada ikatan perkawinan dan anak hidup

bersama dalam satu rumah tangga.

c. Homosexual : dua invidu yang sejenis hidup bersama dalam satu rumah

tangga.

5. Peran Keluarga

Peran adalah seperangkat tingkah laku yang diharapkan oleh orang

lain terhadap seseorang sesuai kedudukannya dalam suatu sistem. Peran

merujuk kepada beberapa set perilaku yang lebih bersifat homogen, yang

didefinisikan dan diharapkan secara normative dari seseorang okupan

peran (role occupan) dalam situasi sosial tertentu.

Peran dipengaruhi oleh keadaan sosial, baik dalam maupun dari

luar dan bersifat stabil. Peran adalah bentuk dari perilaku yang diharapkan

dari seseorang pada situasi sosial tertentu. Peran perawat yang dimaksud

adalah cara untuk menanyakan aktivitas perawat dalam praktik, dimana

telah menyelesaikan pendidikan formalnya yang diakui dan diberi

kewenangan oleh pemerintah untuk menjalankan tugas dan tanggung jawab

keperawatan secara profesional sesuai dengan kode etik profesi. Dimana

setiap peran yang dinyatakan sebagai ciri terpisah demi untuk kejelasan.

6. Fungsi Keluarga

Dalam suatu keluarga ada beberapa fungsi dan tugas keluarga yang

dapat dijalankan. Fungsi keluarga adalah sebagai berikut :


37

a. Fungsi biologis, yaitu fungsi untuk meneruskan keturunan, memelihara

dan membesarkan anak, serta memenuhi kebutuhan gizi keluarga.

b. Fungsi psikologis, yaitu memberi kasih saya ng dan rasa aman bagi

keluarga, memberi perhatian di antara keluarga, memberikan

kedewasaan kepribadian anggota keluarga, serta memberikan identitas

pada keluarga.

c. Fungsi sosialisasi pada anak, membentuk norma-norma tingkah laku

sesuai dengan tingkat perkembangan masing-masing dan meneruskan

nilai-nilai budaya.

d. Fungsi ekonomi, yaitu mencari sumber-sumber penghasilan untuk

memenuhi kebutuhan keluarga saat ini dan menabung untuk

memenuhi kebutuhan keluarga dimasa yang akan datang.

e. Fungsi pendidikan, yaitu untuk menyekolahkan anak untuk

memberikan pengetahuan, ketrampilan, membentuk perilaku anak

sesuai dengan bakat dan minat yang dimilikinya, mempersiapkan anak

untuk kehidupan dewasa yang akan datang dalam memenuhi

peranannya sebagai orang dewasa, serta mendidik anak sesuai dengan

tingkat perkembangannya.

7. Tugas Keluarga

Menurut Harmoko (2012) terdapat delapan tugas pokok keluarga,

antara lain :

a. Memelihara kesehatan fisik keluarga dan para anggotanya


38

b. Berupaya untuk memelihara sumber-sumber daya yang ada dalam

keluarga

c. Mengatur tugas masing-masing anggota sesuai denga kedudukannya

d. Melakukan sosialisasi antar anggota keluarga agar timbul keakraban

dan kehangatan para anggota keluarga

e. Melakukan pengaturan jumlah anggota keluarga yang diinginkan

f. Memelihara ketertiban anggota keluarga

g. Penempatan anggota-anggota keluarga dalam masyarakat yang lebih

luas

h. Membangkitkan dorongan dan semangat para anggota keluarga

8. Tujuan Keperawatan Keluarga

Tujuan keperawatan keluarga ada dua macam, yaitu tujuan umum

dan khusus. Tujuan umum dari keperawatan keluarga adalah kemandirian

keluarga dalam memelihara dan meningkatkan kesehatannya. Tujuan

khusus dari keperawatan keluarga adalah keluarga mampu melaksanakan

tugas pemeliharaan kesehatan keluarga dan mampu menangani masalah

kesehatannya berikut ini(Widagdo, 2016).

a. Mengenal masalah kesehatan yang dihadapi anggota keluarga.

Kemampuan keluarga dalam mengenal masalah kesehatan seluruh

anggota keluarga. Contohnya, apakah keluarga mengerti tentang

pengertian dan gejala kencing manis yang diderita oleh anggota

keluarganya?
39

b. Membuat keputusan secara tepat dalam mengatasi masalah kesehatan

anggota keluarga.

Kemampuan keluarga dalam mengambil keputusan untuk membawa

anggota keluarga ke pelayanan kesehatan. Contoh, segera memutuskan

untuk memeriksakan anggota keluarga yang sakit kencing manis ke

pelayanan kesehatan.

c. Memberi perawatan pada anggota keluarga yang mempunyai masalah

kesehatan.

Kemampuan keluarga dalam merawat anggota keluarga yang sakit.

Contoh, keluarga mampu merawat anggota keluarga yang sakit kencing

manis, yaitu memberikan diet DM, memantau minum obat antidiabetik,

mengingatkan untuk senam, dan kontrol ke pelayanan kesehatan.

d. Memodifikasi lingkungan yang kondusif.

Kemampuan keluarga dalam mengatur lingkungan, sehingga mampu

mempertahankan kesehatan dan memelihara pertumbuhan serta

perkembangan setiap anggota keluarga. Contoh, keluarga menjaga

kenyamanan lingkungan fisik dan psikologis untuk seluruh anggota

keluarga termasuk anggota keluarga yang sakit.

e. Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan untuk pemeliharaan dan

perawatan anggota keluarga yang mempunyai masalah kesehatan.

Contoh, keluarga memanfaatkan Puskesmas, rumah sakit, atau fasilitas

pelayanan kesehatan lain untuk anggota keluarganya yang sakit.


40

9. Sasaran Keperawatan Keluarga

Adapun sasaran keperawatan keluarga, sebagai berikut (Widagdo,

2016):

a. Keluarga sehat

Keluarga sehat adalah seluruh anggota keluarga dalam kondisi tidak

mempunyai masalah kesehatan, tetapi masih memerlukan antisipasi

terkait dengan siklus perkembangan manusia dan tahapan tumbuh

kembang keluarga. Fokus intervensi keperawatan terutama pada

promosi kesehatan dan pencegahan penyakit.

b. Keluarga risiko tinggi dan rawan kesehatan

Keluarga risiko tinggi dapat didefinisikan, jika satu atau lebih anggota

keluarga memerlukan perhatian khusus dan memiliki kebutuhan untuk

menyesuaikan diri, terkait siklus perkembangan anggota keluarga dan

keluarga dengan faktor risiko penurunan status kesehatan. Keluarga

yang berisiko tinggi dengan balita kelebihan berat badan

c. Keluarga yang memerlukan tindak lanjut

Keluarga yang memerlukan tindak lanjut merupakan keluarga yang

mempunyai masalah kesehatan dan memerlukan tindak lanjut pelayanan

keperawatan atau kesehatan, misalnya klien pasca hospitalisasi penyakit

kronik, penyakit degeneratif, tindakan pembedahan, dan penyakit

terminal.
41

10. Peran dan Fungsi Perawat Keluarga

Peran dan fungsi perawat di keluarga adalah sebagai berikut

(Widagdo, 2016):

a. Pelaksana

Peran dan fungsi perawat sebagai pelaksana adalah memberikan

pelayanan keperawatan dengan pendekatan proses keperawatan, mulai

pengkajian sampai evaluasi. Pelayanan diberikan karena adanya

kelemahan fisik dan mental, keterbatasan pengetahuan, serta

kurangnya keamanan menuju kemampuan melaksanakan kegiatan

sehari-hari secara mandiri. Kegiatan yang dilakukan bersifat promotif,

preventif, kuratif, serta rehabilitatif.

b. Pendidik

Peran dan fungsi perawat sebagai pendidik adalah mengidentifikasi

kebutuhan, menentukan tujuan, mengembangkan, merencanakan, dan

melaksanakan pendidikan kesehatan agar keluarga dapat berperilaku

sehat secara mandiri.

c. Konselor

Peran dan fungsi perawat sebagai konselor adalah memberikan

konseling atau bimbingan kepada individu atau keluarga dalam

mengintegrasikan pengalaman kesehatan dengan pengalaman yang

lalu untuk membantu mengatasi masalah kesehatan keluarga.


42

d. Kolaborator

Peran dan fungsi perawat sebagai kolaborator adalah melaksanakan

kerja sama dengan berbagai pihak yang terkait dengan penyelesaian

masalah kesehatan di keluarga

D. Konsep Asuhan Keperawatan Keluarga

1. Pengkajian Keperawatan Keluarga

a. Pengertian

Pengkajian adalah tahapan dimana seorang perawat

mengumpulkan informasi secara terus menerus terhadap anggota

keluarga yang dibinanya. Secara garis besar terdapat data dasar yang

dipergunakan dalam mengkaji status keluarga yaitu(Nurhayati et al.,

2010):

1) Struktur dan karakteristik keluarga

2) Sosial, ekonomi, dan budaya

3) Faktor lingkungan

4) Riwayat kesehatan dan medis dari setiap anggota keluarga

5) Psikososial keluarga

b. Format Pengkajian

Pengkajian data pada asuhan keperawatan keluarga berdasarkan

format pengkajian keluarga meliputi :

1) Data Umum

a) Nama kepala keluarga, usia, pendidikan, pekerjaan, dan

alamat kepala keluarga, komposisi anggota keluarga yang


43

terdiri atas nama atau inisial, jenis kelamin, tanggal lahir, atau

umur, hubungan dengan kepala keluarga, status imunisasi dari

masing-masing anggota keluarga,dan genogram (genogram

keluarga dalam tiga generasi).

b) Tipe keluarga, menjelaskan jenis tipe keluarga beserta kendala

atau masalah yang terjadi dengan jenis tipe keluarga tersebut.

c) Suku bangsa atau latar belakang budaya (etnik), mengkaji asal

suku bangsa keluarga tersebut, serta mengidentifikasi budaya

suku bangsa terkait dengan kesehatan.

(1) Latar belakang etnik keluarga atau anggota keluarga

(2) Tempat tinggal keluarga bagaimana (uraikan bagian dari

sebuah lingkungan yang secara etnik bersifat homogeny)

(3) Kegiatan-kegiatan sosial budaya, rekreasi, dan pendidikan.

Apakah kegiatan-kegiatan ini merupakan budaya dari

keluarga.

(4) Kebiasaan-kebiasaan saat berbusana, baik tradisional

maupun non-tradisional.

(5) Bahasa yang digunakan dalam keluarga

(6) Pengguanaan jasa pelayanan kesehatan keluarga dan

praktisi

d) Agama, mengkaji agama yang dianut oleh keluarga serta

kepercayaan yang dapat mempengaruhi kesehatan seperti :

(1) Apakah ada anggota keluarga yang berbeda keyakinan


44

(2) Bagaimana keterlibatan keluarga dalam kegiatan agama

atau organisasi keagamaan

(3) Agama yang dianut oleh keluarga

(4) Kepercayaan-kepercayaan dan nilai-nilai keagamaan yang

dianut dalam kehidupan keluarga, terutama dalam hal

kesehatan

e) Status sosial ekonomi keluarga, ditentukan oleh pendapatan,

baik dari kepala keluarga maupun anggota keluarga lainnya.

Selain itu, status sosial ekonomi keluarga ditentukan pula oleh

kebutuhan-kebutuhan yang dikeluarkan oleh keluarga serta

barang-barang yang dimiliki oleh keluarg seperti :

(1) Jumlah pendapatan perbulan

(2) Sumber-sumber pendapatan perbulan

(3) Jumlah pengeluaran perbualan

(4) Apakah sumber pendapatan mencukupi kebutuhn keluarga

(5) Bagaimana keluarga mengatur pendapatan dan

pengeluarannya

f) Aktivitas rekreasi keluarga dan waktu luang, rekreasi keluarga

tidak hanya dilihat kapan keluarga pergi bersamasama untuk

mengunjungi tempat rekreasi, namun dengan menonton TV

dan mendengarkan radio juga merupakan aktivitas rekreasi,

selain itu perlu dikaji pula penggunaan waktu luang atau

senggang keluarga.
45

2) Riwayat dan Perkembangan Keluarga

Tahap perkembangan keluarga adalah pengkajian keluarga

berdasarkan tahap kehidupan keluarga. Menurut Duvall dalam

(Nurhayati et al., 2010), tahap perkembangan keluarga ditentukan

dengan anak tertua dari keluarga inti dan mengkaji sejauh mana

keluarga melaksanakan tugas tahapan perkembangan keluarga.

Sedangkan riwayat keluarga adalah mengkaji riwayat kesehatan

keluarga inti dari riwayat kesehatan keluarga:

a) Tahap Perkembangan Keluarga Saat Ini

Data ini ditentukan oleh anak tertua dalam keluarga.

b) Tahap Perkembangan Keluarga yang Belum Terpenuhi

Pada tahap ini menjelaskan bagaimana tugas perkembangan

yang belum terpenuhi oleh keluarga serta kendalanya.

c) Riwayat Keluarga Inti

Data ini menjelaskan riwayat kesehatan pada keluarga inti,

meliputi riwayat penykit keturunan, riwayat kesehatan

masing-masing anggota, dan sumber pelayanan yang

digunakan keluarga seperti perceraian, kematian, dan keluarga

yang hilang.

d) Riwayat Keluarga Sebelumnya

Data ini menjelaskan asal kedua orang tua (seperti apa

kehidupan keluarga asalnya) hubungan masa silam dan saat

dengan orang tua dari kedua orang tua.


46

3) Pengkajian Lingkungan

Pengkajian lingkungan pada asuhan keperawatan keluarga

sebagai berikut (Nurhayati et al., 2010) :

a) Karakteristik Rumah

(1) Gambaran tipe tempat tinggal (rumah, apartemen, sewa

kamar, konrak, atau lainnya). Apakah keluarga memiliki

sendiri atau menyewa rumah untuk tempat tinggal.

(2) Gambaran kondisi rumah meliputi bagian anterior dan

eksterior. Interior rumah meliputi: jumlah kamar dan tipe

kamar (kamar tamu, kamar tidur), penggunaan-

penggunaan kamar tersebut dan bagaimana kamar tersebut

diatur. Bagaimana kondisi kecukupan perabot,

penerangan, ventilasi, lantai, tangga rumah. Susunan dan

kondisi bangunan tempat tinggal. Termasuk perasaan-

perasaan subjektif keluarga terhadap rumah tinggalnya,

apakah keluarga menganggap rumahnya memadai bagi

mereka.

(3) Dapur, suplai air minum, penggunaan alat masak, apakah

ada fasilitas pengaman bahaya kebakaran.

(4) Kamar mandi, sanitasi, air, fasilitas toilet, ada tidaknya

sabun dan handuk.

(5) Kamar tidur, bagaimana pengaturan kamar tidur. Apakah

memadai bagi anggota keluarga dengan pertimbangan usia


47

mereka, hubungan, dan kebutuhan-kebutuhan khusus

mereka lainnya.

(6) Kebersihan dan sanitasi rumah,apakah banyak serangga-

serangga kecil (khususnya didalam), dan masalah-masalah

sanitasi yg disebabkan akibat binatang-binatang

peliharaan.

(7) Pengaturan privasi.bagaimana perasaan keluarga terhadap

pengaturan privasi rumah mereka memadai atau tidak.

termasuk bahaya-bahaya terhadap keamanan rumah atau

lingkungan.

(8) Perasaan secara keseluruhan dengan pengaturan atau

penataan rumah mereka.

b) Karakteristik lingkungan dan komunitas tempat tinggal

(1) Tipe lingkungan tempat tinggal komunitas kota atau desa

(2) Tipe tempat tinggal (hunian,industri,campuran hunian dan

industry kecil agraris)

(3) Sanitasi jalan dan rumah.bagaimana kebersihannya,cara

penangan sampah,dan lainnya.

(4) Adakah jenis-jenis industry dilingkungan rumah

(kebisingan,polusi air dan udara).

(5) Karakteristik demografi di lingkungan komunitas

tersebut.

(6) Kelas sosial dan karakteristik etnik penghuni.


48

(7) Lembaga pelayanan kesehatan dan sosial, apa yg ada

dalam lingkungan dan komunitas (klinik,rumah sakit,

penanganan keadaan gawat darurat, kesejahteraan,

konseling, pekerjaan).

(8) Kemudian pendidikan di lingkungan komnitas apakah

mudah di akses dan bagaimana kondisinya.

(9) Fasilitas-fasilitas rekreasi yang dimiliki di komunitas

tersebut.

(10) Fasilitas-fasilitas ekonomi, warung, toko, apotik, pasar,

wartel, dan lainnya.

(11) Transportasi umum. Bagaimana pelayanan dan fasilitas

tersebut dapat di akses (jarak, kecocokan,jam

pemberangkatan, dan lainnya).

(12) Kejadian tingkat kejahatan di lingkungan dan komunitas,

apakah ada masalah serius seperti tidak aman dan

ancaman yang serius.

c) Mobilitas geografis keluarga

Mobilitas geografis keluarga yang ditentukan, lama

keluarga tinggal di daerah ini, atau apakah sering

mempunyai kebiasaan berpindah-pindah tempat tinggal.

d) Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat

Menjelaskan yang digunakan keluarga untuk berkumpul

serta perkumpulan keluarga yang ada.


49

e) Sistem pendukung keluarga meliputi :

(1) Jumlah anggota yang sehat, fasilitas yang dimiliki

keluarga unuk menunjang kesehatan yang meliputi

fasilitias fisik, psikologis.

(2) Sumber dukungan dari anggota keluarga dan fasilitas

sosial atau dukungan masyarakat setempat, lembaga

pemerintah, maupun swasta/LSM.

(3) Jaminan pemeliharaan kesehatan yang dimiliki

keluarga.

4) Struktur Keluarga

a) Pola-pola Komunikasi Keluarga

Menjelaskan cara berkomunikasi antaranggota keluarga,

termasuk pesan yang disampaikan, bahasa yang digunakan,

komunikasi secara langsung atau tidak, pesan emosional

(positif atau negative), frekuensi, dan kualitas komunikasi

yang berlangsung. Adakah hal-hal yang tertentu dalam

keluarga untuk didiskusikan.

b) Struktur Kekuatan Keluarga

(1) Keputusan dalam keluarga, siapa yang membuat, yang

memutuskan dalam penggunaan keuangan, pengambil

keputusan dalam pekerjaan atau tempat tinggal, serta

siapa yang memutuskan kegiatan dan kedisiplinan

anak-anak.
50

(2) Model kekuatan atau kekuasaan yang digunakan

keluarga dalam membuat keputusan.

c) Struktur Peran

Menjelaskan peran dari masing-masing anggota

keluarga, baik secara formal maupun informal.

(1) Peran formal, posisi dan peran formal pada setiap

anggota keluarga (gambarkan bagaimana setiap

keluarga melakukan peran masing-masing) dan apakah

ada konflik peran dalam keluarga.

(2) Peran informal, adakah peran informal dalam keluarga,

siapa yang memainkan perasn tersebut, berapa kali, dan

bagaimana peran tersebut dilaksanakan secara

konsisten.

d) Struktur Nilai atau Norma Keluarga

Menjelaskan mengenai nilai norma yang dianut keluarga

dengan kelompok atau komunitas. Apakah sesuai dengan

nilai norma yang dianut, seberapa penting nilai yang dianut

secara sadar atau tidak, apakah konflik nilai yang menonjol

dalam keluarga, bagaimana kelas sosial keluarga,

bagaimana latar belakang budaya yang mempengaruhi nilai-

nilai keluarga, serta bagimana nilai-nilai keluarga

mempengaruhi status kesehatan keluarga.


51

5) Fungsi Keluarga

a) Fungsi Afektif

Mengkaji gambaran diri anggota keluarga. Perasaan

memiliki dan dimiliki keluarga, dukungan keluarga

terhadap anggota keluarga lainnya, kehangatan pada

keluarga, serta keluarga mengembangkan sikap saling

menghargai.

b) Fungsi Sosialisasi

Bagaimana interaksi atau hubungan dalam keluarga dan

sejauh mana anggota keluarga belajar disiplin, norma atau

budaya dan perilaku.

c) Fungsi Perawatan Kesehatan

Sejauh mana keluarga menyediakan makanan, pakaian, dan

perlindungan terhadap anggota yang sakit. Pengetahuan

keluarga mengenai konsep sehat sakit. Serta kesanggupan

keluarga melakukan pemenuhan tugas perawatan keluarga,

diantaranya adalah sebagai berikut :

(1) Mengenal masalah keperawatan

(2) Mengambil keputusan

(3) Merawat anggota keluarga yang sakit

(4) Memelihara lingkungan

(5) Menggunakan fasilitas/pelayanan Kesehatan


52

d) Fungsi reproduksi

Mengkaji berapa jumlah anak, merencanakan jumlah

anggota keluarga, serta metode apa yang digunakan

keluarga dalam mengendalikan jumlah anggota keluarga.

e) Fungsi ekonomi

Mengkaji sejauh mana keluarga memenuhi kebutuhan

sandang, pangan, dan papan. Bagaimana keluarga

memanfaatkan sumber yang ada di masyarakat guna

meningkatkan status kesehatan.

f) Stress dan koping keluarga

(1) Stresor jangka pendek, yaitu stresor yang dialami

keluarga yang memerlukan penyelesaian dalam waktu

6 bulan

(2) Stresor jangka panjang, yaitu stresor yang saat ini

dialami yang memerlukan penyelesaian lebih dari 6

bulan.

(3) Kemampuan keluarga berespon terhadap situasi atau

stressor,

(4) Strategi koping yang digunakan, strategi koping apa

yang digunakan keluarga bila menghadapi

permasalahan.
53

(5) Strategi fungsional, menjelaskan adaptasi

disfungsional yang digunakan keluarga bila

menghadapi permasalahan.

6) Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik dilakukan pada semua anggota keluarga.

metode yang digunakan pada pemeriksaan ini tidak berbeda

dengan pemeriksaan fisik di klinik.

7) Harapan keluarga

Pada akhir pengkajian, perawat menanyakan harapan keluarga

terhadap petugas kesehehatan yang ada

2. Diagnosa Keperawatan

a. Pengertian Diagnosis

Diagnosis keperawatan adalah interpretasi ilmiah atas data

hasil pengkajian yang interpretasi ini digunakan perawat untuk

membuat rencana, melakukan implementasi, dan evaluasi

(Widagdo, 2016).

Menurut Mubarak (2012) dalam (Febrianti, 2018) diagnosis

keperawatan keluarga dianalisis dari hasil pengkajian terhadap

masalah dalam tahap perkembangan keluarga, lingkungan

keluarga, struktur keluarga, fungsi-fungsi keluarga, koping

keluarga, baik yang bersifat aktual, resiko, maupun sejahtera

dimana perawat memiliki kewenangan dan tanggung jawab untuk


54

melakukan tindakan keperawatan bersama-sama dengan keluarga,

berdasarkan kemampuan, dan sumber daya keluarga.

Mubarak (2012) merumuskan diagnosis keperawatan

keluarga berdasarkan data yang didapatkan pada pengkajian.

Komponen diagnosis keperawatan meliputi problem atau masalah,

etiology atau penyebab, dan sign atau tanda yang selanjutnya

dikenal dengan PES.

1) Problem atau masalah (P) Masalah yang mungkin muncul pada

penderita artritis rheumatoid.

2) Etiology atau penyebab (E) Penyebab dari diagnose

keperawatan pada asuhan keperawatan keluarga berfokus pada

5 tugas kesehatan keluarga yang meliputi:

a) Mengenal masalah kesehatan.

b) Mengambil keputusan yang tepat.

c) Merawat anggota keluarga yang sakit.

d) Memodifikasi lingkungan.

e) Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan.

Sign atau tanda (S) Tanda atau gejala yang didapatkan dari

hasil pengkajian. Masalah keperawatan yang mungkin muncul

pada keluarga dengan Anak Remaja Sehat menurut SDKI tahun

2017 yaitu:

1.) (D. 0031) Resiko Berat Badan Berlebih berhubungan dengan

ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan


55

2.) (D.0107) Resiko gangguan Perkembangan berhubungan

dengan ketidakmampuan keluarga mengenal masalah

kesehatan

3.) (D. 0108) Resiko Gangguan Pertumbuhan berhubungan

dengan ketidakmampuan keluarga mengenal masalah

kesehatan

b. Penentuan Prioritas Masalah

Tipologi dari diagnosis keperawatan dalam penelitian

(Nurhayati et al., 2010) sebagai berikut :

1) Diagnosis aktual (terjadi defisit atau gangguan kesehatan)

Dari hasil pengkajian didapatkan data mengenai tanda dan

gejala dari gangguan kesehatan, dimana masalah kesehatan

yang dialami oleh keluarga memerlukan bantuan untuk segera

ditangani dengan cepat. Pada diagnosis keperawatan aktual,

factor yang berhubungan merupakan etiologi, atau factor

penunjang lain yang telah mempengaruhi perubahab status

kesehatan. Sedangkan factor tersebut dapat dikelompokkan ke

dalam empat kategori, yaitu:

a) Patofisiologi (biologi atau psikologi)

b) Tindakan yang berhubungan

c) Situasional (lingkungan, personal)

d) Maturasional
56

Secara umum faktor-faktor yang berhubungan atau etiologi dari

diagnosis keperawatan keluarga adalah adanya :

a) Ketidaktahuan (kurangnya pengetahuan, pemahaman, dan

kesalahan persepsi)

b) Ketidakmauan ( sikap dan motivasi)

c) Ketidakmampuan (kurangmya keterampilan terhadap suatu

prosedur atau tindakan, kurangnya sumber daya keluarga,

baik financial, fasilitas, sistem pendukung, lingkungan fisik,

dan psikologis).

2) Diagnosis resiko tinggi (ancaman kesehatan)

Sudah ada data yang menunjang namun belum terjadi

gangguan, tetapi tanda tersebut dapat menjadi masalah aktual

apabila tidak segera mendapatkan bantuan pemecahan dari tim

kesehatan atau keperawatan. Faktor-faktor risiko untuk

diagnosis risiko dan risiko tinggi memperlihatkan keadaan

dimana kerentanan meningkat terhadap klien atau kelompok.

Faktor ini memebedakan klien atau kelompok risiko tinggi dari

yang lainnya pada populasi yang sama yang mempunyai risiko.

3) Diagnosis potensial (keadaan sejahtera atau wellness)

Suatu keadaan jika keluarga dalam keadaan sejahtera,

kesehatan keluarga dapat ditingkatkan. Setelah data dianalisis,

kemungkinan perawat menemukan lebih dari satu masalah.

Mengingat keterbatasan kondisi dan sumber daya yang dimiliki


57

oleh keluarga maupun perawat, maka masalah-masalah tersebut

tidak dapat ditangani sekaligus. Oleh karena itu, perawat

bersama keluarga dapat menyusun dan menentukan prioritas

masalah kesehatan keluarga dengan menggunakan skala

perhitungan yang dapat dilihat pada:

Tabel 2.1
Tabel skoring

No Kriteri Skor Bobo


. a t
1 Sifat masalah
a. Tidak sehat 3
b. Ancaman kesehatan 2 1
c. Krisis atau keadaan 1
sejahtera
2 Kemungkinan masalah yang
dapat diubah
b. Dengan mudah 2 2
c. Hanya sebagian 1
d. Tidak dapat 0
3 Potensial Masalah Dapat
Dicegah 3
a. Tinggi 2
b. Cukup 1
1
c. Rendah
4 Menonjolnya Masalah
a. Masalah berat, harus 2
segera ditangani
b. Ada masalah, tetapi tidak 1 1
perlu segera ditangani
c. Masalah tidak dirasakan 0

Keterangan :

Rumus Perhitungan Skoring

Skoring
X Bobot = Hasil
Angka Tertinggi

3. Intervensi Keperawatan

Menurut buku PPSDM Keperawatan Keluraga dan Komunitas

Komprehensif (2016) Perencanaan keperawatan keluarga merupakan


58

tahap ketiga dari proses keperawatan. Setelah perawat merumuskan

diagnosis keperawatan, langkah berikutnya adalah menyusun

perencanaan tindakan yang akan dilakukan untuk menyelesaikan

masalah klien dan keluarga.

Perencanaan keperawatan juga dapat diartikan juga sebagai suatu

proses penyusunan berbagai intervensi keperawatan yang dibutuhkan

untuk mencegah, menurunkan, atau mengurangi masalah-masalah

klien. Perencanaan ini merupakan langkah ketiga dalam membuat

suatu proses keperawatan.

Dalam menentukan tahap perencanaan bagi perawat diperlukan

berbagai pengetahuan dan keterampilan, di antaranya pengetahuan

tentang kekuatan dan kelemahan klien, nilai dan kepercayaan klien,

batasan praktik keperawatan, peran dari tenaga kesehatan lainnya,

kemampuan dalam memecahkan masalah, mengambil keputusan,

menulis tujuan, serta memilih dan membuat strategi keperawatan yang

aman dalam memenuhi tujuan, menulis instruksi keperawatan serta

kemampuan dalam melaksanakan kerja sama dengan tingkat kesehatan

lain.

Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam menyusun

perencanaan keperawatan keluarga adalah berikut ini.

a. Rencana keperawatan harus didasarkan atas analisis data secara

menyeluruh tentang masalah atau situasi keluarga.

b. Rencana keperawatan harus realistik.


59

c. Rencana keperawatan harus sesuai dengan tujuan dan falsafah

instansi kesehatan.

d. Rencana keperawatan dibuat bersama keluarga.

Adapun tujuan dari perencanaan keperawatan keluarga, sebagai

berikut:

a. Alat komunikasi antarperawat dalam memberikan asuhan

keperawatan keluarga.

b. Meningkatkan kesinambungan asuhan keperawatan yang diberikan

pada keluarga.

c. Mendokumentasikan proses dan kriteria hasil sebagai pedoman

bagi perawat dalam melakukan tindakan kepada keluarga serta

melakukan evaluasi.

d. Mengidentifikasi fokus keperawatan kepada klien atau kelompok.

e. Membedakan tanggung jawab perawat dengan profesi kesehatan

lainnya.

f. Menyediakan suatu kriteria guna pengulangan dan evaluasi

keperawatan.

g. Menyediakan suatu pedoman dalam penulisan.

h. Menyediakan kriteria hasil (outcomes) sebagai pedoman dalam

melakukan evaluasi keperawatan keluarga.


60

Table 2.2
Perencanaan Keperawatan Keluarga

No. Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi


Keperawatan Hasil
1 (D. 0031 ) (L.05038) Setelah ( I.03097)
Resiko Berat Badan dilakukan tindakan 1.1 Identifikasi
Berlebih keperawatan selama kondisi
berhubungan dengan …x… jam keluarga Kesehatan
ketidakmampuan memahami tentang pasien yang
keluarga mengenal perawatan anggota dapat
masalah kesehatan keluarga dalam memengaruhi
mengatasi Resiko berat badan
Berat Badan Berlebih 1.2 Hitung berat
Kriteria Hasil : badan ideal
1. Berat Badan Membaik pasien
2. Tebal Lipatan 1.3 Fasilitasi
Kulit Membaik menentukan
3. Indeks Massa target berat
Tubuh Membaik badan realistis
1.4 Jelaskan
Faktor risiko
berat badan
berlebih
1.5 Jelaskan
hubungan
antara asupan
makanan,aktivi
tas fisik, dan
penambahan
berat badan
2 (D. 0107 ) (L.10101) Setelah ( I.03141 )
Resiko gangguan dilakukan tindakan 2.1 Identifikasi
Perkembangan keperawatan selama Tahap
berhubungan …x… jam klien dan perkembangan
dengan keluarga mampu Remaja
ketidakmampuan mengatasi Resiko
keluarga ganggua Perkembangan 2.2 Tingkatkan
mengenal , dengan Kriteria Hasil: Personal hygiene
masalah 1. Perilaku Sesuai dan penampilan diri
Kesehatan Usia Meningkat 2.3 Fasilitasi rasa
2. Kemampuan tanggung jawab
melakukan padadiri dan orang
perawatan diri lain
meningkat 2.4 Jelaskan
perkembangan
normal remaja

2.5. Ajarkan Untuk


mengenali masala
61
kesehatan dan
penyimpangan
padamasa remaja

3 (E. 0108 ) Setelah dilakukan ( I.12396 )


Resiko tindakan keperawatan 3.1 Identifikas
Gangguan selama …x… jam klien i Kesiapan
Pertumbuhan dan keluarga dapat dan
berhubungan mengatasi Resiko kemampua
dengan gangguan pertumbuhan n
ketidakmampuan i, dengan Kriteria Hasil menerima
keluarga : informasi
mengenal 1. Berat Badan Sesuai 3.2 Sediakan
masalah materi dan
Usia media pendkes
kesehatan 2. Tinggi badan sesuai
usia
62

3.3 Berikan
KEsempatan
untuk bertanya
3.4 Jelaskan
kebutuhan gizi
seimbang pada
anak reamaja
3.5 Jelaskan
pemebrian
makanan
mengandung
vitamin Ddan
zat besi pada
masa pubertas
3.6 Anjurkan
menghindar
i makanan
yang tidak
sehat
3.7 Ajarkan PHBS

4. Implementasi Keperawatan

Tindakan perawat adalah upaya perawat untuk membantu

kepentingan klien, keluarga, dan komunitas dengan tujuan untuk

meningkatkan kondisi fisik, emosional, psikososial, serta budaya dan

lingkungan, tempat mereka mencari bantuan. Tindakan keperawatan

adalah implementasi/pelaksanaan dari rencana tindakan untuk

mencapai tujuan yang spesifik.

Pelaksanaan tindakan keperawatan yang telah direncanakan adalah

dengan menerapkan teknik komunikasi terapeutik. Dalam

melaksanakan tindakan perlu melibatkan seluruh anggota keluarga dan

selama tindakan, perawat perlu memantau respon verbal dan nonverbal

pihak keluarga.

Tindakan keperawatan keluarga mencakup hal-hal sebagai berikut.

a. Menstimulasi kesadaran atau penerimaan keluarga mengenai


63
masalah dan kebutuhan kesehatan dengan cara:
64

1) memberikan informasi;

2) memberikan kebutuhan dan harapan tentang kesehatan.

b. Menstimulasi keluarga untuk memutuskan cara perawatan yang

tepat, dengan cara:

1) mengidentifikasi konsekuensi tidak melakukan tindakan;

2) mengidentifikasi sumber-sumber yang dimiliki keluarga

3) mengidentifikasi tentang konsekuensi tipe tindakan.

c. Memberikan kepercayaan diri dalam merawat anggota keluarga

yang sakit, dengan cara:

1) mendemonstrasikan cara perawatan;

2) menggunakan alat dan fasilitas yang ada di rumah;

3) mengawasi keluarga melakukan perawatan.

d. Membantu keluarga untuk menemukan cara bagaimana membuat

lingkungan menjadi sehat, yaitu dengan cara:

1) menemukan sumber-sumber yang dapat digunakan keluarga;

2) melakukan perubahan lingkungan keluarga seoptimal mungkin.

e. Memotivasi keluarga untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan yang

ada dengan cara:

1) mengenalkan fasilitas kesehatan yang ada di lingkungan

keluarga;

2) membantu keluarga menggunakan fasilitas kesehatan yang ada.


65

5. Evaluasi

Evaluasi adalah tindakan untuk melengkapi proses keperawatan

yang menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan, rencana

tindakan, dan pelaksanaannya sudah berhasil dicapai, meskipun tahap

evaluasi diletakkan pada akhir proses keperawatan. Evaluasi

merupakan bagian integral pada setiap tahap proses keperawatan.

Evaluasi didasarkan pada bagaimana efektifnya intervensi atau

tindakan yang dilakukan oleh keluarga, perawat dan yang lainnya.

Keefektifan ditentukan dengan melihat respon keluarga dan hasil,

bukan intervensi-intervensi yang diimplementasikan (Widagdo, 2016).

Tujuan evaluasi adalah untuk melihat kemampuan klien dalam

mencapai tujuan.

Hal ini dapat dilaksanakan dengan mengadakan hubungan

dengan klien berdasarkan respon klien terhadap tindakan keperawatan

yang diberikan, sehingga perawat dapat mengambil keputusan untuk:

a. Mengakhiri rencana tindakan keperawatan

b. Memodifikasi rencana tindakan keperawatan

c. Melanjutkan rencana tindakan keperawatan

Evaluasi dilaksanakan dengan pendekatan SOAP (Subyektif,

Obyektif, Analisa, dan Planning)

S : adalah hal-hal yang dikemukakan oleh keluarga secara subjektif

setelah dilakukan intervensi keperawatan.


66

O : adalah hal-hal yang ditemui oleh perawat secara objektif setelah

dilakukan intervensi keperawatan.

A : adalah analisa dari hasil yang telah dicapai dengan mengacu pada

tujuan yang terkait dengan diagnosis.

P : adalah perencanaan yang akan datang setelah melihat respon dari

keluarga pada tahapan evaluasi


67

DAFTAR PUSTAKA

Andriyani, J. (2016). Peran Keluarga terhadap penyesuain diri remaja. Al - Bayan


, 39 - 47 .
budy, V. (2020). Jumlah Penduduk Kalimantan Timur Menurut usia . data boks .
Khoiru Bariyah, M. F. (2016). Konsep diri Adversity uintent dan penyusain diri
pada remaja . Pesona jurnal psikologi indonesia , 137 - 144.
Kristianus, A. (2021). Sensus 2020 . Jakarta : INVESTOR.ID .
Anisa, K. . (2019). Peran Keluarga Dalam Perawatan Penderita Asma Di Desa
Sukoreno Wilayah Kerja Puskesmas Sentolo I Kulon Progo. 9–25.
Dharmayanti, I., Hapsari, D., & Azhar, K. (2015). Asma pada anak Indonesia:
Penyebab dan Pencetus. Kesmas: National Public Health Journal, 9(4), 320.
https://doi.org/10.21109/kesmas.v9i4.738
Febrianti, R. (2018). Penderita Gout Arthritis Di Wilayah Kerja. 10(2), 69–72.
Harmoko. (2012). Asuhan Keperawatan Keluarga (S. Riyadi (ed.)). PUSTAKA
PELAJAR.
Ii, B. A. B. (2001). Universitas Sumatera Utara 6. 1(2), 6–38
Monalisa. (2013). PENGALAMAN IBU MERAWAT ANAK PENDERITA
ASMA YANG MENGALAMI MASALAH KUALITAS HIDUP. Journal of
Chemical Information and Modeling, 53(9), 1689–1699.
Nur, C. A. (2009). DETEKSI DINI GANGGUAN PERTUMBUHAN DAN
PERKEMBANGAN ANAK Atien Nur Chamidah. Jurnal Pendidikan
Khusus, vol.1 no.3, 1–8.
Nurarif, A. H., & Kusuma, H. (2016). Asuhan Keperawatan Praktis (Edisi Revi).
MediAction.
Nurhayati, N., Kep, S., & Rsij-fkk, P. D. K. (2010). ASUHAN KEPERAWATAN
KELUARGA DENGAN MASALAH GIZI KURANG DISUSUN OLEH Ns.
Nurhayati, S.Kep PRODI DIII KEPERAWATAN RSIJ-FKK UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH JAKARTA 2010 Assalamu’alaikum Warahmatullahi
Wabarakatuh.
Nursalam, metode penelitian. (2017). Perbedaan Pertumbuhan Balita Stunting.
Journal of Chemical Information and Modeling, 53(9), 25,26.
Padila. (2017). Asuhan Keperawatan Penyakit Dalam. Nuha Medika.
68

Riskesdas. (2009). Laporan hasil riset kesehatan dasar provinsi kalimantan timur.
Syaifuddin. (2010). Anatomi Fisiologi (M. Ester (ed.); Cetakan 20). Penerbit
Buku Kedokteran EGC.
Widagdo, W. (2016a). Keperawatan Keluarga & Komunitas (1st ed.). Badan
Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan.
Adelina Haryono, A. R. (2009). Prevalensi Gangguan Tidur pada Remaa , 149.
Baumrind, D. (2018 ). Pola Asuh Orang Tua . Jakarta : Binus .
Catio, M. (2013). Peran pendidikan dalam penanganan masalah kesehatan
remaja. Jakarta pusat : indonesia pediatric society .
Mardalifa, T. (2018 ). Sleep Hygiene . Padang Sumatra Barat .
Ns. Aprisunadi, M. S. (2017). Standar diagnosis Keperawatan Indonesia . Jakarta
selatan : DPP PPNI .
Pengetahuan, K. (2017). Pengetahuan Keluarga dan peran Keluarga .
Yogyakarta: fkmk .
Widagdo, W. (2016b). Keperawatan Keluarga dan Komunitas Komprehesif. 634.
file:///C:/Users/user/Documents/KEPERAWATAN/TK 3/SEMESTER
6/KEP KOMUNITAS/Keperawatan-Keluarga-dan-Komunitas-
Komprehensif.pdf
69

DEPARTEMEN KEPERAWATAN KELUARGA


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS
STIKes PATRIA HUSADA BLITAR

FORMAT ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN KELUARGA


Hari, tanggal : Senin, 21 November 2022 Jam : 09.00 WIB

1. DATA UMUM
a. Nama Kepala Keluarga : Tn. R
b. Umur KK : 45 tahun
c. Alamat dan telepon : Jl Mawar No 7 Blitar/ 081081081
d. Pekerjaan KK : Karyawan tambang
e. Pendidikan KK : SMA/sederajat
f. Agama KK : Islam
g. Suku bangsa KK : Jawa
h. Komposisi keluarga :
No Nama JK Hub. dg Umur Pendidikan Agama Pekerjaan
KK
1. Ny. N Perempuan Istri 43 D3 Islam IRT
2. Sdr. C Laki-laki Anak 17 SMA Islam Pelajar
3. An. A Perempuan Anak 4 Belum Islam -
sekolah

i. Genogram
70

Keterangan

: Laki-laki

: Perempuan

: Meninggal

: Pasien

: Garis pernikahan

: Tinggal serumah

j. Tipe Keluarga
Keluarga inti (nuclear family) yang terdiri dari ayah, ibu dan 2 orang anak laki-laki
dan perempuan.

k. Suku Bangsa
Jawa, Indonesia

l. Agama
Islam

m. Status sosial ekonomi keluarga


Anggota keluarga yang mencari nafkah adalah Tn. Rafi yang bekerja sebagai
karyawan pertambangan di Kalimantan dengan gaji Rp 6.500.000. Sedangkan Ny
Nagita sebagai ibu rumah tangga. Penghasilan ini digunakan untuk mencukupi
kebutuhan semua anggota keluarga di rumah, seperti makan sehari-hari, kebutuhan
harian (sabun, shampo, sabun cuci) dan masih ada sisa penghasilan yang digunakan
untuk menabung. Harta benda yang dimiliki adalah perabotan rumah, handphone dan
2 alat transportasi berupa sepeda motor.
71

n. Aktivitas rekreasi keluarga


Rekreasi keluarga hanya dilakukan dengan menonton televisi di rumah, namun
aktivitas rekreasi di luar rumah jarang dilakukan anggota keluarga ini karena
kesibukan masing-masing anggota keluarga. Aktivitas lain adalah bermain
handphone. Anak pertamanya Sdr. C lebih banyak menghabiskan keseharian di rumah
teman-temannya untuk bermain atau hanya sekedar nongkrong.

2. RIWAYAT TAHAP PERKEMBANGAN KELUARGA


a. Tahap perkembangan keluarga saat ini
Tahap perkembangan keluarga saat ini adalah keluarga dengan anak remaja.

b. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi


Tidak bisa menyeimbangkan kebebasan dengan tanggungjawab anak pertama yang
sering keluar malam dan tidak pulang ke rumah. Sering merokok dengan teman
nongkrongnya karena posisi ayah yang jauh bekerja di luar pulau dan ibu yang sibuk
mengurus adiknya yang masih balita, anak pertama merasa kurang perhatian.

c. Riwayat kesehatan keluarga inti


Apabila ada keluhan kesehatan ringan terhadap anggota keluarganya, ibu selalu
berupaya membeli obat di warung terlebih dahulu. Namun apabila penyakit tidak
kunjung sembuh, upaya yang dilakukan adalah dengan membawa ke puskesmas atau
dokter praktik.

d. Riwayat kesehatan keluarga sebelumnya


Keluarga tidak pernah mengalami penyakit kronis atau penyakit berat sebelumnya,
hanya batuk atau pilek saja dan sembuh setelah minum obat dari warung atau berobat
ke puskesmas atau dokter praktik.
72

LINGKUNGAN

a. Karakteristik rumah
1) Denah rumah
Dapur Kamar mandi

Kamar tidur Kamar tidur 2


3

Kamar tidur Ruang tamu


1

Teras

2) Keadaan lingkungan dalam rumah


Rumah yang dimiliki keluarga ini adalah rumah permanen dengan status kepemilikan
sendiri. Luas rumah kira-kira 8 m2 dengan 3 kamar tidur, 1 ruang tamu, 1 dapur dan 1
kamar mandi. Pencahayaan rumah cukup terpapar sinar matahari, pada siang hari
keluarga mampu membaca tanpa menggunakan lampu. Ventilasi juga baik, kondisi
jendela bisa dibuka dan ditutup.

3) Keadaan lingkungan di luar rumah


a) Pemanfaatan halaman
Tidak memiliki halaman rumah, karena kondisi rumah yang terletak di pinggir
jalan raya.

b) Sumber air minum


Sumber air menggunakan sumur bor yang diguakan untuk mandi, cuci, kakus
dan makam/minum.

c) Pembuangan air kotor


Saptic tank berjarak 5 meter dari sumur. Saluran air kotor menggunakan
paralon yang dialirkan ke sungai samping rumah.

d) Pembuangan sampah
Sampah diangkut oleh petugas di lingkungan tempat tinggalnya.
73

e) Jamban
Jamban menggunakan jamban duduk yang disalurkan ke septic tank
menggunakan leher angsa.

f) Sumber pencemaran
Sumber pencemaran berasal dari polusi kendaraan bermotor, karena rumah
keluarga ini berada dipinggir jalan raya.

g) Sanitasi rumah
Kebersihan, pencahayaan dan ventilasi tiap kamar baik. Kebersihan dan
kerapian rumah ini juga baik.

b. Karakteristik tetangga dan komunitas


Tidak ada kesepakatan masyarakat yang bertentangan dengan kesehatan, posyandu
balita diadakan satu bulan sekali pada hari jumat pada minggu ke 2. Dan keluarga aktif
mengikuti posyandu balita untuk An. A yang masih berusia 4 tahun.

c. Mobilitas geografi keluarga


Keluarga tidak pernah berpindah-pindah rumah, anggota keluarga beraktivitas dan
bekerja hanya di sekitar rumah atau di dalam kota saja, kecuali kepala keluarga kerja di
luar kota sebagai karyawan pertambangan yang pulang 1-2 kali dalam setahun.

d. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat


Ny. N tidak aktif mengikuti kegiatan kemasyarakatan seperti PKK, arisan atau acara
keagamaan dikarenakan kesibukannya sebagai orang tua tunggal untuk anak-anaknya.
Ny. N juga jarang berinterkasi dengan pihak sekolah Sdr. C terkait pemantauan prestasi
dan kedisiplinan di sekolah.
74

e. Sistem pendukung keluarga dan ecomap

Fasilitas kesehatan
(Posyandu,
Puskesmas, Dokter
Praktik)

Klg. Besar
Tn. R Klg. Besar
Ny. N

Ny. N
Tn. R

Sdr. C An. A

Tetangga Sekolah Sdr. C

Keterangan :
= hubungan timbal balik sangat kuat
= hubungan timbal balik kuat
= hubungan timbal balik lemah
75

3. STRUKTUR KELUARGA
a. Pola komunikasi
Anak pertama jarang berkomunikasi secara terbuka dengan ibunya, cenderung suka
keluar rumah dan nongkrong bersama teman-temannya. Sering kali menginap di
rumah temannya. Dikarenakan ayahnya jarang berada di rumah dan ibunya jarang
memperhatikan anak pertama karena sibuk mengurus anak kedua yang masih balita.
Pada saat ayahnya pulang ke rumah Sdr. C juga jarang mau berkomunikasi secara
langsung dengan Tn. R. Sdr. C hanya berkomunikasi dengan ibu atau ayahnya saat
meminta uang saja.

b. Struktur kekuatan atau kekuasaan keluarga


Jika ada masalah dalam keluarga, penentu keputusan adalah Ny. N karena Tn. R tidak
selalu ada di rumah. Biasanya Ny. N menghubungi Tn. R dulu lewat telepon atau
whatsapp untuk bermusyawarah sebelum mengambil keputusan. Termasuk dalam
mendidik anak remajanya, Ny. N selalu kuwalahan dikarenakan perkataan Ny. N
tidak pernah didengar oleh Sdr. C, termasuk larangan-larangan Ny. N selalu dilanggar
oleh Sdr. C.

c. Struktur peran (formal dan informal)


Peran kepala keluarga/ayah dalam mengambil keputusan diambil alih oleh Ny. N
yang sekaligus berperan sbg ibu bagi anak-anaknya. Ny. N merawa kewalahan dan
sulit menertibkan anak remajanya sehingga ia memilih menuruti segala kemauan
Sdr.C

d. Nilai dan norma


Tidak ada nilai dan norma yang diterapkan keluarga ini tidak bertentangan dengan
nilai dan norma yang ada di masyarakat.

4. FUNGSI KELUARGA
a. Fungsi afeksi
1). Kebutuhan – kebutuhan keluarga, pola – pola respon
Aggota keluarga terutama anak pertama tidak terlalu merespon terhadap orang
tuanya, jika anak pertama meminta uang selalu diberi oleh ibunya tanpa
menanyakan untuk keperluan apa.
76

2). Hubungan keakraban


Hubungan anggota keluarga antara orang tua dengan anak pertama kurang baik,
tidak terlalu akrab dan jarang berkomunikasi.

3). Pertalian hubungan (diagram kedekatan dalam keluarga)


Hubungan orang tua dengan anak tergolong tidak baik, karena tidak terjalin
komunikasi, Sdr. C tidak mau mendengarkan perkataan orang tuanya, dan orang
tuanya jarang memperhatikan Sdr. C karena kesibukan masing-masing.

4). Perpisahan dan kekerabatan


Keluarga ini berpisah dengan kepala keluarga dikarenakan pekerjaan Tn. R di
kalimantan dan hanya pulang 1-2 kali dalam satu tahun. Namun komunikasi
antara istri dan kepala keluarga terjalin melalui alat komunikasi (handphone). Ny.
N juga jarang mengunjungi kerabat Tn. R dan kerabat dari Ny. N sendiri
dikarenakan kesibukan mengurus anak-anaknya, namun hubungan kekerabatan
dengan keluarga lain masih terjalin baik.

b. Fungsi sosial
1) Cara pola asuh pada anak
Ny. N terlalu memberi kebebasan kepada anak pertama untuk bermain bersama
teman sebayanya dan tidak terlalu mengekangnya, selalu memberi apa yang
diminta dengan alasan daripada anak pertamanya melawan dan Ny. N merasa
jarang memperhatikan anak pertamanya.

2) Siapa yang menjadi pelaku sosialisasi anak–anak


Sdr. C adalah anggota keluarga yang masih berusia remaja dan An. A adalah
anggota keluarga yang masih berusia balita diasuh dan dirawat oleh ibunya tanpa
ada sosok ayahnya dikarenakan ayahnya kerja di luar kota.

3) Nilai anak–anak dalam keluarga


Ny. N berharap bisa menjalin hubungan yang baik dengan anak pertamanya,
sehingga Sdr. C dapat menghargai orangtuanya dan tidak terjerumus dalam
pergaulan yang negatif.
77

4) Keyakinan budaya yang mempengaruhi pola asuh


Tidak ada keyakinan khusus dalam mempengaruhi pola asuh

5) Pengaruh kelas sosial dalam pengasuhan


Tidak ada kelas sosial khusus dalam pengasuhan keluarga ini

6) Estimasi resiko masalah pengasuhan


Ny. N mengatakan merasa bingung menjadi orang tua tunggal di rumah, beliau
merasa tidak bisa memberi nasehat Sdr. C karena selalu melawan nasehat yang
diberikan. Dan Sdr. C sering melanggar perkataan Ny. N. Ny. N juga merasa tidak
bisa dekat dengan anak remajanya karena merasa sibuk dan jarang berkomunikasi

7) Kelayakan lingkungan rumah untuk bermain bagi anak


Keluarga tidak dapat menjadi tempat berkomunikasi secara terbuka. Sdr. C merasa
canggung untuk berkomunikasi dengan orang tuanya.

c. Fungsi perawatan kesehatan


1) Keadaan kesehatan
Semua anggota keluarga dalam kadaan sehat tidak ada yang menderita penyakit
tertentu. Namun Ny. N mengatakan bahwa Sdr. C sering merokok pada saat
nongkrong bersama teman-temannya di luar rumah.

2) Kebersihan perorangan
Anggota keluarga menjaga kebersihan masing dengan mandi 2 kali sehari, mencuci
tangan sebelum makan dan setelah dari kamar mandi.

3) Penyakit yang sering diderita


Anggota keluarga paling sering sakit batuk dan pilek.

4) Penyakit keturunan
Tidak ada penyakit keturunan di keluarga ini
78

5) Penyakit kronis atau menular


Anggota keluarga tidak ada yang memiliki penyakit kronis atau menular

6) Kecacatan
Tidak ada

7) Pola makan
Makan 3 kali sehari dengan nasi, lauk dan sayur.

8) Pola istirahat
Pada umunya pola istirahat/tidur Ny. N dan An. A baik, tidur 8 jam/hari, namun
pada Sdr. C kebutuhan tidur dinilai kurang karena tidak pernah tidur siang dan
sering pulang larut malam sekitar pukul 2 malam, sehingga rata-rata tidur malam
hanya 4-5 jam per hari. Namun sekolah pernah menelpon Ny. N jika Sdr. C sering
tidur saat jam pelajaran berlangsung.

9) Ketergantungan obat atau bahan


Sdr. C sudah mulai melakukan perilaku merokok, merokok habis 1 pack dalam
sehari.

10) Mencari pelayanan kesehatan


Apabila ada keluhan kesehatan ringan terhadap anggota keluarganya, ibu selalu
berupaya membeli obat di warung terlebih dahulu. Namun apabila penyakit tidak
kunjung sembuh, upaya yang dilakukan adalah dengan membawa ke puskesmas
atau dokter praktik.

d. Fungsi reproduksi
Sdr. C enggan menceritakan tanda-tanda pubertas seperti kapan bermimpi basah
kepada orang tuanya, terutama ibunya yang ada di rumah karena merasa malu dan
canggung.
79

5. STRESS DAN KOPING KELUARGA


a. Stressor jangka pendek dan jangka panjang
Ny. N merasa khawatir dengan perkembangan Sdr. C, ia takut Sdr. C semakin
terjerumus dalam pergaulan negatif. Ia juga mengkhawatirkan suaminya tidak segera
bisa terus tinggal di rumah, karena merasa berat mengasuh anak-anaknya dan ia
membutuhkan sosok suaminya untuk mengontrol perilaku anaknya.

b. Kemampuan berespon terhadap stressor


Keluarga tidak mampu dalam memenuhi kebutuhan Sdr. C yang masih remaja

c. Strategi koping yang digunakan


Keluarga membiarkan Sdr. C melakukan hal yang ingin dilakukannya seperti pulang
malam, merokok, dan Ny. N selalu memberikan uang ketika Sdr. C meminta.

d. Strategi adaptasi disfungsional


Antara anak remaja dan orang tua jarang berkomunikasi dan orang tua terlalu
membebaskan anaknya untuk melakukan hal-hal yang dikehendaki tanpa ada
pengawasan. Sdr. C juga jarang di rumah, lebih senang begadang pulang hingga larut
malam, nongkrong, merokok dan menginap di rumah temannya.

6. PEMERIKSAAN FISIK
Hari/ Tgl :
TB BB LLA TD N R
No Nama S ºC Keterangan keluhan
Cm Kg Cm Mm/Hg x/’ x/’
1 Ny. N 165 58 23,2 130/75 87 20 36,4 Tidak ada keluhan
2 Sdr. C 170 65 20 120/70 78 21 36,5 Tidak ada keluhan
3 An. A 98 13,4 16 100 22 36,2 Tidak ada keluhan
80

7. HARAPAN KELUARGA TERHADAP PERAWATAN KESEHATAN KELUARGA


a. Persepsi terhadap masalah
Keluarga mengatakan bahwa masalah mengasuh anak remaja ini sangat
membingungkan, Ny. N juga mengatakan tidak mau jika anaknya terjerumus ke
pergaulan yang negatif

b. Harapan terhadap masalah


Keluarga mengatakan ingin memperbaiki komunikasi dengan Sdr. C, ingin sama-
sama terbuka dan ingin Sdr. C lebih berperilaku yang positif, tidak sering keluar
rumah dan bergaul yang kelewat batas seperti nongkrong hingga larut malam dan
merokok. Keluarga juga ingin bisa merawat Sdr. C dengan baik, sehingga menjadi
orang tua yang baik untuk anak remajanya.

Blitar, 21 November 2022


Perawat yang mengkaji,

Fransnedo/Binti Khoirin N.
81

B. ANALISA DATA
NO DATA FOKUS PROBLEM ETIOLOGI
1 Data subjektif Gangguan Proses Krisis
Sdr. C merasa canggung untuk Keluarga perkembangan
berkomunikasi dengan orang
tuanya.

Data objektif
1. Tidak bisa menyeimbangkan
kebebasan dengan tanggung
jawab anak pertama yang sering
keluar malam dan tidak pulang
ke rumah
2. Tn. R sebagai kepala keluarga
bagi Ny. N, akan tetapi bagi Sdr.
C, Tn. R dianggap tidak berperan
sebagai ayah dikarenakan jarang
pulang dan jarang berkomunikasi
dengannya.
3. Aggota keluarga terutama anak
pertama tidak terlalu merespon
terhadap orang tuanya, jika anak
pertama meminta uang selalu
diberi oleh ibunya tanpa
menanyakan untuk keperluan
apa.
4. Hubungan orang tua dengan anak
tergolong tidak baik, karena
tidak terjalin komunikasi, Sdr. C
tidak mau mendengarkan
perkataan orang tuanya, dan
orang tuanya jarang
memperhatikan Sdr. C karena
kesibukan masing-masing.
2 Data Subjektif Penampilan peran Perubahan peran
Keluarga mengatakan bahwa tidak efektif
masalah mengasuh anak remaja ini
sangat membingungkan, Ny. N juga
mengatakan tidak mau jika anaknya
terjerumus ke pergaulan yang
negatif. Ia juga mengkhawatirkan
suaminya tidak segera bisa terus
tinggal di rumah, karena merasa
82

berat mengasuh anak-anaknya dan


ia membutuhkan sosok suaminya
untuk mengontrol perilaku anaknya.

Data objektif
1. Antara anak remaja dan orang
tua jarang berkomunikasi dan
orang tua terlalu membebaskan
anaknya untuk melakukan hal-
hal yang dikehendaki tanpa ada
pengawasan. Sdr. C juga jarang
di rumah, lebih senang begadang
pulang hingga larut malam,
nongkrong, merokok dan
menginap di rumah temannya
2. Keluarga tidak mampu dalam
memenuhi kebutuhan Sdr. C
yang masih remaja
3. Keluarga membiarkan Sdr. C
melakukan hal yang ingin
dilakukannya seperti pulang
malam, merokok, dan Ny. N
selalu memberikan uang ketika
Sdr. C meminta.
3 Data subjektif Manajemen Konflik keluarga
1. Keluarga mengatakan bingung Kesehatan
dalam mengasuh anak remajanya Keluarga Tidak
2. Ny. N mengatakan anak Efektif
remajanya sering pulang malam
dan merokok Ketika nongkrong
bersama teman-temannya.
3. Ny. N sering ditelpon pihak
sekolah anaknya karena Sdr. C
sering tidur pada saat jam
pelajaran

Data objektif
1. Karena merasa tidak kerasan di
rumah, Sdr. C sering pulang larut
malam
2. Merokok habis 1 pack/hari

Diagnosa keperawatan

1. Gangguan proses keluarga berhubungan dengan krisis perkembangan (D.0120)


2. Penampilan peran tidak efektif berhubungan dengan perubahan peran (D.0125)
3. Manajemen kesehatan keluarga tidak efektif berhubungan dengan konflik keluarga
(D. 0115)
83

C. SKOR/PRIORITAS MASALAH

1. Gangguan proses keluarga b.d krisis perkembangan (D.0120)

No Kriteria Skor Bobot Jumlah


1 Sifat Masalah 3 1 1
Tidak/kurang sehat (3)
Ancaman kesehatan (2)
Keadaan sejahtera (1)
2 Kemungkinan Masalah Bisa Diubah 1 2 1
Mudah (2)
Sebagian (1)
Tidak dapat (0)
3 Potensial Masalah Untuk Dicegah 1 1 1/3
Tinggi (3)
Cukup (2)
Rendah (1)
4 Menonjolkan Masalah 2 1 1
Masalah berat, harus segera ditangani (2)
Ada masalah, tetapi tidak perlu ditangani (1)
Masalah tak dirasakan (0)
JUMLAH 3 1/3

2. Penampilan peran tidak efektif b.d perubahan peran (D.0125)

No Kriteria Skor Bobot Jumlah


1 Sifat Masalah 2 1 2/3
Tidak/kurang sehat (3)
Ancaman kesehatan (2)
Keadaan sejahtera (1)
2 Kemungkinan Masalah Bisa Diubah 1 2 1
Mudah (2)
Sebagian (1)
Tidak dapat (0)
3 Potensial Masalah Untuk Dicegah 2 1 2/3
Tinggi (3)
Cukup (2)
Rendah (1)
4 Menonjolkan Masalah 2 1 1
Masalah berat, harus segera ditangani (2)
Ada masalah, tetapi tidak perlu ditangani (1)
Masalah tak dirasakan (0)
JUMLAH 3
84

3. Manajemen kesehatan keluarga tidak efektif b.d konflik keluarga

No Kriteria Skor Bobot Jumlah


1 Sifat Masalah 3 1 1
Tidak/kurang sehat (3)
Ancaman kesehatan (2)
Keadaan sejahtera (1)
2 Kemungkinan Masalah Bisa Diubah 2 2 1
Mudah (2)
Sebagian (1)
Tidak dapat (0)
3 Potensial Masalah Untuk Dicegah 3 1 1
Tinggi (3)
Cukup (2)
Rendah (1)
4 Menonjolkan Masalah 2 1 1
Masalah berat, harus segera ditangani (2)
Ada masalah, tetapi tidak perlu ditangani (1)
Masalah tak dirasakan (0)
JUMLAH 4

Berdasarkan hasil skoring didapatkan prioritas diagnosa keperawatan adalah

1. Manajemen kesehatan keluarga tidak efektif berhubungan dengan konflik


keluarga (D. 0115)
2. Gangguan proses keluarga berhubungan dengan krisis perkembangan (D.0120)
3. Penampilan peran tidak efektif berhubungan dengan perubahan peran (D.0125)
85
86

D. INTERVENSI KEPERAWATAN
No Diagnosa Tujuan Evaluasi Intervensi
Dx Keperawatan
Umum Khusus Kriteria Standar

1 Manajemen Manajemen Setelah dilakukan Koordinasi diskusi keluarga


kesehatan kesehatan asuhan keperawatan (1.12482)
keluarga tidak keluarga selama 3 kali Dukungan koping keluarga
efektif dan kunjungan, keluarga (1.09260)
berhubungan ketahanan mampu: (L.12105 dan Promosi perkembangan
dengan konflik keluarga L.09074) remaja (1.09988)
keluarga meningkat Tugas keluarga 1 Edukasi kesehatan (1.12383)
(D. 0115) (L.12105 Mengenal masalah Observasi
dan dan penyebab 1. Identifikasi gangguan
L.09074) kurangnya kesehatan setiap anggota
kemampuan dalam keluarga (1.12482)
mengatur dan 2. Identifikasi respon
mengintegrasikan emosional terhadap
penanganan masalah keluarga saat ini (1.09260)
kesehatan pada anak
Terapeutik
remajanya, dengan
3. Ciptakan suasana rumah
kriteria hasil:
yang sehat dan
1. Kemampuan Kognitif 1. Keluarga mampu
mendukung
mengenali menyebutkan masalah
perkembangan anggota
masalah yang menyebabkan
keluarga (1.12482)
meningkat perilaku negative
4. Dengarkan masalah,
2. Menyebutkan pada anak remajanya
Kognitif perasaan, dan pertanyaan
makna krisis 2. Anak remajanya (Sdr.
keluarga (1.09260)
meningkat C) mampu memahami
5. Fasilitasi anggota keluarga
dampak dari perilaku
87

negative, seperti dalam mengidentifikasi


merokok dan pulang dan menyelesaikan
larut malam konflik nilai (1.09260)
6. Sediakan materi dan
media Pendidikan
kesehatan
Tugas Keluarga 2
Edukasi
Keluarga mampu
7. Ajarkan untuk mengenali
mengambil
masalah kesehatan dan
keputusan untuk
melakukan tindakan penyimpangan pada
yang tepat untuk remaja (merokok dan
menangani perilaku begadang)
negatif pada anak 8. Ajarkan perilaku hidup
remajanya, dengan sehat dengan prinsip
kriteria hasil: CERDIK
1. Verbalisasi Afektif 1. Keluarga menyatakan Kolaboratif
kesulitan keinginannya untuk 9. Rujuk untuk terapi
menjalankan memberikan keluarga jika perlu
perawatan pada perawatan yang tepat (1.09260)
anak remajanya bagi anak remajanya
menurun 2. Anak remajanya (Sdr.
2. Verbalisasi C) menyatakan mau
Afektif
harapan yang mengubah perilaku
positif antar untuk tidak merokok
anggota keluarga dan tidak pulang larut
meningkat malam/begadang
88

Tugas keluarga 3
Keluarga mampu
merawat anak
remajanya, dengan
kriteria hasil
1. Verbalisasi Psikomotor 1. Keluarga mampu
kesulitan mengatasi konflik
menjalankan yang dialami keluarga
perawatan pada 2. Anak remajanya (Sdr.
anak remajanya C) mampu mengubah
menurun perilaku sehar-hari
2. Aktivitas keluarga menjadi lebih sehat
Psikomotor
mengatasi masalah (mengurangi jumlah
kesehatan tepat merokok dan
meningkat memulai tidur lebih
awal)

Tugas keluarga 4
Keluarga mampu
memodifikasi
lingkungan/suasana
di rumah yang
menguntungkan
keluarga dengan
kriteria hasil
1. Verbalisasi Afektif 1. Keluarga mampu
perasaan antar menyebutkan manfaat
anggota keluarga menciptakan
meningkat lingkungan yang
nyaman bagi anak
89

2. Mencari dukungan Psikomotor remajanya dengan


emosional dari meningkatkan
anggota keluarga komunikasi antara
yang lain orang tua dan anak
meningkat 2. Keluarga
mengungkapkan
keinginan untuk
menciptakan
lingkungan yang
nyaman bagi anak
remajanya dengan
meningkatkan
komunikasi antara
orang tua dan anak
3. Keluarga dapat
menciptakan
lingkungan yang
nyaman bagi anak
remajanya dengan
meningkatkan
komunikasi antara
orang tua dan anak
90

Tugas keluarga 5 1. Keluarga mampu


Keluarga mampu menyebutkan fasilitas
memanfaatkan pelayanan kesesatan
fasilitas pelayanan yang dapat
kesehatan dengan dimanfaatkan untuk
kriterian hasil berkonsultasi terkait
1. Memanfaat tenaga Kognitif,
masalah kesehatan
kesehatan untuk afektif,
yang dihadapi saat ini
mendapatkan Psikomotor
2. Keluarga mampu
informasi
menyebutkan tujuan
meningkat
memanfaatkan
fasilitas pelayanan
kesehatan
3. Keluarga
mengungkapkan mau
memanfaatkan
fasilitas pelayanan
kesehatan
4. Keluarga
mengunjungi fasilitas
kesehatan apabila
dirasa perlu
91

2 Gangguan Proses Setelah dilakukan Dukungan koping keluarga


proses keluarga keluarga asuhan keperawatan (1.09260)
berhubungan membaik selama 3 kali Promosi proses efektif
dengan krisis (L.13123) kunjungan, keluarga keluarga (1.13496)
perkembangan mampu (L.13123) Promosi perkembangan
(D.0120) Tugas Keluarga 1 remaja (1.09988)
Mengenal masalah Terapi keluarga (1.09322)
kesehatan dengan Observasi
kriteria hasil 1. Identifikasi tahap
1. Kemampuan Kognitif 1. Keluarga dapat perkembangan remaja
keluarga menjelaskan (1.09988)
berkomunikasi gangguan proses yang 2. Identifikasi pola
secara terbuka di dialami keluarga komunikasi keluarga
antara anggota 2. Keluarga mampu (1.09322)
keluarga meningkat menjelaskan fungsi 3. Identifikasi masalah atau
2. Kemampuan dari komunikasi gangguan dalam proses
Kognitif
keluarga memenuhi secara terbuka antara keluarga (1.13496)
kebutuhan fisik anggota keluarga Terapeutik
anggota keluarga 3. Keluarga mampu 4. Fasilitasi diskusi keluarga
meningkat mendefinisikan dan (1.09322)
3. Kemampuan Kognitif menjelaskan fungsi 5. Diskusikan cara terbaik
keluarga memenuhi memenuhi kebutuhan dalam menangani
kebutuhan fisik dan emosional disfungsi perilaku dalam
emosional anggota pada anak remajanya keluarga (1.09322)
keluarga meningkat 4. Keluarga mampu 6. Diskusikan strategi
4. Ketepatan peran menyebutkan penyelesaian masalah
keluarga pada tahap Kognitif perannya terhadap yang konstruktif (1.09322)
perkembangan anak perkembangan anak 7. Motivasi anggota keluarga
remaja meningkat remajanya untuk melakukan aktivitas
bersama seperti makan
92

Tugas Keluarga 2 bersama, diskusi bersama


Keluarga mampu (1.13496)
mengambil 8. Dukung keterampilan
keputusan untuk komunikasi pada anak
melakukan tindakan remaja (1.09988)
yang tepat 9. Fasilitasi rasa tanggung
terkaitgangguan
jawab pada diri sendiri
proses keluarga
dan orang lain (1.09988)
khususnya
perkembangan anak Edukasi
remajanya dengan 10. Anjurkan berkomunikasi
kriteria hasil lebih efektif (1.09322)
5. Aktivitas Afektif 1. Keluarga mau 11. Anjurkan mengubah cara
mendukung mendukung berhubungan dengan
pertumbuhan pertumbuhan anak anggota keluarga lain
anggota keluarga remajanya (1.09322)
meningkat 2. Keluarga mau 12. Diskusikan dukungan
6. Aktivitas mendukung sosial dari sekitar keluarga
Afektif (1.09322)
mendukung keselamatan anak
keselamatan remajanya. Kolaborasi
anggota keluarga 13. Rujuk untuk konseling di
meningkat fasilitas kesehatan jika
perlu
93

Keluarga mampu
merawat anak
remajanya dengan
kriteria hasil
7. Kemampuan psikomotor 1. Keluarga dapat
keluarga melakukan
berkomunikasi komunikasi terbuka
secara terbuka di antara nggota
antara anggota keluarganya
keluarga meningkat 2. Keluarga dapat
8. Kemampuan memenuhi kebutuhan
Psikomotor
keluarga memenuhi fisik dan emosional
kebutuhan fisik dan bagi anak remajanya
emosional 3. Keluarga dapat
meningkat memberikan aktivitas
9. Aktivitas Psikomotor yang mendukung
mendukung pertumbuhan anak
pertumbuhan remajanya
anggota keluarga 4. Keluarga dapat
meningkat memberikan peran
10. Ketepatan peran yang tepat bagi anak
keluarga pada tahap Psikomotor remajanya
perkembangan anak
remaja meningkat
94

Keluarga mampu
memodifikasi
lingkungan/suasana
di rumah yang
menguntungkan
keluarga dengan
kriteria hasil
11. Adaptasi keluarga Psikomotor 1. Keluarga dapat
terhadap perubahan memberikan
meningkat lingkungan/suasana
yang nyaman bagi
anak remajanya

Keluarga mampu
memanfaatkan
fasilitas pelayanan
kesehatan dengan
kriterian hasil
12. Kemampuan Kognitif 1. Keluarga dapat
keluarga mencari Afektif mengambil keputusan
bantuan secara Psikomotor untuk memanfaatkan
fasilitas pelayanan
tepat meningkat
apabila mengalami
masalah pada
kesehatan keluarga,
khususnya pada
perkembangan anak
remajanya
95

E. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN DAN EVALUASI

Tanggal, jam No.Dx Implementasi Evaluasi TTD


21-11-2022 pkl 10.00 1 Tugas Keluarga 1 S:
1. Mengidentifikasi gangguan kesehatan 1. Ny. N mengatakan bahwa masalah pada
setiap anggota keluarga keluarganya adalah anak remajanya (Sdr. C)
2. Mengidentifikasi respon emosional sering pulang malam dan merokok bersama
terhadap keluarga saat ini teman-temannya.
2. Ny. N dan Sdr. C menyadari bahwa mereka
jarang berkomunikasi
3. Sdr. C mampu menyebutkan dampak negatif
dari perilaku merokok dan sering begadang
O:
1. Keluarga belum memahami bagaiamana
cara mengatasi masalah, terlihat pada
ekspresi Ny. N yang bingung
A:
Masalah teratasi sebagian

P:
Lanjutkan intervensi no 6 dan intervensi untuk Frans
tugas keluarga 2
96

22-11-2022 pkl 09.30 1 Tugas Keluarga 2 S:


1. Mendengarkan masalah, perasaan dan 1. Ny. N menyatakan ingin merawat anak
pertanyaan keluarga remajanya dengan baik
2. Sdr. C mengatakan ingin berhenti merokok
dan tidak pulang larut malam
O:
Keluarga Ny. N tampak koorperatif dan mampu
menjelaskan tentang kerugian dan keuntungan
apabila tidak atau mengatasi masalah pada anak
remajanya

A:
Masalah teratasi

P:
Lanjutkan intervensi pada tugas keluarga 3 Frans
22-11-2022 pkl 10.00 1 Tugas Keluarga 3 S:
1. Menciptakan suasana rumah yang sehat 1. Keluarga mentakan sudah mengetahui
dan mendukung perkembangan anggota keinginan anak remajanya
keluarga O:
2. Memfasilitasi anggota keluarga dalam 1. Keluarga tampak koorperatif
mengidentifikasi dan menyelesaikan 2. Sdr. C masih terlihat merokok
konflik A:
Masalah teratasi

P:
Lanjutkan intervensi pada Tugas Keluarga 4

Frans
97

22-11-2022 pkl 10.00 1 Tugas keluarga 4 S:


1. Menciptakan suasana rumah yang sehat Keluarga mentakan sudah mengetahui keinginan
dan mendukung perkembangan anggota anak remajanya
keluarga
2. Memfasilitasi anggota keluarga dalam O:
mengidentifikasi dan menyelesaikan 1. Sdr. C masih terlihat canggung namun sudah
konflik mau sedikit terbuka dengan orang tuanya
A:
Masalah belum teratasi
P:
Lanjutkan intervensi intervensi 3, 4, dan 5

Frans
23-11-2022 pkl 11.00 1 Tugas Keluarga 1 S:
1. Menyediakan materi dan media 1. Sdr. C mengatakan sudah memahami dampak
Pendidikan kesehatan tentang perilaku perilaku merokok
merokok dan kebutuhan istirahat tidur O:
2. Mnegajarkan untuj mengenal masalah 1. Sdr. C tampak koorperatif dan aktif bertanya
penyimpangan pada remaja saat sesi tanya jawab
3. Mnegajarkan perilaku hidup bersih dan A:
sehat dengan prinsip CERDIK Masalah teratasi sebagian

P:
Lanjutkan intervensi, untuk diagnose 1 dapat
diselesaikan bersama dengan intervensi pada
Diagnosa ke 2. Frans

Anda mungkin juga menyukai