Tugas Meringkas Artikel
Tugas Meringkas Artikel
NIM : 243211003
Kondisi Perekonomian Indonesia
Perkonomian suatu negara menjadi salah satu tolak ukur kondisi suatu negara tersebut.
Selama tiga tahun terakhir ini kondisi perekonomian suatu negara sulit untuk diprediksikan, hal
tersebut karena adanya wabah pandemic Covid – 19 yang melanda berbagai negara. Begitupula
dengan Indonesia yang juga terkena wabah Covid – 19. Adanya wabah tersebut mempengaruhi
berbagai sektor baik sektor vital maupun non vital. Salah satu sektor yang sangat berdampak
dengan adanya wabah tersebut yaitu sektor perekonomian Indonesia. Tentunya dengan adanya
wabah tersebut sektor perekonomian yang tadinya stabil menjadi terguncang.
Wabah pandemic Covid – 19 yang sampai saat ini masih belum terselesaikan akan terus
mempengaruhi perekonomian Indonesia. Pada awal pandemic menyerang perekonomian
Indonesia khususnya pertumbuhan perekonomian Indonesia mengalami penurunan yang sangat
derastis. Namun, seiring berjalannya waktu pemerintah telah berupaya untuk melakukan
penanganan adanya wabah tersebut sehingga perekonomian Indonesia mulai bangkit kembali.
Setidaknya terdapat lima aspek utama yang membuat angka pertumbuhan ekonomi di Triwulan
II-2021 tercatat cukup tinggi. Kelima aspek tersebut diantaranya :
Bangkitnya kondisi perekonomian Indonesia tidak terlepas dari adanya upaya pemerintah
dalam pembentukan kebijakan untuk menanggulangi dan menghadapi adanya wabah Covid –
19. Adapun beberapa upaya yang ditempuh pemerintah untuk membangkitkan kondisi
perekonomian diantaranya dengan berbagai pembentukan kebijakan dan dengan
diselenggarakannya kerjasama antar negara. Salah satu kerjasama yang akan ditempuh yaitu
dengan terselenggaranya G20. G20 kelompok informal dari 19 negara dan Uni Eropa, serta
pewakilan dari International Monetary Fund (IMF) dan World Bank (WB). G20 merupakan
forum ekonomi utama dunia yang memiliki posisi strategis karena secara kolektif mewakili
sekitar 60% populasi dunia dan 80% ekonomi global. pertemuan G20 diharapkan dapat terus
membangun kerangka koordinasi global yang mampu memperkuat manfaat dari tindakan
kolektif internasional dan menempatkan ekonomi global pada jalur pertumbuhan yang lebih
berkelanjutan dan seimbang. Dengan kehadiran pandemi yang belum pernah terjadi sebelumnya
di tahun lalu, dorongan untuk mencapai agenda kolektif untuk memperoleh pertumbuhan
ekonomi yang lebih kuat menjadi lebih besar, terutama dalam agenda pemulihan ekonomi.
Konferensi G20 tahun 2022 mengusung tema “Recover Together, Recover Stronger”
dengan tujuan utama yaitu menyelaraskan pemulihan adanya wabha Covid – 19. Wabah yang
tidak hanya menyerang satu negara, melaikan hamper seluruh negara di dunia ini terdampak dari
adanya wabh tersebut. Adanya wabah yang menimpa seluruh negara baik negara besar dan kecil
tentunya memberikan dampak yang besarnya kerugian berbeda – beda setiap negara. Ada
beberapa negara yang mampu dalam waktu singkat memulihkan kondisinya, namun ada pula
negara yang memerlukan waktu cukup lama untuk membangkitkan kembali kondisinya. Hal
tersebut memicu ketimpangan antar negara, baik dari segi usaha untuk memperbaiki kondisi
negara dan juga usaha dalam melawan wabah tersebut. Untuk itu terdapat 5 fokus utama yang
menjadi agenda prioritas G20 tahun 2022 yaitu mempromosikan produktivitas yang lebih kuat,
ketahanan, keberlanjutan, kemitraan, dan kepemimpinan kolektif di antara negara G20. Agenda
tersebut memiliki tujuan utama yaitu untuk menyelaraskan kondisi dalam menghadapi wabah
Covid – 19.
Pandemi Covid-19 telah memberikan tekanan besar pada aspek sosioekonomi masyarakat
di seluruh dunia. Fokus pada peningkatan stabilitas harus menjadi prioritas kedepannya sesuai
dengan semangat “Recover Together, Recover Stronger”. Adapun dampak dari pandemi yang
cukup signifikan akhirnya memaksa pemerintah dari berbagai negara untuk mengeluarkan
stimulus dalam jumlah masif sebagai usaha dalam menekan laju infeksi sekaligus menjaga daya
beli masyarakat utamanya golongan menengah ke bawah. Untuk dapat melaksanakan
programprogram seperti stimulus dan bantuan pemerintah lainnya, diperlukan kondisi anggaran
yang kuat dengan perencanaan yang matang. Indonesia yang termasuk dalam golongan negara
sedang berkembang dalam hal fiscal sering kali mengalami kondisi yang fluktuasi bahkal pada
saat kondisi normal atau sedang tidak terjadi pandemic maupun kendala lainnya. Berdasarkan
data yang bersumber dari kementerian keuangan menunjukkan bahwa besarnya pendapatan
Indonesia dibandingkan dengan besarnya belanja memiliki perbandingan bahwa pendapatan
Indonesia lebih sedikit daripada jumlah belanja yang harus dikeluarkan. Hal tersebut tentunya
menimbulkan defisit anggaran pemerintah.
Munculnya pandemic akan semakin berpengaruh pada kondisi fiscal Indonesia, dalam
kondisi normal dari tahun ketahun APBN Indonesia sudah mengalami deficit anggaran.
Timbulnya pandemic pada tahun 2019 semakin membengkakkan defisi APBN Indonesia
ditahun 2020. Untuk menambah pendapatan Indonesia pemerintah telah mengeluarkan beberapa
upaya diantaranya yaitu adanya rencana reformasi pajak melalui UU HPP diharapkan dapat
memperluas basis perpajakan, meningkatkan penerimaan dari pos pajak, dan menciptakan
sistem yang adil serta transparan. Dengan diberlakukannya skema tersbeut, pemerintah
menetapkan tarif pajak sebesar 35% untuk pajak penghasilan (PPh) untuk wajib pajak dengan
pendapatan tahunan di atas Rp5 miliar untuk mengedepankan asas pemerataan serta
meningkatkan pendapatan pajak. Secara umum, dengan adanya perbaikan dalam usaha
meningkatkan pendapatan pemerintah, serta memastikan bahwa setiap belanja dan pengeluaran
yang dilakukan akan efektif, Indonesia berpotensi menciptakan ruang fiskal yang lebih luas
serta kapasitas yang lebih tinggi dalam mendukung pertumbuhan yang lebih cepat dan merata.
Pandemi Covid – 2019 yang masih belum terselesaikan akan menjadi focus utama
pemerintah dalam mengatur berbagai sektor guna untuk menstabilkan kondisi Indonesia agar
mampu bertahan melawan pandemic dan tidak terpuruk terlalu dalam. Dengan berbagai upaya
dan kebijakan – kebijakan pemerintah serta dukungan masyarakat untuk mengikuti pemerintah
dapat menghasilkan PDB Indonesia yang tumbuh sebesar 7,07% (y.o.y) di Triwulan II-2021.
Mencapai tingkat pertumbuhan tertingginya dalam 17 tahun terakhir, Indonesia secara resmi
keluar dari resesi di triwulan kedua 2021 setelah mengalami empat triwulan dengan pertumbuhan
negatif secara beruntun sejak munculnya pandemi Covid-19. Hal tersebut dapat dicapai karena
adanya 5 aspek utama yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi Indonesia diantaraya yaitu :