Makalah Proposal Nurzyam Dwianugrah - I011181370
Makalah Proposal Nurzyam Dwianugrah - I011181370
Oleh :
NURZYAM DWIANUGRAH
I011 18 1370
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2023
i
HALAMAN PENGESAHAN
Status Tanda
No Nama/NIP
Pembimbing Tangan
Dr. Ir. A. Amidah Amrawaty, S, Pt, M. Si, IPM Pembimbing
1.
NIP. 19720830 200012 2 001 Utama
Dr. Ir. A. Amidah Amrawaty, S, Pt., M. Si., IPM Dr. Ir. Hj. ST. Rohani, M. Si
NIP. 19720830 200012 2 001 NIP. 19690822 200801 2 015
Dr. Ir. Hikmah M. Ali, S.Pt.,IPU.,ASEAN Eng. Dr. Ir. Siti Nurlaelah, S.Pt., M. Si., IPM
NIP. 19710819 199802 1 001 NIP. 19691003 199903 2 001
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah ta’ala yang masih memberikan limpahan rahmat
Kecamatan Tanete Riaja Kabupaten Barru”. Tak lupa pula kami haturkan
wasallam, keluarga dan para sahabat, tabi’in dan tabiuttabi’in yang terdahulu,
yang telah memimpin umat islam dari jalan kejahilian menuju jalan Addinnul
Limpahan rasa hormat, kasih sayang, cinta dan terimakasih tiada tara
kepada Ayahanda Hamka dan Ibunda Sitti Jumiati yang telah melahirkan,
mendidik dan membesarkan dengan penuh cinta dan kasih sayang yang begitu
tulus, saudara kandung penulis yaitu kakak Muhammad Aldan Utama, adik
keberhasilan penulis.
besarnya, penulis haturkan dengan segala keikhlasan dan kerendahan hati kepada :
iii
Universitas Hasanuddin, Makassar.
diberikan.
utama dan Dr. Hj. Ir. ST. Rohani, M. Si selaku pembimbing anggota
4. Prof. Dr. Ir. Tanri Giling Rasyid, MS., selaku penasehat akademik yang
5. Teman-Teman Dekat yang selalu ada menghibur penulis disaat lelah dan
Dengan sangat rendah hati, penulis menyadari bahwa makalah ini masih
jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik serta saran pembaca sangat
makalah ini dapat memberi manfaat bagi kita semua. Aamiin Ya Robbal Aalamin.
Nurzyam Dwianugrah
iv
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN SAMPUL ................................................................................ i
PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
Latar Belakang..................................................................................... 1
Rumusan Masalah................................................................................ 6
Tujuan Penelitian ................................................................................. 6
Manfaat Penelitian ............................................................................... 6
v
DAFTAR TABEL
vi
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Keberhasilan usaha ternak sapi potong (sapi bali) bisa diketahui apabila
kebutuhan hidup peternak sehari-hari, hal ini dapat dilihat dari berkembangnya
populasi ternak dan peternak, pertumbuhan ternak, serta pendapatan peternak itu
peternak dalam memproyeksikan aspek penting yaitu nilai tambah, yang dapat
usaha. Pengembangan usaha sapi potong hendaknya didukung oleh industri pakan
ternak sapi potong hampir merata di seluruh wilayah pedesaan Indonesia, dengan
2010).
berorientasi pada bisnis, sehingga jumlah kepemilikan ternak sedikit. Peternakan sapi
pasokan daging sapi lokal dari peternakan rakyat tidak efisien (Widiati, 2014).
1
Pengembangan sapi potong di Indonesia pada saat sekarang ini maupun dimasa yang
akan datang sangat menjanjikan. Hal ini dapat dilihat dengan semakin meningkatnya
yang bersumber dari daging yang mengakibatkan petani peternak dan pengusaha
kuantitas dan kualitas sapi potong untuk memenuhi permintaan konsumen (Ali dkk.,
2020).
Indonesia. Usaha ini merupakan suatu usaha yang menjanjikan karena harga daging
sapi setiap tahunnya terus meningkat secara signifikan baik dari dalam daerah
maupun dari luar daerah sehingga peternakan ini menjadi suatu prospek yang cukup
baik. Usaha sapi potong dapat membuka kesempatan kerja dan kesempatan berusaha
yang dapat menambah pendapatan masyarakat pedesaan, baik dari sektor hulu, hilir,
maupun sektor pemasaran hasil produksi. Pengembangan usaha ternak sapi potong
rakyat, sebab usaha ternak sapi potong rakyat dengan skala rumah tangga dapat
Indonesia. Umumnya, impor tertinggi kerap dilakukan pada saat menjelang hari
2
besar keagamaan seperti Idul Fitri, Idul Adha, dan Natal dimana disebabkan oleh
daging sapi dipengaruhi oleh kondisi tersedianya populasi sapi. Namun penurunan
yang terjadi sebesar 10,18 persen pada 2020 mengindikasikan bahwa produksi
Berdasarkan Tabel 1. Dapat dilihat bahwa dari segi populasi sapi nasional,
ada tren peningkatan yang konsisten dari tahun ke tahun. Ketersediaan daging sapi di
Indonesia masih mengalami defisit. Kondisi ini disebabkan oleh rendahnya produksi
peternakan sapi potong berjalan dengan baik. Namun di Kabupaten Barru masih
menggunakan peternakan skala kecil. Usaha yang digeluti oleh peternak biasanya
usaha merupakan usaha sambilan dan jumlah kepemilikan ternak yang dipelihara
umumnya tidak lebih dari enam ekor sehingga dari segi ekonomis kurang
3
Selain itu usaha pemeliharaan yang mengarah kepada usaha penggemukan
masih jarang dilakukan, sehingga untuk mencapai berat badan sapi ideal untuk dijual
dengan harga yang diinginkan, membutuhkan waktu lebih lama yang berdampak
pada pendapatan. Selain dari ternak sendiri terdapat faktor-faktor lain yang dapat
ketersediaan pakan yang dapat menyuplai pakan dalam satu periode, serta keadaan
sosial budaya yang merupakan hulu dari peningkatan populasi ternak itu sendiri
(Ikun, 2018).
Kabupaten Barru pada tahun 2021 dapat dilihat pada Tabel 2. berikut :
banyak dari populasi ternak lainnya. Hal tersebut didukung dengan adanya dukungan
4
Pemerintah mendorong industri peternakan sapi untuk meningkatkan
teknis untuk meningkatkan usaha peternakan sapi potong, juga diperlukan dukungan
nonformal yang ditujukan untuk petani dan keluarganya, berperan penting dalam
petani dan peternak agar dapat memajukan potensi produksi pertanian dan
harga relatif dari komoditas yang bersaing) akan tetapi alternatif yang ditawarkan
5
sedangkan perkembangan peternak merupakan suatu keadaan yang menggambarkan
keadaan lebih baik dari pada sebelumnya. Dalam hal ini adalah perubahan perilaku
sapi.
meningkatkan perkembangan usaha sapi potong di Desa Lempang. Hal inilah yang
Barru”.
Rumusan Masalah
ini yaitu bagaimana persepsi peternak terhadap peran penyuluh peternakan dalam
Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui persepsi atau tanggapan
Manfaat Penelitian
6
2. Bagi pemerintah dan penyuluh daerah Kabupaten Barru, penelitian ini
potong yang baik di masa yang akan datang khususnya pada keikutsertaan
penyuluh peternakan.
3. Bagi peternak sapi potong, penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan
4. Bagi pihak lain semoga penelitian ini dapat menjadi salah satu sumber
sejenisnya.
7
TINJAUAN PUSTAKA
rantai kegiatannya tidak hanya terbatas pada kegiatan on farm, tetapi juga meluas
hingga kegiatan di hulu dan hilir sebagai unit bisnis pendukungnya. Di hulu,
produksi bibit, pakan, sapronak merupakan kegiatan besar yang sangat mendukung
memegang peranan yang sangat kuat untuk meningkatkan kualitas dan nilai tambah
Jenis sapi potong yang banyak dikembangkan di Indonesia adalah sapi bali
yang merupakan ternak sapi potong andalan Indonesia. Sapi bali merupakan sapi
hasil keturunan dari sapi liar yang sudah mengalami proses yang cukup lama. Sapi
bali memiliki bulu halus, pendek-pendek dan mengkilap. Saat muda warna bulunya
yang coklat akan berubah menjadi hitam. Sapi bali dapat mencapai bobot badan
jantan dewasa 350-400 kg dan betina dewasa antara 250-300 kg. Hewan ini
memiliki persentase karkas yang kadar lemaknya sedikit serta perbandingan tulang
sangat rendah. Selama ini sapi potong dijual untuk memenuhi kebutuhan pasar lokal
seperti rumah tangga, hotel, restaurant, indutrsi pengolahan daging serta pasar atau
Sapi potong lokal, terutama sapi bali, mempunyai keistimewaan dalam hal
produksi, persentase karkas serta kualitas daging dan kulit, tetapi mempunyai
keterbatasan dalam hal kecepatan pertumbuhan dan ukuran bobot badan. Di sisi lain,
sapi bali dapat memanfaatkan pakan lokal yang berkualitas rendah, serta mampu
beradaptasi dengan lingkungan lembab tropis dan tahan menghadapi serangan parasit
8
yang merugikan. Sapi bali sebagai sumberdaya genetik ternak potong asli Indonesia
saat ini sangat diminati masyarakat di dalam maupun luar negeri. Sapi bali memiliki
suatu strategi bertahan hidup sesuai dengan kondisi agroekolog dan diduga memiliki
sifat elastisitas fenotipik dalam bentuk mampu menyesuaikan kondisi badan dan
yang baik. Sistem pemeliharaan sapi potong di Indonesia dibedakan menjadi tiga
yaitu : intensif, ekstensif, dan usaha campuran (mixed farming). Pola pemeliharaan
pada malam hari dan pada siang hari ternak di gembalakan. Pola pemeliharaan
atau dihutan. Dari kedua cara pemeliharaan tersebut, sebagian besar merupakan
usaha rakyat dengan ciri skala usaha rumah tangga dan kepemilikan ternak sedikit,
menggunakan teknologi sederhana, bersifat padat rakyat dan berbasis azas organisasi
Usaha peternakan sapi bali sudah dilakukan sejak lama bahkan oleh sebagian
peternak usaha ini sudah dilakukan secara turun-temurun, meskipun jenis usaha
peternakan ini masih dijadikan sebagai usaha sampingan sebagai bagian dari usaha
tani yang dikelola dengan pola tradisional atau bersifat semi intesif. Faktor- faktor
sumber daya alam, sumber daya pakan ternak yang berkesinambungan dan sumber
daya manusia. Sebagai suatu kegiatan produksi yang berorientasi ekonomi, kinerja
9
usaha peternakan dengan pendekatan kawasan sangat ditentulan oleh peran peternak
sebagai pelaku utamanya baik secar individu maupun secara kelompok (Ririmasse,
2020).
Persepsi Peternak
Secara umum persepsi merupakan pendapat yang dipengaruhi oleh dua faktor
yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal yang dimaksud adalah
karakteristik sosial dan karakteristik ekonomi yang dimliki oleh peternak. Sedangkan
pada faktor eksternal, dapat melihat dari sisi karakteristik baik inovasi dan faktor
lainnya seperti kelembagaan, peran penyuluhan, serta kebijakan (Fitriza dkk., 2012).
usia, serta pengalaman dalam usaha peternakan. Pada sisi lain, persepsi dipengaruhi
Selain itu, faktor lainnya yang mempengaruhi persepsi peternak adalah faktor
usaha tersebut dan seberapa jauh hubungan antara faktor sosial ekonomi dengan
terhadap persepsi seseorang, anggota sistem sosial yang lebih inovatif mempunyai
mempunyai unit skala usaha tani yang lebih luas serta orientasi usahanya bersifat
lingkungannya seperti objek, orang dan tanda yang melibatkan proses kognitif
10
(pengenalan). Proses kognitif sendiri merupakan proses dimana individu memberikan
arti melalui penafsirannya terhadap rangsangan yang muncul dari objek, orang dan
dan penafsiran stimulus yang telah diorganisasi dengan cara yang dapat
mempengaruhi perilaku dan membentuk sikap. Hal ini terjadi karena persepsi
melibatkan penafsiran individu pada objek tertentu, maka objek tersebut akan
memiliki persepsi yang berbeda walaupun melihat objek yang sama (Gibson, 1996).
melalui kegiatan penyuluhan yang bertujuan untuk merubah perilaku petani peternak
agar lebih tahu, mau, dan mampu dalam menjalankan kegiatan usahanya. Munurut
Sultan (2018) kegiatan penyuluhan yang dilakukan oleh penyuluh hendaknya mampu
melaksanakan dan juga mengevaluasi apa yang telah dilaksanakan (Sultan, 2018).
11
proses dalam adopsi teknologi sangat ditentukan oleh model penyuluhan yang sesuai
dengan kebutuhan peternak, yaitu ketepatan materi, metode dan media yang
teknologi untuk meningkatkan cara beternak agar lebih baik (Lamarang dkk., 2017).
untuk menghasilkan peternak yang baik dan berkualitas. Oleh karena itu,
Penyuluh adalah orang yang memiliki peran, tugas atau profesi dalam
mencapai sasaran yang telah ditetapkan. Penyuluh atau juru penerang menjalankan
khalayak khusus. Pemegang peran serupa ini, dalam bahasa Inggris disebut
12
khususnya bidang peternakan sangatlah dibutuhkan. Kelembagaan penyuluhan dari
masuk pada kelembagaan dinas pertanian atau dinas peternakan sehingga tugas
pokok dan fungsi penyuluhan melekat sesuai induk dari lembaga penyuluh tersebut
pemantauan, dan evaluasi terhadap kegiatan petani yang berkaitan dengan perannya
Penyuluh adalah orang yang memiliki peran, tugas atau profesi dalam
mencapai sasaran yang telah ditetapkan. Penyuluh juga dikenal dengan sebutan juru
perubahan dalam pola pikir dan perilaku petani agar dapat mencapai produksi
13
Syafriwan dkk. (2013) mengemukakan bahwa peran penyuluh merupakan
suatu ukuran tingkat pencapaian hasil pelaksanaan kegiatan dari seorang penyuluh,
maka hasil penilaian peran penyuluh menggambarkan bahwa peran penyuluh dinilai
sudah baik dalam hal melaksanakan tugas dan fungsinya yakni membimbing,
membina, mendidik, memberikan informasi dan pengetahuan. Hal ini sejalan dengan
penelitian Yunasaf dan Tasripin (2011) bahwa penyuluh dinilai sudah baik perannya
sebagai pendidik dalam hal penyampaian materi, materi yang diberikan sudah
materi. Hal ini berarti bahwa peran penyuluh dalam hal membimbing dan mendidik
sangatlah penting dan berpengaruh dalam suatu kegiatan penyuluhan dan ikut
bimbingan dan pendidikan nonformal bagi peternak memiliki tujuan yang sangat
keberhasilan peternak dalam usaha sapi potong perlu kinerja yang baik, dan kinerja
motivasi, dan sikap, fasilitas, dan jarak tempat tinggal. Disamping itu, terkait
14
2. Motivator, yaitu sebagai motivator membantu petani dalam mendapatkan
hasil produksi, serta memberikan contoh dan memotivasi petani tentang cara
Suresti dan Wati (2012) menyatakan bahwa pengembangan usaha ternak sapi
potong tidak hanya berorientasi pada produksi atau terpenuhinya kebutuhan pangan
pendapatan agar suatu usaha dapat tercapai perlu strategi meningkatkan partisipasi
mampu mengelola usaha tani dan mempunyai daya usaha yang tinggi. Revitalisasi
pengembangan usaha para peternak dapat berjalan secara produktif dan efisien perlu
15
dalam rangka penyusunan rencana penyelenggara pengembangan peternak sapi yang
ke depan. Pada umumnya daerah yang menjadi produsen utama daging di Indonesia
berupa usaha penggemukan selain pembibitan dengan pola intensif dengan basis
dengan tanaman pangan, perkebunan dan kehutanan dan sudah mengarah pada
daya manusia, teknologi tepat guna, sarana pendukung dan potensi pasar merupakan
main, memfasilitasi serta mengawasi aliran dan ketersediaan produk baik jumlah
maupun mutunya agar memenuhi persyaratan halal, aman, bergizi, dan sehat.
sapi potong di tempuh melalui dua jalur. Pertama, ekstensifikasi usaha ternak sapi
potong dengan menitik beratkan pada peningkatan populasi ternak yang didukung
oleh pengadaan dan peningkatan mutu bibit, penanggulangan penyakit dan parasite
16
mutu pakan atau hijauan dan pemasaran. Kedua, intensifikasi atau peningkatan
produksi persatuan ternak melalui penggunaan bibit unggul, pakan ternak, dan
adalah sumber daya tersedia seperti sumber daya alam (SDA), sumber daya manusia
budidaya perlu mendapat perhatian yang meliputi bibit, ekologi dan teknologi, serta
terkendala oleh modal dan kebijakan yang terkait dengan pengembangan usaha
bantuan tersebut untuk mengatasi kekurangan modal peternak yang diberikan berupa
ternak sapi. Sumber dana program pengembangan agribisnis peternakan sapi potong
ini berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Dana tersebut
Penelitian Terdahulu
malacak berbagai literatur dan penelitian terdahulu (prior research) yang masih
17
relevan terhadap masalah yang menjadi obyek penelitian saat ini. Selain itu yang
menjadi syarat mutlak bahwa dalam penelitian ilmiah menolak yang namanya
plagiatisme atau mencontek secara utuh hasil karya tulisan orang lain. Oleh karena
itu, untuk memenuhi kode etik dalam penelitian ilmiah maka sangat diperlukan
untuk menegaskan penelitian, posisi penelitian dan sebagai teori pendukung guna
penelitian ini masih sangat berbeda dengan penelitian terdahulu. Adapun beberapa
18
Repli Talibo, B. F. J. Sondakh, Adrie A. Adanya perbedaan persepsi petani
Sajow, Jolyanis Lainawa dengan judul peternak tersebut dapat disebabkan oleh
Analisis Persepsi Petani Peternak Sapi karakteristik individu dari masing-
Potong terhadap Peran Penyuluh di masing petani peternak seperti umur,
Kecamatan Sangkub Kabupaten Bolaang tingkat pendidikan, dan pengalaman
Mongondow Utara (2017), Universitas beternak. Melihat hal ini bahwa persepsi
Sam Ratulangi manado. Deskriptif petani peternak terhadap peran penyuluh
sudah menujukkan persepsi yang baik
yakni persepsi terhadap peran penyuluh
sebagai fasilitator, motivator, edukator,
dan komunikator. Namun demikian
terdapat penilaian peran penyuluh yang
masih tergolong cukup baik yaitu
perannya sebagai mediator dengan
persentase 83,33% meningkatkan
perkembangan usaha peternakan sapi
potong. hal yang perlu diperhatikan dan
dilakukan adalah perbaikan metode
penyuluhan mengingat terdapat 37%
responden ragu-ragu terhadap metode
penyuluhan.
E.S. Dodengo, J. Lainawa, G.D. Lenzun, Hasil dari penelitian ini adalah Secara
J.M. dengan judul Tumewu Analisis keseluruhan persepsi peternak sapi
Persepsi Peternak terhadap Kompetensi potong terhadap kompentensi
Penyuluh Dalam Pengembangan Usaha penyuluh dilihat dari kompentensi
Peternakan Sapi Potong di Kecamatan kepribadian, 80% menilai sangat suka
Bacan Timur Tengah (2021), Universitas dan 13,33% menilai suka. Adapun
Sam Ratulangi Manado. Deskriprif 6,67% menilai tidak suka,. Kompentensi,
kualitatif 93,33% menilai sangat suka dan 6,67%
menilai suka. Kompentensi professional
dan kompentensi sosial 100%
peternak menilai sangat suka sedangkan
Persepsi peternak terhadap kompentensi
penyuluh menunjukan hasil sebagian
besar sangat suka 100% dan sebagian
kecil tidak suka 6,67%.
19
METODE PENELITIAN
dengan pertimbangan karena lokasi penelitian merupakan salah satu daerah yang
khususnya sapi potong, selain itu skala ternak sapi potong yang dimiliki oleh
Jenis Penelitian
20
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu :
1. Data primer yaitu data yang diperoleh dari sumber asli atau hasil wawancara
2. Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari pihak atau instansi terkait
dengan penelitian ini, seperti Dinas Pertanian Kabupaten Barru, berupa data
kesimpulan. Populasi bisa disebut juga sebagai totalitas subjek penelitian. Populasi
21
yang digunakan dalam penelitian ini adalah semua peternak sapi potong yang ada di
Desa Lempang yang telah menjalankan usaha sapi potong selama lebih dari 3 tahun
dan masih mendapatkan penyuluhan dari PPL. Jumlah populasi di Desa Lempang
sebanyak 204 orang yang terdiri dari 4 dusun, yaitu Dusun Paria, Dusun Sikapa,
Sampel adalah himpunan atau bagian dari jumlah dan karakteristik yang
dimiliki oleh populasi tersebut. Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin
mempelajari semua pada populasi, misalnya karena keterbatasan dana, tenaga dan
waktu, maka peneliti dibuat menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu.
Penentuan sampel pada penelitian ini dilakukan dengan cara proporsional random
diambil dari setiap wilayah karena lokasi penelitian berada di empat dusun.
kesalahan sebesar 10%. Menurut Sevilla dkk. (2006) rumus slovin merupakan salah
satu metode yang digunakan untuk menentukan jumlah sampel. Rumus tersebut
sebagai berikut:
𝑁
𝑁x𝑒
Keterangan :
22
Jadi total responden untuk peternak didapat sebanyak 67 peternak dari 4
pada madrasah yang diteliti. Jumlah sampel setiap madrasah didapatkan dengan
𝑛
N X𝑛
𝑠
Keterangan.
Dusun Paria : 5
X
Dusun Sikapa : 8
X
Dusun Pesse : X
Dusun Garongkong : X
Analisis Data
Rakyat Di Desa Lempang, Kecamatan Tanete Riaja, Kabupaten Barru yaitu analisis
Menurut Riduwan (2010) skala likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat
dan persepsi seseorang atau sekelompok tentang kejadian atau gejala sosial.
23
Analisis ini menggunakan skor untuk pertanyaan dengan respon yang termasuk
dalam kategori baik/berhasil diberikan skor 3, sebaliknya jika respon termasuk dalam
kategori tidak baik/tidak berhasil diberikan skor 1. Skala likert tersebut adalah sebagai
berikut :
Baik/Berhasil = skor 3
Angka-angka tersebut dijadikan dasar untuk menentukan interval kelas, sebagai berikut
Berdasarkan nilai hasil tersebut, maka penilaian untuk peran penyuluh terhadap
perkembangan usaha peternakan sapi potong di Desa Lempang dapat dibuat kategori
sebagai berikut :
3. Peran penyuluh tidak baik terhadap perkembangan usaha peternakan :16 – 26,6.
24
Variabel Penitian
25
Konsep Oprasional
gambaran bagaimana variabel atau konstrak tersebut diukur. Konsep oprasional yang
2. Peran penyuluh merupakan tugas utama yang harus dilakukan oleh penyuluh
sarana produksi seperti sarana Puskeswan, RPH, Pasar Hewan dan Pos
26
6. Penyuluh sebagai komunikator adalah terjalinnya komunikasi yang baik
dinilai dari peningkatan skala usaha ternak, peningkatan taraf hidup peternak
10. Peningkatan kualitas bibit sapi potong adalah adanya peningkatan sifat
dikembangbiakkan.
27
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, A., dan H., Ibrahim. 2015. Persepsi Peternak terhadap Kinerja Penyuluh
dalam Pengembangan Teknologi Pengolahan Jerami Padi Dan Limbah
Ternak Sapi Potong. Jurnal Ilmu dan Teknologi Peternakan Tropis.1(1), 99-
107.
Anaktototy, C., Tomatala, G. S. J., dan Joris, L. 2021. Peran Penyuluh bagi Peternak
dalam Usaha Peternakan Kerbau di Kecamatan Moa Kabupaten Maluku
Barat Daya. Agrinimal Jurnal Ilmu Ternak Dan Tanaman, 9(1), 51–58.
Astaman, P., Ahmad. R. S., Ikrar. M. S., Tanri. G. R., M. Hatta., Muhammad. D.,
dan Khafifah. A., 2022. Analisis Klaster Sapi Bali di Kabupaten Barru
Provinsi Sulawesi Selatan. Jurnal Ilmu dan Industri Peternakan. Vol. 8 (2) :
130-141.
Fitriza,Y.T.,Haryadi,F.T.,&Syahlani,S.P.(2012).Analisispendapatandanpersepsipeter
nakplasmaterhadapkontrakperjanjianpolakemitraanayampedagingdiPropinsiL
ampung.BuletinPeternakan,36(1),57
28
Hajirin. M., Hubeis., dan Suryahadi. 2020. Strategi Pengembangan Sapi Potong di
Wilayah Pengembangan Sapi Bali Kabupaten Barru. Manajemen IKM. Vol
15 (1) : (49-61).
Kiggundu, M., Kigozi, A., Walusimbi, H. K., & Mugerwa, S. 2021. Farmers'
perception of calf housing and factors influencing its adoption on dairy cattle
farms in Uganda. Scientific Africa.
Marbun, D. N. V.D., Satmoko, S., dan Gayatri, S. 2019. Peran Penyuluh Pertanian
dalam Pengembangan Kelompok Tani Tanaman Hortikultura di Kecamatan
Siborongborong, Kabupaten Tapanuli. Jurnal Ekonomi Pertanian Dan
Agribisnis, 3(3), 537–546.
29
Priyanto, D. 2011. Strategi Pengembangan Usaha Ternak Sapi Potong dalam
Mendukung Program Swasembada Daging Sapi dan Kerbau Tahun 2014.
Jurnal Litbang Pertanian, 30(3), 108-116.
Rusman. R.F. Y., A. Hamdana., dan A. Sanusi. 2020. Strategi Pengembangan Usaha
Ternak Sapi Potong di Kecamatan Lau Kabupaten Maros. Jurnal Bisnis,
Manajemen dan Informatika. Vol. 17 (2) : 119-129.
Sodiq. A., Pambudi. Y., Yusmi. N.W., dan Arif. H. S., 2018. Pengembangan
Peternakan Sapi Potong melalui Program Klaster: Deskripsi Program dan
Kegiatan. Jurnal Agripet. Vol 18(2) : 103-109.
Suresti, A., dan R. Wati. 2012. Strategi Pengembangan Usaha Peternakan Sapi
Potong di Kabupaten Pesisir Selatan. Jurnal Peternakan Indonesia. 14(1) :
261-249.
Syafriwan., S. Hadi dan Rosnita. 2013. Peranan Penyuluh dan Strategi Peningkatan
Peranan Penyuluh Perkebunan Dalam Pengembangan Kelompok Tani
30
Pemasaran Karet di Kabupaten Kuantan Singingi. Jurnal Dinamika Pertanian.
28 (2) : 131-140.
Tanari, M. 2003. Usaha Pengembangan Sapi Bali sebagai Ternak Lokal dalam
Menunjang Pemenuhan Kebutuhan Protein Asal Hewani di Indonesia.
Tarigan, A. 1987. Persepsi anggota kelompok peternak terhadap usaha ternak sapi
perah di Kabupaten Sukabumi. Jawa Barat. Karya Ilmiah. Fakultas
Peternakan Institut Pertanian Bogor. Bogor.University Press, Yogyakarta.
Warnaen, A., dan Bambang, R., 2018. Pengaruh Peran Kelembagaan Penyuluhan
Pertanian Terhadap Penyusunan Program Penyuluhan Peternakan di
Kabupaten Trenggalek dan Tulungagung. Jurnal Sosial Ekonomi dan
Kebijakan Pertanian. Agriekonomika Vol. 7, (2) : 130-134.
Yunasaf, U., dan Tasripin, D.S. 2011. Perana Penyuluh Dalam Proses Pembelajaran
Peternak Sapi Perah di KSU Tandangsari Sumedang. Jurnal Ilmu Ternak.
11(2): 98-103.
31