Anda di halaman 1dari 37

Makalah Usulan Penelitian

PERSEPSI PETERNAK TERHADAP PERAN PENYULUH


PETERNAKAN DALAM PENGEMBANGAN USAHA
PETERNAKAN SAPI POTONG RAKYAT DI DESA LEMPANG
KECAMATAN TANETE RIAJA KABUPATEN BARRU

Oleh :

NURZYAM DWIANUGRAH
I011 18 1370

FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2023

i
HALAMAN PENGESAHAN

Judul Penelitian : Persepsi Peternak terhadap Peran Penyuluh Peternakan dalam


Pengembangan Usaha Peternakan Sapi Potong Rakyat Di Desa
Lempang, Kecamatan Tanete Riaja, Kabupaten Barru
Bidang Penelitian : Sosial Ekonomi Peternakan
Tempat Penelitian : Desa Lempang, Kecamatan Tanete Riaja, Kabupaten Barru
Peneliti
Nama : Nurzyam Dwianugrah
NIM : I011 18 1370
Program Studi : Peternakan
Komisi Pembimbing :

Status Tanda
No Nama/NIP
Pembimbing Tangan
Dr. Ir. A. Amidah Amrawaty, S, Pt, M. Si, IPM Pembimbing
1.
NIP. 19720830 200012 2 001 Utama

Dr. Ir. Hj. ST. Rohani, M. Si Pembimbing


2.
NIP. 19690822 200801 2 015 Anggota

Makassar, Juni 2023


Makalah ini telah diperiksa dan disetujui oleh :
Mengetahui,
Pembimbing Utama Pembimbing Anggota

Dr. Ir. A. Amidah Amrawaty, S, Pt., M. Si., IPM Dr. Ir. Hj. ST. Rohani, M. Si
NIP. 19720830 200012 2 001 NIP. 19690822 200801 2 015

Diketahui Oleh, Telah Disetujui Oleh,


Ketua Program Studi Peternakan Panitia Seminar Usulan Penelitian
Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin

Dr. Ir. Hikmah M. Ali, S.Pt.,IPU.,ASEAN Eng. Dr. Ir. Siti Nurlaelah, S.Pt., M. Si., IPM
NIP. 19710819 199802 1 001 NIP. 19691003 199903 2 001

ii
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Puji syukur kepada Allah ta’ala yang masih memberikan limpahan rahmat

sehingga penulis mampu menyelesaikan Makalah Usulan Penelitian yang berjudul

“Persepsi Peternak Terhadap Peran Penyuluh Peternakan Dalam

Pengembangan Usaha Peternakan Sapi Potong Rakyat Di Desa Lempang

Kecamatan Tanete Riaja Kabupaten Barru”. Tak lupa pula kami haturkan

salawat dan salam kepada junjungan baginda Nabi Muhammad sallallahu’alaihi

wasallam, keluarga dan para sahabat, tabi’in dan tabiuttabi’in yang terdahulu,

yang telah memimpin umat islam dari jalan kejahilian menuju jalan Addinnul

islam yang penuh dengan cahaya kesempurnaan.

Limpahan rasa hormat, kasih sayang, cinta dan terimakasih tiada tara

kepada Ayahanda Hamka dan Ibunda Sitti Jumiati yang telah melahirkan,

mendidik dan membesarkan dengan penuh cinta dan kasih sayang yang begitu

tulus, saudara kandung penulis yaitu kakak Muhammad Aldan Utama, adik

Muhammad Taufik dan Muhammad Fauzan yang telah memberikan dorongan

kepada penulis, serta senantiasa memanjatkan do’a dalam kehidupannya untuk

keberhasilan penulis.

Makalah ini merupakan salah satu syarat untuk melakukan penelitian,

dengan terselesaikannya makalah ini penulis ucapkan terimakasih yang sebesar-

besarnya, penulis haturkan dengan segala keikhlasan dan kerendahan hati kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Jamaluddin Jompa , M. Sc., selaku Rektor

iii
Universitas Hasanuddin, Makassar.

2. Dr. Syahdar Baba, S.Pt., M.Si., selaku Dekan Fakultas Peternakan

Universitas Hasanuddin, Wakil Dekan dan seluruh Dosen Pengajar yang

telah melimpahkan ilmunya kepada penulis, serta bapak/ibu staf pegawai

Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin atas bantuannya yang

diberikan.

3. Dr. Ir. A. Amidah Amrawaty, S, Pt, M. Si, IPM., selaku pembimbing

utama dan Dr. Hj. Ir. ST. Rohani, M. Si selaku pembimbing anggota

yang telah membagi ilmunya dan banyak meluangkan waktu untuk

membimbing penulis, serta mengarahkan dan memberikan nasihat dan

motivasi dalam penyusunan makalah ini.

4. Prof. Dr. Ir. Tanri Giling Rasyid, MS., selaku penasehat akademik yang

banyak meluangkan waktunya untuk memberikan motivasi, nasehat dan

dukungan kepada penulis.

5. Teman-Teman Dekat yang selalu ada menghibur penulis disaat lelah dan

tidak lupa mendoakan yang terbaik untuk penulis.

Dengan sangat rendah hati, penulis menyadari bahwa makalah ini masih

jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik serta saran pembaca sangat

diharapkan demi perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan nantinya. Semoga

makalah ini dapat memberi manfaat bagi kita semua. Aamiin Ya Robbal Aalamin.

Akhir Qalam Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Makassar, Juni 2023

Nurzyam Dwianugrah

iv
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN SAMPUL ................................................................................ i

HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................... ii

KATA PENGANTAR ................................................................................. iii

DAFTAR ISI ............................................................................................... vi

DAFTAR TABEL ....................................................................................... vii

PENDAHULUAN ....................................................................................... 1

Latar Belakang..................................................................................... 1
Rumusan Masalah................................................................................ 6
Tujuan Penelitian ................................................................................. 6
Manfaat Penelitian ............................................................................... 6

TINJAUAN PUSTAKA .............................................................................. 8

Tinjauan Umum Peternakan Sapi Potong ............................................. 8


Persepsi Peternak ................................................................................. 10
Tinjauan Umum Penyuluhan ................................................................ 11
Peran Penyuluh .................................................................................... 12
Pengembangan Usaha Sapi Potong Rakyat........................................... 15
Penelitian Terdahulu ............................................................................ 18
METODE PENELITIAN ........................................................................... 20

Waktu dan Tempat ............................................................................... 20


Jenis Penelitian .................................................................................... 20
Jenis dan Sumber Data ......................................................................... 20
Metode Pengumpulan Data .................................................................. 21
Populasi dan Sampel ............................................................................ 21
Analisis Data ....................................................................................... 23
Variabel Penelitian............................................................................... 25
Konsep Operasional ............................................................................. 26

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 28

v
DAFTAR TABEL

No. Teks Halaman

1. Tabel 1. Populasi dan Produksi Daging Sapi di Indonesia ............. 3


2. Tabel 2. Data Kepemilikan Ternak di Kabupaten Barru................. 4
3. Tabel 3. Variabel dan Indikator Penelitian ......................................... 25

vi
PENDAHULUAN

Latar Belakang

Keberhasilan usaha ternak sapi potong (sapi bali) bisa diketahui apabila

usaha tersebut telah memberikan kontribusi pendapatan dan dapat memenuhi

kebutuhan hidup peternak sehari-hari, hal ini dapat dilihat dari berkembangnya

populasi ternak dan peternak, pertumbuhan ternak, serta pendapatan peternak itu

sendiri. Berkaitan dengan peningkatan pendapatan rumah tangga peternak,

peningkatan kesejahteraan peternak hanya akan dapat diwujudkan apabila

pendapatan meningkat, namun kendala yang ditemui ialah kurangnya kemampuan

peternak dalam memproyeksikan aspek penting yaitu nilai tambah, yang dapat

menambah keuntungan dari usaha peternakan yang mereka jalankan

(Astaman dkk., 2022).

Pengembangan usaha ternak sapi potong di Indonesia perlu dilakukan dengan

baik melalui beberapa pendekatan usaha yang berkelanjutan, modern, dan

professional dengan memanfaatkan inovasi teknologi untuk mengingkatkan efisiensi

usaha. Pengembangan usaha sapi potong hendaknya didukung oleh industri pakan

yang mengoptimalkan pemanfaatan bahan pakan spesifik lokasi. Pengembangan

ternak sapi potong hampir merata di seluruh wilayah pedesaan Indonesia, dengan

pemeliharaan yang beragam baik pembibitan maupun menggemukan (Mayulu dkk.,

2010).

Ironisnya di Indonesia peternakan skala rumah tangga belum sepenuhnya

berorientasi pada bisnis, sehingga jumlah kepemilikan ternak sedikit. Peternakan sapi

potong rakyat juga berperan terhadap peningkatan perekonomian, itulah sebabnya

pasokan daging sapi lokal dari peternakan rakyat tidak efisien (Widiati, 2014).

1
Pengembangan sapi potong di Indonesia pada saat sekarang ini maupun dimasa yang

akan datang sangat menjanjikan. Hal ini dapat dilihat dengan semakin meningkatnya

jumlah permintaan atau kebutuhan masyarakat terhadap konsumsi protein hewani

yang bersumber dari daging yang mengakibatkan petani peternak dan pengusaha

ternak sapi potong serta instansi pemerintahan sangat dituntut meningkatkan

kuantitas dan kualitas sapi potong untuk memenuhi permintaan konsumen (Ali dkk.,

2020).

Sapi potong adalah salah satu ternak ruminansia penghasil daging di

Indonesia. Usaha ini merupakan suatu usaha yang menjanjikan karena harga daging

sapi setiap tahunnya terus meningkat secara signifikan baik dari dalam daerah

maupun dari luar daerah sehingga peternakan ini menjadi suatu prospek yang cukup

baik. Usaha sapi potong dapat membuka kesempatan kerja dan kesempatan berusaha

yang dapat menambah pendapatan masyarakat pedesaan, baik dari sektor hulu, hilir,

maupun sektor pemasaran hasil produksi. Pengembangan usaha ternak sapi potong

rakyat, sebab usaha ternak sapi potong rakyat dengan skala rumah tangga dapat

memberikan kontribusi sebesar 6,8% terhadap total pendapatan rumah tangga

peternak. Upaya mewujudkan kemandirian dan ketahanan pangan hewani secara

berkelanjutan dengan sasaran meningkatkan kesejahteraan peternak dan daya saing

produk peternakan diperlukan pengembangan model yang sesuai dengan kondisi

agroekologi dan sosial budaya masyarakat. Kerjasama berbagai pihak sangat

diperlukan untuk mendorong peningkatan populasi dan produktivitas sapi potong,

terutama di wilayah sentra produksi sapi potong (Sodiq dkk., 2018).

Keadaan defisit daging sapi mendorong masuknya daging sapi impor ke

Indonesia. Umumnya, impor tertinggi kerap dilakukan pada saat menjelang hari

2
besar keagamaan seperti Idul Fitri, Idul Adha, dan Natal dimana disebabkan oleh

permintaan yang tinggi. (Rusidana dan Praharani, 2019).

Kementerian Pertanian (2021) melaporkan bahwa produksi daging sapi pada

periode 2018-2020 dapat dikatakan cukup fluktuatif. Pencapaian kinerja produksi

daging sapi dipengaruhi oleh kondisi tersedianya populasi sapi. Namun penurunan

yang terjadi sebesar 10,18 persen pada 2020 mengindikasikan bahwa produksi

daging sapi tidak sejalan dengan populasi sapi potong.

Tabel. 1 Populasi dan Produksi Daging Sapi di Indonesia Tahun 2018-2020


Tahun
Jenis
2018 2019 2020
Populasi sapi potong (ekor) 16.109.039 17.118.650 17.526.404
Produksi daging sapi (ton) 497.971 504.802 453.413
Sumber : BPS dan Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan (2021)

Berdasarkan Tabel 1. Dapat dilihat bahwa dari segi populasi sapi nasional,

ada tren peningkatan yang konsisten dari tahun ke tahun. Ketersediaan daging sapi di

Indonesia masih mengalami defisit. Kondisi ini disebabkan oleh rendahnya produksi

daging sapi dibandingkan kebutuhan akan daging sapi itu sendiri.

Menurut Hajirin dkk. (2020) Kabupaten Barru merupakan salah satu

kabupaten di Sulawesi Selatan yang beriklim tropis yang memungkinakan usaha

peternakan sapi potong berjalan dengan baik. Namun di Kabupaten Barru masih

menggunakan peternakan skala kecil. Usaha yang digeluti oleh peternak biasanya

usaha merupakan usaha sambilan dan jumlah kepemilikan ternak yang dipelihara

umumnya tidak lebih dari enam ekor sehingga dari segi ekonomis kurang

menguntungkan apabila dilakukan perhitungan terhadap penggunaan tenaga kerja,

pakan, obat-obatan dan biaya pembuatan kandang.

3
Selain itu usaha pemeliharaan yang mengarah kepada usaha penggemukan

masih jarang dilakukan, sehingga untuk mencapai berat badan sapi ideal untuk dijual

dengan harga yang diinginkan, membutuhkan waktu lebih lama yang berdampak

pada pendapatan. Selain dari ternak sendiri terdapat faktor-faktor lain yang dapat

mempengaruhi tingkat populasi dan perkembangan ternak antara lain, karakteristik

peternak dan potensi lingkungan yang mencakup kondisi lingkungan dan

ketersediaan pakan yang dapat menyuplai pakan dalam satu periode, serta keadaan

sosial budaya yang merupakan hulu dari peningkatan populasi ternak itu sendiri

(Ikun, 2018).

Terkait dengan perkembangan jumlah populasi ternak sapi potong di

Kabupaten Barru pada tahun 2021 dapat dilihat pada Tabel 2. berikut :

Tabel 2. Data kepemilikan ternak di Kabupaten Barru 2021


Populasi Ternak Menurut Jenis Ternak
Kecamatan
Sapi Potong Kerbau Kuda Kambing
Tanete Riaja 11126 34 390 502
Pujananting 9272 97 988 439
Tanete Rilau 8654 32 286 1567
Barru 11744 9 312 1254
Barru Riaja 7417 4 234 564
Balusu 5563 - 208 1191
Mallusetasi 8036 2 182 752
Kabupaten Barru 61812 178 2600 6269
Sumber : BPS Kabupaten Barru 2021

Tabel 2. menunjukkan bahwa populasi sapi potong di Kabupaten Barru lebih

banyak dari populasi ternak lainnya. Hal tersebut didukung dengan adanya dukungan

dari pemerintah berupa penyuluh yang membantu para peternak dalam

pengembangan usaha peternakan, seperti memberikan informasi terkait pembibitan

dan manajemen pemeliharaan sapi potong yang baik.

4
Pemerintah mendorong industri peternakan sapi untuk meningkatkan

produktivitas usaha peternakan agar mampu meningkatkan populasi ternak. Selain

teknis untuk meningkatkan usaha peternakan sapi potong, juga diperlukan dukungan

aspek kelembagaan dan aspek komunikasi. Penyuluhan sebagai pendidikan

nonformal yang ditujukan untuk petani dan keluarganya, berperan penting dalam

revitalisasi pembangunan pertanian. Perpres No.7 tahun 2005 tentang rencana

pembangunan jangka menengah nasional (RPJMN) 2010-2015 Bidang Pertanian

(Bab 19), menyatakan bahwa lembaga pendukung petani, terutama lembaga

penyuluhan pertanian sudah kurang berfungsi sehingga menurunkan efektivitas

pembinaan, dukungan dan diseminasi teknologi dalam rangka meningkatkan

penerapan teknologi usaha petani, karena itu penguatannya diarahkan kepada

pendampingan petani, termasuk peternak.

Penyuluh berperan sebagai rekan pemberi semangat atau motivator kepada

petani dan peternak agar dapat memajukan potensi produksi pertanian dan

peternakan. Peranan penyuluh sebagai pendorong peningkatan produksi peternakan

yaitu dengan mendukung rencana pemerintah untuk meningkatkan produksi ternak

tertentu, menawarkan alternatif alternatif yang menguntungkan peternak (mengubah

harga relatif dari komoditas yang bersaing) akan tetapi alternatif yang ditawarkan

tidak menimbulkan konflik, sehingga para penyuluh dapat melaksanakan peranannya

untuk mendukung produksi komoditas ternak (Abdullah dan Ibrahim, 2015).

Kegiatan penyuluhan mengenai peternakan sapi potong di Desa Lempang saat

ini berjumlah 2 orang penyuluh yang bekerjasama untuk memberikan tambahan

pengetahuan kepada peternak di Desa Lempang. Peran penyuluh merupakan ukuran

tingkat pencapaian hasil pelaksanaan kegiatan dari penyuluh serta bagaimana

karakteristik dari penyuluh tersebut dalam proses pelaksanaan kegiatannya,

5
sedangkan perkembangan peternak merupakan suatu keadaan yang menggambarkan

keadaan lebih baik dari pada sebelumnya. Dalam hal ini adalah perubahan perilaku

peternak (pengetahuan, sikap, dan keterampilan) serta perkembangan usaha ternak

sapi.

Persepsi peternak terhadap penyuluh merupakan tanggapan peternak

mengenai bagaimana peran penyuluh dalam melakukan penyuluhan agar dapat

meningkatkan perkembangan usaha sapi potong di Desa Lempang. Hal inilah yang

melatarbelakangi dilaksanakannya penelitian mengenai “Persepsi Peternak

terhadap Peran Penyuluh Peternakan dalam Pengembangan Usaha Peternakan

Sapi Potong Rakyat Di Desa Lempang, Kecamatan Tanete Riaja, Kabupaten

Barru”.

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang maka dirumuskan permasalahan dalam penelitian

ini yaitu bagaimana persepsi peternak terhadap peran penyuluh peternakan dalam

pengembangan usaha peternakan sapi potong rakyat di Desa Lempang?

Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui persepsi atau tanggapan

peternak terhadap peran penyuluh peternakan dalam peneambangan usaha sapi

potong rakyat di Desa Lempang, Kecamatan Tanete Riaja, Kabupaten Barru.

Manfaat Penelitian

1. Bagi penulis penelitian ini diharapkan dapat memberi tambahan pengalaman,

pengetahuan dan bahan penyusunan penelitian untuk memenuhi sebagian

persyaratan guna memperoleh sarjana Peternakan di Fakultas Peternakan,

Universitas Hasanuddin, Makassar.

6
2. Bagi pemerintah dan penyuluh daerah Kabupaten Barru, penelitian ini

diharapkan dapat menjadi sumbangan pemikiran atau bahan pertimbangan

dalam menyusun kebijakan terkait pengembangan usaha peternakan sapi

potong yang baik di masa yang akan datang khususnya pada keikutsertaan

penyuluh peternakan.

3. Bagi peternak sapi potong, penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan

pertimbangan dalam pengambilan keputusan mengenai pengembangan usaha

peternakan sapi potong yang dibantu oleh penyuluh.

4. Bagi pihak lain semoga penelitian ini dapat menjadi salah satu sumber

informasi, wawasan dan pengetahuan serta sebagai referensi untuk penelitian

sejenisnya.

7
TINJAUAN PUSTAKA

Tinjauan Umum Peternakan Sapi Potong

Peternakan sapi potong merupakan suatu industri di bidang agribisnis dengan

rantai kegiatannya tidak hanya terbatas pada kegiatan on farm, tetapi juga meluas

hingga kegiatan di hulu dan hilir sebagai unit bisnis pendukungnya. Di hulu,

produksi bibit, pakan, sapronak merupakan kegiatan besar yang sangat mendukung

tercapainya produktivitas sapi yang hebat, sementara di hilir, penanganan pascapanen

memegang peranan yang sangat kuat untuk meningkatkan kualitas dan nilai tambah

(value added) bagi daging sapi (Marzuki, 2019).

Jenis sapi potong yang banyak dikembangkan di Indonesia adalah sapi bali

yang merupakan ternak sapi potong andalan Indonesia. Sapi bali merupakan sapi

hasil keturunan dari sapi liar yang sudah mengalami proses yang cukup lama. Sapi

bali memiliki bulu halus, pendek-pendek dan mengkilap. Saat muda warna bulunya

yang coklat akan berubah menjadi hitam. Sapi bali dapat mencapai bobot badan

jantan dewasa 350-400 kg dan betina dewasa antara 250-300 kg. Hewan ini

memiliki persentase karkas yang kadar lemaknya sedikit serta perbandingan tulang

sangat rendah. Selama ini sapi potong dijual untuk memenuhi kebutuhan pasar lokal

seperti rumah tangga, hotel, restaurant, indutrsi pengolahan daging serta pasar atau

pulau terutama untuk pasar kota-kota besar (Rusman dkk., 2020).

Sapi potong lokal, terutama sapi bali, mempunyai keistimewaan dalam hal

produksi, persentase karkas serta kualitas daging dan kulit, tetapi mempunyai

keterbatasan dalam hal kecepatan pertumbuhan dan ukuran bobot badan. Di sisi lain,

sapi bali dapat memanfaatkan pakan lokal yang berkualitas rendah, serta mampu

beradaptasi dengan lingkungan lembab tropis dan tahan menghadapi serangan parasit

8
yang merugikan. Sapi bali sebagai sumberdaya genetik ternak potong asli Indonesia

saat ini sangat diminati masyarakat di dalam maupun luar negeri. Sapi bali memiliki

suatu strategi bertahan hidup sesuai dengan kondisi agroekolog dan diduga memiliki

sifat elastisitas fenotipik dalam bentuk mampu menyesuaikan kondisi badan dan

mempertahankan daya reproduksi yang tinggi (Diwyanto dan Priyanti, 2008).

Potensi sapi potong lokal sebagai penghasil daging belum dimanfaatkan

secara optimal melalui perbaikan manajemen pemeliharaan. Sapi lokal memiliki

beberapa kelebihan, yaitu daya adaptasinya tinggi terhadap lingkungan setempat,

mampu memanfaatkan pakan berkualitas rendah, dan mempunyai daya reproduksi

yang baik. Sistem pemeliharaan sapi potong di Indonesia dibedakan menjadi tiga

yaitu : intensif, ekstensif, dan usaha campuran (mixed farming). Pola pemeliharaan

secara intensif, sapi dikandangkan secara terus-menerus atau hanya dikandangkan

pada malam hari dan pada siang hari ternak di gembalakan. Pola pemeliharaan

ekstensif, ternak dipelihara di padang penggembalaan dengan pola pertanian menetap

atau dihutan. Dari kedua cara pemeliharaan tersebut, sebagian besar merupakan

usaha rakyat dengan ciri skala usaha rumah tangga dan kepemilikan ternak sedikit,

menggunakan teknologi sederhana, bersifat padat rakyat dan berbasis azas organisasi

kekeluargaan (Suryana, 2009).

Usaha peternakan sapi bali sudah dilakukan sejak lama bahkan oleh sebagian

peternak usaha ini sudah dilakukan secara turun-temurun, meskipun jenis usaha

peternakan ini masih dijadikan sebagai usaha sampingan sebagai bagian dari usaha

tani yang dikelola dengan pola tradisional atau bersifat semi intesif. Faktor- faktor

yang perlu diperhatikan dalam melaksanakan pengembangan sapi potong yaitu

sumber daya alam, sumber daya pakan ternak yang berkesinambungan dan sumber

daya manusia. Sebagai suatu kegiatan produksi yang berorientasi ekonomi, kinerja

9
usaha peternakan dengan pendekatan kawasan sangat ditentulan oleh peran peternak

sebagai pelaku utamanya baik secar individu maupun secara kelompok (Ririmasse,

2020).

Persepsi Peternak

Secara umum persepsi merupakan pendapat yang dipengaruhi oleh dua faktor

yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal yang dimaksud adalah

karakteristik sosial dan karakteristik ekonomi yang dimliki oleh peternak. Sedangkan

pada faktor eksternal, dapat melihat dari sisi karakteristik baik inovasi dan faktor

lainnya seperti kelembagaan, peran penyuluhan, serta kebijakan (Fitriza dkk., 2012).

Kiggunduetal (2021) menyatakan bahwa persepsi peternak juga dipengaruhi oleh

karakteristik peternak contohnya seperti bagaimana tingkat pendidikan peternak,

usia, serta pengalaman dalam usaha peternakan. Pada sisi lain, persepsi dipengaruhi

oleh karakteristik dari inovasi.

Selain itu, faktor lainnya yang mempengaruhi persepsi peternak adalah faktor

sosial ekonomi. Faktor sosial ekonomi peternak nantinya akan mempengaruhi

persepsinya terhadap usaha yang dijalankan. Permasalahannya apakah faktor sosial

ekonomi mempengaruhi persepsi peternak, bagaimana persepsi peternak terhadap

usaha tersebut dan seberapa jauh hubungan antara faktor sosial ekonomi dengan

persepsi peternak (Suryana, dkk., 2014). Karakteristik ekonomi berpengaruh

terhadap persepsi seseorang, anggota sistem sosial yang lebih inovatif mempunyai

karakteristik sosial ekonomi sebagai berikut, tingkat pendidikan lebih tinggi,

mempunyai unit skala usaha tani yang lebih luas serta orientasi usahanya bersifat

komersil (Tarigan, 1987).

Pengertian persepsi juga dapat diartikan sebagai proses untuk memahami

lingkungannya seperti objek, orang dan tanda yang melibatkan proses kognitif

10
(pengenalan). Proses kognitif sendiri merupakan proses dimana individu memberikan

arti melalui penafsirannya terhadap rangsangan yang muncul dari objek, orang dan

simbol tertentu. Dengan kata lain, persepsi mencakup penerimaan, pengorganisasian

dan penafsiran stimulus yang telah diorganisasi dengan cara yang dapat

mempengaruhi perilaku dan membentuk sikap. Hal ini terjadi karena persepsi

melibatkan penafsiran individu pada objek tertentu, maka objek tersebut akan

memiliki persepsi yang berbeda walaupun melihat objek yang sama (Gibson, 1996).

Tinjauan Umum Penyuluhan

Penyuluhan merupakan suatu program yang akan dilakukan dalam

pembangunan subsektor peternakan. Peran penyuluhan merupakan suatu rangkaian

kegiatan sebagai fasilitasi proses belajar, sumber informasi, pendampingan,

pemecahan masalah, pembinaan, pemantauan, dan evaluasi terhadap kegiatan petani

yang berkaitan dengan perannya sebagai pembimbing, sebagai organisator, sebagai

teknisi dan sebagai konsultan (Anaktototy dkk., 2021).

Menurut Rahim dkk. (2021) proses pemberdayaan petani peternak diperlukan

adanya penyuluh yang mampu menghubungkan ilmu pengetahuan kepetani peternak

melalui kegiatan penyuluhan yang bertujuan untuk merubah perilaku petani peternak

agar lebih tahu, mau, dan mampu dalam menjalankan kegiatan usahanya. Munurut

Sultan (2018) kegiatan penyuluhan yang dilakukan oleh penyuluh hendaknya mampu

meningkatkan partisipasi petani/peternak, oleh karena itu penyuluh dituntut untuk

mampu memberdayakan petani/peternak dalam proses penyuluhan yang mana

petani/peternak ikut terlibat dalam mengambil keputusan baik dalam merencanakan,

melaksanakan dan juga mengevaluasi apa yang telah dilaksanakan (Sultan, 2018).

Penyuluh memiliki peran penting dalam pengembangan peternakan dan

peningkatan proses adopsi teknologi peternakan kepada para peternak. Keberhasilan

11
proses dalam adopsi teknologi sangat ditentukan oleh model penyuluhan yang sesuai

dengan kebutuhan peternak, yaitu ketepatan materi, metode dan media yang

digunakan. Penyuluhan yang dilaksanakan dikatakan meningkat apabila terjadi

perubahan pengetahuan, keterampilan dan sikap dari peternak dalam mengadopsi

teknologi untuk meningkatkan cara beternak agar lebih baik (Lamarang dkk., 2017).

Kerjasama antara penyuluh dengan kelompok ternak sangat diperlukan

untuk menghasilkan peternak yang baik dan berkualitas. Oleh karena itu,

penyuluh berperan sebagai motivator, komunikator, fasilitator dan inovator,

yaitu melakukan pembinaan kelompok ternak yang diarahkan pada penerapan

sistem agribisnis dan peningkatan peranan. Untuk meningkatkan efektivitas dari

kegiatan penyuluhan dan guna menumbuh dan mengembangkan peran serta

petani dalam pembangunan pertanian, maka perlu dilakukan pembinaan

terhadap kelompok ternak sehingga mampu untuk tumbuh dan berkembang

menjadi kekuatan ekonomi dan mampu menopang kesejahteraan anggotanya

(Marbun dkk., 2019).

Penyuluh adalah orang yang memiliki peran, tugas atau profesi dalam

memberikan pendidikan, bimbingan dan penerangan kepada masyarakat untuk

mengatasi berbagai masalah, seperti pertanian dan kesehatan, sehingga dapat

mencapai sasaran yang telah ditetapkan. Penyuluh atau juru penerang menjalankan

perannya dengan cara mengadakan ceramah, wawancara, dan diskusi bersama

khalayak khusus. Pemegang peran serupa ini, dalam bahasa Inggris disebut

counsellor, yang artinya penasihat (Asfar, 2016).

Peran Penyuluh dalam Pengembangan Usaha Peternakan Sapi Potong

Kegiatan penyuluhan sangatlah penting dalam mendukung program

pembangunan pertanian, sehingga peran penyuluh dalam pembanguan pertanian

12
khususnya bidang peternakan sangatlah dibutuhkan. Kelembagaan penyuluhan dari

tahun ke tahun mengalami perubahan, sebelum tahun 2006 kelembagaan penyuluhan

masuk pada kelembagaan dinas pertanian atau dinas peternakan sehingga tugas

pokok dan fungsi penyuluhan melekat sesuai induk dari lembaga penyuluh tersebut

(Warnaen dan Bambang, 2018).

Peran penyuluhan merupakan suatu rangkaian kegiatan sebagai fasilitasi

proses belajar, sumber informasi, pendampingan, pemecahan masalah, pembinaan,

pemantauan, dan evaluasi terhadap kegiatan petani yang berkaitan dengan perannya

sebagai pembimbing, sebagai organisator, sebagai teknisi dan sebagai konsultan.

Dengan segala keterbatasan peternak, perlu dikembangkan sebuah sistem

peternakan yang berwawasan ekologis, ekonomis, dan berkesinambungan, yaitu

dengan mengembangkan peternakan yang dapat mewujudkan ketahanan pangan dan

mengantaskan kemiskinan (Mardikanto, 2009).

Penyuluh adalah orang yang memiliki peran, tugas atau profesi dalam

memberikan pendidikan, bimbingan dan penerangan kepada masyarakat untuk

mengatasi berbagai masalah, seperti pertanian dan kesehatan, sehingga dapat

mencapai sasaran yang telah ditetapkan. Penyuluh juga dikenal dengan sebutan juru

penerang. Biasanya penyuluh atau juru penerang menjalankan perannya dengan

cara mengadakan ceramah, wawancara, dan diskusi bersama khalayak khusus.

Pemegang peran seperti ini dalam beberapa bidang kegiatan di Indonesia

mempunyai sebutan yang berbeda-beda. Umpamanya, juru penerang masalah

pertanian disebut Petugas Penyuluh Lapangan (PPL), dengan tugas mengusahakan

perubahan dalam pola pikir dan perilaku petani agar dapat mencapai produksi

pertanian yang lebih tinggi (Makatita dkk., 2014).

13
Syafriwan dkk. (2013) mengemukakan bahwa peran penyuluh merupakan

suatu ukuran tingkat pencapaian hasil pelaksanaan kegiatan dari seorang penyuluh,

maka hasil penilaian peran penyuluh menggambarkan bahwa peran penyuluh dinilai

sudah baik dalam hal melaksanakan tugas dan fungsinya yakni membimbing,

membina, mendidik, memberikan informasi dan pengetahuan. Hal ini sejalan dengan

penelitian Yunasaf dan Tasripin (2011) bahwa penyuluh dinilai sudah baik perannya

sebagai pendidik dalam hal penyampaian materi, materi yang diberikan sudah

berhubungan dengan pengetahuan peternak, dan kemampuan dalam menjelaskan

materi. Hal ini berarti bahwa peran penyuluh dalam hal membimbing dan mendidik

sangatlah penting dan berpengaruh dalam suatu kegiatan penyuluhan dan ikut

menentukan baik buruknya kompetensi seorang penyuluh.

Pelawi dkk. (2016) menyatakan bahwa penyuluhan sebagai proses

bimbingan dan pendidikan nonformal bagi peternak memiliki tujuan yang sangat

penting, yaitu meningkatkan aspek kognitif (pengetahuan), afektif (sikap mental),

dan psikomotorik (keterampilan). Sehingga dapat mengubah perilaku para peternak

dan mampu meningkatkan kesejahteraan peternak. Upaya meningkatkan

keberhasilan peternak dalam usaha sapi potong perlu kinerja yang baik, dan kinerja

penyuluh dapat dipengaruhi oleh beberapa indikator pengetahuan, keterampilan,

motivasi, dan sikap, fasilitas, dan jarak tempat tinggal. Disamping itu, terkait

dengan peran penyuluh. Koesmono (2005) mengemukakan beragam peran/tugas

penyuluh yaitu fasilitator, motivator, dan komunikator yaitu:

1. Fasilitator, yang lebih bersifat melayani kebutuhan-kebutuhan yang dirasakan

oleh klien-nya. Fungsi fasilitasi yang harus selalu dapat mengambil

keputusan, memecahkan masalah, dan atau memenuhi sendiri kebutuhan-

kebutuhan klien, tetapi seringkali justru hanya sebagai penengah/mediator.

14
2. Motivator, yaitu sebagai motivator membantu petani dalam mendapatkan

informasi tentang bagaimana cara mengolah hasil – hasil produksinya,

memberikan arahan bagaimana cara mengolah lahan yang baik, cara

menggunakan teknologi, cara bagaimana meningkatkan nilai tambah dari

hasil produksi, serta memberikan contoh dan memotivasi petani tentang cara

bertani yang baik.

3. Komunikator, komunikator membantu petani dalam pengambilan keputusan,

bagaimana cara menyelesaikan masalah yang sedang dihadapi oleh petani,

membantu petani mempercepat arus informasi, membantu petani dalam

meningkatkan kemampuan bertani, dan penyuluh peternakan.

Pengembangan Usaha Sapi Potong Rakyat

Suresti dan Wati (2012) menyatakan bahwa pengembangan usaha ternak sapi

potong tidak hanya berorientasi pada produksi atau terpenuhinya kebutuhan pangan

hewani secara nasional. Namun usaha tersebut ditujukan untuk meningkatkan

ketahanan pangan dan peningkatan daya beli masyarakat melalui perbaikan

pendapatan agar suatu usaha dapat tercapai perlu strategi meningkatkan partisipasi

masyarakat peternak secara aktif. Mendorong investasi usaha ternak di pedesaan

serta pemberdayaan masyarakat peternak ditingkatkan dan harus mampu

meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan peternak.

Melalui kegiatan pengembangan peternak sapi, petani dan keluarganya dapat

dikembangkan kemampuannya, kedewasaannya dan kemandiriannya agar mereka

mampu mengelola usaha tani dan mempunyai daya usaha yang tinggi. Revitalisasi

pengembangan usaha para peternak dapat berjalan secara produktif dan efisien perlu

dilakukan identifikasi sumberdaya dan program-program peternakan, baik yang

dilakukan oleh pemerintah, swasta maupun masyarakat. Hal tersebut diperlukan

15
dalam rangka penyusunan rencana penyelenggara pengembangan peternak sapi yang

komperensif dengan memadukan seluruh sumberdaya yang tersedia (Gufron, 2011).

Pengembangan sapi potong memerlukan pengelompokan basis wilayah yang

disesuaikan dengan daya dukung (carrying capacity) sebagai model pengembangan

ke depan. Pada umumnya daerah yang menjadi produsen utama daging di Indonesia

berupa usaha penggemukan selain pembibitan dengan pola intensif dengan basis

pengembangan usaha difokuskan pada industri hilir. Potensi pakan terintegrasi

dengan tanaman pangan, perkebunan dan kehutanan dan sudah mengarah pada

usaha semikomersial. Pemetaan wilayah pengembangan usaha (sumber

pertumbuhan baru) dengan pola pembibitan maupun penggemukan diperlukan untuk

mendukung peningkatan populasi ternak. Selain itu, area penggembalaan, sumber

daya manusia, teknologi tepat guna, sarana pendukung dan potensi pasar merupakan

aspek yang menjadi pertimbangan (Priyanto, 2011).

Pengembangan peternakan sapi potong dilakukan bersama oleh pemerintah,

masyarakat (peternak skala kecil), dan swasta. Pemerintah menetapkan aturan

main, memfasilitasi serta mengawasi aliran dan ketersediaan produk baik jumlah

maupun mutunya agar memenuhi persyaratan halal, aman, bergizi, dan sehat.

Swasta dan masyarakat berperan dalam mewujudkan kecukupan produk peternakan

melalui kegiatan produksi, impor, pengolahan, pemesaran, dan distribusi sapi

potong (Bamualim dkk., 2008).

Menurut Rustijarno dan Sudaryanto (2006) kebijakan pengembangan ternak

sapi potong di tempuh melalui dua jalur. Pertama, ekstensifikasi usaha ternak sapi

potong dengan menitik beratkan pada peningkatan populasi ternak yang didukung

oleh pengadaan dan peningkatan mutu bibit, penanggulangan penyakit dan parasite

ternak, peningkatan penyuluhan bantuan perkreditan, pengadaan dan peningkatan

16
mutu pakan atau hijauan dan pemasaran. Kedua, intensifikasi atau peningkatan

produksi persatuan ternak melalui penggunaan bibit unggul, pakan ternak, dan

penerapan menajemen yang baik.

Pengembangan peternakan sangat terkait dengan pembangunan suatu

wilayah. Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam pengembangan sapi potong

adalah sumber daya tersedia seperti sumber daya alam (SDA), sumber daya manusia

(SDM) dan sumber daya pakan ternak berkesinambungan, selanjutnya proses

budidaya perlu mendapat perhatian yang meliputi bibit, ekologi dan teknologi, serta

lingkungan strategis yang secara langsung maupun tidak langsung memengaruhi

keberhasilan pengembangannya (Tanari, 2003).

Peran keluarga peternak dalam pengembangan sapi potong tidak dapat

diabaikan. Mereka harus didukung karena untuk mengembangkan usahanya masih

terkendala oleh modal dan kebijakan yang terkait dengan pengembangan usaha

peternakan dengan memberikan bantuan modal usaha. Kebijakan dan program

pemerintah tersebut telah diimplementasikan secara nasional maupun daerah

dilaksanakan dengan mengacu pada program pembangunan peternakan. Program

bantuan tersebut untuk mengatasi kekurangan modal peternak yang diberikan berupa

ternak sapi. Sumber dana program pengembangan agribisnis peternakan sapi potong

ini berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Dana tersebut

dimanfaatkan untuk pengadaan ternak dengan tujuan program tersebut untuk

meningkatkan populasi ternak sapi potong, memberdayakan kelompok tani yang

kekurangan modal dalam pengembangan usahanya (Wibowo dkk., 2011).

Penelitian Terdahulu

Untuk mendukung permasalahan terhadap bahasan, peneliti berusaha

malacak berbagai literatur dan penelitian terdahulu (prior research) yang masih

17
relevan terhadap masalah yang menjadi obyek penelitian saat ini. Selain itu yang

menjadi syarat mutlak bahwa dalam penelitian ilmiah menolak yang namanya

plagiatisme atau mencontek secara utuh hasil karya tulisan orang lain. Oleh karena

itu, untuk memenuhi kode etik dalam penelitian ilmiah maka sangat diperlukan

eksplorasi terhadap penelitian-penelitian terdahulu yang relevan. Tujuannya adalah

untuk menegaskan penelitian, posisi penelitian dan sebagai teori pendukung guna

menyusun konsep berpikir dalam penelitian. Berdasarkan hasil eksplorasi terhadap

penelitian-penelitian terdahulu, peneliti menemukan beberapa penelitian terdahulu

yang relevan dengan penelitian ini. Meskipun terdapat keterkaitan pembahasan,

penelitian ini masih sangat berbeda dengan penelitian terdahulu. Adapun beberapa

penelitian terdahulu tersebut yaitu:

Nama, Judul (tahun), Penerbit,


Hasil Penelitian
Metode Penelitian
H. Umar, J Lainawa., G. D. Lenzun., dan Hasil dari penelitian ini adalah adanya
Z. M. Warow., Persepsi Tokoh hubungan yang signifikan antara kinerja
Masyarakat dan Peternak terhadap penyuluh dalam meningkatkan usaha
Kinerja Penyuluh dalam Meningkatkan peternakan sapi di Kecamatan Sangkub.
Usaha Peternakan Sapi Potong di Seluruh responden menyatakan
Kecamatan Sangkub Kabupaten Bolaang merasakan manfaat penyuluh dalam
Mongondow Utara (2021), Universitas kinerjanya sebagai penghubung dengan
Sam Ratulangi Manado. Deskriptif materi dan metode yang bermanfaat bagi
responden. Kehadiran penyuluh sangat
bermanfaat bagi responden untuk Hasil
dari penelitian ini adalah Secara
keseluruhan dapat disimpulkan bahwa
persepsi petani peternak terhadap peran
penyuluh di kecamatan Sangkub
kabupaten Bolaang Mongondow Utara
menunjukkan bahwa 93,33% petani
peternak menilai baik dan 6,67% menilai
sangat baik.

18
Repli Talibo, B. F. J. Sondakh, Adrie A. Adanya perbedaan persepsi petani
Sajow, Jolyanis Lainawa dengan judul peternak tersebut dapat disebabkan oleh
Analisis Persepsi Petani Peternak Sapi karakteristik individu dari masing-
Potong terhadap Peran Penyuluh di masing petani peternak seperti umur,
Kecamatan Sangkub Kabupaten Bolaang tingkat pendidikan, dan pengalaman
Mongondow Utara (2017), Universitas beternak. Melihat hal ini bahwa persepsi
Sam Ratulangi manado. Deskriptif petani peternak terhadap peran penyuluh
sudah menujukkan persepsi yang baik
yakni persepsi terhadap peran penyuluh
sebagai fasilitator, motivator, edukator,
dan komunikator. Namun demikian
terdapat penilaian peran penyuluh yang
masih tergolong cukup baik yaitu
perannya sebagai mediator dengan
persentase 83,33% meningkatkan
perkembangan usaha peternakan sapi
potong. hal yang perlu diperhatikan dan
dilakukan adalah perbaikan metode
penyuluhan mengingat terdapat 37%
responden ragu-ragu terhadap metode
penyuluhan.
E.S. Dodengo, J. Lainawa, G.D. Lenzun, Hasil dari penelitian ini adalah Secara
J.M. dengan judul Tumewu Analisis keseluruhan persepsi peternak sapi
Persepsi Peternak terhadap Kompetensi potong terhadap kompentensi
Penyuluh Dalam Pengembangan Usaha penyuluh dilihat dari kompentensi
Peternakan Sapi Potong di Kecamatan kepribadian, 80% menilai sangat suka
Bacan Timur Tengah (2021), Universitas dan 13,33% menilai suka. Adapun
Sam Ratulangi Manado. Deskriprif 6,67% menilai tidak suka,. Kompentensi,
kualitatif 93,33% menilai sangat suka dan 6,67%
menilai suka. Kompentensi professional
dan kompentensi sosial 100%
peternak menilai sangat suka sedangkan
Persepsi peternak terhadap kompentensi
penyuluh menunjukan hasil sebagian
besar sangat suka 100% dan sebagian
kecil tidak suka 6,67%.

19
METODE PENELITIAN

Waktu dan Tempat

Penelitian mengenai Persepsi Peternak terhadap Peran Penyuluh Peternakan

dalam Pengembangan Usaha Peternakan Sapi Potong Rakyat Di Desa Lempang,

Kecamatan Tanete Riaja, Kabupaten Barru dilaksanakan pada bulan Agustus-

September 2023. Pemilihan lokasi penelitian di lakukan secara sengaja (purposive)

dengan pertimbangan karena lokasi penelitian merupakan salah satu daerah yang

memiliki potensi yang besar dalam upaya pengembangan usaha peternakan

khususnya sapi potong, selain itu skala ternak sapi potong yang dimiliki oleh

peternak setempat relatif banyak.

Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kuantitatif deskriptif yaitu suatu

jenis penelitian kuantitatif yang hanya mendeskripsikan atau menggambarkan

persepsi peternak terhadap peran penyuluh peternakan terhadap perkembangan sapi

potong rakyat di Desa Lempang, Tanete Riaja, Kabupaten Barru.

Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu :

1. Data kualititatif yaitu data yang berbentuk kalimat, tanggapan/alasan-alasan

masyarakat atau bukan dalam bentuk angka.

2. Data kuantitatif yaitu data yang berupa angka-angka berdasarkan hasil

kuesioner dari masyarakat yang meliputi umur, jenis kelamin, status

pekerjaan, pengetahuan atau informasi responden.

20
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu :

1. Data primer yaitu data yang diperoleh dari sumber asli atau hasil wawancara

langsung dengan peternak.

2. Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari pihak atau instansi terkait

dengan penelitian ini, seperti Dinas Pertanian Kabupaten Barru, berupa data

populasi ternak sapi potong.

Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang dilakukan pada penelitian ini yaitu :

1. Observasi, yaitu melakukan pengamatan secara langsung pada situasi dan

kondisi terhadap persepsi peternak terhadap peran penyuluh dalam

pengembangan usaha peternakan sapi potong.

2. Wawancara, yaitu dengan melakukan wawancara secara langsung terhadap

responden dengan menyerahkan beberapa daftar pertanyaan yang telah

disiapkan sebelumnya sebagai pendorong dengan bantuan kuesioner.

3. Studi Pustaka, merupakan usaha yang dilakukan oleh peneliti untuk

mendapatkan berbagai informasi terkai persepsi peternak terhadap peran

penyuluh dalam pengembangan usaha peternakan sapi potong dengan cara

menggali berbagai informasi yang bersumber dari buku-buku ilmiah, laporan

penelitian, karangan-karangan ilmiah, tesis dan sisertasi, serta sumber lainnya

baik tertulis maupun media elektronik.

Populasi dan Sampel

Populasi memiliki pengertian sebagai seluruh kumpulan elemen (orang,

kejadian dan produk) yang dapat digunakan untuk memberikan beberapa

kesimpulan. Populasi bisa disebut juga sebagai totalitas subjek penelitian. Populasi

21
yang digunakan dalam penelitian ini adalah semua peternak sapi potong yang ada di

Desa Lempang yang telah menjalankan usaha sapi potong selama lebih dari 3 tahun

dan masih mendapatkan penyuluhan dari PPL. Jumlah populasi di Desa Lempang

sebanyak 204 orang yang terdiri dari 4 dusun, yaitu Dusun Paria, Dusun Sikapa,

Dusun Pesse dan Dusun Garongkong.

Sampel adalah himpunan atau bagian dari jumlah dan karakteristik yang

dimiliki oleh populasi tersebut. Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin

mempelajari semua pada populasi, misalnya karena keterbatasan dana, tenaga dan

waktu, maka peneliti dibuat menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu.

Penentuan sampel pada penelitian ini dilakukan dengan cara proporsional random

sampling yaitu pengambilan proporsi untuk memperoleh sampel yang representatif,

diambil dari setiap wilayah karena lokasi penelitian berada di empat dusun.

Pemilihan responden peternak menggunakan rumus slovin dengan toleransi

kesalahan sebesar 10%. Menurut Sevilla dkk. (2006) rumus slovin merupakan salah

satu metode yang digunakan untuk menentukan jumlah sampel. Rumus tersebut

sebagai berikut:
𝑁
𝑁x𝑒

Keterangan :

n = Jumlah sampel peternak


N = Jumlah populasi
e = Batas toleransi error 10%

22
Jadi total responden untuk peternak didapat sebanyak 67 peternak dari 4

dusun di Desa Lempang. Kemudian dilakukan penentuan jumlah sampel pada

masing-masing dusun dengan menentukan proporsinya sesuai dengan jumlah guru

pada madrasah yang diteliti. Jumlah sampel setiap madrasah didapatkan dengan

menggunakan rumus sebagai berikut:

𝑛
N X𝑛
𝑠
Keterangan.

N : jumlah sampel tiap dusun

n : jumlah populasi tiap dusun

S : jumlah total populasi di semua dusun

Dusun Paria : 5
X

Dusun Sikapa : 8
X

Dusun Pesse : X

Dusun Garongkong : X

Analisis Data

Analisis data yang digunakan pada penelitian Persepsi Peternak terhadap

Peran Penyuluh Peternakan dalam Pengembangan Usaha Peternakan Sapi Potong

Rakyat Di Desa Lempang, Kecamatan Tanete Riaja, Kabupaten Barru yaitu analisis

deskriptif, analisis ini menggunakan pengelompokan, penyederhanaan, serta

penyajian data seperti tabel distribusi frekuensi yang berfungsi untuk

menggambarkan variabel penelitian dan pengukuran menggunakan skala likert.

Menurut Riduwan (2010) skala likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat

dan persepsi seseorang atau sekelompok tentang kejadian atau gejala sosial.

23
Analisis ini menggunakan skor untuk pertanyaan dengan respon yang termasuk

dalam kategori baik/berhasil diberikan skor 3, sebaliknya jika respon termasuk dalam

kategori tidak baik/tidak berhasil diberikan skor 1. Skala likert tersebut adalah sebagai

berikut :

Baik/Berhasil = skor 3

Cukup baik/Cukup berhasil = skor 2

Tidak baik/Tidak berhasil = skor 1.

Pada penelitian ini peternak akan diberikan 16 pertanyaan, sehingga:

Skor tertinggi = angka tertinggi x jumlah pertanyaan = 3 x 16 = 48

Skor terendah = angka terendah x jumlah pertanyaan = 1 x 16 = 16

Angka-angka tersebut dijadikan dasar untuk menentukan interval kelas, sebagai berikut

Dali dkk. (2017):

Berdasarkan nilai hasil tersebut, maka penilaian untuk peran penyuluh terhadap

perkembangan usaha peternakan sapi potong di Desa Lempang dapat dibuat kategori

sebagai berikut :

1. Peran penyuluh baik terhadap perkembangan usaha peternakan : 37,4 – 48

2. Peran penyuluh cukup terhadap perkembangan usaha peternakan :26,7 – 37.5

3. Peran penyuluh tidak baik terhadap perkembangan usaha peternakan :16 – 26,6.

24
Variabel Penitian

Variabel penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 3 sebagai berikut :

Tabel 3. Variabel dan Indikator Penilaian


Variabel Sub Variabel Indikator Penilaian
Peran a. Sebagai 1. Mampu memfasilitasi kebutuhan peternak binaan dalam
Penyuluh fasilitator kegiatan peternakan(Setuju = 3)
2. Kurang mampu memfasilitasi kebutuhan peternak binaan
dalam kegiatan peternakan (Ragu-ragu = 2)
3. Tidak mampu memfasilitasi kebutuhan peternak binaan
dalam kegiatan peternakan (Tidak setuju = 1)
b. Sebagai 1. Peternak sangat termotivasi untuk mengembangkan
motivator usahanya (Setuju = 3)
2. Peternak sedikit termotivasi untuk mengembangkan
usahanya (Setuju =2)
3. Peternak tidak termotivasi untuk mengembangkan
usahanya (Tidak setuju = 1)
c. Sebagai 1. Interaksi baik sehingga terjadi perubahan perilaku
komunikator peternak dalam mengembangkan usahanya (Setuju = 3)
2. Kurang terjadi komunikasi yang baik dengan peternak
(Ragu-ragu = 2)
3. Tidak terjalin komunikasi yang baik dengan peternak
(Tidak setuju = 1)
Pengemba a. Peningkatan 1. Jumlah kepemilikan ternak meningkat (Setuju = 3)
ngan skala usaha 2. Jumlah kepemilikan ternak tetap/tidak mengalami
Usaha peningkatan (Ragu-ragu = 2)
Sapi 3. Jumlah kepemilikan ternak berkurang (Tidak setuju = 1)
Potong b. Peningkatan 1. Peternak mampu memenuhi kebutuhan hidup dari hasil
Rakyat taraf hidup usaha peternakan sapi potong (Setuju = 3)
2. Peternak kurang mampu memenuhi kebutuhan hidup dari
hasil beternak sapi potong (Ragu-ragu = 2)
3. Peternak tidak mampu memenuhi kebutuhan hidup dari
hasil usaha peternakan sapi potong (Tidak setuju = 1)
c. Peningkatan 1. Adanya peningkatan kualitas bibit sapi potong (Setuju =
kualitas bibit 3)
sapi potong 2. Kualitas bibit sapi potong kurang meningkat (Ragu-ragu
= 2)
3. Kualitas bibit sapi potong tidak mengalami peingkatan
(Tidak setuju = 1)

25
Konsep Oprasional

Konsep oprasional merupakan konsep yang bersifat abstrak yang memberi

gambaran bagaimana variabel atau konstrak tersebut diukur. Konsep oprasional yang

dimaksud dalam penelitian ini yaitu :

1. Persepsi peternak adalah tanggapan peternak sapi potong terkait bagaimana

peran yang dijalankan oleh penyuluh peternakan sapi potong dalam

membantu meningkatkan pengembangan usaha sapi potong.

2. Peran penyuluh merupakan tugas utama yang harus dilakukan oleh penyuluh

peternakan untuk memberikan informasi seputar peternakan sapi potong dan

tambahan pengetahuan secara non-formal kepada peternak.

3. Penyuluh sebagai fasilitator adalah kemampuan penyuluh menyediakan

sarana produksi seperti sarana Puskeswan, RPH, Pasar Hewan dan Pos

Inseminasi Buatan (IB), serta memfasilitasi peternak dalam akses informasi

dari pemerintah seperti informasi bantuan dana peternakan dan pelatihan

khusus untuk peternak.

4. Penyuluh sebagai inovator merupakan kemampuan penyuluh peternakan

untuk mempengaruhi peternak dalam proses adopsi inovasi dan teknologi

oleh peternak. Teknologi inovasi yang dimaksud seperti teknologi pakan

fermentasi dan Inseminasi Buatan (IB),

5. Penyuluh sebagai motivator yaitu kemampuan penyuluh peternakan dalam

memberikan motivasi berupa hal-hal yang dapat meningkatkan

perkembangan usaha peternak seperti tentang bagaimana cara mengolah hasil

produksi peternakan sapi potong, memberikan arahan bagaimana cara

mengolah lahan yang baik, cara menggunakan teknologi, serta cara

bagaimana meningkatkan nilai tambah dari hasil produksi.

26
6. Penyuluh sebagai komunikator adalah terjalinnya komunikasi yang baik

antara penyuluh dan peternak agar penyuluh dapat menyampaikan pesan-

pesan pembangunan dan perkembangan usaha peternakan seperti

penyampaian pesan kepada peternak untuk mengikuti pelatihan.

7. Pengembangan usaha adalah adalah peningkatan usaha sapi potong yang

dinilai dari peningkatan skala usaha ternak, peningkatan taraf hidup peternak

dan peningkatan kualitas bibit sapi potong.

8. Peningkatan skala usaha yaitu indikator perkembangan usaha peternakan sapi

potong yang dilihat dari peningkatan jumlah kepemilikan ternak.

9. Peningkatan taraf hidup merupakan kemampuan peternak dalam mencukupi

kebutuhan sehari-hari dari hasil usaha peternakan sapi potong.

10. Peningkatan kualitas bibit sapi potong adalah adanya peningkatan sifat

unggul bibit sapi potong agar dapat memenuhi persyaratan untuk

dikembangbiakkan.

27
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, A., dan H., Ibrahim. 2015. Persepsi Peternak terhadap Kinerja Penyuluh
dalam Pengembangan Teknologi Pengolahan Jerami Padi Dan Limbah
Ternak Sapi Potong. Jurnal Ilmu dan Teknologi Peternakan Tropis.1(1), 99-
107.

Ali, N. A., N. N. Hidayat, dan P. Yuwono. 2020. Analisis Potensi Pengembangan


Ternak Sapi Potong di Kabupaten Banyumas. Journal of Animal Science and
Technology. 2(3):310-316.

Anaktototy, C., Tomatala, G. S. J., dan Joris, L. 2021. Peran Penyuluh bagi Peternak
dalam Usaha Peternakan Kerbau di Kecamatan Moa Kabupaten Maluku
Barat Daya. Agrinimal Jurnal Ilmu Ternak Dan Tanaman, 9(1), 51–58.

Asfar, I. 2016. Peranan Penyuluh Peternakan dalam Peningkatan Pendapatan


Anggota Kelompok Peternak Sapi Potong di Kabupaten Sinjai (Studi Kasus:
Desa Patallassang Kecamatan Sinjai Timur). Makassar (ID): Jurusan
Ilmu Peternakan Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri
Alauddin.

Astaman, P., Ahmad. R. S., Ikrar. M. S., Tanri. G. R., M. Hatta., Muhammad. D.,
dan Khafifah. A., 2022. Analisis Klaster Sapi Bali di Kabupaten Barru
Provinsi Sulawesi Selatan. Jurnal Ilmu dan Industri Peternakan. Vol. 8 (2) :
130-141.

Bamualim, A., A. Thalib.,Y. N. Anggraeni dan Mariyono. 2008. Teknologi


Peternakan Sapi Potong Berwawasan Lingkungan. Wartazoa, Vol. 18. No.
3:149-156.

Dali. I., F. S. Oley., A. K. Rintjap., dan J. M. Tumewu. 2017. Hubungan Kinerja


Penyuluh Pertanian Lapangan Dengan Keberhasilan Ternak Sapi Potong di
Kecamatan Kwandang Kabupaten Gorontalo Utara. Zootek. 37(2) : 403-414.

Diwyanto, K. dan A. Priyanti. 2008. Keberhasilan Pemanfaatan Sapi Bali Berbasis


Pakan Lokal dalam Pengembangan Usaha Sapi Potong di Indonesia.
Wartazoa. 18(1):34-45.

Fitriza,Y.T.,Haryadi,F.T.,&Syahlani,S.P.(2012).Analisispendapatandanpersepsipeter
nakplasmaterhadapkontrakperjanjianpolakemitraanayampedagingdiPropinsiL
ampung.BuletinPeternakan,36(1),57

Gibson. 1996. Organisasi Perilaku, Struktur, Proses. Jakarta. Binarupa Aksara.

Gufron, Peran Pesantren Maslakul Huda Dalam Pengembangan Masyarakat Bidang


Peternakan di Desa Sidomurti, Kecamatan Margoyoso, Kabupaten Pati,
Propinsi Jawa Tengah, Yogyakarta, Dipenogoro, 2011.

28
Hajirin. M., Hubeis., dan Suryahadi. 2020. Strategi Pengembangan Sapi Potong di
Wilayah Pengembangan Sapi Bali Kabupaten Barru. Manajemen IKM. Vol
15 (1) : (49-61).

Ikun, A. 2018. Faktor–Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Populasi Ternak Kerbau


di Kecamatan Biboki Anleu Kabupaten Timor Tengah Utara. Journal of
Animal Science . J A S 3 (3) : 38-42.

Kiggundu, M., Kigozi, A., Walusimbi, H. K., & Mugerwa, S. 2021. Farmers'
perception of calf housing and factors influencing its adoption on dairy cattle
farms in Uganda. Scientific Africa.

Koesmono. 2005. Pengaruh Budaya Organisasi terhadap Motivasi dan Kepuasan


Kerja serta Kinerja Karyawan pada Sub Sektor Industri Pengolahan Kayu
Skala Menengah di Jawa. Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan, Vol 7 (2) :
171-188.

Lamarang. Z., B. F. J. Sondakh., A. K. Rintjap., dan A. A. Sajow. 2017. Peranan


Penyuluh terhadap Pengambilan Keputusan Peternak dalam Adopsi Inovasi
Teknologi Peternakan di Kecamatan Sangkub Kabupaten Bolaang
Mongondow Utara. Jurnal Zootek. Vol. 37 No. 2 : 496-507

Makatita, J., Isbandi., dan S. Dwidjatmiko. 2014. Tingkat Efektifitas Penggunaan


Metode Penyuluhan Pengembangan Ternak Sapi Potong di Kabupaten Buru
Provinsi Maluku. Jurnal Agromedia. 32 (2) : 64-74.

Marbun, D. N. V.D., Satmoko, S., dan Gayatri, S. 2019. Peran Penyuluh Pertanian
dalam Pengembangan Kelompok Tani Tanaman Hortikultura di Kecamatan
Siborongborong, Kabupaten Tapanuli. Jurnal Ekonomi Pertanian Dan
Agribisnis, 3(3), 537–546.

Mardikanto, T. 2009. Sistem Penyuluhan Pertanian. Sebelas Maret University Press.


Surakarta.

Marzuki, S. N. 2019. Praktek Bagi Hasil Peternakan Sapi Masyarakat Kecamatan


Barebbo Kabupaten Bone Sulawesi Selatan. Jurnal Ekonomi Islam.
10(1):103-106.

Mayulu, H., Sunarso., C. I. Sutrisno, dan Sumarsono. 2010. Kebijakan


Pengembangan Peternakan Sapi Potong di Indonesia. Jurnal Litbang
Pertanian. 29(1) : 34-41.

Pelawi, W. D. P. Rosnita dan R. Yulida. 2016. Analisis Kelembagaan Penyuluhan


Pertanian di Kabupaten Kampar. Jurnal Pertanian. 13(1) : 1-14.

Perpres No.7 tahun 2005. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional


(RPJMN) 2010-2015 Bidang Pertanian (Bab 19)

29
Priyanto, D. 2011. Strategi Pengembangan Usaha Ternak Sapi Potong dalam
Mendukung Program Swasembada Daging Sapi dan Kerbau Tahun 2014.
Jurnal Litbang Pertanian, 30(3), 108-116.

Rahim A., G. D. Lenzun., S. O. B. Lombogia., dan Z. M. Warow. 2021. Peran


Penyuluh terhadap Pengembangan Peternakan Sapi di Kecamatan Sangkub.
Jurnal Zootec. Vol. 41(1) : 62-70.

Riduwan. 2010. Metode dan Teknik Menyusun Tesis. Bandung : PT Alfabeta.

Ririmasse, P. M. 2020. Analisis Potensi Peternak dalam Pengembangan Sapi Bali di


Kecamatan Taniwel Kabupaten Seam Bagian Barat. Agrinimal. 8(2):74-80.
Rusdiana, S. dan L. Praharani. 2019. Pengembangan Peternakan Rakyat Sapi Potong:
Kebijakan Swasembada Daging Sapi dan Kelayakan Usaha Ternak. Forum
Penelitian Gro Ekonomi. 36(2):97-116.

Rusman. R.F. Y., A. Hamdana., dan A. Sanusi. 2020. Strategi Pengembangan Usaha
Ternak Sapi Potong di Kecamatan Lau Kabupaten Maros. Jurnal Bisnis,
Manajemen dan Informatika. Vol. 17 (2) : 119-129.

Rustijarno S. dan Sudaryanto B. 2006. Peningkatan Ketahanan Pangan melalui


Kecukupan Daging Sapi. Universitas Diponegoro Semarang. Nopember :
366-374.

Sevilla, C. G., J. A. Ochave, T. G. Punsalan, B. P. Regala, dan G. B. Uriarte. 2006.


Pengantar Metode Penelitian. Jakarta: UI Press.

Sodiq. A., Pambudi. Y., Yusmi. N.W., dan Arif. H. S., 2018. Pengembangan
Peternakan Sapi Potong melalui Program Klaster: Deskripsi Program dan
Kegiatan. Jurnal Agripet. Vol 18(2) : 103-109.

Sultan, R. 2018. Kajian Pelaksanaan Program Inseminasi Buatan dalam Mendukung


Program Pencapaian Sejuta Ekor Sapi Pemerintah Sulawesi Selatan. Jurnal
Ilmu Pertanian. 3(2):87-92.

Suresti, A., dan R. Wati. 2012. Strategi Pengembangan Usaha Peternakan Sapi
Potong di Kabupaten Pesisir Selatan. Jurnal Peternakan Indonesia. 14(1) :
261-249.

Suryana, D., S. Muhammad, R. A. J. Legrans, E. Wantasen, dan J. Lainawa. 2014.


Hubungan antara faktor sosial ekonomi dengan persepsi peternak terhadap
pengembangan usaha peternakan sapi perah di kota tomohon. Jurnal Zootek.
Fakultas Peternakan. Universitas Sam Ratulangi Manado. (34) 2: 39-48.

Suryana. 2009. Pengembangan Usaha Ternak Sapi Potong Berorientasi Agribisnis


dengan Pola Kemitraan. Jurnal Litbang Pertanian. 28(1) : 29-37.

Syafriwan., S. Hadi dan Rosnita. 2013. Peranan Penyuluh dan Strategi Peningkatan
Peranan Penyuluh Perkebunan Dalam Pengembangan Kelompok Tani

30
Pemasaran Karet di Kabupaten Kuantan Singingi. Jurnal Dinamika Pertanian.
28 (2) : 131-140.

Tanari, M. 2003. Usaha Pengembangan Sapi Bali sebagai Ternak Lokal dalam
Menunjang Pemenuhan Kebutuhan Protein Asal Hewani di Indonesia.
Tarigan, A. 1987. Persepsi anggota kelompok peternak terhadap usaha ternak sapi
perah di Kabupaten Sukabumi. Jawa Barat. Karya Ilmiah. Fakultas
Peternakan Institut Pertanian Bogor. Bogor.University Press, Yogyakarta.

Warnaen, A., dan Bambang, R., 2018. Pengaruh Peran Kelembagaan Penyuluhan
Pertanian Terhadap Penyusunan Program Penyuluhan Peternakan di
Kabupaten Trenggalek dan Tulungagung. Jurnal Sosial Ekonomi dan
Kebijakan Pertanian. Agriekonomika Vol. 7, (2) : 130-134.

Wibowo, M. H. S., B. Guntoro, dan E. Sulastri. 2011. Penilaian Pelaksanaan


Program Pengembangan Agribisnis Peternakan Sapi Potong di Kabupaten
Sekadau Kalimantan Barat. Buletin Peternakan. 35(2):143-153.

Widiati, R. 2014. Membangun Industri Peternakan Sapi Potong Rakyat dalam


Mendukung Kecukupan Daging Sapi. Wartazoa, 24(4), 191–200.

Yunasaf, U., dan Tasripin, D.S. 2011. Perana Penyuluh Dalam Proses Pembelajaran
Peternak Sapi Perah di KSU Tandangsari Sumedang. Jurnal Ilmu Ternak.
11(2): 98-103.

31

Anda mungkin juga menyukai