Anda di halaman 1dari 20

BAB 5

ANALISA HIDROLIKA

Analisa hidraulika dimaksudkan untuk membentuk model awal bagi perencanaan


pengendalian Banjir.. Untuk Model Hidraulika digunakan Perangkat Lunak HEC-RAS.

5.1. MODUL MODEL HIDRAULIKAYA

Pada bagian ini model banjir genangan yang di bangun terdiri dari beberapa modul yang
ada. Yakni, modul hujan-limpasan, flood routing dan inland flood untuk DAS Kr. Peulumat

5.1.1. Flood Routing

Flood routing di sungai di kanal di kalkulasi menggunakan continuous equation, dan


persamaan momentum dari unsteady flow (Saint-Venant equation).

Dimana Q adalah discharge (m 3 s-1), A adalah cross-sectional area (m 2 ), ql adalah lateral


inflow atau outflow distributed sepanjang x-axis dari watercourse (m 2 s-1), n adalah
Manning’s roughness coefficient, α adalah momentum distribution coefficient, g adalah
acceleration of gravity (m s-2), R adalah hydraulic radius (m), and h adalah water level (m).
β, and βs adalah runoff parameters.

5.1.2. Model Flood Inland

Persamaan unsteady two-dimensional terdiri dari continuity equation dan momentum


equations, diselesaikan secara numerikal pada model banjir genangan pada floodplains.

CV. PENUS GRAPHINDO CONSULTANT 1


Laporan Akhir SID Penendalian Banjir Sungai Kr. Peulumat Kec. Labuhan Haji Timur Kab. Aceh Selatan

Model banjir genangan ini dilakukan berdasarkan platform HEC-RAS. Untuk lebih detail
mendapatkan informasi simulasi, dapat melihat HEC-RAS 5.0 manual book.

Dimana, C(x,y) adalah Chézy resistance (m1/2 s-1), ρw adalah density dari air (kg m-3), ζ(x,y,t)
adalah elevasi air (m), τxx, τxy, dan τyy adalah komponen dari effective shear stress (kg m-
1 -2
s ), p(x,y,t), q(x,y,t) adalah flux densities (m3 s-1 m-1) pada arah x- and y- masing-
masingnya dan h(x,y,t) adalah water depth (m). g adalah acceleration of gravity (m s-2).

5.1.3. Kondisi-Kondisi Batas

Syarat batas sistem berupa Infow di bagian Hulu yaitu hidrograph banjir dan Lateral
Inflow dari anak-anak sungai dan kemiringan garis energi atau elevasi muka air di bagian
hilir. Untuk suatu reach sungai terdapat N titik – titik perhitungan yang mengikat N-1 sel
finite difference. Dari sel-sel ini, 2N-2 persamaan finite difference dapat dibentuk.

Dikarenakan terdapat 2N variabel yang tidak diketahui (Q dan z) untuk setiap titik), dua
persamaan tambahan diperlukan. Persamaan-persamaan ini sebagai hasil dari kondisi-
kondisi batas untuk setiap reach, di mana untuk aliran subkritis, diperlukan di kedua ujung
hulu dan hilir. Untuk aliran superkritis, kondisi batas hanya diperlukan pada ujung hulu.
UNET hanya menyelesaikan persamaan-persamaan aliran unsteady untuk kondisi aliran
subkritis.

5.2. TATA CARA PEMODELAN BANJIR DENGAN HEC RAS

1. Persiapan Data:

 Dapatkan data topografi wilayah yang akan disimulasikan. Data ini harus dalam
bentuk raster atau data tin (Triangular Irregular Network).

 Kumpulkan data hidrologi seperti curah hujan, debit aliran, dan karakteristik
sungai yang relevan.

 Jika perlu, persiapkan juga data geometri sungai, termasuk profil lintasan sungai,
jembatan, pintu air, dan struktur lainnya.

2. Membuat Proyek HEC-RAS:

 Buka HEC-RAS 2D dan buat proyek baru.

 Pilih sistem koordinat yang sesuai untuk wilayah Anda.

 Impor data topografi yang telah Anda persiapkan ke dalam proyek.

CV. PENUS GRAPHINDO CONSULTANT 2


Laporan Akhir SID Penendalian Banjir Sungai Kr. Peulumat Kec. Labuhan Haji Timur Kab. Aceh Selatan

 Buat geometri sungai dengan menambahkan lintasan sungai, jembatan, pintu air,
dan struktur lainnya sesuai dengan data yang Anda miliki.

3. Definisikan Hujan dan Debit:

 Tambahkan data hujan ke proyek HEC-RAS. Anda dapat menggunakan data curah
hujan historis atau memasukkan curah hujan sintetis berdasarkan durasi dan
intensitas.

 Tetapkan data debit aliran pada titik kontrol yang relevan di sepanjang sungai. Ini
dapat berupa data debit historis atau debit sintetis yang dihasilkan dari analisis
hidrologi terpisah.

4. Konfigurasi Simulasi Banjir:

 Pilih metode numerik yang akan digunakan untuk simulasi 2D.

 Tetapkan parameter waktu simulasi, interval waktu, dan tingkat kepresisian yang
diinginkan.

 Atur pengaturan konvergensi dan toleransi numerik sesuai kebutuhan.

5. Simulasikan Banjir:

 Jalankan simulasi banjir untuk menghasilkan prediksi elevasi air dan arus di
wilayah yang Anda pilih.

 Amati hasil simulasi dan analisis data yang dihasilkan. HEC-RAS 2D akan
menghasilkan peta elevasi banjir, waktu tiba, dan sejumlah output hidrologi
lainnya.

6. Evaluasi dan Interpretasi Hasil:

 Analisis dan interpretasikan hasil simulasi banjir, termasuk tinggi air maksimum,
pola aliran, dan area yang terendam.

 Gunakan data hasil simulasi untuk mengidentifikasi area rawan banjir,


merencanakan langkah mitigasi, atau mengevaluasi efektivitas struktur pengendali
banjir.

5.3. KALIBRASI MODEL BANJIR

Kalibrasi pada sub bab ini adalah dimaksudkan untuk melihat kecocokan antara banjir
genangan observasi yang diperoleh dari data pengamatan Lapangan dengan genangan
banjir hasil pemodelan 2 Dimensi. Adapun model banjir yang akan dibandingkan dengan
banjir genangan observasi adalah model banjir kala ulang 25 dan 100 tahun.

CV. PENUS GRAPHINDO CONSULTANT 3


Laporan Akhir SID Penendalian Banjir Sungai Kr. Peulumat Kec. Labuhan Haji Timur Kab. Aceh Selatan

5.4. ANALISA HIDROLIKA KONDISI EXISTING

Skema model HEC-RAS ruas Kr. Peulumat kondisi existing ditunjukan pada Gambar 5 -1.

5.4.1. Skematik Model Banjir Kr. Peulumat

Banjir kondisi existing Kr. Peulumat dimodelkan secara 2 dimensi yang meliputi 170 ribu
mesh, dengan ukuran mesh 5 x 5 m. Skematik model banjir dengan HEC-RAS 2D adalah
seperti pada gambar berikut :

Syarat Batas Inlet Kr.


Peulumat

Syarat Batas Outlet Kr.


Peulumat

Gambar 5-1. Skematik Model Sungai Kr. Peulumat

Data Terain yang digunakan adalah data terrain hasil survey LIDAR dan digabungkan
dengan Hasil Pengukuran Bathymetri. Hasil LIDAR hanya mecakup area di darat (land)
sedangkan untuk bawah sungai diperoleh dari hasil survey bathymetri dengan cara
terestris.

Terrain hasil penggabungan selengkapnya bisa dilihat pada gambar berikut :

CV. PENUS GRAPHINDO CONSULTANT 4


Laporan Akhir SID Penendalian Banjir Sungai Kr. Peulumat Kec. Labuhan Haji Timur Kab. Aceh Selatan

Gambar 5-2. Terrain hasil penggabungan LIDAR dan Bathymetri

5.4.2. Kondisi Batas

Dalam HEC-RAS (Hydrologic Engineering Centers' River Analysis System), kondisi batas
(boundary conditions) merujuk pada kondisi yang diterapkan pada batas-batas model
hidraulika yang mempengaruhi aliran air atau simulasi banjir. Kondisi batas ini diperlukan
untuk memperhitungkan pengaruh dari kondisi di luar area simulasi terhadap pergerakan
air di dalam model.

Berikut ini adalah beberapa jenis kondisi batas yang umum digunakan dalam HEC-RAS:

1. Kondisi Batas Aliran Masuk (Inflow Boundary Conditions):

CV. PENUS GRAPHINDO CONSULTANT 5


Laporan Akhir SID Penendalian Banjir Sungai Kr. Peulumat Kec. Labuhan Haji Timur Kab. Aceh Selatan

 Kondisi batas aliran masuk digunakan untuk menggambarkan aliran air yang
memasuki wilayah simulasi dari sumber eksternal, seperti aliran sungai yang
masuk ke wilayah simulasi.

 Parameter yang mungkin ditentukan meliputi debit aliran, elevasi air, atau
hidrogram aliran.

 Kondisi Batas Aliran Keluar (Outflow Boundary Conditions):

 Kondisi batas aliran keluar digunakan untuk menggambarkan aliran air yang
keluar dari wilayah simulasi, seperti aliran air yang mengalir ke sungai lain di
luar wilayah simulasi.

 Parameter yang mungkin ditentukan meliputi debit aliran, elevasi air, atau
hidrogram aliran.

2. Kondisi Batas Elevasi (Elevation Boundary Conditions):

 Kondisi batas elevasi menggambarkan elevasi air yang diterapkan pada batas
simulasi, yang biasanya berupa perairan yang tidak bergerak seperti danau
atau waduk.

 Parameter yang ditentukan adalah elevasi air pada batas simulasi.

3. Kondisi Batas Tinggi Permukaan (Stage Boundary Conditions):

 Kondisi batas tinggi permukaan digunakan untuk menggambarkan elevasi air


yang diterapkan pada batas simulasi yang berupa permukaan yang bisa
berubah, seperti kondisi pasang surut atau elevasi permukaan laut.

4. Parameter yang ditentukan adalah tinggi permukaan air pada batas simulasi.

 Setiap jenis kondisi batas tersebut dapat dikombinasikan dan disesuaikan


sesuai dengan karakteristik simulasi yang ingin Anda lakukan. HEC-RAS
memberikan fleksibilitas dalam menentukan kondisi batas dan memungkinkan
Anda untuk menyimpan dan mengelola set kondisi batas untuk digunakan
dalam simulasi hidraulika.

Sesuai dengan gambar skematik Model Kr. Peulumat diatas, maka terdapat 3 kondisi
batas yaitu kondisi batas inflow yaitu inflow dan Kondisi batas elevasi muka air pada
outlow, seperti ditunjukkan pada gambar berikut :

CV. PENUS GRAPHINDO CONSULTANT 6


Laporan Akhir SID Penendalian Banjir Sungai Kr. Peulumat Kec. Labuhan Haji Timur Kab. Aceh Selatan

Gambar 5-3. Sarat Batas di Inflow Kr. Peulumat

Sedangkan syarat batas hilir (outflow) adalah elevasi muka air laut -0.1.

CV. PENUS GRAPHINDO CONSULTANT 7


Laporan Akhir SID Penendalian Banjir Sungai Kr. Peulumat Kec. Labuhan Haji Timur Kab. Aceh Selatan

Gambar 5-4. Perspektif 3-Dimensi ruas Kr. Peulumat Kondisi Existing

5.5. HASIL ANALISA

Hasil simulasi HEC-RAS 2D akan memberikan berbagai output yang berguna untuk
menganalisis kondisi hidrolik dan hidrologi di wilayah yang disimulasikan. Beberapa hasil
simulasi yang umumnya diberikan oleh HEC-RAS 2D meliputi:

1. Peta Elevasi Banjir (Flood Elevation Maps): HEC-RAS 2D menghasilkan peta elevasi
banjir yang menunjukkan tinggi air di seluruh wilayah yang disimulasikan. Peta ini
memberikan visualisasi yang berguna tentang daerah-daerah yang terendam
selama banjir.

2. Waktu Tiba (Arrival Time): Simulasi HEC-RAS 2D juga memberikan informasi


tentang waktu tiba aliran banjir di berbagai lokasi dalam wilayah simulasi. Ini
membantu memahami sekuens dan kecepatan pergerakan banjir di sepanjang
sungai atau saluran.

CV. PENUS GRAPHINDO CONSULTANT 8


Laporan Akhir SID Penendalian Banjir Sungai Kr. Peulumat Kec. Labuhan Haji Timur Kab. Aceh Selatan

3. Kecepatan Aliran (Flow Velocity): HEC-RAS 2D dapat memberikan output


kecepatan aliran di berbagai titik dalam wilayah simulasi. Informasi ini berguna
untuk memahami pola pergerakan air dan kekuatan aliran selama banjir.

4. Arus Permukaan (Surface Flow): Simulasi HEC-RAS 2D memberikan informasi


tentang arah dan pola aliran permukaan di wilayah simulasi. Output ini membantu
memahami jalur aliran air dan bagaimana air bergerak melalui sungai atau saluran.

5. Debit Aliran (Flow Discharge): HEC-RAS 2D dapat memberikan data debit aliran di
berbagai titik kontrol dalam model. Output ini penting untuk memahami
karakteristik hidrologi sistem sungai atau saluran yang sedang dianalisis.

6. Analisis Statistik: Selain itu, HEC-RAS 2D dapat memberikan analisis statistik


seperti debit puncak, waktu puncak, volume banjir, dan lain-lain. Analisis ini
membantu dalam mengevaluasi dampak banjir dan perencanaan mitigasi.

Selain output tersebut, HEC-RAS 2D juga menyediakan berbagai grafik dan laporan yang
dapat membantu dalam interpretasi hasil simulasi. Penting untuk mencermati dan
menganalisis hasil ini dengan cermat untuk memahami kondisi hidrologi dan hidrolik yang
ada, serta untuk menginformasikan pengambilan keputusan terkait manajemen banjir
dan infrastruktur sungai.

5.5.1. Genangan Banjir pada Kondisi Existing

Peta genangan banjir adalah representasi visual dari area yang terendam atau terendam
oleh air selama periode banjir. Peta ini digunakan untuk menunjukkan luas, pola, dan
tinggi air di berbagai wilayah yang terkena dampak banjir. Peta genangan banjir dapat
memberikan informasi penting tentang tingkat risiko banjir, pengaruh banjir terhadap
infrastruktur dan pemukiman, serta membantu dalam perencanaan mitigasi dan
manajemen banjir. Peta Genangan hasil simulasi HEC RAS untuk simulasi dengan inflow
pada perioda ulang 25 tahunan ditunjukkan pada gambar berikut :

CV. PENUS GRAPHINDO CONSULTANT 9


Laporan Akhir SID Penendalian Banjir Sungai Kr. Peulumat Kec. Labuhan Haji Timur Kab. Aceh Selatan

Gambar 5-5. Peta Genangan banjir pada Kala Ulang 25 tahun

CV. PENUS GRAPHINDO CONSULTANT 10


Laporan Akhir SID Penendalian Banjir Sungai Kr. Peulumat Kec. Labuhan Haji Timur Kab. Aceh Selatan

Gambar 5-6. Profil melintang penampang muka air maximum Kr. Itam pada pada Cross P24

Gambar 5-7. Profil memanjang Kr. Itam saat melewatkan debit Q-25

5.5.2. Kecepatan Aliran.

Kecepatan aliran yang dapat merusak alur sungai dapat bervariasi tergantung pada
berbagai faktor, termasuk topografi sungai, tipe material sungai, volume aliran, dan
kondisi hidrologi secara umum. Namun, secara umum, terdapat beberapa kisaran
kecepatan aliran yang dapat dianggap berpotensi merusak alur sungai:

1. Kecepatan Aliran Lebih dari 3 m/detik: Kecepatan aliran di atas angka ini dapat
memiliki efek erosif yang signifikan pada dinding sungai. Aliran dengan kecepatan
tinggi ini dapat menggeser, merusak, atau mengikis material sungai yang tidak
stabil.

2. Kecepatan Aliran Lebih dari 4,5 m/detik: Kecepatan aliran di atas angka ini sering
dikaitkan dengan kondisi banjir yang parah. Kecepatan aliran sebesar ini dapat
menyebabkan erosi yang intensif pada alur sungai dan bahkan dapat
menyebabkan perubahan besar dalam konfigurasi sungai.

3. Kecepatan Aliran Lebih dari 7,6 m/detik; Kecepatan aliran di atas angka ini sering
dikaitkan dengan banjir besar atau banjir kiriman yang sangat destruktif.
Kecepatan aliran sedemikian tinggi dapat menghancurkan atau mengubah bentuk

CV. PENUS GRAPHINDO CONSULTANT 11


Laporan Akhir SID Penendalian Banjir Sungai Kr. Peulumat Kec. Labuhan Haji Timur Kab. Aceh Selatan

fisik sungai dengan cepat, mengikis dan mengangkut material sungai, dan
menyebabkan kerusakan yang signifikan pada infrastruktur sungai.

Jika di tinjau lebih dalam lagi kecepatan aliran jyang aman untuk berbagai jenis
tanah supaya tidak terjadi erosi adalah sebagai berikut :

1. Tanah Lempung (Clay): Kecepatan aliran maksimum yang aman pada tanah
lempung biasanya berkisar antara 0,3 hingga 0,6 m/detik (1 hingga 2 kaki/detik).
Tanah lempung cenderung memiliki tingkat erosi yang rendah, tetapi dapat
menjadi licin dan berpotensi menyebabkan sedimentasi.

2. Tanah Lanau (Silt): Kecepatan aliran maksimum yang aman pada tanah lanau
serupa dengan tanah lempung, berkisar antara 0,3 hingga 0,6 m/detik (1 hingga 2
kaki/detik). Tanah lanau memiliki sifat yang mirip dengan tanah lempung dan
cenderung sensitif terhadap erosi.

3. Tanah Pasir (Sand): Tanah pasir memiliki kemampuan drainase yang baik dan
toleran terhadap aliran dengan kecepatan yang lebih tinggi. Namun, untuk
menghindari erosi, kecepatan aliran maksimum yang aman pada tanah pasir
sekitar 1,2 hingga 1,8 m/detik (4 hingga 6 kaki/detik).

4. Tanah Kerikil (Gravel): Tanah kerikil memiliki drainase yang sangat baik dan
mampu menahan aliran dengan kecepatan yang lebih tinggi. Dalam kebanyakan
kasus, tidak ada batasan kecepatan aliran yang aman untuk tanah kerikil, asalkan
tidak menyebabkan erosi yang signifikan

Pada banjir dengan periode ulang 25 tahun kecepatan aliran pada Kr. Peulumat berkisar
0-10.3 m/detik dan tentu saja ini akan sangat merusak terhadap saluran yang ada, seperti
bisa dilihat pada Gambar 5 -8.

CV. PENUS GRAPHINDO CONSULTANT 12


Laporan Akhir SID Penendalian Banjir Sungai Kr. Peulumat Kec. Labuhan Haji Timur Kab. Aceh Selatan

Gambar 5-8. Kecepatan aliran maksimum pada saat terjadi banjir periode ulang TR=25 tahun

Pada tikungan Luar atau lokasi lokasi dengan saluran yang lebih sempit kecepatan aliran
akan meningkat tajam seperti ditujukan pada gambar berikut :

CV. PENUS GRAPHINDO CONSULTANT 13


Laporan Akhir SID Penendalian Banjir Sungai Kr. Peulumat Kec. Labuhan Haji Timur Kab. Aceh Selatan

Gambar 5-9. Tikungan luar (P71 – P74) saluran mengakibatkan kecepatan aliran meningkat

Gambar 5-10. Penyempitan saluran disekitar jembatan (P22) mengakibatkan kecepatan aliran meningkat

5.5.3. Pola Aliran

Pola aliran banjir mengacu pada pola atau jalur pergerakan air selama banjir di suatu
wilayah atau sungai. Ini mencakup arah aliran, distribusi spatial, dan perubahan aliran air
sepanjang waktu saat banjir berlangsung. Pola aliran banjir dipengaruhi oleh berbagai
faktor, termasuk topografi, morfologi sungai, hujan, vegetasi, dan keadaan hidrologi.

Beberapa karakteristik yang dapat diperhatikan dalam pola aliran banjir meliputi:

1. Arus Utama (Main Channel Flow): Pola aliran banjir umumnya mengikuti jalur alur
utama sungai atau saluran yang terbentuk secara alami. Arus utama ini sering
mengalir dengan kecepatan dan volume yang lebih tinggi dibandingkan dengan
aliran di daerah banjir dataran rendah.

2. Anak Sungai (Tributaries): Selama banjir, aliran air dapat masuk ke anak sungai
dan saluran kecil lainnya yang mengalir ke sungai utama. Pola aliran anak sungai
dapat mempengaruhi bagaimana air mengalir dan mempengaruhi distribusi banjir
di wilayah yang lebih luas.

CV. PENUS GRAPHINDO CONSULTANT 14


Laporan Akhir SID Penendalian Banjir Sungai Kr. Peulumat Kec. Labuhan Haji Timur Kab. Aceh Selatan

3. Banjir Meluap (Overbank Flooding): Pola aliran banjir juga mencakup pergerakan
air di luar alur sungai utama, termasuk banjir meluap yang mengisi daerah dataran
rendah di sekitar sungai. Banjir meluap ini dapat memiliki pola aliran yang lebih
lambat dan menyebar secara luas di dataran banjir.

4. Penghalang Alami atau Buatan: Pola aliran banjir dapat dipengaruhi oleh adanya
penghalang alami atau buatan seperti tanggul, jembatan, atau bendungan. Hal ini
dapat mengubah jalur aliran air dan mempengaruhi pola aliran banjir di wilayah
tertentu.

5. Perubahan Seiring Waktu: Pola aliran banjir dapat berubah seiring waktu,
terutama saat intensitas dan volume aliran berubah selama periode banjir.
Perubahan pola aliran ini dapat dipengaruhi oleh banyak faktor, termasuk curah
hujan yang berubah, kapasitas saluran yang terbatas, dan perubahan topografi
karena erosi atau sedimentasi.

Berikut ini adalah pola aliran dibeberapa lokasi.

Air meluap dari


anak sungai

Genangan
Banjir

Gambar 5-11. Pola Aliran di pertemuan pada Cross P21

Pada pola aliran disekitar cross P21 bisa diketahui bahwa kondisi topografi yang rendah
pada anak sungai mengakibatkan banjir menggenangi pemukiman dan sawah warga desa
Peunalop, Kec. Labuhan Haji Timur.

CV. PENUS GRAPHINDO CONSULTANT 15


Laporan Akhir SID Penendalian Banjir Sungai Kr. Peulumat Kec. Labuhan Haji Timur Kab. Aceh Selatan

Gambar 5-12. Pola Aliran di pertemuan pada Cross P25

Pada pola aliran disekitar cross P25 bisa diketahui bahwa kondisi topografi sebelum
jembatan Tapak Tuan – Meaulaboh mengakibatkan meluapnya aliran dari Kr. Peulumat
mengakibatkan membanjir lahan pemukiman dan sawah di desa Tengah Peulumat.

CV. PENUS GRAPHINDO CONSULTANT 16


Laporan Akhir SID Penendalian Banjir Sungai Kr. Peulumat Kec. Labuhan Haji Timur Kab. Aceh Selatan

Gambar 5-13. Pola Aliran di pertemuan pada Cross P16

Pada pola aliran disekitar cross P16 di jembatan Tapak Tuan – Meaulaboh topografi yang
lebih rendah pada tikungan luar mengakibatkan meluapnya aliran dari Kr. Peulumat
mengakibatkan luapan air membanjiri lahan pemukiman dan sawah di desa Tengah
Peulumat.

5.6. RESUME HASIL ANALISA HIDROLOGI

Dari hasil analisa hidrolika kondisi existing Kr. Peulumat pada perioda ulang banjir Q25
bisa diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Penyebab Banjir dikategorikan menjadi 2 yaitu :

A. Kondisi Topografi yang rendah pada beberapa ruas sehingga


mengakibatkan air meluap melewati topografi yang rendah tersebut
sehingga menggenai areal yang lebih luas.

B. Kapasitas pengaliran sungai Pelumat tidak mencukupi untuk mengalirkan


volume air banjir, sehingga air meluap di sekitar bantaran sungai.

CV. PENUS GRAPHINDO CONSULTANT 17


Laporan Akhir SID Penendalian Banjir Sungai Kr. Peulumat Kec. Labuhan Haji Timur Kab. Aceh Selatan

A(1)

A(2)

A(5) A(3)
A(4)

2. Kecepatan aliran pada kondisi banjir pada beberapa lokasi mencapai 10.3
m3/detik yang tentu saja akan mengakibatkan erosi pada tebing sungai dan juga
berdampak pada perubahan alur sungai. Oleh karena itu diperlukan perkuatan
tebing sehingga tidak terjadi erosi pada tebing sungai.

CV. PENUS GRAPHINDO CONSULTANT 18


Laporan Akhir SID Penendalian Banjir Sungai Kr. Peulumat Kec. Labuhan Haji Timur Kab. Aceh Selatan

BAB 5 ..............................................................................................................................5-1

5.1. Modul Model Hidraulikaya...................................................................................5-1

5.1.1. Flood Routing................................................................................................5-1

5.1.2. Model Flood Inland.......................................................................................5-1

5.1.3. Kondisi-Kondisi Batas....................................................................................5-2

5.2. Tata Cara Pemodelan Banjir dengan HEC RAS.....................................................5-2

5.3. Kalibrasi Model Banjir..........................................................................................5-3

5.4. Analisa Hidrolika kondisi existing.........................................................................5-3

5.4.1. Skematik Model Banjir Kr. Peulumat............................................................5-4

5.4.2. Kondisi Batas.................................................................................................5-5

5.5. hasil analisa..........................................................................................................5-8

5.5.1. Genangan Banjir pada Kondisi Existing.........................................................5-9

5.5.2. Kecepatan Aliran.........................................................................................5-11

5.5.3. Pola Aliran...................................................................................................5-14

5.6. resume hasil analisa hidrologi......................................................................................5-17

No table of figures entries found.

CV. PENUS GRAPHINDO CONSULTANT 19


Laporan Akhir SID Penendalian Banjir Sungai Kr. Peulumat Kec. Labuhan Haji Timur Kab. Aceh Selatan

No table of figures entries found.

Gambar 5-1. Skematik Model Sungai Kr. Peulumat............................................................5-4

Gambar 5-2. Terrain hasil penggabungan LIDAR dan Bathymetri......................................5-5

Gambar 5-3. Sarat Batas di Inflow Kr. Peulumat................................................................5-7

Gambar 5-4. Perspektif 3-Dimensi ruas Kr. Peulumat Kondisi Existing.............................5-8

Gambar 5-5. Peta Genangan banjir pada Kala Ulang 25 tahun........................................5-10

Gambar 5-6. Profil melintang penampang muka air maximum Kr. Itam pada pada Cross
P24....................................................................................................................................5-10

Gambar 5-7. Profil memanjang Kr. Itam saat melewatkan debit Q-25............................5-11

Gambar 5-8. Kecepatan aliran maksimum pada saat terjadi banjir periode ulang TR=25
tahun.................................................................................................................................5-13

Gambar 5-9. Tikungan luar (P71 – P74) saluran mengakibatkan kecepatan aliran
meningkat.........................................................................................................................5-13

Gambar 5-9. Penyempitan saluran disekitar jembatan (P22) mengakibatkan kecepatan


aliran meningkat...............................................................................................................5-14

Gambar 5-10. Pola Aliran di pertemuan pada Cross P21.................................................5-15

Gambar 5-11. Pola Aliran di pertemuan pada Cross P25.................................................5-16

Gambar 5-11. Pola Aliran di pertemuan pada Cross P16.................................................5-17

CV. PENUS GRAPHINDO CONSULTANT 20

Anda mungkin juga menyukai