Anda di halaman 1dari 9

a.

Pembibitan Tanaman Tebu Beserta Tingkatan Umur Tanaman Tebu


1) Tanaman Tebu dan Klasifikasi Ilmiah
Tanaman tebu (Saccharum officinarum Linn) yang disebut sugar cane dalam
bahasa Inggris merupakan tanaman perkebunan semusim yang mengandung zat gula
di dalam batangnya. Tumbuhan ini merupakan bahan utama untuk pembuatan gula
dan vetsin. Gula adalah salah satu kebutuhan pokok manusia yang terus meningkat
permintaannya setiap tahunnya.
Tumbuhan tebu termasuk kedalam kelompok tumbuhan rumput-rumputan dari
famili Gramineae yang merupakan tumbuhan semusim yang mempunyai siklus 300
hari sampai 365 hari. Bila tumbuh dengan baik, tingginya dapat mencapai 3-5 meter.
Batang tumbuhan tebu berdiri lurus, beruas-ruas yang dibatasi dengan buku-buku,
dan tidak bercabang. Setiap buku terdapat mata tunas. Batang tumbuhan tebu berasal
dari mata tunas yang berada di bawah tanah yang tumbuh keluar dan berkembang
membentuk rumpun. Diameter batang antara berukuran 3-5 cm.

Sumber: https://www.iribb.org/index.php/berita/202-tanaman-tebu-
menyimpan-manfaat-dari-berbagai-sisi
Gambar 3. 2. Tumbuhan tebu (Saccharum officinarum Linn).
Daun tebu berbentuk busur panah seperti pita, berseling kanan dan kiri. Daun
tebu merupakan daun tidak lengkap, yang terdiri dari helai daun dan pelepah
daun saja, berpelepah seperti daun jagung dan tangkai daunnya tidak ada. Diantara
pelepah daun dan helai daun bagian sisi luar terdapat sendi segitiga daun, sedang
pada bagian sisi dalamnya terdapat lidah daun. Daun berwarna kehijauan muda
hingga tua. Tulang daun sejajar, di tengah berlekuk. Tepi daun kadang-kadang
bergelombang serta berbulu keras. Akar tumbuhan tebu termasuk akar serabut tidak
panjang yang tumbuh dari cincin tunas anakan, berwarna keputihan kotor hingga
kecoklatan. Pada fase pertumbuhan batang, terbentuk pula akar di bagian yang lebih
atas akibat pemberian tanah sebagai tempat tumbuh.

Pertimbangan:
Penentuan Komoditas Tanaman  Iklim
Perkebunan Semusim  Tanah
 Topografi
 Infrastruktur
Penentuan lokasi perkebunan:
 Survey
 Pembelian/Sewa lahan

Analisis Usaha
Perkebunan Persiapan lahan perkebunan:
Semusim  Land Clearing
 Pengolahan Tanah

Penanaman Tanaman
Lahan Pembibitan
Perkebunan Semusim

Pemeliharaan
Panen

Pemasaran

Pengolahan

Gambar 3. 3. Diagram alir tahapan perencanaan perkebunan tanaman semusim


Bunga tebu berupa malai dengan panjang antara 50-80 cm. Cabang bunga pada
tahap pertama berupa karangan bunga dan pada tahap selanjutnya berupa tandan
dengan dua bulir panjang 3-4 mm. Terdapat pula benangsari, putik dengan dua kepala
putik dan bakal biji. Buah tebu seperti padi, memiliki satu biji dengan besar lembaga
1/3 panjang biji. Biji tebu dapat ditanam di kebun percobaan untuk mendapatkan
jenis baru hasil persilangan yang lebih unggul.
Klasifikasi tanaman tebu secara ilmiah adalah sebagai berikut:
Klasifikasi Tanaman Tebu
Kingdom : Plantae (tumbuhan)
Sub Kingdom : Tracheobionta (tumbuhan
berpembuluh) Super Divisi : Spermatophyta
(menghasilkan biji) Divisi : Magnoliophyta
(tumbuhan berbunga) Kelas : Liliopsida (berkeping
satu /monokotil) Sub Kelas : Commelinidae
Ordo : Poales
Famili : Graminae atau Poaceae (suku rumput-rumputan)
Genus : Saccharum
Spesies : Saccharum officinarum Linn
Saccharum terbagi dalam 5 spesies yaitu Saccharum spontanaeum, Saccharum
sinense, Saccharum barberi, Saccharum robustum, dan Saccharum officinarum (tebu).
2) Pemilihan Bibit Tanaman Tebu
Perbanyakan bibit tebu secara konvensional memerlukan waktu yang cukup
lama dengan melalui 5 jenjang. Jenjang pembibitan adalah tahapan penangkaran
bibit yang berfungsi untuk pengendalian mutu kelas bibit pada proses
perbanyakannya, hingga bibit tebu siap untuk dijadikan sebagai bahan tanam Tebu
Giling.
Lima jenjang pembibitan tebu adalah Kebun Bibit Pokok Utama (KBPU),
Kebun Bibit Pokok (KBP), Kebun Bibit Nenek (KBN), Kebun Bibit Induk (KBI),
dan Kebun Bibit Datar (KBD). Penjenjangan pembibitan tebu tersebut dilakukan
mengingat masalah-masalah yang berkaitan dengan aspek teknis dan ekonomis.
Persyaratan Lahan Untuk Kebun Bibit
(1) Lahan berpengairan dan bebas genangan agar diperoleh jumlah batang
yang maksimal
(2) Lahan bebas dari tunas tebu lama
(3) Lokasi diupayakan dekat dengan lahan tebu giling
(4) Solum tanah dalam
(5) Tidak dibawah naungan
Berikut ini dijelaskan mengenai kebun bibit untuk tebu:
 Kebun Bibit Pokok Utama (KBPU): merupakan kebun bibit tingkat 1, biasa
disebut bibit penjenis. Bahan tanam untuk KBP merupakan varietas introduksi
yang sudah lolos seleksi, misalnya varietas unggul yang dilepas oleh Pusat
Penelitian Perkebunan Gula Indonesia (P3GI), atau bibit yang diproduksi dari
hasil kultur jaringan. Penangkaran bibit penjenis oleh pemilik varietas atau
pemulia (P3GI) dengan tingkat kemurnian 100 %. Kebun Bibit Pokok
merupakan penyedia bibit bagi kebun bibit nenek. Penanaman KBP disentralisir
disuatu tempat agar dapat dijaga kemurniannya. Dilaksanakan oleh P3GI/PG
(Pabrik Gula).
 Kebun bibit nenek (KBN) merupakan kebun bibit tingkat II, disebut juga bibit
dasar. Melalui kebun inilah disediakan bahan tanam bagi KBI. Kebun bibit ini
diusahakan oleh institusi penelitian secara tersentralisir untuk menjaga
kemurnian dan kesehatannya. Bahanan tanaman dari KBP berasal dari KBP juga
dapat berasal dari kultur jaringan. Tingkat kemurnian 100 %, serangan penyakit 0
%, toleransi serangan penggerek pucuk < 5 % dan penggerek batang < 2 %.
dilaksanakan oleh PG.
 Kebun bibit induk (KBI) merupakan kebun bibit tingkat III yang menyediakan
bahan tanam bagi KBD. Luasan KBI yang lebih besar daripada KBP dan KBN
mengharuskan KBI diselenggarakan dilokasi yang tersebar. Varietas yang
ditanam pada KBI harus sudah mencerminkan komposisi jenis pada tanaman
tebu giling yang akan datang. Tingkat kemurnian 98 %, dilaksanakan oleh PG
 Kebun bibit datar (KBD) merupakan kebun bibit tingkat IV yang menyediakan
bahan tanaman bagi kebun tebu giling (KTG). Lokasi pembibitan seharusnya
lebih baik dekat areal pengembangan atau sedekat mungkin dengan lokasi yang
akan dijadikan KTG. Varietas yang ditanam di KBD sebaiknya berkisar 1-3 jenis
saja untuk mempermudah menjaga kemurnian jenis. Tingkat kemurnian pada
KBD adalah 95%, pembibitan dilaksanakan oleh penangkar bibit/Koperasi.
Bulan tanam di KBP, KBN, KBI, KBD dan KTG haruslah disesuaikan dengan
sifat kemasakan varietas tebu yang ditanam di masing-masing kebun. Melalui proses
seleksi bertingkat yang dilakukan dari satu tingkat kebun bibit ke tingkat berikutnya,
diharapkan bibit yang akan ditanam di kebun tebu giling (KTG) memiliki kualitas
yang baik. Bibit tebu yang baik adalah:
 bibit berumur 6-7 bulan,
 tidak tercampur dengan varietas lain,
 bebas dari hama penyakit
 tidak mengalami kerusakan fisik.

Sumber: http://pgrajawali2.blogspot.com/2017/11/pedoman-penjejangan-
kebun-pembibitan.html
Gambar 3. 4. Pembibitan Tebu
Untuk memenuhi kebutuhan bibit untuk KTG, perlu diatur komposisi antara
KBD dengan KTG sebanyak 1:5, artinya dari setiap 1 ha KBD dapat dihasilkan bibit
tebu untuk 5 ha KTG. Setiap wilayah PG maksimum dikembangkan 9 varietas unggul
spesifik lokasi yang terdiri dari 3 varietas masak awal, 3 varietas masak tengah dan 3
varietas masak akhir.
Standar kebun bibit yang harus dipenuhi untuk Kebun Bibit Pokok (KBP),
Kebun Bibit Nenek (KBN), Kebun Bibit Induk (KBI) dan Kebun Bibit Datar (KBD)
adalah: Bebas dari luka api, penyakit blendok, pokkah bung, mosaik dan lain-lain.
Toleransi gejala serangan < 5%. Gejala serangan penggerek batang < 2% dan gejala
serangan hama lainnya < 5%.
Sedangkan standar kualitas bibit dari varietas unggul yang harus dipenuhi adalah:
 Daya kecambah > 90%, segar, tidak berkerut dan tidak kering
 Panjang ruas 15-20 cm dan tidak ada gejala hambatan pertumbuhan
 Diameter batang ± 2 cm dan tidak mengkerut/mengering
 Mata tunas masih dorman, segar dan tidak rusak
 Primordia akar belum tumbuh
 Bebas dari penyakit pembuluh.

Sumber: http://www.nasionalisme.co/perluasan-lahan-kunci-peningkatan-
produksi/
Gambar 3. 5. Perkebunan tanaman semusism tebu
Bibit merupakan salah satu faktor penting dalam penyelenggaraan tebu giling.
Produksi tebu yang menurun antara lain disebabkan pemakaian bibit yang kurang
baik. Jumlah tebu diperbanyak dan dibiakkan dari pemotongan batang-batangnya dan
bukan dari benih. Setiap satu pemotongan mengandung satu ruas bakal-tanaman
(bud) dan potongan-potongan tersebut biasanya ditanam secara manual dengan
tangan. Sekali tanam, satu batang tebu dapat dipanen hingga beberapa kali, setelah
setiap pemanenan, anakan tebu akan tumbuh menjadi batang-batang baru yang
dinamakan ratoons.
Bibit untuk tanaman Tebu bisa diperoleh dari:
a) Bibit pucuk
Bibit ini berasal dari pucuk batang tebu giling. Untuk keperluan ini, dipilih
tebu yang baik dan sehat serta yang tidak banyak bercampur dengan jenis-
jenis tebu lain. Daun kering yang membungkus bibit tidak diklentek/dilepas,
karena dapat melindungi mata dari kerusakan. Bibit pucuk dapat diambil
pada tanaman tebu yang biasanya telah memasuki umur 12 bulan. Kemudian
diambil tunas muda yang tumbuh pada bagian tanaman sebanyak 2 – 3 buah
tunas muda yang memiliki panjang sekitar 20 cm.
b) Bibit kebun
Bibit ini merupakan kebun pembibitan yang diselenggarakan sebagai
penyediaan bahan tanam bagi kebun tebu giling. Lokasi kebun pembibitan
diusahakan dekat dengan areal tebu giling.
c) Bibit mentah/bibit krecekan
Bibit ini berasal dari tanaman yang berumur 0-7 bulan. Bibit ini dipotong
tanpa melepas daun pembungkusnya agar mata-mata tunas tidak rusak.
d) Bibit seblangan
Bibit ini diambil dari tanaman yang telah tumbuh untuk mencukupi
penyulaman. Bibit akan diambil jika tanaman sudah berumur 16-18 hari atau
yang telah bermata tunas dua.
e) Bibit siwilan
Jika tanaman sudah tidak tumbuh atau pucuknya mati, maka keluarlah tunas-
tunas yang disebut siwilan. Siwilan ini bisanya digunakan untuk penyulaman.
f) Bibit Bagal
Bibit ini berasal dari kebun bibit yang terdiri atas bagal mata dua dan bagal
mata tiga. Yang dimaksud dengan bagal adalah bibit dipotong dengan panjang
per bibit antara 2 sampai 3 mata (atau bahasa Jawa-nya sering disebut juga
dengan istilah ros). Bibit ini sangat cocok dan khusus untuk lahan kurang air.
g) Bibit deder atau dederan
Bibit yang berasal dari hasil persemaian (Jawa = deder) setek-setek batang
yang dibuat dengan maksud antara lain memperbesar penangkar. Juga sebagai
tempat pertumbuhan peralihan bahan bibit yang telah cukup umur sambil
menunggu penyiapan lahan untuk ditanami. Selain itu, untuk memperkecil
risiko penyulaman karena pada umumnya bibit yang berasal dari bibit dederan
langsung bisa tumbuh, serta sebagai bahan tanam sulam tanaman yang mati.
h) Bibit rayungan
Bibit yang berasal dari kebun bibit terbagi atas rayungan bermata satu dan
rayungan bermata dua, digunakan untuk tanaman di lahan basah dengan
pengairan cukup. Namun, keberadaannya sekarang sudah jarang digunakan
karena jarak antara kebun bibit dan kebun tebu giling yang jauh menyebabkan
tingkat kerusakan yang sangat tinggi, serta menyebabkan ketersediaan air
menjadi berkurang drastis.
i) Bibit ceblokan
Sepintas bibit ini sama dengan dengan bibit rayungan. Perbedaan bibit
ceblokan berasal dari setek batang dengan beberapa mata yang ditanam tegak
lurus pada papan tanam. Cara penyiapannya sama dengan bibit dederan, tetapi
dibuat lebih tebal.
Dengan demikian, akar setek batang yang ditanam cepat tumbuh dan
berkembang sehingga mempercepat bertunasnya mata di buku-buku ruas
batang tersebut. Kondisi kebun bibit harus dijaga agar tetap lembap. Untuk
memacu pertumbuhan, dapat dipupuk secukupnya. Selanjutnya, perawatan
seperti bibit rayungan.
j) Bibit pucukan
Kebun yang diambil pucuknya harus murni dan sehat. Bibit jenis ini
digunakan jika kekurangan bibit dari KBD. Bibit yang diambil dari pucuk
tebu giling pada saat tebang. Bibit dipotong dari pucuk sepanjang 30-40 cm
(3-4 mata).
Selain bibit di atas, sering perkembangan teknologi pertanian dan banyaknya
sistem silang, semakin banyak jenis dan bibit-bibit yang bisa ditemukan di
antaranya single bud, bud chip, bud shed, dan kultur jaringan.
Penggunaan bibit unggul bermutu merupakan faktor produksi yang mutlak
harus dipenuhi. Sehingga Pemerintah merasa perlu mengatur pengawasan peredaran
bibit melalui sertifikasi yang merupakan satu proses pemberian sertifikat bibit
setelah melalui pemeriksaan, pengujian dan pengawasan untuk persyaratan dapat
disalurkan dan diedarkan. Sampai saat ini pusat Penelitian telah menghasilkan
berbagai macam varietas unggul seperti PS851, PS862, PS863, PS864, PSBM901,
PS921, Bululawang, PSCO902, PSJT941, Kidang Kencana, PS865, PS881, PS882
dan varietas Kentung yang merupakan varietas-varietas unggulan dengan kategori
pengelompokan masak awal, masak tengah dan masak akhir sebagai salah satu
penerapan manajemen pembibitan untuk menyelaraskan pelaksanaan tertib tanam
dan panen.

Anda mungkin juga menyukai