Panduan Pokja SKP
Panduan Pokja SKP
BAB I
PENDAHULUAN
A. DEFENISI
Sasaran keselamatan pasien wajib diterapkan semua rumah sakit yang diakreditas oleh Komisi
Akreditas Rumah Sakit. Penyusunan sasaran ini mengacu kepada Nine Life-Saving Patient Safety
Solutions dar WHO Patient ( 2007 ) yang digunakan juga oleh pemerintah.
Komunikasi adalah sebuah proses penyampaian pikiran atau informasi dari orang keorang lain
melalui satu cara tertentu sehingga orang lain tersebut mengerti betul apa yang dimaksud oleh
penyampaian pikiran-pikiran atau informasi. “ ( Komaruddin 1994; Schermerhorn, Hunt & osborn,
1994; kooniz & weihrich;1988 )”.
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Sebagai acuan bagi rumah sakit untuk menyelenggarakan standar sasaran keselamatan pasien
agar sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh Komisi Akreditasi Rumah Sakit (KARS).
2. Tujuan Khusus
a. Sebagai acuan bagi tim akreditasi rumah sakit untuk menerapkan implementasi sasaran
mengidentifikasi pasien dengan benar.
b. Sebagai acuan bagi tim akreditasi rumah sakit untuk implementasi meningkatkan komunikasi
yang efektif.
c. Sebagai acuan bagi tim akreditasi rumah sakit untuk implementasi meningkatnya keamanan
obat yang perlu diwaspadai (high alert medications).
d. Sebagai acuan bagi tim akreditasi untuk implementasi terlaksananya proses Tepat-lokasi,
Tepat-prosedur, Tepat-pasien yang menjalani tindakan dan prosedur.
e. Sebagai acuan bagi tim akreditasi rumah sakit untuk implementasi dikuranginya risiko
infeksi terkait pelayanan kesehatan.
f. Sebagai acuan bagi tim akreditasi rumah sakit untuk implementasi mengurangi risiko cedera
kerana pasien jatuh.
BAB II
RUANG LINGKUP
Kesalahan identifikasi pasien dapat terjadi disemua aspek diagnosis dan tindakan. Keadaan
yang dapat membuat identifikasi tidak benar adalah jika pasien dalam keadaan tebius, mengalami
disorientasi, tidak sepenuhnya sadar, dalam keadaan koma, saat pasien berpindah tempat tidur,
berpindah kamar tidur, berpindah lokasi didalam lingkungan rumah sakit, terjadi disfungsi
sensoris, lupa identitasdiri, atau mengalami situasi lainnya.
Maksud dan tujuan standar ini :
Memastikan ketepatan pasien yang akan menerima layanan atau tindakan.
Untuk menyelaraskan layanan atau tindakan yang dibutuhkan.
Proses identifikasi yang digunakan dirumah sakit mengharuskan terdapat paling sedikit 2 dari
3 sbentuk identifikasi, yaitu nama pasien, tanggal lahir, nomor rekam medik, atau bentuk lainnya
( misalnya, nomor induk kependudukan atau berkode ). Nomor kamar pasien tidak dapat
digunakan utuk identifikai pasien. Dua bentuk identifikasi ini digunakan disemua area layanan
rumah sakit seperti dirawat jalan, rawat inap, unit darurat, kamar operasi, dan unit layana
diagnostik.
Dua ( 2 ) bentuk identifikasi harus dilakukan dalam setiap keadaan terkait intervensi kepada
pasien. Misalnya, identifikasi pasien dilakukan sebelum memeberikan radioterapi, menerima
cairan intra vena, hemodialisis, pengambilan darah atau pengambilan spesimen lain untuk
pemeriksaan klinis, kateterisasi jantung, prosedur radiologi diagnostik, dan identifikasi terhadap
pasien koma.
Untuk pemenuhan standar tersebut diatas maka RSU Indah menetapkan:
1. Adanya regulasi yang mengatur pelaksanaan identifikasi pasien dirumah sakit dibuktikan
dengan adanya regulasi SK dari direktur, pedoman dan SPO.
2. Identifikasi pasien dilakukan dengan menggunakan minimal 2 ( dua ) identifikasi dan tidak
boleh menggunakan nomor kamar atau lokasi pasien dirawat sesuai dengan regulasi dirumah
sakit dibuktikan dengan adanya identitas pasien, label obat, RM, resep, makanan, spesimen
permintaan dan hasil pemeriksaan diagnostik.
Identifikasi pasien minimal 3 (tiga) identitas:
a. Nama pasien sesuai e KTP
b. Tanggal lahir
c. Nomor RM
3. Identifikasi pasien dilakukan sebelum dilakukan tindakan prosedur diagnostik, dan terapeutik
dibuktikan dengan adanya bukti pelaksanaan identifikasi sebelum tindakan prosedur
diagnostik dan terapeutik.
- Identifikasi minimal menggunakan 2 (dua) identitas dari 3 (tiga) identitas pasien
dilakukan secara verbal atau visual
4. Pasien diidentifikasi sebelum pemberian obat, darah, produk darah, pengambilan spesimen
dan pemberian diet dibuktikan dengan adanya bukti identifikasi sebelum pemberian obat,
darah, produk darah, pengambilan spesimen dan pemberian diet.
5. Pasien diidentifikasi sebelum pemberian radioterapi, menerima cairan intravena, hemodialisis,
pengambilan darah atau pengambilan spesimen lain untuk pemeriksaan lain untuk
pemeriksaan klinis, keterisasi jantung, prosedur radiologi diagnostik dan identifikasi terhadap
pasien koma dibuktikan dengan adanya bukti pelaksanaan pemberian radioterapi, menerima
cairan intravena, hemodialisis, pengambilan darah atau pengambilan spesimen lain untuk
pemeriksaan lain untuk pemeriksaan klinis, keterisasi jantung, prosedur radiologi diagnostik
dan identifikasi terhadap pasien koma.
2. Rumah sakit menetapkan regulasi untuk proses pelaporan hasil pemeriksaan diagnostik kritis
Untuk pemenuhan standar tersebut diatas maka RSU Indah menetapkan:
1) Rumah sakit menetapkan besaran nilai kritis hasil pemeriksaan diagnostik dan hasil
diagnostik kritis dibuktikan dengan adanya regulasi tentang penetapan besaran nilai kritis
hasil pemeriksaan diagnostik dan hasil diagnostik kritis
2) Rumah sakit menetapkan siapa yang harus melaporkan dan siapa yang harus menerima nilai
kritis hasil pemeriksaan diagnostik dan dicatat di rekam medis adanya bukti proses pelaporan
nilai kritis hasil pemeriksaan diagnostik.
3. Rumah sakit menetapkan dan melaksanakan proses komunikasi “serah terima” ( hand over )
Untuk pemenuhan standar tersebut diatas maka RSU Indah menetapkan:
1) Ada bukti catatan tentang hal-hal kritikal dikomunikasikan di antara profesional pemberi
asuhan pada waktu dilakukan serah terima pasien (hand over) adanya bukti serah terima
2) Formulir, alat, dan metode ditetapkan untuk mendukung proses serah terima pasien (hand
over) bila mungkin melibatkan pasien adanya bukti form serah terima pasien ( operan/hand
over )
3) Ada bukti dilakukan evaluasi tentang catatan komunikasi yang terjadi waktu serah terima
pasien (hand over) untuk memperbaiki proses adanya bukti evaluasi tentang catatan
komunikasi yang terjadi waktu serah terima pasien
5. Rumah sakit menetapkan regulasi untuk melaksanakan proses mengelola penggunaan elektrolit
konsentrat
1. Rumah sakit menetapkan regulasi untuk melaksanakan proses mencegah kekurang hati-
hatian dalam mengelola elektrolit konsentrat
2. Elektrolit konsentrat hanya tersedia di unit kerja atau instalasi atau depo farmasi.