Anda di halaman 1dari 20

ISSN : 2355-9349 e-Proceeding of Art & Design : Vol.7, No.

2 Agustus 2020 | Page 3567

PENGOLAHAN SABUT KELAPA


SEBAGAI PEWARNA ALAM
MENGGUNAKAN TEKNIK
MARBLING PADA PRODUK
BUSANA

Aldi Hendrawan1
Riezky Dharmawati2
Progam Studi Kriya, FIK, Universitas Telkom, Bandung
e-mail: aldivalc@telkomuniversity.ac.id
e-mail: riezkydharma@student.telkomuniversity.ac.id

ABSTRAK

Wilayah Karangnunggal, Tasikmalaya dari hasil produksi buah kelapa tersebut


menghasilkan sabut kelapa tua sebanyak 6,37 ton perbulan yang dimanfaatkan sebagai
bahan bakar masak dan pupuk. Melihat adanya potensi dalam industri tekstil menghasilkan
zat pewarna alam menggunakan material sabut kelapa dapat dikembangkan menjadi inovasi
baru sustainable fashion. Berkembangnya industri tekstil didukung oleh himbauan
pemerintah bagi masyarakat, khususnya pada pewarna alam sebagai penganti pewarna
tekstil. Hal tersebut membuat adanya berbagai inovasi khususnya dalam segi teknik
pengolahan salah satunya adalah teknik marbling belum popular pada masyarakat. Teknik
marbling menjadi alternatif dalam teknik pengolahan dengan cara mengaplikasikannya
pada produk fashion dengan dukungan data literatur, observasi dan wawancara.
Permasalahan diatas menghasilkan sebuah formula yang tepat yaitu mordan stimultan mix
(tunjung dan soda kue) dengan motif yang berbeda-beda, daya serap kain canvas
memberikan warna estetik dan antik sehingga mendapatkan sebuah koleksi busana demi
couture dengan potongan asimetris, simple, unik dan bergaya casual.

Kata kunci : Pewarna Alam, Sabut Kelapa Tua dan Teknik Marbling.
ISSN : 2355-9349 e-Proceeding of Art & Design : Vol.7, No.2 Agustus 2020 | Page 3568

ABSTRACK

The Karangnunggal region, Tasikmalaya from the production of these coconuts produces
6.37 tons of old coconut husk per month which is used as cooking fuel and fertilizer. Seeing
the potential in the textile industry producing natural dyes using coconut fiber material can
be developed into new sustainable fashion innovations. The development of the textile
industry is supported by government appeals to the community, especially in natural dyes
as a substitute for textile dyes. This makes a variety of innovations, especially in terms of
processing techniques one of which is the marbling technique is not popular with the
public. Marbling technique becomes an alternative in processing techniques by applying it
to fashion products with the support of literature data, observation and interviews. The
above problems produce an exact formula that is mordan stimultan mix (tunjung and
baking soda) with different motives, canvas absorbency gives aesthetic and antique colors
so as to get a collection of clothing for couture by asymmetrical, simple, unique and casual
style .

Keywords: Natural Dyes, Old Coconut Fiber and Marbling Technique.

I. PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang untuk tempurungnya ada pengepul yang

Berdasarkan data yang diperoleh dari memakai untuk kerajinan tanggan,

salah satu petani di daerah sehingga hanya menyisakan sabut

Karangnunggal, tercatat sekitar lebih dari kelapanya. Sabut kelapa diperoleh

3.600 produksi buah kelapa setiap sebanyak 6,37 ton per bulan dan

bulannya pada tahun 2019. Menurut umumnya dimanfaatkan sebagai pupuk,

(Hermawan, 2019) selaku petani di bahan bakar memasak, dan alat rumah

wilayah Karangnunggal Kabupaten tangga lainya. Dalam industri tekstil sabut

Tasikmalaya, Provinsi Jawa Barat kelapa bisa kembangkan menjadi

mengungkapkan bahwa kelapa yang alternatif lain yaitu sebagai pewarna alam

dipakai oleh petani berfokus pada buah (Fitriyah, 2018). Pewarna alam material

kelapa untuk dijadikan santan. Sedangkan sabut kelapa memiliki potensi untuk
ISSN : 2355-9349 e-Proceeding of Art & Design : Vol.7, No.2 Agustus 2020 | Page 3569

dikembangkan dengan adanya beberapa Teknik pengolahan dalam dunia tekstil


penelitian yang terdahulu. Pada penelitian dibagi menjadi dua yaitu structure textile
terdahulu pewarna alam sabut kelapa design dan surface textile design.
dijadikan produk fashion. Structure textile design adalah jalinan
antara benang pakan dan benang lusi
Penggunaan pewarna dari zat alam secara sistematis dan terukur dengan
memiliki cara yang potensial perbedaan bahan, ukuran, warna dan
dikembangkan menjadi eco-fashion tekstur sehingga menghasilkan corak
(Nurmaini, 2019). Menteri Perindustrian yang diinginkan, sedangkan surface
Saleh Husin juga mengungkapkan bahwa textile design adalah rancangan yang
dunia fashion dapat berkembang menjadi dibuat pada permukaan kain polos hingga
inovasi baru yaitu sustainable fashion terbentuknya motif yang diinginkan.
(Kementrian Perindustrian, 2016). Hal ini Salah satu teknik surface yang
didukung oleh kementrian perindustrian berpotensial untuk dikembangkan adalah
yang sedang menerapkan konsep ramah teknik marbling. Teknik marbling
lingkungan dalam aktivitas produksi di memiliki potensi untuk dikembangkan
dunia fashion. Perkembangan industri karena teknik tersebut belum populer
fashion didukung oleh rasa ingin tahu pada masyarakat (Hendrawan, 2017).
masyarakat terhadap pemanfaatan Marbling adalah seni yang memproduksi
material baru serta adanya tuntutan pola dan efek tertentu, menggunakan cat
pembaharuan terhadap suatu karya. yang membentuk pola pada permukaan
Terbukti menjadi tren pada beberapa cairan dan meletakan selembar kertas
brand lokal mulai membuat produk diatas suatu media dengan pola yang
fashion menggunakan pewarna alam menarik (Richard J. Wolfe, 1991). Hal ini
(Fitriyah, 2018). Berdasarkan fenomena juga membuat teknik marbling lebih
tersebut berkembanglah beragam teknik eksklusif, pada setiap pembuatan pola
pengolahan. tidak akan sama. Berdasarkan
pengamatan penulis saat ini
pengaplikasian teknik marbling sudah
ISSN : 2355-9349 e-Proceeding of Art & Design : Vol.7, No.2 Agustus 2020 | Page 3570

diterapkan pada material tekstil, terbukti mendapat data yang akurat dan
dari beberapa desainer memakai teknik berdasarkan eksperimen pewarna alam
marbling pada karya-karyanya. sabut kelapa menggunakan teknik
marbling serta melakukan eksperimen
Dari fenomena diatas penulis melihat
sebanyak tiga kali, agar mengetahui
adanya potensi pewarna alam sabut
formula yang tepat untuk pengaplikasian
kelapa melalui teknik marbling dengan
pada produk busana.
bahan serta alat dalam pembuatan teknik
marbling yang sederhana dan ada pada Penulis berharap pada penelitian ini bisa
alat rumah tangga masyarakat yang dapat menemukan solusi dari fenomena diatas
dikembangkan lalu diaplikasikan pada bahwa pengolahan pewarna alam sabut
busana produk fashion. Dalam hal ini kelapa dengan teknik marbling juga
peneliti menggunakan metode membuat nilai estetika pada kain tersebut
eksperimental, dengan metode menjadi inovasi serta pemanfaatan yang
pengumpulan data berupa studi literatur dilakukan dapat mendukung program
dari buku dan jurnal, wawancara beberapa pemerintah akan pelestarian alam dengan
pihak yang terkait, observasi langsung menggunakan pewarna alam.
dilapangan guna melihat situasi agar
I.2 Identifikasi Masalah 2. Adanya peluang metode
pengaplikasian teknik marbling
Berdasarkan pemaparan latar belakang
dengan pewarna alam sabut kelapa.
yang telah diuraikan diatas terdapat
3. Terdapat peluang penerapan teknik
identifikasi masalah, yaitu :
marbling dengan pewarna alam sabut
1. Adanya potensi pemanfaatan sabut kelapa pada produk busana.
kelapa tua yang dihasilkan oleh petani
di wilayah Karangnunggal sebagai 1.3 Landasan Teori
pewarna alam. Serat sabut kelapa adalah serat (coir

fibre) yang diperoleh dari buah kelapa


ISSN : 2355-9349 e-Proceeding of Art & Design : Vol.7, No.2 Agustus 2020 | Page 3571

yang termasuk golongan serat mempermudah dalam mengerjakan

selulosa. Serat kelapa diperoleh dari pekerjaan rumah seperti bahan

sabut kelapa, dilihat dari bentuk dan pembuatan bahan pembuatan keset,

ukuran serat terlihat ada tiga macam / sebagai pengganti kayu untuk

tipe serat yang terkandung dalam memasak atau bahkan digunakan

sabut kelapa, yaitu kulit luar sabut oleh petani sebagai pupuk. Adapun

(yarn fiber), serat yang berada dekat upaya lain yang untuk menghasilkan

dan melekat pada tempurung kelapa inovasi lain dari sabut kelapa yaitu

(bristle fiber) dan serat yang berada sebagai pewarna alam pada batik.

dekat dan melekat pada tempurung Sabut kelapa mengandung senyawa

sekitar mata tumbuh (mattrass fiber) tanin, yang merupakan zat pewarna

(Suheryanto & Haryanto, 2015). yang dapat mewarnai serat protein

maupun selulosa. Pewarna alam sabut

kelapa digunakan ekstraknya oleh

pengrajin batik sebagai baju maupun

hiasan dinding berupa kaligrafi

Gambar II. 1 Tipe Serat Sabut Kelapa (Nurmaini, 2019). Perkembangan


Sumber: Suheryanto (2015) pewarna alam dalam industri tekstil
Sabut kelapa dapat dimanfaatkan menghasilkan banyak brand local yang
sebagai bahan baku berbagai macam menggunakan pewarna alam, dari hal
industri. Salah satu bagian dari buah tersebut berkembanglah teknik
kelapa yaitu sabut kelapa yang pengolahan. Teknik pengolahan
banyak dimanfaatkan sebagai alat dalam dunia tekstil dibagi menjadi
yang dapat membantu atau dua yaitu structure textile design dan
ISSN : 2355-9349 e-Proceeding of Art & Design : Vol.7, No.2 Agustus 2020 | Page 3572

surface textile design. Dalam hal ini Membuat motif pada marbling tidak

penulis ingin menggembangkan mudah, karena harus dapat

teknik pengolahan dari structure mengetahui tingkat kekentalan pada

textile design salah satunya adalah cat dan komposisi cat pada saat diatas

teknik marbling. Marbling adalah seni air, pada penelitian kali ini penulis

yang memproduksi pola dan efek menggunakan media tepung tapioka

tertentu, menggunakan cat yang dan CMC sebagai pengganti air dan

membentuk pola pada permukaan pewarna alam sebagai pengganti cat.

cairan dan meletakan selembar kertas Teknik pewarnaan pada marbling

diatas suatu media dengan pola yang bermacam-macam, namun pada

menarik (Richard J. Wolfe, 1991). umumnya pewarna yang dipilih

Perkembangan teknik marbling pada untuk marbling adalah pewarna

saat ini sudah semakin pesat. Tidak sintetis, karena warna sintetis dapat

sedikit desainer-desainer menggunakan menyala dan dapat dibentuk motif

teknik marbling sebagai acuan lebih mudah (Hendrawan, 2017) .

rancangannya dari pakaian maupun Maka dari itu penulis ingin

aksesoris (Hendrawan, 2017). meningkatkan nilai guna marbling

yang awalnya hanya untuk pewarna

sintetis dan motif yang sama, penulis

membuat inovasi dengan

menggunakan pewarna alam.


Gambar II. 2 Marbling Accessories
Sumber: obobo.com (Istafada Brand)
II. Metode Penelitian

(Diakses: 2019) Dalam menyelesaikan permasalahan

dari penelitian tersebut menggunakan


ISSN : 2355-9349 e-Proceeding of Art & Design : Vol.7, No.2 Agustus 2020 | Page 3573

metode penelitian kualitatif dilakukan dengan pengumpulan

berdasarkan eksplorasi pewarna data, yaitu :

sabut kelapa menggunakan teknik 1. Studi Literatur

marbling untuk mengetahui pola-pola Mendapatkan informasi melalui

dan formula yang tepat. Penelitian ini jurnal maupun buku baik secara

berfokus pada hasil warna dari sabut online ataupun offline sebagai acuan

kelapa tua dengan menambahkan peneliti. Bertujuan untuk

mordan garam pantai, soda kue, mengetahui penelitian yang telah

tawas dan tunjung pada eksperimen dilakukan berkenaan dengan sabut

teknik marbling. Teknik marbling kelapa sebagai pewarna alam.

dilakukan menggunakan kain katun Beberapa buku dan jurnal yang

antik, canvas, mori, rami, dan katun digunakan adalah:

yang berasal dari serat alam yang a. Buku yang berjudul “Bertanam

berbeda. Setiap serat memiliki Kelapa” yang berisi tentang

kualitas yang berbeda-beda. asal muasal kelapa dan

Penggunaan teknik marbling pemanfaatan kelapa secara

menggunakan pewarna alam guna menyeluruh dimulai dari

mengetahui penyerapan yang mana daging, tempung, hingga

paling optimal serta menggunakan sabut.

tahapan mordan awal, akhir, mordan b. Jurnal yang berjudul

mix dan mordan stimultan mix “Pengolahan Limbah Sabut

dengan cara waktu yang berbeda- Kelapa Tua Sebagai Pewarna

beda. Metode yang penelitian Alam Pada Produk Fashion “

yang berisi tentang data dari


ISSN : 2355-9349 e-Proceeding of Art & Design : Vol.7, No.2 Agustus 2020 | Page 3574

hasil warna sabut kelapa dikembangkan pada proses

melalui proses pencelupan pembuatan ekstrak sabut

pewarna alam dari sabut kelapa pada kain.

kelapa yang digunakan

sebagai acuan yang akan

dikembangkan oleh penelitian 2. Wawancara

selanjutnya. Wawancara dilakukan beberapa

c. Jurnal berjudul “ Pergeseran pihak agar mengetahui berapa

Teknik dan Material Marbling banyak ketersediaan sabut kelapa

pada Tekstil Sebagai yang dihasilkan beserta

Konsekuensi Dari pemanfaatnya. Dari pihak yang

Perkembangan Dan Inovasi” terkait adalah narasumber yang

data tersebut sebagai acuan dalam kesehariannya sebagai

peneliti untuk proses teknik penjual dan petani kelapa. Hasil

marbling menggunakan takaran wawancara yang dilakukan

yang tepat untuk pola-pola sebagai acuan data yang akurat.

yang akan dibuat. 3. Observasi

d. Buku yang berjudul “Natural Obserservasi yang dilakukan

Dye” yang berisi mengenai asal mengumpulakan data dengan cara

muasal pewarna alam yang mengamati dari segi situasi dan

berada di Indonesia dimulai kondisi secara langsung

dari pewarna alam daun dilapangan untuk mendapatkan

andong, apokat, secang, data yang akurat. Observasi ini

sebagai acuan yang akan bertujuan untuk mengetahui sabut


ISSN : 2355-9349 e-Proceeding of Art & Design : Vol.7, No.2 Agustus 2020 | Page 3575

kelapa yang baik digunakan mordanting yaitu mordan awal,

sebagai pewarna alam seperti apa akhir, mix, stimultan, dan

dan kegunaan sabut kelapa tanpa mordan.

digunakan oleh masyarakat c. Pada eksperimen yang kedua

Karangnunggal. Contohnya yaitu lanjutan, eksperimen

dengan melakukan observasi yang dilakukan yaitu

langsung ke wilayah mengembangkan eksperimen

Karangnunggal Tasikmalaya, Jawa yang telah dipilih yaitu pada

Barat beserta Pasar Antri Baru mordan mix dan stimultan.

Cimahi. Eksperimen tersebut dilakukan

4. Eksperimen pada kain ukuran yang lebih

Proses eksperimen dilakukan besar.

dengan melalui beberapa tahapan d. Pada eksperimen akhir,

sebagai berikut: eksperimen dilakukan dengan

a. Pada tahap awal peneliti melakukan pengaplikasikan

melakukan klasifikasi bahan kain-kain hasil eksplorasi

baku berdasarkan jenisnya menggunakan teknik marbling

yaitu sabut kelapa tua. menggunakan pewarna alam

b. Pada awal eksperimen, sabut kelapa kepada produk

dilakukan dengan membuat busana berdasarkan konsep

percobaan teknik marbling yang dibuat.

menggunakan ekstrak dari


III. Hasil dan Analisis
pewarna alam dari sabut
III.1 Pembuatan Ekstrak Pewarna
kelapa tua melalui proses
Alam dari Sabut Kelapa Tua
ISSN : 2355-9349 e-Proceeding of Art & Design : Vol.7, No.2 Agustus 2020 | Page 3576

Pembuatan ekstrak pewarna Proses pembuatan ekstrak pewarna

dilakukan dengan menggunakan dilakukan dengan melalui proses

sabut kelapa tua. Sebelum diekstrak perebusan bahan-bahan selama 3 jam

sabut kelapa tua dipotong kecil dengan api sedang bersuhu 95oC

terlebih dahulu agar mudah saat yang kemudian menghasilkan ekstrak

proses perebusan ekstraksi sabut pewarna dari sabut kelapa tua sekitar

kelapa tua. Adapun alat dan bahan 2,5 liter. Sebelum direbus sabut

saat digunakan dalam proses kelapa direndam semalaman, agar

pembuatan ekstrak pewarna sebagai ekstrak sabut kelapa semakin pekat.

berikut:

Alat:

a. Timbangan

b. Kompor gas

c. Panci Gambar III. 1 Ekstrak Sabut Kelapa Tua

d. Spatula kayu Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2019

e. Gelas ukur
III.2 Proses Mordanting
f. Termometer
Proses mordanting dibagi menjadi
g. Sarung tangan
empat tahapan yaitu mordan awal,
h. Wadah / ember
mordan akhir, mordan stimultan mix,
i. Saringan kecil
dan mordan mix. Pada proses ini
Bahan:
mordan yang digunakan adalah
a. 5 liter air
garam pantai, tawas, kapur sirih,
b. 500 gram sabut kelapa
soda kue, cuka dan tunjung.
ISSN : 2355-9349 e-Proceeding of Art & Design : Vol.7, No.2 Agustus 2020 | Page 3577

Takaran mordan yang dipakai rata-

rata seimbang hal ini dilakukan agar

kain tidak mudah rusak oleh mordan.

Untuk warna yang pekat faktor kain

dan ekstrak sabut kelapa tua

mempengaruhi bentuk pola marbling

nantinya.

Proses mordanting dilakukan karena III.3 Proses Teknik Marbling dan

teknik marbling dan pencelupan Finishing

menggunakan pewarna alami Pada proses eksperimen terdapat


memiliki resiko luntur pada kain beberapa alat dan bahan yang harus
sehingga proses ini penting agar disiapkan seperti berikut :
warna terfiksasi atau terkunci serta
Alat:
untuk melihat perubahan warna

akhir yang dihasilkan saat melakukan a. Plastik hitam sampah

proses mordanting karena proses ini b. Tusuk sate

menyebabkan perubahan warna pada c. Sisik pick comb

kain. Adapun saat pencelupan d. Wiper kaca

mordan digunakan menggunakan e. Wadah / bak

takaran perbandingan sebagai Bahan:


berikut:
1. Tepung kanji yang telah jadi

2. Ekstrak sabut kelapa tua


ISSN : 2355-9349 e-Proceeding of Art & Design : Vol.7, No.2 Agustus 2020 | Page 3578

3. Mordan (garam pantai, tawas, 5. Tuangkan pewarna alam sabut

tunjung, cuka, soda kue dan kapur kelapa pada permukaan tapioka

sirih) memakai pipet menjadi sebuah

4. Kain katun 100 % berpattern garis titik-titik besar dan kecil.

kotak, kain katun antik, kain mori,

kain rami, kain sutra, kain canvas

Proses teknik marbling tanpa mordan :

Gambar III. 1 Proses Penetesan Cairan


1. Siapkan tepung tapioka yang telah Pewarna Alam Sabut Kelapa
dimasak memakai takaran khusus Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2019
marbling.
6. Buat pola marbling sesuai yang
2. Tuangkan kedalam wajan yang
diinginkan.
telah dibuat oleh kantong plastik
7. Lalu tempelkan kain yang telat
sampah.
dicuci atau direndam mordan

3. Siapkan kain yang telah direndam (kain harus kering dan bersih agar

oleh mordan selama 10, 20, 30, 40, pewarna alam dapat menyerap).

50 menit dan 1 jam (mordan awal 8. Diamkan selama beberapa detik

dan mordan mix). hingga menyerap secara

4. Lalu siapkan pewarna alam sabut keseluruhan.

kelapa kedalam gelas berisi 9. Setelah itu angkat lalu dibersihkan

mordan tawas, soda kue, tunjung, memakai penggaris tepung

kapur sirih dan garam pantai tapioka yang menempel pada

(stimultan mix) beserta peralatan kain.

marbling seperti sumpit, sisir, dll.


ISSN : 2355-9349 e-Proceeding of Art & Design : Vol.7, No.2 Agustus 2020 | Page 3579

direndam memakai waktu 10, 20,

30, 40, 50 menit hingga 1 jam.

11. Keringkan kainnya, lalu dibilas

dan dijemur.

Gambar III. 4 Proses Pembersihan Tepung 12. Setelah diberi mordan dan dijemur
Tapioka Pada Kain
kembali, cuci kain hingga tepung
Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2019
tapioka hilang.
10. Untuk pola marbling memakai
13. Setrika dan rapikan sisi kain
mordan mix (awal,akhir), mordan
tersebut.
akhir, dan mordan stimultan mix,

memakai mordan pada saat pola

marbling telah dijemur dan

III.4 Hasil Eksperimen Teknik Marbling

Teknik marbling dilakukan menggunakan pewarna alami dari limbah sabut kelapa,

mordan, tahapan mordan serta beberapa kain yang berbeda. Adapun hasil dari

pencelupan sebagai berikut:

Tabel III. 3 Kain Katun Dan Katun Antik Dengan Mordan Mix (tunjung, tawas & garam

pantai)

No. Waktu Katun Katun Antik 2. 20


menit
1. 10
menit

3. 30
menit
ISSN : 2355-9349 e-Proceeding of Art & Design : Vol.7, No.2 Agustus 2020 | Page 3580

4. 40 5. 50
menit menit

Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2019

Tabel III. 4 Kain Mori Dan Kain Canvas Dengan Mordan Stimultan Mix (tunjung, soda kue & tawas)

No. Waktu Kain Mori Kain Canvas Berdasarkan Mordan:


1. 10
1. Mordan awal akhir/ mix: Pada
menit
mordan awal akhir warna yang

dihasilkan lebih pekat dan pola


2. 20
menit marbling lebih beraturan, warna yang

dihasilkan juga ada beberapa kain

3. 30 yang menjadi 2 warna pada proses


menit
marbling.

2. Mordan Stimultan mix: Pada

4. 40 mordan stimultan mix warna yang


menit
dihasilkan cukup bagus namun ada

beberapa kain yang tidak bisa


5. 50
menit menyerap pewarna alam sabut kelapa

memakai teknik marbling. Kain yang

menyerapnya secara maksimal yaitu


Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2019
canvas dan kain mori, sehingga
Dari pencelupan dengan 4 kain yang
menghasilkan pola marbling yang
berbeda, 4 tahapan mordan serta
mempunyai 2 warna.
campuran mordan tunjung, soda kue,

garam pantai dan tawas dapat

disimpulkan bahwa:
ISSN : 2355-9349 e-Proceeding of Art & Design : Vol.7, No.2 Agustus 2020 | Page 3581

Berdasarkan Hasil Warna : 4. Soda Kue: Pada proses teknik

1. Tawas: Pada proses teknik marbling marbling menggunakan soda kue

menggunakan mordan tawas, warna menghasilkan warna dari coklat

yang dihasilkan yaitu coklat muda sampai coklat kemerahan. Pola

kekuningan cukup bagus namun yang dihasilkan dari mordan soda

warnanya sedikit lebih tipis. kue terlihat jelas.

2. Tunjung: pada proses teknik Maka dari itu, eksperimen yang

marbling menggunakan tunjung paling optimal dan akan

menghasilkan warna yang gelap, dikembangkan pada eksperimen

warna yang dihasilkan abu tua dan lanjutan adalah yang menggunakan

hitam. Pola marbling menggunakan pewarna dari sabut kelapa tua

mordan tunjung lebih terlihat bentuk dengan kain canvas menggunakan

dan warnanya. mordan stimultan mix yaitu tunjung

3. Garam Pantai: Pada proses teknik dan soda kue, kain mori

marbling menggunakan mordan menggunakan mordan stimultan mix

garam pantai menghasilkan warna yaitu tunjung dan tawas, kain katun

cukup bagus, garam pantai hampir antik menggunakan mordan awal

menyerupai warna asli dari pewarna akhir / mix yaitu garam pantai dan

alam sabut kelapa yaitu coklat namun tawas, kain rami menggunakan

yang membedakannya lebih pekat mordan awal akhir / mix yaitu

sedikit dan pola marbling juga lebih tunjung dan garam pantai.

terlihat.

dari eksperimen pada kain berukuran


Hasil eksperimen yang berkelanjutan
besar terdiri dari hasil eksperimen
ini bertujuan untuk mengetahui hasil
ISSN : 2355-9349 e-Proceeding of Art & Design : Vol.7, No.2 Agustus 2020 | Page 3582

lanjutan dan eksperimeni akhir. Hal proses pembuatan desain busana

tersebut akan membantu dalam kedepannya, berikut hasilnya adalah :


Tabel III. 5 Kain Katun Antik Dan Katun Canvas Dengan Mordan Mix Dan Mordan
Stimultan Mix (garam pantai, tunjung, soda kue dan tawas)

No. Waktu Katun Antik Katun 5. 1 jam


Canvas

1. 10
menit

Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2019

Hasil eksperimen lanjutan dapat

2. 20 disimpulkan bahwa:
menit
Pada eksperimen ini berfokus pad

mordan stimultan mix dan mordan

mix yang menghasilkan pola

3. 30 marbling yang maksimal, pada kain


menit
berukuran besar juga mempengaruhi

pola yang dihasilkan. Dari hasil

eksperimen penulis memilih kain


4. 50
menit
katun antik dan canvas pada proses

ekperimen akhir selanjutnya, sebagai

pertimbangan pola pada busana.


ISSN : 2355-9349 e-Proceeding of Art & Design : Vol.7, No.2 Agustus 2020 | Page 3583

Tabel III. 6 Kain Katun Antik Mordan Mix, Mordan Stimultan Mix Dan 5 Kali Pencelupan
Kain (tawas, garam pantai)

Waktu Kain 5 Kali Kain 5 Kali


Katun Pencelupan Canvas Pencelupan
Antik Kain Kain
50
menit

Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2020

Kesimpulan dari eksperimen akhir: kain katun mori untuk pencelupan

Eksperimen akhir berfokus pada pewarna alam sabut kelapa. Dari

yang lebih besar dan penentuan pola hasil eksperimen dilakukan

marbling, selain itu ada inovasi baru perancangan busana demi couture

yaitu pencelupan kain sebanyak 5 kali potongan asimetris, simple, unik dan

memakai moran akhir tawas, tunjung bergaya casual dengan inspirasi

dan kapur sirih yang membuat bagunan perkotaan dan keindahan

busana akan lebih bervariasi agar alam . Adapun visualisasi dari hasil

tidak semua busana memakai pola perancangan sebagai berikut:

marbling. Dan ada juga eksperimen

menggunakan setengah marbling dan

setengah pencelupan pada satu

warna. Yang menambah daya tarik

nantinya pada busana fashion. Kain

yang diplih yaitu kain canvas dan


ISSN : 2355-9349 e-Proceeding of Art & Design : Vol.7, No.2 Agustus 2020 | Page 3584

1. Look 1
3. Look 3

Gambar III. 5 Produk Look 1

Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2020

2. Look 2 Gambar III. 7 Produk Look 3

Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2020

4. Look 4

Gambar III. 6 Produk Look 2

Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2020 Gambar III. 7 Produk Look 3

Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2020


ISSN : 2355-9349 e-Proceeding of Art & Design : Vol.7, No.2 Agustus 2020 | Page 3585

IV. KESIMPULAN mix (tunjung dan soda kue)


memberikan motif estetik dan
Pada kesimpulan ini mampu menjawab
antik dengan gradasi warna yang
permasalahan penelitian yang dijabarkan
berbeda dibandingkan dengan
sebagai berikut:
memakai dan kain katun antik dari
1. Sabut kelapa tua telah mampu mordan mix (garam pantai dan
dioptimalkan dengan dijadikan tawas) yang menghasilkan motif
ekstrak pewarna alam sabut kelapa yang kurang maksimal. Mordan
tua tersebut yang pada awalnya akhir (soda kue) digunakan pada
digunakan sebagai bahan bakar mordan stimultan mix sebagai
memasak dan sebagai pupuk, kini fixasi dan menghentikan proses
bahan tersebut menjadi alternatif oksidasi pada kain yang telah
pewarna alam yang diolah dengan diberi pola marbling.
teknik marbling menghasilkan 3. Telah menghasilkan sebuah
bentuk pola yang tidak sama pada produk aplikatif berupa busana,
kain serta menggunakan proses dimana konsep dari produk
mordanting sehingga mencoba menerapkan ke dalam
menghasilkan kain yang fashion demi couture dengan
berkualitas. bentuk busana asimetris dan
2. Teknik marbling sebagai simple bergaya casual berupa
pengaplikasian alternatif dari atasan, bawahan dan dress.
pewarna alam. Warna yang cukup Bertemakan “Selaras Senja” di
pekat yang dihasilkan pola dasari dari keindahan alam
marbling, dapat diserap pada jenis merepresentasikan melalui sabut
kain dari serat alami. Untuk kelapa yang menghasilkan nuansa
penyerapan yang paling maksimal warna senja dengan kesan yang
menggunakan kain canvas hangat dan alami.
menggunakan mordan stimultan
ISSN : 2355-9349 e-Proceeding of Art & Design : Vol.7, No.2 Agustus 2020 | Page 3586

Daftar Pustaka Nurmaini, A. (2019). Perbedaan hasil

pencelupan menggunakan zat


Fitriyah, H. (2018). Pengolahan
warna alam ekstrak sabut kelapa
limbah sabut kelapa tua sebagai
muda dan ekstrak sabut kelapa
pewarna alam pada produk
tua pada bahan katun dengan
fesyen. 1–19.
mordan air kelapa. Journal of
Hendrawan, A. (2017). Pergeseran Chemical Information and
Teknik dan Material Marbling Modeling, 53(9), 1689–1699.
pada Tekstil sebagai https://doi.org/10.1017/CBO97811
Konsekuensi dari Perkembangan 07415324.004
dan Inovasi. Panggung, 27(1), 1–
Richard J. Wolfe, R. J. . W. (1991).
14.
marbled paper.pdf.
https://doi.org/10.26742/panggun

g.v27i1.228 Suheryanto, D., & Haryanto, T. (2015).

Pengaruh konsentrasi zat warna


Hermawan, R. (2019). SUMBER
basa terhadap ketuaan dan
OBSERVASI PENELITIAN.
ketahanan warna pada
KementrianPerindustrian. (2016, pencelupan serat sabut kelapa. 9–
October 26). Industri Fesyen 18.
Ramah Lingkungan Jadi

Unggulan.

https://www.kemenperin.go.id/a

rtikel/13395/Industri-Fesyen-

Ramah-Lingkungan-Jadi-

Unggulan

Anda mungkin juga menyukai