20.04.2057 Jurnal Eproc
20.04.2057 Jurnal Eproc
Aldi Hendrawan1
Riezky Dharmawati2
Progam Studi Kriya, FIK, Universitas Telkom, Bandung
e-mail: aldivalc@telkomuniversity.ac.id
e-mail: riezkydharma@student.telkomuniversity.ac.id
ABSTRAK
Kata kunci : Pewarna Alam, Sabut Kelapa Tua dan Teknik Marbling.
ISSN : 2355-9349 e-Proceeding of Art & Design : Vol.7, No.2 Agustus 2020 | Page 3568
ABSTRACK
The Karangnunggal region, Tasikmalaya from the production of these coconuts produces
6.37 tons of old coconut husk per month which is used as cooking fuel and fertilizer. Seeing
the potential in the textile industry producing natural dyes using coconut fiber material can
be developed into new sustainable fashion innovations. The development of the textile
industry is supported by government appeals to the community, especially in natural dyes
as a substitute for textile dyes. This makes a variety of innovations, especially in terms of
processing techniques one of which is the marbling technique is not popular with the
public. Marbling technique becomes an alternative in processing techniques by applying it
to fashion products with the support of literature data, observation and interviews. The
above problems produce an exact formula that is mordan stimultan mix (tunjung and
baking soda) with different motives, canvas absorbency gives aesthetic and antique colors
so as to get a collection of clothing for couture by asymmetrical, simple, unique and casual
style .
I. PENDAHULUAN
3.600 produksi buah kelapa setiap sebanyak 6,37 ton per bulan dan
(Hermawan, 2019) selaku petani di bahan bakar memasak, dan alat rumah
mengungkapkan bahwa kelapa yang alternatif lain yaitu sebagai pewarna alam
dipakai oleh petani berfokus pada buah (Fitriyah, 2018). Pewarna alam material
kelapa untuk dijadikan santan. Sedangkan sabut kelapa memiliki potensi untuk
ISSN : 2355-9349 e-Proceeding of Art & Design : Vol.7, No.2 Agustus 2020 | Page 3569
diterapkan pada material tekstil, terbukti mendapat data yang akurat dan
dari beberapa desainer memakai teknik berdasarkan eksperimen pewarna alam
marbling pada karya-karyanya. sabut kelapa menggunakan teknik
marbling serta melakukan eksperimen
Dari fenomena diatas penulis melihat
sebanyak tiga kali, agar mengetahui
adanya potensi pewarna alam sabut
formula yang tepat untuk pengaplikasian
kelapa melalui teknik marbling dengan
pada produk busana.
bahan serta alat dalam pembuatan teknik
marbling yang sederhana dan ada pada Penulis berharap pada penelitian ini bisa
alat rumah tangga masyarakat yang dapat menemukan solusi dari fenomena diatas
dikembangkan lalu diaplikasikan pada bahwa pengolahan pewarna alam sabut
busana produk fashion. Dalam hal ini kelapa dengan teknik marbling juga
peneliti menggunakan metode membuat nilai estetika pada kain tersebut
eksperimental, dengan metode menjadi inovasi serta pemanfaatan yang
pengumpulan data berupa studi literatur dilakukan dapat mendukung program
dari buku dan jurnal, wawancara beberapa pemerintah akan pelestarian alam dengan
pihak yang terkait, observasi langsung menggunakan pewarna alam.
dilapangan guna melihat situasi agar
I.2 Identifikasi Masalah 2. Adanya peluang metode
pengaplikasian teknik marbling
Berdasarkan pemaparan latar belakang
dengan pewarna alam sabut kelapa.
yang telah diuraikan diatas terdapat
3. Terdapat peluang penerapan teknik
identifikasi masalah, yaitu :
marbling dengan pewarna alam sabut
1. Adanya potensi pemanfaatan sabut kelapa pada produk busana.
kelapa tua yang dihasilkan oleh petani
di wilayah Karangnunggal sebagai 1.3 Landasan Teori
pewarna alam. Serat sabut kelapa adalah serat (coir
sabut kelapa, dilihat dari bentuk dan pembuatan bahan pembuatan keset,
ukuran serat terlihat ada tiga macam / sebagai pengganti kayu untuk
sabut kelapa, yaitu kulit luar sabut oleh petani sebagai pupuk. Adapun
(yarn fiber), serat yang berada dekat upaya lain yang untuk menghasilkan
dan melekat pada tempurung kelapa inovasi lain dari sabut kelapa yaitu
(bristle fiber) dan serat yang berada sebagai pewarna alam pada batik.
sekitar mata tumbuh (mattrass fiber) tanin, yang merupakan zat pewarna
surface textile design. Dalam hal ini Membuat motif pada marbling tidak
textile design salah satunya adalah cat dan komposisi cat pada saat diatas
teknik marbling. Marbling adalah seni air, pada penelitian kali ini penulis
tertentu, menggunakan cat yang dan CMC sebagai pengganti air dan
saat ini sudah semakin pesat. Tidak sintetis, karena warna sintetis dapat
dan formula yang tepat. Penelitian ini jurnal maupun buku baik secara
berfokus pada hasil warna dari sabut online ataupun offline sebagai acuan
yang berasal dari serat alam yang a. Buku yang berjudul “Bertanam
sabut kelapa tua dipotong kecil dengan api sedang bersuhu 95oC
proses perebusan ekstraksi sabut pewarna dari sabut kelapa tua sekitar
kelapa tua. Adapun alat dan bahan 2,5 liter. Sebelum direbus sabut
berikut:
Alat:
a. Timbangan
b. Kompor gas
e. Gelas ukur
III.2 Proses Mordanting
f. Termometer
Proses mordanting dibagi menjadi
g. Sarung tangan
empat tahapan yaitu mordan awal,
h. Wadah / ember
mordan akhir, mordan stimultan mix,
i. Saringan kecil
dan mordan mix. Pada proses ini
Bahan:
mordan yang digunakan adalah
a. 5 liter air
garam pantai, tawas, kapur sirih,
b. 500 gram sabut kelapa
soda kue, cuka dan tunjung.
ISSN : 2355-9349 e-Proceeding of Art & Design : Vol.7, No.2 Agustus 2020 | Page 3577
nantinya.
tunjung, cuka, soda kue dan kapur kelapa pada permukaan tapioka
3. Siapkan kain yang telah direndam (kain harus kering dan bersih agar
oleh mordan selama 10, 20, 30, 40, pewarna alam dapat menyerap).
dan dijemur.
Gambar III. 4 Proses Pembersihan Tepung 12. Setelah diberi mordan dan dijemur
Tapioka Pada Kain
kembali, cuci kain hingga tepung
Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2019
tapioka hilang.
10. Untuk pola marbling memakai
13. Setrika dan rapikan sisi kain
mordan mix (awal,akhir), mordan
tersebut.
akhir, dan mordan stimultan mix,
Teknik marbling dilakukan menggunakan pewarna alami dari limbah sabut kelapa,
mordan, tahapan mordan serta beberapa kain yang berbeda. Adapun hasil dari
Tabel III. 3 Kain Katun Dan Katun Antik Dengan Mordan Mix (tunjung, tawas & garam
pantai)
3. 30
menit
ISSN : 2355-9349 e-Proceeding of Art & Design : Vol.7, No.2 Agustus 2020 | Page 3580
4. 40 5. 50
menit menit
Tabel III. 4 Kain Mori Dan Kain Canvas Dengan Mordan Stimultan Mix (tunjung, soda kue & tawas)
disimpulkan bahwa:
ISSN : 2355-9349 e-Proceeding of Art & Design : Vol.7, No.2 Agustus 2020 | Page 3581
warna yang dihasilkan abu tua dan lanjutan adalah yang menggunakan
3. Garam Pantai: Pada proses teknik dan soda kue, kain mori
garam pantai menghasilkan warna yaitu tunjung dan tawas, kain katun
menyerupai warna asli dari pewarna akhir / mix yaitu garam pantai dan
alam sabut kelapa yaitu coklat namun tawas, kain rami menggunakan
sedikit dan pola marbling juga lebih tunjung dan garam pantai.
terlihat.
1. 10
menit
2. 20 disimpulkan bahwa:
menit
Pada eksperimen ini berfokus pad
Tabel III. 6 Kain Katun Antik Mordan Mix, Mordan Stimultan Mix Dan 5 Kali Pencelupan
Kain (tawas, garam pantai)
marbling, selain itu ada inovasi baru perancangan busana demi couture
yaitu pencelupan kain sebanyak 5 kali potongan asimetris, simple, unik dan
busana akan lebih bervariasi agar alam . Adapun visualisasi dari hasil
1. Look 1
3. Look 3
4. Look 4
Unggulan.
https://www.kemenperin.go.id/a
rtikel/13395/Industri-Fesyen-
Ramah-Lingkungan-Jadi-
Unggulan