Anda di halaman 1dari 107

UNIVERSITAS AISYAH PRINGSEWU

IMPLEMENTASI RANGE OF MOTION PADA TN N DENGAN


DIAGNOSIS STROKE NON HEMORAGIK DI RUANG PENYAKIT
DALAM RUMAH SAKIT UMUM AZZAHRA KALIREJO
LAMPUNG TENGAH

KARYA TULIS ILMIAH PROFESI NERS

OLEH:
NAMA : RIYATI
NPM :200103034

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS AISYAH PRINGSEWU
TAHUN 2021

i
UNIVERSITAS AISYAH PRINGSEWU

IMPLEMENTASI RANGE OF MOTION PADA TN N DENGAN


DIAGNOSIS STROKE NON HEMORAGIK DI RUANG PENYAKIT
DALAM RUMAH SAKIT UMUM AZZAHRA KALIREJO
LAMPUNG TENGAH

KARYA TULIS ILMIAH PROFESI NERS

OLEH:
NAMA : RIYATI
NPM :200103034

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS AISYAH PRINGSEWU
TAHUN 202

ii
LEMBAR PERSETUJUAN
Judul KTI:
IMPLEMENTASI RANGE OF MOTION PADA TN N DENGAN
DIAGNOSIS STROKE NON HEMORAGIK DI RUANG PENYAKIT
DALAM RUMAH SAKIT UMUM AZZAHRA KALIREJO
LAMPUNG TENGAH

Nama : RIYATI
NPM : 200103034
Telah Disetujui dan Dipertahankan Dihadapan Tim Penguji Ujian Sidang KTI
Program Profesi Ners Fakultas Kesehatan Universitas Aisyah Pringsewu Tahun
Akademik 2021

Pringsewu, Juli 2021


Pembimbing

Ihwan Amirudin S.Kep.,Ners.,M.Kep.,


NIDN : 0228108701

Mengetahui
Ketua Program Profesi Ners
Universitas Aisyah Pringsewu

Feri Agustriani S.Kep.,Ners,.M.Kep.,


NIDN:0218028804

iii
LEMBAR PENGESAHAN

Judul KTI:
IMPLEMENTASI RANGE OF MOTION PADA TN N DENGAN
DIAGNOSIS STROKE NON HEMORAGIK DI RUANG PENYAKIT
DALAM RUMAH SAKIT UMUM AZZAHRA KALIREJO
LAMPUNG TENGAH

NAMA :RIYATI
NPM :200103034

Diterima oleh Tim Penguji pada Ujian Sidang KTI Di Program Ners Fakultas
Kesehatan Universitas Aisyah Pringsewu Lampung Tahun Akademik 2021

1. Penguji I
Hardono.,S.Kep.,Ners.,M.kep
NIND.0231037803
2. Penguji II
Ikhwan Amirudin., S. Kep.,Ners.,M.Kep
NIDN. 0228108701

Tanggal : Juli 2021

Mengetahui
Universitas Aisyah Pringsewu
Dekan Fakultas Kesehatan

Wiwi Febriani .,S.,Gz.,M.,Si.,


NIDN:0221029001

iv
HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR
UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIK

Sebagai sevitas akademik Universitas Aisyah Pringsewu, saya yang bertanda


tangan dibawah ini :

Nama : Riyati

NPM : 200103034

Peminatan : Keperawatan Medikal Bedah

Program Studi : Profesi Ners

Jenis Karya : Karya Tulis Ilmiah Profesi Ners

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada


Universitas Aisyah Pringsewu Lampung Hak Bebas Royalti Nonekslusif (Non-
Exclusive Royalty-Free Right) atas Karya Tulis Ilmiah Profesi Ners saya yang
berjudul :

IMPLEMENTASI RANGE OF MOTION PADA TN N DENGAN


DIAGNOSIS STROKE NON HEMORAGIK DI RUANG PENYAKIT
DALAM RUMAH SAKIT UMUM AZZAHRA KALIREJO
LAMPUNG TENGAH

Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti
Nonekslusif ini Universitas Aisyah Pringsewu berhak menyimpan,
mengalihmedia/formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data, merawat dan
memplubikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai
penulis/pencipta dan sebagai pemilik hak cipta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di : Pringsewu

Pada tanggal :

Yang Menyatakan,

v
(Riyati)

NPM.200103034

vi
LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS PENULIS

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:


Nama : Riyati
Npm : 200103034
Program Studi :Profesi Ners
Judul:Implemtasi Range Of Motion Pada Tn N Dengan Diagnosis Stroke
Non Hemoragik Di Ruang Penyakit Dalam Rumah Sakit Umum
Azzahra Kalirejo Lampung Tengah

Dengan ini menyatakan bahwa:


1. KTI yang saya buat tidak pernah atau belum pernah dibuat oleh orang lain dan
saya menjamin orisinalitas KTI yang saya buat.
2. Apabila dkemudian hari terbukti terdapat plagiat dalam karya tulis ilmiah
tersebut, kami bersedia menerima sanksi sesuai dengan ketentuan perundang-
undangan
Demikian surat pernyataan in kami buat sebenernya dan dapat di pertanggung
jawabkan.

Pringsewu, Juli 2021


Penulis

Riyati

vii
BIODATA

Nama : Riyati
NPM : 200103034
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Tempat, Tanggal lahir : Tengor,5 Mei 1997
Golongan Darah :B
Alamat : Tengor,Kecamatan Cukuh Balak Kabupaten
Tanggamus
No. HP : 081272429872
E-mail :riyatimulisa16@gmail.com.
Riwayat Pendidikan :
1. SD Negeri 1 Tengor dan berijazah tahun 2010
2. SMP Negeri 1 Cukuh Balak dan berijazah tahun 2013
3. Smk Patria Gadingrejo berijazah tahun 2016.
4. Pada tahun 2016 penulis terdaftar sebagai mahasiswi SI Keperawatan
Fakultas Kesehatan Universitas Aisyah Pringsewu
5. Pada tahun 2020 penulis terdaftar sebagai mahasiswi Profesi Ners Fakultas
Kesehatan Universitas Aisyah Pringsewu

viii
MOTTO
“Boleh jadi kamu membenci sesuatu padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi pula
kamu menyukai sesuatu padahal ia amat buruk bagimu, Allah mengetahui sedang kamu
tidak mengetahui."

“ (Al Baqarah:216)”

‘Jangan biarkan kesulitan membuatmu gelisah, karena bagaimanapun juga hanya


di malam yang paling gelaplah bintang-bintang tampak bersinar lebih terang."
“(Ali Bin Abi Thalib)”

“Janganlah kamu bersikap lemah dan janganlah pula kamu bersedih hati, padahal
kamulah orang orang yang paling tinggi derajatnya jika kamu beriman."
“(Ali Imron 139)”

“Tidak ada hal yang mudah untuk memperjuangkan kesuksesan tetapi selalu ada
jalan untuk orang yang mau memperjuangkan untuk sebuah keberhasilan”
“(Riyati)”

“Ayah adalah pangeran untuk kita dan Ibu adalah malaikat yang ada didunia
sayangilah mereka sampai kapanpun ”
“(Riyati)”

“Skenario Allah tidak ada yang tahu besok akan seperti apa tugas kita hari ini
hanya bisa bersyukur dengan apa yang ada ”
“(Riyati)”

vii
PERSEMBAHAN

Kupersembahkan skripsi ini Kepada :


1. Allah SWT yang telah memeberikan kemudahan dan kesehatan sehinnga
dapat menyelesaikan skripsi ini.
2. Kedua orang tuaku bapak Mulyono dan Ibu Marisah yang telah
memberikan segalanya untukku dari mulai membesarkan, mendidik,
mendukung serta membiayai dan mendoa’kan sehingga selesai
pendidikan.
3. Mbahku ibu Mutammimah yang telah memberikan ilmu arahan dan
dukungan.
4. Kakakku Mulyanah, Sumai Riyah, Mariyani, Sutri Mulya dan juga kakak
iparku Margianto, Sarji, Latip, Aditia Pranata yang mendukung dan
mendoakan ku serta menanti keberhasilanku.
5. Adiku tersayang Nurhayat yang selalu menanti keberhasilanku
6. Ponakanku tersayang Dina Astri Ananta, Pandi Cahya Pratama, Davit Via,
Ika Margareta, Nursilla, Muhammad Akbar Mardani, Nurmaya yang
selalu membuat aku semangat.

7. Semua Keluarga yang telah mendukung dan mendo’akan serta menanti


keberhasilanku.

8. Sahabat-sahabat ku Alma Suri,Tri Hainun Hasanah yang selalu ada


menemani saya

9. teman – teman se-angkatan perawat yang membantu dalam keberku


hasilan KTI ini.

10. Almamaterku yang tercinta

Pringsewu, Juli 2021

Penulis

Riyati

NPM;200103034

viii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan Rahmat, Hidayah, dan
Karunia-Nya, sehingga penyusunan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul: Implemtasi
Range Of Motion Pada Tn N Dengan Diagnosis Stroke Non Hemoragik Di
Ruang Penyakit Dalam Rumah Sakit Umum Azzahra Kalirejo Lampung
Tengahdapat saya selesaikan. Penyelesain karya tulis ilmiah ini juga berkat
dorongan dan bantuan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini perkenankan
penulis menghanturkan rasa terima kasih kepada bapak/ibu yang terhormat :
1. Bapak Isnaidi Guswantoro.,S.Kep., Selaku Pembina Yayasan Aisyah
Pringsewu Lampung
2. Bapak Wisnu Probo Wijoyanto.,S.Kep.,Ners.,MAN., Selaku Rektor
Universitas Aisyah Pringsewu Lampung
3. Ibu Wiwi Febriani S.Gz.,M.Si.,Selaku Dekan Fakultas Kesehatan
Universitas Aisyah Pringsewu Lampung
4. Ibu Feri Agustriani,S.Kep.,Ners.,M.Kep.,Selaku Ketua Program Profesi
Ners Universitas Aisyah Pringsewu Lampung
5. Bapak Ikhwan Amirudin, S. Kep., Ners.,M.Kep selaku pembimbing dalam
penyusunan karya tulis ini.
6. Dosen dosen pengampu Profesi Ners Fakultas Kesehatan Universitas
Aisyah Pringsewu Lampung
Semoga Allah SWT berkenan membalas kebaikan serta bantuan yang telah
diberikan dan semoga KTI ini dapat dijadikan pedoman untuk melakukan
penelitian.Penulis menyadari dalam penulisan KTI ini masih banyak kekurangan
untuk itu, penulis sangat mengaharapkan masukan serta saran yang membangun
guna perbaikan selanjutnya. Semoga Allah SWT senantiasa melindungi kita
semua. Aamiin.

Pringsewu, 2021
Penulis

Riyati
200103034

ix
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL...................................................................................i
HALAMAN JUDUL.......................................................................................ii
LEMBAR PERSETUJUAN..........................................................................iii
LEMBAR PENGESAHAN............................................................................iv
HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI................................................vi
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS…………………………...vii
BIODATA ....................................................................................................viii
MOTTO ....................................................................................................ix
PERSEMBAHAN...........................................................................................x
KATA PENGANTAR....................................................................................xi
DAFTAR ISI...................................................................................................xii
ABSTRAK ....................................................................................................xiii
ABSTRAC ....................................................................................................xiv

BAB 1PENDAHULUAN ...............................................................................1


A. Latar Belakang......................................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................4
C. Tujuan Penulisan...................................................................................4
D. Manfaat Penulisan.................................................................................5
E. Pengumpulan Data................................................................................5

BAB 11 TINJAUAN PUSTAKA...................................................................6


A. Kerangka Konsep Medis.......................................................................6
1. Pengertian Store Non Hemoragik....................................................6
2. Etiologi Stroke Non Hemoragik.....................................................7
3. Klasifikkasi Stroke Non Hemoragik...............................................8
4. Manifestasi Stroke Non Hemoragik................................................10
5. Patofiologi Stroke Non Hemoragik................................................10
6. Pathway Stroke Non Hemoragik....................................................12
7. Faktor Resiko Stroke Non Hemoragik............................................14
8. Pemeriksaan Diagnostik Stroke Non Hemoragik...........................14
9. Penatalaksanaan Stroke Non Hemoragik........................................15
10. Pencegahan Stroke Non Hemoragik...............................................15
B. Konsep Range Of Motion ....................................................................15
1. Pengertian ......................................................................................15
2. Tujuan ............................................................................................16
3. Indikasi…………………………………………………………. . .16
4. Prosedur Kerja................................................................................16
5. Persiapan Alat.................................................................................16
6. Persiapan Pasien.............................................................................16
7. Pelaksanaan Tindakan....................................................................16
8. Evaluasi Tindakan..........................................................................21
C. Konsep Dasar Keperawatan..................................................................22
D. Diagnosa Keperawatan.........................................................................24
E. Imlementasi Keperawatan.....................................................................28

x
F. Evaluasi.................................................................................................29
G. Jurnal.....................................................................................................29

BAB 111 LAPORAN KASUS........................................................................32


A. Pengkajian.............................................................................................32
1. Identitas Klien.................................................................................32
2. Keluhan Utama...............................................................................33
3. Alasan Masuk.................................................................................33
4. Riwayat Kesehatan Sekarang.........................................................33
5. Riwayat Kesehatan Sebelumnya.....................................................33
6. Riwayat Kesehatan Keluarga..........................................................34
7. Riwayat Psikososial........................................................................35
8. Riwayat Spiritual............................................................................36
B. Pemeriksaan Fisik.................................................................................36
C. Sistem Kardiovaskular..........................................................................37
D. Sistem Pencernaan................................................................................38
E. Sistem Indra..........................................................................................38
F. Sistem Saraf..........................................................................................39
G. Sistem Muskuloskeletal........................................................................41
H. Sistem Integumen..................................................................................42
I. Sistem Endokrin....................................................................................42
J. Sistem Perkemihan................................................................................43
K. Sistem Reproduksi................................................................................44
L. Sisstem Imun.........................................................................................44
9. Aktifitas Sehari-hari........................................................................45
10. Terapi Obat.....................................................................................48
11. Laboratorium..................................................................................50
12. Analisa Data....................................................................................51
13. Diagnosa Keperawatan...................................................................53
14. Rencana Keperawatan....................................................................54

BAB 1V HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Profil lahan Praktik...............................................................................68
B. Aanlisa Intervensi.................................................................................70

BAB V KESIMPULAN SARAN...................................................................85


A. Kesimpulam .........................................................................................85
B. Saran.....................................................................................................85

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

xi
Program Studi Profesi Ners

Universitas Aisyah Pringsewu

Karya Tulis Ilmiah Profesi Ners,Februari 2021

Riyati 1), Ikhwan Amirudin2)

Email :riyatimulisa16@gmail.com.

ABSTRAK

Stroke Non Hemoragik adalah suatu gangguan pada otak karena


terhentinya atau tersumbatnya aliran darah ke otak akibat dari iskemik, trombosis,
emboli dan penyempitan lumen.Pada umunya pasien stroke non hemoragik akan
mengalami gangguan sensoris dan motoris yang mengakibatkan gangguan
keseimbangan termasuk kelemahan otot, serta hilangnya koordinasi, hilangnya
kemampuan keseimbangan tubuh dan postur (hemiparesis)..Salah satu tindakan
intervensi dalam penanganan stroke yaitu dengan tindakan Range Of Motion.
Range Of Motion adalah melatih persendian atau pergerakan yang mengalami
masalah pada tubuh seseorang yang dibantu oleh seorang perawat dimana
seseorang harus merasa nyaman pada saat diberi asuhan keperawatan.
Tujuan dari asuhan keperawatan yang dilakukan agar pasien merasa lebih
nyaman dalam melakukan kegiatan atau tindakan apapun yang berhubungan
dengan kegiatan yang ingin dilakukan dan menambah untuk kesembuhan
seseorang.
Berdasarkan hasil pengkajian yang dilakukan rom sangat membantu
dalam pergerakan pasien. diharapkan untuk setiap perawat dapat melakukan
tindakan rom secara efektif dan lebih maksimal untuk kesembuhan pasien dalam
memberikan asuhan keperawatan yang professional .
Kata kunci:Stroke,Range Of Motion

xii
Nursing Professional Study Program

Aisyah Pringsewu University

Scientific Writing of Nurse Profession, February 2021

Riyati 1), Ikhwan Amirudin2)

Email : riyatimulisa16@gmail.com.

 
 
ABSTRACT
 

              Non Haemorrhagic stroke is s ne disturbances in the brain due to

interruption or blockage of blood flow to the brain as a result of ischemia,

thrombosis, embolism, and narrowing of the lumen . In general, non-hemorrhagic

stroke patients will experience sensory and motor disorders resulting balance

disorders including muscle weakness, loss of coordination, loss of body balance

and posture ( h emiparesis ) .. One of the interventions in stroke treatment that the

action Range Of Motion. Range Of Motion is training joints or movements that

have problems in a person's body assisted by a nurse where a person must feel

comfortable when given nursing care.

              The purpose of nursing care is so that patients feel more comfortable in

carrying out any activities or actions related to the activities they want to do and

add to someone's recovery.

Based on the results of the assessment conducted, the ROM is very

helpful in the movement of the patient. It is hoped that every nurse can perform

xii
ROM actions effectively and more optimally for patient recovery in providing

professional nursing care.

Keywords:Stroke,Range Of Motion

xiii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Stroke menjadi pembunuh utama di kalangan penduduk perkotaan.

Stroke merupakan gangguan atau penyakit fungsional otak berupa

kelumpuhan saraf akibat terhambatnya aliran darah ke otak.Stroke terjadi

karena sumbatan stroke terdapat 2 macam yaitu stroke hemoragik dan stroke

non hemoragik peningkatan penderita stroke identik dengan perubahan gaya

hidup dan pola makan atau lemak dan kolestrol sehinnga dapat mempengaruhi

peningkatan tekanan darah yang melanda diseluruh dunia. (Yasroki,2010,

dalam Elsi,2019)

Data World Health Organization (WHO), setiap tahun terdapat 15 juta

orang di seluruh dunia menderita stroke, 5 juta diantaranya meninggal, dan 5

juta orang tersisa cacat permanen.Stroke menjadi penyebab kedua kematian di

dunia pada kelompok umur 60 tahun ke atas dan menjadi penyebab kematian

kelima pada orang yang berusia 15 sampai 59 tahun. Saat ini stroke masih

menempati urutan ketiga penyebab kematian di negara berkembang setelah

penyakit jantung coroner dan kanker (WHO,2015 dalam Wahdaniyah, 2019)

Berdasarkan data di Indonesia diperkirakan setiap tahun terjadi

500.000 terkena serangan stroke, dan sekitar 25 % atau 125.000 orang

meninggal dan sisanya mengalami cacat ringan atau berat, prevelansi stroke di

Indonesia naik dari 7 % menjadi 10,9 %. (Wahdaniyah,2019). Didapatkan data

dari Dinas Kesehatan Provinsi Lampung tahun 2018 menyebutkan bahwa

1
stroke berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan sebanyak 42.851 orang (7,7

%) dan berdasarkan diagnosis atau gejala sebanyak 68.393 orang (12,3%).

Berdasarkan data dari rumah sakit umum Az-zahra Kalirejo Provinsi

Lampung Tengah dari bulan januari 2020 hingga april 2021 terdapat data

pasien stroke non hemoragik dengan jumlah 30 orang.

Stroke non hemoragik adalah gangguan dimana tubuh mengalami

kesulitan pada kekuatan otot,keseimbangan dan koordinasi gerak yang

menyebabkan sulit dalam melakukan aktifitas sehari-hari. Latihan gerak dapat

mempercepat penyembuhan pasien stroke karena dapat mempengaruhi

sensasi diotak (Irdawati,2018).Untuk meningkatkan kekuatan otot perlu

dilakukan latihan mobilisasi atau rehabilitasi,yang bertujuan untuk

memperbaiki fungsi neurologis dan mencegah terjadinya kontraktur atau

kekuatan otot dengan teknik range of motion (rom). (Mubarak dkk,2015

dalam Siswanto,2018)

Prevalensi stroke non hemoragik yang tinggi tersebut umumnya di

sebabkan dua faktor. Pertama adalah genetik atau berhubungan dengan fungsi

tubuh yang normal sehingga tidak dapat dimodifikasi berupa usia,

jeniskelamin, ras, riwayat stroke dalam keluarga dan serangan Transient

IschemicAttack atau stroke sebelumnya. Faktor kedua merupakan akibat dari

gaya hidup seseorang dan dapat dimodifikasi berupa hipertensi, diabetes

mellitus, merokok, hiperlipidemia dan intoksikasi alkohol (WHO, 2012).

Dukungan keluarga memegang peranan penting dalam menentukan proses

penyembuhan seseorang termasuk pada pasien stroke. Adanya dukungan

2
keluarga dapat membantu penderita menghadapi masalahnya. Tidak efektifnya

koping individu disertai kurangnya dukungan keluarga dapat memicu

timbulnya perasaan yang bersifat depresi (ringan, sedang, berat) yang dapat

berkembang menjadi gangguan konsep diri dukungan yang diberikan oleh

keluarga dapat terwujud melalui pemberian dukungan pada penderita stroke.

Secara psikologis, apabila dukungan dari keluarga penderita stroke mampu

mengoptimalkan aspek emosional, penghargaan, informasi, dan instrumental

berupa perhatian, nasehat, saran, pemberian pekerjaan dan sebagainya maka

dukungan keluarga tersebut akan mampu meningkatkan strategi koping pada

penderita stroke sehingga penderita merasa bahwa dirinya dibutuhkan,

diperhatikan dan merasa bahwa dirinya tidak berbeda dengan manusia yang

lain(Muhammad,2020)

Selain dukungan kelurga peran perawat sangat penting untuk kesembuhan

pasien selama perawatan dirumah sakit.Perawat merupakan fasilitator dalam

mewujudkan gerakan masyarakat hidup sehat sesuai dengan perannya.

Sebagai care giver yaitu memberikan asuhan keperawatan pada pasien stroke

dan sebagai educator dalam bentuk pendidikan kesehatan yang meliputi

kebutuhan nutrisi, perawatan pasca stroke, serta anjuran-anjuran pada keluarga

sebagai upaya membantupemenuhan kebutuhan sehari-hari dan pencegahan

agar tidak terjadi serangan stroke berulang (Praditiya, 2017).

Salah satu tindakan keperawatan untuk pasien stroke yaitu pasien

dibantu untuk bergerak atau tubuh klien digerak-gerakkan secara

sistematisyang biasa disebut rentang gerak atau range of motion (rom) dimana

3
rom adalah tindakan latihan otot atau persendian yang diberikan kepada pasien

yang mobilitasnya terbatas karena penyakit, disabilitas dan trauma baiksecara

aktif maupun pasif. Rom Pasif yaitu latihan rom yang dilakukanpasien

dengan bantuan perawat setiap melakukan gerakan latihan (Praditiya,

2017). Menurut Teori Ida Jean Orlando 2020, mengemukakan bahwa

seseorang menjadi pasien ketika ia tidak dapat memenuhi kebutuhannya

secara mandiri karena keterbatasan fisik,reaksi negative terhadap

lingkungan,atau memiliki pengalaman yang menghalangi mereka untuk

mengkomunikasikan kebutuhannya.

Berdasarkan uraian di atas, maka perlu diterapakan asuhan

keperawatan pada pasien stroke non hemoragik dengan intervensi range of

motion.Dari hal tersebut,penulis tertarik mengambil judul tentang

Impelementasi Range Of Motion Pada Tn N Dengan Diagnosa Stroke Non

Hemoragok Di ruang Penyakit Dalam Rumah Sakit Umum Az-zahra Kalirejo

Lampung Tengah Tahun 2021.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan permasalahan dalam latar belakang di atas maka rumusan

masalah dalam karya tulis ilmiah ini adalah “Bagaimana Penerapan Range

Of Motion Terhadap Penderita Stroke Non Hemoragik Pada Pasien Di

Ruang Penyakit Dalam Rumah Sakit Umum Az-zahra Kalirejo Lampun

Tengah Tahun 2021”

C. Tujuan Penulisan

4
1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui Penerapan Range Of Motion Terhadap Penderita

Stroke Non Hemoragik Pada Pasien Di Ruang Penyakit Dalam Rumah

Sakit Umum Az-Zahra Kalirejo Lampung Tengah Tahun 2021

2. Tujuan Khusus

a. Untuk melakukan pengkajian pada pasien dengan kasus stroke non

hemoragik

b. Untuk memaparkan hasil analisa data dengan kasus stroke non

hemoragik

c. Untuk merumuskan intervensi keperawatan pada kasus stroke non

hemoragik

d. Untuk memaparkan hasil imlementasi pada kasus stroke non

hemoragik

e. Untuk memaparkan hasil evaluasi pada kasus stroke non hemoragik

D. Manfaat Penulisan

1. Ilmu Keperawatan

Dapat digunakan sebagai masukan dalam rangka meningkatkan dan

mengembangkan ilmu keperawatan.

2. Pelayanan Keperawatan

Dapat meningkatkan mutu asuhan keperawatan pasien terutama untuk

mencapai derajat kesehatan masyarakat yang optimal.

3. Penulis

5
Memberikan manfaat melalui pengalaman nyata bagi peneliti, menambah

pengetahuan peneliti untuk mengaplikasikan ilmu yang diperoleh dari

pendidikan khususnya pada kasus stroke non hemoragik

4. Rumah Sakit

Memberikan masukan terkait bagaimana keadaan dan kejadian stroke non

hemoragik kebijakan pelatihan dan penanganan sebagai dasar perumusan

sop di rumah sakit.

E. Pengumpulan Data

Pengumpulan data yang digunakan adalah dengan melakukan asuhan

keperawatan dan study literature selama memberikan asuhan keperawatan

baik secara langsung serta memberikan pengetahuan dan informasi mengenai

penyakit stroke non hemoragik

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Kerangka Konsep Medis

1. Pengertian Stroke Non Hemoragik

Suatu gangguan pada otak karena terhentinya atau tersumbatnya aliran

darah ke otak akibat dari iskemik, trombosis, emboli dan penyempitan

lumen (Irfan,2010). Menurut Hopkins (2013), pada umunya pasien stroke

6
non hemoragik akan mengalami gangguan sensoris dan motoris yang

mengakibatkan gangguan keseimbangan termasuk kelemahan otot, serta

hilangnya koordinasi, hilangnya kemampuan keseimbangan tubuh dan

postur (hemiparesis). Keadaan hemiparesis merupakan salah satu faktor

yang menjadi penyebab hilangnya mekanisme reflex postural normal,

seperti mengontrol siku untuk bergerak, mengontrol gerak kepala untuk

keseimbangan,rotasitubuh untuk gerak fungsional pada ekstremitas.

(Miming&Anggun,2020.)

Stroke non hemoragik adalah tanda klinis disfungsi atau kerusakan

jaringan otak yang disebabkan kurangnya aliran darah ke otak sehingga

mengganggu kebutuhan darah dan oksigen di jaringan otak. Stroke non

hemoragik dapat disebabkan oleh trombosis dan emboli, sekitar 80-85%

menderita penyakit stroke non-hemoragik dan 20% sisanya adalah stroke

hemoragik yang dapat disebabkan pendarahan intraserebrum hipertensi

dan perdarahan subarachnoid.(Sulistiyawati,2020)

Stroke non hemoragik adalah gangguan peredaran darah di otak yang

menyebabkan terjadinya kematian jaringan otak sehingga mengakibatkan

seseorang menderita kelumpuhan. Stroke iskemik atau stroke non

hemoragik terjadi akibat obstruksi atau bekuan (thrombus) yang terbentuk

di dalam suatu pembuluh otak atau pembuluh organ distal.(Sari,2020)

2. Etiologi Stroke Non Hemoragik

7
Menurut Smeltzer (2008) peyebab stroke non hemoragik yaitu .

1.Trombosis (bekuan darah di dalam pembuluh darah otak atau leher)

Stroke terjadi saat trombus menutup pembuluh darah, menghentikan aliran

darah ke jaringan otak yang disediakan oleh pembuluh danmenyebabkan

kongesti dan radang. Trombosis ini terjadi pada pembuluh darah yang

mengalami oklusi sehingga menyebabkan iskemia jaringan otak yang

dapat menimbulkan oedema dan kongesti di sekitarnya. Trombosis

biasanya terjadi pada orang tua yang sedang tidur atau bangun tidur. Hal

ini dapat terjadi karena penurunan aktivitas simpatis dan penurunan

tekanan darah yang dapat menyebabkan iskemia serebral.

Embolisme Cerebral

Emboli serebral (bekuan darah atau material lain yang dibawa ke otak dari

bagian tubuh yang lain) merupakan penyumbatan pembuluh darah otak

oleh bekuan darah, lemak dan udara. Pada umumnya emboli berasal dari

thrombus di jantung yang terlepas dan menyumbat sistem arteri serebral.

Emboli tersebut berlangsung cepat dan gejala timbul kurang dari 10-30

detik.

3.Iskemia

Suplai darah ke jaringan tubuh berkurang karena penyempitan atau

penyumbatan pembuluh darah

3. Klasifikasi Stroke Non Hemoragik

Klasifikasi Stroke Non Haemoragik menurut Padila, (2012) adalah :

8
a. Transient Ischemic Attack (TIA) TIA adalah defisit neurologik

fokal akut yang timbul karena iskemia otak sepintas dan

menghilang lagi tanpa sisa dengan cepat dalam waktu tidak lebih

dari 24 jam.

b. Reversible Iscemic Neurological Deficit (RIND)

RIND adalah defisit neurologik fokal akut yang timbul karena

iskemia otak berlangsung lebih dari 24 jam dan menghilang tanpa

sisa dalam waktu 1-3 minggu

c. Stroke in Evolution (Progressing Stroke) Stroke in evolution adalah

defisit neurologik fokal akut karena gangguan peredaran darah otak

yang berlangsung progresif dan mencapai maksimal dalam

beberapa jam sampai beberapa hari.

d. Stroke in Resolution Stroke in resolution adalah defisit neurologik

fokal akut karena gangguan peredaran darah otak yang

memperlihatkan perbaikan dan mencapai maksimal dalam

beberapa jam sampai beberapa hari

e. Completed Stroke (infark serebri) Completed stroke adalah defisit

neurologi fokal akut karena oklusi atau gangguan peredaran darah

otak yang secara cepat menjadi stabil tanpa memburuk lagi.

Sedangkan secara patogenitas menurut Tarwoto dkk, (2007) stroke

iskemik (stroke non hemoragik) dapat dibagi menjadi :

9
1.Stroke trombotik, yaitu stroke iskemik yang disebabkan oleh

trombosis di arteri karotis interna secara langsung masuk ke arteri

serebri media. Permulaan gejala sering terjadi pada waktu

tidur,atau sedang istrirahat kemudian berkembang dengan

cepat,lambat laun atau secara bertahap sampai mencapai gejala

maksimal dalam beberapa jam, kadang-kadang dalam beberapa

hari (2-3 hari), kesadaran biasanya tidak terganggu dan ada

kecendrungan untuk membaik dalam beberapa hari,minggu atau

bulan.

2.Stroke embolik, yaitu stroke iskemik yang disebabkan oleh

karena emboli yang pada umunya berasal dari jantung. Permulaan

gejala terlihat sangat mendadak berkembang sangat cepat,

kesadaran biasanya tidak terganggu, kemungkinan juga disertai

emboli pada organ dan ada kecendrungan untuk membaik dalam

beberapa hari,minggu atau bulan.

4. Manifestasi Klinis Stroke Non Hemoragik

Manifestasi yang timbul dapat berbagai macam tergantung dari berat

ringannya lesi dan juga topiknya. Manifestasi klinis stroke non hemoragik

secara umum yaitu: (Masayu, 2014). Gangguan motorik gangguan

sensorik, gangguan kognitif, memori dan atensi .

5. Patofisiologi Stroke Non Hemoragik

10
Adanya stenosis arteri dapat menyebabkan terjadinya turbulensi aliran

darah. Energi yang diperlukan untuk menjalankan kegiatan neuronal

berasal dari metabolisme glukosa dan disimpan di otak dalam

bentuk glukosa atau glikogen untuk persediaan pemakaian selama 1

menit. Bila tidak ada aliran darah lebih dari 30 detik gambaran EEG akan

mendatar, bila lebih dari 2 menit aktifitas jaringan otak berhenti, bila lebih

dari 5 menit maka kerusakan jaringan otak dimulai, dan bila lebih dari 9

menit manusia dapat meninggal.Bila aliran darah jaringan otak berhenti

maka oksigen dan glukosa yang diperlukan untuk pembentukan ATP akan

menurun, akan terjadi penurunan Na+ K+ ATP-ase, sehingga membran

potensial akan menurun.13 K+ berpindah ke ruang ekstraselular,

sementara ion Nadan Ca berkumpul di dalam sel.Hal ini menyebabkan

permukaan sel menjadi lebih negatif sehingga terjadi membran

depolarisasi.Saat awal depolarisasi membran sel masih reversibel,tetapi

bila menetap terjadi perubahan struktural ruang menyebabkan kematian

jaringan otak.Keadaan ini terjadi segera apabila perfusi menurun dibawah

ambang batas kematian jaringan,yaitu bila aliran darah berkurang hingga

dibawah10 ml / 100 gram / menit. Pengurangan aliran darah yang

disebabkan oleh sumbatan akan menyebabkan iskemia disuatu daerah

otak. Terdapatnya kolateral di sekitarnya disertai mekanisme kompensasi

fokal berupa vasodilatasi

11
6. Pathway Stroke Non Hemoragik
Lemak Menjadi kapur
Peningkatan
sudah
lemak
Faktor nekrotik
pencetus
/etiologi

Oklusi vaskuler
Arteriosklorosis Pembuluh darah kaku

Aliran
Kompresi jrg
Thrombus dicerebral Stroke 12 darah
Proses Arteri otakArteri Gangguan
Resiko ketidakefektifan
hemoragik Cairan plasmaterhanbat
Penurunan metabolism Peningkatan TIK cereberi Eritrosit
vertebrata
StrokeArteri
nonsuplai
carotis
hilang
rasa
Edema
ferfusi jaringan perifer terganggu
darah&O2 Heriasi media bergumpal
nyaman
hemoragik
Disfungsi N Kerusakan Kerusakan Disfungsi
N11(optikus) N.1,N11,N,1V,N.X1 N.VII,N.IX N.X1
1

Penurunan
Perubahan
aliran darah Control otot Penurunan
ketajaman sensori
facial /oral fungsi
penglihatan
menjadi lemah motorik

Penurunan
Ketidakmampuan Ketidakma
kemampuan Kelemahan
melihat,mengeca mpuan
retina 13 pada anggota
Kebutuhan p bicara
Hambatan
Ketidakseimbangan nutrisi Kerusakan
Kerusakan gerak
Resiko jatuh Anoreksia mobilitas Hemiparase
Tirah
Luka
Penurunan
kurang dari kebutuhan
Gangguan fungsi
tubuh
Proses menelan integritas kulit
komunikasi
N.X,N.IX fisik baring
dekubitus
perubahan persepsi
tidak efektif verbal
(NANDA NIC-NOC 2015)

7. Faktor Resiko Stroke Non Hemoragik

a. Faktor yang tidak dapat dirubah

 Usia

 Jenis Kelamin

 Riwayat Keluarga

 Ras

b. Faktor yang dapat diubah

14
 Tekanan Darah

 Merokok

 Diabetes Mellitus

 Obesitas

c. Penyakit pada arteri carotid dan arteri lainnya

d. Kurangnya aktivitas fisik

e. Alkohol, kopi, dan penggunaan obat-obatan lainnya

f. Dislipidemia

g. Stress

h. Estrogen

8. Pemeriksaan Diagnostik Stroke Non Hemoragik

a. Angiografi Serebral

b. Lumbal Pungsi

c. CT Scan (Computerized Tomography Scanning)

d. MRI

e. USG Doppler

f. EEG

g. EKG

h. Pemeriksaan darah dan urine

9. Penatalaksanaan Stroke Non Hemoragik

a. Penatalaksanaan Medis

15
 Terapi trombolitik

 Terapi antikoagulan

 Terapi antitrombosit

 Terapi suportif

b. Penataksanaan Keperawatan

 Terapi non farmakologi

 Perubahan gaya hidup terapeutik

 Aktivitas fisik

10. Pencegahan Stroke Non Hemoragik

a. Pencegahan primer

b. Pencegahan sekunder

B. Konsep Range Of Motion (ROM)

1. Pengertian

Range of motion (rom) adalah tindakan/latihan otot atau

persendian yang diberikan kepada pasien yang mobilitas sendinya

terbatas karena penyakit,diabilitas, atau trauma (Bakara dkk,2016).

2. Tujuan

Untuk mengurangi kekakuan pada sendi dan kelemahan pada otot

yang dapat dilakukan aktif maupun pasif tergantung dengan keadaan

pasien

3. Indikasi

16
a. Pasien yang mengalami hambatan mobilitas fisik.

b. Pasien yang mengalami keterbatasan rentang gerak.

4. Prosedur kerja

5. Persiapan alat

1. Sarung tangan

2. Selimut

3. Minyak penghangat (bila perlu)

6. Persiapan Pasien

1 Lakukan tindakan dengan 5 S (senyum, sapa, salam, sopan,

santun)

2 Lakukan perkenalan diri identifikasi pasien

3 Jelaskan tujuan tindakan yang akan dilakukan

4 Jelaskan prosedur tindakan yang akan dilakukan

5 Buat informed consent

7. Pelaksanaan Tindakan

a) Letakkan alat-alat didekat pasien

b) Cuci tangan

c) Pakai sarung tangan

d) Mengatur posisi pasien

e) Melatih sendi secara bergantian

Gerakan ROM pada Leher, Spina dan Servikal

Gerakan Penjelasan Rentang


Fleksi Menggerakkan dagu 45o
menempel

17
ke dada
Mengembalikan kepala ke
Ekstensi 45o
posisi tegak
Menekuk kepala ke
Hiperekstensi belakang 40-45o
sejauh mungkin
Memiringkan kepala
sejauh
Fleksi lateral 40-45o
mungkin kearah setiap
bahu
Memutar kepala sejauh
Rotasi mungkin dalam gerakan
sirkuler

Gerakan ROM pada Bahu

Gerakan Penjelasan Rentang


Menaikkan lengan dari
posisi di
Fleksi samping tubuh ke depan 180o
ke
posisi di atas kepala
Mengembalikan lengan ke
Ekstensi 180o
posisi ke samping tubuh
Menggerakkan lengan ke
Hiperekstensi belakang tubuh, siku tetap 45-60o
lurus
Menaikkan lengan ke
posisi
samping di atas kepala
Abduksi 180o
dengan
telapak tangan jauh dari
kepala
Menurunkan lengan ke
samping
Adduksi dan menyilang tubuh 320o
sejauh
mungkin
Rotasi dalam Dengan siku fleksi, 90o
memutar
bahu dengan
menggerakkan
lengan sampai ibu jari
menghadap ke dalam dan
ke

18
belakang
Dengan siku fleksi,
menggerakkan lengan
sampai
Rotasi luar 90o
ibu jari ke atas dan
samping
kepala
Menggerakkan lengan
Sirkumduksi dengan
lingkaran penuh

Gerakan ROM pada Siku


Gerakan Penjelasan Rentang
Menggerakkan siku
sehingga
lengan bahu bergerak ke
Fleksi depan 150o
sendi bahu dan tangan
sejajar
bahu
Meluruskan siku dengan
Ekstensi 150o
menurunkan tangan

Gerakan ROM pada Lengan Bawah

Gerakan Penjelasan Rentang


Memutar lengan bawah dan
tangan sehingga telapak
Supinasi 70-90o
tangan
menghadap ke atas
Memutar lengan bawah
Pronasi sehingga telapak tangan 70-90o
menghadap ke bawah
Gerakan ROM pada Pergelangan tangan
Gerakan Penjelasan Rentang
Menggerakkan telapak
tangan
Fleksi 80-90o
ke sisi bagian dalam lengan
bawah
Menggerakkan jari-jari
tangan
Ekstensi sehingga jari-jari, tangan, 80-90o
lengan bawah berada dalam
arah yang sama

19
Membawa permukaan
tangan
Hiperekstensi 80-90o
dorsal ke belakang sejauh
mungkin
Menekuk pergelangan
Abduksi 30o
tangan

Gerakan ROM pada Jari-jari tangan

Gerakan Penjelasan Rentang


Fleksi Membuat genggaman 90o
Meluruskan jari-jari
Ekstensi 90o
tangan
Menggerakkan jari-jari
tangan
Hiperekstensi 30-60o
ke belakang sejauh
mungkin
Merenggangkan jari-jari
tangan
Abduksi 30o
yang satu dengan yang
lain
Merapatkan kembali jari-
Adduksi jari
tangan

Gerakan ROM pada Ibu jari

Gerakan Penjelasan Rentang


Menggerakkan ibu jari
menyilang permukaan
Fleksi 90o
telapak
tangan
Menggerakkan ibu jari
Ekstensi lurus 90o
menjauh dari tangan
Menjauhkan ibu jari ke
Abduksi 30o
samping
Menggerakkan ibu jari ke
Adduksi depan 30o
tangan
Oposisi Menyentuhkan ibu jari ke
setiap
jari-jari tangan pada
tangan

20
yang

Gerakan ROM pada Pinggul


Gerakan Penjelasan Rentang
Menggerakkan tungkai ke
Fleksi 90-120o
depan dan atas
Menggerakkan kembali
Ekstensi ke 90-120 o
samping tungkai yang lain
Menggerakkan tungkai ke
Hiperekstensi 30-50 o
belakang tubuh
Menggerakkan tungkai ke
Abduksi 30-50 o
samping menjauhi tubuh
Tungkai kembali ke posisi
Adduksi medial dan melebihi jika 30-50 o
mungkin
Memutar kaki dan tungkai
Rotasi dalam ke 90 o
arah tungkai lain
Memutar kaki dan tungkai
Rotasi luar 90 o
menjauhi tungkai lain
Menggerakkan tungkai
Sirkumduksi
melingkar

Gerakan ROM pada Lutut


Gerakan Penjelasan Rentang
Menggerakkan tumit ke
Fleksi arah 120-130 o
belakang paha
Mengembalikan tungkai
Ekstensi ke
lantai

Gerakan ROM pada Kaki

Gerakan Penjelasan Rentang


Memutar telapak kaki ke
Inversi 10 o
samping dalam
Memutar telapak kaki ke
Eversi 10 o
samping luar

Gerakan ROM pada Jari-jari kaki

21
Gerakan Penjelasan Rentang
Menekukkan jari-jari kaki
Fleksi ke 30-60 o
bawah
Ekstensi Meluruskan jari-jari kaki 30-60 o
Menggerakkan jari-jari
Abduksi kaki 15 o
satu dengan yang lain
Merapatkan kembali
Adduksi bersama
sama

f. Bereskan alat dan rapikan pasien

g. Lepas sarung tangan

h. Cuci tangan

8. Evaluasi

a) Dokumentasikan tindakan

b) Evaluasi hasil tindakan dan respon pasien

C. Konsep Dasar Keperawatan

1. Pengkajian kasus medis

2. Identitas klien.

3. Keluhan utama

4. Data riwayat kesehatan

a. Riwayat penyakit sekarang

b. Riwayat Penyakit Dahulu

22
c. Riwayat penyakit keluarga

d. Riwayat psikososial dan spiritual

5. Aktivitas sehari-hari

a. Nutrisi

b. Minum

d. Aktivitas dan latihan.

e. Tidur dan istirahat

6. Pemeriksaan Fisik

7. Pemeriksaan Nervus

a. Olfaktorusius (N.I): Untuk menguji saraf penciumaan

b. Optikus (N.II): ada enam pemeriksaan yang harus dilakukan yaitu

penglihatan sentral, kartu snellen, penglihatan perifer, refleks

pupil, fundus kopi dan tes warna

c. Okulomotoris (N.III): meliputi gerakan pupil dan gerakan bola

mata.

d. Troklearis (N.IV): meliputi gerakan mata ke bawah dan ke dalam.

e. Trigeminus (N.V): mempunyai tiga bagian sensori yang mengontrol

sensori pada wajah dan kornea serta bagian motorik mengontrol otot

mengunyah.

f. Abdusen (N.VI) : merupakan syaraf gabungan, tetapi sebagian besar

terdiri dari saraf motorik fungsinya untuk melakukan gerakan abduksi

mata.

23
g. Fasialis (N.VII) : pemeriksaan dilakukan saat pasien diam dan atas

perintah (tes kekuatan otot) saat pasien diam diperhatikan asimetri

wajah dan mengontrol ekspresi dan simetris wajah.

h. Vestibul kokhlearis (N.VIII) : pengujian dengan gesekan jari, detik

arloji dan audiogram dan mengontrol pendengaran dan keseimbangan.

i. Glasofaringeus (N.IX) : menyentuh dengan lembut, bagian belakang

faring pada setiap sisi dengan spacula refleks menelan dan muntah.

j. Vagus (N.X) : inspeksi dengan senter perhatikan apakah terdapat

gerakan uvula mempersarafi faring, laring dan langit lunak.

k. Aksesorius (N.XI) : pemeriksaan dengan cara meminta pasien

mengangkat bahunya dan kemudian rabalah massa otot dan menekan

ke bawah kemudian pasien disuruh memutar kepalanya dengan

melawan tahanan (tangan pemeriksa).

l. Hipoglosus (N.XII) : pemeriksaan dengan inspeksi dalam keadaan

diam didasar mulut, tentukan adanya artrofi dan fasikulasi.

D. Diagnosa keperawatan

Diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien dengan stroke non hemoragik

(SDKI,2016)

1. Ketidakefektifan perfusi jaringan serebral b.d aliran darah ke otak

terhambat

2. Hambatan komunikasi verbal b.d penurunan sirkulasi ke otak

24
3. Pola nafas tidak efektif b.d penurunan kesadaran

4. Hambatan mobilitas fisik b.d gangguan kelemahan fisik

5. Intervensi keperawatan yang muncul pada pasien stroke non

hemoragik (SDKI,2016)

No Diagnosa SLKI SIKI

Keperawatan

1. ketidakefektifan setelah dilakukan tindakan 1.pantau TTV tiap jam

perfusi jaringan keperawatan selama 3 x 24 2.kaji tingkat kesadaran

serebral b.d jam, diharapkan perfusi 3.tinggikan kepala tempat

aliran darah ke jaringan serebral optimal tidur 15-30 derajat

otak terhambat. dengan kriteria hasil : 4.kolaborasi pemberian obat

1.TTV dalam batas normal sesuai indikasi

2tidak ada tanda-tanda

peningktan intra kranial

3.tingkat kesadaran membaik

2 hambatan setelah dilakukan tindakan


111.anjurkan ekspresI diri

komunikasi keperawatan selama  3 x 24 dengan cara lain dalam

verbal b.d jam, diharapkan klien mampu menyampaikan informasi

penurunan untuk berkomunikasi verbal (bahasa isyarat)

sirkulasi ke otak membaik dengan kriteria hasil: 2.dorong pasien untuk

1.komunikasi,penerimaan berkomunikasi secara

interpreksi dan ekspresi pasien perlahan-lahan untuk

25
isan ,tulisan dan verbal mengulangi permintaan

meningkat 3.berdiri didepan pasien

2.komunikasi ekspresif ketika berbicara

(kesulitan berbicara) ekspresif 4.dengarkan dengan penuh

pesan verbal dan /non verbal perhatian

yang bermakna

3.mampu memanajemen

kemampuan fisik yang dimiliki

22

3 pola nafas tidak setelah dilakukan tindakan 1. buka jalan nafas, gunakan

efektif perawatan selama 3 x 24 jam, teknik chin lift atau jaw

berhubungan diharapkan pola nafas pasien thrust bila perlu

dengan efektif dengan kriteria hasil : 2. posisikan pasien untuk

penurunan 1. menujukkan jalan nafas memaksimalkan ventilasi

kesadaran paten ( tidak merasa 3. identifikasi pasien

tercekik, irama nafas perlunya pemasangan alat

normal, frekuensi nafas jalan nafas buatan

26
normal,tidak ada suara 4. pasang mayo bila perlu

nafas tambahan 5. lakukan fisioterapi dada

2. mendemonstrasikan batuk jika perlu

efektif dan suara nafas yang 6. keluarkan sekret dengan

bersih, tidak ada sianosis batuk atau suction

dan dyspneu (mampu 7. auskultasi suara nafas,

mengeluarkan sputum, catat adanya suara

mampu bernafas dengan tambahan

mudah, tidak ada pursed 8. lakukan suction pada

lips). mayo

3. menunjukkan jalan nafas 9. berikan bronkodilator bila

yang paten (klien tidak perlu

merasa tercekik, irama 10. berikan pelembab udara

nafas, frekuensi pernafasan 11. kassa basah NaCl lembab

dalam rentang normal, tidak 12. atur intake untuk cairan

ada suara nafas abnormal mengoptimalkan

4. tanda tanda vital dalam keseimbangan.

rentang normal (tekanan 13. monitor respirasi dan

darah, nadi, pernafasan status O2

oxygen therapy

1. bersihkan mulut, hidung

dan secret trakea

2. pertahankan jalan nafas

27
yang paten

3. atur peralatan oksigenasi

4. monitor aliran oksigen

5. pertahankan posisi pasien

6. onservasi adanya tanda

tanda hipoventilasi

7. monitor adanya

kecemasan pasien

terhadap oksigenasi

1.melakukan rom pasif

4. hambatan setelah dilakukan asuhan 2.mobilisasi pasien setiap 2

mobilitas fisik keperawatan selama 3 kali 24 jam sekali

b.d.kelemahan jam, maka diharapkan 3.mengajarkan keluarga cara

fisik gangguan mobilitas melakukan rom pasif pada

fisik dapat teratasi, pasien

dengan kriteria hasil : 4.kolaborasi dengan ahli

fisioterapi
1.pasien meningkat dalam

aktifitas fisik

2.mengerti tujuan dari

peningkatan mobilitas fisik

28
E. Implementasi Keperawatan

Implementasi keperawatan merupakan komponen dari proses

keperawatan yang merupakan kategori dari perilaku keperawatan dimana

tindakan yang diperlukan untuk mencapai tujuan dan hasil yang diperkirakan

dari asuhan keperawatan dilakukan dan diselesaikan (Potter & Perry, 2010).

Pengertian tersebut menekankan bahwa implementasi adalah melakukan atau

menyelesaikan suatu tindakan yang sudah direncanakan pada tahapan

sebelumnya. Implementasi keperawatan membutuhkan fleksibilitas dan

kreativitas perawat. Sebelum melakukan tindakan, perawat harus mengetahui

alasan mengapa tindakan tersebut dilakukan. Implementasi keperawatan

berlangsung dalam tiga tahap. Fase pertama merupakan fase persiapan yang

mencakup pengetahuan tentang validasi rencana, implementasi rencana,

persiapan pasien dan keluarga. Fase kedua merupakan puncak implementasi

keperawatan yang berorientasi pada tujuan. Fase ketiga merupakan transmisi

perawat dan pasien setelah implementasi keperawatan dilakukan.

F. Evaluasi

Evaluasi keperawatan merupakan tahapan terakhir dari proses

keperawatan untuk mengukur respons klien terhadap tindakan keperawatan

dan kemajuan klien ke arah pencapaian tujuan. Evaluasi keperawatan terdiri

29
dari dua tingkat yaitu evaluasi sumatif dan evaluasi formatif. Evaluasi sumatif

yaitu evaluasi respon (jangka panjang) terhadap tujuan, dengan kata lain,

bagaimana penilaian terhadap perkembangan kemajuan ke arah tujuan atau

hasil akhir yang diharapkan. Evaluasi formatif atau disebut juga dengan

evaluasi proses, yaitu evaluasi terhadap respon yang segera timbul setelah

intervensi keperawatan dilakukan. Format evaluasi yang digunakan adalah

SOAP. S: Subjective yaitu keluhan dari pasien, O: Objective yaitu data yang

diobservasi, A: Analisis yaitu kesimpulan dari objektif dan subjektif, P:

Planning yaitu rencana tindakan yang akan dilakukan berdasarkan analisis

(Potter & Perry, 2010)

G. Jurnal

1. .Berdasarkan hasil penelitan yang dilakukan oleh Anita Shinta Kusuma

dan Oktavia Sara Tahun 2020 yang berjudul” Penerapan Prosedur

Latihan Range Of Motion (ROM) Pasif Sedini Mungkin Pada Pasien

Stroke Non Hemoragik (SNH )”terkait rom dengan peningkatan

kekuatan otot pasien stroke dapat disimpulkan rom harus dilakukan sedini

mungkin dan secara terus menerus minimal pelaksanaan 4 minggu.

Latihan rom harus dilakukan sedini mungkin untuk mencegah terjadinya

komplikasi stroke (kontraktur), melancarkan sirkulasi peredaran darah,

dan meningkatkan kualitas hidup. Pemberian latihan rom dengan durasi

waktu 15-35 menit dilakukan 2x perhari di pagi dan sore. Latihan rom

yang dilakukan berkelanjutan terbukti dapat meningkatkan kekuatan otot,

meningkatkan ADL dan kekuatan otot, pasien terhindar dari depresi serta

30
dapat meningkatkan kualitas hidup pada pasien stroke. Saran dalam

melakukan intervensi keperawatan pada pasien stroke dapat dilakukan

secara menyeluruh meliputi bio, psiko, spiritual. Tindakan keperawatan

yang mencakup biologis dalam kasus stroke seperti melakukan latihan rom

, yang mencakup psikologis dengan teknik relaksasi berupa latihan

pernapasan atau mendengarkan musik, dan yang mencakup spiritual

dengan berdoa.Jadi untuk meningkatkan kekuatan otot secara optimal

dapat dilakukan dengan mengkombinasikan latihan yang dilakukan sedini

mungkin. Relaksasi dan berdoa dilakukan sebelum latihan rom dimulai

agar pasien merasa tenang.

2. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Elsi Rahmadani1, Handi

Rustandi Tahun 2019 yang berjudul “Peningkatan Kekuatan Otot Pasien

Stroke Non Hemoragik Dengan Hemiparase Melalui Latihan Range Of

Motion Pasif” didapatkan hasil menunjukan nilai rata-rata kekuatan otot

pada kelompok intervensi sebelum dilakukan latihan rom adalah sebesar

1.60, sedangkan rata-rata kekuatan otot sesudah diberi latihan rom pada

kelompok intervensi adalah sebesar 2,30, dan nilai p = 0,008 (< 0,05).

Nilai kekuatan otot kelompok kontrol sebelum sebesar 1,80 dengan standar

deviasi 0,63dan sesudah (post-test) sebesar 1,70 dengan

standar deviasi 0 ,67.Nilai p=0,5 (P>0,05) sehingga dapat disimpulkan

adanya perbedaan antara kekuatan otot pre-test dan post-test pada

kelompok intervensi sedangkan pada kelompok kontrol tidak ada

perbedaan antara nilai pre-test dan post-tes.

31
Stroke merupakan penyakit motor neuron yang dapat mengakibatkan

kehilangan control volunter terhadap gerakan motorik, salah satu masalah

yang berhungan dengan motorik adalah hemiparese.

3. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Susanti, Diffran Nobel Bistara

Tahun 2019 yang berjudul “Pengaruh Range Of Motion Terhadap

Kekuatan Otot Pada Pasien Stroke” didapatkan hasil pengaruh range of

motion terhadap kekuatan otot pada Pasien stroke responden sebagian

besar berada direntang usia 30-50 tahun, jenis kelamin laki-laki, memiliki

riwayat penyakit keluarga, dan lama menderita

stroke 1-5 tahun. Uji Wilcoxon menunjukan tingkat

signifikasi p value = 0,00 dengan α= 0,05 (p<α) pada

tangan kanan sedangkan pada tangan kiri

menunjukkan tingkat signifikan p value = 0.00

dengan α= 0,02 (p<α).

32
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN.N DENGAN DIAGNOSIS STROKE


NON HEMORAGIK DENGAN RANGE OF MOTION DIRUANG
PENYAKIT DALAM RUMAH SAKIT UMUM AZZAHRA KALIREJO
LAMPUNG TENGAH

A. PENGKAJIAN

1. Identitas Klien

Nama :Tn.N

Umur :61 Tahun

Jenis Kelamin :laki-laki

Pendidikan :SMA

Pekerjaan :Petani

Suku Bangsa :Jawa/Indonesia

Alamat :Sidorejo

RM No :047246

Informen :List dan Istri Pasien

Tanggal Masuk Rawat :22-02-2021

Tanggal Pengkajian :22-02-2021

2. Keluhan Utama

Lemas Anggota Gerak Tubuh

Diagnosis Medis: Stroke Non Hemoragik

32
3. Alasan Masuk

Pasien datang ke IGD dengan keluhan lemah semua anggota gerak tubuh

dan pasien tidak bisa bicara.Dilakukan pemeriksaan TTV(Td:180/90

mmHg,N:98x/m,RR,20x/m,S:36,8 C,SPO2:98x/m) lalu pada pukul 10.20

pasien dibawa keruang arafah untuk rawat inap.Istri pasien mengatakan

saat di rumah sakit mengeluh pusing.

4. Riwayat Kesehatan Sekarang

Saat diakukan pengkajian pada tanggal 22-02-2021 keadaan umum klien

lemah anggota gerak dan pasien tidak bisa bicara dan saat dilakukan

pemeriksaan TTV dengan hasil

(TD:180/90x/m,N:90x/m,RR:20x/m,S:36,8 c, SPO2:98%) dan terpasang

O2 3 lpm.

5. Riwayat Kesehatan Sebelumnya

a.pernah mengalami kesehatan dengan gejala yang sama?

Jelaskan:Istri klien mengatakan sebelumnya tidak pernah mengalami

gejala yang sama

b.riwayat pengobatan sebelumnya dan tingkat keberhasilannya?

Istri klien mengatakan sebelumnya hanya berobat jalan dan kedokter saja

tetapi tidak dirawat dan mengkonsumsi obat secara rutin dan kontrol

hasilnya ada perubahan sedikit.

33
6. Riwayat Kesehatan Keluarga

a.adakah anggota keluarga yang mengalami penyakit yang sama?

Istri klien mengatakan didalam keluarganya tidak ada yang menderita

penyakit yang sama seperti pasien

b.genogram

--------------------------------------------------------------------------

-------------------------------------------------------------------------

34
Keterangan :

: laki/ perempuan

: laki/ perempuan meninggal

: garis pernikahan

: garis keturunan

: pasien

: tinggal serumah

Pasien merupakan anak pertama dari Tn.A dan Ny.S Tn.N menikah

dengan Ny.U dan memiliki 4 orang anak, dan masih tinggal bersama anak

terakhirnya.

7. Riwayat Psikososial

1. Hubungan dengan keluarga

Klien mengatakan hubungan klien dengan keluarga baik

2. Hubungan dengan orang lain

Klien mengatakan hubungannya dengan orang lain baik

3. Hubungan dengan perawat Rumah sakit

Klien mengatakan hubungannya dengan perawat maupun petugas RS

sangat baik.

35
4. Hubungan dengan lingkungan

Klien mengatakan hubungannya dengan lingkungan sekitar rumah

sangat baik.

8. Riwayat Spiritual

Klien mengatakan sebelum sakit klien selalu melaksanakan

kewajiban beribadah, selama sakit klien hanya berbaring ditempat tidur

dan tidak melakukan kewajiban beribadah seperti biasa.

B. Pemeriksaan Fisik

a. Keadaan umum

lemah, klien tampak kurus

- expresi wajah : cemas dan gelisah

- gaya berjalan : tidak terkaji2

b. Tanda-tanda vital

TD : 110/80

N : 89x/menit

S : 36,5 °C

RR : 27x/menit

c. Sistem Pernapasan

- Hidung : Simetris, tidak ada benjolan , tidak ada polip, tidak

ada pernfaan cuping hidung.

36
- Leher : Tidak teradapat pembengkakan vena jigularis,

tidak ada lesi.

d. Dada

Bentuk dada :

- (normal, barreel, pigeon chest) Bentuk dada normal/ simetris

Gerakan dada :

- (kiri dan kanan, apakah ada retraksi) Gerakan dada simetris kanan dan

kiri , ada retraksi dinding dada

- Suara nafas :

(trakhea, bronchial, bronchoveskular) Suara nafas bronchovesikular

Apakah ada suara nafas tambahan :

- Terdengar suara nafas tambahan mengi

Apakah ada clubbing finger:

- Tidak ada clubbing finger

C. Sistem Kardiovaskuler

- Konjungtiva : Anemis

- Arteri karotis : Arteri karotis teraba

- Tekanan vena jugularis:Tampak tidak ada pembesaran vena jugularis

- Suara jantung : Suara jantung S1 S2 terdengar lup dup

- Capillary refilling time : CRT <3 detik

37
D. Sistem Pencernaan

- Sklera : Ikterik

- Bibir : Kering

- Mulut : Tidak ada stomatitis, ada reflek menelan

- Gaster : Kembung

- Abdomen :

Kuadran 1 : inspeksi asites, saat dipalpasi tidak ada nyeri tekan, saat

diperkusi suara pekak,

Kuadran 2 : inspeksi asites, saat dipalpasi tidak ada nyeri tekan, saat

diperkusi suara tympani.

Kuadran 3 : inspeksi asites, saat dipalpasi tidak ada nyeri tekan, saat

diperkusi suara tympani,

Kuadran 4 : inspeksi asites, auskultasi bising usus 10 x/mnit ,saat dipalpasi

tidak ada nyeri tekan, saat diperkusi suara tympani.

E. Sistem Indra

1. Mata :

- Kelopak mata, bulu mata, alis lipatan epikantus dengan ujung atas

telinga

simetris antara kanan dan kiri, reflek pupil un isokor, konjungtiva un

anemis

- Visus

Tidak ada gangguan penglihatan

38
- Lapang pandang

Tidak ada gangguan lapang pandang

2. Hidung:

- Penciuman, perih di hidung, trauma, mimisan

Tidak ada perih hidung, tidak ada trauma dan tidak mimisan

- Sekret yang menghalangi penciuman

Tidak ada secret yang mengahalangi penciuman

3. Telinga :

- Telinga simetris tidak ada gangguan pendengaran

- Kanal auditorius

Tidak ada lesi, bersih, dan tidak ada kemerahan

- Membran tympan

Normal tidak ada kelainan

- Fungsi pendengara

Fungsi pendengaran klien baik

F. Sistem Saraf

1. Fungsi cerebral

Kesadaran composmentis GCS 15 (E4 V5 M6)

2. Fungsi kranial (saraf kranial I-XII)

- Nervus 1 : Penciuman pasien normal

39
- Nervus 2 : Penglihatan normal, tidak ada gangguan

lapang pandang

- Nervus 3 : Refleks terhadap cahaya, adanya refleks pupil, pupil

isokor kanan dan kiri 2mm/2mm, kelopak dapat membuka dan

menutup

- Nervus 4 : Gerakan mata keatas dan kebawah normal

- Nervus 5 : Mata kanan dan kiri berkedip bila diberi rangsangan,

gerakan mengunyah normal

- Nervus 6 : Gerakan mata ke lateral normal

- Nervus 7 : Senyum simetris, pasien mengangkat alis kanan/kiri

dengan normal

- Nervus 8 : Pendengaran pasien normal

- Nervus 9 : Pasien menelan dengan baik, pasien dapat membedakan

rasa manis dan asam

- Nervus 10 : Pasien mengucap kata-kata dengan jelas

- Nervus 11 : Bahu kanan dapat diangkat dan digerakan, bahu kiri dapat

diangkat dan digerakan

- Nervus 12 : Tidak ada gangguan pada lidah

- Fungsi motorik:

Kekuatan otot : Extermitas atas ka/ki 3/3,Extermitas bawah ka/ki 3/3

- Fungsi cerebellum: klien dapat bergerak dan berjalan

- Refleks :

40
Reflek patela -/+

Reflek bisep -/+

Reflek trisep -/+

Reflek babinski -/+

G. Sistem Muskuloskeletal

1. Kepala

- Bentuk kepala simetris, tidak ada luka, tidak ada kelainan, tidak

ada massa

2. Vertebrate

- Bentuk : tidak terkaji

- Gerakan : tidak terkaji

3. Lutut

- Tanpa ada kelainan

4. Kaki

- Kaki simetris kanan dan kiri tidak ada kelainan tidak ada eodema

5. Bahu

- Simetris

6. Tangan

- Tangan sama panjang dan tidak eodema

41
H. Sistem Integumen

1. Rambut

- Distribusi ditiap bagian tubuh : distribusi rata, sudah beruban

- Texture : Kering

- Kebersihan : bersih

2. Kulit

- Perubahan warna : kulit pasien sawo matang, kilit kering dan

bersisik

- Temperature : hangat

- Kelembabam : kering

3. Kuku

- Warna : anemis

- Permukaan kuku : halus

- Mudah patah : tidak

- Kebersihan : bersih

I. Sistem Endokrin

1. Kelenjar tiroid

- Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid

2. Percepatan pertumbuhan

- Tidak ada percepatan pertumbuhan

3. Gejala kreatinisme atau gigantisme

- Tidak ada

42
4. Ekresi urine

- Urine output : 1000 cc

5. Suhu tubuh

- Klien tidak mengalami demam, suhu : 36,8˚C

- Klien mengatakan berkeringat dingin saat malam hari

6. Riwayat bekas air seni dikelilingi semut

- Klien mengatakan tidak ada riwayat bekas air seni dikelilingi

semut

J. Sistem perkemihan

1. Edema palpebra

- Tidak ada edema palpebra

2. Moon face

- Tidak ada moon face

3. Edema anasarka

- Tidak ada edema anasarka

4. Keadaan kandung kemih

- Normal

5. Penyakit hubungan seksual

- Pasien tidak memiliki masalah penyakit hubungan seksual

43
K. Sistem Reproduksi

1. Laki-laki

- Keadaan gland penis : Tidak dikaji

- Testis : Tidak dikaji

- Pertumbuhan rambut : Normal

- Pertumbuhan jakun : Normal

L. Sistem Imun

- Allergi : Klien mengatakan tidak ada allergi makanan atau obat

- Imunisasi : Klien mengatakan tidak tahu di imunisasi lengkap atau

tidak

- Penyakit yang berhubungan dengan perubahan cuaca

Klien mengatakan tidak ada penyakit yang berhubungan dengan

perubahan cuaca

9.Aktivitas Sehari-hari

a. Nutrisi

- Selera makan

Sebelum sakit : Keluarga mengatakan pasien selera makan baik

Selama sakit : Pasien mengatakan selama sakit tidak berselera

makan

- Menu makan dalam 24 jam

Sebelum sakit : menu bervariasi tiap harinya

Selama sakit : hanya makan makanan yang disediakan RS

44
- Frekuensi makan dalam 24 jam

Sebelum sakit : keluarga mengatakan pasien makan 3-4

kali/hari

Selama sakit : 3x dalam sehari tetapi hanya menhabiskan 1/2

porsi yang diberikan

- Pembatasan pola makan

Sebelum sakit : keluarga mengatakan pasien tidak

mengonsumsi makanan yang banyak mengandung manis

Cara makan

Sebelum sakit : Mandiri

Selama sakit : Dibantu

b. Cairan

1. Jenis minuman yang dikonsumsi dalam 24 jam

- Sebelum sakit : klien mengatakan pasien minum air putih

7-8 gelas

- Selama sakit : input cairan infus 40cc/ jam (40cc x

24 :960 cc )dan

2. Frekuensi minum

- Sebelum sakit : klien mengatakan sebelum sakit minum 7-

8 gelas/ hari (750-1000 cc/24 jam)

- Selama sakit : klien mengatakan minum hanya 2-3 gelas

sehari

45
c. Eliminasi

Sebelum sakit

BAB BAK

Tempat pembuangan Toilet Toilet

Frekuensi 1-2 kali/hari 4-6 kali/hari

Konsistensi Lembek Cair, kuning jernih

Kesulitan Tidak ada Tidak ada

Obat-obatan Tidak ada Tidak ada

Sesudah Sakit

BAB BAK

Tempat pembuangan Toilet Pispot

Frekuensi 500 cc/24 jam 850 cc /24 jam

Konsistensi Lembek Cair, kuning pekat

Kesulitan Tidak ada Tidak ada

Obat-obatan Tidak ada Tidak ada

d. Istirahat Tidur

1. Sebelum sakit

- Klien mengatakan pola tidur teratur malam 8 jam dan siang 1-2

jam

46
2. Sesudah sakit

- Klien mengatakan tidur hanya 4-5 jam dalam sehari karena

terganggu oleh keadaannya sakitnya sekarang.

e. Olahraga

- Klien mengatakan jarang melakukan aktivitas olahraga hanya

beraktivitas seperti bekerja

f. Rokok/alkohol/obat-obatan

- Klien mengatakan sebelum sakit merokok habis 5 batang perhari

- Klien mengatakan tidak mengkonsumsi alkohol

- Klien mengatakan tidak minum obat-obatan

g. Personal hygien

No Aktivitas Sebelum Sakit Sesudah Sakit

1 Mandi 3x sehari Hanya dilap-lap

2 Menggosok Gigi 2x sehari 1x sehari

h. Rekreasi

- Istri klien mengatakan jarang menghabiskan waktu bersama keluarga

47
10.Terapi Obat

Nama Obat Dosis Obat Indikasi Kontra Indikasi

Pantoprazole 1gr x12 jam Simtomatik GERD Hipersensitivitas

/gangguan refluks

non orisive

Ceftriaxon 1gr/12 jam Untuk mengatasi Hipersensitivitas

infeksi

Mecobalamin 2x1 Neoropati -

perifer,vertigo

Citicolin 2x1 Untuk -

mempercepat

rehabilitasi

ekstremitas atas

pada pasien

dengan hemiplagia

apopleksi

Ivfd RL 8 jam /kolf Sebagai pengganti Terjadi

cairan ekstrasel penggumpalan

yang hilang, darah pada pembulh

mengatasi darah vena

ketidakseimbangan (trombosis vena),

48
antara asam dan penderita gagal

basa (asidosis jantung kongestif,

metabolik), pasien yang

(asidosis metabolic mengalami kejang

ringan

Pct Flas 3X500mg Untuk mengobati -

rasa sakit ringan

hingga sedang

Bedov 1x1mg Gangguan -

kesadaran

Amplodipin 1x10 mg Terapi hipertensi -

Revolan 2x200 mg tab Untuk mengatasi Gangguan ginjal

gangguan sirkulasi berat

otak

Sporetik 2x200 mg Untuk mengatasi -

gangguan sirkulasi

otak

Antrovastatin 0-0-1mg Untuk -

menurunkan

kolestrol

49
candesartan 1x16 mg Untuk -

menurunkan darah

pada hipertensi

Pumpisel 1x1 Tukak duodenum, -

tukak lambung

11.Laboratorium

Nama Tindakan Nilai Normal Hasil Catatan

Darah Lengkap

Hemoglobin 12-18 gr/dl 16,4 Ok

Hematokrit 37-48 % 47,5 Ok

Trombosit 1500-4500 rb/dl 306 Ok

Leukosit 4-10 rb/ml 13,6

Hitung Jenis

Leokosit

N.Segmen
50-70 % 86 #

Limposit
20-40 % 8 #

Monosit

50
MCV 2-8 % 6 Ok

MCH 80-100 fl 81,4 Ok

MCHC 26-34 pg 28,1 Ok

Eritrosit 32-6 % 34,5 Ok

BIOKIMIA 4-5,5 jt/ml 5,84 #

Gula Darah

Sewaktu
80-120 mg/dl 222 #

Kreatinin
0,7-1,5 mg/dl 1,0 Ok

Ureum
20-40 mg/dl 32 Ok

12. .Analisa Data

No Data Fokus Etiologi Masalah

1. Ds: Istri pasien mengatakan Aliran Darah Ke Ketidakefektifan

suaminya mengeluh pusing Otak Terhambat. Perfusi Jaringa

Serebral
Do :Keadaan umum baik

51
-Terpasang 02 3 lpm

-TD:180/100 N:98,RR:20,S:36,8

2. Ds: Istri pasien mengatakan Kelemahan Fisik Hambatan

pasien mengalami kelemahan Mobilitas Fisik

anggota gerak sejak 2 hari yang

lalu

Do: -Kekuatan otot

3 3

3 3

-k/u lemah

-pasien terbaring lemah

-aktifitas klien dibantu oleh

keluarga (seperti kekamar

mandi)

52
3. Ds: Istri pasien mengatakan Penurunan Hambatan

pasien tidak bisa bicra Sirkulasi Ke otak Komunikasi

Verbal
Do: -Pasien tidak ada respon

saaat ditanya

13..Diagnosa Keperawatan

1. Ketidakefektifan Perfusi Jaringa Serebral B.D Aliran Darah Ke Otak

Terhambat

2. Hambatan Mobilitas Fisik B.D Kelemahan Fisik

3.Hambatan Komunikasi Verbal B.D Penurunan Sirkulasi Ke otak

53
14..Rencana Keperawatan

DX Kep SLKI SIKI

Ketidakefektifan Perfusi Setelah dilakukan .pantau TTV tiap jam

jaringan serebral b.d tindakan keperawatan 2.kaji tingkat kesadaran

aliran darah ke otak selama 3 x 24 jam, 3.tinggikan kepala

terhambat diharapkan perfusi tempat tidur 15-30

jaringan serebral optimal derajat

dengan kriteria hasil : 4.kolaborasi pemberian

1.TTV dalam batas obat sesuai indikasi

normal

2tidak ada tanda-tanda

peningktan intra kranial

3.tingkat kesadaran

membaik

Hambatan mobilitas Setelah dilakukan asuhan 1.melakukan ROM

fisik b.d.kelemahan fisik keperawatan selama 3 pasif

kali 24 jam, maka 2.mobilisasi pasien

diharapkan setiap 2 jam sekali

gangguan mobilitas 3.mengajarkan keluarga

fisik dapat teratasi, cara melakukan ROM

dengan kriteria hasil : pasif pada pasien

54
1.pasien meningkat 4. 4.kolaborasi dengan ahli

dalam aktifitas fisik fisioterapi

2.mengerti tujuan dari

peningkatan mobilitas
6
fisik

Hambatan komunikasi Setelah dilakukan


111.Anjurkan ekspresI diri

verbal b.d penurunan tindakan keperawatan dengan cara lain dalam

sirkulasi ke otak selama  3 x 24 jam, menyampaikan

diharapkan klien mampu informasi (bahasa

untuk berkomunikasi isyarat)

verbal membaik dengan 2.dorong pasien untuk

kriteria hasil: berkomunikasi secara

1.komunikasi,penerimaan perlahan-lahan untuk

interpreksi dan ekspresi mengulangi permintaan

pasien isan ,tulisan dan 3.berdiri didepan pasien

verbal meningkat ketika berbicara

2.komunikasi ekspresif 4.dengarkan dengan

(kesulitan berbicara) penuh perhatian

ekspresif pesan verbal

dan /non verbal yang

bermakna

55
3.mampu memanajemen

kemampuan fisik yang

dimiliki

Catatan Perkembangan 1

No/ Dx kep Wakt Implemetasi Evaluasi Paraf

Tgl u

1. Ketidakefektifan 09.00 1.memantau TTV S:istri pasien

Perfusi jaringan per jam mengatakan


22/02 09.15
serebral b.d 2.mengkaji tingkat suaminya
/21
09.20
aliran darah ke kesadaran masih

otak terhambat 09.25 Meninggikan mengeluh

kepala tempat tidur pusing

15-30 derajat
O:-posisi
4.berkolaborasi
passion semi
pemberian obat
fowler
srsuai indikasi
-k/u baik

56
-gcs 12

TD:180/100

mmHg ,N:98

x/m,S:36,8

c,RR:20x/m

A:masalah

perfusi

jaringan

teratasi

sebagian

P:-kolaborasi

pemberian

obat

-pantau

TTV/jam

-kaji tingkat

kesadaran

-posisikan

semi fowler

57
2. Hambatan 11.00 1.melakukan rom S:istri pasien

Mobilitas Fisik pasif mengatakan


22/02 11.15
B.D Kelemahan pasien
/21 2.memobilisasi
11.25
Fisik mengalami
pasien tiap 2 jam
11.30 anggota
sekali
gerak sejak 2
3.mengajarkan
hari lalu
keluarga cara
O: -kekuatan
melakukan rom
otot
pasif pada pasien

3 3
4.berkolaborasi

dengan ahli 4 4

fisioterapi
-k/u lemah

-pasien

terbaring

lemah

-aktifitas

klien dibantu

oleh keluarga

(seperti

kekamar

58
mandi)

A:masalah

mobilitas

fisik teratasi

sebagian

P:-mobilisasi

pasien tiap 2

jam

mengevaluasi

rom pasif

-ajarkan

keluarga rom

pasif

-kolaborasi

dengan ahli

terapi

3. Hambatan 13.00 1.mengajarkan S:istri pasien

Komunikasi ekspresi diri mengatakan


22/02 13.15
Verbal B.D dengan cara lain pasien masih
/21
Penurunan dalam

59
Sirkulasi Ke otak 13.20 menyampaikan tidak bicara

informasi (bahasa
13.30 O:-pasien
isyarat
masih tidak

2.mendorong ada respon

pasien untuk saat ditanya

berkomunikasi
A:masalah
secara perlahan dan
komunikasi
untuk mengulangi
verbal belum
permintaaan
teratasi

3.berdiri didepan
P:-dorong
pasien ketika
pasien untuk
berbicara
berkomunika

4.mendengarkan si secara

dengan penuh perlahan

perhatian
-berdiri di

depan pasien

ketika

berbicara

-anjurkan

ekspresi diri

dengan

60
bahasa

isyarat

mendengarka

n dengan

penuh

perhatian

61
Catatan Perkembangan 2

No/tgl Dx Kep Waktu Implementasi Evaluasi Paraf

1 Perfusi 09.00 1.memantau ttv S:istri klien

jaringan per jam mengatakn


23/02/21 09.15
serebral b.d suaminya sudah
2.mengkaji
09.25
aliran darah tidak pusing lagi
tingkat kesadaran
ke otak
O:TD:160/90,S:36
3.berkolaborasi
terhambat
C,RR:20x/m,
pemberian obat

-k/u baik

-gcs 15

-terapi amlodipin

1x10 mg

A:masalah perfusi

jaringan serebral

teratasi

P:berkolaborasi

pembereian obat

2 Hambatan 10.15 1.mobilisasi S:istri pasien

Mobilitas pasien setiap 2 mengatakan


23/02/21 10.25
Fisik B.D pasien sudah bisa

62
Kelemahan 10.30 jam sekali menggerakan

Fisik sebagian anggota


2.berkolaborasi
gerak tubuhnya
dengan ahli

fisioterapi O: pasien terlihat

sudah mulai aktif

bergerak

P:berkolaborasi

dengan ahli

fisioterapi

3 Hambatan 10.15 1.mengajarkan S:istri klien

Komunikasi ekspresi diri mengatakan sudah


23/02/21 10.25
Verbal B.D dengan cara lain mulai aktifi
10.30
Penurunan dalam berbicara

Sirkulasi menyampaikan walaupun secara

Ke otak informasi perlahan

(bahasa isyarat

2.mendorong
O:terlihat lebih
pasien untuk
rileks
berkomunikasi
A:masalah perfusi
secara perlahan
jaringan serebral

63
dan untuk teratasi

mengulangi
P:-mendorong
permintaaan
pasien untuk

3.berdiri didepan berkomunikasi

pasien ketika secara perlahan

berbicara dan untuk

mengulangi

permintaaan

Catatan Perkembangan 3

No/tgl Dx Kep Waktu Implementasi Evaluasi Paraf

64
1 Perfusi 09.15 1.memantau S:istri klien

jaringan TTV per jam mengatakan


24/02/21 09.25
serebral b.d suaminya sudah
2.mengkaji
aliran darah tidak pusing lagi
tingkat
ke otak dengan
kesadaran
terhambat TD:130/80,gcs:15

O:k/u baik

-terlihat lebih

rileks

A:masalah

perfusi jaringan

serebral teratasi

P:hentikan

intervensi

-penkes untuk

persiapan pasien

pulang

2 Hambatan 10.15 1.mobilisasi S:istri pasien

Mobilitas pasien setiap 2 mengatakan

Fisik B.D sudah biasa

65
24/02/21 Kelemahan 10.30 jam sekali mengerakan

Fisik semua anggota


2.berkolaborasi
tubuhnya
dengan ahli

fisioterapi -kekuatan otot

4 5

4 5

A:masalah

mobilitas fisik

teratasi

P:hentikan

intervensi

-dorong pasien

dan keluarga

untuk melakukan

ROM aktif saat

dirumah

-penkes untuk

persiapan pasien

pulang

3 Hambatan 11.25 1.mendorong S: istri pasien

66
24/02/21 Komunikasi 11.30 pasien untuk mengatakan

Verbal B.D berkomunikasi pasien mulai

Penurunan secara perlahan berbicara

Sirkulasi menggunakan
2.berdiri di
Ke otak kata kata singkat
depan pasien

ketika berbicara O: pasien masih

belum berespon

cepat saat ditanya

A:komunikasi

verbal teratasi

P:hentikan

intervensi

-penkes untuk

persiapan pasien

pulang

BAB IV

67
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Profil Lahan Praktik

1. Visi Dan Misi Rumah Sakit

a. Visi

- Menjadi rumah sakit bernuansa lslami yang dipercaya masyarakat

b. Misi

- Memberikan pelayanan yang bermutu,profesional& ramah

- Mewujudkan citra islami pada semua karyawan baik tindakan

maupun penampilan

- Mengembangkan jiwa melayani secara amanah dan tanggung

jawab pada setiap karyawan

2. Gambaran Ruangan Praktik

Rumah Sakit Umum Az-Zahra merupakan rumah sakit umum dengan

pelayanan kesehatan mulai dari yang bersifat umum sampai dengan yang

bersifat spesialistik, yang dilengkapi dengan pelayanan penunjang medis

24 jam. Rumah Sakit Umum Az-Zahra berlokasi di JL. Kartini No. 109

Desa Kalirejo Kec. Kalirejo, 34174, Lampung Tengah, Indonesia. Telp

(0279) 370089, (hunting) dengan alamat e-mail care@rsazzahra.co.if

Rumah Sakit Umum Az-Zahra diresmikan pada tanggal 11 Mei 2014,

dengan status berada dibawah kepemilikan PT. Tirtablater Kesuma

Sejahtera. Rumah Sakit Umum Az-Zahra merupakan rumah sakit tipe

madya yang setara dengan rumah sakit pemerintah tipe C. Pada saat ini

68
Rumah Sakit Umum Az-Zahra dipimpin oleh dr. Meifiyane Angmawaty

Fadillah, MMRS selaku direktur.

Pada tahun 2009 Rumah Sakit Umum Az-Zahra Kalirejo sudah

terakreditasi 5 pelayanan dasar untuk Pelayanan Administrasi, Pelayanan

Rekam Medik, Pelayanan Instalasi Gawat Darurat, Pelayanan Medik dan

Pelayanan Keperawatan Rumah Sakit Umum Az-Zahra Kalirejo

memberikan beragam jenis pelayanan medis antara lain klinik umum,

klinik gigi dan mulut, dan klinik spesialis, Instalasi Gawat Darurat, serta

rawat inap yang terdiri dari kelas I, II, III, VIP yang dilengkapi pelayanan

laboratorium, radiologi, farmasi, fisioterapi.

Kapasitas tempat tidur pasien yang disediakan di Rumah Sakit Umum

Az-Zahra Kalirejo sebanyak 103 tempat tidur. Kebijakan umum rumah

sakit adalah setiap pasien yang datang dilayani kebutuhannya secara tuntas

dengan menyediakan keperluan perawatan dan pengobatan pasien, baik

obat maupun alat yang diperlukan, tanpa memberi resep yang harus dibeli

oleh pasien, tanpa uang muka. Semua baru dibayar oleh pasien setelah

pasien siap pulang. Kebijakan ini merupakan kebijakan yang telah ada

sejak Rumah Sakit Umum Az-Zahra Kalirejo berdiri dan merupakan nilai

dasar bagi Rumah Sakit Umum Az-Zahra.

3. Pelyanan Dan Penanganan Di Tempat Praktek

a. Pelayanan Igd

b. Rawat Inap

c. Rawat Jalan

69
d. Poli Klinik Skincare

e. Persalinan

f. Perinatologi

g. 7.Ruang Operasi

h. 8.Ruang Hcu

i. 9.Laboratorium

j. 10.Radiologi

k. 11.Apotik/Farmasi

l. 12.Ambulance

B. Analisis Intervensi

1. Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Serebral Berhubungan Dengan Aliran

Darah Ke Otak Terhambat

Berdasarkan hasil evaluasi yang dilakukan pada Tn.M tanggal 22-24

februari 2021 dengan diagnosa ketidakefektifan perfusi jaringan serebral

didapatkan data subjektif pada tanggal 22 februari yaitu istri klien mengatakan

suaminya mengeluh pusing dan lemas dengan TD: 180/100 mmHg,N:98x/m,

RR:20x/m, S:36 C. Hasil evaluasi Tn. N pada tanggal 23 februari 2021

didapatkan data subjektif istri klien mengatakan suaminya istri klien mengatakan

suaminya sudah tidak pusing lagi TD:160/90x/m,k/u baik, gcs:12 mendapatkan

terapi amlodipin 1x10 mg. Hasil evaluasi Tn.N pada tanggal 24 februari 2021

didapatkan data subjektif istri klien mengatakan suaminya sudah tidak pusing

lagi dengan TD:130/80,k/u baik, gcs :15

70
Berdasarkan hasil intervensi Tn.N diatas dengan dignosa keperawatan

ketidakefektifan perfusi jaringan serebral ini sejalan dengan jurnal yang diteliti

oleh Siswanto dkk tahun 2013 yang berjudul “Tindakan Keperawatan Melatih

Tehnik Range OF Motion Pasif Untuk Menurunkan Hambatan Mobilitas Fisik

Pada Nyonya S Dengan Stroke Non Hemoragik “ yang menunjukan bahwa

ada hubungan Risiko perfusi serebral tidak efektif yang sama dengan teori

dan ditemukan pada klien yang pertama adalah resiko perfusi serebral

tidak efektif b.d aliran darah ke otak terhambat.. Resiko perfusi serebral

tidak efektif adalah berisiko mengalami penurunan sirkulasi darah ke otak.

Faktor risiko yang biasa ditemukan adalah faktor embolisme dan faktor

hipertensi (PPNI, 2017)

Berdasarkan pembahasan diatas peneliti berasumsi bahwa dari

hasil evaluasi diatas ada beberapa upaya yang penting untuk

mengendalikan pasien dengan stroke salah satunya adalah dengan

membantu klien melakukan pengecekan tensi darah secara rutin hal ini ini

tentunya didukung oleh pengetahuan yang dimiliki klien tentang cara

mengetahui gejala stroke. Ditandai tekanan darah yang tinggi dengan hasil

pemeriksaan TD: 180/100 mmHg, N:98x/menit, S: 36,8°C, RR:

22x/menit. Perumusan diagnosa keperawatan, penulisan diagnosa faktor

risiko sudah sesuai dengan penegakan diagnosa risiko pada SDKI.

71
a. Pantau Tanda-Tanda Vital Tiap Jam

Hal pertama yang harus dilakukan untuk menangani

ketidakefektifan perfusi jaringan serebral adalah dengan pantau ttv untuk

menegetahui kenaikan tekana darah pasien sehingga dapat memberikan

intervensi keperawatan selanjutnya dengan benar.

Tanda –tanda vital adalah pemeriksaan yang dilakukan untuk

mengetahui seseorang melalui apa yang dilakukan seperti tekanan darah

atau keasadaran seseorang yang diperlukan untuk perawatan dengan

melakukan teknik pengkajian(Winarsih,2010)

Berdasarkan pembahasan diatas peneliti berasumsi sebelum

tindakan keperawatan lainnya hal yang perlu dilakukan adalah mengetahui

kenaikan tensi darah dengan cara pemeriksaan tanda-tanda vital agar tahu

tentang ciri stroke terjadi dan mengetahui penyebab stroke yang dialami

saat itu pula dan menegetahui penanganan stroke meningkat ada banyak

intervensi yang sesuai yang dilakukan.

b. Kaji Tingkat Kesadaran

Intervensi keperawatan kedua pada diagnosa ketidakefektifan

ferfusi jaringan serebral adalah dengan kaji tingkat kesadaran yang

bertujuan untuk mengetahui kesadaran pasien sehingga dapat terpantau

kestabilan pasien dan supaya perawat dapat mengetahui apakah pasien

mengalami penurunan kesadaran secara signifikan dan dapat dapat

72
melakukan tindakan pertama saat pasien mengalami penurunan kesadaran

secara tiba-tiba.

Berdasarkan pembahasan yang tertera diatas penulis berasumsi

bahwa mengkaji tingkat kesadaran merupakan satu intervensi keperawatan

yang harus dilakukan, dengan mengkaji kesadaran dapat mengetahui

keadaan pasien dan mengetahui langkah pertama yang akan dilaksankan

dan tidak menimbulkan resiko gangguan kesehatan lain yang mungkin

terjadi.

c. Meninggikan Kepala Tempat Tidur 15-30 Derajat

Intervensi keperawatan ketiga pada diagnosa ketidakefektifan

perfusi jaringan serebral adalah tinggikan kepala 30 derajat untuk

meningkatkan saturasi oksigen sehingga pasien merasa lebih nyaman dan

lebih aman untuk pasien yang mengalami stroke agar kestabilan terus

membaik

Intervensi diatas sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan

oleh ‘Filya Kharti Gempitasari, Feni Betriana tahun 2019 “ Implementasi

Evidence Based Nursing pada Pasien dengan Stroke Non-Hemoragik:

Studi Kasus” pengaturan posisi kepala di tempat tidur dengan head up 30

derajat untuk meningkatkan saturasi oksigen. Untuk implementasi ini

dilakukan selama 3 hari rawatan saat pasien berada di ruangan HCU

karena ruangan HCU difasilitasi monitor dan pulse oksimetri sehingga

bisa dipantau untuk dilihat perubahannya. Hasil memperlihatkan bahwa

73
saturasi oksigen mengalami peningkatan 2% pada hari kedua dan 1% pada

hari ketiga. Posisi mempengaruhi aliran udara di otak (Anderson et al.,

2017). Pasien stroke yang mengalami penurunan kesadaran juga akan

mengalami penurunan mobilisasi. Posisi pasien yang imobilitas di tempat

tidur dapat mempengaruhi fungsi respirasi (Martinez et al., 2015). Hal ini

menstimulasi banyak penelitian untuk menentukan posisi yang dapat

mempertahankan fungsi respirasi dengan baik. Penelitian sebelumnya

menunjukkan bahwa posisi head up 30 derajat memberikan akses yang

lebih baik Gempitasari et. all | Implementasi Evidence Based Nursing pada

Pasien dengan Stroke Non Hemoragik: Studi Kasus (601-607) LLDIKTI

Wilayah X 606 terhadap saturasi oksigen (Hsu et al., 2014). Selain itu,

studi kasus sebelumnya oleh Hasan (2018) yang melakukan pengaturan

posisi elevasi kepala 30 derajat pada pasien stroke hemoragik

menunjukkan peningkatan saturasi oksigen sebesar 2 % dari 96% menjadi

98%. Penelitian lain dilakukan oleh Martinez et al. (2015) tentang efek

dari pemberian posisi elevasi kepala pada derajat yang berbeda terhadap

35 orang pasien ICU di Salvador, Brazil. Hasil penelitian mereka

menunjukkan bahwa posisi 30 derajat memberikan efek yang terbaik

terhadap kompliansi dinamik dibandingkan dengan posisi elevasi kepala

dengan derajat yang lain. Derajat posisi kepala mempengaruhi respirasi

mekanik yang dapat diobservasi melalui saturasi oksigen. Rekomendasi

dari studi terbaru menunjukkan bahwa pasien dengan ventilasi mekanik

74
sebaiknya diposisikan dengan elevasi kepala antara 30- 45 untuk

mencegah resiko pneumonia (Martinez et al., 2015)

Berdasarkan pembahasan diatas penulis berasumsi bahwa posisi

kepala 30 derajat merupakan intervensi yang harus dilakukan .Dengan

meninggikan kepala 30 derajat dapat membantu peningkatan oksigen dan

memberikan peningkatan kesehatan.

d. Kolaborasi Pemberian Obat

Tujuan dari kolaborasi pemeberian obat adalah agar klien dapat

mengontrol stroke dengan terapi obat yang tepat sesuai dosis dan

kegunaanya.

Intervensi diatas memiliki kesamaan dengan penelitian yang

dilakukan oleh Dian Handayani,Dwi Dominica tahun 2018 yang berjudul

“Gambaran Drug Related Problems (DRP’s) pada Penatalaksanaan

Pasien Stroke Hemoragik dan Stroke Non Hemoragik di RSUD Dr M

Yunus Bengkulu” Berdasarkan hasil analisis menunjukkan bahwa faktor

usia tidak berhubungan dengan kejadian DRP, yang ditunjukkan dengan

nilai p = 0,377. Kategori usia geriatri tidak menunjukkan adanya

peningkatan risiko kejadian DRP dibandingkan dengan pasien non geriatri.

Faktor risiko selanjutnya adalah jumlah obat yang diterima pasien. Hasil

menunjukkan jumlah obat yang diterima pasien tidak berhubungan dengan

kejadian DRP ditunjukkan dengan nilai signifikansi 0,472. Pasien yang

menerima obat lebih dari 3 macam tidak menunjukkan adanya peningkatan

75
risiko kejadian DRP dibandingkan dengan pasien yang menerima obat

kurang dari 3 macam.

Berdasarkan keterkaitan rasional dan jurnal penggunaan obat yang

rasional mengharuskan pasien menerima pengobatan sesuai dengan

kebutuhan klinis, dalam dosis yang diperlukan tiap individu dalam kurun

waktu tertentu dengan biaya yang paling rendah (WHO, 2012)

Berdasarkan hasil pembahasan rasional intervensi jurnal dan teori

diatas maka penulis berasumsi bahwa pemberian terapi pada pasien

selain terapi non farmakologi perlu diberikan terapi farmakologi hal ini

agar lebih maksimal dalam penanganan

2. Hambatan Mobilitas Fisik Berhubungan Dengan Kelemahn Fisik

Berdasarkan hasil evaluasi yang dilakukan pada Tn.N pada

tanggal 22-24 februari 2021 dengan diagnosa keperawatan hambatan

mobilitas fisik didapatkan data subjektif pada tanggal 22 februari 2021

istri pasien mengatakan pasien mengalami kelemahan anggota gerak sejak 2 hari

lalu ,kekuatan otot 33 dan 44,k/u lemah,pasien terbaring lemah,aktifitas klien

dibantu oleh keluarga (seperti kekamar mandi). Hasil evaluasi pada Tn.N pada

tanggal 23 februari 2021 didapatkan data subjektif istri pasien mengatakan

pasien sudah bisa menggerakan sebagian anggota gerak tubuhnya, pasien

terlihat sudah mulai aktif bergerak. Hasil evaluasi pada Tn.N pada tanggal 24

februari 2021 didapatkan data subjektif istri klien mengatakan sudah bisa

bergerak semua anggota tubuhnya kekuatan otot 44 dan 55.

76
Hasil intervensi pada diagnosa diatas sejalan dengan penelitian

yang dilakukan Elisabeth Erni D, Diana Tri Lestari, Rahayu Astuti tahun

2017 yang berjudul, Pengaruh Modifikasi Costrain Inducet Movement

Therapy Dan ROM Terhadap Kemampuan Motorik Pada Pasien

Stroke Non Hemoragik Di Rumah Sakit Panti Wilasa Citarum

Semarang”sebelum dilakukan ROM kemampuan motorik sebesar 2.333,

sedangkan setelah dilakukan CIMT dan ROM nilai mean nilai kemampuan

motorik sebesar 3.866. Ini menunjukan ada pengaruh secara bermakna

kemampuan motorik sebelum dan sesudah dilakukan CIMT dan ROM.

Selisih perbedaan mean antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol.

Kelompok intervensi modifikasi cimt dan rom mendapat mean nilai mmt

1,533 sedangkan kelompok kontrol yang diberi terapi rom memiliki selisih

mean nilai mmt 0,533, dan nilai std deviation untuk kelompok intervensi

1,060 dan untuk kelompok kontrol sebesar 0,516 pada kelompok

intervensi (cimt dan rom ) lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok

kontrol yang diberi (rom).pvalue sebesar 0.007. Dengan demikian

kombinasi modifikasi constraint induced movement therapy dan rom lebih

efektif terhadap kemampuan motorik pada pasien stroke non hemoragik

dirumah sakit panti wilasa citarum semarang

Berdasarkan pembahasan rasional jurnal penulis berasumsi bahwa

dengan memberikan rom dapat membantu klien memenuhi kebutuhan

klien secara mandiri maupun bantuan orang lain.

a. Melakukan ROM Pasif

77
Tujuan dari dilakukannya rom pasif adalah untuk dapat

meningkatkan kekuatan otot sehingga dapat bergerak secara baik dan

perlahan dan meningkatkan kemampuan untuk menggerakkan anggota

tubuh dan melakukan aktivitas tertentu.

Rasional intervensi diatas memiliki kesamaan dengan penelitian

yang dilakukan oleh Wiwin Irmasari , Sri Werdati , Nindita

Kumalawati Santoso tahun 2017 yang berjudul “Pengaruh Range Of

Motion (ROM) Terhadap Kekuatan Otot Pada Pasien Stroke Non

Hemoragik Di RSUD Wates Kulon Progo” Penelitian ini menunjukkan

bahwa kekuatan otot kaki sebelum dilakukan ROM adalah 3,1667 dan

setelah dilakukan rom pasif adalah 3,8333 dengan nilai sig 0,005 (p

<0,05).kekuatan otot tangan sebelum dilakukan rom pasif adalah

3,9167 dengan nilai sig 0,022 (p,0,05).Latihan rom pasif sangat

berpengaruh pada peningkatan kekuatan otot pasien stroke non

hemoragik.

Menurut Kozier, 2004 dalam Nurus, 2013 latihan rom

merupakan latihan yang sangat efektif bagi lansia yang mengalami

penurunan kekuatan otot. Latihan ini mudah dan dilaksanakan,

dapat dilakukan berdiri maupun berbaring, serta efisien karena

tidak menggunakan alat khusus serta dapat dilakukan kapan saja.

Berdasarkan rasional intervensi diatas penulis berasumsi bahwa

mengajarkan rom sangat penting untuk melatih kekuatan otot agar

lebih rileks dan sangat penting untuk kesehatan pasien.

78
b. Mobilisasi pasien setiap 2 jam sekali

Tujuan dari dilakukannya mobilisasi adalah untuk

mempertahankan fungsi tubuh, memperlancar peredaraan darah, dan

mempertahankan tonus otot sehingga keadaan pasien merasa

lebih nyaman.

Berdasarkan rasional intervensi diatas penulis berasumsi bahwa

saat melakukan mobilisasi perlu dilakukan secara teratur untuk hasil

yang maksimal dam dilakukan secara bertahap agar pasien merasa

lebih nyaman saat dilakukan mobilisasi

c. Mengajarkan Keluarga Cara Melakukan Rom Pasif

Tujuan melibatkan keluarga membantu pasien dalam

meningkatkan rom pasif supaya menciptkan lingkungan yang

teraupetik sehingga merasa nyaman .

Keluarga bertindak sebagai sebuah bimbingan umpan balik,

membimbing dan menengahi pemecahan masalah, sebagai sumber dan

validator indentitas anggota keluarga. Bentuk dukungan ini membantu

individu dalam membangun harga diri dan kompetensi dengan

lingkungan dan keluarganya. (Friedman, M (2010)).

Berdasarkan rasional intervensi dan teori diatas penulis berasumsi

bahwa melibatkan keluarga dalam meningkatkan rom pada pasien

sangat penting karena dapat membuat klien merasa lebih banyak

mendapat dukungan dari keluarga untuk kesembuhannya.

d. Kolaborasi Dengan Ahli Fisioterapi

79
Tujuan dilakukan fisioterapi adalah untuk membantu

kesembuhan pasien yang harus dilakukan secara teratur agar pasien

mendapatkan perawatan yang maksimal

Pelayanan fisioterapi sangat berperan penting terhadap pasien

stroke sesuai dengan tahapan kondisinya baik dalam masa perawatan

di rumah sakit maupun masa pemulihan dengan tujuan untuk mencapai

kemampuan fungsional secara optimal dan mandiri. Secara umum,

problematik fisioterapi pada pasien stroke yaitu hemiparese atau

hemiplegi anggota gerak, gangguan keseimbangan, gangguan sensorik,

depresi, gangguan motorik, postural alignment/postural control,

gangguan pola berjalan, dan gangguan kemampuan fungsional serta

aktivitas sehari-hari (Saunders, Greig, Mead, 2014).

Berdasarkan rasional intervensi dan teori diatas penulis

berasumsi bahwa kolaborasi dengan fisioterapi sangat penting untuk

kesembuhan pasien dapat meningkatkan kualitas hidup pasien secara

maksimal.

3. Hambatan Komunikasi Verbal Berhubungan Dengan Penurunan

Sirkulasi Ke Otak

Berdasarkan hail evaluasi yang dilakukan pada Tn.N tanggal 22-24

februari 2021 dengan dignosa keperawatan hambatan komunikas verbal

didapatkan data subjektif pada tanggal 22 februari 2021 istri pasien

mengatakan pasien masih tidak bicara,pasien masih tidak ada respon saat ditanya.

80
Hasil evaluasi pada Tn.N tanggal 23 februari 2021 didapatkan data

subjektif istri klien mengatakan sudah mulai aktif berbicara walaupun

secara perlahan terlihat lebih rileks.Hasil evaluasi pada Tn.N tanggal 24

februari 2021 istri pasien mengatakan pasien mulai berbicara

menggunakan kata kata singkat tetapi pasien masih belum berespon cepat

saat ditanya

Hasil intervensi diagnosa diatas memiliki kesamaan dengan

penelitian yang dilakukan Nur Anggraeni, Adelia tahun 2020 dengan

judul” Asuhan Keperawatan Pasien Dewasa Penderita Stroke Non

Hemoragik Dengan Masalah Gangguan Komunikasi Verbal”

menunjukkan adanya pengaruh terapi AIUEO terhadap kemampuan bicara

pasien stroke yang telah mengalami afasia motorik. Kemampuan bicara

mengalami peningkatan pada hari ke-3 setelah diberikan terapi AIUEO,

sedangkan pengaruh terapi AIUEO menjadi berarti dalam meningkatkan

kemampuan berbicara dimulai pada hari ke 5 sampai dengan 5 hari ke 7.

Penelitian ini dijelaskan bahwa dalam memberikan terapi AIUEO

dilakukan dalam 2 kali sehari selama 7 hari. Hal ini dalam memberikan

perawatan dengan sesering mungkin untuk meningkatkan kemampuan bicara .

Berdasarkan rasional intervensi penulis berasumsi bahwa

komunikasi verbal dapat dilakukan dengan terapi AIUEO sehingga pasien

merasa mampu untuk mengungkapkan sesuatu dengan menggunakan

bahasa dan meningkatkan komunikasi yang baik.

81
a. Mengajarkan Ekspresi Diri Dengan Cara Lain Dalam

Menyampaikan Informasi (Bahasa Isyarat)

Tujuan mengajarkan ekspresi diri dengan cara lain dalam

menyampaikan informasi (bahasa isyarat) adalah untuk memberikan

informasi lewat bahasa menggunakan isyarat sehingga pasien mengerti

dengan apa yang dikatakan dan mampu memahami.

Berdasarkan rasional intervensi diatas terapi yang digunakan untuk

penderita stroke adalah bahasa isyarat dapat membantu penderita untuk

mengenal kata-kata, mengkoordinasikan otot untuk berbicara, atau

mencari cara komunikasi lain (Farida & Amalia, 2009).Terapi wicara

penting untuk proses mendapatkan kembali kemampuan berbicara dan

bahasa. Ahli patologi wicara mengajarkan latihan-latihan artikulasi, yang

melibatkan gerakan lidah dan mulut yang berlebihan saat berbicara.

(Burkman, 2010)

Berdasarkan rasional intervensi diatas penulis berasumsi bahwa

mengajarkan bahasa isyarat sangat penting untuk kemajuan pasien dalam

mengerti sebuah kata untuk dipahami sehingga komunikasi dapat berjalan

dengan baik.

b. Dorong Pasien Untuk Berkomunikasi Secara Perlahan-Lahan

Untuk Mengulangi Permintaan

82
Tujuan dari dilakukannya berkomunikasi secara perlahan agar

pasien tidak merasa kesulitan dalam hal berbicara dan merasa nyaman saat

dilakukan komunikasi secara langsung.

Berdasarkan rasional intervensi diatas penulis berasumsi bahwa

setelah berkomunikasi secara perlahan dapat membantu untuk masalah

verbal pasien dan perawat mampu melakukan intervensi dengan baik.

c. Berdiri Di depan Pasien Ketika Berbicara

Tujuan dari dilakukannya berdiri didepan pasien adalah agar

pasien merasa lebih percaya dan merasa dihargai dan perawat memiliki

sifat empati sehingga pasien merasa nyaman dan menambah semangat

pasien

Berdasarkan rasional intervensi diatas penulis berasumsi bahwa

setelah melakukan intervensi tersebut perawat mampu untuk melakukan

perencanaan secara teratur agar kesehatan bertambah dan lebih baik

sehinnga pasien merasa kesehatan bertambah dan lebih semangat untuk

sehat.

d. Dengarkan Penuh Dengan Penuh Perhataian

Tujuan dilakukannya mendengarkan penuh perhatian adalah

untuk mengetahui apa saja yang dirasakan oleh pasien dan merasa perawat

83
memliki sifat empati yang baik sehinnga komunikasi pasien berjalan

dengan baik dan terlaksana.

Tujuan dari intervensi di atas penulis berasumsi bahwa setelah

melakukan intervensi tersebut diharapkan perawat mampu untuk

memberikan yang terbaik sehingga kesehatan pasien mengalami

peningkatan dan kesembuhan pasien.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

84
Masalah keperawatan dari kasus yang didapat ditemukan yaitu

implementasi range of motion pada T.N dengan diagnosis stroke non

hemoragik

Intervensi keperawatan yang dilakukan yaitu melakukan range

of motion pada pasien stroke non hemoragik dan mengajarkan baimana

cara melakukan range of motion dengan benar sesuai SOP.

Implementasi keperawatan yaitu melakukan range of motion dan

mengajarkan pasien dan keluarga serta mengevaluasi semua kegiatan

yang dapat dilakukan pasien selama perawatan serta kebutuhan pasien

selama dilakukan aktifitas.

Evaluasi keperawatan yang digunakan menggunakan metode

SOAP(subyektif,obyektif,assessment dan planning).Hasil evaluasi yang

didapatkan yaitu pasien dan keluarga mampu melakukan range of motion

pada saat perawatan maupun pasien pulang.

B. Saran

1. Bagi Responden

Diharapkan klien memiliki pengetahuan yang lebih banyak tentang

penanganan stroke non hemoragik

2. Bagi Institusi Pendidikan

85
Diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan bacaan

mahasiswa sehingga wawasan mahasiswa Universitas Aisyah

Pringsewu menjadi bertambah.

3. Bagi Tempat Penelitian

Diharapkan dapat menjadi ilmu baru yang dapat digunakan untuk

penanganan stroke non hemoragik

4. Bagi Peneliti Selanjutnya

Diharapkan dapat melakukan penelitian yang lebih banyak tentang

penanganan stroke non hemoragik dengan metode yang lebih menarik

DAFTAR PUSTAKA

86
Adi,D,S.,(2017). Pengarauh Pemberian Terapi ROM Terhadap penyembuhan
Penyakit Stroke. STIKes Buana Husada Ponorogo
Anita,S,K.,Oktavia,S.,(2020).Penerapan Prosedur Latihan Range Of Motion
(ROM) Pasif Srdini Mungkin Pada Pasien Stroke Non Hemoragik(SNH).
Akademi Keperawatan (AKPER) Ngesti Waluyo Jawa Tengah, Indonesia
Dian,H.,Dwi,D.,(2018). Gambaran Drug Related Problems (DRP's) pada
Penatalaksanaan Pasien Stroke Hemoragik dan Stroke Non Hemoragik
di RSUD Dr M Yunus Bengkulu.Universitas Bengkulu, Bengkulu
Elisabeth, E,D.,Diana,T,L.,Rahayu ,A.,(2017).Pengaruh Modifikasi Costraint
Induced Movement Therapy Dan ROM Terhadap Kemampuan Motorik
Pada Pasien Stroke Non Hemoragik Dirumah Sakit Panti Wilasa
Citarum Semarang. STikes Telogorejo Semarang

Elsi,R.,Handi,R.,(2019).Peningkatan Kekuatan Otot Pasien Stroke Non


Hemoragik Dengan Hemiparase Melalui Latihan Range Of Motion
(ROM) Pasif. Universitas Dehase n

Filya, K,G., Feni,B.,(2019).Implementasi Evidence Based Nursing pada Pasien


dengan Stroke Non-Hemoragik: Studi Kasus. Program Studi Pendidikan
Ners, STIKes Fort de Kock Bukittinggi

Maria,T,I.,Wiranto,B.,Fika,Y,A.,(2018) Perbedaan Kadar Hemoglobin, Nilai


Hematokrit Dan Jumlah Eritrosit Pada Pasien Stroke Hemoragik Dan
Stroke Non Hemoragik Di RSUD Dr.H. Abdul Moeloek Provinsi
Lampung. Analis Kesehatan Poltekkes Tanjungkarang
Miming,O.,Anngun,S,U.,(2020).Pemenuhan Kebutuhan Aktifitas Dan Latihan
ROM Pada Asuhan Keperawatan Pasien Stroke Non Hemoragik .STikes
Aisyiyah Palembang

Muhammad,R.,(2020).Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Self Care Studi


Pada Pasien Stroke Non Hemoragik Di Klinik Poli Syaraf RSUD I
Lagaligo Wotu Kabupaten Luwu Timu. Program Studi Ilmu
Keperawatan STIKES Bataraguru Soroaka
Sulistiyawati.,(2020).Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Stroke Non
Hemoragik Yang Di Rawat Di Rumah Sakit .Politeknik Kesehatan Kementrian
Kesehatan Samarinda
Susanti., Difran, N,B.,(2019). Pengaruh Range of Motion terhadap Kekuatan Otot
pada Pasien Stroke.Akademi Keperawatan Adi Husada Surabaya
Shindi,H.,Sonhaji.,Nindya,N.,(2020).Effectiveness of Range of Motion (ROM)
Fingers and Spherical grip to Extremity Strength in Non Hemorrhagic

87
Stroke Patient. Karya Husada Health and Science College of Semarang,
Central Java, Indonesia.
Siswanto.,Malikhaturrofi’ah,A,M.,Evy,T,S.,(2018).TindakanKeperawatan Melatih
Tehnik Range Of Motion Pasif Untuk Menurunkan Hambatan
Mobilitas Fisik Pada Ny.S Dengan Stroke Non Hemoragik. Departemen
Keperawatan Medikal Keperawatan Karya Bakti Nusantara.

Susana .,N.,Widya.,N.,(2018) .Efektifitas Range Of Motion aktif Tehadap


Peningkatan Kekuatan Otot Pada Penderita Stroke.Akademi
Keperawatan Giri Satria Husada Wonogiri.

Wahdaniyah,E,,P,S.,Maria,U,A.,Risnah.,(2019). Efektifitas Latihan ROM


Terhadap Peningkatan Kekuatan Otot Pada Pasien Stroke:
Study Systematic Review. Universitas Islam Negeri Aluddin Makassar

Wiwin,I.,(2017).Pengaruh Range Of Motion (ROM)Pasif Terhadap Kekuatan


Otot Pada Pasien Stroke Non Hemoragik Di RSUD Wates Kulon
Progo.Universitas Alma Ata Yogyakarta

88
LEMBAR KONSUL

Nama Mahasiswa :Riyati

NPM :200103034

Pembimbing KTI :Ikhwan Amirudin,S.Kep.Ners.M.Kep.

Judul KTI :Implementasi Range Of Motion pada Tn.N Dengan


Diagnosis Stroke Non Hemoragik Di Ruang Penyakit
Dalam Rumah Sakit Umum Azzahra Kalirejo Lampung
Tengah

No Hari/Tanggal Materi dan Saran Paraf


Pembimbing

Kamis /23-04-2021 Pengajuan Judul

1.

2. Kamis/17-06-2021 Konsul bab 1 dan 2

3. Rabu/23-06-2021 Konsul bab 1,2,3,4


perbaiki sesuai dengan
panduan dan jurnal
dinarasikan

89
Pringsewu, ……..Juli 2021

Pembimbing

(IkhwanAmirudin.,S.Kep.,Ners.,M.Kep.,)

90

Anda mungkin juga menyukai