Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH PENDIDIKAN BUDAYA ANTI KORUPSI

“Definisi, Ciri/Jenis, Akibat dan Dampak dari Korupsi”

DISUSUN OLEH:

Kelompok 2

Nurtika Afriani Bahri Rompi (20144010026)

Rini M.Hi Hanafi (20144010033)

Sri Wahyuni (20144010040)

Sumiyati Haerudin (20144010043)

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES

TERNATE

JURUSAN KEPERAWATAN TAHUN AJARAN

2022/2023
KATA PENGANTAR

Segala puji penulis panjatkan kepada Allah SWT berkat limpahan rahmat-Nya penulis
dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Definisi, Ciri/Jenis, Akibat dan Dampak dari
Korupsi”. Makalah ini ditujukan untuk memenuhi tugas dari dosen mata kuliah Pendidikan
Budaya Anti Korupsi (PBAK). Makalah ini berisi tentang pengertian korupsi, ciri-ciri
korupsi, bentuk dan motif korupsi serta dampak korupsi terhadap birokrasi pemerintahan
politik dan demokrasi.

Penyusunan makalah ini dapat terselesaikan berkat bantuan dari berbagai pihak. Oleh
karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu
penyusunan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, penulis menyadari makalah ini masih ada kekurangan
sehingga penulis mengharapkan saran dan kritik untuk memperbaiki makalah ini. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat untuk penulis dan untuk masyarakat pada umumnya.

Ternate, 27 Agustus 2022

KELOMPOK 2
DAFTAR ISI

COVER.................................................................................................................................i

KATA PENGANTAR..........................................................................................................ii

DAFTAR ISI.........................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................................4

1. Latar Belakang...........................................................................................................4
2. Rumusan Masalah......................................................................................................4
3. Tujuan........................................................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN......................................................................................................5

1. Definisi Korupsi.........................................................................................................5
2. Ciri/Jenis Korupsi......................................................................................................6
3. Akibat dan Dampak dari Korupsi..............................................................................7

BAB III PENUTUP..............................................................................................................11

1. Kesimpulan................................................................................................................11
2. Saran..........................................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................iv
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Korupsi, tampaknya sudah membudaya dan bukan semata milik strata atas
dalam jajaran pemerintahan. Berkaitan dengan persoalan ini, secara hierarki, korupsi
dianggap sudah menjadi fenomena yang lekat mulai dari instansi pemerintahan di
level pusat hingga tingkat lokal. Motif melakukan korupsi berhubungan dengan
banyak hal. Secara politik, motif orang melakukan korupsi yaitu untuk mendapatkan
kekuasaan dan secara ekonomi untuk mendapatkan akses lebih ke sumber-sumber
ekonomi dengan tujuan akhir untuk mendapatkan pendapatan lebih.
Secara substansif istilah korupsi dapat disetarakan dengan beberapa tindakan
lain yang dilarang di dalam Islam, yang menunjukkan berbagai bentuk
penyalahgunaan amanah publik untuk kepentingan pribadi. Pertama, korupsi dapat
disetarakan dengan tindakan pejabat atau birokrat menyalahgunakan atau
menggelapkan hak milik publik yang dipercayakan kepadanya untuk kepentingan
pribadi.

2. Rumusan Masalah
 Apa itu Korupsi?
 Bagaimana ciri-ciri dan jenis-jenis dari Korupsi?
 Bagaimana Akibat dan Dampak korupsi terhadap Birokrasi Pemerintah?

3. Tujuan
 Dapat Menjelaskan definisi dari Korupsi
 Dapat menjelaskan ciri-ciri dan jenis-jenis dari Korupsi
 Dapat mengidentifikasi dampak korupsi
 Untuk memenuhi tugas pada Bidang Mata Kuliah PBAK
BAB II

PEMBAHASAN

1. Definisi Korupsi
Korupsi adalah istilah kontemporer yang diserap dari bahasa Latin Korupsi
(dalam bahasa Latin: corruptio dari kata kerja corrumpere sama artinya dengan busuk,
rusak, menggoyahkan, memutar balik, menyogok). Korupsi juga dapat didefinisikan
sebagai tindakan penyalahgunaan kekuasaan oleh pejabat negara yang mendpatkan
amanah dari rakyat untuk mengelola kekuasaan demi sebesar-besarnya kemakmuran
rakyat.
Definisi korupsi yang sering dipakai (khususnya oleh lembaga Transparency
International) yaitu perilaku pejabat publik, baik politisi maupun pegawai negeri,
yang secara tidak wajar dan tidak legal memperkaya diri atau memperkaya mereka
yang dekat dengannya, dengan menyalahgunakan kekuasaan publik yang
dipercayakan kepada mereka. Definisi TI lebih menekankan tentang bahaya korupsi
yang terjadi pada level birokrasi, atau lebih khususnya terhadap penyalahgunaan
jabatan. Definisi ini mencakup hampir semua penyuapan aktifatau pasif antara
pegawai publik dan orang pribadi, seperti dalam definisi Swiss Agency for
Development and Corruption, dimana korupsi diartikan sebagai tingkah laku orang
yang mempunyai tugas-tugas publik atau swasta adalah korupsi, jika mereka
melanggar kewajiban mereka demi keuntungan apa saja yang tidak dapat dibenarkan.
Definisi di atas sejalan dengan definisi yang diberikan oleh Prof. Robert
Klitgaard yaitu: "Menggunakan jabatan untuk kepentingan pribadi" (Klitgaard, 2000).
Sebelumnya Klitgaard memberikan definisi korupsi yang lebih khusus, yaitu:
"Korupsi ada apabila seseorang secara tidak halal meletakkan kepentingan pribadinya
di atas kepentingan rakyat serta cita-cita yang menurut sumpah akan dilayaninya"
(Klitgaard, 1988).
Menurut Worldbank, korupsi didefinisikan "The Abuse of Public Power for
Private Benefit", penyalahgunaan kekuatan publik untuk kepentingan pribadi(Tanzi,
1998, USAID, 1999). Keuntungan pribadi diartikan bukan hanya kepada seseorang,
tetapi juga kepada suatu partai politik, suatu kelompok tertentu dalam masyarakat,
suku, teman atau keluarga. Berdasarkan definisi di atas korupsi hanya terjadi pada
tingkat birokrasi, dan tidak terjadi pada sektor swasta (private).
Dalam Pasal 3 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan
Tindak Pidana Korupsi, korupsi dikategorikan sebagai tindakan setiap orang dengan
tujuan menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi,
menyalahgunakan kewenangan, kesempatan atau sarana yang ada padanya karena
jabatan atau kedudukan yang dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian
negara.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa korupsi adalah tindakan
menguntungkan diri sendiri dan orang lain yang bersifat busuk, jahat, dan merusakkan
karena merugikan negara dan masyarakat luas. Pelaku korupsi dianggap telah
melakukan penyelewengan dalam hal keuangan atau kekuasaan, pengkhianatan
amanat terkait pada tanggung jawab dan wewenang yang diberikan kepadanya, serta
pelanggaran hukum.

2. Ciri/Jenis Korupsi
Menurut Stueckelberger tahun 2002, Korupsi mempunyai ciri-ciri khas seperti
berikut:
 Merupakan sarana untuk mendapatkan sesuatu
 Jenis kegiatan yang tersembunyi dan tidak transparan
 Pencarian keuntungan pribadi secara tidak sah
 Pendapatan sesuatu yang bukan haknya secara tidak sah
 Penggunaan dana secara tidak efisien
 Sering berhubungan dengan pemerasan, penyalahgunaan posisi
publik,nepotisme
 Penyalahgunaan kepercayaan
 Perusakkan integritas moril dan etos umum, dan
 Pelanggaran hukum dengan disintegrasi kesadaran hukum.
Secara hierarki, korupsi dianggap sudah menjadi fenomena yang lekat mulai dari
instansi pemerintahan di level pusat hingga tingkat lokal. Motif melakukan korupsi
berhubungan dengan banyak hal. Secara politik, motif orang melakukan korupsi yaitu
untuk mendapatkan kekuasaan dan secara ekonomi untuk mendapatkan akses lebih ke
sumber -sumber ekonomi dengan tujuan akhir mvd untuk mendapatkan pendapatan
lebih.

Jenis-jenis Korupsi
Masih mengutip buku 'Teori & Praktik Pendidikan Anti Korupsi' menurut studi
yang dilakukan oleh Transparency International Indonesia, praktik-praktik korupsi,
meliputi manipulasi uang negara, praktik suap dan pemerasan, politik uang, dan
kolusi bisnis. Pada dasarnya praktik korupsi dapat dibagi menjadi beberapa jenis,
yakni
 Penyuapan (Bribery)
Penyuapan adalah pembayaran dalam bentuk uang atau sejenisnya yang
diberikan atau diambil dalam hubungan korupsi. Dengan demikian, dalam
konteks penyuapan, korupsi adalah tindakan membayar atau menerima suap.
Penyuapan biasanya dilakukan dengan tujuan untuk memuluskan atau
memperlancar urusan terutama ketika harus melewati proses birokrasi formal.
 Penggelapan/Pencurian (Embezzlement)
Penggelapan atau pencurian merupakan tindakan kejahatan menggelapkan
atau mencuri uang rakyat yang dilakukan oleh pegawai pemerintah, pegawai
sektor swasta, atau aparat birokrasi.
 Penipuan (Fraud)
Penipuan atau fraud dapat didefinisikan sebagai kejahatan ekonomi berwujud
kebohongan, penipuan, dan perilaku tidak jujur. Jenis korupsi ini merupakan
kejahatan ekonomi yang terorganisir dan biasanya melibatkan pejabat.
Dengan begitu, kegiatan penipuan relatif lebih berbahaya dan berskala lebih
luas dibandingkan penyuapan dan penggelapan.
 Pemerasan (Extortion)
Korupsi dalam bentuk pemerasan merupakan jenis korupsi yang melibatkan
aparat dengan melakukan pemaksaan untuk mendapatkan keuntungan sebagai
imbal jasa pelayanan yang diberikan. Pada umumnya, pemerasan dilakukan
from above, yaitu dilakukan oleh aparat pemberi layanan terhadap warga.
 Favoritisme (Favortism)
Favoritisme dikenal juga dengan pilih kasih merupakan tindak
penyalahgunaan kekuasaan yang melibatkan tindak privatisasi sumber daya.
3. Akibat dan Dampak dari Korupsi
Dampak Korupsi terhadap Birokrasi Pemerintahan Politik dan Demokrasi
 Dampak Korupsi Terhadap Birokrasi Pemerintahan
Birokrasi adalah suatu sistem pemerintahan yang secara sistematis dipegang
oleh pegawai pemerintahan karena telah berpegang pada hierarki dan jenjang
jabatan. Dalam birokrasi baik sipil maupun militer, memang merupakan
kelompok yang paling rawan terhadap korupsi. Sebab, di tangan mereka
terdapat kekuasaan penyelenggaraan pemerintahan yang menjadi kebutuhan
semua warga negara. Oleh karena itu, Transperency International, lembaga
internasional yang bergerak dalam upaya anti korupsi, secara sederhana
mendefinisikan korupsi sebagai penyalahgunaan kekuasaan publik untuk
kepentingan pribadi.
Lebih jauh lagi, TI membagi kegiatan korupsi di sektor publik ini dalam dua
jenis, yaitu korupsi administratif dan korupsi politik. Secara administratif,
korupsi bisa dilakukan ‘sesuai dengan hukum’, yaitu meminta imbalan atas
pekerjaan yang seharusnya memang dilakukan, serta korupsi yang
‘bertentangan dengan hukum’ yaitu meminta imbalan uang untuk melakukan
pekerjaan yang sebenarnya dilarang untuk dilakukan.
Kebocoran keuangan negara yang paling besar di lingkungan lembaga negara
adalah melalui Pengadaan Barang dan Jasa, lemahnya pengawasan dan
kurangnya penerapan disiplin serta sanksi terhadap penyelenggara negara
dalam melaksanakan tugas-tugas negara berdampak birokrasi pemerintahan
yang buruk.
Dengan demikian, suatu pemerintahan yang terlanda wabah korupsi akan
mengabaikan tuntutan pemerintahan yang layak. Kehancuran birokrasi
pemerintah merupakan garda depan yang berhubungan dengan pelayanan
umum kepada masyarakat. Korupsi menumbuhkan ketidakefisienan yang
menyeluruh di dalam birokrasi. Tidak efisiennya birokrasi ini, menghambat
masuknya investor asing ke negara tersebut. Negara yang tingkat korupsinya
tinggi akan memiliki citra negatif dari negara lain, sehingga kehormatan
negara tersebut akan berkurang. Sebaliknya, negara yang tingkat korupsinya
rendah akan mendapat pandangan positif dari negara lain dan memiliki citra
yang baik di dunia internasional sehingga kedaulatan dan kehormatan negara
itu akan dilihat baik oleh negara lain. Bahkan, apabila negara memiliki tingkat
korupsi yang sangat rendah biasanya akan menjadi tempat studi banding dari
negara lain untuk memperoleh pembelajaran.
Sementara pada birokrasi militer, peluang korupsi, baik uang maupun
kekuasaan, muncul akibat tidak adanya transparansi dalam pengambilan
keputusan di tubuh angkatan bersenjata serta nyaris tidak berdayanya hukum
saat harus berhadapan dengan oknum militer yang seringkali berlindung di
balik institusi militer.
Tim peneliti dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia yang dipimpin oleh Dr. Indria
Samego mencatat empat kerusakan yang terjadi di tubuh ABRI akibat korupsi:
a) Secara formal material anggaran pemerintah untuk menopang kebutuhan
angkatan bersenjata amatlah kecil karena ABRI lebih mementingkan
pembangunan ekonomi nasional. Ini untuk mendapatkan legitimasi kekuasaan
dari rakyat bahwa ABRI memang sangat peduli pada pembangunan ekonomi.
Padahal, pada kenyataannya ABRI memiliki sumber dana lain di luar APBN.
b) Perilaku bisnis perwira militer dan kolusi yang mereka lakukan dengan para
pengusaha keturunan Cina dan asing ini menimbulkan ekonomi biaya tinggi
yang lebih banyak mudaratnya daripada manfaatnya bagi kesejahteraan rakyat
dan prajurit secara keseluruhan.
c) Menimbulkan rasa iri hati perwira militer lain yang tidak memiliki kesempatan
yang sama. Karena itu, demi menjaga hubungan kesetiakawanan di kalangan
militer, mereka yang mendapatkan jabatan di perusahaan negara atau milik
ABRI memberikan sumbangsihnya pada mereka yang ada di lapangan.
d) Akan melunturkan semangat profesionalisme militer pada sebagian perwira
militer yang mengenyam kenikmatan berbisnis baik atas nama angkatan
bersenjata maupun atas nama pribadi. Selain itu, sifat dan nasionalisme dan
janji ABRI, khususnya Angkatan Darat, sebagai pengawal kepentingan
nasional dan untuk mengadakan pembangunan ekonomi bagi seluruh bangsa
Indonesia lambat laun akan luntur dan ABRI dinilai masyarakat telah beralih
menjadi pengawal bagi kepentingan golongan elite birokrat sipil, perwira
menengah ke atas, dan kelompok bisnis besar (baca: keturunan Cina). Bila ini
terjadi, akan terjadi pula dikotomi, tidak saja antara masyarakat sipil dan
militer, tetapi juga antara perwira yang profesional dan Saptamargais dengan
para perwira yang berorientasi komersial.
 Dampak Korupsi Terhadap Politik dan Demokrasi
Di negara-negara demokrasi baru, demokrasi juga tak berpengaruh terhadap
pengurangan korupsi. Sebagai contoh, Indonesia telah menjadi negara
demokrasi sejak tahun 1998. Menurut Freedom House, lembaga pemeringkat
demokrasi dunia, Indonesia sudah tergolong negara bebas sepenuhnya
(demokrasi) sejak 2004. Namun, Indeks Persepsi Korupsi 2012 menempatkan
Indonesia di peringkat ke-118 dengan skor 32. Artinya, masyarakat merasakan
bahwa korupsi masih merajalela di negeri ini.
Ada dua aspek penting yang terkait dengan demokrasi: prosedur dan substansi.
Negara-negara demokrasi baru seperti Indonesia umumnya masih tergolong ke
dalam demokrasi prosedural. Yang sudah berjalan adalah aspek-aspek yang
terkait dengan pemilihan umum. Hal ini tidak cukup menjamin
berlangsungnya demokrasi yang dapat meminimalkan korupsi.
Korupsi tidak terlepas dari kehidupan politik dan demokrasi. Rencana
anggaran yang diajukan pihak eksekutif kepada pejabat legislatif yakni pihak
DPR/DPRD untuk disetujui dalam APBN/APBD adalah berdampak politik.
Anggaran mengganggu kinerja sistem politik yang berlaku. Publik cenderung
meragukan citra dan kredibilitas suatu lembaga yang diduga terkait dengan
tindakan korupsi.APBN/APBD yang dikucurkan ke masyarakat
implementasinya harus dapat dipertangungjawabkan secara accountable
kepada masyarakat dan bebas dari intervensi kepentingan pribadi maupun
golongan tertentu.
Pihak-pihak yang terlibat dalam penetapan anggaran pendapatan belanja
negara di DPR kemungkinan tidak terlepas dari kepentingan politik dari
masing-masing partai yang diwakilinya. Beberapa bentuk konflik kepentingan
dapat menimbulkan suatu potensi korupsi seperti dalam bentuk kebijakan dan
gratifikasi. Indonesia merupakan negara demokrasi di mana masyarakat dapat
ikut serta dalam pengawasan terhadap jalannya pemerintahan. Upaya
pencegahan korupsi melalui pengaduan masyarakat adalah bentuk peran serta
yang harus mendapat tanggapan dengan cepat dapat dipertangungjawabkan.
Korupsi
BAB III
PENUTUP

1. Kesimpulan
Korupsi adalah suatu tindakan pelanggaran yang dilakukan baik oleh pejabat
politik maupun pegawai negeri untuk memperkaya diri secara tidak wajar dan tidak
legal dengan sesuatu yang bukan menjadi haknya sehingga menyebabkan kerugian
pada pihak yang lainnya. Korupsi juga memiliki banyak ciri-ciri dan bentuk yang
beragam. Contoh bentuk korupsi diantaranya korupsi kecil yang berakar dari
kemiskinan, Korupsi besar dari adanya nafsu inginkan kekuasaan, Korupsi
menyangkut uang/imbalan untuk melindungi korupsi yang sudah ada, dan masih
banyak lagi.
Korupsi menimbulkan dampak yang tidak sedikit. Diantaranya dampak
korupsi terhadap birokrasi pemerintahan yaitu rusaknya hubungan kepercayaan
dengan masyarakat dalam bidang pengadaan barang dan jasa, lalu korupsi juga bisa
menghambat birokrasi pemerintahan sehingga investor asing pun ikut terhambat.
Sedangkan dalam urusan birokrasi militer, perilaku bisnis yang berbau korupsi
perwira militer dan kolusi yang mereka lakukan dengan para pengusaha keturunan
Cina dan asing ini menimbulkan ekonomi biaya tinggi yang lebih banyak
mudaratnya daripada manfaatnya dan menimbulkan rasa iri hati perwira militer
lain yang tidak memiliki kesempatan yang sama.
Dampak korupsi yang selanjutnya adalah terhadap politik dan demokrasi
salahsatunya adalah rencana anggaran yang diajukan pihak eksekutif kepada
pejabat legislatif yang tidak transparan dan mengganggu kinerja sistem politik
yang berlaku. Publik cenderung meragukan citra dan kredibilitas suatu lembaga
yang diduga terkait dengan tindakan korupsi.
2. Saran
Untuk pemerintah hendaknya lebih tegas dalam upaya pemberantasan korupsi,
tidak hanya untuk para petinggi negara tetapi juga untuk semua lapisan masyarakat
yang melakukan tindakan korupsi, Untuk mahasiswa sebaiknya dalam
menyampaikan aspirasi tidak dengan tindakan anarkis yang berlebihan yang
nantinya malah menganggu ketertiban umum dan aspirasi yang mereka usung tidak
tersampaikan
DAFTAR PUSTAKA

Darmodiharjo, Darji. 1996. Pokok-pokok Filsafat Hukum. Jakarta: Gramedia


Pustaka Utama

Syarbaini, Syahrial. 2011. Pendidikan Pancasila: Implementasi Nilai-Nilai


Karakter Bangsa di Perguruan Tinggi. Jakarta: Ghalia Indonesia.

MM, Khan. 2000. Political And Administrative Corruption Annota Ted


Bibliography. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2014. Pendidikan Budaya Anti


Korupsi. Jakarta: Pusat Pendidikan dan Pelatihan Tenaga Kesehatan.

Undang-Undang No. 28 Tahun 1999 Tentang Pemerintahan Yang Bersih dan


Bebas dari Kolusi, Korupsi dan Nepotisme

Undang-Undang No. 31 Tahun 1999 Tentang Pemberantas Tindak PidanaKorupsi

Anda mungkin juga menyukai