Anda di halaman 1dari 22

Halo selamat pagi perkenalkan saya dokter Lulu, hendak memaparkan beberapa topik tentang

desain penelitian.

Slide 2

Mengapa penelitian dilakukan? Untuk menemukan solusi dari masalah yang muncul di
kehidupan sehari-hari secara pendekatan ilmiah
 Generalisasi adalah komponen penting dari proses ilmiah yang lebih luas.
 Dalam kehidupan yang ideal, untuk menguji hipotesis, idealnya kita akan mengambil sampel
seluruh populasi. Namun hal tersebut tidak memungkinkan.
 Tahapan yang kita lakukan adalah mulai mengidentifikasi siapa target populasi, biasanya hal
ini sesuai dengan populasi yang ditemukan disekitar kita. Lalu kita tentukan populasi
penelitian, dimana populasi yang diambil sudah dilakukan skrining dan disesuaikan dengan
tujuan penelitian kita.
 Kemudian kita fikirkan bagaimana mengambil subjek yang kita akan teliti dalam populasi
tersebut, maka tentukan sampling framenya apa atau siapa. Apakah unit terkecilnya adalah
individu? Atau keluarga atau pasangan (suami istri, orangtua-anak), bahkan bisa juga rumah.
 Inilah yang memungkinkan para peneliti untuk mengambil apa yang telah mereka pelajari
dalam skala kecil dan menghubungkannya secara lebih luas dengan gambaran yang lebih
besar.

Slide 3
Langkah pertama yang harus dilakukan dalam memilih desain penelitian adalah membangun
rumusan masalah yang baik.
Selanjutnya kita melakukan perencanaan untuk melakukan penelitian.
 Siapa subjek penelitian kita, maka yang harus kita perhitungkan adalah spesifikasi melalui
kriteria inklusi dan ekslusi, sampling, rekrutmen
 Bagaimana merencanakan pengukuran: presisi dan akurasi
 Memperkirakan ukuran sampel: ditentukan oleh hipotesis dan prinsip-prinsip yang
mendasarinya
 Lalu terakhir dilakukan pemilihan Desain penelitian yang tepat.

Slide 4
Gambar ini memperlihatkan ilustrasi sekelompok populasi yang merupakan target populasi
penelitian. Rumusan masalah dari ilustrasi gambar ini misalnya Faktor risiko apakah yang
mempengaruhi durasi berada di kolam renang?
Terlihat jelas bahwa terdapat observer (orang yang mengamati dari tempat duduk tertinggi,
dalam gambar ini terlihat hanya setengah badan, dianalogikan bahwa sebaiknya observer tidak
menjadi pusat perhatian dari populasi penelitian untuk menghindari subjektivitas atau bias
penelitian) dan tentunya sekelompok orang yang sedang melakukan aktivitasnya di kolam renang
bis akita kategorikan sebagai mahir dan tidak mahir berenang, laki-laki perempuan, anak-anak
atau orang dewasa. Sebagai faktor risiko atau variabel independent terhadap outcome misalnya
durasi berada di kolam renang yang diukur dalam satuan menit/jam.

Slide 5
Poin penting dalam penelitian observasional adalah
Apa tren atau topik yang Anda minati?
Umum atau langka
Deskriptif (insiden, prevalensi) atau analitik (asosiasi)
Kerangka waktu
Retrospektif (masa lalu) atau prospektif (masa depan)
Tertarik dengan perubahan dari waktu ke waktu atau satu titik waktu?
Pengelompokan subjek secara alami
Terpapar vs. tidak terpapar
Sakit vs. tidak sakit

Slide 6
Dijelaskan bagannya

Slide 7
Sebelum kita membahas lebih lanjut desain penelitian yang tadi sudah disampaikan, kita mundur
sedikit ke belakang untuk mengenal apa itu istilah case report atau case series
Case report, Memberi tahu kita apa yang bisa terjadi, kumpulan karakteristik tertentu misalnya
kasus pertama dari Giant Obesity ('kasus Arya' orang Purwakarta).
Namun case report sulit untuk mengetahui apa yang penting dari penyakit / kondisi tertentu
karena yang ditampilkan apa yang hanya ada sebagai karakteristik pasien.
Case series kurang lebih masih hal yang sama tetapi kajian dilakukan untuk lebih dari satu
orang. Penyakit / kondisi yang sama dapat melihat kesamaan yang mereka miliki, dan
mengembangkan hipotesis untuk dilihat dalam pengaturan studi yang lebih adil.

Slide 8
Ini adalah contoh artikel case report tentang Helminthiasis dan Typhoid sebagai koinfeksi pada
anak-anak.
Dalam artikel ini disampaikan perjalanan penyakit seorang anak laki-laki berumur 4 tahun dari
mulai muncul gejala sampai monitoring pemeriksaan darah dan USG. Kesimpulan dari case
report ini adalah saat melakukan pengelolaan pada pasien dengan usia di bawah 5 tahun dengan
sindrom gastrointestinal, penting untuk juga menyingkirkan penyebab kemungkinan infeksi
cacing Ini karena infestasi cacing selalu memicu respons kekebalan yang dapat menyebabkan
kesalahan diagnosis patogen infeksi potensial lainnya.
Jadi case repot dapat menjadi dasar penelitian selanjutnya misalnya untuk mengetahui faktor
risiko apa yang menyebabkan sindrom gastrointestinal pada anak kurang dari 5 tahun.

Slide 9
Bagaimana kita memulai penelitian? Lakukan secara sistematis
• Tujuan telah ditentukan di awal, apakah akan memvalidasi dan menyempurnakan
pengetahuan yang ada atau menghasilkan pengetahuan baru yang secara langsung dan
tidak langsung mempengaruhi praktek medis (kesehatan)
• Mengidentifikasi rumusan masalah
 Mengarahkan seluruh proses penelitian dan keputusan yang kita lakukan
selanjutnya
 Menjadi jelas tentang masalah yang ingin kita atasi sehingga membantu lebih
fokus dalam penelitian
 Mulailah dengan area minat/perhatian yang luas yang secara bertahap
disempurnakan sampai memiliki masalah penelitian yang sesuai
• Memilih desai penelitian yang sesuai dengan rumusan masalah tadi. Termasuk
pertimbangkan waktu, ketersediaan sumber daya (memerlukan keahlian dan biaya)

Slide 10 Contoh rumusan masalah


Dapatkah anak SD dengan helminthiasis belajar bagaimana melakukan kebersihan tangan yang
memadai dan mencapai hasil yang lebih baik dari kesehatannya (didefinisikan sebagai tidak
ditemukan cacing pada feses setelah 6 bulan pengobatan) (a) setelah melihat video pendidikan
kebersihan tangan di samping instruksi kebersihan mulut pribadi, atau (b) setelah menerima
instruksi kebersihan pribadi saja?

Apakah anak SD dengan kebersihan tangan yang buruk memiliki lebih banyak ditemukan cacing
dalam feses daripada anak dengan kebersihan tangan yang baik?

Slide 11
Desain cross sectional atau bisa juga disebut sebagai potong lintang
Kata kunci pada desain ini adalah
 Pengacakan tidak mutlak dilakukan
 Kelompok intervensi atau control atau bisa juga yang berisiko atau tidak berisiko terhadap
outcome (hasil)
 Tindak lanjuti untuk interval waktu tertentu (periode 1 tahun atau 5 tahun dengan basis data
yang sudah tersedia)
 Faktor risiko dan data hasil yang dikumpulkan dalam waktu yang sama

Slide 12
Ini adalah contoh artikel dengan desain potong lintang dengan rumusan masalah, apakah terdapat
hubungan/asosiasi antara infeksi cacing dengan status gizi pada anak sekolah di Kota Jimma
Etiopia?
 Pengambilan sampel dilakukan secara random sengan memilih 4 sekolah SD dari 14 sekolah
yg ada di Kota Jimma
 Membandingkan kelompok yang ditemukan soil-transmitted helminths pada stools/feses dan
yang tidak ditemukan STH. Lalu seluruh populasi penelitian ini diperiksa antropometri dan
asupan makan dalam 24 jam untuk mengukur status gizi.
 Penelitian dilakukan dalam 1 bulan
 Pemeriksaan stools dan pengukuran antropometri dan recall diet 24 jan dilakukan pada waktu
yang sama.

Slide 13
Bagan dibacakan

Slide 14
Bagaimana melakukan pemilihan subjek
 Peserta direkrut berdasarkan kriteria inklusi dan ekslusi
 Setelah masuk ke dalam penelitian, para peserta diukur untuk hasil dan paparan pada saat
yang sama.
Bagaimana melakukan pengumpulan data
 Pengamatan klinis dan tes khusus atau wawancara dan kuesioner atau catatan klinis dan
sumber dokumenter lainnya seperti rekam medis atau basis data nasional (data JKN, data
riskesdas dan survey lainnya)
 Studi prevalensi harus menggunakan lebih dari satu metode pengumpulan data (misal data
sekunder dan data primer) dan kemudian menggabungkan temuan.

Slide 15
Bagaimana melakukan analisis data
Tergantung tujuan penelitian apakah akan menggambarkan tren atau event (deskriptif) atau akan
melihat hubungan/asosiasi seperti penelitian di Etiopia tadi
Selanjutnya baca

Ini adalah slide terakhir untuk desain potong lintang, silakan menonton video simulasi kartu yang
menggambarkan alur penelitian potong lintang ini.

Slide 17
Mari kita lanjutkan mengenal desain penelitian selanjutnya. Kali ini kita akan masuk ke desain
kohor
Kata kunci pada desain ini adalah
 Berdasarkan time frame bisa dilakukan secara prospektif / retrospektif
 Hubungan temporal yang jelas antara paparan dan penyakit. Kita bisa mengetahui dengan
jelas paparan pasti muncul sebelum terjadi outcome (penyakit)
 Dapat menghasilkan informasi lengkap tentang kejadian penyakit
 Perhitungan langsung rasio risiko (risiko relatif)
 Meminimalkan bias (hubungan temporal yang cukup jelas)
 Desain observasional terkuat untuk membangun hubungan sebab dan akibat

Slide 18
Ini adalah contoh artikel dengan desain kohor dengan rumusan masalah, apakah terdapat
hubungan/asosiasi antara perubahan berat badan dengan kejadian kematian dengan sebab apapun
pada orang dewasa di Amerika?
 Pada penelitian ini berdasarkan time frame bisa dilakukan secara prospektif selama 15 tahun
dengan data dikumpulkan sebagai hasil survey US National Health and Nutrition
Examination.
 Hubungan temporal yang jelas antara paparan dan penyakit cukup jelas. Pengukuran berat
badan dilakukan 3x yaitu pada saat subyek usia 25 tahun dan 10 tahun kemudian dari
pengukuran pertama dan sebelum waktu observasi berakhir
 Dari penelitian ini kita dapat mengumpulkan informasi lengkap tentang kejadian kematian
dalam setiap periode outcome muncul yaitu dalam 25 tahun, 10 tahun berikutnya dan masa
observasi berakhir.
 Perhitungan langsung rasio risiko (risiko relatif) berupa hazard ratio, yaitu rasio tingkat
bahaya berdasarkan dua atau lebih outcome. Misal pada penelitian ini populasi yang
mengalami penurunan berat badan hingga 10 kg menurunkan resiko meninggal dibandingkan
populasi kontrol.
 Sehingga dapat kita asumsikan bahwa pada penelitian kohor ini sangat kuat membangun
hubungan sebab dan akibat

Slide 19
Baca diagram flow

 Pada desain ini (kohort) ada dua kelompok yang diamati yaitu kelompok yang terkena
paparan (exposed) dengan kelompok yang tidak terkena paparan (unexposed) yang berfungsi
sebagai kontrol.
 Pemisahan antara kelompok terpapar (exposed) dengan kelompok kontrol telah terjadi
dengan sendirinya (alamiah), artinya peneliti sama sekali tidak melakukan intervensi dalam
pembagian kelompok.
 Pada kohort, peneliti tidak melakukan intervensi terhadap subyek penelitian, artinya exposure
memang terjadi dengan sendirinya. Peneliti hanya melakukan observasi terhadap exposure
yang telah ada.
 Berbeda dengan UKR (RCT), maka pada UKR peneliti secara aktif melakukan randomisasi
yakni mengelompokkan subyek penelitian ke dalam kelompok terpapar (perlakuan A) dan
kelompok kontrol (perlakuan B). Pada UKR pemaparan sering disebut sebagai perlakuan
(treatment).

Slide 20
Perbedaan kohor prospektif dan retrospektif
Studi kohort retrospektif adalah jenis studi di mana peneliti merancang studi, merekrut subjek,
dan mengumpulkan informasi latar belakang subjek setelah hasil yang menarik telah dilakukan
sementara studi kohort prospektif adalah penyelidikan yang dilakukan sebelum hasil penelitian
muncul
Meskipun 2 studi kohort ini mengelompokkan subjek sesuai dengan status paparan mereka dan
membandingkan insiden mereka, mereka dilakukan pada waktu yang berbeda. Oleh karena itu,
hasil dari studi kohort retrospektif dapat dipengaruhi oleh peneliti, yang mungkin tidak terjadi
untuk studi prospektif. Hal ini terjadi karena outcome (hasil) tersebut telah terjadi, dan terkadang,
tidak ada data yang tersedia atau sumber data yang saling bertentangan.

Contoh studi kohort retrospektif akan mewawancarai sekelompok orang yang Hepatitis B,
bertanya tentang pilihan gaya hidup dan riwayat medis mereka untuk mempelajari asal-usul
penyakit. Contoh studi kohort prospektif akan mewawancarai sekelompok orang yang berisiko
tinggi terinfeksi Hepatitis B selama beberapa tahun untuk melihat apakah mereka akan terinfeksi.
Jadi dalam contoh studi retrospektif, subjek telah terinfeksi Hepatitis B dan dalam studi
prospektif belum terinfeksi. Tujuan dari studi pertama adalah untuk menentukan penyebab
Hepatitis B, dan yang kedua adalah untuk memeriksa apakah kohort akan menjadi Hepatitis B
positif.
Data yang dikumpulkan untuk studi retrospektif dapat diperoleh dari laporan rekam medis dari
diagnosis sebelumnya, atau basis data seperti data JKN, data survey nasional.

Lanjut ke Tabel baca

Slide 21
Seleksi subyek berdasarkan kriteria inklusi dan ekslusi
Dipengaruhi oleh berbagai faktor:
 Jenis paparan yang sedang diteliti, apakah bisa dukur secara tepat dan valid
 Frekuensi paparan dalam populasi dapat diikuti dari waktu ke waktu
 Aksesibilitas subjek dan kemungkinan partisipasi mereka yang berkelanjutan
Kelompok yang terpapar dan tidak terpapar harus memenuhi syarat untuk mendapatkan hasil
yang menarik selama studi. Jadi pada studi kohor penentuan kriteria inklusi dan ekslusi nya
cukup ketat.

Slide 22
Hal yang penting dalam studi kohor prospektif adalah menyeleksi dengan ketat pada subyek
yang masuk ke dalam kelompok terpapar dan yang tidak terpapar
Subyek yang masuk ke dalam kelompok terpapar, harus memiliki jenis paparan yang jelas,
misalnya faktor risiko infeksi hepatitis B akibat penggunaan jarum suntik, harus dipastikan yakin
menggunakan jarum suntik secara rutin dan berapa kali/frekuensinya dalam periode tertentu.
Subyek harus feasible, mudah diakses dan terus ikut serta selama penelitian berlangsung sampai
akhir.
Tingkat paparan tergantung pada tujuan penelitian, apakah akan dihitung durasi paparan terhadap
outcome. Dimana makin sering paparan maka peluang munculnya outcome (penyakit) makin
besar?  sesuai kriteria dose response relationship

Pada kelompok tidak terpapar,


 Isu feasibility sama dengan kelompok terpapar
 Harus menghasilkan perbandingan yang adil dengan kelompok yang terpapar, dari segi
proporsi baik jumlah sampel tiap grup ataupun karakteristik penting, seperti jenis kelamin,
usia memiliki sebaran proporsi yang merata.
 Kelompok yang tidak terpapar harus diambil dari populasi dengan sumber yang sama (atau
sebanding) dengan kelompok yang terpapar.
 Beberapa kelompok perbandingan subjek yang tidak terpapar yang dipilih dengan cara yang
berbeda dapat memperkuat validitas temuan.

Slide 23
Bagaimana melakukan pengumpulan data pada penelitian kohor di kelompok terpapar dan tidak
terpapar yang berperan sebagai variabel independent
 Pada kelompok terpapar, penting untuk mendefinisikan eksposur dengan jelas (intensitas,
durasi, keteraturan, variabilitas).
 Subjek yang awalnya memenuhi kriteria untuk dimasukkan dalam studi kohort tidak boleh
dikecualikan dari analisis karena perubahan status paparan selama tindak lanjut (hindari
kesimpulan yang bias) misalnya di tengah waktuu pengamatan subyek loss to follow up, bisa
karena kondisi pindah alamat atau meninggal dunia.
 Pada kelompok tidak terpapar, ada kemungkinan bahwa perubahan status paparan dapat
menunjukkan perubahan status hasil dan memiliki implikasi penting untuk frekuensi tindak
lanjut. Hal ini perlu dihindari. Contoh terjadi cross over group saat pengamatan berlangsung,
dimana subyek yang masuk kelompok tidak terpapar menjadi masuk ke dalam kelompok
terpapar karena suatu kondisi tertentu.
 Penilaian ulang status harus dilakukan apakah pembagian exposure dan outcome yang
dilakukan sudah benar selama masa pengamatan dan mungkin menyebabkan hasil/pola yang
berbeda seiring waktu

Slide 24
Bagaimana melakukan pengumpulan data pada penelitian kohor exposure/response positif dan
negative yang berperan sebagai variabel dependent
Sebelum memulai penelitian, penting bahwa subjek tidak memiliki hasil (penyakit) yang sedang
diselidiki (sulit jika penyakit berkembang perlahan, onset berbahaya, asimtomatik sampai tahap
akhir).
Pengawasan yang sama pada kelompok yang terpapar dan tidak terpapar.
Sumber data outcome diambil dari catatan rumah sakit dan dokter, pemeriksaan berkala oleh
peneliti, akurasi dan keandalan diagnosis yang sama antar kelompok, penentuan outcome
berdasarkan protokol diagnostik standar.

Slide 25
Pengukuran asosiasi pada kohor
Pada studi kohort satu exposure menghasilkan beberapa outcome (single exposure multiple
outcomes) sedang pada case control satu outcome bisa menghasilkan beberapa exposure (single
outcome multiple exposures).
Hasil yang dicari adalah risiko relatif, artinya berapa kali kemungkinan timbulnya outcome pada
kelompok terpapar (exposed) dibandingkan dengan kelompok unexposed.

Baca slide tabel 2x2 dan rumus

Slide 26
Hal yang menjadi ciri khas dalam penelitian kohor
 Memakan waktu karena observasi dilakukan sampai outcome /penyakit muncul
 Seringkali membutuhkan ukuran sampel yang besar
 Dibandingkan dengan studi epidemiologi lainnya penelitian ini lebih mahal.
 Tidak efisien untuk studi penyakit langka, jarang ditemukan seperti polio
 Kerugian tindak lanjut dapat mengurangi validitas
 Perubahan dari waktu ke waktu dalam metode diagnostik dapat menyebabkan bias
misklasifikasi
 Dalam jangka waktu yang lama, prosedur studi dapat mempengaruhi perilaku orang-orang
yang diselidiki sedemikian rupa sehingga perkembangan penyakit dapat dipengaruhi sesuai
dengan kondisi tersebut
Slide 27
Mari kita lanjutkan mengenal desain penelitian selanjutnya. Kali ini kita akan masuk ke desain
case control atau kasus kontrol
Kata kunci pada desain ini adalah
Merupakan studi retrospektif
Kelompok kontrol ditetapkan secara acak, namun tidak berlaku untuk kelompok kasus
Biasanya digunakan untuk melihat faktor risiko pada penyakit yang jarang ditemukan
Memungkinkan untuk melihat beberapa eksposur secara bersamaan
Dilakukan sebelum kohort atau studi eksperimental (hemat waktu dan biaya)

Slide 28
Ini adalah contoh artikel dengan desain kasus control dengan rumusan masalah, apakah terdapat
hubungan/asosiasi antara asupan asam folat dan multivitamin lain terhadap pencegahan bibir
sumbing pada populasi bayi di Norwegia?
 Kelompok kasus dikumpulkan dari basis data bayi yang sudah melakukan operasi
rekonstruksi bibir sumbing (baik tipe dengan langit-langit atau tanpa langit-langit mulut)
pada periode 1996-2001 (selama 5 tahun)
 Kelompok kasus diambil dari medical birth registry Norwegia sebanyak 1:2 untuk
disandingkan dengan kasus bibir sumbing (cleft lip with or without cleft palate), dan 1:4
untuk disandingkan dengan cleft palate only
 Setelah dilakukan informed konsen kepada orangtua, mereka mengisi 2 macam kuesioner,
yang pertama tentang karakteristik demografis; riwayat reproduksi; dan merokok, alkohol,
obat-obatan, dan paparan lainnya selama awal masa kehamilan (sekitar minggu ke 14-15)
pada bayi yang terpilih sebagai sampel tersebut. Kemudian kuesioner berikutnya merupakan
FFQ yang merecall asupan tablet asam folat dan multivitamin lain serta makanan sehari-hari
yang mengandung folat selama trimester pertama saat kehamilan, yang diidentifikasi adalah
kapan mengkonsumsi, apa nama produknya, dan berapa dosisnya.
 Cleft lip dan cleft palate ini masih termasuk penyakit yang jarang, sehingga tepat dilakukan
penelitian menggunakan metode kasus kontrol.
 Eksposure yang diukur juga cukup banyak yaitu tablet asam folat dan multivitamin lain serta
makanan sehari-hari yang mengandung folat dan kemudian diasosiasikan dengan pencegahan
kejadian bibir sumbing ini.

Slide 29
Flow studi kasus kontrol dapat dilihat pada slide berikut
Diagram ini mewakili flo kasus kontrol yang dimulai dari memilih kelompok yaitu kasus
(penyakit) dan kontrol (tidak ada penyakit), kemudian melihat kembali sejarah mereka untuk
menentukan paparan mereka terhadap faktor-faktor yang mungkin berkontribusi terhadap
penyakit.
Baca lanjut diagramnya!!!

Slide 30
Pada pembahasan selanjutnya adalah malihat bagaimana melakukan seleksi subjek baik pada
kelompok kasus maupun kelompok kontrol disertasi sumber populasinya.
Pada saat melakukan seleksi untuk kelompok kasus,
 Kriteria atau definisi kasus harus dirumuskan dan didokumentasikan dengan baik dan jelas
 Jika kasus salah diklasifikasikan (termasuk positif palsu) maka asosiasi mungkin salah.
 Biasanya kita lebih mudah mengumpulkan data dari kasus baru dibandingkan kasus lama.
 Jika diperlukan tes diagnostik untuk mengidentifikasi kasus maka tes tersebut harus
memiliki
o Sensitivitas tinggi (sama dengan kriteria atau definisi yang luas) namun
pertimbangkan kemungkinan jumlah positif palsu yang lebih tinggi
o Atau Sensitivitas rendah (sama dengan kriteria restriktif atau definisi kasus), dan
dengan demikian spesifisitas tinggi, akan menghasilkan jumlah positif palsu yang
lebih rendah
o Penyakit yang asimtomatik dapat memberikan hasil tes diagnostik positif palsu
dibandingkan penyakit yang lebih berat.

Slide 31
Kasus dapat direkrut dari sejumlah sumber: dapat direkrut dari rumah sakit, klinik. Bisa juga
diambil dari data yang dikumpulkan di organisasi sosial di masyarakat yang mengumpulkan data
penyakit, kelompok penderita HIV, DM, Osteoporosis, Lupus dan lain2
Studi kasus-kontrol yang menggunakan kelompok kasus di populasi umumnya lebih mahal dan
sulit dilakukan.

Slide 32
Pada saat melakukan seleksi untuk kelompok kontrol,
 Gambar dalam slide ini memperlihatkan pengambilan sampel kasus-kontrol pada populasi
dinamis ketika kontrol diambil sampelnya setiap kali terjadi kasus: pencocokan berdasarkan
waktu pada kalender. Orang bergerak masuk atau keluar dari populasi dengan mekanisme
seperti kelahiran atau kematian, atau pindah atau keluar dari populasi ini ke populasi lain.
Pengambilan sampel subjek kontrol 'dicocokkan pada waktu calendar': setiap kali kasus
terjadi, satu atau lebih subjek kontrol diambil sampelnya. Namun karena dinamis perubahan
yang terjadi, seseorang yang akan menjadi kasus dapat menjadi subjek kontrol lebih awal,
dan beberapa subjek kontrol atau bahkan sejumlah variabel subjek kontrol dapat ditarik untuk
setiap kasus.

 Secara konseptual, kontrol harus berasal dari populasi yang sama yang berisiko terkena
penyakit dimana kasus didapatkan.
 Tetapi praktis, kontrol sering dipilih untuk menjadi mirip dengan kasus pada faktor-faktor
kunci tetapi tanpa penyakit karena sulit untuk menentukan populasi yang berisiko penyakit.
 Berbagai jenis kontrol dapat digunakan, dan mereka memiliki keterbatasan yang berbeda.
 Misal bila kasus diambil dari RS untuk penyakit DM, maka kontrol diambil dari pasien yang
didiagnosis penyakit pasien bukan DM dan sakit tidak berhubungan dengan DM.

Slide 33
Kontrol direkrut dari beberapa kondisi:
Kontrol rumah sakit seperti yang dijelaskan sebelumnya. Memiliki kualitas informasi yang sama
dan nyaman untuk dipilih, tetapi mereka mungkin memiliki karakteristik atau penyakit yang
berbeda menyebabkan rawat inap. (merokok dan kebiasaan tidak sehat lainnya, kelebihan berat
badan, komorbiditas, dan penggunaan obat-obatan)
Kontrol sahabat atau tetangga terbaik, dapat berbagi karakteristik yang sama
Kontrol berasal dari populasi, mengunakan random digit dialing (RDD) memilih secara acak
menggunakan list daftar nomor telefon.

Slide 34
Penelitian menilai Risiko infark miokard terkait dengan "obat antihipertensi baru" di RS
Kasus diambil dari pasien yang dirawat di bangsal kardiologi, sedangkan kasus diambil dari
pasien yang datang ke ruang gawat darurat pada RS yang sama.
Yang menjadi bias adalah bangsal kardiologi digunakan sebagai pusat rujukan untuk seluruh
negara bagian, sedangkan departemen pengobatan darurat terutama hanya melayani kota.
 Riwayat paparan untuk pasien dari kota biasanya tidak akan secara akurat mencerminkan
pasien di seluruh negara bagian.
 Obat tekanan darah baru - mungkin tidak tersedia untuk pasien di daerah terpencil di negara
bagian tetapi umumnya diresepkan di kota.

Slide 35
Selanjutnya melihat apakah pemberian obat NSAID dapat mencegah terjadinya kanker
kolorektal?

Pada slide ini memberikan ilustrasi diasumsikan bahwa kasus kanker kolorektal diidentifikasi
pada saat mereka operasi di rumah sakit. Kontrol adalah pasien rumah sakit tanpa kanker
kolorektal. Jika kontrol diambil dari layanan rheumatology apa yang menjadi bias? ATAU bila
kontrol dipilih dari layanan gastroenterologi, apa yang menjadi bias?

Kontrol yang diambil dari pasien dengan arthritis memiliki kemungkinan paparan obat NSAID
yang cukup tinggi sehingga kelompok pasien tanpa eksposure pada kelompok kanker kolorektal,
dalam hal ini tidak menggunakan obat NSAID menjadi sangat sedikit. Sehingga hal ini seolah-
olah melemahkan estimasi asosiasi.

Kontrol yang diambil dari pasien dengan ulkus peptikum memiliki kemungkinan paparan obat
NSAID yang cukup rendah, sehingga kelompok pasien dengan eksposure positif pada kelompok
kanker kolorektal, dalam hal ini yang menggunakan obat NSAID menjadi sangat tinggi.
Sehingga hal ini seolah-olah menguatkan estimasi asosiasi.

Slide 36
Kontrol dapat diambil dari tempat yang berbeda-beda dalam studi yang sama. Karena beberapa
keterbatasan dalam pemilihan kontrol, penggunaan beberapa kelompok kontrol dapat mengatasi
beberapa masalah.
Gunakan kontrol hidup dan kontrol mati, penggunaan pengganti untuk memberikan data
Kontrol rumah sakit dan kontrol masyarakat. Kontrol rumah sakit mungkin memiliki beberapa
kondisi yang menyebabkan kunjungan rumah sakit yang sering.
Kontrol non-penyakit dan kontrol kanker, ini akan menyebabkan hasil yang berbeda karena
eksposure di masa lalu sangat berbeda.
Jika pemilihan kontrol memiliki kesepakatan (kriteria/prasyaratnya sama) pada setiap sumber
kontrol, maka mereka cenderung valid.

Penelitian di sebelah kanan ttg Reye’s sindrom dibaca saja

Slide 37
Sumber bias pada penelitian kasus kontrol
Yang pertama adalah recall bias
 Terjadi ketika pseleksi lebih baik di antara kelompok kasus daripada kontrol karena adanya
identifikasi penyakit yang lebih jelas, dengan asumsi kemungkinan sulit melakukan skrining
pada kelompok kontrol dengan gejala asimptomatik.
Kemudian bias seleksi
 Kontrol digunakan untuk memberikan perkiraan tingkat paparan dalam populasi. Oleh karena
itu, bias seleksi dapat terjadi ketika orang-orang yang dipilih sebagai kontrol tidak mewakili
populasi yang menghasilkan kasus.
 Bias seleksi juga dapat terjadi ketika kasus yang terpapar lebih mungkin dipilih dan mudah
didapatkan daripada kelompok kasus yang tidak terpapar karena identifikasi paparan sangat
sederhana sehingga sensitivitasnya rendah dalam rmendapatkan informasi

Slide 38
Silakan baca

Slide 39
Matching dalam rancangan studi kasus kontrol merupakan salah salah cara untuk meningkatkan
komparabilitas antar kelompok yaitu tiap anggota kelompok studi memiliki seorang padanannya
dalam kelompok kontrol, yang memiliki karakteristik tertentu yang sama anggota kelompok
studi semula. Karakteristik yang sama itu adalah kovariabel yang dianggap perlu untuk
dipadankan. Tujuan akhir yang utama pada penggunaan matching ialah untuk mengendalikan
bias serta meningkatkan validitas hasil penelitian.
Biasanya matching dilakukan bila tidak memungkinkan untuk melakukan randomisasi, upaya ini
untuk mengontrol confounding dan meningkatkan efisiensi studi.

Selanjutnya silakan untuk mengakses video simulasi kartu yang menggambarkan flow dari
penelitian kasus kontrol

Animal design

Slide 46
Pada slide berikutnya saya akan memaparkan tentang interventional study dengan subyek
penelitian animal, untuk pemaparan desain subyek manusia akan diberikan pada kuliah terpisah

Meskipun beberapa penelitian tentang hewan hanya melibatkan pengamatan murni / perilaku
alami
Penelitian murni: genetika, biologi perkembangan, studi perilaku
Penelitian terapan (percobaan): penelitian biomedis, xenotransplantasi, pengembangan obat,
pengujian kosmetik

Secara terminology banyak beberapa istilah


animal experimental study (AES), animal experimentation, animal research, animal model,
animal testing, in vivo testing. Vivisection.
Khusus penelitian pengembangan obat-obatan yang melibatkan hewan dinamakan: preclinical
trial

Slide 47
Perdebatan masih terjadi dalam penggunakan animal pada eksperimental study terutama dalam
hal isu etik. Ekspreiment dilakukan secara jangka Panjang bertujuan kemanfaatan untuk manusia
namun menjadi harmful pada hewan.
Beberapa pemerhati hewan berpendapat, kemajuan ilmiah seharusnya dapat dicapai tanpa
menggunakan hewan. Uji coba "toksisitas reproduksi" dari obat kimia atau obat baru yang
potensial yang berdampak negatif dalam sikulus reproduksi tikus dengan membiarkan embrio
mati secara sengaja. Secara etik sangat melanggar hak hidup dari hewan.
Saat ini penggunaan model hewan masih sangat tinggi karena diangggap lebih akurat dan
prediktif, dalam memahami tentang sistem biologis hewan menawarkan hasil yang paling valid
secara ilmiah.
Kegagalan pengembangan penelitian pada obat secara tidak langsung menunjukkan bahwa
pengujian pada hewan tidak berguna atau sia-sia. Meskipun berhasil dilakukan pengujian pada
hewan, beberapa efek pada manusia yang tidak dapat diprediksi secara akurat. Yang paling
sering didapatkan dari hasil pengujian pada hewan adalah toksisitas obat

Dengan kemajuan teknologi, perbaikan dalam pemahaman genom hewan dan manusia sangat
penting untuk memastikan bahwa penelitian ilmiah pada hewan dipahami dan diterapkan dengan
tepat. Data dari percobaan hewan terus-menerus dimasukkan ke dalam model komputer yang
menganalisis prediktivitas mereka dan memungkinkan para ilmuwan untuk menggunakan model
hewan dengan cara yang semakin cerdas dan lebih dapat diprediksi.

Slide 48
Mengapa dilakukan eksperimental study
 Proses penyakit pada manusia dan hewan memiliki kesamaan.
 Sistem sel hanya mengandung atau memanipulasi sebagian dari sistem organ.
 Model komputer tidak memiliki kompleksitas entitas hidup sehingga diperlukan animal
model

Apa yang kita butuhkan dalam melakukan penelitian eksperimental study


 Kita sangat membutuhkan pemahaman fisiologi, patologi, patofisiologi, genetika penyakit
mengeksplorasi dan mengembangkan intervensi baru (obat-obatan, perangkat, dll.) Masalah
kesehatan
 Penelitian obat-obatan: kemanjuran (termasuk farmakokinetik, dosis), farmakodinamik
(mekanisme aksi)
 Pengujian (keamanan) sebelum diterapkan pada manusia mengenai keamanan dan toksisitas

Replacement
Menggunakan tidak melibatkan hewan. (jika memungkinkan)
Gunakan kelas hewan yang paling rendah
Misal: kultur sel, pemodelan computer, subyek nya diganti manusia, menggunakan studi
epidemiologi

Reduction
Gunakan lebih sedikit hewan untuk tingkat informasi yang sebanding
Gunakan hewan yang sehat, homogenitas genetik
Dengan jumlah hewan yang sama akan mendapatkan tambahan informasi tanpa meningkatkan
jumlah hewan yang terlibat
Misal: Teknik eksperimental tertentu, modifikasi analisis data, sharing informasi

Refinement
Meringankan / meminimalkan potensi rasa sakit, penderitaan, atau kesusahan pada hewan
Meningkatkan kesejahteraan hewan saat pengamatan
Merawat, pengobatan, non-invasif
Misal: less invasive techniques, better medical care, better living conditions

Slide 49
 Pada eksperimental study memiliki pengelompokan antara grup intervensi dan control
 Bisa satu grup saja tanpa control, atau dua grup melibatkan control, bisa juga lebih. Idealnya
mereka dibandingkan dengan kontrol secara bersamaan. Misal. Membandingkan tekanan
darah tikus yang diberi minum air garam dengan pada tikus yang diberi minum air biasa
 Namun bila grup intervensi banyak perhatikan isu reduction tadi, pertimbangkan apakah kita
dapat munakan lebih sedikit hewan untuk tingkat informasi yang sebanding.

 Pada Test/assessment: dapat dilakukan post test saja atau pretest dan post test secara
berurutan. Idealnya mereka dibandingkan dengan control dengan melakukan pretest dan post
test desain karena pada pilihan assessment ini proses replikasi terpenuhi. Keuntungan
replikasi akan meningkatkan presisi dan mengurangi ukuran sampel (reduction)
 Dalam analisis kita dapat melakukan stratifikasi, misal kita dapat menganalisis tekanan darah
pada grup hewan yang minum air garam pada pagi dan sore hari, atau sebaliknya. Sehingga
proses stratifikasi ini pun memenuhi unsur reduction, tidak meningkatkan ukuran sampel

 Baca
 Idealnya randomisasi dilakukan untuk mengurangi bias atau hasil yang kebetulan sehingga
akan meningkatkan validitas dari penelitian.

Slide 50
Ini adalah contoh artikel yang menganalisis penyakit metabolik dengan menggunakan animal
model yaitu tikus. Tetap memperhatikan aspek etika pada hewan, maka dalam penelitian ini
 Tikus dipuasakan di malam hari dengan tetap mempertahankan kesejahteraan hewan saat
pengamatan.
 Intervensi diperlakukan sama dimana glibenclamide dan amlodipine hanya diberikan selama
24 jam, cukup masuk prasyarat dalam meminimalkan kesusahan pada hewan.
 Pengambilan darah hanya untuk pemeriksaan glukosa, sisanya pemeriksaan didapatkan dari
hasil pengumpulan urin selama 24 jam, hal ini mengurangi potensi rasa sakit, penderitaan
pada hewan

Studi ini menunjukkan bahwa menggabungkan amlodipine dan glibenclamide akan menghambat
kemampuan agen hipoglikemik oral dalam menurunkan glukosa darah tikus diabetes. Pemberian
amlodipine dan glibenclamide untuk kelompok diabetes menyebabkan resistensi dibandingkan
pemberian dengan glibenclamide saja.

Demikian paparan mengenai studi eksperimental pada hewan, Sampai jumpa lagi.

1. A cross-sectional study was conducted by the researchers to find out the relationship between
the level of knowledge of hepatitis A infection and hand washing and self-hygiene behavior
among teenagers age of 12 – 18 years in Kecamatan Jatinangor. During that period of time,
the number of teenagers age of 12 – 18 years in Kecamatan Jatinangor were 4000. According
to sample size determination in design phase, the researchers had decided to survey at least
600 participants taken from junior high and high school students in Kecamatan Jatinangor.
The study was responded by 150 participants. What is the target population of study?
*A. All teenagers age of 12 – 18 years in Kecamatan Jatinangor
B. All junior high and high school students age of 12 – 18 years in Kecamatan Jatinangor
C. Two hundred junior high and high school students age of 12 – 18 years in Kecamatan
Jatinangor
D. One hundred and fifty junior high and high school students age of 12 – 18 years in Kecamatan
Jatinangor
E. Six hundred junior high and high school students age of 12 – 18 years in Kecamatan
Jatinangor

2. A cross-sectional study was conducted by the researchers to find out the relationship between
the level of knowledge of hepatitis A infection and hand washing and self-hygiene behavior
among teenagers age of 12 – 18 years in Kecamatan Jatinangor. During that period of time,
the number of teenagers age of 12 – 18 years in Kecamatan Jatinangor were 4000. According
to sample size determination in design phase, the researchers had decided to survey at least
600 participants taken from junior high and high school students in Kecamatan Jatinangor.
The study was responded by 150 participants. What is the accessible population of study?
A. All teenagers age of 12 – 18 years in Kecamatan Jatinangor
*B. All junior high and high school students age of 12 – 18 years in Kecamatan Jatinangor
C. Two hundred junior high and high school students age of 12 – 18 years in Kecamatan
Jatinangor
D. One hundred and fifty junior high and high school students age of 12 – 18 years in Kecamatan
Jatinangor
E. Six hundred junior high and high school students age of 12 – 18 years in Kecamatan
Jatinangor

3. A cross-sectional study was conducted by the researchers to find out the relationship between
the level of knowledge of hepatitis A infection and hand washing and self-hygiene behavior
among teenagers age of 12 – 18 years in Kecamatan Jatinangor. During that period of time,
the number of teenagers age of 12 – 18 years in Kecamatan Jatinangor were 4000. According
to sample size determination in design phase, the researchers had decided to survey at least
600 participants taken from junior high and high school students in Kecamatan Jatinangor.
The study was responded by 150 participants. What is the intended sample of the study?
A. All teenagers age of 12 – 18 years in Kecamatan Jatinangor
B. All junior high and high school students age of 12 – 18 years in Kecamatan Jatinangor
C. Two hundred junior high and high school students age of 12 – 18 years in Kecamatan
Jatinangor
D. One hundred and fifty junior high and high school students age of 12 – 18 years in Kecamatan
Jatinangor
*E. Six hundred junior high and high school students age of 12 – 18 years in Kecamatan
Jatinangor

4. A cross-sectional study was conducted by the researchers to find out the relationship between
the level of knowledge of hepatitis A infection and hand washing and self-hygiene behavior
among teenagers age of 12 – 18 years in Kecamatan Jatinangor. During that period of time,
the number of teenagers age of 12 – 18 years in Kecamatan Jatinangor were 4000. According
to sample size determination in design phase, the researchers had decided to survey at least
600 participants taken from junior high and high school students in Kecamatan Jatinangor.
The study was responded by 150 participants. What is the study subject of the study?
A. All teenagers age of 12 – 18 years in Kecamatan Jatinangor
B. All junior high and high school students age of 12 – 18 years in Kecamatan Jatinangor
C. Two hundred junior high and high school students age of 12 – 18 years in Kecamatan
Jatinangor
*D. One hundred and fifty junior high and high school students age of 12 – 18 years in
Kecamatan Jatinangor
E. Six hundred junior high and high school students age of 12 – 18 years in Kecamatan
Jatinangor

5. Research questions of concern are ‘what is the frequency of malnutrition among colorectal
cancer patients in your hospital?’ What is the most appropriate study design for this study
questions?
*A. Cross sectional study
B. Cohort study
C. Case control study
D. Experimental study
E. Case report

6. Research questions of concern are ‘what is the frequency of malnutrition among colorectal
cancer patients in your hospital?’ What will be the population of the study?
A. All colorectal cancer patients with malnutrition underwent surgery in our facility
B. All colorectal cancer patients underwent surgery in our facility
C. All colorectal cancer patients with malnutrition admitted to our facility
*D. All colorectal cancer patients admitted to our facility
E. All patients admitted to our facility

7. Research questions of concern are ‘was malnutrition correlate with depression in our
patients?’ What is the most appropriate study design for this study questions?
A. Cross sectional study
B. Cohort study
*C. Case control study
D. Experimental study
E. Case series

8. Research questions of concern are ‘what is the frequency of malnutrition among colorectal
cancer patients in your hospital?’ What will be the best outcome of the study?
A. Frequency
B. Prevalence
C. Relative risk
*D. Odd ratio
E. Prevalence ratio

9. Research questions of concern are serum albumin has been proved by other researcher to
increase the appetite on malnutrition patients. ‘Will it work as effectively in colorectal
cancer patients?’ The problem is the high cost of IV albumin. What is the most appropriate
study design for this study questions?
A. Cross sectional study
*B. Cohort study
C. Case control study
D. Experimental study
E. Case series

10. Research questions of concern are serum albumin has been proved by other researcher to
increase the appetite on malnutrition patients. ‘Will it work as effectively in colorectal
cancer patients underwent surgery?’ The problem is the high cost of IV albumin. What will
be the population of the study?
*A. All colorectal cancer patients with malnutrition underwent surgery in our facility
B. All colorectal cancer patients underwent surgery in our facility
C. All colorectal cancer patients with malnutrition admitted to our facility
D. All colorectal cancer patients admitted to our facility
E. All patients admitted to our facility

11. Research questions of concern are serum albumin has been proved by other researcher to
increase the appetite on malnutrition patients. ‘Will it work as effectively in colorectal
cancer patients?’ The problem is the high cost of IV albumin. What will be the best outcome
of the study?
A. Frequency
B. Prevalence
*C. Relative risk
D. Odd ratio
E. Prevalence ratio

12. Research questions of concern are ‘what is the prevalence of Hepatitis B in your area of
work. Is gender play any role in the prevalence?’ What is the most appropriate study design
for this study questions?
*A. Cross sectional study
B. Cohort study
C. Case control study
D. Case report
E. Experimental study

13. Research questions of concern are ‘what is the prevalence of Hepatitis B infection in your
area of work. Is gender play any role in the prevalence?’ What will be the population of the
study?
A. All patients admitted to your facility
B. Patients with Hepatitis B infection admitted to your facility
C. Resident with Hepatitis B infection in the area
D. Resident without history of Hepatitis B infection the area
*E. All resident

14. Research questions of concern are ‘what is the prevalence of Hepatitis B infection in your
area of work. Is gender play any role in the prevalence?’ What will be the best outcome of
the study?
A. Frequency
B. Prevalence
C. Relative risk
D. Odd ratio
*E. Prevalence ratio

15. The essential strategies which might influence the validity of this studied is :
A. Odd ratio
B. Response rate
*C. Selection bias
D. Intervention bias
E. Loss to follow up

16. How we can decide that the control recruited in an acceptable way?
*A. Randomization
B. No matching
C. Comparison with cases is 1 : 1
D. Loss to follow up > 20 %
E. Non-respondents group undefined
17. To increase validity of case control study depends above all on the comparability of case and
controls. For selection controls we should have
A. Secure condition from confounding factors
B. Selected from some population that not gives rise to cases.
*C. Lived in the same study area with the cases
D. Selected dependent of exposure
E. Dominant effect for the outcome

18. Is it clear whether the study tried to detect a beneficial or harmful effect?
A. Beneficial effect because there are used some medication
*B. Beneficial effect because effect of exposure small to make negative effect.
C. Harmful effect, because NSAID effects in gastric mucosa
D. Harmful effect because NSAID effect in mucosal injury
E. Harmful effect because NSAID can cause peptic ulcers.

19. Condition below explained about there are something special of control in case-control
design, which one?
A. Proportion of case and control 1 : 1
B. Cleft palate is rare disease
C. Folate acid intake in pregnant woman is rare exposure
*D. There are any multiple exposure
E. Control taking from community

20. Which type of research involves observing a patient who has a particular condition while
simultaneously observing like individuals who do not have the condition?
A. Case series
B. Case report
*C. Case -control
D. Experimental study
E. Observational study

21. In which type of study does the researcher develop research questions based upon available
data?
A. Descriptive study
B. Compilation study
C. Prospective study
*D. Retrospective study
E. Systematic review

22. What the potential condition to determine that exposure have accurately measures to
minimize bias in cohort study?
A. Subjective measurements were used detection
*B. The measures been validated
C. All subjects classified into exposure groups using the different procedure
D. Everybody included who should have been included
E. Undefined exposure can occur
23. What steps were taken to minimize information bias in case-control study?
A. The outcome identified in the different way for both groups
B. The outcome clear, specific, and measurable
C. Determination of outcome made by an observer open blinded as to treatment
D. Only people at risk of the outcome included
*E. The exposure clear, specific, and measurable

24. How to evaluate that follow up of the study are long and complete enough in cohort study?
A. The efforts were made minimum value thrashing to follow-up.
*B. Determination of outcome appear by an observer is correct.
C. Loss of population in study uncontrolled
D. The people leaving or the exposure of people entering is undefined
E. Only people at risk of the outcome included

25. In which type of study does the investigator identify a group of individuals and then observe
them for a specified period after study initiation?
A. Descriptive study
B. Compilation study
*C. Prospective study
D. Retrospective study
E. Systematic review

26. Which type of study follows up a similar group of individuals who are initially free of the
outcome of interest but for whom the outcomes have been defined before the events occur?
A. Retrospective cohort study
*B. Prospective cohort study
C. Case control study
D. Crossover study
E. Case series

27. Which type of study compares those who have had an outcome or event with those who have
not?
A. Prospective cohort study
B. Experimental study
*C. Case control study
D. Crossover study
E. Case series

28. Which type of study can be used to describe the experience of an individual or institution in
treating a disease?
A. Prospective cohort study
B. Experimental study
*C. Case control study
D. Crossover study
E. Case series
29. How does the strategy for a case-control study differ from that of a cohort study? (Select the
one best answer)
A. Case-control studies are retrospective, while cohort studies are always prospective.
B. Randomization can be used in a cohort study, but can't be used in a case-control study.
*C. In case-control studies subjects are selected and grouped based on their disease status, but in
cohort studies subjects are selected and grouped based on exposure status.
D. The goal of cohort studies is to test an association, but case-control studies just document the
frequency of risk factors.
E. The proportion of a population in case-control studies engage in risky behaviours, but can't be
used in cohort studies

30. What is the main reason why it is important to use precise, specific criteria for what
constitutes a "case," i.e. in defining the outcome? (Select the best answer.)
*A. To avoid misclassification with respect to the outcome.
B. To limit the number of subjects in the study.
C. To avoid selection bias.
D. To avoid interviewer bias.
E. To decrease recall bias
31. Which of the following is are legitimate sources of cases for a case-control study? (Select all that
apply).
*A. Hospitals
B. Neighbourhood of patients
C. Patients at an outpatient clinic
D. Disease registries, e.g. cancer registries
E. Members of the general population responding to an advertisement seeking subject with a
particular condition.

The primary principle to be followed in identifying an appropriate control group is that controls
should be a sample of the population that gave rise to the cases, and if a member of the control
group had the disease being studied, they would have been identified as a potential case for the
study
A. True
*B. False

32. Which of the following are advantages to case-control studies? (Select all that apply).
*A. They are feasible for rare diseases
B. The number of subjects in the study was limited
C. They tend to be less expensive and more efficient than prospective cohort studies
D. They allow you to study multiple outcomes of a single risk factor
E. They are good for diseases that have a long latency period (i.e., a long time between exposure
and manifestation of disease.)

33. In a case-control study one can calculate either a risk ratio or an odds ratio.
A. True
*B. False
34. An advantage of using hospital-based controls is that they are more likely to cooperate and
are likely to remember past exposures with the same accuracy
*A. True
B. False

35. One possible drawback of using hospital controls is that they may have diseases that have the
same or similar risk factors as the disease that the cases have.
*A. True
B. False

36. Which of the following statements about exposures is true?


A. An exposed individual has a greater risk of healthy people.
*B. An exposed individual correlate with survival time with the disease increases
C. Exposure refers to contact with some factor that may be only harmful to health.
D. Dietary intake is not an 'exposure' because individuals make a choice about what they eat.
E. High body mass index is a risk factor for a range of health conditions, therefore, it can be
treated as a single exposure

37. It is possible to reduce (though not eliminate) information bias in assessment of dietary


intake by
A. Collecting data on all possible confounders
B. Making sure that the study sample is representative of the population
C. Gathering information about many different aspects of people's dietary habits
*D. Collecting data about dietary intake at the onset of a study, before people have experienced
symptoms of disease
E. Calculate the risk ratio is close to the value one, so there is no difference in disease risk
between the two groups

38. When we judge the evidence to establish possible causes of a health outcome, they consider
A. The data on all possible confounders was controlled
B. Evidence that the exposure of interest has appeared before the outcome
*C. The estimated strength of the association between an exposure and the outcome
D. Evidence showing that reductions in the exposure level will reverse the risk of the outcome
E. Based on the information given we cannot tell if the observed difference in disease risk is the
result of chance.

39. Animal models allow research into which of the following?


A. Undertaking research on clinical populations.
B. Undertaking research on healthy, non-clinical populations
*C. Undertaking research to determine the efficacy of treatments and interventions.
D. Undertaking research to compare the effectiveness of more than five different types of
treatment.
E. Experimental investigation into factors such as the proportion genetics polymorphism in
congenital disease
40. The experimental study the use of animals as models for the neurodegenerative Huntington’s
Disease. The protocol should focus on limiting the negative impact of declining sensorimotor
function as the disease progresses. The ethical issue in this situation about
A. Reduction
*B. Refinement
C. Replacement
D. Reduction and refinement
E. Replacement and reduction

Anda mungkin juga menyukai