Anda di halaman 1dari 11

PENGARUH KRISIS IKLIM PADA ANGKA

KESAKITAN DI INDONESIA

PROPOSAL
Diajukan untuk menempuh ujian sarjana
pada Fakultas Kedokteran
Universitas Padjadjaran

NAMA: Dessy Fernanda Mirip


NPM: 130110200212

UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
BANDUNG
2023
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perubahan iklim atau krisis iklim (untuk istilah lainnya) mengacu pada

perubahan ekstrim jangka panjang terkait suhu dan pola cuaca. Dampak dari

krisis iklim tidak hanya pada parameter pendorong lingkungan saja seperti

suhu, CO2 di atmosfer, pergeseran pola curah hujan, gelombang panas dan

sebagainya.1,2 Lebih dari itu, pengaruh krisis iklim saat ini cukup besar

dampaknya terhadap kesehatan manusia, diantaranya dapat menyebabkan

250.000 kematian tambahan per tahun, akibat malnutrisi, malaria, diare,

karena dan tekanan panas.3

Oleh karena itu diperlukan sebuah analisis mengenai seberapa jauh

pengaruh krisis iklim tersebut terhadap angka kesakitan di Indonesia dan

faktor apa saja yang dapat menjadi penyebab peningkatan angka kesakitan

tersebut.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, rumusan masalah yang diajukan pada

penelitian ini adalah bagaimana pengaruh krisis iklim terhadap angka

kesakitan di Indonesia?
1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh krisis iklim pada

angka kesakitan di Indonesia.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis

Penelitian dapat menjelaskan pengaruh krisis iklim pada angka kesakitan

di Indonesia.

1.4.2 Manfaat Praktis

a) Mahasiswa Kesehatan

Penelitian ini berguna bagi mahasiswa kesehatan untuk meningkatkan

pemahaman mengenai pengaruh krisis iklim terhadap aspek kesehatan.

b) Tenaga Kesehatan

Selain itu, literature review ini juga akan membantu para tenaga

kesehatan untuk melakukan pengembangan terapi menurunkan tingkat

kesakitan karena krisis iklim.

c) Masyarakat Umum

Meningkatkan pengetahuan masyarakat umum mengenai efek krisis

iklim terhadap kesehatan.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Krisis Iklim

Perubahan iklim atau yang saat ini lebih dipertegas dengan istilah krisis

iklim merupakan kondisi yang mengacu pada perubahan ekstrim jangka panjang

terkait suhu dan pola cuaca. Dampak perubahan iklim disebabkan oleh berbagai

pendorong lingkungan selain kenaikan suhu, seperti kenaikan CO2 di atmosfer,

pergeseran pola curah hujan2, kenaikan permukaan air laut, peningkatan

pengasaman laut, dan kejadian ekstrem, seperti banjir, kekeringan , dan

gelombang panas 1. Dampak lain yang terkena sebagai faktor penentu kesehatan

sosial dan lingkungan diantaranya udara bersih, air minum yang aman, 4 makanan

yang cukup,5 dan tempat tinggal yang aman6.

Antara tahun 2030 dan 2050, perubahan iklim diperkirakan akan

menyebabkan sekitar 250.000 kematian tambahan per tahun, akibat malnutrisi,

malaria, diare, dan tekanan panas.3 WHO juga mengestimasikan kematian karena

polusi udara sekitar 7 juta per tahunnya, tingkat obesitas dan diabetes kronis yang

meningkat di seluruh negara di dunia, emisi gas rumah kaca yang bertanggung

jawab atas krisis iklim global yang meningkat ~2%/tahun di dekade terakhir yaitu

2 kali lipat dari periode 1970-2000 menurut Intergovernmental Panel on Climate

Change (IPCC).4

Saat ini, IPCC menyatakan bahwa pemanasan global sedang terjadi

dengan kecepatan kenaikan suhu 0.2° per dekadenya, dan sekarang sudah
mencapai 1° C diatas tingkat pre-industri di tahun 2017. Sementara, IPCC

menyatakan bahwa dunia harus membatasi kenaikan suhu hingga 1,5°C untuk

mencegah dampak bencana kesehatan dan mencegah jutaan kematian terkait

perubahan iklim.7

Oleh karena itu, diperlukan strategi pengurangan emisi gas rumah kaca

melalui pilihan transportasi, makanan dan penggunaan energi yang lebih baik

yang dapat menghasilkan peningkatan kesehatan, terutama melalui pengurangan

polusi udara.

2.2 Angka Kesakitan di Indonesia

Angka kesakitan atau morbiditas adalah persentase penduduk yang

mempunyai keluhan kesehatan dalam sebulan terakhir dan mengakibatkan

terganggunya kegiatan sehari-hari. Semakin banyak penduduk yang mengalami

keluhan kesehatan berarti semakin rendah derajat kesehatan dari penduduk suatu

wilayah. Sebaliknya, semakin sedikit penduduk yang mengalami keluhan

kesehatan, maka semakin tinggi derajat kesehatan penduduk suatu wilayah.8

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), morbiditas (angka

kesakitan) Indonesia turun menjadi 13,04% pada 2021 dibandingkan dengan

tahun sebelumnya sebesar 14,46%. Menurut kelompok umur, penduduk usia 60

tahun ke atas (lansia) merupakan yang terbanyak mangalami keluhan kesehatan

yang menyebabkan terganggunya kegiatan sehari-hari, yakni mencapai 22,48%.9

Selain lansia, kelompok umur 0-4 tahun mempunyai morbiditas terbesar kedua

mencapai 17,03%, diikuti kelompok umur 55-59 tahun sebesar 16,75%.


Sedangkan penduduk usia 10-14 tahun paling kecil mengalami keluhan

kesehatan yang berimbas terhadap terganggunya kegiatan sehari-hari, yakni hanya

8,5%. Setelahnya ada kelompok umur 15-19 tahun yang mengalami keluhan

kesehatan hanya 8,52%.

Berdasarkan jenis kelamin, angka kesakitan penduduk laki-laki lebih

tinggi, yakni sebesar 13,77% dibanding perempuan yang hanya 12,3%. Sementara

menurut tipe daerah, morbiditas penduduk perkotaan lebih besar, yaitu mencapai

14,65% dibanding penduduk perdesaan hanya 10,92%.


BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1  Rancangan Strategi Pencarian Literatur

Penelitian kualitatif ini dilakukan menggunakan metode studi pustaka

(literature review) yang bersumber dari data penelitian berbagai artikel jurnal

dengan penyajian analisa berupa narasi oleh satu orang penulis dan 2 orang

pembimbing agar didapat hasil penelitian yang objektif, sistematis, analitis dan

kritis. 

3.2  Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini menggunakan data sekunder yang didapat dari

sumber literatur, yaitu artikel mengenai pengaruh krisis iklim terhadap angka

kesakitan di Indonesia. 

3.3  Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan dari bulan Februari hingga bulan Juli 2023
3.4  Instrumen Penelitian 

Penelitian dilakukan menggunakan data hasil penelitian yang didapat dari

pencarian literatur menggunakan Google Scholar, PubMed, dan Elsevier dengan kata

kunci yang digunakan diantaranya: climate crisis and health, climate change, morbidity

rate, climate change and morbidy rate.

3.5  Seleksi 

3.5.1   Kriteria Inklusi

Pada penelitian ini, sumber literatur yang digunakan penulis harus

memenuhi kriteria inklusi sebagai berikut :

1.     Dapat diakses dalam versi lengkap (full-text) dan tidak berbayar

(free) melalui Pubmed, Google Scholar

2.     Menggunakan data primer maupun data sekunder

3. Jurnal menggunakan Bahasa Inggris atau Indonesia

4. Publikasi tahun 2013-2023

5. Subjek yang diteliti tidak dibatasi ras, dan jenis kelamin  

3.5.2   Kriteria Eksklusi

Beberapa kriteria yang digunakan untuk mengeksklusi literatur yang

akan digunakan diantaranya adalah :

1. Publikasi kurang dari 2013 (kurang dari 10 tahun terakhir)

2. Sumber literatur selain basis data elektronik Pubmed dan Google Scholar

3. Jurnal tidak memakai bahasa Inggris atau bahasa Indonesia


4. Literatur tidak full-text

5. Literatur yang tidak membahas efek krisis iklim pada tingkat kesakitan di

Indonesia 

3.6  Prosedur dan Alur Penelitian

3.7  Pengolahan dan Analisis Data

Penelitian ini menyajikan kesimpulan dari data yang didapatkan melalui analisis

hasil berbagai literatur terpilih.

3.8  Dummy tables


DAFTAR PUSTAKA
1. IPCC, 2014a: Summary for Policymakers. In: Climate Change 2014:
Impacts, Adaptation, and Vulnerability. Part A: Global and Sectoral
Aspects. Contribution of Working Group II to the Fifth Assessment Report
of the Intergovernmental Panel on Climate Change [Field, C.B., V.R.
Barros, D.J. Dokken, K.J. Mach, M.D. Mastrandrea, T.E. Bilir, M.
Chatterjee, K.L. Ebi, Y.O. Estrada, R.C. Genova, B. Girma, E.S. Kissel,
A.N. Levy, S. MacCracken, P.R. Mastrandrea, and L.L. White (eds.)].
Cambridge University Press, Cambridge, United Kingdom and New York,
NY, USA, pp. 1–32.
2. Lee, D. et al., 2018: Impacts of half a degree additional warming on the
Asian summer monsoon rainfall characteristics. Environmental Research
Letters, 13(4), 044033, doi:10.1088/1748-9326/aab55d.
3. (30 October 2021) Climate change and health : World Health Organization
. https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/climate-
change-and-health
4. UNESCO, 2011: The Impact of Global Change on Water Resources: The
Response of UNESCO’S International Hydrology Programme. United
Nations Educational Scientific and Cultural Organization (UNESCO)
International Hydrological Programme (IHP), Paris, France, 20 pp.
5. Hallegatte, S. and J. Rozenberg, 2017: Climate change through a poverty
lens. Nature Climate Change, 7(4), 250–256, doi:10.1038/nclimate3253.
6. Bathiany, S., V. Dakos, M. Scheffer, and T.M. Lenton, 2018: Climate
models predict increasing temperature variability in poor countries.
Science Advances, 4(5), eaar5809, doi:10.1126/sciadv.aar5809.
7. IPCC, 2018: Global Warming of 1.5°C. An IPCC Special Report on the
impacts of global warming of 1.5°C above pre-industrial levels and related
global greenhouse gas emission pathways, in the context of strengthening
the global response to the threat of climate change, sustainable
development, and efforts to eradicate poverty [Masson-Delmotte, V., P.
Zhai, H.-O. Pörtner, D. Roberts, J. Skea, P.R. Shukla, A. Pirani, W.
Moufouma-Okia, C. Péan, R. Pidcock, S. Connors, J.B.R. Matthews, Y.
Chen, X. Zhou, M.I. Gomis, E. Lonnoy, T. Maycock, M. Tignor, and T.
Waterfield (eds.)]. In Press.
8. Badan Pusat Statistik Republik Indonesia (2009), Statistik Kesehatan
Republik Indonesia Tahun 2009, Badan Pusat Statistik Republik
Indonesia.
9. Badan Pusat Statistik Republik Indonesia (2021), Statistik Kesehatan
Republik Indonesia Tahun 2021, Badan Pusat Statistik Republik
Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai