Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

RISK, RETURN, AND CAPITAL ASSET PRICCING MODEL

(RESIKO, PENGEMBALIAN, DAN MODEL PENETAPAN HARGA ASET MODAL)

Dosen Pengampu : Ibu Dr. Sari Yuniarti , SE., MM.

Nama Penyusun :

Nius Balingga 22071000005


Kartika Dian Pertiwi 22071000006
Findy Cyntya Christin Hae 22071000007
Ni Made Budi Susilawati 22071000015
Gusti Yoga 22071000031

MAGISTER MANAJEMEN

UNUVERISITAS MERDEKA MALANG

TAHUN 2023
DAFTAR ISI

BAB I. PENDAHULUAN .......................................................................................................... 3


1.1. Latar Belakang ............................................................................................................... 3
1.2. Rumusan Masalah ......................................................................................................... 4
BAB II. PEMBAHASAN ............................................................................................................ 5
2.1. Pengertian Risiko (Risk) .............................................................................................. 5
2.2. Pengertian Return ........................................................................................................ 7
2.2.1. Asumsi CAPM ........................................................................................................ 10
2.2.2. Manfaat CAPM ....................................................................................................... 11
2.2.3. Istilah dalam CAPM .............................................................................................. 11
BAB III. KESIMPULAN .......................................................................................................... 16
BAB I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Makalah ini menjelaskan bahwa ada dua aspek yang perlu dipertimbangkan oleh
manajemen perusahaan dalam pengambilan keputusan, keuangan, yaitu
tingkat pengembalian (return) dan risiko (risk).

Tingkat pengembalian adalah imbalan yang diharapkan diperoleh di masa


mendatang, sedangkan risiko diartikan sebagai ketidak pastian dari imbalan
yangdiharapkan. Risiko adalah kemungkinan terjadinya penyimpangan dari rata-rata
dari tingkat pengembalian yang diharapkan yang dapat diukur dari standar deviasi
dengan menggunakan statistika. Suatu keputusan keuangan yang lebih berisiko tentu
diharapkan memberikan imbalan yang lebih besar, yang dalam keuangan dikenal
dengan istilah “High Risk High Return”.

Risiko dalam berinvestasi, suatu hal yang tidak dapat dihindari keberadaannya.
Menurut Reilly et al. (2000:III) risiko dapat diartikan “Risk is theuncertainty that an
investment will earn its expected rate of return” dari pengertian tersebut
dinyatakan bahwa risiko merupakan ketidaktentuan atas investasi yang
akan diperoleh terhadap return yang diharapkan. Sedangkan Sharpe (1999)menyatakan
“Risk is the think for measuring of actual return deviation to expected return”. Jones
(2000:10) mendefinisikan “Risk is defind as the change that actualreturn on an investment
will be different from the expected return”. Risiko
merupakan perubahan dimana return aktual dari investasi akan berbeda-beda terhadap
return yang diharapkan. Dari begitu banyak investasi yang ada di pasar bursa, sebut saja
BEI, seluruh informasi yang berhubungan dengan layak atau tidaknya suatu aset untuk
dijadikan lahan investasi diserap oleh seorang investor. Beberapa investasi dipilih dan
digabungkan menjadi satu atau diperoleh tingkat keuntungan yang diharapkan.
Tindakan investor seperti inilah yang melatarbelakangi para praktisi untuk menciptakan
sebuah model/teori, dan memberikan informasi mengenai hal-hal di atas. Teori/model
portofolio yang dapat menjawab hal tersebut dan didasarkan pada penelitian-penelitian
adalah model keseimbangan.
Model keseimbangan dapat digunakan untuk memahami bagaimana perilaku
investor secara keseluruhan, serta bagaimana mekanisme pembentukan harga
dan return pasar dalam bentuk yang lebih sederhana.
Model keseimbangan juga dapat membantu untuk memahami bagaimana menentuka
risiko yang relevan terhadap suatu aset, serta hubungan risiko dan return yang
diharapkan untuk suatu aset ketika pasar dalam kondisi seimbang. Model keseimbangan
yang umum digunakan adalah Capital Asset PricingModel (CAPM) dan Arbitrage
Pricing Theory (APT).

Model CAPM merupakan model keseimbangan yang menggambarkan


hubungan suatu risiko dan return secara lebih sederhana, dan hanya menggunakan satu
variabel (disebut juga sebagaivariabel beta) untuk menggambarkan risiko.
Sedangkan model APT, merupakan sebuah model keseimbangan alternatif yang lebih
kompleks dibandingkan CAPM karena menggunakan banyak variabel pengukur risiko
untuk melihat hubungan risiko dan return.

1.2. Rumusan Masalah


1) Apakah yang dimaksudkan dengan Risk and Return ?
2) Bagaimana hubungan antara risiko dan tingkat pengembalian dalam pasar
keuangan?
3) Apa yang dimaksud dengan Capital Asset Pricing Model (CAPM)?
4) Apa manfaat dari Capital Asset Pricing Model (CAPM)?
5) Bagaimana Capital Asset Pricing Model (CAPM) digunakan untuk mengukur
risiko sistematis dan risiko tidak sistematis dalam sebuah investasi?
6) Bagaimana pengaruh perubahan tingkat suku bunga terhadap pengembalian
investasi dan bagaimana hal ini dapat diprediksi menggunakan CAPM?
7) Apa kelemahan dan kelebihan dari Capital Asset Pricing Model (CAPM)?
BAB II. PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Risiko (Risk)


David K. Eiteman, Arthur I Stonehill dan Michael H. Moffet mengatakan bahwa risiko
dasar adalah the mismatching of interest rate bases for associated assets and liabilities
sehingga secara umum risiko dapat ditangkap sebagai bentuk keadaan ketidakpastian
tentang suatu keadaan yang akan terjadi nantinyadengan keputusan yang diambil
berdasarkan suatu pertimbangan. Menurut salah satu definisi, risiko (risk) adalah sama
dengan ketidakpastian (uncertainty). Secara umum risiko dapat diartikan sebagai suatu
keadaan yang dihadapi seseorang atau perusahaan dimana terdapat kemungkinan yang
merugikan.Dalam penyusunan anggaran modal, suatu proyek investasi (perluasan
usaha atau penggantian aktiva tetap) kita sering mengalami kegagalan setelah proyek
tersebut dilaksanakan. Hal ini karena kita tidak memperhitungkan unsurrisiko
didalamnya. Misalnya risiko aliaran kas (cashflow) dalam faktor diskonto(discount rate)
sebagai biaya modal.

Apabila aliran kas yang ada kita peroleh diwaktu yang akan datang tidak ada risiko,
berarti kita dapat menentukan dengan tepat, keputusan yang akan diambil. Hal ini
karena anggaran yang kita susun baik mengenai aliran kas masuk (cash in flow) maupun
aliran kas keluar ( cash outflow) dianggap pasti terjadi dimasa yang akan datang.
Namun, jika terjadi penyimpangan, yang tidak menguntungkan, maka perusahaan akan
kesulitanmenyesuaikannya, karena risiko terjadinya penyimpangan tersebut belum
ditentukan oleh perusahaan, lain jika unsur risiko telah ditentukan didepan. Maka
apabila terjadi penyimpangan perusahaan akan lebih mudah menghitungnya.Demikian
pula biaya modal yang harus dikeluarkan dalam anggaran modal. Apabila kita
menganggap bahwa COC yang akan dikeluarkan tanpa risiko,maka kita akan lebih
mudah menghitungnya. Namun, dalam kenyataannya COCtersebut kemungkinan akan
naik atau turun. COC yang turun bagi perusahaanakan menguntungkan, karena
perusahaan mengeluarkan biaya yang lebih kecil,tetapi jika COC tersebut naik, maka
akan mengurangi kebutuhan perusahaan. Menurut Ricky W. Griffin dan Ronald Ebert,
risiko adalah uncertainty bout future event. Adapun Joel G.Siegel dan Jae K.Sim
mendefinisikan risiko pada 3 hal:

a) Keadaan yang mengarah kepada sekumpulan hasil khusus dimana hasilnya


dapat diperoleh dengan kemungkinan yang telah diketahui oleh pengambilan
keputusan.
b) Variasi dalam keuntungan penjualan atau variable keuangan lainnya.
c) Kemungkinan dari sebuah masalah keuangan yang mempengaruhi kinerja
operasi perusahaan atau posisi keuangan.
Apabila perusahaan membangdingkan tingkat risiko yang tinggi pada suatu investasi
yang dianggarkan, maka pemodal yang akan menanamkan dananya pada investasi
tersebut mengharapkan hasil atau mensyaratkan hasil (required rate of return)yang tinggi
pula dan terjadi sebaliknya.Memang antara hasil dan risiko (risk and return) memiliki
hubungan linear yang berkebalikan. Semakin tinggi risiko, maka semakin tinggi hasil
yangdiperoleh. Sebaliknya semakin rendah risiko maka semakin rendah pula hasil
yangdiperoleh atau disyaratkan.
Risiko terhadap perusahaan tidak dapat dihindari, kita hanya dapat mengelola
bagaimana agar risiko tersebut sekecil mungkin mempengaruhi keputusan perusahaan.
Risiko yang terjadi diperusahaan ada yang dapat dikelola/diatasi perusahaan terdapat
pula risiko yang tidak dapat diatasi perusahaan.Risiko yang tidak dapat diatasi
perusahaan ini biasanya karena tidakdapat dikontrol oleh perusahaan. Risiko yang ada
diperusahaan dapat dibedakan tiga jenis risiko :
1) Risiko individual Risiko yang berasal dari proyek investasi secara individu tanpa
dipengaruhi oleh proyek lain.
2) Risiko perusahaan Risiko yang dapat diukur tanpa mempertimbangkan
keanekaragaman yang dihadapi atau portofolio yang dilakukan oleh investor.
3) Risiko pasar (market risk) Risiko investasi ditinjau dari investor yang menanamkan
modalnya pada investasi yang juga dilakukan oleh perusahaan dan perusahaan-
perusahaan lain.
Risiko investasi dapat diartikan sebagai kemungkinan
terjadinya perbedaan antara actual return dan expected return sehingga setiap
investor dalam mengambil keputusan investasi harus selalu berusaha meminimalisasi
berbagai risiko yang timbul, baik jangka pendek maupun
jangka panjang. Setiap perubahan kondisi ekonomi baik mikro ataupun makro akan
mendorong investor untuk melakukan strategi yang harus diterapkan untuk tetap
memperoleh return.

2.2. Pengertian Return


Return atau pengembalian adalah keuntungan yang diperoleh perusahaan,individu
dan institusi dari hasil kebijakan investasi yang dilakukan. Menurut R. J.Shook, return
merupakan laba investasi, baik melalui bunga atau deviden. Beberapa pengertian return
yang lain :
 Return on equity
atau imbal hasil atas ekuitas merupakan pendapatan bersihdibagi ekuitas pemegang
saham.
 Return of capital
atau imbal hasil atas modal merupakan pembayaran kasyang tidak kena pajak kepada
pemegang saham yang mewakili imbal hasilmodal yang diinvestasikan dan bukan
distribusi deviden. Investor mengurangi biaya investasi dengan jumlah pembayaran.
 Return on investment
atau imbal hasil atas investasi merupakan membagi pendapatan
sebelum pajak terhadap investasi untuk memperoleh angka yangmencerminkan
hubungan antara investasi dan laba.

 Return on invested capital


atau imbal hasil atas modal investasi merupakan pendapatan bersih dan
pengeluaran bunga perusahaan dibagi total kapitalisasi perusahaan.
 Return realisasi
merupakan return yang telah terjadi.
 Return on network
atau imbal hasil atas kekayaan bersih merupakan pemegang saham yang
dapat menentukan imbal hasilnya dengan membandingkan laba bersih setelah pajak
dengan kekayaan bersihnya.
 Return on sales
atau imbal hasil atas penjualannnya merupakan untuk menentukan efisiensi
operasi perusahaan, seseorang dapat membandingkan presentase penjualan
bersihnya yang mencerminkan laba sebelum pajak terhadap variable yang
sama dari periode sebelumnya.
 Return ekspektasi
Merupakan return yang diharapkan akan diperoleh oleh investor di masa mendatang.
Total return
Merupakan return keseluruhan dari suatu investasi dalam suatu periode tertentu.
 Return realisasi portofolio
Merupakan rata-rata tertimbang dari return-return realisasi masing-masing
sekuritas tunggal di dalam portofolio tersebut.
 Return ekspektasi portofolio
Merupakan rata-rata tetimbagn dari return-return ekspektasi masing-masing
sekuritas tunggal didalam portofolio.

Hubungan Karakteristik dengan Risk and Return


Risk and return adalah kondisi yang dialami oleh perusahaan, institusi, dan individu
dalam keputusan investasi yaitu, baik kerugian maupun keuntungan
dalam suatu periode akuntansi. Hubungan antara risiko dengan tingkat pengembalian
adalah:
 bersifat linear atau searah
 Semakin tinggi tingkat pengembalian maka semakin tinggi pula risiko.
 Semakin besar asset yang kita tempatkan dalam keputusan investasi maka
semakin besar pula risiko yang timbul dari investasi tersebut.
 Kondisi linear hanya mungkin terjadi pada pasar yang bersifat normal.

Menurut Paul L. Krugman dan Maurice Obstfeld, bahwa pada kenyataanya, seorang
investor yang netral terhadap risiko cenderung mengambil posisi agresif maksimum. Ia
akan membeli sebanyak mungkin asset yang menjanjikan hasil tinggi dan menjual
sebanyak mungkin asset yang hasilnya lebih rendah. Perilaku inilah yang menciptakan
kondisi paritas suku bunga.

2.1. PENGERTIAN CAPITAL ASSET PRICING MODEL (CAPM)


CAPM (Capital Asset Pricing Model) adalah model yang digunakan untuk
menentukan tingkat pengembalian (required return) dari suatu asset. Model CAPM
merupakan pengembangan teori portofolio yang dikemukan oleh Markowitz dengan
memperkenalkan istilah baru yaitu risiko sistematik (systematic risk) dan risiko
spesifik/risiko tidak sistematik (spesific risk /unsystematic risk).Model CAPM
merupakan model pertama mengenai teori penentuan harga aktiva. Model ini
menjelaskan hubungan antara risiko yang diharapkan dari portofolio investasi dan
pengembalian yang dapat diharapkan investor dari itu. Model ini didasarkan pada teori
bahwa investor akan menuntut premi untuk pengambilan risiko yang meningkat. Oleh
karena itu, pengembalian yang diharapkan dari aset sama dengan pengembalian yang
berasal dari sekutitas bebas risiko (seperti obligasi pemerintah) ditambah premi untuk
risiko tambahan. Meskipun model ini memiliki keterbatasan, terutama dalam menilai
kemungkinan 19 volatilitas sekuritas individu, model ini masih banyak digunakan
sebagai alat dalam mengelola portofolio investasi (Gibson, 2003). CAPM adalah model
yang paling banyak digunakan karena kesederhanaanya. CAPM adalah suatu metode
atau cara yang dikembangkan agar setiap investor atau pebisnis bisa membuat perkiraan
kondisi keseimbangan dari risiko yang terdapat di dalam setiap aset seimbang. CAPM
mampu menjelaskan keterkaitan risiko dengan return yang memang diperlukan oleh
perusahaan.

CAPM dapat disimpulkan sebagai pengembalian kelebihan aset yang diharapkan


sama dengan beta aset kali kelebihan pengembalian yang diharapkan pada portfolio
pasar, dimana beta adalah kovarians pengembalian aset dengan pengembalian portfolio
pasar dibagi oleh varians dari tingkat pengembalian pasar (Osamwonyi dan Ajao, 2014)

CAPM adalah suatu metode atau cara yang dikembangkan agar setiap investor atau
pebisnis bisa membuat perkiraan kondisi keseimbangan dari risiko yang terdapat di
dalam setiap aset seimbang. CAPM mampu menjelaskan keterkaitan risiko dengan
return yang memang diperlukan oleh perusahaan.

2.2.1. Asumsi CAPM


CAPM adalah sebuah model yang berdasarkan pada prediksi atau perkiraan. Oleh
karena itu, model CAPM memiliki beberapa asumsi yang jadi ukuran atau dasar dari
prediksi harga aset. Asumsi dari CAPM digunakan sebagai rujukan untuk menghitung
risiko sistematis atau market risk sebagai tingkat risiko sebuah aset berharga.

 Tanpa ada biaya transaksi, pajak penghasilan dan inflasi.


 Investor dapat berinvestasi dalam jumlah berapapun.
 Tidak ada pajak penghasilan baik untuk memperoleh capital
gain maupun dividen dari aset berharga.
 Harga saham atau aset berharga tidak terpengaruh dengan aktivitas jual beli
investor.
 Semua aktiva dapat diperjualbelikan.
 Diperbolehkan praktik short sales.
 Investor dapat menyimpan dan meminjam aset dengan tingkat bunga yang
sama dengan menggunakan riskless lending dan borrowing rate.
 Investor mengharap expected return, standar deviasi, dan koefisien korelasi
antar return.
 Diversifikasi portofolio sesuai dengan garis portofolio efisien.
 Memungkinkan investor dengan probabilitas tingkat return masa depan yang
identik.
 Semua investor adalah price taker.
 Pasar dalam model CAPM adalah pasar dalam keadaan seimbang (equilibrium).

2.2.2. Manfaat CAPM


CAPM adalah salah satu metode atau model dari asset pricing yang banyak
digunakan. CAPM dapat menggambarkan berbagai hal yang berkaitan dengan aset
berharga dan risiko serta hubungannya. Berikut penjelasannya: Melihat Hubungan
Risiko Tiap Aset CAPM digunakan untuk melihat gambaran risiko tiap aset. Lebih
tepatnya, dengan CAPM, dapat tergambar keadaan dimana hubungan dari risiko untuk
tiap aset terlihat dalam keadaan seimbang. Nantinya, dengan melihat hal tersebut,
investor dapat mempertimbangkannya dalam kepemilikan aset dan risiko.
Memperkirakan Hubungan Risiko dengan Return CAPM adalah salah satu cara yang
sangat efisien dalam mengetahui risiko dan juga return. Artinya, CAPM bisa
merefleksikan secara jelas keterkaitan risiko dengan return yang diharapkan. Dengan
menggunakan CAPM, maka para investor bisa melihat risiko hasil berupa risiko
sistematis saham atau surat berharga.

2.2.3. Istilah dalam CAPM


1. Risk Free Rate

Risk free rate adalah return ataupun hasil dengan tanpa adanya risiko. Dalam
pelaksanaanya, instrumen dari risk free rate memiliki bentuk surat berharga
pemerintah, seperti surat utang, obligasi, atau investasi model lainnya. Notasi risk free
rate yang ada di dalam CAPM adalah Rf.

2. Expected Return
Expected return adalah return yang diinginkan oleh para investor pada aset berharga
yang dimilikinya. Notasi expected yang ada di dalam CAPM adalah Re.

3. Return Market

Return market atau tingkat pengembalian pasar di dalam CAPM adalah tingkat
pengembalian dengan berdasarkan tingkat fluktuasi indeks harga saham yang ada.
Notasi dari return market pada CAPM adalah Rm.

4. Beta

Karena metode CAPM adalah suatu pendekatan yang bisa memperkirakan hasil,
maka di dalamnya dikenal istilah beta. Beta adalah suatu cara mengukur tingkat
keuntungan dari aset berharga atas return market. Jika nilai beta adalah 1, setiap 1%
perubahan return pasar maka nilai return sahamnya akan sama dengan return saham
yang ada.

Bila perhitungan beta ternyata menunjukkan saham dengan nilai beta lebih dari 1,
maka saham tersebut mempunyai risiko yang lebih besar daripada risiko rata-rata yang
ada di pasar. Sebaliknya, bila suatu saham mempunyai nilai beta lebih kecil dari 1, maka
saham tersebut mempunyai risiko yang berada di bawah rata-rata pasar.

2.2.4. Kelebihan Model CAPM


Ada banyak kelebihan dalam penerapan CAPM, diantaranya:

1) Kemudahan penggunaan

CAPM adalah perhitungan sederhana yang dapat dengan mudah diuji tingkat
returnnya untuk mendapatkan berbagai kemungkinan hasil agar memberikan
kepercayaan diri di sekitar tingkat pengembalian yang diperlukan.
2) Portofolio Terdiversifikasi

Asumsi bahwa investor memegang portofolio yang terdiversifikasi, mirip


dengan portofolio pasar, menghilangkan risiko yang tidak sistematis
(spesifik)

3) Memperhitungkan Risiko Sistematis

CAPM memperhitungkan risiko sistematis (beta), yang ditinggalkan dari


model pengembalian lainnya, seperti (DDM) Devident Discount
Models/model diskon dividen. Risiko sistematis atau pasar adalah variabel
penting karena tidak terduga dan, karena alasan itu, seringkali tidak dapat
sepenuhnya dimitigasi.

4) Variabilitas Risiko Bisnis dan Keuangan.

Ketika bisnis menyelidiki peluang, jika bauran bisnis dan pembiayaan


berbeda dari bisnis saat ini, maka perhitungan pengembalian lain yang
diperlukan, seperti biaya modal rata-rata tertimbang (WACC), tidak dapat
digunakan. Akan tetapi model CAPM tetap bisa digunakan meskipun terjadi
perubahan.

2.2.5. Kelemahan Model CAPM

Dalam ilmu investasi, tidak akan ditemui model yang sempurna atau tanpa
kelemahan, demikianhalnya dengan model CAPM. Seperti kebanyakan model
ilmiah lainnya, CAPM memiliki kekurangan. Kelemahan utama tercermin dalam
input dan asumsi model, diantaranya:

1) Tingkat Bunga Bebas Risiko (Rf: Risk Free).

Tingkat yang diterima secara umum yang digunakan sebagai Rf adalah imbal
hasil atas surat berharga negara jangka pendek. Di Indonesia bisa digunakan
acuan BI Rate 7Days. Terdapat masalah dengan menggunakan input ini, dimana
hasil berubah setiap hari, sehingga menciptakan volatilitas.

2) Return Pasar (Rm: Return Market).

Pengembalian pasar dapat digambarkan sebagai jumlah keuntungan modal dan


dividen untuk pasar. Masalah muncul ketika, pada waktu tertentu,
pengembalian pasar bisa negatif. Akibatnya, pengembalian pasar jangka panjang
digunakan untuk memperlancar pengembalian. Masalah lain adalah return
market melihat data historis ke belakang dan mungkin tidak dapat mewakili
pengembalian pasar di masa depan. Karena kondisi dimasa depan sangat tidak
pasti sehingga sulit diprediksi, karena situasi bisa saja berubah-ubah.

3) Kemampuan untuk Meminjam dengan Tingkat Bebas Risiko.

CAPM dibangun di atas empat asumsi utama, termasuk satu yang


mencerminkan gambaran dunia nyata yang tidak realistis. Asumsi ini (bahwa
investor dapat meminjam dan meminjamkan pada tingkat bebas risiko) pada
kenyataannya tidak dapat dicapai. Investor individu tidak dapat meminjam
(atau meminjamkan) pada tingkat yang sama dengan pemerintah. Oleh karena
itu, garis pengembalian minimum yang diperlukan mungkin sebenarnya kurang
curam sehingga memberikan hasil pengembalian (return) yang lebih rendah
daripada yang dihitung model CAPM.

4) Penentuan Project Proxy Beta


Bisnis yang menggunakan CAPM untuk menilai investasi perlu menemukan
reflektif beta dari proyek atau investasi. Seringkali, beta proxy diperlukan.
Namun, untuk menentukan secara akurat seseorang untuk menilai proyek
dengan benar itu sulit dan dapat mempengaruhi keandalan hasilnya.
BAB III. KESIMPULAN
Dari rumusan masalah diatas tersebut dapat disimpulkan bahwa risiko dan
pengembalian memiliki hubungan yang erat dalam pasar keuangan dan penting untuk
dipahami oleh investor. Capital Asset Pricing Model (CAPM) dapat digunakan untuk
mengukur risiko dan pengembalian investasi dengan mempertimbnagkan factor-faktor
sistematis dan tidak sistematis. Namun, ada factor lain seperti likuiditas, kebijakan
moneter, fluktuasi pasar, dan kebijakan perusahaan yang juga mempengaruhi risiko dan
pengembalian investasi. Investor perlu memahami konsep risiko dan pengembalian
untuk membuat keputusan investasi yang bijak dan dapat mempertimbangkan
diversifikasi untuk mengurangi dan meningkatkan investasi.

Anda mungkin juga menyukai