Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN KASUS

“P0A0 13 Tahun (Nona) dengan Hematoma Vulva Dextra”

Disusun untuk Memenuhi Syarat mengikuti Ujian Kepaniteraan Klinik di


bagian Ilmu Obstetri dan Ginekologi

Diajukan kepada :

Pembimbing :

dr. A hardiyanto, Sp.OG

Disusun Oleh :
Disa Yuniar Rose Santi
H3A021046

KEPANITERAAN KLINIK ILMU OBSTETRI DAN GINEKOLOGI


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
RSUD TUGUREJO SEMARANG
2023
LEMBAR PENGESAHAN KEPANITERAAN

ILMU OBSTETRI DAN GINEKOLOGI

LAPORAN KASUS
“P0A0 13 Tahun (Nona) dengan Hematoma Vulva Dextra”

Disusun untuk Memenuhi Syarat Mengikuti Ujian Kepaniteraan Klinik di


Bagian Ilmu Obstetri dan Ginekologi di RSUD Tugurejo Semarang

Disusun Oleh:

Disa Yuniar Rose Santi

H3A021046

Telah disetujui oleh

pembimbing: Tanggal : 7

Agustus 2023

Pembimbing Klinik

Ilmu Obstetri dan Ginekologi

dr. A Hardiyanto, Sp. OG

ii
BAB I

PENDAHULUAN

Polip merupakan lesi atau tumor padat jinak berupa adenoma maupun
fibroadenoma serviks yang paling sering dijumpai. 1 Polip serviks adalah
pertumbuhan jinak, biasanya menonjol dari permukaan saluran serviks. Mereka
umumnya terjadi selama tahun-tahun reproduksi, terutama setelah usia 20 tahun.2
Polip serviks dapat bervariasi dalam ukuran, bentuk, dan asal. Mereka
dapat muncul sebagai tunggal atau ganda, berbentuk sobek atau lobular, berwarna
merah ceri, atau putih keabu-abuan, tergantung pada vaskularisasi lesi. Ukuran
polip serviks biasanya berdiameter kurang dari tiga cm, namun polip dapat
bervariasi dalam ukuran dan dapat cukup besar untuk mengisi vagina atau hadir di
introitus. Secara anatomis, polip serviks terhubung ke permukaan oleh pedikel,
yang biasanya panjang dan tipis, tetapi juga dapat hadir sebagai pendek dan
berbasis luas.2
Prevalensi kasus polip serviks berkisar antara 2 hingga 5%. Polip serviks
dapat ditemukan pada insiden yang memicu produksi hormon seperti pada wanita
hamil. Meskipun polip serviks umumnya jinak, polip ganas dapat muncul pada 0,2
hingga 1,5% kasus. Polip ganas lebih mungkin terlihat pada pasien
pascamenopause.1,2
Polip serviks terdiri dari dua macam. Polip ektoserviks dapat tumbuh dari
lapisan permukaan luar serviks, sering diderita oleh wanita yang telah memasuki
periode paska-menopause, meskipun dapat pula diderita oleh wanita usia
produktif. Polip endoserviks pertumbuhannya berasal dari bagian dalam serviks.
Biasanya Pada wanita premenopause (di atas usia 20 tahun) dan telah memiliki
setidaknya satu anak. Etiologi dari polip serviks belum diketahui dengan pasti,
namun sering dihubungkan dengan peradangan kronik, hiperplasia akibat respon
terhadap hormon estrogen, dan pelebaran pembuluh darah serviks. Diagnosis
polip serviks dibuat dengan cara menginspeksi serviks menggunakan spekulum.
Jika terdapat perdarahan harus dilakukan pemeriksaan untuk menyingkirkan
kelainan terutama keganasan serviks dan endometrium.1,2

3
BAB II

STATUS PASIEN

2.1 IDENTITAS PASIEN

Nama : Nn. H
Umur : 13 tahun
Alamat : Wonoplumbon, Kota Semarang
Agama : Islam
Pekerjaan : Ibu Rumah
Tangga Pendidikan Terakhir : SLTA
Masuk RS : 11 Juni 2023
No. RM : 64-XX-XX
Biaya Pengobatan : BPJS

2.2 RIWAYAT PERJALANAN PENYAKIT


ANAMNESIS
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis pada tanggal 11 Juni
2023 pukul 07.00 WIB di Bangsal Bougenville RSUD Tugurejo Semarang.
Keluhan Utama : nyeri dan bengkak pada kemaluan
 RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
Pasien datang ke RSUD tugurejo pukul 04.00 WIB dini hari
dengan keluhan nyeri dan bengkak pada kemaluan. Keluhan dirasakan
setelah satu hari sebelumnya pasien terjatuh dari kursi kayu dan bagian
pinggir kayu membentur kemaluannya. Mula mula hanya terasa nyeri
kemudian makin lama muncul bengkak dan nyeri semakin meningkat.
Nyeri dirasakan terus menerus dengan skala nyeri 8/10 sampai
mengganggu aktifitas sampai sulit untuk berjalan. Tidak ada faktor yang
memperberat dan memperingan keluhan. Pasien sempat membeli obat di
Apotik berupa obat salep trombopop dan syrup methylprednisolon
namun keluhan tidak membaik. Keluhan lain seperti nyeri saat BAK
diakui, keluar darah dari luka diakui, pusing (-), mual (-), muntah (-).
Riwayat hubungan seksual dan kekerasan seksual disangkal.

4
 RIWAYAT HAID
a. Menarche : 12 tahun
b. Siklus : 30 hari
c. Lama Haid : 7 hari
d. Nyeri Haid : (-)
 RIWAYAT PERKAWINAN

Belum menikah

 RIWAYAT OBSTETRI
P0A0
 RIWAYAT PENYAKIT DAHULU
a. Riwayat Keluhan yang sama : Disangkal
b. Riwayat trauma : Disangkal
c. Riwayat gangguan pembekuan darah : Disangkal
d. Riwayat Asma : Disangkal
e. Riwayat Alergi Obat : Disangkal
 RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA
a. Riwayat Keganasan : Disangkal
b. Riwayat Darah Tinggi : Disangkal
c. Riwayat Kencing Manis : Disangkal
d. Riwayat Penyakit Jantung : Disangkal
e. Riwayat gangguan pembekuan darah : Disangkal
f. Riwayat Asma : Disangkal
g. Riwayat Alergi Obat : Disangkal
 RIWAYAT SOSIAL EKONOMI
Pasien merupakan seorang pelajar SMP dan hidup bersama kedua
orangtuanya. Biaya pengobatan menggunakan BPJS.

Kesan ekonomi : Cukup


 RIWAYAT PRIBADI
a. Riwayat Merokok : Disangkal
b. Riwayat Konsumsi Alkohol : Disangkal
c. Riwayat Konsumsi Obat : Disangkal
2.3 PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan fisik dilakukan pada tanggal 11 Juni 2023 pukul
5
07.00 WIB di Bangsal Bougenville RSUD Tugurejo Semarang.
1. Keadaan Umum : lemas, tampak sakit ringan
2. Kesadaran : Composmentis
3. GCS : 15 (E 4, M 6, V 5)
4. Vital Sign
a. Tekanan Darah : 126/8 mmHg
b. Nadi : 104 x/ menit
c. Pernapasan : 20 x/ menit
d. Suhu : 36,6 0C
e. SpO2 : 99%
5. Status Gizi
a. Tinggi Badan : 155 cm
b. Berat Badan : 46 kg
c. BMI : 19,1 kg/m2 (Normoweight)
Status Internus
1. Kepala : Mesochepal
2. Mata : Konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-, mata cekung -/-
3. Hidung : Deformitas (-), Nafas cuping hidung -/-
4. Mulut : Sianosis (-)
5. Telinga : Deformitas -/-, Sekret -/-, Darah -/-
6. Leher : Pembesaran kelenjar tiroid -/-, pembesaran kelenjar limfe
-/-, Retraksi otot bantu nafas (-).
7. Jantung :
 Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
 Palpasi : Ictus cordis teraba tak kuat angkat
Pulsus sternal lift : (-)
Pulsus epigastrium : (-)
Pulsus parasternal : (-)
Thrill : (-)
 Perkusi : Batas atas jantung : ICS II Linea parasternal sinistra
Pinggang jantung : ICS III Linea parasternal sinistra
Kiri bawah jantung : ICS V Linea 2cm medial
midclavicular sinistra
Kanan bawah jantung: ICS V Linea sternalis dextra
6
 Auskultasi : Bunyi jantung I & II normal & murni, bising (-), gallop(-)
8. Paru :
Kiri Kanan
Inspeksi Pergerakan pernafasan Pergerakan pernafasan
simetris simetris
Palpasi Fremitus taktil simetris Fremitus taktil simetris
Perkusi Sonor Sonor
Auskultasi Suara nafas vesikuler Suara nafas vesikuler
Ronkhi (-) Ronkhi (-)
Wheezing (-) Wheezing (-)

9. Abdomen :
 Inspeksi : Datar, warna seperti kulit sekitar, jaringan parut
(+)

7
 Auskultasi : Peristaltik (+) normal
 Perkusi : Timpani seluruh lapang pandang abdomen
 Palpasi : Nyeri tekan (-)
10. Ekstremitas :
Superior Inferior
Akral dingin -/- -/-
Edema -/- -/-
CRT <2 detik +/+ +/+
Jejas -/- -/-
 PEMERIKSAAN GINEKOLOGI
1. Pemeriksaan Luar
a. Genitalia Eksterna
1) Vulva
Inspeksi : Fluxus (+), perdarahan aktif (-), tampak vulva asimetris,
edema pada vulva dextra (+) > 10 cm, hiperemis vulva dextra (+)
2) Labia Mayora
Inspeksi : Hiperemis (+) dextra, lesi (-), massa (-)
Palpasi : Massa (-), nyeri tekan (+) dextra
3) Labia Minora
Inspeksi : Hiperemis (-), lesi (-), massa (-)
Palpasi : Massa (-), nyeri tekan (-)
4) Introitus Vagina
Inspeksi : Hiperemis (-) lesi (-), massa (-), fluksus (+)
5) Klitoris
Inspeksi : Hiperemis (-), lesi (-), massa (-)
6) Ostium Uretra Eksternum
Inspeksi : Hiperemis (-), discharge (-)
Palpasi : Massa (-), nyeri tekan (-)
7) Glandula Bartholini
Inspeksi : Hiperemis (-), lesi (-), massa (-)
Palpasi : Massa (-), nyeri tekan (-)

8
2. Pemeriksaan Dalam
Tidak dilakukan pemeriksaan dalam

2.4 PEMERIKSAAN PENUNJANG


Pemeriksaan Hasil Satuan Rujukan
Darah Rutin
Leukosit H 13,92 103/uL 3,6 – 11
Eritrosit 4,74 106/uL 3,8 – 5,2
Hemoglobin 13,4 g/dL 11,7 – 15,5
Hematokrit 39,8 % 35 – 47
MCV 84,0 fL 80 – 100
MCH 28,3 Pg 26 – 34
MCHC 33,7 g/dl 32 – 36
Trombosit 255 10 /uL
3
150 – 440
RDW 12,3 % 11,5 – 14,5
MPV 9,8 fL 7,0 – 11,0
PLCR 23,0 %
Diff count
Eosinofil L 0.00 103/uL 0,045 – 0,44
Absolute
Basofil Absolute 0,02 103/uL 0 – 0,2
Netrofil Absolute 12,01 103/uL 1,8 – 8
Limfosit Absolute 1,36 10 /uL
3
0,9 – 5,2
Monosit Absolute 0,53 103/uL 0,16 – 1
Eosinofil L 0,0 % 2–4

9
Basofil 0,1 % 0–1
Netrofil H 86,3 % 50 – 70
Limfosit L 9,8 % 25 – 40
Monosit 3,8 % 2 –8
Kimia Klinik
PT L 9,9 Detik 10,0-12,7
APPT L 30,9 Detik 33,1-45,6
Glukosa Sewaktu H 146 mg/dL 60-100
Ureum 11 mg/dL 10,0-50,0
Creatinin 0,51 mg/dL <0,87
SGOT 11 U/L 0-25
SGPT 8 U/L 0-25
Natrium 137 Mmol/L 135-147
Kalium 4,0m Mmol/L 3,1-5,1
HbsAg Non reaktif Non reaktif

2.5 RESUME
Pasien datang ke RSUD tugurejo pukul 04.00 WIB dini hari dengan keluhan nyeri dan
bengkak pada kemaluan. Keluhan dirasakan setelah satu hari sebelumnya pasien terjatuh
dari kursi kayu dan bagian pinggir kayu membentur kemaluannya. Mula mula hanya terasa
nyeri kemudian makin lama muncul bengkak dan nyeri semakin meningkat. Nyeri
dirasakan terus menerus dengan skala nyeri 8/10 sampai mengganggu aktifitas sampai sulit
untuk berjalan. Tidak ada faktor yang memperberat dan memperingan keluhan. Pasien
sempat membeli obat di Apotik berupa obat salep trombopop dan syrup
methylprednisolon namun keluhan tidak membaik. Keluhan lain seperti nyeri saat BAK
diakui, keluar darah dari luka diakui, pusing (-), mual (-), muntah (-). Riwayat hubungan
seksual dan kekerasan seksual disangkal.
Pemeriksaan fisik didapatkan KU tampak lemas dan sakit ringan, kesadaran
Composmentis, TD: Tekanan Darah: 126/8 mmHg , Nadi: 104 x/ menit, Pernapasan: 20
x/ menit, Suhu: 36,6 0C, SpO2: 99%, status internus dalam batas normal, pemeriksaan
ginekologi didapatkan Fluxus (+), perdarahan aktif (-), tampak vulva asimetris, edema
pada vulva dextra (+) > 10 cm, hiperemis vulva dextra (+) dan tidak dilakukan
pemeriksaan dalam.

10
2.6 DIAGNOSA KERJA
P0A0 13 tahun (Nona) dengan hematoma vulva dextra

2.7 INITIAL PLAN


1. Initial Plan Tatalaksana
Medikamentosa :
- Infus RL 20 tpm
- Injeksi apisilin sulbactan 1,5 gr/ 8 jam IV
- Injeksi ketorolac 30 mg/8 jam IV
- Injeksi dexametasone 1 amp/12 jam IV
Non medikamentosa :
- Insisi dan evakuasi hematom
2. Initial Plan Monitoring

Monitoring terhadap keadaan umum, tanda-tanda vital, dan perdarahan


pervaginam

3. Initial Plan Edukasi


- Menjelaskan kepada pasien dan keluarga mengenai penyakit yang
dialami pasien
- Menjelaskan kepada pasien dan keluarga tentang tindakan yang akan
dilakukan
2.8 PROGNOSIS
1. Quo ad Vitam : Dubia ad bonam
2. Quo ad Sanam : Dubia ad bonam
3. Quo ad Fungsionam : Dubia ad bonam

2.9 LAPORAN OPERASI


Nama Ahli Bedah dr. A Hardiyanto, Sp.OG
Diagnosis Pra Operatif P0A0 13 tahun (Nona) dengan Hematoma Vulva
Dextra
Diagnosis Post Operatif P0A0 13 tahun (Nona) pasca insisi dan evakuasi
Hematoma Vulva Dextra
Tanggal Oprasi 11 Juli 2023
Jam operasi dimulai 09.30 WIB
Jam operasi selesai 10.30 WIB
11
Lama operasi 60 menit
Tindakan/Macam operasi Insisi dan evakuasi hematoma vulva dextra

Langkah operasi :
1) Pasien tidur posisi litotomi dengan Total intravenous anesthesia (TIVA)
2) Aseptik dan antiseptik daerah tindakan
3) Pasang duk steril daerah tindakan
4) Dilakukan asepsis dan antisepsis pada daerah genitalia, dilakukan eksplorasi
vulva kanan sebesar tinju dewasa dengan perforasi pada hymen arah jarum
jam 9
5) Dilakukan insisi pada daerah vulva dextra
6) Dilakukan evakuasi hematoma
7) Dilakukan penjahitan lapis demi lapis
8) Dilakukan pemasangan drain pada daerah tindakan
9) Pasang DC
10) Dilakukan bebat tekan pada daerah tindakan
11) Cek jumlah alat -> lengkap
12) Tindakan selesai
2.10 FOLLOW UP
Tanggal Subjective Objective Assessment Plan
11 / 07 / Nyeri dan  Keadaan umum: lemas, sakit P0A0,13 - Rencana tindakan
2023 bengkak ringan tahun (nona) insisi dan evakuasi
07.00 pada  Kesadaran: composmentis dengan hematoma vulva
kemaluan  Tekanan darah: 126 / 86 mmHg hematoma dextra
 Nadi : 104 x / menit vulva - Infus RL 20 tpm
 Pernapasan: 20 x / menit - Injeksi apisilin
 Suhu: 36,60C sulbactan 1,5 gr/ 8
 Status internus : dalam batas jam IV
normal - Injeksi ketorolac 30
mg/8 jam IV
 Status ginekologi: Fluxus (+),
- Injeksi
perdarahan aktif (-),
dexametasone 1
tampak vulva asimetris,
amp/12 jam IV
edema pada vulva dextra
- Monitoring terhadap
(+) > 10 cm, hiperemis
keadaan umum,
vulva dextra (+) dan tidak
tanda-tanda vital,
dilakukan pemeriksaan
dan perdarahan
dalam.
pervaginam
11 / 07 / Pasca  Keadaan umum : Baik P0A0,13 - Infus RL 20 tpm
2023 operasi  Keadaan umum : Baik tahun (nona) - Injeksi ketorolac 30 mg/ 8
10.50 insisi dan  Kesadaran : dalam pengaruh pasca insisi jam IV
evakuasi sedasi dan evakuasi - Injeksi asam tranexamat
12
hematoma  Tekanan darah : 109 / 56 hematoma 500 mg/8 jam IV
vulva mmHg vulva H0 - Injeksi vit K 1 amp/24 jam
dextra  Nadi : 99x / menit IV
 Laju Nafas 20 x / menit - Injeksi ampisilin sulbactam
 Suhu : 36,4 0C 1,5 gr /8 jam IV
 Status internus : dalam batas - Pasien bed rest
normal - Cek hb post operasi
 Status ginekologi: terpasang - Pertahankan drain minimal
kassa bebat tekan dan drain, 2 hari
fluksus (+), perdarahan aktif - Pengawasan KU, TTV,
(-) PPV dan drain

12 / 07 / Nyeri luka  Keadaan umum : Baik P0A0,13 - Infus RL 20 tpm


2023 operasi,  Kesadaran : komposmentis tahun (nona) - Injeksi ketorolac 30 mg/ 8
09.00 bengkak  Tekanan darah : 111 / 72 pasca insisi jam IV
pada mmHg dan evakuasi - Injeksi asam tranexamat
kemaluan  Nadi : 77x / menit hematoma 500 mg/8 jam IV
berkurang,  Laju Nafas 20 x / menit vulva H1 - Injeksi vit K 1 amp/24 jam
sudah  Suhu : 36,4 0C IV
flatus - Injeksi ampisilin sulbactam
 Status internus : dalam batas
1,5 gr /8 jam IV
normal
- Pasien bed rest
 Terpasang DC: urine jernih
- Pertahankan drain minimal
 Status ginekologi: terpasang 2 hari
kassa bebat tekan dan drain, - Ganti balut pada bebat
fluksus (+), perdarahan aktif tekan
(-) - Pengawasan KU, TTV,
 Hasil lab post operasi PPV dan drain
Hemoglobin : 12,1
Leukosit: 12.350
Trombosit: 238.000

13/ 07/ Nyeri luka  Keadaan umum : Baik P0A0,13 - Infus RL 20 tpm
2023 operasi  Kesadaran : komposmentis tahun (nona) - Injeksi ketorolac 30 mg/ 8
10.00 berkurang,  Tekanan darah : 118 / 77 pasca insisi jam IV
bengkak mmHg dan evakuasi - Injeksi asam tranexamat
pada  Nadi : 81x / menit hematoma 500 mg/8 jam IV
kemaluan  Laju Nafas 20 x / menit vulva H2 - Injeksi vit K 1 amp/24 jam
berkurang  Suhu : 36,4 0C IV
- Injeksi ampisilin sulbactam
 Status internus : dalam batas
1,5 gr /8 jam IV
normal
- Aff drain
 Terpasang DC: urine jernih
- Ganti balut pada bebat
 Status ginekologi: terpasang tekan
kassa bebat tekan dan drain, - Mobilisasi bertahap
fluksus (+), perdarahan aktif - Pengawasan KU, TTV,
(-) PPV dan drain
14/ 07/ Nyeri luka  Keadaan umum : Baik P0A0,13 - Aff infus
2023 operasi  Kesadaran : komposmentis tahun (nona) - Asam mefenamat 500 mg/8
berkurang,  Tekanan darah : 110/ 60 mmHg pasca insisi jam PO
bengkak  Nadi : 84x / menit dan evakuasi - Asam tranexamat 500 mg/8
pada  Laju Nafas 20 x / menit hematoma jam PO
kemaluan  Suhu : 36,6 0C vulva H3 - Cefadroksil 500 mg/12 jam
berkurang PO
 Status internus : dalam batas
- Metronidazole 500 mg/8
normal
jam PO
 Terpasang DC: urine jernih
- Aff DC
 Status ginekologi: terpasang - Ganti balut pada bebat
kassa bebat tekan dan drain, tekan
fluksus (-), perdarahan aktif (-) - Mobilisasi bertahap
13
- Pengawasan KU, TTV,
PPV dan drain
- Rawat jalan bila suda=h
BAK spontan

2.11 KONTROL

Tanggal Subjective Objective Assessment Plan


21/ 07/ P0A0,13
2023 tahun (nona)
09.35 dengan pasca
insisi dan
evakuasi
hematoma
vulva

14
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

3.1 DEFINISI
Polip merupakan lesi atau tumor padat jinak berupa adenoma maupun
fibroadenoma yang tumbuh menonjol dan bertangkai, tumbuh di permukaan
mukosa serviks (bagian endoserviks atau intramukosal serviks) dengan variasi
eksternal atau regio vaginal serviks.1
Polip serviks dapat bervariasi dalam ukuran, bentuk, dan asal. Dapat
muncul sebagai tunggal atau ganda, berbentuk sobek atau lobular, berwarna
merah ceri, atau putih keabu-abuan, tergantung pada vaskularisasi lesi. Ukuran
polip serviks biasanya berdiameter kurang dari 3 cm, namun, seperti disebutkan
sebelumnya, polip serviks dapat bervariasi dalam ukuran dan dapat cukup besar
untuk mengisi vagina atau introitus vagina.2

3.2 ANATOMI
Uterus (rahim) merupakan organ yang tebal, berotot, bcrbentuk buah pir,
yang sedikit gepeng kearah muka beiakang, terletak di dalam pelvis antara
rektum di beiakang dan kandung kemih di depan. Ukuran uterus sebesar telur
ayam dan mcmpunyai rongga. Dindingnya terdiri atas otot polos

15
Bagian pada uterus adalah sebagai berikut:

1. Fundus Uteri : Merupakan bagian uterus yang terletak di ata s muara tuba
uterina.
2. Korpus Uteri : Merupakan bagian uterus yang terletak di bawah muara
tuba uterina. Bagian bawah corpus menyempil, yang akan berlanjut
sebagai serviks uteri.
3. Serviks Uteri : Ujung serviks yang menuju puncak vagina disebut porsio,
hubungan antara kavum uteri dan kanalis servikalis disebut ostium uteri
yaitu bagian serviks yang ada di atas vagina.

Bagian utama pada serviks terdiri atas bagian ektoserviks dan


endoserviks.3,4
a) Ektoserviks
Merupakan bagian dari serviks yang dapat dilihat dari dalam
vagina selama pemeriksaan ginekologi. Ektoserviks ditutupi oleh
epitel skuamosa berwarna mengkilat dan merah muda pada forniks
kanan, kiri, depan dan belakang.
b) Endoserviks
Merupakan bagian serviks yang berada di dalam yang menutupi
permukaan kanalis servikalis dan tidak dapat dilihat selama
pemeriksaan ginekologi.4

3.3 EPIDEMIOLOGI
16
Polip serviks merupakan kondisi umum dalam praktik ginekologi, mereka
adalah polip kedua yang paling umum pada pemeriksaan ginekologi, setelah
polip endometrium. Pada populasi umum, perkiraan prevalensi polip serviks
adalah antara 2 hingga 5% wanita. Wanita multigravida memiliki peningkatan
risiko mengalami polip serviks dibandingkan dengan nulipara. Satu dari delapan
wanita mengalami kekambuhan polip serviks setelah pengangkatan. Dalam
banyak kasus polip serviks tidak menunjukkan gejala. Meskipun polip serviks
umumnya jinak, polip ganas dapat muncul pada 0,2 hingga 1,5% kasus dan
dapat terlihat pada pasien pascamenopause.2 25% wanita dengan polip serviks
memiliki polip endometrium yang hidup berdampingan.5
Polip serviks paling banyak terjadi pada wanita usia reproduksi, namun
yang paling rentan terhadap penyakit ini adalah perempuan usia 40 - 50 tahun.
Polip serviks dapat ditemukan pada insiden yang memicu produksi hormon
seperti pada wanita hamil.1

3.4 ETIOLOGI
Etiologi polip serviks masih belum diketahui. namun sering dihubungkan
dengan peradangan kronik, hiperplasia akibat respon terhadap hormon estrogen,
dan pelebaran pembuluh darah serviks. Pertumbuhan polip merupakan implikasi
dari degenerasi hiperplastik fokal di daerah serviks yang merupakan reaksi
sekunder dari inflamasi serviks. Epitellium silinder yang menutupi polip dapat
mengalami ulserasi. Polip serviks pada dasarnya adalah suatu reaksi radang,
penyebabnya sebagian dari reaksi radang yang dapat terjadi adalah : radang
sembuh sehingga polip mengecil atau kemudian hilang dengan sendirinya, polip
menetap ukurannya, dan polip membesar.6
Beberapa faktor yang dapat beresiko terjadinya polip serviks adalah:2
1. Wanita pramenopause
2. Multigravida
3. Infeksi seksual menular
4. Riwayat polip serviks sebelumnya
3.5 KLASIFIKASI
Polip serviks dikategorikan berdasarkan asalnya, yaitu polip
ektoserviks dan endoserviks.
1) Polip endoserviks adalah jenis polip yang paling umum; biasanya muncul

17
dari kelenjar serviks di endoserviks. Polip endoserviks, biasanya muncul
Pada wanita premenopause (di atas usia 20 tahun), dan telah memiliki
setidaknya satu anak.
2) Polip ektoserviks merupakan polip yang muncul dari sel-sel lapisan
permukaan luar serviks di dalam ektoserviks. Pada polip ektoserviks
sering diderita oleh wanita yang telah memasuki periode paska-
menopause, meskipun dapat pula diderita oleh wanita usia produktif.
Pembagian ini bukan ukuran absolut untuk menetapkan letak polip secara
pasti.2
3.6 DIAGNOSIS
Diagnosis polip serviks dibuat dengan cara menginspeksi serviks
menggunakan spekulum. Jika terdapat perdarahan harus dilakukan
pemeriksaan untuk menyingkirkan kelainan terutama keganasan serviks dan
endometrium. Gejala dari polip serviks biasanya intermenstrual bleeding,
postcoital bleeding, leukorea, hipermenorrhea, dan terasa tidak nyeri. Pasien
juga dapat memiliki riwayat leukorea, perdarahan di luar siklus menstruasi,
perdarahan setelah koitus, perdarahan setelah menopause, perdarahan
intermenstrual atau paska-koitus dengan hipermenorea, pada kasus infertilitas
wanita juga patut dilacak apakah terdapat peradangan serviks atau polip,
ataupun ketidaknyamanan vagina.2
Pada pemeriksaan dengan spekulum dapat dijumpai jaringan bertambah,
massa kecil , berwarna merah, tampak seperti jari yang keluar melalui kanalis
servikalis dan biasanya berukuran panjang 1-2 cm dan berdiameter 0,5-1 cm,
mudah berdarah, dan terdapat pada vagina bagian atas, dan teraba lunak.2
Diagnosis pasti polip serviks adalah pemeriksaan histologis. Polip juga
dapat dievaluasi melalui pemeriksaan histerosalfingografi atau sonohisterografi
dengan infus salin. Ultrasonografi transvaginal mengevaluasi patologi
endometrium terkait. Jika diindikasikan, dokter harus melakukan pengambilan
sampel endometrium.5
3.7 DIAGNOSIS BANDING
Diagnosis banding polip serviks sangat luas, karena pasien yang
bergejala biasanya datang dengan perdarahan uterus abnormal. Perdarahan
uterus abnormal dapat terjadi karena berbagai etiologi, seperti:2
a) Fibroid rahim
18
b) Hiperplasia endometrium dan keganasan
c) Endometriosis
d) Adenomiosis
e) Ektropion serviks
f) Kanker serviks
g) Lesi permukaan saluran genital
h) Infeksi seksual menular
i) Kondisi terkait kehamilan, yaitu, kehamilan ektopik
j) Polip endometrium
Selama pemeriksaan ginekologi, polip endometrium yang menonjol
melalui saluran serviks dapat menyerupai polip serviks jika berada di
serviks.

3.7 TATALAKSANA
Pengobatan polip serviks sangat tergantung pada karakteristik
klinisnya. Polip tanpa gejala biasanya tidak memerlukan intervensi apa pun.
Polip dengan simtomatik, besar, atau atipikal biasanya memerlukan
pengangkatan. Beberapa teknik untuk manajemen polip termasuk polipektomi
untuk polip dengan pedikel ramping, terdiri dari memegang dasar polip
dengan forsep cincin dan memutar dan memutarnya sampai lepas, untuk polip
yang lebih kecil, digunakan forsep biopsi punch, dan polip dengan tangkai
yang tebal biasanya memerlukan eksisi bedah listrik atau pengangkatan
histeroskopi.
Setelah pengangkatan polip, kemudian dapat dilakukan dikauterisasi
untuk mencegah perdarahan dan mengurangi tingkat kekambuhan. Namun,
jika alasnya sangat lebar, dapat diobati dengan menggunakan bedah listrik
atau ablasi laser.
Setiap polip yang dipotong harus dikirim untuk pemeriksaan
histologis lebih lanjut untuk menyingkirkan keganasan. 7 Pada wanita dengan
polip berulang dan wanita pascamenopause, penting untuk melakukan
eksplorasi kanalis serviks dan rongga rahim lebih lanjut dengan histeroskopi
untuk menyingkirkan patologi endometrium (polip atau keganasan).7
Beberapa pendekatan yang disebutkan sebelumnya tidak membantu
dalam mendeteksi asal dan jumlah pasti, lokasi, atau ukuran polip. Akibatnya,

19
prosedur tersebut dapat meninggalkan fragmen polip sisa di saluran serviks,
dan dapat menyebabkan kekambuhan jika tidak diangkat dengan benar.
Polip serviks jarang terjadi pada kehamilan, dan biasanya tanpa gejala
dan kecil. Beberapa polip serviks dapat salah didiagnosis pada minggu-
minggu awal kehamilan sebagai perdarahan vagina abnormal dan dapat
menyebabkan diagnosis keguguran yang tak terhindarkan. Oleh karena itu,
rekomendasi untuk melakukan USG color doppler pada wanita hamil dengan
perdarahan berulang yang tidak dapat dijelaskan untuk menyingkirkan polip
endoserviks serta beberapa penyebab lain seperti vasa previa.
Pedoman ini kontroversial dalam pengobatan polip serviks pada
kehamilan. Beberapa penelitian menyarankan pengangkatan polip selama
kehamilan dengan cryosurgery; namun, beberapa memilih manajemen
konservatif untuk menghindari perdarahan berat, persalinan prematur, atau
aborsi.8
3.8 KOMPLIKASI
Komplikasi utama polip dikaitkan dengan infertilitas ketika polip
sudah tumbuh cukup besar sehingga menghalangi ostium eksternal serviks.
Selain itu, polip juga dapat mengalami peradangan atau terinfeksi. Dalam hal
ini, pasien akan datang dengan keputihan berwarna kekuningan. Perdarahan
pada masa nifas juga dapat menjadi komplikasi yang serius karena polip
bersifat vaskular.
Beberapa komplikasi juga dapat dikaitkan dari setelah dilakukanya
tindakan polipektomi yang meliputi:2
a) Infeksi
b) Pendarahan
c) Perforasi uterus
untuk mengurangi risiko ini, hanya polip yang mudah terlihat yang
harus diangkat dalam pengaturan rawat jalan.
3.9 PROGNOSIS
Polip serviks jinak dalam banyak kasus, meskipun masih
memungkinkan menjadi ganas pada 0,2 hingga 1,5% kasus. Pengangkatan
polip serviks adalah prosedur sederhana untuk menurunkan komplikasi.
Wanita yang sebelumnya memiliki polip memiliki risiko untuk mengalami
kekambuhan.2
20
BAB IV

PEMBAHASAN

Pasien datang ke Poli Kandungan RSUD Tugurejo Semarang tanggal 29


September 2022 pukul 10.15 dengan keluhan keluar darah dari jalan lahir seperti
haid selama ± 1 tahun, darah keluar terus-menerus dengan jumlah yang sedikit
dan tidak disertai dengan nyeri. Keluhan keputihan juga diakui, tidak terus-
menerus dan tidak berbau. Tidak ada hal yang memperberat dan memperingan
keluhan. Sebelumnya pasien belum pernah merasakan keluhan yang sama, dan

21
hanya dirasakan ± 1 tahun terakhir ini sejak 2020, dan sampai saat ini belum
dilakukan tindakan apapun ke pasien. Pada tanggal 29 September pukul 11.50
dilakukan rawat inap di ruang Bougenville dan direncanakan akan dilakukan
eksterpasi dan kuretase di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Tugurejo
Semarang.
Polip serviks merupakan lesi atau tumor padat jinak berupa adenoma
maupun fibroadenoma yang tumbuh menonjol dan bertangkai, tumbuh di
permukaan mukosa serviks. Polip serviks paling banyak terjadi pada wanita usia
reproduksi, namun yang paling rentan terhadap penyakit ini adalah perempuan
usia 40 - 50 tahun, dengan prevalensi polip serviks adalah antara 2 hingga 5%
wanita, dan 0,2 hingga 1,5% kasus dapat muncul sebagai polip ganas.
Berdasarkan lokasi asalnya polip serviks terbagi menjadi dua yaitu polip
endoserviks dan ektoserviks. Polip endoserviks muncul dari kelenjar serviks di
endoserviks, dan biasanya muncul pada wanita premenopause (di atas usia 20
tahun), dan telah memiliki setidaknya satu anak, sedangkan pada polip
ektoserviks merupakan polip yang muncul dari sel lapisan permukaan luar
serviks di dalam ektoservik dan sering diderita oleh wanita yang telah memasuki
periode paska-menopause atau diderita oleh wanita usia produktif.
Gejala yang timbul biasanya leukorea, perdarahan di luar siklus
menstruasi, perdarahan setelah koitus, perdarahan setelah menopause,
perdarahan intermenstrual atau paska-koitus dengan hipermenorea dan terasa
tidak nyeri. Diagnosis polip serviks dapat ditegakkan melalui anamnesis,
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang berupa pemeriksaan
histopatologis. Pada pemeriksaan fisik dengan spekulum dapat dijumpai jaringan
bertambah, massa kecil, berwarna merah, tampak seperti jari yang keluar melalui
kanalis servikalis dan biasanya berukuran panjang 1-2 cm dan berdiameter 0,5-1
cm, mudah berdarah, dan terdapat pada vagina bagian atas, dan teraba lunak.
Penatalaksanaan polip serviks didasarkan pada polip tanpa gejala dengan polip
tanpa gejala. Pada polip tanpa gejala biasanya tidak memerlukan intervensi
apapun, sedangkan polip dengan gejala biasanya memerlukan pengangkatan
berupa tindakan polipektomi dengan cara ekstirpasi. Kemudian dilakukan
kauterisasi untuk mencegah perdarahan dan mengurangi tingkat kekambuhan.
Pada pasien ini berusia 51 tahun datang dengan gejala perdarahan terus-
menerus dari jalan lahir sudah berlangsung selama 1 tahun, dari keluhan tersebut
22
pasien tidak merasakan adanya nyeri. Pada pemeriksaan dalam didapatkan massa
bertangkai berukuran 2 x 1 cm yang keluar dari portio serviks dan terdapat darah
di massa tersebut, dari klinis dan pemeriksaan fisik sesuai dengan teori maka
diagnosis polip serviks dapat ditegakkan. Tindakan yang diambil berupa
pengangkatan polip dengan ekstirpasi dilanjutkan dengan kuretase merupakan
tindakan yang sudah tepat pada kasus ini.

DAFTAR PUSTAKA

1. Achadiat, C.M. Prosedur Tetap Obstetri dan Ginekologi. Jakarta: EGC; 2004
2. Alkilani YG, Apodaca-Ramos I. Cervical Polyps. [Updated 2022 Apr 30]. In:
StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2022
Jan-. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK562185/
3. Sundaram S., Johnson AR., Makowski L. Obesity, metabolism and the micro
encironment: links to cancer. Wolters Klover.2013.

23
4. Moore, L.K. & Dalley, A.F. Clinically Oriented Anatomy. Lippincot Williams &
Wilkins; 2013.
5. Stamatellos I, Stamatopoulos P, Bontis J. The role of hysteroscopy in the current
management of the cervical polyps. Arch Gynecol Obstet. 2007 Oct;276(4):299-
303
6. Prawirohardjo, S.. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Sarwono
Prawirohardjo; 2012.
7. Uçar MG, İlhan TT, Uçar RM, Karabağli P, Çelik Ç. Diagnostic Value of Visual
Examination of Cervical Polypoid Lesions and Predictors of Misdiagnosis. J
Low Genit Tract Dis. 2016 Oct;20(4):356-9. [PubMed]
8. Tokunaka M, Hasegawa J, Oba T, Nakamura M, Matsuoka R, Ichizuka K,
Otsuki K, Okai T, Sekizawa A. Decidual polyps are associated with preterm
delivery in cases of attempted uterine cervical polypectomy during the first and
second trimester. J Matern Fetal Neonatal Med. 2015 Jun;28(9):1061-3

24

Anda mungkin juga menyukai