Skripsi Akurasi Arah Kiblat Masjid
Skripsi Akurasi Arah Kiblat Masjid
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum
untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh
Gelar Sarjana Syariah (S.Sy)
Oleh:
DANIEL ALFARUQI
NIM. 1111044100065
iv
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT atas segala limpahan rahmat, nikmat, hidayah
dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat dan
sahabat, dan seluruh umat Islam yang setia hingga akhir zaman.
Ibunda Imelda, S.Pd yang selalu memberikan kasih sayang, bimbingan, dan doa
tanpa kenal lelah. Semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan rahmat dan kasih
skripsi ini, tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak, sehingga penulis dapat
menyelesaikan penulisan karya ilmiah ini sebagai salah satu syarat untuk
mencapai gelar Sarjana Syariah. Karena itu penulis menghaturkan ucapan terima
1. Dr. Asep Saepudin Jahar, M.A., Ph.D. selaku Dekan Fakultas Syariah dan
2. Kamarusdiana, S.Ag., MH. dan Sri Hidayati, M.Ag. selaku Ketua dan
3. Drs. H. Sirril Wafa, M.Ag. selaku pembimbing skripsi yang tak pernah
v
4. Afwan Faizin, MA. selaku Dosen Penasehat Akademik yang selalu
5. Seluruh dosen di Fakultas Syariah dan Hukum yang telah mendidik dan
Hidayatullah Jakarta.
6. M. Soleh Hasan, Lc., MA. selaku orang tua kami selama belajar dan
8. Nofriwandi, SH. dan Resfi Yendri, S.Ag. selaku Camat dan Kepala KUA
Payakumbuh Utara beserta staf yang telah memberikan izin bagi penulis
10. Bapak-bapak pengurus masjid dan mushalla yang telah banyak membantu
vi
11. Papa dan mama, serta kedua adikku Zikril Mustawa dan Nur Aisyah yang
12. Kepada yang tersayang Resti Adita, A.Md. KG. yang selalu memberikan
13. Keluarga besar Peradilan Agama Angkatan 2011 kelas A dan B terutama
Niyarto, Ahmad Saidi, Azmi Hayim Ali, Safira Maharani dan Nadia.
Jakarta angkatan 2011 terutama Yusup, Miqdad, Rizki, dan juga adik-adik
Penulis
vii
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ...................................................... 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah................................... 6
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................ 7
D. Review Studi Terdahulu ...................................................... 8
E. Metode Penelitian ................................................................. 10
F. Sistematika Penulisan ........................................................... 14
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan .......................................................................... 88
B. Saran-saran ........................................................................... 90
ix
DAFTAR TABEL
Matahari ......................................................................................... 72
Tabel 4.5 Kiblat Masjid yang Diukur Menggunakan Perkiraan Arah Barat . 73
x
Barat ............................................................................................... 76
Matahari ......................................................................................... 77
Tabel 4.9 Kiblat Mushalla yang Diukur Menggunakan Software Kiblat ...... 78
Tabel 4.17 Masjid yang Penyimpangan Arah Kiblatnya Paling Tinggi .......... 85
Tabel 4.18 Mushalla yang Penyimpangan Arah Kiblatnya Paling Tinggi ...... 86
xi
BAB I
PENDAHULUAN
membutuhkan satu sama lain. Manusia tidak dapat hidup terasing dari manusia
lain, melainkan harus selalu hidup dalam ikatan kelompok, golongan, atau
dikuatkan dan ditingkatkan ke tingkat yang lebih baik dari aspek spiritualitas
akan menjadi lemah dan menurun bahkan rasa cinta, kasih sayang, kelembutan
dan keadilan menjadi tidak ada. Jika hubungan manusia hanya ditinjau dari aspek
kemanusiaan yang liar tanpa ada ikatan maupun kontrol. Allah SWT menjadikan
shalat sebagai media untuk membina manusia dan menempatkan nalurinya. Shalat
menjadi fondasi hubungan antar manusia yang dibangun di atas dasar-dasar yang
baik dan jauh dari bias tendensi dan keinginan hawa nafsu.2
1
Nurnaningsih Amriani, Mediasi: Alternatif Penyelesaian Sengketa Perdata di
Pengadilan, cet.I, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2011), h. 1.
2
Abdul Aziz Muhammad Azzam dan Abdul Wahhab Sayyed Hawas, Fiqih Ibadah,
Penerjemah Kamran As’at Irsyady, dkk, cet. II, (Jakarta: Amzah, 2010), h. 146.
1
2
pada waktunya dan harus menghadap kiblat.3 Arah kiblat dalam Islam sudah
sah shalat yang tidak dapat ditawar-tawar, memang pada mulanya ketika
Rasulullah SAW, berada di Mekkah beliau shalat menghadap Baitul Maqdis atas
perintah dari Allah SWT. Hal ini dimaksudkan untuk membujuk hati para ahli
kitab. Tetapi beliau sangat berharap agar arah kiblat di alihkan ke Ka’bah yang
mulia, karena itulah kiblat bapaknya, Ibrahim Al-Khalil. Maka saat itu beliau
pengalihan arah kiblat. Beliau benar-benar sangat mengharapkan hal ini, hingga
akhirnya Allah SWT memenuhi keinginan beliau dan memerintahkan agar beliau
menghadap ke arah Ka’bah. Di samping itu ada sebab lain yang membuat beliau
berkeinginan atas pengalihan kiblat dari Baitul Maqdis ke Ka’bah, yaitu karena
orang-orang Yahudi yang sangat jahat biasa berkata, “Alangkah anehnya urusan
Muhammad, dia berbeda dengan kita dalam masalah agama, namun sama dalam
shalatnya dengan kiblat kita dan kalau tidak karena agama kita, tentu dia tidak
tahu harus menghadap kemana ketika shalat”. Karena itulah beliau benar-benar
3
Depag, Almanak Hisab Rukyat, (Jakarta: Proyek Pembinaan Badan Peradilan Agama,
1998), h. 25.
4
Encup Supriatna, Hisab Rukyat dan Aplikasinya, (Bandung: PT Refika Aditama, 2007),
h.69.
5
Muhammad Ali Ash-Shabuny, Tafsir Tematik Surat Al-Baqarah-Al-An’am, cet.I,
(Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2000), h. 30.
3
melaksanakan kewajiban itu. Namun, hal ini menjadi persoalan bagi orang yang
jauh dari Mekkah. Kewajiban seperti itu merupakan hal yang berat, karena mereka
sebelah Barat sehingga identik dengan arah Barat tempat terbenamnya matahari.
Akibatnya, bagi mereka shalat itu harus menghadap ke Barat dimanapun mereka
berada. Dengan demikian, masalah kiblat itu menjadi masalah sederhana yang
dapat diketahui dengan diketahuinya arah terbit dan terbenamnya matahari. Ketika
mereka masih berada di wilayah Indonesia, hal tesebut tidak menjadi persoalan,
Akan tetapi, persoalannya akan menjadi lain apabila mereka berada di luar
wilayah Indonesia seperti yang dialami oleh kaum muslimin Suriname Amerika
Latin yang berasal dari pulau Jawa. Mereka tetap mengadap ke Barat dalam
ilmu pengetahuan yang ada. Pertama kali mereka menentukan arah kiblatnya ke
Barat dengan alasan Saudi Arabia tempat dimana Ka’bah berada terdapat di
sebelah Barat Indonesia. Hal ini dilakukan dengan perkiraan saja tanpa
perhitungan dan pengukuran terlebih dahulu. Oleh karena itu, arah kiblat sama
persis dengan tempat matahari terbenam. Dengan demikian arah kiblat itu identik
6
Moh. Murtadho, Ilmu Falak Praktis, (Malang: UIN Malang Press, 2008), h. 126.
7
Maskufa, Ilmu Falak, cet.II, (Jakarta: Gaung Persada Press, 2010), h. 123.
4
terletak di sebelah Barat agak miring ke Utara (Barat Laut) maka arah kiblatnya
ke arah tersebut. Oleh karena itu ada sebagian umat Islam yang tetap memiringkan
arah kiblatnya agak ke Utara walaupun ia shalat di masjid yang sudah benar
menghadap kiblat.8
matahari persis pada titik zenith Ka’bah.9 Setelah kompas ditemukan, umat Islam
menggunakan alat tersebut untuk menentukan arah kiblat, namun cara ini kurang
terlebih dahulu diketahui koordinat Ka’bah dan tempat yang bersangkutan. Sistem
ini menggunakan dua cara, yaitu ilmu ukur bidang datar dan ilmu ukur bola
sangat perlu agar kita merasa yakin telah menghadap kiblat dalam melaksanakan
ibadah yang diwajibkan. Untuk mendapatkan keyakinan akan kiblat yang benar
8
Direktorat Jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama Islam Direktorat Pembinaan
Badan Peradilan Agama, Pedoman Penentuan Arah Kiblat, (Jakarta: 1994/1995), h. 48.
9
Ahmad Izzuddin, Fiqih Hisab Rukyah di Indonesia: Upaya penyatuan Mazhab Hisab,
(Yogyakarta: Logung Pustaka, 2003), h. 36.
10
Direktorat Jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama Islam Direktorat Pembinaan
Badan Peradilan Agama, Pedoman Penentuan Arah Kiblat, (Jakarta: 1994/1995), h. 50-58.
5
kesempurnaan arahnya. Sebab bergeser sedikit saja dari arah yang sebenarnya,
masjid dan mushalla keakuratan arah kiblat sangat perlu diperhatikan. Hal yang
paling penting dalam persiapan pembangunan mushalla atau masjid adalah letak
mihrab. Di sebelah mana dan ke arah mana ruang mihrab itu berada selalu
menjadi perhatian utama ke arah mana mihrab itu menghadap, kelak menjadi
Walaupun telah ada teori untuk menentukan arah kiblat yang akurat seperti
yang telah disebutkan di atas, namun kenyataannya praktek yang dilakukan oleh
kebanyakan masyarakat berbeda dengan teori yang telah di tetapkan. Sampai saat
ini masyarakat masih tetap menggunakan cara-cara yang tradisional seperti hanya
dengan menentukan arah Barat dan memiringkan sedikit ke arah Utara yang hanya
di lakukan dengan perkiraan semata ataupun hanya berpatokan kepada masjid atau
Menurut data yang ditulis dalam buku penentuan arah kiblat Departemen
Agama sebagai mana dikutip oleh Maskufa dalam bukunya yang berjudul Ilmu
Falak, seharusnya arah kiblat kota Payakumbuh kalau diukur dari Barat ke Utara
adalah 24º18’ jika masyarakat kota Payakumbuh berpatokan pada ukuran yang
telah ditetapkan oleh Departemen Agama tersebut, maka pasti arah kiblat di kota
11
Encup Supriatna, Hisab Rukyat dan Aplikasinya, (Bandung: PT Refika Aditama, 2007),
h.71.
12
Sirril Wafa, dkk, “Akurasi Arah Kiblat Masjid dan Mushalla di Wilayah Ciputat,”
Laporan Penelitian, (Jakarta: Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
2002), h.15.
6
Perbedaan antara teori penentuan arah kiblat yang telah penulis pelajari
selama kuliah dengan praktik yang terjadi di masyarakat membuat penulis tertarik
untuk meneliti permasalahan tersebut. Penulis merasa hal ini sangatlah penting
untuk dikaji dan diteliti agar memperoleh jawaban yang jelas mengenai
Payakumbuh Utara”.
1. Pembatasan Masalah
kelurahan.
2. Perumusan Masalah
pokok yang menjadi objek kajian dalam skripsi ini sebagai berikut:
pembangunannya?
1. Tujuan Penelitian
Utara dalam menentukan arah kiblat masjid dan mushalla ketika awal
pembangunannya.
2. Manfaat Penelitian
mengenai cara penentuan arah kiblat agar shalat yang di dirikan lebih
mencapai kesempurnaannya.
skripsi yang membahas tentang arah kiblat. Berikut skripsi yang penulis temukan:
Hidayatullah Jakarta tahun 1432 H / 2011 M. Dalam skripsi ini dibahas tentang
dengan penelitian penulis yaitu, selain wilayah yang berbeda, penelitian penulis
tidak hanya mengukur tingkat keakuratan masjid saja, namun juga mengukur
Utara.
Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 1432 H / 2011 M. Skripsi ini
(SMA) dengan asumsi bahwa seharusnya pengetahuan tentang ilmu falak untuk
akurasian arah kiblat masjid dan mushalla yang ada dalam lingkungan masyarakat
dengan asumsi bahwa pandangan masyarakat tentang keakuratan arah kiblat harus
Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 1431 H / 2010 M. Dalam skripsi ini dibahas
Sedangkan penelitian yang penulis lakukan tidak hanya terbatas pada kiblat
mushalla saja, namun juga meneliti tentang kiblat masjid yang ada di 25 kelurahan
dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 1434 H / 2013 M. Skripsi ini
membahas tentang akurasi kiblat pada masjid yang dilakukan di perkotaan dan
keakuratan arah kiblat. Sedangkan penelitian yang penulis lakukan tidak hanya
meneliti keakuratan kiblat masjid saja, namun juga meneliti keakuratan arah kiblat
lain yang pernah membahas tentang arah kiblat ini yaitu dalam cara penentuan
arah mata angin. Penulis dalam menentukan arah mata angin memanfaatkan
10
cahaya matahari dengan media pendukung program dari Mizwala Qibla Finder.
E. Metode Penelitian
Metode adalah cara atau jalan, sehubungan dengan upaya ilmiah, maka
metode menyangkut masalah cara kerja yaitu cara kerja untuk dapat memahami
kegiatan penelitian.13
1. Jenis Penelitian
masalah yang timbul. Dalam hal ini yaitu dengan mencari dan
tersebut. Objek penelitian dalam hal ini adalah masjid dan mushalla di
kiblatnya.
13
Afifi Fauzi Abbas, Metode Penelitian, cet.I, (Jakarta: 2010), h. 97.
11
2. Sumber Data
a. Data Primer
selama penelitian berjalan. Hal ini berarti bahwa pada waktu awal
penelitian dimulai, data masih belum ada, dan data tersebut baru ada
b. Data Sekunder
tentang bahan primer, terdiri dari buku-buku, artikel ilmiah, dan arsip-
14
Yayan Sopyan, Metode Penelitian untuk Mahasiswa Fakultas Syariah dan Hukum,
(Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2009), h. 57.
15
Winarno Surachmad, Dasar dan Teknik Research (Pengantar Metodologi Ilmiah),
(Bandung: C.V Tarsito, 1975), h. 155.
12
sekitar.
d. Sampel, adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
16
Koentjaraningrat, Metode-metode Penelitian Masyarakat, (Jakarta: PT Gramedia,
1985), h. 129.
17
Husaini Usman, dkk., Metode Penelitian Sosial, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), h.69.
18
Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif dan kualitatif dan R&D, cet. VII, (Jakarta: CV
Afabeta 2009), h. 82.
13
tersebut diambil secara acak dari wilayah sampel yang dipilih dalam
penelitian ini.
suatu cara penelitian yang menghasilkan data deskriptif analisis, yaitu apa
yang dinyatakan oleh responden secara tertulis serta lisan dan juga
19
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta: UI Press, 1984), h. 13.
14
5. Teknik Penulisan
Peningkatan dan Jaminan Mutu (PPJM) Fakultas Syariah dan Hukum UIN
F. Sistematika Penulisan
BAB II Kajian Teoritis Tentang Arah Kiblat, bab ini berisi tentang
arah kiblat.
Utara.
Payakumbuh Utara.
memahami skripsi ini yaitu, akurasi, arah, kiblat dan ka‟bah. Keempat istilah ini
saling berkaitan satu sama lain dan merupakan pembahasan pokok dalam skripsi
ini.
dengan jihah atau syathrah dan terkadang disebut juga dengan qiblah yang artinya
adalah hadapan.2 Bila kata syathrah diikuti oleh kata Masjid al-Haram seperti
disebutkan dalam Q.S al-Baqarah ayat 144, maka maknanya adalah arah
Kiblat yang dalam bahasa Arabnya disebut qiblah berasal dari kata
istaqbala yang semakna dengan wajaha, yang berarti menghadap. Sehingga kata
qiblah dapat diartikan hadapan, yaitu suatu keadaan (tempat) di mana orang-orang
menghadap kepadanya.4
1
Peter Salim dan Yenny Salim, Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer, cet.III, (Jakarta:
Modern English Press, 2002), h. 36.
2
Ahmad Warson Munawwir, Kamus al-Munawwir Arab-Indonesia, (Yogyakarta:
Pustaka Progresif, 1984), h. 1305.
3
Atabik Ali Ahmad Zuhdi Mudhor, Kamus al-Ashri, cet. IV, (Yogyakarta: Multi Karya
Grafika, 1998), h. 1134.
4
Ahmad Izzuddin, Kajian Terhadap Metode-Metode Penentuan Arah Kiblat dan
Akurasinya, cet.I, (Jakarta: Kementrian Agama RI, 2012), h. 26.
16
17
Muslims when performing the daily ritual prayers (shalat) anywhere in the world.
Artinya, kiblat adalah titik tertentu yang dihadapi oleh umat Islam saat melakukan
shalat setiap hari di mana saja di dunia.5 Pada hakikatnya dalam kajian hukum
Islam, istilah qiblah ini adalah satu arah yang menyatukan arah segenap umat
Sedangkan Ka‟bah adalah bangunan suci umat Islam yang terletak di kota
empat).8 Ka‟bah disebut juga dengan Baitullah, Baitul Haram dan Baitul Atiq atau
rumah tua yang dibangun kembali oleh Nabi Ibrahim dan puteranya Nabi Isma‟il
dijadikan sentral arah dalam peribadatan umat Islam yakni shalat dan wajib
5
Mircea Eliade, The Encyclopedia of Religion, volume.7, (New York: Macmillan Library
Reference USA, 1993), h. 225.
6
Perpustakaan Nasional, Ensiklopedi Islam, cet.V, (Jakarta: PT Ichtiar Baru van Hoeve,
1999), h. 6.
7
Maskufa, Ilmu Falak, (Jakarta: Gaung Persada Press, 2010), cet.II, h. 129.
8
Ahmad Warson Munawwir, Kamus al-Munawwir Arab-Indonesia, (Yogyakarta:
Pustaka Progresif, 1984), h. 1305.
18
dikunjungi pada saat pelaksanaan ibadah haji dan umrah. Bangunan Ka‟bah
ini merupakan bangunan yang dibuat dari batu-batu (granit) Mekkah yang
dengan tinggi kurang lebih 16 meter, panjang 13 meter dan lebar 11 meter.10
Ka‟bah mempunyai empat rukun atau pilar, setiap rukun mempunyai nama
tersendiri yaitu, rukun Aswadi yang terletak dipojok Timur tempat hajar aswad
dan disebut juga dengan Rukun I‟roqi karena letaknya ke arah negara Iraq, Rukun
Ghorbiy karena terletak dipojok Barat arah yang lain dari Hijir Ismail ke arah
negara Mesir, Rukun Syami yang terletak di sebelah Utara (diarah hajar aswad ke
hijir Ismail) disebut Rukun Syami karena letaknya ke arah negara Syam (Syiria),
ditemukan teks yang menyebutkan tentang siapa pendiri pertama dari Ka‟bah. Al-
Qur‟an hanya menyebutkan bahwa Ka‟bah adalah rumah ibadah pertama yang
)69 :ٌ (ال عًشا
Artinya: “Sesungguhnya rumah (ibadah) pertama yang dibangun untuk
manusia, ialah (Baitullah) yang di Bakkah (Mekah) yang
9
Maskufa, Ilmu Falak, cet.II, (Jakarta: Gaung Persada Press, 2010), h. 129.
10
Mircea Eliade, The Encyclopedia of Religion, volume.7, (New York: Macmillan
Library Reference USA, 1993), h. 225.
11
Muhammad Taufiq Ali Yahya, Mekah dalam Al-Qur‟an, Hadis dan Sejarah, Manasik
Lengkap Umrah dan Haji serta doa-doanya, (Jakarta: Penerbit Lentera, 2007), h. 66-67.
19
Sejarah Ka‟bah memang tidak bisa dipisahkan dari Nabi Ibrahim AS.
Bahkan Ka‟bah indentik dengan Nabi Ibrahim dan putranya Nabi Ismail.12 Namun
mereka bukan pendiri pertama Ka‟bah, tapi hanya membangun kembali atau
)721 : (انبقشة
Artinya: “Dan (ingatlah) ketika Ibrahim meninggikan pondasi Baitullah
bersama Ismail, (seraya berdo‟a), “Ya Tuhan kami, terimalah
(amal) dari kami. Sungguh, Engkaulah Yang Maha Mendengar,
Maha Mengetahui”. (al-Baqarah ayat 127)
Ka‟bah sudah ada sebelum Nabi Ibrahim dan Putranya diberi mandat oleh
Allah SWT untuk meninggikan pondasi Ka‟bah, ini di indikasikan oleh do‟a Nabi
Ibrahim ketika mengantarkan Hajar istrinya dengan Ismail anaknya yang masih
) 71 :ىْٛ (ابش
Artinya: “Ya Tuhan Kami, Sesungguhnya aku telah menempatkan
keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman
di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati, Ya Tuhan
Kami (yang demikian itu) agar mereka mendirikan shalat, Maka
Jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka
12
Zuhairi Miswari, Mekkah Kota Suci, Kekuasaan, dan Teladan Ibrahim, cet.II, (Jakarta:
PT Kompas Media Nusantara, 2009), h. 216.
13
M. Quraish Shihab,Tafsir Al-Misbah: Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur‟an, Vol.I,
(Jakarta: Lentera Hati, 2002), h. 324.
20
Nabi Ismail AS menerima Hajar Aswad (batu hitam) dari Malaikuat Jibril
di Jabal Qubais, lalu diletakkan di sudut Tenggara bangunan. Hajar Aswad ini
merupakan batu yang disakralkan oleh umat Islam. Mereka mencium atau
menyentuh Hajar Aswad tersebut saat melakukan thawaf karena Nabi Muhammad
SAW juga melakukan hal tersebut. Setelah Nabi Ismail wafat, pemeliharaan
Ka‟bah dipegang oleh keturunannya, lalu Bani Jurhum, lalu Bani Khuza‟ah yang
agama monotheisme (tauhid) ajaran Nabi Ibrahim telah berubah menjadi kuil
pemujaan bangsa Arab yang di dalamnya diletakkan sekitar 360 berhala atau
yang merupakan nenek moyang bangsa Arab dan bangsa Yahudi serta ajaran Nabi
Musa terhadap kaum Yahudi, Allah Sang Maha Pencipta tidak boleh
dipersekutukan dan disembah bersamaan dengan benda atau makhluk apapun jua
dan tidak memiliki perantara untuk menyembahNya serta tunggal tidak ada yang
menyerupaiNya dan tidak beranak dan tidak diperanakkan (Surat al-Ikhlas dalam
14
Ahmad Izzuddin, Kajian Terhadap Metode-Metode Penentuan Arah Kiblat dan
Akurasinya, cet.I, (Jakarta: Kementrian Agama RI, 2012), h. 50.
21
Pada masa sebelum hijrah ke Madinah Nabi Muhammad SAW dan kaum
ini dengan tujuan agar kaum Yahudi Bani Israil bisa tertarik kepada ajaran Nabi
Mekkah terjadi pada tahun ke 2 hijriah. Setelah Nabi Muhammad SAW melihat
kenyataan bahwa perubahan kiblat ke arah Bait al-Maqdis dalam rangka menarik
hati Bani Israil yakni agar dengan kesamaan kiblat itu mereka bersedia mengikuti
ajaran Islam karena Bait al-Maqdis dibangun oleh Nabi Sulaeman AS leluhur
Bani Israil yang sangat mereka kagumi, selama setahun setengah lebih Nabi
akan tetapi orang-orang Yahudi tetap dalam agamanya bahkan memusuhi Nabi
Muhammad SAW dan kaum muslimin. Sehingga terbesik dalam hati Nabi SAW
berhijrah ke Madinah. Selain itu juga untuk menguji keimanan kaum muslimin
15
Maskufa, Ilmu Falak, cet.II, (Jakarta: Gaung Persada Press, 2010h. 131.
16
Ibid., h. 131.
17
M. Quraish Shihab,Tafsir Al-Misbah: Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur‟an, Vol.1,
(Jakarta: Lentera Hati, 2002), h.344.
22
yang lebih, karena hal tersebut merupakan salah satu kebanggaan tersendiri
menjadi pelayan bagi mereka yang hendak melaksanakan umrah dan haji.18
Selanjutnya bangunan ini diurus dan dipelihara oleh Bani Sya'ibah sebagai
pemegang kunci Ka‟bah dan administrasi serta pelayanan haji diatur oleh
pemerintahan baik pemerintahan khalifah Abu Bakar, Umar bin Khattab, Utsman
bin Affan, Ali bin Abi Thalib, Muawiyah bin Abu Sufyan, Dinasti Ummayyah,
Dinasti Abbasiyyah, Dinasti Usmaniyah Turki, sampai saat ini yakni pemerintah
kerajaan Arab Saudi yang bertindak sebagai pelayan dua kota suci, Mekkah dan
Madinah.19
Ada beberapa nash dalam al-Qur‟an dan Hadis yang memerintahkan kita
untuk menghadap kiblat dalam shalat. Adapun nash-nash tersebut adalah sebagai
berikut:
18
Zuhairi Miswari, Mekkah Kota Suci, Kekuasaan, dan Teladan Ibrahim, cet.II, (Jakarta:
PT Kompas Media Nusantara, 2009), h. 242.
19
Ahmad Izzuddin, Kajian Terhadap Metode-Metode Penentuan Arah Kiblat dan
Akurasinya, cet.I, (Jakarta: Kementrian Agama RI, 2012), h. 51.
23
Ali bin Thalhah berkata dari Ibnu Abbas, “Masalah yang pertama
kiblatnya Ibrahim, oleh karenanya dia berdo‟a kepada Allah Ta‟ala dan
kiblat dari segala penjuru bumi Timur, Barat, Utara, dan Selatan. Tidak
20
Maksudnya ialah Nabi Muhammad SAW sering melihat ke langit mendo‟a dan
menunggu-nunggu turunnya wahyu yang memerintahkan beliau menghadap ke Baitullah.
24
ada satu perkara shalatpun yang dikecualikan dari perintah ini selain shalat
)751 : (انبقشة
Artinya:“Dan dari mana saja kamu (keluar), Maka Palingkanlah
wajahmu ke arah Masjidil Haram. dan dimana saja kamu
(sekalian) berada, Maka Palingkanlah wajahmu ke arahnya, agar
tidak ada hujjah bagi manusia atas kamu, kecuali orang-orang
yang zalim diantara mereka. Maka janganlah kamu takut kepada
mereka dan takutlah kepada-Ku (saja). dan agar Ku-sempurnakan
nikmat-Ku atasmu, dan supaya kamu mendapat petunjuk”. (al-
Baqarah ayat 150)
Dalam ayat-ayat di atas (al-Baqarah ayat 144, 149, dan 150) Allah
kiblat (ta‟kid). Sementara itu menurut Fakhrur Razi, hikmah dari tiga kali
21
Muhammad Nasib Ar-Rifa‟i, Taisiru al-Aliyyu Qadir li Ikhtishari Tafsir Ibnu Katsir,
Jilid 1, penerjemah Syihabuddin, cet.I, (Jakarta: Gema Insani, 1999), h. 245-246.
25
ditujukan bagi orang yang berada di Mekkah, namun tidak dapat melihat
ditujukan bagi orang yang berada di Mekkah dan sekitarnya saja, tetapi juga
di dalam al-Qur‟an, juga terdapat beberapa hadits yang berkaitan dengan arah
بت حذثُب عفبٌ حذثُب حًبد بٍ صهًت عٍ ثببج عٍ أَشٛحذثُب أبٕ بكش بٍ أبٗ ش
َٖج (قَ ْذ َش
ْ َجَ انًُْقَذَس فََُزَنْٛ َحَٕ ب
ْ َ ُِٗصَهٚ ٌََّ ٔصهى كبٛأٌ سصٕل اهلل صهٗ اهلل عه
)ِضجِذِ انْحَشَاو
ْ ًَْطشَ ان
ْ َجَٓكَ ش
ْ َٔ ََُِكَ قِ ْبهَتً حَ ْشضَبَْب فََٕلِٛجَٓكَ فِٗ انضًََبءِ فَهَ َُٕن
ْ َٔ َحَقَهُب
َجشِ َٔقَ ْذ صَهُ ْٕا سَ ْكعَتً فََُبدَٖ أَال
ْ َع فِٗ صَهَبةِ انْف
ٌ ْٕ ٍُ بَُِٗ صَهًََتَ َُْٔ ْى سُك
ْ ِم ي
ٌ ُفًََشَ سَج
) (سٔاِ يضهى.َحَٕ انْقِ ْبهَت
ْ َ ج فًََبُن ْٕا كًََب ُْ ْى
ْ َإٌَ انْقِ ْبهَتَ قَ ْذ حََٕن
Artinya: “Menceritakan kepada kami Abu Bakar bin Abi Syaibah,
menceritakan kepada kami Hammad bin Salamah dari Tsabit
dari Anas bin Malik ra bahwasanya Rasulullah SAW (pada
suatu hari) sedang mendirikan shalat dengan menghadap ke
Baitul Maqdis. Kemudian turunlah ayat al-Qur‟an:
“Sesungguhnya Kami (sering) melihat mukamu menengadah
ke langit, maka sungguh kami akan memalingkan kamu ke
kiblat yang kamu sukai. Palingkanlah mukamu ke arah
Masjidil Haram. Dan dimana saja kamu berada,
22
Muhammad Nasib Ar-Rifa‟i, Taisiru al-Aliyyu Qadir li Ikhtishari Tafsir Ibnu Katsir,
Penerjemah Shihabuddin, (Jakarta: Gema Insani, 1999), h. 250.
26
م
ِّ َُصٚ ْ َٔنَى، ِّ ُكّهَِٓبِٛ ََٕاحِٙ دَعَب ف،َْجَٛصَّهىَ َنًَّب دَخَمَ انْب
َ َٔ َِّْٛعه
َ هلل
ُ صهَّٗ ا
َ ٌَِّٙ ان َُّب
َّ َأ
ِ َٔقَبلَ" َْ ِز ِ انْقِ ْبهَتُ" (سٔا،ٍَِْْٛجِ َس ْك َعخَٛ ُق ُبمِ انْبِٙج َسكَعَ ف
َ َخش
َ َفَهًَّب،َخشَج
َ َِّّٗ حَخِٛف
)يضهى
Artinya: “Sesungguhnya Nabi SAW tatkala masuk ke Ka‟bah berdoa
di sudut-sudutnya, tidak shalat di dalamnya sehingga beliau
keluar. Tatkala keluar, beliau shalat dua raka‟at menghadap
Ka‟bah. Kemudian beliau berkata: “Ini adalah kiblat”. (HR.
Muslim dari Usamah bin Zaid)24
23
Abu Husain Muslim bin Hujjaj bin Muslim al-Qusyairi al-Naisaburi, Shahih Muslim,
Juz 2, (Beirut: Dar Afaq al-Jadidah, t.th), h. 66.
24
Imam Muslim, Shahih Muslim, (Maktabah Syamilah), No. Hadits: 395, Juz. II, h. 968.
25
Abu Husain Muslim bin Hujjaj bin Muslim al-Qusyairi al-Naisaburi, Shahih Muslim,
Juz 2, (Beirut: Dar Afaq al-Jadidah, tth), h. 66.
27
salah satu syarat sahnya shalat. Hal ini berarti bila seseorang tidak
menghadap ke Ka‟bah. Namun bila tidak dapat melihat Ka‟bah, maka wajib
menghadap ke arahnya.27
26
Muhammad bin Isma‟il bin Ibrahim bin al-Mughirah al-Bukhari, Shahih al-Bukhari,
Jilid.I, (al-Qahirah: Dar al-Sya‟ab, 1987), h.69.
27
Ahmad Izzuddin, Kajian Terhadap Metode-Metode Penentuan Arah Kiblat dan
Akurasinya, cet.I, (Jakarta: Kementrian Agama RI, 2012), h. 38.
28
Jumhur ulama sepakat bahwa bagi orang-orang yang melihat Ka‟bah wajib
shalatnya. Sementara itu, bagi mereka yang tidak bisa melihat Ka‟bah maka para
ulama berbeda pendapat apakah tetap wajib menghadap ke fisik Ka‟bah („ain
Ka‟bah) atau cukup dengan menghadap ke arah Ka‟bah saja (jihatul Ka‟bah).
1. Madzhab Hanafi
Menurut Imam Hanafi, bagi orang-orang yang jauh dari Ka‟bah maka
salah satu sisi Ka‟bah dengan yakin, maka ia sudah termasuk menghadap
Ka‟bah. Pendapat Imam Hanafi ini juga diikuti oleh pengikutnya. Mayoritas
ulama Madzhab Hanafi berpendapat bahwa orang yang tidak melihat Ka‟bah
28
Ahmad Izzuddin, Kajian Terhadap Metode-Metode Penentuan Arah Kiblat dan
Akurasinya, cet.I, (Jakarta: Kementrian Agama RI, 2012), h.40.
29
Menurut Hanafiyah bagi orang yang tidak mengetahui arah kiblat dan
ingin mencari tanda yang menunjukkan kepada arah tersebut maka baginya
sahabat dan tabi‟in, jika dapat ditemukan mihrab tua tersebut maka wajib
Kedua, jika berada di suatu daerah yang tidak terdapat mihrab tua,
maka wajib bertanya kepada orang yang adil dan mengetahui dengan yakin
untuk ditanya. Dalam hal ini ia wajib mengetahui arah kiblat dengan jalan
lebih diduga kuat bahwa itu adalah arah kiblat, maka shalatnya itu shah dalam
2. Madzhab Maliki
Madzhab Maliki berpendapat bahwa bagi orang yang jauh dari Ka‟bah
dan tidak mengetahui arah kiblat secara pasti, maka ia cukup menghadap ke
arah Ka‟bah secara zhan (perkiraan). Namun bagi orang yang mampu
mengetahui arah kiblat secara pasti dan yakin, maka ia harus menghadap ke
29
Ibid., Ahmad Izzuddin, h. 41.
30
Abdurrahman Al-Jaziri, Al-Fiqhu „ala Madzhahibil Arba‟ati, (al-Qahirah: Darul
Hadits, 2004), h. 157.
30
arahnya”, memberitahukan bahwa siapa saja yang letaknya jauh dari Ka‟bah,
shalat di suatu daerah yang tidak mengetahui arah kiblat, maka cara
shalat menghadap arah mihrab itu. Kedua, Jika ia mendapatkan suatu daerah
yang tidak ada mihrab, dan memungkinkan baginya untuk berijtihad tentang
arah kiblat, maka ia wajib berijtihad dan tidak harus bertanya kepada seorang
mukallaf yang adil. Ketiga, Jika tidak mendapatkan seseorang untuk ditanya
maka ia boleh melaksanakan shalat ke arah mana saja yang ia pilih, dan
31
Ahmad Izzuddin, Kajian Terhadap Metode-Metode Penentuan Arah Kiblat dan
Akurasinya, cet.I, (Jakarta: Kementrian Agama RI, 2012), h. 41-42.
32
Abdurrahman Al-Jaziri, Al-Fiqhu „ala Madzhahibil Arba‟ati, (al-Qahirah: Darul
Hadits, 2004), h. 157.
31
3. Madzhab Hanbali
arah Ka‟bah (jihatul Ka‟bah) bagi orang yang tidak dapat melihatnya, bukan
a. Orang yang sangat yakin, yaitu orang yang melihat langsung bangunan
yakin.
jika seseorang berada di sebuah kota atau desa yang pandanganya tidak
mihrab dan kiblat mereka yang sudah dipasang. Sebab, mihrab tersebut
dibangun oleh orang yang ahli dan mengetahui arah Ka‟bah. Maka
33
Ali Mustafa Yaqub, Kiblat Antara Bangunan dan Arah Ka‟bah, (Jakarta: Pustaka
Darus-Sunnah, 2010), h.39.
32
kondisi ini sama seperti mengetahui kiblat melaui kabar dari orang
lain.
adalah orang yang tidak sama kondisinya dengan dua jenis orang
kiblat itu.
d. Orang yang wajib bertaklid. Ia adalah orang buta dan orang yang tidak
4. Madzhab Syafi‟i
bangunan Ka‟bah seperti halnya orang Mekkah.35 Dalil yang digunakan oleh
madzhab Syafi‟i ini berdasarkan pada hadits Ibnu Abbas ra, yaitu:
34
Ibid., Ali Mustafa Yaqub, h. 33-36.
35
Ibid., Ali Mustafa Yaqub, h. 26.
36
Imam Muslim, Shahih Muslim, (Riyadh: Dar Alam al-Kutub, 1417H/1996M), h. 968.
33
kiblat:
tanpa harus bertanya pada seseorang. Seorang buta yang berada di dalam
kiblat, maka ia wajib melakukan hal itu, tanpa harus bertanya kepada
seseorang.
dan mengetahui kiblat. Bertanya kepada seorang yang dipercaya itu berlaku di
Ketiga, adalah dengan cara berijtihad. Cara ijtihad ini tidak shah
ditanya, atau ia tidak mendapatkan suatu wasilah yang dapat digunakan untuk
bahwa apabila ia tidak bisa mengetahui arah kiblat dengan cara bertanya
kepada seorang yang dapat dipercaya, dan tidak pula dengan mihrab dan lain
untuk mengetahui arah kiblat, dan shalat dengan menghadap ke arah kiblat
itu.37
37
Abdurrahman Al-Jaziri, Al-Fiqhu „ala Madzhahibil Arba‟ati, (al-Qahirah: Darul
Hadits, 2004), h. 158.
34
Selain perbedaan pendapat mengenai kiblat bagi orang yang jauh dari
Ka‟bah dan tidak dapat melihat Ka‟bah, para ulama juga berbeda pendapat
mengetahui arah kiblat yang benar itu masih dalam keadaan mengerjakan
kiblat yang baru atau yang diyakini kebenarannya itu, ia tidak harus
mengulangi shalat.
kiblat, dan ternyata ijtihadnya salah dan kesalahan itu diketahui dalam
shalat, baik secara yakin maupun zhan, bila ia dapat melihat dan
mengulangi dari awal lagi, selama masih dalam waktu shalat. Jika
mengetahui keslahan arah kiblat itu diwaktu shalat berikutnya, maka tidak
suatu hukum, tiba-tiba pada saat itu juga (masih dalam sidang perkara) dia
38
Ahmad Izzuddin, Kajian Terhadap Metode-Metode Penentuan Arah Kiblat dan
Akurasinya, cet.I, (Jakarta: Kementrian Agama RI, 2012), h. 46-47.
35
Namun jika dia telah berijtihad, kemudian berubah ijtihadnya maka tidak
titik mata angin utama, yakni Utara, Timur, Selatan, dan Barat. Biasanya yang
yang sederhana perihal posisi Ka‟bah ditinjau dari tempat atau lokasi
dimana letak Ka‟bah dari tempat pengukuran cukup dikenali apakah lurus,
data dalam metode ini dilakukan secara perkiraan, maka pengukuran arah
hanya arah mata angin. Untuk mengetahui arah mata angin cara yang
diperoleh dalam pengukuran titik mata angin ini selama sudut kemiringannya
39
Sirril Wafa, dkk, “Akurasi Arah Kiblat Masjid dan Mushalla di Wilayah Ciputat,”
Laporan Penelitian, (Jakarta, Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
2002), h.16.
36
ditentukan secara kira-kira, tetap akan membuahkan hasil yang taqribi yang
Pusat magnet pada titik Utara bumi dapat dicari melalui pisau siet,
mencari posisi, dan setelah stabil, pisau silet telah menemukan posisi arah
Utara, yang ditunjukkan sebuah ujungnya dan ujung yang lain adalah arah
Utara dan Selatan, maka didapatlah titik Barat dan titik Timur. Dari titik
b. Menggunakan kompas
Utara, lalu kompas diputar sebesar sudut yang dicari atau yang
dikehendaki.
40
Ibid., Sirril Wafa, dkk., h. 16.
41
Ibid., Sirril Wafa, dkk., h. 17.
37
derajat sudut yang dicari, diberi tanda atau titik katakanlah titik
Utara, lalu kompas diputar sebesar sudut yang dicari atau yang
dikehendaki.
pada derajat sudut yang dicari diberi tanda titik katakanlah titik
42
A. Jamil, Ilmu Falak Teori dan Aplikasih, cet.I, (Jakarta: Amzah, 2009), h. 121-122.
39
(berimpit).
6) Hitung mulai dari 90º sampai berapa besar derajat yang akan
yang dicari.43 U
Q
A
43
Ibid., A. Jamil, h. 123-124.
40
lurus pada bidang datar di tempat terbuka (dimana sinar matahari tidak
sebagai berikut:
sepanjang 1,5 meter, lebih panjang tentu lebih baik, tegak lurus
dengan bumi, di atas tempat yang terbuka dan tidak terhalang oleh
lingkaran, pada pagi hari (sebelum dzuhur) san sore hari (sesudah
dzuhur), lalu beri tanda titik. Jadi ada dua buah titik pada masing-
masing lingkaran tersebut, yaitu titik pada waktu pagi dan titik
Indonesia.
44
Encup Supriatna, Hisab Rukyat dan Aplikasinya, (Bandung , PT. Refika Aditama,
2007), h. 99.
41
e. Rashdul Kiblat
tempat juga bisa diamati pada waktu tertentu ketika matahari berada persis
di atas Ka‟bah atau disebut dengan istilah rashdul kiblat. Posisi matahari
tepat di atas Ka‟bah itu terjadi ketika harga deklinasi matahari sama
dengan harga lintang Ka‟bah, maka pada saat itu matahari akan tepat
terjadi dua kali, yaitu pada tanggal 27 Mei (tahun Kabisat) atau 28 Mei
(tahun Basithah) pada pukul 11.57 LMT (Local Mean Time) dan pada
tanggal 15 Juli (tahun kabisat) atau 16 Juli (tahun basithah) pada pukul
12.06 LMT.45
39º50‟ = 65º 10‟/15 = 4j 20m 40d atau 4j 21m maka peristiwa itu akan terjadi
pada pukul 11.57 + 4.21 = 16.18 WIB dan 12.06 + 4.21 = 16.27 WIB.
Dengan cara ini maka setiap orang dapat melakukan pengukuran dan
pengecekan arah kiblat setiap tanggal 27 atau 28 Mei pada pukul 16.18
WIB atau setiap tanggal 15 dan 16 Juli pada pukul 16.27 WIB.46
= 80º 10‟/15 = 5j 20m 40d atau 5j 21m maka peristiwa itu akan terjadi pada
pukul 11.57 + 5.21 = 17.18 WITA dan 12.06 + 5.21 = 17.27 WITA. Maka
45
Ahmad Izzuddin, Kajian Terhadap Metode-Metode Penentuan Arah Kiblat dan
Akurasinya, h. 83.
46
Maskufa, Ilmu Falak, cet.II, (Jakarta: Gaung Persada Press, 2010), h.143.
42
setiap tanggal 27 atau 28 Mei pada pukul 17.18 WITA atau setiap tanggal
karena peristiwa ini terjadi pada sore hari maka wilayah Indonesia Timur
yang jika dikonversi dari waktu Mekkah (LMT) ke waktu WIT yaitu 135º-
39º50‟ = 95º 10‟/15 = 6j 20m 40d atau 6j 21m maka peristiwa rashdul kiblat
yang seharusnya terjadi pada pukul 11.57 + 6.21 = 18.18 WIT pada
tanggal 27 dan 28 Mei dan 12.06 + 6.21 = 18.27 WIT pada tanggal 15 dan
ini yaitu dengan cara mempersiapkan sebuh tongkat lurus sekitar 1 meter,
tali atau benang, dan paku. Tegakkan tongkat di tempat terbuka, tunggu
waktu tersebut dan bayangan tongkat sudah nampak jelas, tinggal ditarik
garis lurus dengan tali atau benang. Maka itulah arah kiblatnya. Di
Indonesia peristiwa ini terjadi pada sore hari sehingga arah bayangan
bayangan ke arah Barat agak serong ke Utara merupakan arah kiblat yang
tepat.48
47
Ibid., h. 144.
48
Ahmad Izzuddin, Kajian Terhadap Metode-Metode Penentuan Arah Kiblat dan
Akurasinya, h. 84.
43
memiliki waktu lokal berselisih maksimal sekitar 5,5 jam dari waktu lokal
Ka‟bah, baik di sebelah barat (Afrika dan Eropa) atau sebelah timur
besar di Lintang Utara seperti negara Jepang (selisih waktu 6 jam) atau
Meskipun cara ini tergolong mudah dan praktis, namun metode ini
masih memiliki kelemahan. Pertama, dari segi waktu cara ini hanya dapat
dilakukan dalam waktu yang sangat terbatas selama empat hari seperti
yang telah disebutkan diatas. Kedua, Dari segi letak geografis negara kita
mempunyai curah hujan yang cukup tinggi. Akibatnya, aplikasi metode ini
Perhitungan dimaksudkan untuk mencari sudut arah kiblat, yakni sudut dari
yang saling berpotongan melalui titik Ka‟bah, kota atau lokasi pengukutan,
dan titik Utara. Selanjutnya melalui modifikasi rumus, untuk posisi Indonesia
49
Hadi Bashori, “Rashdul Kiblat dan Pro-Kontra Pelurusan Arah Kiblat”, diakses pada
08 April 2015 dari https://catatanhadibashori.wordpress.com/tag/arah-kiblat.
50
Ahmad Izzuddin, Kajian Terhadap Metode-Metode Penentuan Arah Kiblat dan
Akurasinya, h. 84.
44
misalnya, hasil yang diperoleh sudut arah kiblatnya bisa terbaca sekian derajat
dari titik Barat ke arah Utara atau dari titik Utara ke arah Barat.51
adalah:
c. Lintang Ka‟bah (φ k)
d. Bujur Ka‟bah (λ k)
Untuk data lintang dan bujur suatu tempat yang akan dicari arah
kiblatnya biasanya sudah tersedia, tetapi untuk saat sekarang berkaitan dengan
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi maka data yang sudah ada itu perlu
dilakukan oleh Departemen Agama RI adalah 21º 25‟ LU dan garis bujur
Adapun rumus yang digunakan untuk mencari sudut arah kiblat suatu
Keterangan:
51
Sirril Wafa, dkk, “Akurasi Arah Kiblat Masjid dan Mushalla di Wilayah Ciputat,”
Laporan Penelitian, (Jakarta, Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
2002), h. 20.
52
Maskufa, Ilmu Falak, cet.II, (Jakarta: Gaung Persada Press, 2010), h. 136.
53
Depag, Pedoman Penentuan Arah Kiblat, (Jakarta: Proyek Pembinaan Badan Peradilan
Agama, 1994, 1994), h. 16.
54
Maskufa, Ilmu Falak, h. 136.
45
φK : lintang Ka‟bah
Hasil yang diperoleh dari rumusan tersebut adalah sudut arah kiblat
dihitung dari titik Utara ke arah Barat, berlawanan dengan arah putaran jarum
jam. Atau bisa dari titik Barat ke Utara dengan cara dikurangi dengan 90º.
harus dipersiapkan terlebih dahulu empat arah mata angin utama. Penentuan
arah mata angin bisa dilakukan dengan tongkat istiwa, kompas setelah
55
Ahmad Izzuddin, Kajian Terhadap Metode-Metode Penentuan Arah Kiblat dan
Akurasinya, cet.I, (Jakarta: Kementrian Agama RI, 2012), h. 83.
46
waktu akan lebih baik jika menggunakan GPS atau dengan media lain
sesuai dengan kolom yang telah disediakan. Setelah itu akan diketahui
waterpass diatas mizwala untuk mengukur level bidang dial, jika belum
sejajar maka dapat diatur dengan cara memutar tripod atau kaki tiga yang
telah terpasang pada bidang level hingga seimbang. Ikatkan tali yang telah
6) Letakkan benang yang telah diikat pada gnomon, kemudian tarik dan
7) Putarlah bidang dial sampai nilai mizwah yang telah disesuaikan dengan
waktu bidik atau waktu pengamatan berada tepat dibawah benang atau
bayang-bayang.56
56
Muhammad Umar Setiawan, “Perancangan Aplikasi Perhitungan Mizwala Qibla
Finder dengan Java 2 Micro Edition (J2ME) Pada Mobile Phone,” (Skripsi IAIN Walisongo
Semarang, 2013), h. 63-64.
47
8) Setelah bidang dial yang memiliki ukuran sudut derajat diputar sesuai
Mizwala Qibla Finder, maka diketahuilah arah mata angin yaitu arah
Utara pada sudut 0º/360º, arah Timur pada sudut 90º, arah Selatan pada
1) Tarik benang yang terikat pada gnomon sesuai dengan angka kiblat yang
Trigonometri) yang diukur dari arah Barat ke arah Utara maupun dari
Utara ke Barat.
2) Setelah benang ditarik lurus sesuai dengan angka kiblat yang telah dicari
1. Sejarah Singkat
Menurut sejarah asal nama Kota Payakumbuh terdiri dari dua kata yaitu
Payo dan Kumbuah. Payo dalam bahasa Indonesia berarti rawa-rawa dan
daerah rawa di Kenagarian Koto Nan Gadang pusat kota sekarang. Asal nama
ditetapkan sebagai kota kecil dan dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri
48
49
nama Menteri Dalam Negeri pada waktu itu diwakili oleh Sekretaris Daerah
2. Letak Geografis
Kota.
1
Payakumbuh Kota, “Sejarah Kota Payakumbuh”, diakses pada 16 Maret 2015 dari
ttp://payakumbuhkota.go.id/kilas-payakumbuh/sejarah-payakumbuh/.
2
Kecamatan Payakumbuh Utara, diakses pada 15 Maret 2015 dari
http://kecamatanpayakumbuhutara.blogspot.com/.
50
c. Kota Bukittinggi : 37 Km
Talawi merupakan kelurahan yang terluas dengan luas lebih kurang 157,91
Balai Baru, Bunian, Koto Baru Balai Janggo, Labuh Baru, Kubu Gadang,
Balai Kaliki, Balai Gadang, Balai Cacang, Muaro, Balai Gurun, Balai Jariang,
lebih kurang 513 meter di atas permukaan laut dan letak koordinatnya 100º
20’ hingga 100º 40’ Bujur Timur dan 0º 8’ hingga 0º 15’ Lintang Selatan.
Terdapat 4 sungai dengan lebar antara 5 meter hingga 20 meter. Suhu udara
3. Struktur Organisasi
2008 tertanggal 16 September 2008 tentang Struktur Organisasi dan Tata Kerja
Kecamatan Payakumbuh Utara dipimpin oleh satu orang Camat yang di bantu
oleh 9 kelompok jabatan fungsional, hal ini dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 3.1
NO Nama Jabatan
1 Nofriwandi, SH Camat
2 Fardinal, SH Sekretaris
3
Indrawadi, Kecamatan Payakumbuh Utara dalam Angka 2014, (Payakumbuh: Badan
Pusat Statistik Kota Payakumbuh, 2014), h. 2-4.
52
4. Keadaan Masyarakat
119 Rukun Tetangga (RT), 56 Rukun Warga (RW), dan 7,843 Kepala
Tabel 3.2
Jumlah Kelurahan, RT, RW dan Kepala Keluarga
19 Payolinyam 4 2 218
20 Nan Kodok 6 3 492
21 Tambago 4 2 198
22 Payonibung 4 2 183
23 Talawi 4 2 262
24 Balai Betung 4 2 171
25 Tanjung Anau 5 2 209
JUMLAH 119 56 7.843
Sumber data : buku Kecamatan Payakumbuh dalam Angka 2014 h. 60
Tabel 3.3
5. Keagamaan
dilakukan oleh pejabat yang ada di Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan
Payakumbuh Utara:
Tabel 3.4
No Nama Jabatan
13 Weli Sofia Rina, S.HI Peng ADM Keluarga Sakinah dan BP.4
unit masjid dan 65 unit mushalla. Demikian juga kondisi tempat baik masjid
mushalla, secara umum informasi tentang keadaan masjid dan mushalla dapat
4
Indrawadi, Kecamatan Payakumbuh Utara dalam Angka 2014, (Payakumbuh: Badan
Pusat Statistik Kota Payakumbuh, 2014), h. 74.
56
Tabel 3.5
Tabel 3.6
Data Umum Mushalla
No Nama Alamat Tahun Pengurus Status Keakuratan Cara
Mushalla Berdiri Tanah Pengukuran
1 Batirai Jl. R.A. Kartini 1929 Asrin Habudin Pribadi +2º Kompas
Rt 02/02 Nan
Kodok
2 Nurul Hidayah Jl. Jnd Sudirman 2011 Nurhadis Wakaf Akurat Kompas
Rt 01/02
Payolinyam
3 Sumua Tobiang Jl. R.A. Kartini 2003 Usman Wakaf -20º Kompas
Nan Kodok Ibrahim
4 Al-Muhajirin Jl. R.A. Kartini 2012 Asma Yasir Fasilitas -8º Kompas
Nan Kodok Rt Umum
02/02
5 Darul Hikmah Jl. R.A. Kartini 1983 Dt. Bosa Nan Wakaf -6º Kompas
Cubadak Air Panjang
6 Al-Ishlah Jl. Tanmalaka 1978 Masdar Sutan Wakaf +10º Kompas
Tarok Rajo Mudo
7 Taslim Balai Gurun Rt 1974 Fahrul Umar Wakaf -4º Kompas
02/02 Dt. Tuah Nan
Basango
8 Miftahul Jannah Jl. Jen Sudirman 2012 Jefriandi Pribadi -5º Software
Muaro Kiblat
9 Miftahul Falah Jl. Tanmalaka 1950 Bustami Wakaf +7º Kompas
Napar
10 Amanah Tabek Taluak 1992 Gustiar Pribadi +10º Kompas
Napar
11 Ibnusina Jl. Pemuda No. 2010 Zulkifli, S.HI Wakaf Akurat Kompas
14 Koto Baru
12 Muslim Tambago 1950 Marnis Wakaf -18º Perkiraan
Arah Barat
13 Mardhatillah Jl. Ade Irma 1993 Irwan Wakaf +15º Kompas
Suryani Rt
01/01 Labuh
Baru
14 Jambu Balai Gadang 1973 Eriandi Wakaf Akurat Kompas
15 Pandam Balai Gadang 1815 H. Syafri D Kaum +4º Kompas
16 Mejan Balai Gadang 1950 Arif Din Wakaf Akurat Kompas
17 Arruhamak Balai Kaliki 1982 H. Musmiral Wakaf Akurat Kompas
18 Nurul Falah Jl. Tengah Rt 2012 H. Nasri Pribadi Akurat Kompas
01/02 Balai efendi
Gurun
19 Ikhlas Jl. Rajawali 1978 N. Dt Kaum +3º Kompas
Tarok Mangkuto
Dirajo
20 Hikmah Jl. Dewi Sartika 1990 Nurdin Kaum +2º Kompas
Rt 01/01Taruko
21 Al-Rahma Jl. K.H. Ahmad 2000 Sentosa Pribadi +23º Kompas
Dahlan Rt 02/02
Payonibung
22 Darul Muhajirin Padang 1995 Deni Sumardi Wakaf Akurat Kompas
Kaduduk
23 Al-Ikhlas Jl. R.A. Kartini 2014 M. Afriandi Fasilitas -14º Kompas
Perumahan umum
Cikasimi
Cubadak Air
24 Ikhlas Jl. Ikhlas Pasir 1974 Nurul Fadilah Wakaf Akurat Kompas
Marhusni
25 Pulai Balai Gurun 2007 Iryanis Kaum -7º Kompas
26 Darul Hikmah Balai Gurun Rt 1980 Joni Anwar Pribadi Akurat Kompas
58
02/02
27 Nurul Iman Balai Gurun 1992 Ismai Kaum +4º Perkiraan
Arah Barat
28 Bingkuang Jl. Surau 1980 Adrimas Pribadi -4º Kompas
Bingkuang RT
01/01 Balai
Cacang
29 Solok Jl. Jend 1937 Mustardi Wakaf -8º Kompas
Sudirman Balai
Cacang Rt 01/02
30 Pincuran Sabil Jl. Perjuangan 1960 Husnil Efendi Wakaf Akurat Bayangan
Rt 01/02 Balai Matahari
Jariang
31 Nurul Falah Tanjung Anau 1961 Ibnu Fadhilah Wakaf +4º Kompas
32 Nurul Yaqin Jl. K.H. Ahmad 1943 Darwenis Wakaf +4º Kompas
Dahlan Rt 01/02
Balai Betung
33 Tigo Dusun Jl. K.H. Ahmad 1970 Yursefdi Wakaf -16º Perkiraan
Balai Betung Arah Barat
34 Al-Munawarah Jl. Kiwi Rt 1890 Yuswardi Pribadi +1º Kompas
03/04 Koto Baru
BJ
35 Darul Huda Tanjung Anau 1982 Adityawarman Wakaf -5º Kompas
Rt 04/01
36 Nurul Huda Nan Kodok Rt 2002 H. M. Nur Pribadi -21º Bangunan
02/02 Masjid
37 An-Nur Jl. Jend 1994 Zikri Wakaf -7º Kompas
Sudirman Nan
Kodok
38 Cibodak Balai Kaliki 2006 Dt. Rajo Kaum -5º Kompas
Mangkuto
Nan Putiah
39 Baiturrahman Padang 1993 Ali Usman Wakaf +16º Kompas
Kaduduk Rt
01/02
40 Gonjong Jl. Kenanga 1960 Dt. Siri Wakaf +5º Perkiraan
Napar Arah Barat
41 Rao-rao Jl. Arisun 1985 Alfian, SH Wakaf +11º Kompas
Labuah Baru
42 Jamiatul Hujjaj Jl. Rasuna Said 1998 H. Masderi Yayasan +5º Kompas
No. 50 Kubu
Gadang
43 Al-Hijrah Jl. Jend 2007 H. Suwardi Pemda -16º Kompas
Sudirman
Kaning Bukit
44 Kantor Camat Jl. Gelatik 2010 Nofriwandi, Pemda +1º Kompas
Padang SH
Kaduduk
45 Ambacang Jl. Camar Rt 1949 Ir. Tastiul Kaum -12º Kompas
01/01 Talawi
46 Tawaqqal Jl. Camar Rt 1985 Diati Wakaf -4º Kompas
01/01 Talawi
47 Baru Jl. Camar Rt 1978 H. Riswandi Kaum -19º Perkiraan
01/01 Talawi Arah Barat
48 Ampalu Jl. Camar Rt 1998 H. Darnius Kaum -24º Perkiraan
01/01 Talawi Arah Barat
49 Al-Muttaqin Jl. K.H. Ahmad 2014 Hasan Basri Pribadi -3º Kompas
Dahlan Rt 02/02
Talawi
50 Nurul Iman Jl. K.H. Ahmad 1994 Afrizal N, Kaum -21º Perkiraan
Dahlan Rt 01/01 S.Sos Arah Barat
Talawi
59
Payakumbuh Utara, status tanah tempat masjid itu didirikan yaitu sebanyak 25
pemerintah daerah sebanyak 2 mushalla (4%), dan tanah milik yayasan sebanyak
1 mushalla (2%).
Tabel 3.7
Tabel 3.8
suku atau setiap marga biasanya memiliki satu mushalla yang pada umumnya
Tabel 3.9
Tabel 3.10
Tabel 3.11
Tabel 3.12
Tabel 3.13
Payakumbuh Utara
metode tahqiqi ini yaitu dengan mengetahui lintang dan bujur tempat di
Kecamatan Payakumbuh Utara dan juga lintang dan bujur Ka’bah. Untuk
Tabel 4.1
berikut:
nilai selisih bujur (λtp - λK) yaitu (100º 38’ 6.29”- 39º 50’) = 60º 48’ 6.29”
Setelah diketahui nilai selisih bujur maka data diatas dimasukkan ke dalam
rumus:
Cotan Q = cos -0º 13’ 27.91”. tan 21º 25’ _ sin -0º 13’ 27.91”
sin 60º 48’ 6.29” tan 60º 48’ 6.29”
tergantung pada model dan jenis kalkulator, salah satunya dengan kalkulator
Shift tan (cos (-)0º 13’ 27.91” x tan 21º 25’ : sin 60º 48’ 6.29” – sin (-)0º 13’
27.91” : tan 60º 48’ 6.29”) x-1 = shift o,,, 65º 42’ 1.39”
Dari hasil perhitungan ini maka arah kiblat untuk kelurahan Labuh Baru
adalah 65º 42’ 1.39” dari titik Utara ke arah Barat (U-B) atau 90º - 65º 42’ 1.39”
= 24º 17’ 58.61” dari titik Barat ke Utara (B-U). Adapun azimutnya adalah 360º -
65º 42’ 1.39” = 294º 17’ 58.6” di ukur dari titik Utara.
berikut:
Tabel 4.2
5 Balai Cacang -0º 12’ 58.46” 100º 38’ 36.3” 65º 42’ 21.4” 24º 17’ 38.6”
6 Kaning Bukit -0º 12’ 37.69” 100º 38’ 40.3” 65º 54’16.21” 24º 5’ 43.79”
7 Nan Kodok -0º 12’ 19.33” 100º 38’ 44.7” 65º 42’ 41.29” 24º 17’ 18.71”
8 Payolinyam -0º 12’ 3.28” 100º 38’ 55.3” 65º 42’ 50.97” 24º 17’ 9.03”
9 Tanjung Anau -0º 11’ 24.11” 100º 38’ 55.3” 65º 43’ 9” 24º 16’ 50.9”
10 Payonibung -0º 11’ 50.89” 100º 37’ 53.8" 65º 42’ 43.64” 24º 17’ 16.36”
11 Tambago -0º 11’ 57’ 41” 100º 38’ 1.63” 65º 42’ 42.23” 24º 17’ 17.77”
12 Cubadak Air -0º 12’ 28.12” 100º 38’ 14.3” 65º 42’ 30.76” 24º 17’ 29.24”
13 Balai Jariang -0º 12’ 48.6” 100º 38’ 24.5” 65º 42’ 23.45” 24º 17’ 36.55”
14 Padang Kaduduk -0º 12’ 40.86” 100º 37” 45.2” 65º 42’ 19.28” 24º 17’ 40.72”
15 Tarok -0º 12’ 57.06” 100º 37’ 48.1” 65º 42’ 11.8” 24º 17’ 48.2”
16 Bunian -0º 13’ 16.97” 100º 37’ 48.9” 65º 42” 2.75” 24º 17’ 57.25”
17 Balai Kaliki -0º 13’ 20.21” 100º 38’ 20.9” 65º 42’ 8.06” 24º 17’ 51.94”
18 Napar -0º 12’ 48.64” 100º 37’ 23” 65º 42’ 10.35’ 24º 17’ 49.65”
19 Taruko -0º 12’ 34.24” 100º 39’ 19.6” 65º 42’ 41.8” 24º 17’ 18.2”
20 Talawi -0º 11’ 32.93” 100º 38’ 22.5” 65º 42’ 58.05” 24º 17’ 1.95”
21 Muaro -0º 12’ 55.84” 100º 38’ 42.6” 65º 42’ 23.95” 24º 17’ 36.05”
22 Kubu Gadang -0º 13’ 46.13” 100º 38’ 27.6” 65º 41’ 57.49” 24º 18’ 2,51”
23 Balai Gurun -0º 12’ 58.57” 100º 38’ 20.8” 65º 42’ 18.05” 24º 17’ 41.95”
24 Balai Betung -0º 11’ 21.73” 100º 38’ 44.8” 65º 43’ 7.79” 24º 16’ 52.03”
25 Pasir -0º 12’ 48.17” 100º 38’ 50” 65º 42’ 29.07” 24º 17’ 30.93”
Setyanto untuk menentukan arah kiblat secara praktis dengan menggunakan sinar
gnomon (tongkat berdiri), bidang dial (bidang lingkaran) yang memiliki ukuran
waktu akan lebih baik jika menggunakan GPS atau dengan media lain
sesuai dengan kolom yang telah disediakan. Setelah itu akan diketahui
waterpass diatas mizwala untuk mengukur level bidang dial, jika belum
sejajar maka dapat diatur dengan cara memutar tripod atau kaki tiga yang
telah terpasang pada bidang level hingga seimbang. Ikatkan tali yang telah
1
Ahmad Izzuddin, Kajian Terhadap Metode-Metode Penentuan Arah Kiblat dan
Akurasinya, cet.I, (Jakarta: Kementrian Agama RI, 2012), h. 83.
69
6) Letakkan benang yang telah diikat pada gnomon, kemudian tarik dan
7) Putarlah bidang dial sampai nilai mizwah yang telah disesuaikan dengan
waktu bidik atau waktu pengamatan berada tepat dibawah benang atau
bayang-bayang.2
8) Setelah bidang dial yang memiliki ukuran sudut derajat diputar sesuai
mizwala qibla finder, maka diketahuilah arah mata angin yaitu arah Utara
pada sudut 0º/360º, arah Timur pada sudut 90º, arah Selatan pada sudut
1) Tarik benang yang terikat pada gnomon sesuai dengan angka kiblat yang
2) Setelah benang ditarik lurus sesuai dengan angka kiblat yang telah dicari
Payakumbuh Utara
metode taqribi saja. Hal ini dikarenakan pengetahuan masyarakat yang sangat
Dilihat dari alat ukur yang digunakan untuk menentukan arah kiblat masjid
variasi. Dari 25 masjid yang diteliti, masjid yang menggunakan kompas sebanyak
atau 16%, dan menggunakan perkiraan arah Barat sebanyak 3 masjid atau 12%.
kompas hanya 6 masjid atau 33% yang akurat arah kiblatnya, keakuratan arah
kiblat dengan menggunakan alat bantu kompas ini dikarenakan adanya masukan
dari tokoh agama setempat bahwa arah kiblat masjid ini bukan ke arah Barat
kompas, tetapi dari arah Barat kompas itu serong ke kanan dengan tidak
dijelaskan berapa angka derajatnya.4 Sedangkan yang akurat karena diberi angka
toleransi ada 1 masjid atau 6%, dan yang tidak tepat sebanyak 11 masjid atau
3
Wawancara Pribadi dengan Resfi Yendri. Kepala KUA Kecamatan Payakumbuh Utara.
Payakumbuh, 24 Februari 2015.
4
Wawancara Pribadi dengan Syafri. Pengurus Masjid Nurul Huda Payonibung.
Payakumbuh, 27 Februari 2015.
71
Tabel 4.3
Tabel 4.4
satu pengurus masjid Ansharullah diatas, pada awalnya kiblat masjid Ansharullah
surat himbauan dari Badan Hisab Rukyat (BHR) yang ada di Kemenag Kota
Payakumbuh untuk seluruh pengurus masjid bahwa pada tanggal 27 atau 28 Mei
pada pukul 16.18 WIB atau setiap tanggal 15 atau 16 Juli pada pukul 16.27 WIB
kita bisa melihat sendiri bayangan matahari akan menghadap arah kiblat. Maka
Tabel 4.5
Berdasarkan tabel 4.5 di atas, satu masjid yang akurat arah kiblatnya yaitu
sekitar bulan Juni, karena berdasarkan gerakan semu matahari tahunan pada
sebesar (+) 23º 30’ dari arah Barat ke arah Utara sehingga hampir bertepatan
denga arah kiblat untuk masjid Baitul Hikmah yaitu 24º 18’. Masjid yang arah
sekitar bulan Juni, tetapi terdapat kelebihan sebesar 6º. Sedangkan masjid yang
5
Wawancara Pribadi dengan Firman Wazri. Pengurus Masjid Ansharullah. Payakumbuh,
27 Februari 2015.
74
deklinasi pokok matahari, pada tanggal tersebut deklinasi matahari adalah -5º dan
kompas terdiri dari 40 mushalla. Dari tabel di bawah ini dapat dilihat bahwa yang
tepat arah kiblatnya hanya 9 mushalla atau 22.5%, yang akurat karena diberi
angka toleransi ada 2 mushalla atau 5%, sedangkan yang tidak tepat arah
Kalau kita lihat dari data di atas, mushalla yang dalam penentuan arah
kiblatnya menggunakan alat ukur kompas sebagian besar arah kiblatnya tidak
akurat yaitu sebesar 72.5%. Hal ini mengindikasikan bahwa pengukuran arah
kiblat menggunakan kompas tanpa dibantu dengan data koreksi magnetik dan
Tabel 4.6
matahari terbenam sebanyak 7 mushalla dan tidak ada satupun arah kiblatnya
Tabel 4.7
bahwa mushalla Nurul Iman kelurahan Balai Gurun dan mushalla Gonjong diukur
sekitar bulan Juni, mushalla Muslim, mushalla Baru dan Nurul Iman kelurahan
77
Talawi diukur pada tanggal 4 April dan 10 September, mushalla Ampalu diukur
sekitar bulam Maret, dan mushalla tigo dusun diukur arah kiblatnya sekitar
Tabel dibawah ini merupakan satu mushalla yang dalam penentuan arah
di zenith Ka’bah atau disebut juga dengan rashdul kiblat dan memiliki arah kiblat
yang akurat.
Tabel 4.8
menggunakan software arah kiblat yang di download dan dijalankan melalui hand
ini, ketika awal pengukuran arah kiblat menggunakan software ini beliau sudah
nantiknya, tapi ketika fondasi mushalla sudah dibuat ternyata terjadi pergeseran
patokan yang telah beliau tetapkan dari awal. Sehingga bangunan mushalla dan
arah kiblat tidak sesuai dengan hasil pengukurannya di awal.6 Perhatikan tabel
dibawah:
6
Wawancara Pribadi dengan Jefriandi. Pengurus Mushalla Baitul Jannah. Payakumbuh,
17 Februari 2015.
78
Tabel 4.9
arah kiblatnya tidak akurat sebagaimana tercantum pada tabel dibawah ini:
Tabel 4.10
yang bisa menentukan arah kiblat dengan benar dan akurat sehingga masyarakat
beranggapan bahwa cukup dengan menggunakan cara dan alat-alat yang gampang
dan sederhana saja, yang penting hati tertuju pada Allah di saat melaksanakan
shalat.
79
Payakumbuh Utara
prosedur yang baik. Hal ini demi meminimalisir kelemahan pada masing-masing
metode tersebut. Untuk menganalisis konsep arah kiblat ini, sesuai dengan hasil
perhitungan yang penulis lakukan sebelumnya bahwa arah kiblat tiap kelurahan
yang ada di Kecamatan Payakumbuh Utara adalah 24º dari arah Barat ke arah
Utara. Sehingga penulis menemukan sebagian masjid dan mushalla yang akurat
saja atau 36% yang tepat arah kiblatnya yakni masjid Ansharullah, masjid
jumlah mushalla yang tepat arah kiblatnya hanya 10 mushalla atau 20% yaitu
Darul Muhajirin, Ikhlas, Darul Hikmah, dan Pincuran Sabil. Perhatikan tabel di
bawah ini:
Tabel 4.11
Tabel 4.12
Ukur Segitiga Bola seperti yang telah disebutkan di atas, maka diketahui arah
kiblat untuk wilayah Kecamatan Payakumbuh Utara adalah sebesar 24º di ukur
dari arah Barat ke arah Utara. Masjid dan mushalla yang tidak akurat arah
kiblatnya itu mempunyai sudut deviasi, yaitu sudut yang menyimpang dari angka
yang telah ditentukan sebesar 24º dari arah Barat ke arah Utara. Sudut
penyimpangan ini dapat terjadi kurang dari angka yang telah ditentukan ataupun
a. Negatif atau minus (-) apabila arah kiblat masjid atau mushalla kurang ke
Utara dari hasil hitungan akurasi arah kiblat yang semestinya dari Barat
24º ke Utara.
b. Positif atau plus (+) apabila arah kiblat masjid atau mushalla melebihi ke
Utara dari hasil hitungan akurasi arah kiblat yang semestinya dari Barat
24º ke Utara.
(64%) yang terdiri dari keakuratannya kurang (-) ke Utara sebanyak 8 masjid
(32%) dan masjid yang keakuratannya lebih (+) ke Utara sebanyak 8 masjid
Tabel 4.13
Tabel 4.14
Masjid yang Deviasi Plus (+) ke Utara
mushalla (80%) yang terdiri dari keakuratannya kurang (-) ke Utara sebanyak 22
masjid (44%) dan mushalla yang keakuratannya lebih (+) ke Utara sebanyak 18
Tabel 4.15
menggunakan alat bantu kompas. Selang beberapa waktu yang lalu juga sempat di
84
ukur oleh Zainal Arifin yaitu salah seorang hakim Pengadilan Tinggi Agama
beberapa derajad).7 Hal ini sesuai dengan hasil pengukuran yang penulis lakukan
yaitu arah kiblatnya kurang ke Utara 4º. Walaupun pengurus mushalla mengetahui
kekurangakuratan arah kiblatnya namun beliau tetap tidak mengubah arah kiblat
bahwa pengetahuan tentang arah kiblat tidak sampai kepada pengurus mushallah,
padahal melenceng 1º saja bisa melencengkan arah sekitar 100 kilo meter dari
posisi Ka’bah.
Tabel 4.16
7
Wawancara Pribadi dengan Yulasmid. Pengurus Mushalla Tawaqqal. Payakumbuh, 25
Februari 2015.
85
Dalam tabel di bawah ini akan dijelaskan bahwa masjid yang paling tinggi
Utara dan penyimpangan tertinggi untuk kategori lebih (+) ke Utara adalah masjid
Syuhada (+14º).
Tabel 4.17
(-) ke Utara adalah mushalla Ampalu (-24º) dan untuk kategori lebih (+) ke Utara
Tabel 4.18
terhadap keakuratan arah kiblat sebanyak +1º dan -1º. Peneliti menganggap bahwa
kisaran +1º dan -1º merupakan angka penggenapan terkecil dan secara faktual
kisaran angka ini tidak terlalu jauh penyimpangannya. Penggenapan sebanyak +1º
dan -1º ini juga bertujuan untuk memberikan kelonggaran terhadap kemungkinan-
kemungkinan yang bisa terjadi seperti halnya human error, yaitu kesalahan yang
dilakukan seseorang yang bisa diakibatkan karena faktor kondisi fisik lingkungan
mushalla sebanyak +1º dan -1º, artinya masjid dan mushalla ini dianggap tepat
Tabel 4.19
Tabel 4.20
Apabila jumlah masjid dan mushalla yang sudah ditoleril dikeluarkan dari
PENUTUP
A. Kesimpulan
88
89
diberikan angka toleransi penyimpangan sebesar -1º dan +1º dari arah
yang telah ditentukan yakni 24º dari arah Barat ke arah Utara. Dari 25
masjid hanya 9 masjid atau 36% yang akurat, 1 masjid atau 4% ditoleransi
ketepatan arah kiblatnya, dan 15 masjid atau 60% tidak akurat. Sedangan
alat bantu kompas, hanya 6 masjid atau 33% yang akurat, 1 masjid atau
ada 4 masjid, 2 akurat dan 2 lainnya tidak akurat. Sedangkan hanya satu
mushalla yang menggunakan rashdul kiblat dan memiliki arah kiblat yang
terbenam ada 3 masjid dan 7 mushalla, satu masjid diantaranya akurat dan
selebihnya tidak akurat, dan mushalla tidak ada satupun arah kiblatnya
B. Saran-saran
Dalam bagian akhir skripsi ini, penulis ingin memberikan saran-saran yang
mushalla.
3. Kepada pengurus masjid dan mushalla jika ragu akan ketepatan arah
masing.
91
pengajaran mengenai ilmu falak yang salah satunya mengenai arah kiblat.
Al-Bukhari, Muhammad bin Isma’il bin Ibrahim bin al-Mughirah. Shahih al-
Bukhari, Jilid.I. al-Qahirah: Dar al-Sya’ab, 1987.
Al-Naisaburi, Abu Husain Muslim bin Hujjaj bin Muslim al-Qusyairi. Shahih
Muslim, Juz II. Beirut: Dar Afaq al-Jadidah, t.th.
Azzam, Abdul Aziz Muhammad dan Abdul Wahhab Sayyed Hawas. Fiqih
Ibadah. Penerjemah Kamran As’at Irsyady, dkk. cet.2. Jakarta: Amzah,
2010.
Majelis Ulama Indonesia. Himpunan Fatwa MUI sejak 1975. Jakarta: Penerbit
Erlangga, 2011.
Miswari, Zuhairi. Mekkah Kota Suci, Kekuasaan, dan Teladan Ibrahim, cet.II.
Jakarta: PT. Kompas Media Nusantara, 2009.
Mudhor, Atabik Ali Ahmad Zuhdi. Kamus al-Ashri, cet.IV. Yogyakarta: Multi
Karya Grafika, 1998.
Murtadho, Moh. Ilmu Falak Praktis. Malang: UIN Malang Press, 2008.
Salim, Peter dan Yenny Salim. Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer, cet.III.
Jakarta: Modern English Press, 2002.
Sugiono. Metode Penelitian Kuantitatif dan kualitatif dan R&D, cet.VII. Jakarta:
CV. Afabeta 2009.
Supriatna, Encup. Hisab Rukyat dan Aplikasinya. Bandung: PT. Refika Aditama,
2007.
94
Usman, Husaini, dkk. Metode Penelitian Sosial. Jakarta: Bumi Aksara, 2008.
Wafa, Sirril, dkk. “Akurasi Arah Kiblat Masjid dan Mushalla di Wilayah
Ciputat”, Laporan Penelitian. Jakarta: Fakultas Syariah dan Hukum UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta, 2002.
Yahya, Muhammad Taufiq Ali. Mekah dalam Al-Qur‟an, Hadis dan Sejarah,
Manasik Lengkap Umrah dan Haji serta doa-doanya. Jakarta: Lentera,
2007.
Yaqub, Ali Mustafa. Kiblat Antara Bangunan dan Arah Ka‟bah. Jakarta: Pustaka
Darus-Sunnah, 2010.
Sumber Internet:
Hadi Bashori, “Rashdul Kiblat dan Pro-Kontra Pelurusan Arah Kiblat”, diakses
pada 08 April 2015 dari
https://catatanhadibashori.wordpress.com/tag/arah-kiblat.
Sumber Wawancara:
Kepada Yt[
Kepala Kantor Kesatuan Bangsa dan Politik (KESBANGPOL) .i
di
Payakumbuh
lMassalatn,
".r
Ama M.Ag >1
8032002 t
Ternl.usan :
1. Dekan Fakultas Syariair dan Hukurn UIN Jakarta
2. Ka / Sekprodi SAS/ Peradilarn Agama
*l
PEMERI NTAH }<OTA PAYA]<UMBUH
KAI{TOR KESATUAil BA]IGSA DAl{ POLITIK
n. Sri Rejeki No. 5 Kel. Bulakan Balai Kandi Telp/Fax. (0752) - 95713 Koh Payakumbuh 26225
REKOITIENDASI
Nomor. B.2AA| A57 lKesbang-P oYil- 20 1 E
TENTANG
IZIN UELAKSANAKAN PENELITIAN
Kami Pemerintah Kota Payakumbuh melalui Kantor Kesatuan Bangsa dan Politik berdasarkan :
Februari 2A15
An. KEP BANGSA DAN POLITIK
MBUH
Bangsa
WA
198503 2002
Kepada Yttr,
Kepala Kantor Kecamatan Payakumbuh Utara
di
Tempat
Akademik
M.Ag $
97707071998032002
Tembusan :
1. Dekan Fakultas Syariah dan Hukum LIIN Jakarta
2. Ka/Sekprodi SAS/Peradilan Agama
KEMENTERIAN AGAMA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
SYARIF HIDAYATULLAH JAK,A.RTA
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKIUM
Telp. (62-21 ) 747 11537 ,7401925 Fax. (62-2'l) 7491821
Jln. lr. H. Juanda No. 95 Ciputat Jakafia 15412, lndonesia Website : www.uinjkt.ac.id E-mail : syar_hukuin@yahoo.r:om
Kepada Yth,
Kepala KUA Kec. Payakurnbuh Utara
di
Tempat
ang Akademik
a, M.Ag )A
Tembusan :
L. DekanFakultas Syariah dan Hukum IJIN Jakarta
2. Ka / Sekprodi SAS/ Peradilan Agama
KEMENTERIAN AGAMA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
SYARIF HID AYATULLAH JAKARTA
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
Telp. (62-2 1 ) 7 47 I 1 537, 7 40 1 925 F ax. (62-21 ) 7 491 821
Jln. lr. H. Juanda No. 95 Ciputat Jakarta'.|5412,lndonesia Website : www.uinjkt.ac.id E-mail ; syar_hukuin@yahoo.com
" Akurasi Arah Kiblat Masj iil ilan Mushalla di l\rilay ah Kecamatan
PayakumbuhUtara"
Akademik
Tembusan :
L. Dekan Fakultas Syariah dan Hukum IJIN Jakarta
2. Ka / Sekprodi SAS/Peradilan Agama
KEMENTERIAN AGAMA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
SYARIF HIDAYATULLAH JAK ARTA
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
reE. (62-21 ) 7 47
11 537, 7 4O1 925 F ax. (62-21 ) 7 49 1 82 1
Jln. lr. H. Juanda No. 95 Ciputat Jakana 15412, lndonesia www.uinjkt.ac.id E-mail ri syar_hukuin@yahoc
Website : www.uinikt.ac.id syar_hukuin@yahoo.com
Bidang Akademik
A, M.Ag >l
998032002\
Tembusan :
1. Dekan Fakultas Syariah dan Hukum UIN Jakarta
2. Ka / Sekprodi SAS/ Peradilan Agama
HASIL WAWANCARA
NIP t970t1182000031001
Jawaban: Program penyuluhan arah kiblat ini adalah program dari Badan
Hisab Rulqtat (BHR) kota yang hanya ditakukan oleh Kemenag. Badan Hisab
RulEat hanya ada di Kemenag, hal ini diknrenakan petugasnya yang belum
menculatpi.
tersebut?
surat-surat yang masuk kepada KUA mengenai masjid atau mushalla yang
pengurusnya merasa ada keraguan terhadap arah kiblat mereks. Hasil data
ini disampaikan ke Badan Hisab Rukyat kota. Jadi peran KUA sebagoi
perantara dari masyarakat yang ingin diukur arah kiblatnya kepada Kemenag
Hisab Rulryat koto. Tapi bagi mereka yang mengetahui bahwa Badan Hisab
Rulgtat ini hanya ada di kota maka mereka langsung mendatangi BHR yang
4. Bagaimana proses bagi masyarakat yang ingin diukur arah kiblat masjid atau
atau dua hari baru tim hisab rulyat ini turun untuk melakukan pengulruran
arqh kiblat.
surat yang datang dari Badan Hisab Rulqtat (BHR) kota, kemudian KUA
menindak laniuti surat ini dan diteteruskan ke masjid dan mushalla, terutoma
ke masjid, bahwa setiap tanggal 27 atau 2g Mei pada pulatl 16.lg wIB atau
setiap tanggal 15 atau 16 Juli pada pukul 16.27 WIB kita biso melihat sendiri
pengurus masiid atau mushalla kalau ragu akan arah kiblat merefta, agar
pada tanggal dan jam tersebut menegakkan tongkat di halaman masjid, mokn
arah bayangan tongknt itu merupalmn arah kiblat masjid atau mushallanya.
7. Metode atau alat apa yang sering digunakan dalam menentukan arah kiblat?
Jawaban: Alat-alat yang ada di Kemenag yaitu seperti teropong, kompas dan
8. Jika ditemukan rnasjid atau mushalla yang tidak akurat arah kiblatnya,
htrang pas, lalu kita usulkan untuk memeriksa ulang arah kiblatnya. Jikn
pengukuran kiblat ke KUA dan KU,4 akan turun melalui BHR kota.
9. Apa saran bapak jika terdapat masjid atau mushalla yang tidak akurat arah
kiblatnya?
Jawaban: Tentu kita menyarankan baik pada pengurus masjid tersebut atau
kepada masyarakat, kiranya kita berlapang hati untuk mengubah arah kiblat,
liarena makin hari bumi ini akon mengalami suatu perobahan yang akan
masyarakat agar merekn paham dan tidak hanya ikut-ikutan dalam hal kiblat
ini.
10. Ketika Majelis Ulama Indonesia (MUI) mengeluarkan fatura No. 05 Tahun
2010 bahwa arah kiblat bagi umat Islam di Indonesia yang sebelumnya
Jadi atas dasar itulah BHR kota dibentuk dan menurunkan surat ke
ll.Jika ada ketidak tepatan arah kiblat masjid atau mushalla di kecamatan
Payakumbuh Utara, apakah penyebab dari ketidak tepatan arah kiblat
tersebut?
hisab rulgtat ini sampoi kepada masyarakat baru-baru ini, sementarq rata-
rata masjid yang ada di Payahtmbuh Utara ini merupakan bangunan loma,
'Serta
penetapan arah kiblat yang hanya dilakukan secqra kira-kira. Seperti
Jawaban: Kalau yang meltggeser arah kiblat ini adalah buya atau sesepuh
yang ada di wilayah tersebut maka mereka menerima saja, namun kalau kita
ltang langsung memberitahu kepada mereka, makn disini bisa timbul pro
MAGAMA
KA}'ITORIJRUSNAGAMATECAMATANPAYAKMBIIHITTARA
lalan RA Kartini No.7 Kelurahan Padang Kaduduk Kota Payakumbuh Pos 26218 Telp : 90886
SURAT KETERANGAN
Kk.03. 14.3/P\M.01/oe1 DA|S
yang bertanda tangan dibawah ini kepala kantor urusan agama kecamatan payakumbuh
utara kota payakumbuh menerangkan bahwa :
Nama :D&*ie+Alfartqi
Tempat/ Tanggal Lahir : Payakumbuh/ 2l Ianr;ert'. 1992
NomorPokok :1111044100065
adalah benar telah melakukan penelitian di Kantor Urusan Agama Kecamatan Payakumbuh
Utara Kota Payakumbuh, berdasarkan surat dari Kepala Badan Kesatuan Bangsa Dan Politik
Kota Payakumbuh nomor : B.200/057/I(esbang-Pol/Il-2015 tanggal 24 Februari 2015,
Rekomerdasi Tefttaftg lzfut Melaksanat*an Fenelitian detgan nfuan ffituk ketengkapan data
dalam menyusun skripsi dengan judul "Akurasi Arah Kiblat Masjid Ilan Mushalla Di
Wilayah Kecamatan Payakumbuh Utara" dari tanggal24 Februari sld24 Mei 2015.
Demikianlah surat keterangan ini kami buat untuk dapat dipergunakan sebagaiuiana
mestinya.
rirS.Ag
970111 8200003 1001
ST]RAT KETERANGAIY
Payakumbuh,28
ffi
SURAT KETERANGAN
ffiR
i.
S.URAT KEIERANGAN
#-\
,{"f;
tt{-
\s$e
f-
I
ST'RAT KETERANGAN
Fakultas SyariahdanHukum
UIN Syarif Hidayatultah Jakafia
guu menyelesaikan
Telah selesai melaksanakan pe,lrelitian lapangan
skripsi yaog berjudul 'AKURASI ARAH KIBLAT MAStrID DAI\[
MUSHALLA DI WILAYAH KECAMATAN PAYAKT}MBTIH UTARA'.
Demikiao surat keterangan ini kami buat agar dapat dipergunakan
sebagaimanamestinya.
26 Februari 2015
Syuhada'
ST'RAT KETERANGAN
Kami yang bertanda tangan di bawah ini pengurus mushalla Darut Hikmah
keluratran Cubadak Air:
Nama : Dt. BosaNan Panjang
Pendidikan Terakhir : D3
Pekerjaan : THL/TBPP
w*"#
ST'RAT KETERANGAI\I
Nama : H. Syafri D
Pendidikan Terakhir : SLTA
Pekerjaan : Pensiun PNS
Nama : H. Syafri D
Pendidikan Terakhir : SLTA
Pekerjaan : Pensiun PNS
t,
- za" 22 Nopember
21. |anuari
8 Pebruari - 150 3 Nopember
a April 5o 10 September
{sepaetl - l
B.-n-
ffi;;w
lU,*,Af /
FiS.5s.
Gambar 17. Gerak semu matahari selama satu tahun
-
ARAH KIBLAT
@l#'i'ta
FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA
Nomor:05 Tahun 2010
-
Tentang
ARAH KIBLAT
c
1 f;ji
{
i
i* t *;lAi 9-ii'fuo<+:i?,-*"*bi
ffut J.r#;)
((JJr-Jl ,t2r1 *rp| .lryt ;trrlrrit;,v
Dari Malik dari Abdullah bin Dinar dari lbrut Umar berkata:
ketika orang-orang sedang shalat shubuh di Masjid Quba,
tiba-tiba datang seseorang berkata bahwa Rasulullah SAW
tadi malam menerima wahyu dan diperintahkan untuk
menghadap Ka'bah. Mereka lalu mengubah arah (shalat),
yang ketika itu menghadap ke arah Syam (baitul maqdis),
ke arah kiblat (masjidil haram). (HR. Imam Bukhari)
BIDANG IBADAH
MEMPERHATIKAN:
l. Pendapat Imam Ala al-Din al-Kasani al-Hanafi dalam Kitab
Badai' Shanai'fi Tartib al-Syarai' :
dlr .a= iov otS ri Jr;:-"} ;*(rru r,t^f J! r.! .,I;) of*Ir .ri
,€:ro:r+e #L;r'y:*t;,
"Dan (Dia ciptakan) tanda-tanda (penunjuk jalan). Dan
dengan bintang-bintang itulah mereka mendapat Petunjuk".
(QS An-Nahl: 16)
Dengan begitu, ia berhak berijtihad (dalam menentukan
letak Ka'bah) seperti orang yang faham tentang .fenomena
alam. Ivlengenai kewajibannya, ada dua pendapat. Dalam
kitab ul-Urnm, ImAm al-Syaf i berkata: "Yang wajib dalam
berkiblat adclah menghadap secara tepat ke bangunan Ka'bah.
Karena orang yang diwajibkan untuk menghadap kibalt, ia
wajib menghadap ke bangunan Ka'bah, seperti halnya orang
Mekkahj' Sedangkan teks yang jelas yang dikutip oleh Imam
al-Muzanni (murid Imam al-Syaf i) dari Imam al-Syaf i
mengatakan bahwa yang wajib adalah menghadap ke arah
Ka'bah (jihat al-Ka'bah). Karena, seandainya yang wajib itu
adalah menghadap kepada bangunan Ka'bah secara fisik,
r-
)'
BIDANG IBADAH
*Dan
bagi kita adalah sabda Nabi sAW ,f:rt:*',irt #rt,
dan barat adalah kibla{'(HR. Imam at-Tarmidzi), menurut
sebuah pendapat hadist ini adalah hasan shahih. Yang jelas
bahwa arah antara keduanya adalah kiblat karena jika yang
diwajibkan adalah menghadap tepat ke bangunan Ka'bah
('ainul Ka'bah) maka tidaklah sah shalat orang dengan shaf
yang panjang..."
1. Makalah Drs. KH. A. Ghazalie Masroeri tentang 'Arah Qiblat dari Indonesia"
dan "Posisi Arah Barat Indonesia" dalam Rapat Komisi Fatwa MUI tanggal I
|uli 2010;
2. Pandangan dan pendapat rapat Komisi Fatwa MUI pada hari Senin tanggal 1
MEMUTUSKAN
3. Kiblat umat Islam Indonesia adalah menghadap ke barat laut dengan posisi
bervariasi sesuai dengan letak kawasan masing-masing'
Kedua: Rekomendasi
ulang shafnYa
Bangunan masjid/mushola yang tidak tepat arah kiblatnya, perlu ditata *
tanpa membongkar bangunannYa - DitetaPkan di : lakarta
Tanggal: 18 Raiab 1431 H
1 luli'2010 M
Ketua Sekretaris
ttd
i
I