Anda di halaman 1dari 135

AKURASI ARAH KIBLAT MASJID DAN MUSHALLA

DI WILAYAH KECAMATAN PAYAKUMBUH UTARA

Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum
untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh
Gelar Sarjana Syariah (S.Sy)

Oleh:

DANIEL ALFARUQI
NIM. 1111044100065

KONSENTRASI PERADILAN AGAMA


PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA ISLAM
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
J A K A R T A
1436 H/2015 M
ABSTRAK

Daniel Alfaruqi. NIM 1111044100065. AKURASI ARAH KIBLAT


MASJID DAN MUSHALLA DI WILAYAH KECAMATAN PAYAKUMBUH
UTARA. Konsentrasi Peradilan Agama, Program Studi Hukum Keluarga Islam,
Fakultas Syariah dan Hulum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta, 1436 H/2015 M. xi + 94 halaman + 11 lampiran.
Masyarakat Indonesia pada umumnya dan khususnya masyarakat yang
berada di wilayah Kecamatan Payakumbuh Utara dalam menentukan arah kiblat
hanya berpatokan kepada metode taqribi yaitu menggunakan acuan perkiraan
setelah ditentukan arah mata angin. Fakta menunjukkan bahwa metode ini
memiliki kelemahan pada tingkat keakuratannya. Padahal seiring berkembangnya
ilmu pengetahuan dan teknologi, telah ditentukan metode yang lebih akurat untuk
menentukan arah kiblat menggunakan hitungan yang rinci. Skripsi ini bertujuan
untuk mengetahui tingkat keakuratan arah kiblat masjid dan mushalla di wilayah
Kecamatan Payakumbuh Utara.
Metode yang dipergunakan adalah metode deskriptif eksploratif, adapun
jenis penelitiannya yaitu penelitian lapangan (Field Research) yang di padukan
dengan penelitian kepustakaan (Library Research). Penelitian dilakukan di setiap
masjid dan beberapa mushalla yang ada di Kecamatan Payakumbuh Utara
menggunakan metode tahqiqi, yaitu melalui perhitungan menggunakan rumus
ilmu ukur segitiga bola (Spherical Trigonometri) dengan alat bantu pengukuran
menggunakan program Mizwala Qibla Finder. Kriteria dan sumber data yang
digunakan yaitu pertama, data primer seperti wawancara, dokumentasi dan data
observasi. Kedua, data sekunder yang diperoleh dari buku-buku dan tulisan-
tulisan yang berhubungan dengan tema. Adapun teknik pengumpulan data
diantaranya yaitu observasi, wawancara, dokumentasi dan data sampel. Data yang
terkumpul selanjutnya di analisa dengan analisis deskriptif.
Hasil penelitian menunjukkan dari 25 masjid hanya 9 masjid atau 36%
yang tepat, 1 masjid atau 4% ditoleransi ketepatan arah kiblatnya, dan 15 masjid
atau 60% tidak tepat. Sedangan dari 50 mushalla yang dijadikan sampel, hanya 10
mushalla atau 20% yang tepat, 2 mushalla atau 4% ditoleransi ketepatan arah
kiblatnya, dan 38 mushalla atau 76% tidak tepat arah kiblatnya.
Kata Kunci : Akurasi, Arah Kiblat, Masjid, Mushalla, Ka’bah, Payakumbuh
Utara, Mizwala Qibla Finder, Metode Tahqiqi, Metode Taqribi,
Spherical Trigonometri.

Pembimbing : Drs. H. Sirril Wafa, M.Ag.


Daftar Pustaka : Tahun 1975 s.d Tahun 2015

iv
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT atas segala limpahan rahmat, nikmat, hidayah

dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat dan

salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga,

sahabat, dan seluruh umat Islam yang setia hingga akhir zaman.

Skripsi ini penulis persembahkan kepada Ayahanda Nurkausar, S.Pd dan

Ibunda Imelda, S.Pd yang selalu memberikan kasih sayang, bimbingan, dan doa

tanpa kenal lelah. Semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan rahmat dan kasih

sayang-Nya kepada mereka.

Dalam persiapan dan pelaksanaan penelitian sampai dengan penulisan

skripsi ini, tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak, sehingga penulis dapat

menyelesaikan penulisan karya ilmiah ini sebagai salah satu syarat untuk

mencapai gelar Sarjana Syariah. Karena itu penulis menghaturkan ucapan terima

kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada:

1. Dr. Asep Saepudin Jahar, M.A., Ph.D. selaku Dekan Fakultas Syariah dan

Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Kamarusdiana, S.Ag., MH. dan Sri Hidayati, M.Ag. selaku Ketua dan

sekretaris Program Studi Ahwal al-Syakhsiyyah.

3. Drs. H. Sirril Wafa, M.Ag. selaku pembimbing skripsi yang tak pernah

lelah membimbing, mengarahkan, dan memberikan kritikan kepada

penulis dalam penyelesaian skripsi ini.

v
4. Afwan Faizin, MA. selaku Dosen Penasehat Akademik yang selalu

bersedia meluangkan waktunya untuk memberikan masukan dan saran-

saran bagi penulis hingga terselesaikan skripsi ini.

5. Seluruh dosen di Fakultas Syariah dan Hukum yang telah mendidik dan

memberikan arahan kepada kami selama kuliah di UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

6. M. Soleh Hasan, Lc., MA. selaku orang tua kami selama belajar dan

tinggal di Asrama Putra UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah

memberikan teladan, mendidik, mengajarkan disiplin, dan memberikan

ilmu yang sangat berharga bagi kehidupan kami.

7. Kantor Kesatuan Bangsa dan Politik (KESBANGPOL) Kota Payakumbuh

yang telah mengeluarkan surat rekomendasi bagi penulis untuk

melaksanakan penelitian di Kecamatan Payakumbuh Utara.

8. Nofriwandi, SH. dan Resfi Yendri, S.Ag. selaku Camat dan Kepala KUA

Payakumbuh Utara beserta staf yang telah memberikan izin bagi penulis

untuk memperoleh data-data yang diperlukan.

9. Kepala Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Fakultas beserta staf yang

telah memberikan fasilitas kepada kami dalam menelusuri literatur yang

berkaitan dengan skripsi ini.

10. Bapak-bapak pengurus masjid dan mushalla yang telah banyak membantu

dalam memberikan informasi dan keterangan guna melengkapi data yang

dibutuhkan untuk penyusunan skripsi ini.

vi
11. Papa dan mama, serta kedua adikku Zikril Mustawa dan Nur Aisyah yang

selalu mencintai, memberi semangat, harapan, arahan serta memberi

dukungan baik secara materil maupun spiritual sampai terselesaikan

skripsi ini dengan baik.

12. Kepada yang tersayang Resti Adita, A.Md. KG. yang selalu memberikan

semangat, motivasi, saran, kritikan dan ide-ide kepada penulis dalam

melakukan penelitian ini.

13. Keluarga besar Peradilan Agama Angkatan 2011 kelas A dan B terutama

Syams Eliaz Bahri, M. Rafel, Didi Nahtadi, Rachmatullah Tiflen, Rudi

Niyarto, Ahmad Saidi, Azmi Hayim Ali, Safira Maharani dan Nadia.

Kawan-kawan Ikatan Keluarga Mahasiswa Minangkabau, KKN Palanta

Rantau dan ISLAMMU Jabodetabek. Serta kawan-kawan Asrama UIN

Jakarta angkatan 2011 terutama Yusup, Miqdad, Rizki, dan juga adik-adik

asrama angkatan 2012 Junaidi Habibillah dan Lilik Jalaludin.

Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat dalam proses

membuka wawasan pengetahuan dan dapat menjadi salah satu cahaya

penerang diantara ribuan cahaya pengetahuan lainnya.

Jakarta, 30 Maret 2015

Penulis

vii
DAFTAR ISI

PERSETUJUAN PEMBIMBING .............................................................. i


PENGESAHAN PANITIAN UJIAN SKRIPSI ......................................... ii
LEMBAR PERNYATAAN ......................................................................... iii
ABSTRAK .................................................................................................... iv
KATA PENGANTAR .................................................................................. v
DAFTAR ISI ................................................................................................. viii
DAFTAR TABEL ........................................................................................ x

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ...................................................... 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah................................... 6
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................ 7
D. Review Studi Terdahulu ...................................................... 8
E. Metode Penelitian ................................................................. 10
F. Sistematika Penulisan ........................................................... 14

BAB II KAJIAN TEORITIS TENTANG ARAH KIBLAT


A. Pengertian Arah Kiblat ........................................................ 16
B. Sejarah Arah Kiblat .............................................................. 17
C. Dasar Hukum Menghadap Kiblat dalam shalat ................... 22
D. Hukum Menghadap Kiblat ................................................... 28
E. Metode Penentuan Arah Kiblat ............................................ 35

BAB III PROFIL MASJID DAN MUSHALLA


A. Profil Kecamatan Payakumbuh Utara
1. Sejarah Singkat ................................................................. 48
2. Letak Geografis................................................................. 49
3. Struktur Organisasi ........................................................... 51
viii
4. Keadaan Masyarakat ......................................................... 52
5. Keagamaan........................................................................ 54
B. Data Umum Masjid dan Mushalla ....................................... 55
C. Status Tanah Masjid dan Mushalla ...................................... 59

BAB IV DESKRIPSI HASIL PENELITIAN


A. Perhitungan Arah Kiblat Masjid dan Mushalla di
Kecamatan Payakumbuh Utara ........................................... 64
B. Cara Masyarakat dalam Menentukan Arah Kiblat di
Kecamatan Payakumbuh Utara ........................................... 70
C. Keakuratan Arah Kiblat Masjid dan Mushalla di
Kecamatan Payakumbuh Utara ........................................... 79

BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan .......................................................................... 88
B. Saran-saran ........................................................................... 90

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 92


LAMPIRAN

ix
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Struktur Organisasi Kecamatan Payakumbuh Utara ..................... 51

Tabel 3.2 Jumlah Kelurahan, RT, RW dan Kepala Keluarga ........................ 52

Tabel 3.3 Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin .............................. 53

Tabel 3.4 Struktur Organisasi KUA Kecamatan Payakumbuh Utara ............ 54

Tabel 3.5 Data Umum Masjid ........................................................................ 56

Tabel 3.6 Data Umum Mushalla .................................................................... 57

Tabel 3.7 Status Masjid Tanah Wakaf ........................................................... 59

Tabel 3.8 Status Mushalla Tanah Wakaf ....................................................... 60

Tabel 3.9 Status Mushalla Tanah Kaum ........................................................ 61

Tabel 3.10 Status Mushalla Tanah Pribadi ...................................................... 62

Tabel 3.11 Status Mushalla Tanah Pemda ....................................................... 62

Tabel 3.12 Status Mushalla Fasilitas Umum ................................................... 63

Tabel 3.13 Status Mushalla Tanah Yayasan .................................................... 63

Tabel 4.1 Data Koordinat Kecamatan Payakumbuh Utara ............................ 64

Tabel 4.2 Hasil Perhitungan Arah Kiblat ....................................................... 66

Tabel 4.3 Kiblat Masjid yang Diukur Menggunakan Kompas ...................... 71

Tabel 4.4 Kiblat Masjid yang Diukur Menggunakan Bayang-bayang

Matahari ......................................................................................... 72

Tabel 4.5 Kiblat Masjid yang Diukur Menggunakan Perkiraan Arah Barat . 73

Tabel 4.6 Kiblat Mushalla yang Diukur Menggunakan Kompas .................. 74

Tabel 4.7 Kiblat Mushalla yang Diukur Menggunakan Perkiraan Arah

x
Barat ............................................................................................... 76

Tabel 4.8 Kiblat Mushalla yang Diukur Menggunakan Bayang-bayang

Matahari ......................................................................................... 77

Tabel 4.9 Kiblat Mushalla yang Diukur Menggunakan Software Kiblat ...... 78

Tabel 4.10 Kiblat Mushalla yang Diukur Menggunakan Patokan

Bangunan Masjid ........................................................................... 78

Tabel 4.11 Arah Kiblat Masjid yang Akurat ................................................... 79

Tabel 4.12 Arah Kiblat Mushalla yang Akurat ................................................ 80

Tabel 4.13 Masjid yang Deviasi Minus (-) ke Utara ....................................... 81

Tabel 4.14 Masjid yang Deviasi Plus (+) ke Utara .......................................... 82

Tabel 4.15 Mushalla yang Deviasi Minus (-) ke Utara .................................... 82

Tabel 4.16 Mushalla yang Deviasi Plus (+) ke Utara ...................................... 84

Tabel 4.17 Masjid yang Penyimpangan Arah Kiblatnya Paling Tinggi .......... 85

Tabel 4.18 Mushalla yang Penyimpangan Arah Kiblatnya Paling Tinggi ...... 86

Tabel 4.19 Toleransi Keakuratan Arah Kiblat Masjid ..................................... 86

Tabel 4.20 Toleransi Keakuratan Arah Kiblat Mushalla ................................. 87

xi
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Manusia adalah makhluk sosial (zoon politicon) di mana mereka saling

membutuhkan satu sama lain. Manusia tidak dapat hidup terasing dari manusia

lain, melainkan harus selalu hidup dalam ikatan kelompok, golongan, atau

kerukunan sebagai suatu kesatuan sosial.1

Hubungan antar sesama manusia dan antar sesama kelompok harus

dikuatkan dan ditingkatkan ke tingkat yang lebih baik dari aspek spiritualitas

sebagai pengendalinya. Karena tanpa aspek spiritualitas, kemanusiaan manusia

akan menjadi lemah dan menurun bahkan rasa cinta, kasih sayang, kelembutan

dan keadilan menjadi tidak ada. Jika hubungan manusia hanya ditinjau dari aspek

materil saja, maka ia hanya akan menimbulkan kesewenang-wenangan,

melepaskan keinginan menurut hawa nafsu, dan memunculkan naluri

kemanusiaan yang liar tanpa ada ikatan maupun kontrol. Allah SWT menjadikan

shalat sebagai media untuk membina manusia dan menempatkan nalurinya. Shalat

menjadi fondasi hubungan antar manusia yang dibangun di atas dasar-dasar yang

baik dan jauh dari bias tendensi dan keinginan hawa nafsu.2

1
Nurnaningsih Amriani, Mediasi: Alternatif Penyelesaian Sengketa Perdata di
Pengadilan, cet.I, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2011), h. 1.
2
Abdul Aziz Muhammad Azzam dan Abdul Wahhab Sayyed Hawas, Fiqih Ibadah,
Penerjemah Kamran As’at Irsyady, dkk, cet. II, (Jakarta: Amzah, 2010), h. 146.
1
2

Setiap Muslimin diwajibkan untuk menunaikan shalat lima waktu tepat

pada waktunya dan harus menghadap kiblat.3 Arah kiblat dalam Islam sudah

ditentukan, yakni harus menghadap ke Masjid al-Haram (Ka’bah).4

Pada dasarnya menghadap Ka’bah dalam wacana fiqih merupakan syarat

sah shalat yang tidak dapat ditawar-tawar, memang pada mulanya ketika

Rasulullah SAW, berada di Mekkah beliau shalat menghadap Baitul Maqdis atas

perintah dari Allah SWT. Hal ini dimaksudkan untuk membujuk hati para ahli

kitab. Tetapi beliau sangat berharap agar arah kiblat di alihkan ke Ka’bah yang

mulia, karena itulah kiblat bapaknya, Ibrahim Al-Khalil. Maka saat itu beliau

banyak menengadah kearah langit, sambil berharap turunnya wahyu tentang

pengalihan arah kiblat. Beliau benar-benar sangat mengharapkan hal ini, hingga

akhirnya Allah SWT memenuhi keinginan beliau dan memerintahkan agar beliau

menghadap ke arah Ka’bah. Di samping itu ada sebab lain yang membuat beliau

berkeinginan atas pengalihan kiblat dari Baitul Maqdis ke Ka’bah, yaitu karena

orang-orang Yahudi yang sangat jahat biasa berkata, “Alangkah anehnya urusan

Muhammad, dia berbeda dengan kita dalam masalah agama, namun sama dalam

shalatnya dengan kiblat kita dan kalau tidak karena agama kita, tentu dia tidak

tahu harus menghadap kemana ketika shalat”. Karena itulah beliau benar-benar

ingin agar Allah mengalihkan kiblat ke Ka’bah, sehingga orang-orang Yahudi

tidak mempunyai cara untuk menyerang pribadi dan agama beliau.5

3
Depag, Almanak Hisab Rukyat, (Jakarta: Proyek Pembinaan Badan Peradilan Agama,
1998), h. 25.
4
Encup Supriatna, Hisab Rukyat dan Aplikasinya, (Bandung: PT Refika Aditama, 2007),
h.69.
5
Muhammad Ali Ash-Shabuny, Tafsir Tematik Surat Al-Baqarah-Al-An’am, cet.I,
(Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2000), h. 30.
3

Bagi orang yang berada di Mekkah dan sekitarnya, kewajiban menghadap

Ka’bah tidaklah menjadi masalah, karena mereka lebih mudah dalam

melaksanakan kewajiban itu. Namun, hal ini menjadi persoalan bagi orang yang

jauh dari Mekkah. Kewajiban seperti itu merupakan hal yang berat, karena mereka

tidak pasti bisa mengarah ke Ka’bah secara tepat.6

Umat Islam di Indonesia pada umumnya meyakini kiblat itu berada di

sebelah Barat sehingga identik dengan arah Barat tempat terbenamnya matahari.

Akibatnya, bagi mereka shalat itu harus menghadap ke Barat dimanapun mereka

berada. Dengan demikian, masalah kiblat itu menjadi masalah sederhana yang

dapat diketahui dengan diketahuinya arah terbit dan terbenamnya matahari. Ketika

mereka masih berada di wilayah Indonesia, hal tesebut tidak menjadi persoalan,

Akan tetapi, persoalannya akan menjadi lain apabila mereka berada di luar

wilayah Indonesia seperti yang dialami oleh kaum muslimin Suriname Amerika

Latin yang berasal dari pulau Jawa. Mereka tetap mengadap ke Barat dalam

shalatnya, padahal semestinya harus menghadap ke Timur.7

Penentuan arah kiblat yang dilakukan oleh umat Islam di Indonesia

mengalami perkembangan dari waktu ke waktu sejalan dengan perkembangan

ilmu pengetahuan yang ada. Pertama kali mereka menentukan arah kiblatnya ke

Barat dengan alasan Saudi Arabia tempat dimana Ka’bah berada terdapat di

sebelah Barat Indonesia. Hal ini dilakukan dengan perkiraan saja tanpa

perhitungan dan pengukuran terlebih dahulu. Oleh karena itu, arah kiblat sama

persis dengan tempat matahari terbenam. Dengan demikian arah kiblat itu identik

6
Moh. Murtadho, Ilmu Falak Praktis, (Malang: UIN Malang Press, 2008), h. 126.
7
Maskufa, Ilmu Falak, cet.II, (Jakarta: Gaung Persada Press, 2010), h. 123.
4

dengan arah Barat. Selanjutnya, berdasarkan letak geografis Saudi Arabiah

terletak di sebelah Barat agak miring ke Utara (Barat Laut) maka arah kiblatnya

ke arah tersebut. Oleh karena itu ada sebagian umat Islam yang tetap memiringkan

arah kiblatnya agak ke Utara walaupun ia shalat di masjid yang sudah benar

menghadap kiblat.8

Setelah mengenal ilmu falak, mereka menentukan arah kiblatnya

berdasarkan bayang-bayang sebuang tongkat dengan berpedoman pada posisi

matahari persis pada titik zenith Ka’bah.9 Setelah kompas ditemukan, umat Islam

menggunakan alat tersebut untuk menentukan arah kiblat, namun cara ini kurang

akurat. Selanjutnya dengan menggunakan perhitungan dan pengukuran setelah

terlebih dahulu diketahui koordinat Ka’bah dan tempat yang bersangkutan. Sistem

ini menggunakan dua cara, yaitu ilmu ukur bidang datar dan ilmu ukur bola

(Spherical Trigonometri) dan ternyata hasilnya lebih akurat. Dalam

perkembangan terakhir, sistem yang digunakan dalam menentukan arah kiblat

adalah menggunakan pesawat theodolit setelah diketahui terlebih dahulu data

arah kiblat hasil perhitungan ilmu ukur bola.10

Mengetahui secara pasti tentang cara menentukan arah kiblat tersebut

sangat perlu agar kita merasa yakin telah menghadap kiblat dalam melaksanakan

ibadah yang diwajibkan. Untuk mendapatkan keyakinan akan kiblat yang benar

tersebut, maka kita perlu menentukan atau menghitung dengan teliti

8
Direktorat Jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama Islam Direktorat Pembinaan
Badan Peradilan Agama, Pedoman Penentuan Arah Kiblat, (Jakarta: 1994/1995), h. 48.
9
Ahmad Izzuddin, Fiqih Hisab Rukyah di Indonesia: Upaya penyatuan Mazhab Hisab,
(Yogyakarta: Logung Pustaka, 2003), h. 36.
10
Direktorat Jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama Islam Direktorat Pembinaan
Badan Peradilan Agama, Pedoman Penentuan Arah Kiblat, (Jakarta: 1994/1995), h. 50-58.
5

kesempurnaan arahnya. Sebab bergeser sedikit saja dari arah yang sebenarnya,

maka ia berarti tidak lagi menghadap ke Masjid al-Haram.11 Dalam pembangunan

masjid dan mushalla keakuratan arah kiblat sangat perlu diperhatikan. Hal yang

paling penting dalam persiapan pembangunan mushalla atau masjid adalah letak

mihrab. Di sebelah mana dan ke arah mana ruang mihrab itu berada selalu

menjadi perhatian utama ke arah mana mihrab itu menghadap, kelak menjadi

patokan orang-orang sekitar untuk mengenali kiblat shalat.12

Walaupun telah ada teori untuk menentukan arah kiblat yang akurat seperti

yang telah disebutkan di atas, namun kenyataannya praktek yang dilakukan oleh

kebanyakan masyarakat berbeda dengan teori yang telah di tetapkan. Sampai saat

ini masyarakat masih tetap menggunakan cara-cara yang tradisional seperti hanya

dengan menentukan arah Barat dan memiringkan sedikit ke arah Utara yang hanya

di lakukan dengan perkiraan semata ataupun hanya berpatokan kepada masjid atau

mushalla terdekat tanpa ada perhitungan dan pengukuran terlebih dahulu.

Menurut data yang ditulis dalam buku penentuan arah kiblat Departemen

Agama sebagai mana dikutip oleh Maskufa dalam bukunya yang berjudul Ilmu

Falak, seharusnya arah kiblat kota Payakumbuh kalau diukur dari Barat ke Utara

adalah 24º18’ jika masyarakat kota Payakumbuh berpatokan pada ukuran yang

telah ditetapkan oleh Departemen Agama tersebut, maka pasti arah kiblat di kota

Payakumbuh semuanya akan serasi. Namun penulis menemukan ada banyak

variasi arah kiblat yang ada di kota Payakumbuh.

11
Encup Supriatna, Hisab Rukyat dan Aplikasinya, (Bandung: PT Refika Aditama, 2007),
h.71.
12
Sirril Wafa, dkk, “Akurasi Arah Kiblat Masjid dan Mushalla di Wilayah Ciputat,”
Laporan Penelitian, (Jakarta: Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
2002), h.15.
6

Perbedaan antara teori penentuan arah kiblat yang telah penulis pelajari

selama kuliah dengan praktik yang terjadi di masyarakat membuat penulis tertarik

untuk meneliti permasalahan tersebut. Penulis merasa hal ini sangatlah penting

untuk dikaji dan diteliti agar memperoleh jawaban yang jelas mengenai

permasalahan tersebut, maka penulis membuat penelitian ini dengan judul

“Akurasi Arah Kiblat Masjid dan Mushalla di Wilayah Kecamatan

Payakumbuh Utara”.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

Untuk mempermudah penelitian dan pembahasan dalam skripsi ini

sehingga masalah yang akan diangkat jelas, maka penulis membatasi

masalahnya hanya pada arah kiblat masjid dan mushalla di wilayah

Kecamatan Payakumbuh Utara (Sumatera Barat) yang terdiri dari 25

kelurahan.

2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, penulis merumuskan masalah

pokok yang menjadi objek kajian dalam skripsi ini sebagai berikut:

a. Bagaimana cara masyarakat di wilayah Kecamatan Payakumbuh Utara

dalam menentukan arah kiblat masjid dan mushalla ketika awal

pembangunannya?

b. Bagaimana tingkat keakuratan arah kiblat masjid dan mushalla di

wilayah Kecamatan Payakumbuh Utara?


7

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:

a. Mengetahui cara masyarakat di wilayah Kecamatan Payakumbuh

Utara dalam menentukan arah kiblat masjid dan mushalla ketika awal

pembangunannya.

b. Mengetahui tingkat keakuratan arah kiblat masjid dan mushalla di

wilayah Kecamatan Payakumbuh Utara.

2. Manfaat Penelitian

a. Bagi peneliti sendiri semoga melalui penelitian ini bisa memperkaya

khazanah keilmuan intelektualitas di bidang Ilmu Falak, khususnya

yang terkait dengan penentuan arah kiblat.

b. Bagi kalangan akademisi, dengan hasil penelitian ini dapat dijadikan

sumber informasi ilmiah guna melakukan pengkajian lebih lanjut dan

mendalam tentang akurasi arah kiblat.

c. Bagi kalangan praktisi dengan hasil penelitian ini diharapkan dapat

berguna untuk memberikan informasi kepada segenap pihak yang

berkompeten untuk dijadikan bahan evaluasi terhadap penentuan arah

kiblat yang kedudukannya sangat vital bagi pelaksanaan peribadatan

umat Islam, terutama ibadah shalat.

d. Bagi masyarakat luas semoga dengan adanya penelitian ini diharapkan

dapat memberikan wawasan dan pemahaman kepada masyarakat


8

mengenai cara penentuan arah kiblat agar shalat yang di dirikan lebih

mencapai kesempurnaannya.

D. Review Studi Terdahulu

Dalam melakukan penelitian ini, penulis telah menemukan beberapa

skripsi yang membahas tentang arah kiblat. Berikut skripsi yang penulis temukan:

Afni Desiana Dalimunthe (206044103780) Akurasi Arah Kiblat Masjid di

Wilayah Kecamatan Pamulang. Mahasiswa program studi Ahwal Syakhshiyah,

konsentrasi Peradilan Agama Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta tahun 1432 H / 2011 M. Dalam skripsi ini dibahas tentang

akurasi arah kiblat masjid di 8 kelurahan pada Kecamatan Pamulang. Bedanya

dengan penelitian penulis yaitu, selain wilayah yang berbeda, penelitian penulis

tidak hanya mengukur tingkat keakuratan masjid saja, namun juga mengukur

keakuratan kiblat mushalla yang ada di 25 kelurahan di Kecamatan Payakumbuh

Utara.

Almahsuri (107044202402) Akurasi Arah Kiblat Mushalla Sekolah

Menengah Atas (SMA) di Kota Tangerang. Mahasiswa program studi Ahwal

Syakhshiyah, konsentrasi administrasi keperdataan Islam Fakultas Syariah dan

Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 1432 H / 2011 M. Skripsi ini

menjelaskan tentang akurasi arah kiblat mushalla di Sekolah Menengah Atas

(SMA) dengan asumsi bahwa seharusnya pengetahuan tentang ilmu falak untuk

menentukan arah kiblat di ajarkan sedini mungkin dalam lembaga pendidikan.

Bedanya dengan penelitian penulis yakni penulis memfokuskan pada tingkat ke


9

akurasian arah kiblat masjid dan mushalla yang ada dalam lingkungan masyarakat

dengan asumsi bahwa pandangan masyarakat tentang keakuratan arah kiblat harus

di perbaiki sesuai dengan teori yang semestinya.

Gusti Agung Wibisono (106044203687) Keakuratan Arah Kiblat Mushalla

di Wilayah Bekasi Utara. Mahasiswa program studi Ahwal Syakhshiyah,

konsentrasi Administrasi Keperdataan Islam Fakultas Syariah dan Hukum UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 1431 H / 2010 M. Dalam skripsi ini dibahas

tentang bagaimana keakuratan arah kiblat mushalla di wilayah Bekasi Utara.

Sedangkan penelitian yang penulis lakukan tidak hanya terbatas pada kiblat

mushalla saja, namun juga meneliti tentang kiblat masjid yang ada di 25 kelurahan

dalam Kecamatan Payakumbuh Utara.

Pitri Wulandari (109044100042) Akurasi Arah Kiblat Masjid Daerah

Perkotaan di Wilayah Kecamatan Grogol Petamburan Jakarta barat. Mahasiswa

program studi Ahwal Syakhshiyah, konsentrasi Peradilan Agama Fakultas Syariah

dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 1434 H / 2013 M. Skripsi ini

membahas tentang akurasi kiblat pada masjid yang dilakukan di perkotaan dan

meneliti keterkaitannya dengan pengetahuan masyarakat perkotaan dengan tingkat

keakuratan arah kiblat. Sedangkan penelitian yang penulis lakukan tidak hanya

meneliti keakuratan kiblat masjid saja, namun juga meneliti keakuratan arah kiblat

yang ada di mushalla di Kecamatan Payakumbuh Utara.

Poin utama yang membedakan penelitian penulis dengan beberapa skripsi

lain yang pernah membahas tentang arah kiblat ini yaitu dalam cara penentuan

arah mata angin. Penulis dalam menentukan arah mata angin memanfaatkan
10

cahaya matahari dengan media pendukung program dari Mizwala Qibla Finder.

Sedangkan skripsi-skripsi diatas menggunakan alat bantu kompas.

E. Metode Penelitian

Metode adalah cara atau jalan, sehubungan dengan upaya ilmiah, maka

metode menyangkut masalah cara kerja yaitu cara kerja untuk dapat memahami

obyek yang menjadi sasaran ilmu yang bersangkutan. Metode penelitian

mengemukakan secara teknis tentang metode-metode yang digunakan dalam suatu

kegiatan penelitian.13

1. Jenis Penelitian

a. Penelitian Kepustakaan (Library Research), yaitu penelitian yang

sumber datanya diambil dari tulisan-tulisan atau sumber bacaan yang

diterbitkan untuk mendapatkan dasar teori dalam memecahkan suatu

masalah yang timbul. Dalam hal ini yaitu dengan mencari dan

mengumpulkan serta menganalisa buku-buku yang berkaitan dengan

cara-cara atau teknik penentuan arah kiblat.

b. Penelitian Lapangan (Field Research), yaitu penelitian yang sumber

datanya terutama diambil dari objek penelitian atau proses terjun

langsung secara aktif ke lapangan untuk meneliti objek penelitian

tersebut. Objek penelitian dalam hal ini adalah masjid dan mushalla di

Kecamatan Payakumbuh Utara yang akan di teliti keakuratan arah

kiblatnya.

13
Afifi Fauzi Abbas, Metode Penelitian, cet.I, (Jakarta: 2010), h. 97.
11

2. Sumber Data

a. Data Primer

Data primer adalah data yang dikumpulkan oleh peneliti sendiri

selama penelitian berjalan. Hal ini berarti bahwa pada waktu awal

penelitian dimulai, data masih belum ada, dan data tersebut baru ada

setelah penelitian berlangsung.14 Adapun data primer berasal dari

observasi langsung yang akan penulis lakukan berupa penghitungan

dan pengukuran arah kiblat. Selain observasi langsung, penulis juga

mewawancarai para pihak yang berkaitan, seperti pengurus masjid,

pengurus mushalla dan juga pengurus Kantor Urusan Agama (KUA) di

Kecamatan Payakumbuh Utara.

b. Data Sekunder

Data Sekunder adalah bahan pustaka yang berisikan informasi

tentang bahan primer, terdiri dari buku-buku, artikel ilmiah, dan arsip-

arsip yang mendukung.

3. Teknik Pengumpulan Data

Untuk mengumpulkan data-data yang akurat saat penelitian,

penulis menggunakan beberapa teknik, yaitu:

a. Observasi, adalah teknik pengumpulan data dimana penyelidik

mengadakan pengamatan secara langsung terhadap gejala-gejala

subyek yang diselidiki.15 Artinya observasi itu adalah suatu metode

14
Yayan Sopyan, Metode Penelitian untuk Mahasiswa Fakultas Syariah dan Hukum,
(Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2009), h. 57.
15
Winarno Surachmad, Dasar dan Teknik Research (Pengantar Metodologi Ilmiah),
(Bandung: C.V Tarsito, 1975), h. 155.
12

pengumpulan data dengan cara melakukan penelitian langsung ke

tempat yang dijadikan objek penelitian.

b. Wawancara (Interview), yaitu cara yang digunakan kalau seseorang

untuk tujuan sesuatu tertentu mencoba mendapatkan keterangan secara

lisan dari seseorang responden dengan bercakap-cakap berhadapan

muka dengan orang itu.16 Wawancara dilakukan dengan cara

mengadakan tanya jawab langsung dengan para pihak yang berkaitan,

seperti pengurus masjid, pengurus mushalla, KUA dan masyarakat

sekitar.

c. Dokumentasi, merupakan pengambilan data yang diperoleh melalui

dikumen-dokumen.17 Dalam hal ini penulis mengambil dokumen dan

arsip-arsip yang ada di lembaga pemerintahan setempat yang dijadikan

objek penelitian serta data-data dari literatur dan referensi yang

berhubungan dengan judul penelitian ini.

d. Sampel, adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

populasi tersebut. Bila populasi besar dan peneliti tidak mungkin

mempelajari semua yang ada pada populasi, misalnya karena

keterbatasan dana, tenaga dan waktu, maka peneliti menggunakan

sampel yang diambil dari pupulasi.18

Dalam penelitian akurasi arah kiblat masjid dan mushalla ini,

untuk bagian masjid penulis menggunakan populasi yaitu penulis

16
Koentjaraningrat, Metode-metode Penelitian Masyarakat, (Jakarta: PT Gramedia,
1985), h. 129.
17
Husaini Usman, dkk., Metode Penelitian Sosial, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), h.69.
18
Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif dan kualitatif dan R&D, cet. VII, (Jakarta: CV
Afabeta 2009), h. 82.
13

meneliti arah kiblat seluruh masjid yang ada di Payakumbuh Utara

yaitu sebanyak 25 masjid. Sedangan untuk arah kiblat mushalla penulis

menggunakan sampel acak (Random Sampling), artinya sampel

tersebut diambil secara acak dari wilayah sampel yang dipilih dalam

penelitian ini.

Berdasarkan data yang penulis dapat dari KUA dan Kantor

Camat Payakumbuh Utara, terdapat 65 mushalla yang tersebar dalam

25 kelurahan di Kecamatan Payakumbuh Utara. Dari 65 mushalla,

penulis mengambil 50 mushalla sebagai sampel dalam skripsi ini.

4. Metode Analisis Data

Setelah seluruh data yang penulis peroleh baik dari library

research maupun field research seperti interview maupun studi

dokumentasi, data tersebut lalu dianalisa dengan analisa kualitatif, yaitu

suatu cara penelitian yang menghasilkan data deskriptif analisis, yaitu apa

yang dinyatakan oleh responden secara tertulis serta lisan dan juga

perilaku yang nyata diteliti sebagai sesuatu yang utuh.19 Lalu di

interpretasikan sedemikian rupa dengan metode deduktif. Adapun metode

yang penulis gunakan adalah metode deskriptif eksploratif yakni

menggambarkan atau melukiskan secara jelas dan terperinci mengenai

suatu keadaan yang terjadi dilapangan secara objektif, sehingga didapatkan

fakta-fakta yang diselidiki.

19
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta: UI Press, 1984), h. 13.
14

5. Teknik Penulisan

Adapun teknik penulisan yang akan digunakan dalam penelitian ini

berdasarkan buku pedoman penulisan skripsi yang di terbitkan oleh Pusat

Peningkatan dan Jaminan Mutu (PPJM) Fakultas Syariah dan Hukum UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2012.

F. Sistematika Penulisan

Secara keseluruhan persoalan yang akan dibahas dalam penelitian ini

akan penulis sajikan dalam 5 Bab, yaitu:

BAB I Pendahuluan, yang memuat latar belakang masalah, pembatasan

dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, review

studi terdahulu, metode penelitian dan sistematika penulisan.

BAB II Kajian Teoritis Tentang Arah Kiblat, bab ini berisi tentang

pengertian arah kiblat, sejarah arah kiblat, dasar hukum menghadap

kiblat dalam solat, hukum menghadap kiblat, metode penentuan

arah kiblat.

BAB III Profil Masjid dan Mushalla Kecamatan Payakumbuh Utara, di

dalamnya dibahas tentang profil Kecamatan Payakumbuh Utara,

data umum masjid dan mushalla di Kecamatan Payakumbuh Utara

dan status tanah masjid dan mushalla di Kecamatan Payakumbuh

Utara.

BAB IV Deskripsi Hasil Penelitian, dalam bab ini dijelaskan tentang

deskripsi hasil perhitungan arah kiblat masjid dan mushalla di


15

Kecamatan Payakumbuh Utara, cara masyarakat dalam

menentukan arah kiblat masjid dan mushalla pada awal

pembangunan di Kecamatan Payakumbuh Utara, dan tingkat

keakuratan arah kiblat masjid dan mushalla di Kecamatan

Payakumbuh Utara.

BAB V Penutup, berisikan kesimpulan dan saran penulis berdasarkan

penelitian yang telah dilakukan.


BAB II

KAJIAN TEORITIS TENTANG ARAH KIBLAT

A. Pengertian Arah Kiblat

Ada beberapa istilah penting yang perlu dijelaskan untuk mempermudah

memahami skripsi ini yaitu, akurasi, arah, kiblat dan ka‟bah. Keempat istilah ini

saling berkaitan satu sama lain dan merupakan pembahasan pokok dalam skripsi

ini.

Akurasi dalam Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer berarti ketepatan,

kecermatan dan ketelitian.1 Dalam kamus al-Munawwir, arah sering disebut

dengan jihah atau syathrah dan terkadang disebut juga dengan qiblah yang artinya

adalah hadapan.2 Bila kata syathrah diikuti oleh kata Masjid al-Haram seperti

disebutkan dalam Q.S al-Baqarah ayat 144, maka maknanya adalah arah

(menghadap) Masjid Haram.3

Kiblat yang dalam bahasa Arabnya disebut qiblah berasal dari kata

istaqbala yang semakna dengan wajaha, yang berarti menghadap. Sehingga kata

qiblah dapat diartikan hadapan, yaitu suatu keadaan (tempat) di mana orang-orang

menghadap kepadanya.4

1
Peter Salim dan Yenny Salim, Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer, cet.III, (Jakarta:
Modern English Press, 2002), h. 36.
2
Ahmad Warson Munawwir, Kamus al-Munawwir Arab-Indonesia, (Yogyakarta:
Pustaka Progresif, 1984), h. 1305.
3
Atabik Ali Ahmad Zuhdi Mudhor, Kamus al-Ashri, cet. IV, (Yogyakarta: Multi Karya
Grafika, 1998), h. 1134.
4
Ahmad Izzuddin, Kajian Terhadap Metode-Metode Penentuan Arah Kiblat dan
Akurasinya, cet.I, (Jakarta: Kementrian Agama RI, 2012), h. 26.
16
17

Dalam The Encyclopedia of Religion kiblat adalah specific poin faced by

Muslims when performing the daily ritual prayers (shalat) anywhere in the world.

Artinya, kiblat adalah titik tertentu yang dihadapi oleh umat Islam saat melakukan

shalat setiap hari di mana saja di dunia.5 Pada hakikatnya dalam kajian hukum

Islam, istilah qiblah ini adalah satu arah yang menyatukan arah segenap umat

Islam dalam melaksanakan ibadah shalat.6

Sedangkan Ka‟bah adalah bangunan suci umat Islam yang terletak di kota

Mekkah di dalam Masjidil Haram. Ia merupakan bangunan yang dijadikan sentral

arah dalam peribadatan umat Islam yakni shalat.7

B. Sejarah Arah Kiblat

Kiblat umat Islam untuk melaksanakan ibadah shalat menghadap ke arah

Ka‟bah. Ka‟bah secara etimologi adalah Bait al-Haram di Mekkah, al-ghurfatu

(kamar), kullu baitin murabba‟in (setiap bangunan yang berbentuk persegi

empat).8 Ka‟bah disebut juga dengan Baitullah, Baitul Haram dan Baitul Atiq atau

rumah tua yang dibangun kembali oleh Nabi Ibrahim dan puteranya Nabi Isma‟il

atas perintah Allah SWT.

Menurut terminologi Ka‟bah adalah bangunan suci umat Islam yang

terletak di kota Mekkah di dalam Masjidil Haram. Ia merupakan bangunan yang

dijadikan sentral arah dalam peribadatan umat Islam yakni shalat dan wajib

5
Mircea Eliade, The Encyclopedia of Religion, volume.7, (New York: Macmillan Library
Reference USA, 1993), h. 225.
6
Perpustakaan Nasional, Ensiklopedi Islam, cet.V, (Jakarta: PT Ichtiar Baru van Hoeve,
1999), h. 6.
7
Maskufa, Ilmu Falak, (Jakarta: Gaung Persada Press, 2010), cet.II, h. 129.
8
Ahmad Warson Munawwir, Kamus al-Munawwir Arab-Indonesia, (Yogyakarta:
Pustaka Progresif, 1984), h. 1305.
18

dikunjungi pada saat pelaksanaan ibadah haji dan umrah. Bangunan Ka‟bah

berbentuk kubus yang berukuran 12 x 10 x 15 meter.9

Dalam The Encyclopedia of religion dijelaskan bahwa bangunan Ka‟bah

ini merupakan bangunan yang dibuat dari batu-batu (granit) Mekkah yang

kemudian dibangun menjadi bangunan berbentuk kubus (cubelike building)

dengan tinggi kurang lebih 16 meter, panjang 13 meter dan lebar 11 meter.10

Ka‟bah mempunyai empat rukun atau pilar, setiap rukun mempunyai nama

tersendiri yaitu, rukun Aswadi yang terletak dipojok Timur tempat hajar aswad

dan disebut juga dengan Rukun I‟roqi karena letaknya ke arah negara Iraq, Rukun

Ghorbiy karena terletak dipojok Barat arah yang lain dari Hijir Ismail ke arah

negara Mesir, Rukun Syami yang terletak di sebelah Utara (diarah hajar aswad ke

hijir Ismail) disebut Rukun Syami karena letaknya ke arah negara Syam (Syiria),

Rukun Yamani yang terletak di sebelah Selatan ke arah negara Yaman.11

Penelusuran yang dilakukan oleh kalangan mufasirin dan lainnya tidak

ditemukan teks yang menyebutkan tentang siapa pendiri pertama dari Ka‟bah. Al-

Qur‟an hanya menyebutkan bahwa Ka‟bah adalah rumah ibadah pertama yang

diperuntukkan Allah SWT bagi manusia, sebagaimana yang disebutkan dalam

aurat Ali Imran ayat 96:

)69 :ٌ‫ (ال عًشا‬         
Artinya: “Sesungguhnya rumah (ibadah) pertama yang dibangun untuk
manusia, ialah (Baitullah) yang di Bakkah (Mekah) yang

9
Maskufa, Ilmu Falak, cet.II, (Jakarta: Gaung Persada Press, 2010), h. 129.
10
Mircea Eliade, The Encyclopedia of Religion, volume.7, (New York: Macmillan
Library Reference USA, 1993), h. 225.
11
Muhammad Taufiq Ali Yahya, Mekah dalam Al-Qur‟an, Hadis dan Sejarah, Manasik
Lengkap Umrah dan Haji serta doa-doanya, (Jakarta: Penerbit Lentera, 2007), h. 66-67.
19

diberkahi dan menjadi petunjuk bagi seluruh alam”.(Ali „Imran


ayat 96)

Sejarah Ka‟bah memang tidak bisa dipisahkan dari Nabi Ibrahim AS.

Bahkan Ka‟bah indentik dengan Nabi Ibrahim dan putranya Nabi Ismail.12 Namun

mereka bukan pendiri pertama Ka‟bah, tapi hanya membangun kembali atau

meninggikan dasar-dasar Baitullah13, sebagaimana terdapat dalam surat al-

Baqarah ayat 127:

        


         

)721 :‫ (انبقشة‬
Artinya: “Dan (ingatlah) ketika Ibrahim meninggikan pondasi Baitullah
bersama Ismail, (seraya berdo‟a), “Ya Tuhan kami, terimalah
(amal) dari kami. Sungguh, Engkaulah Yang Maha Mendengar,
Maha Mengetahui”. (al-Baqarah ayat 127)

Ka‟bah sudah ada sebelum Nabi Ibrahim dan Putranya diberi mandat oleh

Allah SWT untuk meninggikan pondasi Ka‟bah, ini di indikasikan oleh do‟a Nabi

Ibrahim ketika mengantarkan Hajar istrinya dengan Ismail anaknya yang masih

kecil ke Mekkah, seperti disebutkan dalam surat Ibrahim ayat 37:

   


               

) 71 :‫ى‬ْٛ‫ (ابش‬ 
      
      
Artinya: “Ya Tuhan Kami, Sesungguhnya aku telah menempatkan
keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman
di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati, Ya Tuhan
Kami (yang demikian itu) agar mereka mendirikan shalat, Maka
Jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka
12
Zuhairi Miswari, Mekkah Kota Suci, Kekuasaan, dan Teladan Ibrahim, cet.II, (Jakarta:
PT Kompas Media Nusantara, 2009), h. 216.
13
M. Quraish Shihab,Tafsir Al-Misbah: Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur‟an, Vol.I,
(Jakarta: Lentera Hati, 2002), h. 324.
20

dan beri rezkilah mereka dari buah-buahan, Mudah-mudahan


mereka bersyukur”. (Ibrahim ayat 37)

Nabi Ismail AS menerima Hajar Aswad (batu hitam) dari Malaikuat Jibril

di Jabal Qubais, lalu diletakkan di sudut Tenggara bangunan. Hajar Aswad ini

merupakan batu yang disakralkan oleh umat Islam. Mereka mencium atau

menyentuh Hajar Aswad tersebut saat melakukan thawaf karena Nabi Muhammad

SAW juga melakukan hal tersebut. Setelah Nabi Ismail wafat, pemeliharaan

Ka‟bah dipegang oleh keturunannya, lalu Bani Jurhum, lalu Bani Khuza‟ah yang

memperkenalkan penyembahan berhala. Selanjutnya pemeliharaan Ka‟bah

dipegang oleh kabilah-kabilah Quraiys yang merupakan generasi penerus garis

keturunan Nabi Ismail. 14

Pada saat menjelang Muhammad SAW diangkat menjadi Nabi sampai

kepindahannya ke kota Madinah, bangunan Ka‟bah yang semula rumah ibadah

agama monotheisme (tauhid) ajaran Nabi Ibrahim telah berubah menjadi kuil

pemujaan bangsa Arab yang di dalamnya diletakkan sekitar 360 berhala atau

patung yang merupakan perwujudan tuhan-tuhan politheisme bangsa Arab ketika

masa kegelapan pemikiran (jahilliyah) padahal sebagaimana ajaran Nabi Ibrahim

yang merupakan nenek moyang bangsa Arab dan bangsa Yahudi serta ajaran Nabi

Musa terhadap kaum Yahudi, Allah Sang Maha Pencipta tidak boleh

dipersekutukan dan disembah bersamaan dengan benda atau makhluk apapun jua

dan tidak memiliki perantara untuk menyembahNya serta tunggal tidak ada yang

menyerupaiNya dan tidak beranak dan tidak diperanakkan (Surat al-Ikhlas dalam

14
Ahmad Izzuddin, Kajian Terhadap Metode-Metode Penentuan Arah Kiblat dan
Akurasinya, cet.I, (Jakarta: Kementrian Agama RI, 2012), h. 50.
21

al-Qur'an). Ka‟bah akhirnya dibersihkan dari patung-patung agama politheisme

ketika Nabi Muhammad membebaskan kota Mekkah tanpa pertumpahan darah

dan dikembalikan sebagai rumah ibadah agama tauhid (Islam).15

Pada masa sebelum hijrah ke Madinah Nabi Muhammad SAW dan kaum

muslimin dalam shalatnya menghadap ke Baitullah. Setelah hijrah ke Madinah

kiblat dipindahkan ke arah Bait al-Maqdis di Yerusalem. Perpindahan arah kiblat

ini dengan tujuan agar kaum Yahudi Bani Israil bisa tertarik kepada ajaran Nabi

Muhammad, akan tetapi yang terjadi justru sebaliknya.16

Perubahan arah kiblat dari Bait al-Maqdis di Yerusalem ke Ka‟bah di

Mekkah terjadi pada tahun ke 2 hijriah. Setelah Nabi Muhammad SAW melihat

kenyataan bahwa perubahan kiblat ke arah Bait al-Maqdis dalam rangka menarik

hati Bani Israil yakni agar dengan kesamaan kiblat itu mereka bersedia mengikuti

ajaran Islam karena Bait al-Maqdis dibangun oleh Nabi Sulaeman AS leluhur

Bani Israil yang sangat mereka kagumi, selama setahun setengah lebih Nabi

Muhammad SAW dan kaum muslimin mengarahkan kiblatnya ke Bait al-Maqdis

akan tetapi orang-orang Yahudi tetap dalam agamanya bahkan memusuhi Nabi

Muhammad SAW dan kaum muslimin. Sehingga terbesik dalam hati Nabi SAW

keinginan untuk kembali mengarah ke Ka‟bah sebagaimana sebelum beliau

berhijrah ke Madinah. Selain itu juga untuk menguji keimanan kaum muslimin

apakah akan mengikuti perintah Allah dan Rasul-Nya atau tidak.17

15
Maskufa, Ilmu Falak, cet.II, (Jakarta: Gaung Persada Press, 2010h. 131.
16
Ibid., h. 131.
17
M. Quraish Shihab,Tafsir Al-Misbah: Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur‟an, Vol.1,
(Jakarta: Lentera Hati, 2002), h.344.
22

Pasca kepemimpinan Nabi Muhammad SAW, Ka‟bah semakin menarik

perhatian seluruh dinasti Islam. Hampir seluruh pemimpin memberikan perhatian

yang lebih, karena hal tersebut merupakan salah satu kebanggaan tersendiri

menjadi pelayan bagi mereka yang hendak melaksanakan umrah dan haji.18

Selanjutnya bangunan ini diurus dan dipelihara oleh Bani Sya'ibah sebagai

pemegang kunci Ka‟bah dan administrasi serta pelayanan haji diatur oleh

pemerintahan baik pemerintahan khalifah Abu Bakar, Umar bin Khattab, Utsman

bin Affan, Ali bin Abi Thalib, Muawiyah bin Abu Sufyan, Dinasti Ummayyah,

Dinasti Abbasiyyah, Dinasti Usmaniyah Turki, sampai saat ini yakni pemerintah

kerajaan Arab Saudi yang bertindak sebagai pelayan dua kota suci, Mekkah dan

Madinah.19

C. Dasar Hukum Menghadap Kiblat dalam Shalat

Ada beberapa nash dalam al-Qur‟an dan Hadis yang memerintahkan kita

untuk menghadap kiblat dalam shalat. Adapun nash-nash tersebut adalah sebagai

berikut:

1. Dasar Hukum al-Qur’an

a. Surat al-Baqarah Ayat 144

18
Zuhairi Miswari, Mekkah Kota Suci, Kekuasaan, dan Teladan Ibrahim, cet.II, (Jakarta:
PT Kompas Media Nusantara, 2009), h. 242.
19
Ahmad Izzuddin, Kajian Terhadap Metode-Metode Penentuan Arah Kiblat dan
Akurasinya, cet.I, (Jakarta: Kementrian Agama RI, 2012), h. 51.
23


                 
 

            


     

)711: ‫ (انبقشة‬   


    
   
Artinya: “Sungguh Kami (sering) melihat mukamu menengadah ke langit20,
Maka sungguh Kami akan memalingkan kamu ke kiblat yang kamu
sukai. Palingkanlah mukamu ke arah Masjidil Haram. dan dimana
saja kamu berada, Palingkanlah mukamu ke arahnya. dan
Sesungguhnya orang-orang (Yahudi dan Nasrani) yang diberi Al
kitab (Taurat dan Injil) memang mengetahui, bahwa berpaling ke
Masjidil Haram itu adalah benar dari Tuhannya; dan Allah sekali-
kali tidak lengah dari apa yang mereka kerjakan”. (al-Baqarah
ayat 144)

Ali bin Thalhah berkata dari Ibnu Abbas, “Masalah yang pertama

kali di nasakh dalam al-Qur‟an ialah masalah berkiblat (ke Baitul

Maqdis).” Yaitu ketika Rasulullah SAW berhijrah ke Madinah yang

mayoritas penduduknya adalah Yahudi, maka Allah menyuruhnya agar

berkiblat ke Baitul Maqdis. Kaum Yahudi pun senang Rasulullah SAW

berkiblat ke sana selama 10 bulan. Akan tetapi, Rasulullah mencintai

kiblatnya Ibrahim, oleh karenanya dia berdo‟a kepada Allah Ta‟ala dan

menengadah ke langit. Maka Allah menurunkan ayat ini.

Firman Allah “Di manapun kamu berada, maka palingkanlah

wajahmu ke arahnya” Maksudnya, Allah Ta‟ala menyuruh mengahadap ke

kiblat dari segala penjuru bumi Timur, Barat, Utara, dan Selatan. Tidak

20
Maksudnya ialah Nabi Muhammad SAW sering melihat ke langit mendo‟a dan
menunggu-nunggu turunnya wahyu yang memerintahkan beliau menghadap ke Baitullah.
24

ada satu perkara shalatpun yang dikecualikan dari perintah ini selain shalat

sunnah ketika bepergian.21

b. Surat al-Baqarah Ayat 149

        


  
  
      
 

)716 : ‫ (انبقشة‬   


  
Artinya:“Dan dari mana saja kamu keluar (datang), Maka Palingkanlah
wajahmu ke arah Masjidil haram, Sesungguhnya ketentuan itu
benar-benar sesuatu yang hak dari Tuhanmu. dan Allah sekali-kali
tidak lengah dari apa yang kamu kerjakan”. (al-Baqarah ayat 149)

c. Surat al-Baqarah Ayat 150

    


    
         
  

    


 
      

)751 : ‫ (انبقشة‬ 
  
       
 
Artinya:“Dan dari mana saja kamu (keluar), Maka Palingkanlah
wajahmu ke arah Masjidil Haram. dan dimana saja kamu
(sekalian) berada, Maka Palingkanlah wajahmu ke arahnya, agar
tidak ada hujjah bagi manusia atas kamu, kecuali orang-orang
yang zalim diantara mereka. Maka janganlah kamu takut kepada
mereka dan takutlah kepada-Ku (saja). dan agar Ku-sempurnakan
nikmat-Ku atasmu, dan supaya kamu mendapat petunjuk”. (al-
Baqarah ayat 150)

Dalam ayat-ayat di atas (al-Baqarah ayat 144, 149, dan 150) Allah

menyebut ‫ فٕلّ ٔجٓك شطشة‬sebanyak tiga kali. Menurut Ibn Abbas,

pengulangan tersebut berfungsi sebagai penegasan pentingnya menghadap

kiblat (ta‟kid). Sementara itu menurut Fakhrur Razi, hikmah dari tiga kali

pengulangan ini ialah, perintah pertama (al-Baqarah : 144) ditujukan bagi

21
Muhammad Nasib Ar-Rifa‟i, Taisiru al-Aliyyu Qadir li Ikhtishari Tafsir Ibnu Katsir,
Jilid 1, penerjemah Syihabuddin, cet.I, (Jakarta: Gema Insani, 1999), h. 245-246.
25

orang yang dapat melihat Ka‟bah. Perintah kedua (al-Baqarah : 149)

ditujukan bagi orang yang berada di Mekkah, namun tidak dapat melihat

Ka‟bah. Sedangkan perintah ketiga (al-Baqarah : 150) di tujukan bagi setiap

orang yang berada di berbagai negara.22 Berdasarkan hal tersebut di atas

dapat disimpulkan bahwa perintah menghadap kiblat itu tidak hanya

ditujukan bagi orang yang berada di Mekkah dan sekitarnya saja, tetapi juga

bagi semua umat Islam di berbagai penjuru dunia.

2. Dasar Hukum al-Hadits

Selain dasar hukum tentang kewajiban menghadap kiblat yang terdapat

di dalam al-Qur‟an, juga terdapat beberapa hadits yang berkaitan dengan arah

kiblat, diantaranya adalah:

a. Hadits Riwayat Imam Muslim

1) Hadits dari Anas bin Malik ra

‫بت حذثُب عفبٌ حذثُب حًبد بٍ صهًت عٍ ثببج عٍ أَش‬ٛ‫حذثُب أبٕ بكش بٍ أبٗ ش‬
َٖ‫ج (قَ ْذ َش‬
ْ َ‫جَ انًُْقَذَس فََُزَن‬ْٛ َ‫حَٕ ب‬
ْ َ ِٗ‫ُصَه‬ٚ ٌََ‫ّ ٔصهى كب‬ٛ‫أٌ سصٕل اهلل صهٗ اهلل عه‬
)ِ‫ضجِذِ انْحَشَاو‬
ْ ًَْ‫طشَ ان‬
ْ َ‫جَٓكَ ش‬
ْ َٔ ِ‫ََُكَ قِ ْبهَتً حَ ْشضَبَْب فََٕل‬ِٛ‫جَٓكَ فِٗ انضًََبءِ فَهَ َُٕن‬
ْ َٔ َ‫حَقَهُب‬
َ‫جشِ َٔقَ ْذ صَهُ ْٕا سَ ْكعَتً فََُبدَٖ أَال‬
ْ َ‫ع فِٗ صَهَبةِ انْف‬
ٌ ْٕ ُ‫ٍ بَُِٗ صَهًََتَ َُْٔ ْى سُك‬
ْ ِ‫م ي‬
ٌ ُ‫فًََشَ سَج‬
)‫ (سٔاِ يضهى‬.َ‫حَٕ انْقِ ْبهَت‬
ْ َ ‫ج فًََبُن ْٕا كًََب ُْ ْى‬
ْ َ‫إٌَ انْقِ ْبهَتَ قَ ْذ حََٕن‬
Artinya: “Menceritakan kepada kami Abu Bakar bin Abi Syaibah,
menceritakan kepada kami Hammad bin Salamah dari Tsabit
dari Anas bin Malik ra bahwasanya Rasulullah SAW (pada
suatu hari) sedang mendirikan shalat dengan menghadap ke
Baitul Maqdis. Kemudian turunlah ayat al-Qur‟an:
“Sesungguhnya Kami (sering) melihat mukamu menengadah
ke langit, maka sungguh kami akan memalingkan kamu ke
kiblat yang kamu sukai. Palingkanlah mukamu ke arah
Masjidil Haram. Dan dimana saja kamu berada,

22
Muhammad Nasib Ar-Rifa‟i, Taisiru al-Aliyyu Qadir li Ikhtishari Tafsir Ibnu Katsir,
Penerjemah Shihabuddin, (Jakarta: Gema Insani, 1999), h. 250.
26

palingkanlah mukamu ke arahnya. Kemudian seorang laki-


laki Bani Salamah lewat (di hadapan sekumpulan orang yang
sedang shalat shubuh) dalam posisi ruku‟ dan sudah
mendapat satu rakaat. Lalu ia menyeru, sesungguhnya kiblat
telah berubah. Lalu mereka berpaling ke arah kiblat.” (HR.
Muslim No. 1208)23

2) Hadits dari Usamah bin Zaid

‫م‬
ِّ َ‫ُص‬ٚ ْ‫ َٔنَى‬،‫ ِّ ُكّهَِٓب‬ِٛ‫ ََٕاح‬ِٙ‫ دَعَب ف‬،َ‫ْج‬َٛ‫صَّهىَ َنًَّب دَخَمَ انْب‬
َ َٔ َِّْٛ‫عه‬
َ ‫هلل‬
ُ ‫صهَّٗ ا‬
َ َِّٙ‫ٌ ان َُّب‬
َّ َ‫أ‬
ِ‫ َٔقَبلَ" َْ ِز ِ انْقِ ْبهَتُ" (سٔا‬،ٍَِْٛ‫ْجِ َس ْك َعخ‬َٛ‫ ُق ُبمِ انْب‬ِٙ‫ج َسكَعَ ف‬
َ َ‫خش‬
َ ‫ َفَهًَّب‬،َ‫خشَج‬
َ َّٗ‫ِّ حَخ‬ِٛ‫ف‬
)‫يضهى‬
Artinya: “Sesungguhnya Nabi SAW tatkala masuk ke Ka‟bah berdoa
di sudut-sudutnya, tidak shalat di dalamnya sehingga beliau
keluar. Tatkala keluar, beliau shalat dua raka‟at menghadap
Ka‟bah. Kemudian beliau berkata: “Ini adalah kiblat”. (HR.
Muslim dari Usamah bin Zaid)24

3) Hadits dari Malik bin Anas

ِ‫س فِٗ صَهَبة‬


ُ ‫ًََُب انَُب‬ْٛ َ‫ ب‬:‫ُبس عٍ ابٍ عًش قبل‬ٚ‫عٍ يبنك بٍ أَش عٍ عبذ اهلل بٍ د‬
ِّْٛ َ‫ّ ٔصهى قَ ْذ أَ َْزَلَ عَه‬ٛ‫انصُ ْبحِ بِقُبَبء إِ ْر جَبءَُْ ْى آثٍ فَقَبلَ إٌَِ سَصُ ْٕلَ اهللِ صَهَٗ اهلل عه‬
‫صخَذَا ُس ْٔا‬
ْ َ‫ج ُٔجُ ُُْْٕٓ ْى إِنَٗ انّشَب ِو فَب‬
ْ َ ‫ضخَ ْقبِمَ انْكَ ْعبَتَ فَبصْخَ ْقبِهُ َْْٕب َٔكَب‬
ْ َٚ ٌ
ْ َ‫هَتُ َٔقَ ْذ أُيِشَ أ‬ْٛ َ‫انه‬
)‫ (سٔاِ يضهى‬.ِ‫إِنَٗ انْكَ ْعبَت‬
Artinya : “Dari Malik bin Anas dari Abdullah bin Diyar dari ibnu
Umar berkata: ketika para sahabat sedang melakukan
shalat shubuh di masjid Quba‟ tiba-tiba datang seseorang
kemudian berkata bahwa Rasulullah tadi malam telah
diberi wahyu dan nabi diperintahkan untuk menghadap
kiblat maka menghadaplah kalian semua ke kiblat. Ketika
itu sahabat sedang melakukan shalat menghadap Syam
maka mereka berputar menghadap Ka‟bah”. (HR. Muslim
No. 1206)25

23
Abu Husain Muslim bin Hujjaj bin Muslim al-Qusyairi al-Naisaburi, Shahih Muslim,
Juz 2, (Beirut: Dar Afaq al-Jadidah, t.th), h. 66.
24
Imam Muslim, Shahih Muslim, (Maktabah Syamilah), No. Hadits: 395, Juz. II, h. 968.
25
Abu Husain Muslim bin Hujjaj bin Muslim al-Qusyairi al-Naisaburi, Shahih Muslim,
Juz 2, (Beirut: Dar Afaq al-Jadidah, tth), h. 66.
27

b. Hadits Riwayat Imam Bukhari

َٗ‫ ِإرَا ُق ًْجَ إٍن‬:َ‫ِّ َٔصَهَىَ قَبل‬ْٛ َ‫هلل عَه‬


ُ ‫ صَهَٗ ا‬ٙ
َ ِ‫هلل عَ ُُّْ أٌَ ان َُب‬
ُ ‫َ ا‬ِٙ‫شَةَ سَض‬ْٚ َ‫ ُْش‬ٙ
ْ ِ‫ٍ أَب‬
ْ َ‫ع‬
َ‫َضَشَ يَعَكَ يٍَِ انْقُ ْشآٌِ ثُى‬َٛ‫انْصَهَبةِ فَأصْبِغِ ان ُٕضُ ْٕءَ ثُىَ اصْخَ ْقبَمِ انْقِ ْبهَتَ فَكَبِش ُثىَ اقْشَأ بًَِب ح‬
‫طًَئٍَِ صَبجِذًا‬
ْ َ‫ضخََِٕ٘ قَبئًًِب ُثىَ اصْجُذ حَخَٗ ح‬
ْ َ‫طًَئٍَِ سَاكِعًب ُثىَ اسْفَع حَخَٗ ح‬
ْ َ‫اسْكَع حَخَٗ ح‬
ٍَِ‫طًَئ‬
ْ َ‫طًَئٍَِ صَبجِذًا ُثىَ اسْفَع حَخَٗ ح‬
ْ َ‫طًَئٍَِ جَبنِضًب ُثىَ اصْجُذ حَخَٗ ح‬
ْ َ‫ثُىَ اسْفَع حَخَٗ ح‬
)٘‫ صَهَبحِكَ كُهَِٓب (سٔاِ بخبس‬ِٙ‫جَبنِضًب ُثىَ افْعَم رَنِكَ ف‬
Artinya: “Dari Abu Hurairah ra, bahwasanya Nabi SAW bersabda:
Apabila kamu bangkit hendak shalat, maka sempurnakanlah
wudhu‟, kemudian menghadaplah ke kiblat, lalu bertakbirlah,
kemudian bacalah sesuatu yang mudah yang engkau hafal
dari ayat-ayat al-Qur‟an, kemudian ruku‟lah hingga engkau
tuma‟ninah (disertai) dalam ruku‟ itu, kemudian angkatlah
kepalamu hingga engkau tegak dalam keadaan berdiri,
kemudian sujudlah disertai tuma‟ninah dalam sujud itu,
kemudian angkatlah kepalamu disertai tuma‟ninah dalam
keadaan duduk, kemudian sujudlah (yang kedua) disertai
tuma‟ninah dalam sujud itu, kemudian kerjakan cara yang
demikian itu dalam shalatmu seluruhnya.” (HR. Bukhari No.
6251).26

Berdasarkan pada pemaknaan ayat al-Qur‟an dan hadits diatas,

dapat disimpulkan bahwa menghadap kiblat hukumnya wajib dan menjadi

salah satu syarat sahnya shalat. Hal ini berarti bila seseorang tidak

menghadap ke Ka‟bah ketika melaksanakan shalat, maka shalatnya tidak

sah. Menghadap kiblat yang dimaksud adalah menghadap ke Ka‟bah

(Baitullah) Sehingga seseorang yang dapat melihat Ka‟bah, maka wajib

menghadap ke Ka‟bah. Namun bila tidak dapat melihat Ka‟bah, maka wajib

menghadap ke arahnya.27

26
Muhammad bin Isma‟il bin Ibrahim bin al-Mughirah al-Bukhari, Shahih al-Bukhari,
Jilid.I, (al-Qahirah: Dar al-Sya‟ab, 1987), h.69.
27
Ahmad Izzuddin, Kajian Terhadap Metode-Metode Penentuan Arah Kiblat dan
Akurasinya, cet.I, (Jakarta: Kementrian Agama RI, 2012), h. 38.
28

D. Hukum Menghadap Kiblat

Jumhur ulama sepakat bahwa bagi orang-orang yang melihat Ka‟bah wajib

menghadap ke fisik Ka‟bah („ain Ka‟bah) dengan penuh keyakinan dalam

shalatnya. Sementara itu, bagi mereka yang tidak bisa melihat Ka‟bah maka para

ulama berbeda pendapat apakah tetap wajib menghadap ke fisik Ka‟bah („ain

Ka‟bah) atau cukup dengan menghadap ke arah Ka‟bah saja (jihatul Ka‟bah).

Beberapa pendapat para ulama madzhab tersebut sebagai berikut:

1. Madzhab Hanafi

Menurut Imam Hanafi, bagi orang-orang yang jauh dari Ka‟bah maka

cukup menghadap jihatul Ka‟bah saja. Apabila seseorang sudah menghadap

salah satu sisi Ka‟bah dengan yakin, maka ia sudah termasuk menghadap

Ka‟bah. Pendapat Imam Hanafi ini juga diikuti oleh pengikutnya. Mayoritas

ulama Madzhab Hanafi berpendapat bahwa orang yang tidak melihat Ka‟bah

secara langsung, wajib menghadap ke arah Ka‟bah (jihatul Ka‟bah), yaitu

menghadap ke dinding-dinding mihrab (tempat shalatnya) yang dibangun

dengan tanda-tanda yang menunjuk pada arah Ka‟bah.28

Argumentasi yang digunakan oleh mayoritas ulama Hanafiah ini

berangkat dari kemampuan manusia untuk dapat menghadap. Menurut

mereka, yang sebenarnya diwajibkan adalah menghadap kepada sesuatu yang

mampu dilakukan (al-maqdur „alaih). Sedangkan menghadap kepada

bangunan Ka‟bah („ainul Ka‟bah) merupakan sesuatu yang tidak dapat

28
Ahmad Izzuddin, Kajian Terhadap Metode-Metode Penentuan Arah Kiblat dan
Akurasinya, cet.I, (Jakarta: Kementrian Agama RI, 2012), h.40.
29

dilakukan. Oleh karena itu, tidak diwajibkan untuk menghadap kepadanya.

Yang diwajibkan hanya menghadap ke arahnya saja.29

Menurut Hanafiyah bagi orang yang tidak mengetahui arah kiblat dan

ingin mencari tanda yang menunjukkan kepada arah tersebut maka baginya

ada tiga alternatif:

Pertama, berpatokan kepada mihrab tua yang didirikan oleh para

sahabat dan tabi‟in, jika dapat ditemukan mihrab tua tersebut maka wajib

melaksanakan shalat ke arahnya. Jika masih mengerjakan shalat ke arah yang

lain maka shalatnya tidak shah.

Kedua, jika berada di suatu daerah yang tidak terdapat mihrab tua,

maka wajib bertanya kepada orang yang adil dan mengetahui dengan yakin

akan arah kiblat di daerah tersebut.

Ketiga, kalau tidak mendapatkan mihrab dan tidak pula seseorang

untuk ditanya. Dalam hal ini ia wajib mengetahui arah kiblat dengan jalan

meneliti. Misalnya dengan cara melaksanakan shalat menghadap ke arah yang

lebih diduga kuat bahwa itu adalah arah kiblat, maka shalatnya itu shah dalam

keadaan yang bagaimanapun.30

2. Madzhab Maliki

Madzhab Maliki berpendapat bahwa bagi orang yang jauh dari Ka‟bah

dan tidak mengetahui arah kiblat secara pasti, maka ia cukup menghadap ke

arah Ka‟bah secara zhan (perkiraan). Namun bagi orang yang mampu

mengetahui arah kiblat secara pasti dan yakin, maka ia harus menghadap ke
29
Ibid., Ahmad Izzuddin, h. 41.
30
Abdurrahman Al-Jaziri, Al-Fiqhu „ala Madzhahibil Arba‟ati, (al-Qahirah: Darul
Hadits, 2004), h. 157.
30

arahnya. Argumentasi yang dipakai oleh aliran madzhab Maliki bahwa

perintah menghadap kiblat yang tercantum di dalam al-Qur‟an surat al-

Baqarah ayat 144, “Maka palingkanlah wajahmu ke arah Masjidil Haram.

Dan dimana saja kamu (sekalian) berada, maka palingkanlah wajahmu ke

arahnya”, memberitahukan bahwa siapa saja yang letaknya jauh dari Ka‟bah,

maka hendaknya dia menghadap ke arahnya saja, bukan bangunannya, karena

sangat susah menghadap ke bangunannya, bahkan ini tidak mungkin bisa

dilaksanakan kecuali bagi yang melihatnya secara langsung.31

Malikiyah berpendapat bahwa apabila seseorang hendak melaksanakan

shalat di suatu daerah yang tidak mengetahui arah kiblat, maka cara

mengetahui arah kiblatnya adalah:

Pertama, melihat masjid yang bermihrab tua, ia wajib melaksanakan

shalat menghadap arah mihrab itu. Kedua, Jika ia mendapatkan suatu daerah

yang tidak ada mihrab, dan memungkinkan baginya untuk berijtihad tentang

arah kiblat, maka ia wajib berijtihad dan tidak harus bertanya kepada seorang

mukallaf yang adil. Ketiga, Jika tidak mendapatkan seseorang untuk ditanya

maka ia boleh melaksanakan shalat ke arah mana saja yang ia pilih, dan

shalatnya itu shah.32

31
Ahmad Izzuddin, Kajian Terhadap Metode-Metode Penentuan Arah Kiblat dan
Akurasinya, cet.I, (Jakarta: Kementrian Agama RI, 2012), h. 41-42.
32
Abdurrahman Al-Jaziri, Al-Fiqhu „ala Madzhahibil Arba‟ati, (al-Qahirah: Darul
Hadits, 2004), h. 157.
31

3. Madzhab Hanbali

Para ulama madzhab Hanbali sepakat atas wajibnya menghadap ke

arah Ka‟bah (jihatul Ka‟bah) bagi orang yang tidak dapat melihatnya, bukan

menghadap ke bangunan Ka‟bah (‟ainul Ka‟bah).33

Ulama dari Madzhab Hambali berpendapat bahwa keadaan orang-

orang dalam menghadap ke Ka‟bah terbagi menjadi empat, mereka adalah:

a. Orang yang sangat yakin, yaitu orang yang melihat langsung bangunan

Ka‟bah, atau ia temasuk penduduk Mekkah, atau ia tinggal di Mekkah

tetapi berada di belakang penghalang batuan, seperti pagar. Maka

kiblatnya adalah menghadap ke bangunan Ka‟bah tersebut secara

yakin.

b. Orang yang mengetahui arah Ka‟bah melalui kabar orang lain.

Karenanya, ia tidak perlu lagi berihtihad dan cukup mengikuti kabar

yang disampaikan orang itu kepadanya. Seperti ia berada di Mekkah

namun bukan penduduk Mekkah, dan ia tidak dapat melihat Ka‟bah. Ia

menemukan seseorang yang memberitahu kepadanya tentang arah

Ka‟bah dengan penuh yakin atau melihatnya langsung. Demikian pula

jika seseorang berada di sebuah kota atau desa yang pandanganya tidak

dapat menjangkau bangunan Ka‟bah, maka ia wajib menghadap ke

mihrab dan kiblat mereka yang sudah dipasang. Sebab, mihrab tersebut

dibangun oleh orang yang ahli dan mengetahui arah Ka‟bah. Maka

33
Ali Mustafa Yaqub, Kiblat Antara Bangunan dan Arah Ka‟bah, (Jakarta: Pustaka
Darus-Sunnah, 2010), h.39.
32

kondisi ini sama seperti mengetahui kiblat melaui kabar dari orang

lain.

c. Orang yang harus melakukan ijtihad dalam menentukan kiblat. Ia

adalah orang yang tidak sama kondisinya dengan dua jenis orang

diatas. Sementara ia memiliki beberapa tanda-tanda untuk mengetahui

kiblat itu.

d. Orang yang wajib bertaklid. Ia adalah orang buta dan orang yang tidak

memiliki kemampuan untuk berijtihad. Ia adalah orang yang

kondisinya berbeda dengan dua kondisi orang yang pertama.

Karenanya, ia harus taklid kepada para mujtahid.34

4. Madzhab Syafi‟i

Imam Syafi‟i dalam kitab al-Umm mengatakan bahwa wajib

menghadap ke bangunan Ka‟bah secara tepat ketika mendirikan shalat. Karena

orang yang diwajibkan untuk menghadap kiblat, ia wajib menghadap ke

bangunan Ka‟bah seperti halnya orang Mekkah.35 Dalil yang digunakan oleh

madzhab Syafi‟i ini berdasarkan pada hadits Ibnu Abbas ra, yaitu:

.‫ َْزِِ ان ِقبْهَت‬:َ‫ َٔقَبل‬،‫َٓب‬ْٛ ‫صَهّٗ ِإَن‬


َ َ‫ ف‬،َ‫خشَج‬
َ ‫م ا ْن َكعْبَ َت‬
َ‫خ‬َ ‫ّ ٔصهى َنًَب َد‬ٛ‫ص ْٕلَ انهَ ِّ صهٗ اهلل عه‬
ُ ‫أٌََ َس‬
)‫(سٔاِ انبخبسّ٘ ٔ يضهى‬
Artinya: “Sesungguhnya Rasulullah SAW setelah memasuki Ka‟bah, beliau
keluar lalu melakukan shalat dengan menghadapnya. Kemudian
beliau bersabda: “Inilah Kiblat.” (Hadis Riwayat al Bukhari dan
Muslim)36

34
Ibid., Ali Mustafa Yaqub, h. 33-36.
35
Ibid., Ali Mustafa Yaqub, h. 26.
36
Imam Muslim, Shahih Muslim, (Riyadh: Dar Alam al-Kutub, 1417H/1996M), h. 968.
33

Menurut Syafi‟iyah terdapat empat tingkatan untuk mengetahui arah

kiblat:

Pertama, sesorang yang dapat mengetahui sendiri. Barangsiapa yang

memungkinkan untuk mengetahui sendiri, ia wajib mengetahuinya sendiri,

tanpa harus bertanya pada seseorang. Seorang buta yang berada di dalam

masjid, bila memungkinkan baginya meraba tembok masjid untuk mengetahui

kiblat, maka ia wajib melakukan hal itu, tanpa harus bertanya kepada

seseorang.

Kedua, adalah orang yang bertanya kepada seorang yang dipercaya

dan mengetahui kiblat. Bertanya kepada seorang yang dipercaya itu berlaku di

saat seseorang memang tidak mampu mengetahui kiblat sendiri.

Ketiga, adalah dengan cara berijtihad. Cara ijtihad ini tidak shah

kecuali apabila ia tidak mendapatkan seseorang yang dapat dipercaya untuk

ditanya, atau ia tidak mendapatkan suatu wasilah yang dapat digunakan untuk

mengetahui kiblat, atau tidak mendapatkan mihrab di suatu masjid.

Keempat, adalah dengan cara mengikuti seorang mujtahid, artinya

bahwa apabila ia tidak bisa mengetahui arah kiblat dengan cara bertanya

kepada seorang yang dapat dipercaya, dan tidak pula dengan mihrab dan lain

sebagainya maka ia boleh mengikuti seseorang yang telah melakukan ijtihad

untuk mengetahui arah kiblat, dan shalat dengan menghadap ke arah kiblat

itu.37

37
Abdurrahman Al-Jaziri, Al-Fiqhu „ala Madzhahibil Arba‟ati, (al-Qahirah: Darul
Hadits, 2004), h. 158.
34

Selain perbedaan pendapat mengenai kiblat bagi orang yang jauh dari

Ka‟bah dan tidak dapat melihat Ka‟bah, para ulama juga berbeda pendapat

tentang hukum bagi orang shalat yang kiblatnya salah.38

a. Menurut ulama Hanafiyyah dan Hanabilah, jika seseorang sedang

mengerjakan shalat dan ternyata arah kiblatnya salah, sedangkan ia

mengetahui arah kiblat yang benar itu masih dalam keadaan mengerjakan

shalat, maka cukup dengan memutar tubuhnya untuk dihadapkan ke arah

kiblat yang baru atau yang diyakini kebenarannya itu, ia tidak harus

mengulangi shalat.

b. Menurut Malikiyyah, jika seseorang berijtihad untuk mengetahui arah

kiblat, dan ternyata ijtihadnya salah dan kesalahan itu diketahui dalam

shalat, baik secara yakin maupun zhan, bila ia dapat melihat dan

penyimpangan ke arah kiblat itu besar, misal sampai membelakanginya,

maka shalatnya harus diulang dari awal. Tetapi jika penyimpangannya

sedikit atau ia buta, maka tidak perlu mengulang shalatnya.

c. Menurut Syafi‟iyyah, jika seseorang meyaini kesalahan arah kiblat di

tengah mengerjakan shalat atau sesudah mengerjakannya, maka dia harus

mengulangi dari awal lagi, selama masih dalam waktu shalat. Jika

mengetahui keslahan arah kiblat itu diwaktu shalat berikutnya, maka tidak

perlu mengulang shalat diwaktu-waktu yang telah lalu. Pendapat

Syafi‟iyyah ini dapat diibaratkan seorang hakim, jika dia memutuskan

suatu hukum, tiba-tiba pada saat itu juga (masih dalam sidang perkara) dia

38
Ahmad Izzuddin, Kajian Terhadap Metode-Metode Penentuan Arah Kiblat dan
Akurasinya, cet.I, (Jakarta: Kementrian Agama RI, 2012), h. 46-47.
35

mengetahui kesalahannya, maka keputusannya harus diganti (dirubah).

Namun jika dia telah berijtihad, kemudian berubah ijtihadnya maka tidak

membatalkan putusan sebelumnya yang berbeda dengan ijtihad pertama.

E. Metode Penentuan Arah Kiblat

1. Metode pengukuran taqribi (menggunakan acuan perkiraan)

Model yang digunakan dalam metode ini biasanya mengambil bentuk

cara-cara yang sederhana. Data yang diperlukan cukup dengan mengetahui

titik mata angin utama, yakni Utara, Timur, Selatan, dan Barat. Biasanya yang

melakukan pengukuran dengan cara ini telah memiliki pengetahuan dasar

yang sederhana perihal posisi Ka‟bah ditinjau dari tempat atau lokasi

pengukuran. Denga bekal pengetahuan arah mata angin utama tersebut,

dimana letak Ka‟bah dari tempat pengukuran cukup dikenali apakah lurus,

miring ke kanan, atau miring ke kiri. Perihal seberapa besar angka

kemiringannya cukup ditentukan secara kira-kira saja. Karena penggunaan

data dalam metode ini dilakukan secara perkiraan, maka pengukuran arah

kiblat seperti ini dikategorikan pada metode taqribi.39

Data utama yang diperlukan dalam metode pengukuran taqribi ini

hanya arah mata angin. Untuk mengetahui arah mata angin cara yang

digunakan bermacam-macam. Tingkat akurasi penentuan titik mata angin ini

pun kemudian menampakkan hasil yang bertingkat-tingkat. Adapun hasil yang

diperoleh dalam pengukuran titik mata angin ini selama sudut kemiringannya
39
Sirril Wafa, dkk, “Akurasi Arah Kiblat Masjid dan Mushalla di Wilayah Ciputat,”
Laporan Penelitian, (Jakarta, Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
2002), h.16.
36

ditentukan secara kira-kira, tetap akan membuahkan hasil yang taqribi yang

memiliki tingkat keakuratan rendah.40

Adapun beberapa alat dalam metode taqribi dan teknik untuk

melakukan pengukuran arah kiblat di suatu lokasi antara lain:

a. Menggunakan pisau silet

Pusat magnet pada titik Utara bumi dapat dicari melalui pisau siet,

caranya dengan menempatkan pisau silet diatas permukaan air dengan

syarat jangan sampai tenggelam. Tunggu sampai pisau silet bergerak

mencari posisi, dan setelah stabil, pisau silet telah menemukan posisi arah

Utara, yang ditunjukkan sebuah ujungnya dan ujung yang lain adalah arah

Selatan. Selanjutnya tinggal membuat garis tegak lurus terhadap garis

Utara dan Selatan, maka didapatlah titik Barat dan titik Timur. Dari titik

Barat selanjutnya digeser sedikit ke arah kanan menurut selera pengukur.

Maka arah tersebut adalah kiblat untuk Indonesia.41

b. Menggunakan kompas

1) Dengan kompas transparan

a) Kompas diletakkan pada bidang datar yang telah ditentukan

titik Utara dan titik Selatan.

b) Titik pusat kompas berada di titik pusat perpotongan garis

Utara Selatan dan Timur Barat, jarum kompas tepat mengarah

Utara, lalu kompas diputar sebesar sudut yang dicari atau yang

dikehendaki.

40
Ibid., Sirril Wafa, dkk., h. 16.
41
Ibid., Sirril Wafa, dkk., h. 17.
37

c) Setelah kompas diputar dan jarum kompas telah tepat pada

derajat sudut yang dicari, diberi tanda atau titik katakanlah titik

Q dan itulah arah kiblat yang dicari.

d) Dari titik Q, ditarik garis ke titik pusat perpotongan garis Utara

Selatan dan Timur Barat, itulah arah kiblat yang dicari.

Selanjutnya dari titik Utara, tarik garis lengkung ke titik Q akan

membentuk sudut arah qiblat dan itulah sudut arah kiblat.

2) Dengan kompas magnet

a) Kompas diletakkan pada bidang datar yang telah ditentukan

titik utara dan titik selatan.

b) Titik pusat kompas berada di titik pusat perpotongan garis

Utara Selatan dan Timur Barat, jarum kompas tepat mengarah

Utara, lalu kompas diputar sebesar sudut yang dicari atau yang

dikehendaki.

c) Setelah kompas diputar dan jarum kompas (kcl) telah tepat

pada derajat sudut yang dicari diberi tanda titik katakanlah titik

Q dan itulah arah kiblat yang dicari.

d) Dari titik Q tarik garis ke titik pusat perpotongan garis Utara

Selatan dan Timur Barat, itulah arah kiblat yang dicari.

Selanjutnya dari titik Utara, tarik garis lengkung ke titik Q akan

membentuk sudut arah kiblat dan itulah sudut arah kiblat.


38

3) Dengan kompas kiblat

Kompas qiblat merupakan alat yang sangat mudah

digunakan untuk menentukan arah kiblat suatu tempat, sebab

dengan meletakkan kompas tersebut pada suatu tempat, jarumnya

akan secara otomatis mengarah atau menunjukkan arah qiblat yang

dicari. Teknisnya sama dengan kompas transparan dan kompas

magnet, bedanya kompas qiblat tidak perlu diputar.

Meskipun demikian, hasil yang diperoleh tetap merupakan

perkiraan (tidak akurat) sebab pengaruh dari grafitasi dan gaya

magnet bumi sangat besar sehingga menyebabkan adanya

penyimpangan yang relatif besar.42

Menggunakan kompas memang cara yang paling mudah,

tetapi perlu diketahui bahwa kompas (kompas magnetis)

mempunyai beberapa kelemahan, diantaranya bahwa kompas

magnetis ini peka terhadap benda-benda logam yang berada

disekitarnya dan kutub Utara magnet yang merupakan alat utama

dalam kompas itu tidak selalu menunjukkan arah Utara sejati

(Utara sesungguhnya) dari bumi.

c. Menggunakan busur derajat atau rubu‟ mujayyab

Menentukan arah kiblat dengan busur derajat sangat praktis dan

mudah dengan langkah-langkah sebagai berikut:

42
A. Jamil, Ilmu Falak Teori dan Aplikasih, cet.I, (Jakarta: Amzah, 2009), h. 121-122.
39

1) Membuat atau menentukan titik pada garis Utara Selatan,

katakanlah titik U pada titik Utara dan S pada titik Selatan.

2) Dengan menggunakan siku, buat garis yang tegak lurus dengan

garis Utara Selatan, yaitu garis Timur Barat.

3) Pada titik pusat perpotongan garis Utara Selatan dan Timur

Barat buat titik, katakanlah titik A.

4) Busur derajat yang telah disiapkan titik pusatnya letakkan pada

titik A dan memanjang mengikuti garis Utara Selatan

(berimpit).

5) Titik 90º (Sembilan puluh derajat) pada busur tepat di titik

Utara, sedangkan titik 0º (nol derajat) dan 180˚ (seratus delapan

puluh derajat) berimpit dengan titik Barat dan Timur.

6) Hitung mulai dari 90º sampai berapa besar derajat yang akan

dicari arah kiblatnya, lalu beri titik (katakana Q).

7) Hubungkan titik A dengan titik Q. Garis A-Q adalah kiblat

yang dicari.43 U

Q
A

d. Menggunakan tongkat istiwa‟

Cara lain yang lebih teliti adalah dengan menggunakan tongkat

istiwa‟, tongkat istiwa merupakan tongkat biasa yang ditancapkan tegak

43
Ibid., A. Jamil, h. 123-124.
40

lurus pada bidang datar di tempat terbuka (dimana sinar matahari tidak

terhalang). Langkah-langkah yang ditempuh dalam kegiatan ini adalah

sebagai berikut:

1) Tegakkan sebuah tongkat (kayu, bambu atau besi) yang lurus,

sepanjang 1,5 meter, lebih panjang tentu lebih baik, tegak lurus

dengan bumi, di atas tempat yang terbuka dan tidak terhalang oleh

sinar matahari sepanjang hari.

2) Buat satu atau beberapa “lingkaran sepusat” sekeliling tongkat

tersebut, Titik pusat lingkaran (lingkaran-lingkaran tersebut

berhimpit dengan tempat berdirinya tongkat).

3) Perhatikan saat bayang-bayang ujung tongkat menyentuh

lingkaran, pada pagi hari (sebelum dzuhur) san sore hari (sesudah

dzuhur), lalu beri tanda titik. Jadi ada dua buah titik pada masing-

masing lingkaran tersebut, yaitu titik pada waktu pagi dan titik

pada waktu sore.

4) Hubungkan kedua titik tersebut dengan sebuah garis lurus, dan

inilah garis arah Timur Barat.44

5) Dari titik Barat selanjutnya digeser sedikit ke arah kanan menurut

selera pengukur. Disitulah ditentukannya arah kiblat untuk

Indonesia.

44
Encup Supriatna, Hisab Rukyat dan Aplikasinya, (Bandung , PT. Refika Aditama,
2007), h. 99.
41

e. Rashdul Kiblat

Selain dengan cara diatas, untuk menentukan arah kiblat di suatu

tempat juga bisa diamati pada waktu tertentu ketika matahari berada persis

di atas Ka‟bah atau disebut dengan istilah rashdul kiblat. Posisi matahari

tepat di atas Ka‟bah itu terjadi ketika harga deklinasi matahari sama

dengan harga lintang Ka‟bah, maka pada saat itu matahari akan tepat

berkulminasi di atas Ka‟bah. Keadaan seperti ini dalam setahun akan

terjadi dua kali, yaitu pada tanggal 27 Mei (tahun Kabisat) atau 28 Mei

(tahun Basithah) pada pukul 11.57 LMT (Local Mean Time) dan pada

tanggal 15 Juli (tahun kabisat) atau 16 Juli (tahun basithah) pada pukul

12.06 LMT.45

Apabila waktu Mekkah itu dikonversi ke waktu WIB yaitu 105º-

39º50‟ = 65º 10‟/15 = 4j 20m 40d atau 4j 21m maka peristiwa itu akan terjadi

pada pukul 11.57 + 4.21 = 16.18 WIB dan 12.06 + 4.21 = 16.27 WIB.

Dengan cara ini maka setiap orang dapat melakukan pengukuran dan

pengecekan arah kiblat setiap tanggal 27 atau 28 Mei pada pukul 16.18

WIB atau setiap tanggal 15 dan 16 Juli pada pukul 16.27 WIB.46

Jika waktu Mekkah dikonversi ke waktu WITA yaitu 120º-39º50‟

= 80º 10‟/15 = 5j 20m 40d atau 5j 21m maka peristiwa itu akan terjadi pada

pukul 11.57 + 5.21 = 17.18 WITA dan 12.06 + 5.21 = 17.27 WITA. Maka

setiap orang dapat melakukan pengukuran dan pengecekan arah kiblat

45
Ahmad Izzuddin, Kajian Terhadap Metode-Metode Penentuan Arah Kiblat dan
Akurasinya, h. 83.
46
Maskufa, Ilmu Falak, cet.II, (Jakarta: Gaung Persada Press, 2010), h.143.
42

setiap tanggal 27 atau 28 Mei pada pukul 17.18 WITA atau setiap tanggal

15 dan 16 Juli pada pukul 17.27 WITA.

Penggunaan metode ini hanya dapat dilakukan pada tempat-tempat

yang terdapat sinar matahari langsung, untuk di Indonesia khususnya

karena peristiwa ini terjadi pada sore hari maka wilayah Indonesia Timur

yang jika dikonversi dari waktu Mekkah (LMT) ke waktu WIT yaitu 135º-

39º50‟ = 95º 10‟/15 = 6j 20m 40d atau 6j 21m maka peristiwa rashdul kiblat

yang seharusnya terjadi pada pukul 11.57 + 6.21 = 18.18 WIT pada

tanggal 27 dan 28 Mei dan 12.06 + 6.21 = 18.27 WIT pada tanggal 15 dan

16 Juli tidak dapat dilakukan karena posisi matahari sudah berada di

bawah ufuq atau sudah terbenam47.

Adapun teknik penentuan arah kiblat menggunakan rashdul kiblat

ini yaitu dengan cara mempersiapkan sebuh tongkat lurus sekitar 1 meter,

tali atau benang, dan paku. Tegakkan tongkat di tempat terbuka, tunggu

sampai waktu yang telah ditentukan, bila matahari bersinar di waktu-

waktu tersebut dan bayangan tongkat sudah nampak jelas, tinggal ditarik

garis lurus dengan tali atau benang. Maka itulah arah kiblatnya. Di

Indonesia peristiwa ini terjadi pada sore hari sehingga arah bayangan

menuju ke Timur (membelakangi arah kiblat). Arah sebaliknya yaitu

bayangan ke arah Barat agak serong ke Utara merupakan arah kiblat yang

tepat.48

47
Ibid., h. 144.
48
Ahmad Izzuddin, Kajian Terhadap Metode-Metode Penentuan Arah Kiblat dan
Akurasinya, h. 84.
43

Fenomena rashdul kiblat berlaku bagi seluruh negara yang

memiliki waktu lokal berselisih maksimal sekitar 5,5 jam dari waktu lokal

Ka‟bah, baik di sebelah barat (Afrika dan Eropa) atau sebelah timur

(Asia), kecuali untuk daerah-daerah abnormal yang berada pada lintang

besar di Lintang Utara seperti negara Jepang (selisih waktu 6 jam) atau

daerah di sekiar kutub yang mengalami waktu siang cukup lama.49

Meskipun cara ini tergolong mudah dan praktis, namun metode ini

masih memiliki kelemahan. Pertama, dari segi waktu cara ini hanya dapat

dilakukan dalam waktu yang sangat terbatas selama empat hari seperti

yang telah disebutkan diatas. Kedua, Dari segi letak geografis negara kita

yang berada di daerah katulistiwa menyebabkan negara kita beriklim tropis

mempunyai curah hujan yang cukup tinggi. Akibatnya, aplikasi metode ini

dilapangan tidak dapat dilakukan manakala cuaca mendung atau hujan.50

2. Metode pengukuran tahqiqi (metode pengukuran yang akurat)

Metode ini dikerjakan melalui perhitungan matematis dengan

menggunakan rumus-rumus ilmu ukur segitiga bola (Spherical Trigonometri).

Perhitungan dimaksudkan untuk mencari sudut arah kiblat, yakni sudut dari

sebuah segitiga bola yang sisi-sisinya terbentuk dari lingkaran-lingkaran besar

yang saling berpotongan melalui titik Ka‟bah, kota atau lokasi pengukutan,

dan titik Utara. Selanjutnya melalui modifikasi rumus, untuk posisi Indonesia

49
Hadi Bashori, “Rashdul Kiblat dan Pro-Kontra Pelurusan Arah Kiblat”, diakses pada
08 April 2015 dari https://catatanhadibashori.wordpress.com/tag/arah-kiblat.
50
Ahmad Izzuddin, Kajian Terhadap Metode-Metode Penentuan Arah Kiblat dan
Akurasinya, h. 84.
44

misalnya, hasil yang diperoleh sudut arah kiblatnya bisa terbaca sekian derajat

dari titik Barat ke arah Utara atau dari titik Utara ke arah Barat.51

Adapun data yang diperlukan dalam proses perhitungan arah kiblat

adalah:

a. Lintang tempat (φ tp)

b. Bujur Tempat (λ tp)

c. Lintang Ka‟bah (φ k)

d. Bujur Ka‟bah (λ k)

Untuk data lintang dan bujur suatu tempat yang akan dicari arah

kiblatnya biasanya sudah tersedia, tetapi untuk saat sekarang berkaitan dengan

kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi maka data yang sudah ada itu perlu

diverifikasi lagi dengan alat kontemporer yaitu GPS (Global Positioning

System).52 Sedangkan untuk lintang Ka‟bah menurut penelitian terakhir yang

dilakukan oleh Departemen Agama RI adalah 21º 25‟ LU dan garis bujur

Ka‟bah adalah 39º 50‟ BT.53

Adapun rumus yang digunakan untuk mencari sudut arah kiblat suatu

tempat adalah rumus ilmu ukur segitiga bola (spherical trigonometri):54

Cotan Q = cos φtp tan φK _ sin φtp


sin (λtp - λk) tan (λtp - λk)

Keterangan:

51
Sirril Wafa, dkk, “Akurasi Arah Kiblat Masjid dan Mushalla di Wilayah Ciputat,”
Laporan Penelitian, (Jakarta, Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
2002), h. 20.
52
Maskufa, Ilmu Falak, cet.II, (Jakarta: Gaung Persada Press, 2010), h. 136.
53
Depag, Pedoman Penentuan Arah Kiblat, (Jakarta: Proyek Pembinaan Badan Peradilan
Agama, 1994, 1994), h. 16.
54
Maskufa, Ilmu Falak, h. 136.
45

Q : arah kiblat λtp : bujur tempat

φtp : lintang tempat λk : bujur Ka‟bah

φK : lintang Ka‟bah

Hasil yang diperoleh dari rumusan tersebut adalah sudut arah kiblat

dihitung dari titik Utara ke arah Barat, berlawanan dengan arah putaran jarum

jam. Atau bisa dari titik Barat ke Utara dengan cara dikurangi dengan 90º.

Setelah besaran sudut diperoleh, maka untuk praktik pengukurannya

harus dipersiapkan terlebih dahulu empat arah mata angin utama. Penentuan

arah mata angin bisa dilakukan dengan tongkat istiwa, kompas setelah

dikoreksi dengan angka magnetic variation, atau dengan menggunakan

program Mizwala Qibla Finder.

Mizwala Qibla Finder merupakan sebuah alat praktis karya Hendro

Setyanto untuk menentukan arah kiblat secara praktis dengan menggunakan

sinar matahari. Mizwalah merupakan modifikasi bentuk sundial, terdiri dari

sebuah gnomon (tongkat berdiri), bidang dial (bidang lingkaran) yang

memiliki ukuran sudut derajat, dan kompas kecil sebagai ancar-ancar.55

Cara menentukan arah mata angin menggunakan program Mizwala

Qibla Finder adalah sebagai berikut:

1) Persiapkan alat-alat yang diperlukan seperti benang dengan panjang lebih

kurang 1 meter (sesuai dengan kebutuhan), waterpass, GPS (jika ada).

2) Siapkan data yang diperlukan seperti Lintang tempat, Bujur tempat,

tanggal dan waktu pengecekan. Untuk mengetahui lintang, bujur dan

55
Ahmad Izzuddin, Kajian Terhadap Metode-Metode Penentuan Arah Kiblat dan
Akurasinya, cet.I, (Jakarta: Kementrian Agama RI, 2012), h. 83.
46

waktu akan lebih baik jika menggunakan GPS atau dengan media lain

seperti google earth.

3) Jalankan software Mizwah.xls pada PC atau media lain yang mendukung

program Microsoft office Excel seperti notebook, laptop, dan sebagainya.

Kemudian masukkan data-data yang diperlukan pada tabel Mizwah.xls

sesuai dengan kolom yang telah disediakan. Setelah itu akan diketahui

nilai azimuth kiblat (kolom Qiblat), data azimuth Matahari (kolom as

Simtu), dan azimuth bayangan Matahari (kolom Mizwah).

4) Letakkan Mizwala Qibla Finder di tempat yang datar, kemudian letakkan

waterpass diatas mizwala untuk mengukur level bidang dial, jika belum

sejajar maka dapat diatur dengan cara memutar tripod atau kaki tiga yang

telah terpasang pada bidang level hingga seimbang. Ikatkan tali yang telah

dipersiapkan pada gnomon.

5) Apabila Mizwala Qibla Finder sudah terpasang dengan baik, perhatikan

bayang-bayang gnomon (tongkat berdiri) pada bidang dial putar dan

catatlah waktunya (waktu pengamatan).

6) Letakkan benang yang telah diikat pada gnomon, kemudian tarik dan

letakkan benang tersebut ditengah bayang-bayang.

7) Putarlah bidang dial sampai nilai mizwah yang telah disesuaikan dengan

waktu bidik atau waktu pengamatan berada tepat dibawah benang atau

bayang-bayang.56

56
Muhammad Umar Setiawan, “Perancangan Aplikasi Perhitungan Mizwala Qibla
Finder dengan Java 2 Micro Edition (J2ME) Pada Mobile Phone,” (Skripsi IAIN Walisongo
Semarang, 2013), h. 63-64.
47

8) Setelah bidang dial yang memiliki ukuran sudut derajat diputar sesuai

dengan angka yang ditunjukkan oleh kolom mizwah pada program

Mizwala Qibla Finder, maka diketahuilah arah mata angin yaitu arah

Utara pada sudut 0º/360º, arah Timur pada sudut 90º, arah Selatan pada

sudut 180º, arah Barat pada sudut 270º.

Setelah ditemukan arah mata angin, langkah selanjutnya yaitu

menentukan arah kiblat dengan cara:

1) Tarik benang yang terikat pada gnomon sesuai dengan angka kiblat yang

telah dicari menggunakan rumus Ilmu Ukur Segitiga Bola (Spherical

Trigonometri) yang diukur dari arah Barat ke arah Utara maupun dari

Utara ke Barat.

2) Setelah benang ditarik lurus sesuai dengan angka kiblat yang telah dicari

menggunakan rumus Ilmu Ukur Segitiga Bola (Spherical Trigonometri),

maka arah tersebut adalah arah kiblat yang dicari.


BAB III

PROFIL MASJID DAN MUSHALLA

DI WILAYAH KECAMATAN PAYAKUMBUH UTARA

A. Profil Kecamatan Payakumbuh Utara

1. Sejarah Singkat

Menurut sejarah asal nama Kota Payakumbuh terdiri dari dua kata yaitu

Payo dan Kumbuah. Payo dalam bahasa Indonesia berarti rawa-rawa dan

kumbuah adalah sejenis tanaman yang dahulunya banyak tumbuh subur di

daerah rawa di Kenagarian Koto Nan Gadang pusat kota sekarang. Asal nama

tersebut dikenal dengan sebutan Payakumbuh yang kemuadian menjadi salah

satu kota berkembang di Propinsi Sumatera Barat.

Berdasarkan Undang-undang Nomor 8 Tahun 1956 Payakumbuh

ditetapkan sebagai kota kecil dan dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri

Nomor 8 Tahun 1970 tanggal 17 Desember 1970, Kota Payakumbuh

ditetapkan sebagai Daerah Tingkat II dengan wilayah pemerintahan sendiri.

Tanggal dikeluarkannya Permendagri tersebut di atas kemudian ditetapkan

sebagai hari jadi Kota Payakumbuh.

Melalui Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 1982, Kota

Payakumbuh secara administratif terbagi atas 3 wilayah Kecamatan dengan 73

kelurahan, yaitu Payakumbuh Barat dengan 31 kelurahan, Payakumbuh Timur

dengan 14 kelurahan dan Payakumbuh Utara dengan 28 kelurahan. Ketiga

Kecamatan tersebut diresmikan oleh Gubernur Propinsi Sumatera Barat atas

48
49

nama Menteri Dalam Negeri pada waktu itu diwakili oleh Sekretaris Daerah

Drs. Soekarni pada tanggal 23 November 1988.

Pada tahun 2008 diadakan pemekaran wilayah Kecamatan, berdasarkan

Peraturan Daerah Kota Payakumbuh Nomor 12 dan 13 tahun 2008. Sehingga

Kota Payakumbuh memiliki 5 Kecamatan dengan 76 kelurahan, yaitu

Kecamatan Payakumbuh Barat dengan 22 kelurahan, Kecamatan Payakumbuh

Timur dengan 14 kelurahan, Kecamatan Payakumbuh Utara dengan 25

kelurahan, Kecamatan Payakumbuh Selatan dengan 9 kelurahan, dan

Kecamatan Lamposi Tigo Nagori dengan 6 kelurahan.1

2. Letak Geografis

Kecamatan Payakumbuh Utara adalah salah satu Kecamatan yang ada

di Kota Payakumbuh yang terletak di sebelah Utara wilayah Kota

Payakumbuh dan merupakan pintu gerbang sebelah Utara untuk mencapai

pusat Kota Payakumbuh.2

Kecamatan Payakumbuh Utara mempunyai luas daerah lebih kurang

14,52 Km2 dengan batasan-batasan wilayah sebagai berikut:

a. Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Harau dan Kecamatan 50

Kota.

b. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Payakumbuh Barat.

c. Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Lamposi Tigo Nagori.

d. Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Payakumbuh Timur.

1
Payakumbuh Kota, “Sejarah Kota Payakumbuh”, diakses pada 16 Maret 2015 dari
ttp://payakumbuhkota.go.id/kilas-payakumbuh/sejarah-payakumbuh/.
2
Kecamatan Payakumbuh Utara, diakses pada 15 Maret 2015 dari
http://kecamatanpayakumbuhutara.blogspot.com/.
50

Jarak dari kantor Kecamatan ke kota-kota sekelilingnya yaitu:

a. Ibu kota Sumatera Barat (Padang) : 129 Km

b. Ibu kota Provinsi Riau (Pekan Baru) : 180 Km

c. Kota Bukittinggi : 37 Km

d. Kabupaten Tanah Datar (Batu Sangkar) : 35 Km

Kecamatan Payakmbuh Utara memiliki 25 kelurahan. Kelurahan

Talawi merupakan kelurahan yang terluas dengan luas lebih kurang 157,91

Ha2 sedangkan kelurahan Balai Gurun merupakan kelurahan terkecil dengan

luas lebih kurang 7, 47 Ha2. Adapun nama-nama kelurahan yang ada di

Kecamatan Payakumbuh Utara antara lain: Padang Kaduduk, Napar, Tarok,

Balai Baru, Bunian, Koto Baru Balai Janggo, Labuh Baru, Kubu Gadang,

Balai Kaliki, Balai Gadang, Balai Cacang, Muaro, Balai Gurun, Balai Jariang,

Cubada air, Kaning Bukik, Pasir, Taruko, Payolinyam, Nan Kodok,

Tambago, Payonibung, Talawi, Balai Betung, Tanjung Anau.

Keadaan topografi Payakumbuh utara mendatar dengan ketinggian

lebih kurang 513 meter di atas permukaan laut dan letak koordinatnya 100º

20’ hingga 100º 40’ Bujur Timur dan 0º 8’ hingga 0º 15’ Lintang Selatan.

Terdapat 4 sungai dengan lebar antara 5 meter hingga 20 meter. Suhu udara

rata-rata 26ºC dengan kelembapan udara 45% hingga 50%.


51

Penggunaan lahan tertinggi yaitu tanah untuk bangunan sebesar

48.07% sedangkan penggunaan untuk lahan pertanian sebesar 37,79% sawah

dan 17,54% untuk lahan kebun.3

3. Struktur Organisasi

Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Payakumbuh Nomor 05 Tahun

2008 tertanggal 16 September 2008 tentang Struktur Organisasi dan Tata Kerja

Kecamatan dan Kelurahan di Lingkungan Pemerintah Kota Payakumbuh,

Kecamatan Payakumbuh Utara dipimpin oleh satu orang Camat yang di bantu

oleh 9 kelompok jabatan fungsional, hal ini dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 3.1

Struktur Organisasi Kecamatan Payakumbuh Utara

NO Nama Jabatan

1 Nofriwandi, SH Camat

2 Fardinal, SH Sekretaris

3 Efrizal, S.Sos Kasubag Kepegawaian

4 Wildatul Aini, A.Md Kasubag Umum dan Perlengkapan

5 Permata Budi Kasubag Keuangan

6 Hermanto, S.Sos Kasi Pemerintahan

7 Syafwani Kasi Kesos

8 Drs. Rasyidin Kasi Ketentraman dan Ketertiban

9 YY. Iriani Kasi Pendapatan

3
Indrawadi, Kecamatan Payakumbuh Utara dalam Angka 2014, (Payakumbuh: Badan
Pusat Statistik Kota Payakumbuh, 2014), h. 2-4.
52

10 Darwenis Kasi Ekonomi dan Pengembangan

Sumber data : Laporan Tanggungjawab Kecamatan Payakumbuh Utara Tahun 2014

4. Keadaan Masyarakat

Kecamatan Payakumbuh Utara memiliki 25 kelurahan yang terdiri dari

119 Rukun Tetangga (RT), 56 Rukun Warga (RW), dan 7,843 Kepala

Keluarga (KK), sebagaimana dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 3.2
Jumlah Kelurahan, RT, RW dan Kepala Keluarga

No Nama Kelurahan Jumlah Jumlah Jumlah


RT RW KK
1 Padang Kaduduk 5 2 264
2 Napar 8 4 660
3 Tarok 7 3 511
4 Balai Baru 4 2 215
5 Bunian 4 2 402
6 Koto Baru BJ 10 4 531
7 Labuh Baru 4 2 510
8 Kubu Gadang 5 2 547
9 Balai Kaliki 4 2 194
10 Balai Gadang 4 2 322
11 Balai Cacang 4 2 271
12 Muaro 5 2 251
13 Balai Gurun 4 2 221
14 Balai Jariang 4 2 276
15 Cubadak Air 4 2 249
16 Kaning Bukik 4 2 260
17 Pasir 4 2 167
18 Taruko 4 2 259
53

19 Payolinyam 4 2 218
20 Nan Kodok 6 3 492
21 Tambago 4 2 198
22 Payonibung 4 2 183
23 Talawi 4 2 262
24 Balai Betung 4 2 171
25 Tanjung Anau 5 2 209
JUMLAH 119 56 7.843
Sumber data : buku Kecamatan Payakumbuh dalam Angka 2014 h. 60

Berdasarkan jenis Kelamin, jumlah penduduk di Kecamatan

Payakumbuh Utara dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 3.3

Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin

No Nama Kelurahan Laki-laki Perempuan Jumlah


1 Padang Kaduduk 597 606 1.203
2 Napar 1.177 1.242 2.419
3 Tarok 1.117 1.081 2.198
4 Balai Baru 410 397 807
5 Bunian 687 587 1.274
6 Koto Baru BJ 923 1.042 1.965
7 Labuh Baru 1.196 1.072 2.268
8 Kubu Gadang 1.134 1.084 2.218
9 Balai Kaliki 417 397 814
10 Balai Gadang 433 495 928
11 Balai Cacang 530 540 1.070
12 Muaro 430 414 844
13 Balai Gurun 392 375 767
14 Balai Jariang 506 531 1.037
54

15 Cubadak Air 430 515 945


16 Kaning Bukik 439 473 912
17 Pasir 227 220 492
18 Taruko 404 418 822
19 Payolinyam 472 433 905
20 Nan Kodok 1.015 1.085 2.100
21 Tambago 378 351 729
22 Payonibung 324 450 774
23 Talawi 578 481 1.059
24 Balai Betung 341 306 647
25 Tanjung Anau 402 464 866
JUMLAH 15.004 15.059 30.063
Sumber data: buku Kecamatan Payakumbuh dalam Angka 2014 h. 58-59

5. Keagamaan

Pembinaan kegiata keagamaan di Kecamatan Payakumbuh Utara

dilakukan oleh pejabat yang ada di Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan

Payakumbuh Utara. Berikut adalah struktur organisasi KUA Kecamatan

Payakumbuh Utara:

Tabel 3.4

Struktur Organisasi KUA Kecamatan Payakumbuh Utara

No Nama Jabatan

1 Resfi Yendri, S.Ag Kepala KUA

2 Muhammad Israk, S.Ag Penghulu

3 Yendra, S.HI., MA Penghulu

4 Asramawati, S.Ag Penyuluh Agama Islam Fungsional


55

5 Fajri Nur, S.Ag Penyuluh Agama Islam Fungsional

6 Zulhendri, S.Ag Penyuluh Agama Islam Fungsional

7 Berwalinda, S.Ag Penyuluh Agama Islam Fungsional

8 Tasniwati Pengadministrasi KU dan Umum

9 Rina Rida Wati Pengadministrasi Nikah dan Rujuk

10 Ismanidar Pengadministrasi Kemasjidan

11 Nasrul Pengadministrasi Hazawaibsos

12 Jum Muliati Produk Halal dan Kemaslahatan Umat

13 Weli Sofia Rina, S.HI Peng ADM Keluarga Sakinah dan BP.4

14 Jum Muliati Pramu Kantor

Sumber data: KUA Kecamatan Payakumbuh Utara

Jumlah tempat ibadah di Kecamatan Payakumbuh Utara terdiri dari 25

unit masjid dan 65 unit mushalla. Demikian juga kondisi tempat baik masjid

maupun mushalla semuanya dalam keadaan baik.4

B. Data Umum Masjid dan Mushalla

Berdasarkan hasil survey lapangan telah diteliti sebanyak 25 masjid dan 50

mushalla, secara umum informasi tentang keadaan masjid dan mushalla dapat

diuraikan sebagai berikut:

4
Indrawadi, Kecamatan Payakumbuh Utara dalam Angka 2014, (Payakumbuh: Badan
Pusat Statistik Kota Payakumbuh, 2014), h. 74.
56

Tabel 3.5

Data Umum Masjid

No Nama Masjid Alamat Tahun Pengurus Status Keakuratan Cara


Berdiri Tanah Pengukuran
1 Muslimin Jl. Arisun No. 24 1926 H. Edwar Wakaf -3º Kompas
Labuh Baru
2 Baitul Mukmin Jl. Piobang Rt 1987 H.Syaiful Wakaf Akurat Bayangan
02/01 Labuh Baru Matahari
3 Ansharullah Jl. Jend Sudirman 1964 H. Suhaimi Wakaf Akurat Bayangan
No. 16 Koto Baru Biran, BA Matahari
4 Baitussalam Jl. Mentilau Rt 1957 Heri Iswandi, Wakaf Akurat Kompas
02/03 Koto Baru SE
5 An-Nur Jl. Jend Sudirman 1926 H. Helmi Wakaf +6º Kompas
Balai Baru, Koto Yandri
Nan Gadang
6 Masjid Raya Balai Gadang, 1934 Usmi Adri Wakaf Akurat Kompas
Koto Nan Gadang
7 Muslimin Jl. Jend Sudirman 1989 Gusti Yandri, Wakaf Akurat Kompas
Balai Cacang S.HI
8 Istiqamah Jl. Jend Sudirman 1988 H. Hamdi Wakaf -29º Perkiraan
Kaning Bukit Idrus Arah Barat
9 Arsyad Jl. Jend Sudirman 1930 Jasri Najar Wakaf -7º Kompas
No. 48 Nan
Kodok
10 Nurul Jannah Jl. Jend Sudirman 2002 Wardi Munir Wakaf +4º Kompas
Payolinyam
11 Baiturrahman Jl. K.H. Ahmad 1938 Iswardi Wakaf +6º Kompas
Dahlan Tanjung
Anau
12 Al- Jl. Camar Rt 1959 Nurkausar Wakaf -4º Kompas
Mutawahidah 01/01 Talawi
13 Nurul Huda Jl. K.H. Ahmad 1959 Syafri Wakaf Akurat Kompas
Dahlan
Payonibuang
14 Al-Husna Tambago 1975 Trinaldi Wakaf +8º Kompas
15 Al-Muttaqin Jl. R.A. Kartini Rt 2010 Al-Jufri Wakaf -9º Bayangan
01/01 Cubadak Matahari
Air
16 Syuhada Jl. Pejuang No. 45 1979 Doni Putra Wakaf +14º Kompas
Rt 01/01Balai
Jariang
17 Baiturrahim Jl. R.A. Kartini 1976 N. Dt. Basa Wakaf -6º Kompas
Padang Kaduduk Nan Pandak
18 Muhsinin Jl. Manunggal Rt 1963 Yusrizal, Wakaf -1º Kompas
02/02 Tarok HB., M.MPd
19 Al-Muqarrabin Jl. Tanmalaka Rt 1926 H.Firdaus Wakaf +8º Bayangan
02/02 Bunian Matahari
20 Baitul Hikumah Jl. Tanmalaka Rt 1949 Asrul Wakaf Akurat Perkiraan
01/02 Bunian Arah Barat
21 Asy-Syifa’ Jl. Kesehatan Rt 2010 Anton Wakaf Akurat Kompas
02/02 Balai Kaliki
22 Hidayah Jl. Tanmalaka Rt 1942 H. Abu Wakaf +5º Kompas
01/01 Napar Hanifah
23 Ihsan Jl. Dewi Sartika 1961 Anasri Wakaf +6º Perkiraan
Rt 02/01 Arah Barat
24 Amaliyah Jl. Jend Sudirman 1972 Azwar Wakaf -7º Kompas
Muaro Arsyad
25 Nurul Huda Jl. Jeruk 1963 H. Syofyan, Wakaf Akurat Kompas
Kubu Gadang SH., MM
57

Tabel 3.6
Data Umum Mushalla
No Nama Alamat Tahun Pengurus Status Keakuratan Cara
Mushalla Berdiri Tanah Pengukuran
1 Batirai Jl. R.A. Kartini 1929 Asrin Habudin Pribadi +2º Kompas
Rt 02/02 Nan
Kodok
2 Nurul Hidayah Jl. Jnd Sudirman 2011 Nurhadis Wakaf Akurat Kompas
Rt 01/02
Payolinyam
3 Sumua Tobiang Jl. R.A. Kartini 2003 Usman Wakaf -20º Kompas
Nan Kodok Ibrahim
4 Al-Muhajirin Jl. R.A. Kartini 2012 Asma Yasir Fasilitas -8º Kompas
Nan Kodok Rt Umum
02/02
5 Darul Hikmah Jl. R.A. Kartini 1983 Dt. Bosa Nan Wakaf -6º Kompas
Cubadak Air Panjang
6 Al-Ishlah Jl. Tanmalaka 1978 Masdar Sutan Wakaf +10º Kompas
Tarok Rajo Mudo
7 Taslim Balai Gurun Rt 1974 Fahrul Umar Wakaf -4º Kompas
02/02 Dt. Tuah Nan
Basango
8 Miftahul Jannah Jl. Jen Sudirman 2012 Jefriandi Pribadi -5º Software
Muaro Kiblat
9 Miftahul Falah Jl. Tanmalaka 1950 Bustami Wakaf +7º Kompas
Napar
10 Amanah Tabek Taluak 1992 Gustiar Pribadi +10º Kompas
Napar
11 Ibnusina Jl. Pemuda No. 2010 Zulkifli, S.HI Wakaf Akurat Kompas
14 Koto Baru
12 Muslim Tambago 1950 Marnis Wakaf -18º Perkiraan
Arah Barat
13 Mardhatillah Jl. Ade Irma 1993 Irwan Wakaf +15º Kompas
Suryani Rt
01/01 Labuh
Baru
14 Jambu Balai Gadang 1973 Eriandi Wakaf Akurat Kompas
15 Pandam Balai Gadang 1815 H. Syafri D Kaum +4º Kompas
16 Mejan Balai Gadang 1950 Arif Din Wakaf Akurat Kompas
17 Arruhamak Balai Kaliki 1982 H. Musmiral Wakaf Akurat Kompas
18 Nurul Falah Jl. Tengah Rt 2012 H. Nasri Pribadi Akurat Kompas
01/02 Balai efendi
Gurun
19 Ikhlas Jl. Rajawali 1978 N. Dt Kaum +3º Kompas
Tarok Mangkuto
Dirajo
20 Hikmah Jl. Dewi Sartika 1990 Nurdin Kaum +2º Kompas
Rt 01/01Taruko
21 Al-Rahma Jl. K.H. Ahmad 2000 Sentosa Pribadi +23º Kompas
Dahlan Rt 02/02
Payonibung
22 Darul Muhajirin Padang 1995 Deni Sumardi Wakaf Akurat Kompas
Kaduduk
23 Al-Ikhlas Jl. R.A. Kartini 2014 M. Afriandi Fasilitas -14º Kompas
Perumahan umum
Cikasimi
Cubadak Air
24 Ikhlas Jl. Ikhlas Pasir 1974 Nurul Fadilah Wakaf Akurat Kompas
Marhusni
25 Pulai Balai Gurun 2007 Iryanis Kaum -7º Kompas
26 Darul Hikmah Balai Gurun Rt 1980 Joni Anwar Pribadi Akurat Kompas
58

02/02
27 Nurul Iman Balai Gurun 1992 Ismai Kaum +4º Perkiraan
Arah Barat
28 Bingkuang Jl. Surau 1980 Adrimas Pribadi -4º Kompas
Bingkuang RT
01/01 Balai
Cacang
29 Solok Jl. Jend 1937 Mustardi Wakaf -8º Kompas
Sudirman Balai
Cacang Rt 01/02
30 Pincuran Sabil Jl. Perjuangan 1960 Husnil Efendi Wakaf Akurat Bayangan
Rt 01/02 Balai Matahari
Jariang
31 Nurul Falah Tanjung Anau 1961 Ibnu Fadhilah Wakaf +4º Kompas
32 Nurul Yaqin Jl. K.H. Ahmad 1943 Darwenis Wakaf +4º Kompas
Dahlan Rt 01/02
Balai Betung
33 Tigo Dusun Jl. K.H. Ahmad 1970 Yursefdi Wakaf -16º Perkiraan
Balai Betung Arah Barat
34 Al-Munawarah Jl. Kiwi Rt 1890 Yuswardi Pribadi +1º Kompas
03/04 Koto Baru
BJ
35 Darul Huda Tanjung Anau 1982 Adityawarman Wakaf -5º Kompas
Rt 04/01
36 Nurul Huda Nan Kodok Rt 2002 H. M. Nur Pribadi -21º Bangunan
02/02 Masjid
37 An-Nur Jl. Jend 1994 Zikri Wakaf -7º Kompas
Sudirman Nan
Kodok
38 Cibodak Balai Kaliki 2006 Dt. Rajo Kaum -5º Kompas
Mangkuto
Nan Putiah
39 Baiturrahman Padang 1993 Ali Usman Wakaf +16º Kompas
Kaduduk Rt
01/02
40 Gonjong Jl. Kenanga 1960 Dt. Siri Wakaf +5º Perkiraan
Napar Arah Barat
41 Rao-rao Jl. Arisun 1985 Alfian, SH Wakaf +11º Kompas
Labuah Baru
42 Jamiatul Hujjaj Jl. Rasuna Said 1998 H. Masderi Yayasan +5º Kompas
No. 50 Kubu
Gadang
43 Al-Hijrah Jl. Jend 2007 H. Suwardi Pemda -16º Kompas
Sudirman
Kaning Bukit
44 Kantor Camat Jl. Gelatik 2010 Nofriwandi, Pemda +1º Kompas
Padang SH
Kaduduk
45 Ambacang Jl. Camar Rt 1949 Ir. Tastiul Kaum -12º Kompas
01/01 Talawi
46 Tawaqqal Jl. Camar Rt 1985 Diati Wakaf -4º Kompas
01/01 Talawi
47 Baru Jl. Camar Rt 1978 H. Riswandi Kaum -19º Perkiraan
01/01 Talawi Arah Barat
48 Ampalu Jl. Camar Rt 1998 H. Darnius Kaum -24º Perkiraan
01/01 Talawi Arah Barat
49 Al-Muttaqin Jl. K.H. Ahmad 2014 Hasan Basri Pribadi -3º Kompas
Dahlan Rt 02/02
Talawi
50 Nurul Iman Jl. K.H. Ahmad 1994 Afrizal N, Kaum -21º Perkiraan
Dahlan Rt 01/01 S.Sos Arah Barat
Talawi
59

C. Status Tanah Masjid dan Mushalla

Berdasarkan data yang diperoleh dari Kantor Urusan Agama Kecamatan

Payakumbuh Utara, status tanah tempat masjid itu didirikan yaitu sebanyak 25

masjid semuanya (100%) berasal dari tanah wakaf.

Sedangkan dari hasil observasi, dari 50 mushalla yang di jadikan sampel

untuk diukur arah kiblatnya, sebanyak 25 mushalla (50%) merupakan tanah

wakaf, tanah pribadi sebanyak 10 mushalla (20%), tanah kaum sebanyak 10

mushalla (20%), fasilitas umum sebanyak 2 mushalla (4%), tanah milik

pemerintah daerah sebanyak 2 mushalla (4%), dan tanah milik yayasan sebanyak

1 mushalla (2%).

Tabel 3.7

Status Masjid Tanah Wakaf

No Nama Masjid Alamat Status Tanah


1 Muslimin Jl. Arisun No. 24 Labuh Baru Wakaf

2 Baitul Mukmin Jl. Piobang Rt 02/01 Labuh Wakaf


Baru
3 Ansharullah Jl. Jend Sudirman No. 16 Wakaf
Koto Baru
4 Baitussalam Jl. Mentilau Rt 02/03 Koto Wakaf
Baru
5 An-Nur Jl. Jend Sudirman Balai Baru, Wakaf
Koto Nan Gadang
6 Masjid Raya Balai Gadang, Koto Nan Wakaf
Gadang
7 Muslimin Jl. Jend Sudirman Balai Wakaf
Cacang
8 Istiqamah Jl. Jend Sudirman Kaning Wakaf
Bukit
9 Arsyad Jl. jend Sudirman No. 48 Nan Wakaf
Kodok
10 Nurul Jannah Jl. Jend Sudirman Wakaf
Payolinyam
60

11 Baiturrahman Jl. K.H. Ahmad Dahlan Wakaf


Tanjung Anau
12 Al-Mutawahidah Jl. Camar Rt 01/01 Talawi Wakaf

13 Nurul Huda Jl. K.H. Ahmad Dahlan Wakaf


Payonibuang
14 Al-Husna Tambago Wakaf

15 Al-Muttaqin Jl. R.A. Kartini Rt 01/01 Wakaf


Cubadak Air
16 Syuhada Jl. Pejuang No. 45 Rt Wakaf
01/01Balai Jariang
17 Baiturrahim Jl. R.A. Kartini Padang Wakaf
Kaduduk
18 Muhsinin Jl. Manunggal Rt 02/02 Tarok Wakaf

19 Al-Muqarrabin Jl. Tanmalaka Rt 02/02 Wakaf


Bunian
20 Baitul Hikumah Rt 01/02 Bunian Wakaf

21 Asy-Syifa’ Jl. Kesehatan Rt 02/02 Balai Wakaf


Kaliki
22 Hidayah Jl. Tanmalaka Rt 01/01 Napar Wakaf

23 Ihsan Jl. Dewi Sartika Rt 02/01 Wakaf

24 Amaliyah Jl. Jend Sudirman Muaro Wakaf

25 Nurul Huda Jl. Jeruk Kubu Gadang Wakaf

Tabel 3.8

Status Mushalla Tanah Wakaf

No Nama Masjid Alamat Status Tanah


1 Nurul Hidayah Jl. Jend Sudirman Rt 01/02 Wakaf
Payolinyam
2 Sumua Tobiang Jl. R.A. Kartini Nan Kodok Wakaf
3 Darul Hikmah Jl. R.A. Kartini Cubadak Air Wakaf
4 Al-Ishlah Jl. Tanmalaka Tarok Wakaf
5 Taslim Balai Gurun Rt 02/02 Wakaf
6 Miftahul Falah Jl. Tanmalaka Napar Wakaf
61

7 Ibnusina Jl. Pemuda No. 14 Koto Baru Wakaf


8 Muslim Tambago Wakaf
9 Mardhatillah Jl. Ade Irma Suryani Rt 01/01 Wakaf
Labuh Baru
10 Jambu Balai Gadang Wakaf
11 Mejan Balai Gadang Wakaf
12 Arruhamak Balai Kaliki Wakaf
13 Darul Muhajirin Padang Kaduduk Wakaf
14 Ikhlas Jl. Ikhlas Pasir Wakaf
15 Solok Jl. Jend Sudirman Balai Wakaf
Cacang Rt 01/02
16 Pincuran Sabil Jl. Perjuangan Rt 01/02 Balai Wakaf
Jariang
17 Nurul Falah Tanjung Anau Wakaf
18 Nurul Yaqin Jl. K.H. Ahmad Dahlan Rt Wakaf
01/02 Balai Betung
19 An-Nur Jl. Jend Sudirman Nan Kodok Wakaf
20 Baiturrahman Padang Kaduduk Rt 001/002 Wakaf
21 Gonjong Jl. Kenanga Napar Wakaf
22 Rao-rao Jl. Arisun Labuah Baru Wakaf
23 Tawaqqal Jl. Camar Rt 001/001 Talawi Wakaf
24 Tigo Dusun Jl. K.H. Ahmad Dahlan Balai Wakaf
Betung
25 Darul Huda Tanjung Anau Rt 004/001 Wakaf

Mayoritas penduduk di Kecamatan Payakumbuh Utara merupakan

masyarakat Minangkabau. Menurut adat kebiasaan di Minangkabau setiap

suku atau setiap marga biasanya memiliki satu mushalla yang pada umumnya

jamaah di mushalla tersebut berasal dari suku yang sama.

Tabel 3.9

Status Mushalla Tanah Kaum

No Nama Mushalla Alamat Status Tanah


1 Pandam Balai Gadang Kaum
2 Ikhlas Jl. Rajawali Tarok Kaum
3 Hikmah Jl. Dewi Sartika Rt Kaum
01/01Taruko
62

4 Pulai Balai Gurun Kaum


5 Nurul Iman Balai Gurun Kaum
6 Cibodak Balai Kaliki Kaum
7 Ambacang Jl. Camar Rt 01/01 Talawi Kaum
8 Baru Jl. Camar Rt 01/01 Talawi Kaum
9 Ampalu Jl. Camar Rt 01/01 Talawi Kaum
10 Nurul Iman Jl. K.H. Ahmad Dahlan Rt Kaum
01/01 Talawi

Tabel 3.10

Status Mushalla Tanah Pribadi

No Nama Mushalla Alamat Status Tanah


1 Batirai Jl. R.A. Kartini Rt 02/02 Nan Pibadi
Kodok
2 Miftahul Jannah Jl. Jend Sudirman Muaro Pibadi

3 Amanah Tabek Taluak Napar Pibadi

4 Nurul Falah Jl. Tengah Rt 01/02 Balai Pibadi


Gurun
5 Al-Rahma Jl. K.H. Ahmad Dahlan Rt Pibadi
02/02 Payonibung
6 Darul Hikmah Balai Gurun Rt 02/02 Pibadi

7 Bingkuang Jl. Surau Bingkuang RT Pibadi


01/01 Balai Cacang
8 Al-Munawarah Jl. Kiwi Rt 03/04 Koto Baru Pibadi
BJ
9 Nurul Huda Nan Kodok Rt 02/02 Pibadi

10 Al-Muttaqin Jl. K.H. Ahmad Dahlan Rt Pibadi


02/02 Talawi

Tabel 3.11

Status Mushalla Tanah Pemda

No Nama Mushalla Alamat Status Tanah


1 Kantor Camat Jl. Gelatik Padang Kaduduk Pemda
63

2 Al-Hijrah Jl. Jend Sudirman Kaning Pemda


Bukit

Tabel 3.12

Status Mushalla Fasilitas Umum

No Nama Mushalla Alamat Status Tanah


1 Al-Muhajirin Jl. R.A. Kartini Nan Kodok Fasilitas Umum
Rt 02/02
2 Al-Ikhlas Jl. R.A. Kartini Perumahan Fasilitas Umum
Cikasimi Cubadak Air

Tabel 3.13

Status Mushalla Tanah Yayasan

No Nama Mushalla Alamat Status Tanah


1 Jamiatul Hujjaj Jl. Rasuna Said No. 50 Kubu Yayasan
Gadang
BAB IV

DESKRIPSI HASIL PENELITIAN

A. Perhitungan Arah Kiblat Masjid dan Mushalla di Kecamatan

Payakumbuh Utara

Dalam penentuan arah kiblat di wilayah Kecamatan Payakumbuh Utara

penulis menggunakan metode tahqiqi yang dikerjakan melalui perhitungan

matematis dengan menggunakan rumus Ilmu Ukur Segitiga Bola (Spherical

Trigonometri). Data-data yang diperlukan untuk melakukan penghitungan dengan

metode tahqiqi ini yaitu dengan mengetahui lintang dan bujur tempat di

Kecamatan Payakumbuh Utara dan juga lintang dan bujur Ka’bah. Untuk

mengetahui lintang dan bujur tempatnya menggunakan GPS (Globa Posisioning

System) yaitu alat ukur koordinat dengan menggunakan satelit.

Kecamatan Payakumbuh Utara memiliki 25 kelurahan yang masing-

masing kelurahan mempunyai sedikit perbedaan untuk data koordinatnya. Adapun

data koordinat masing-masing kelurahan adalah sebagai berikut:

Tabel 4.1

Data Koordinat Kecamatan Payakumbuh Utara

No Kelurahan Lintang (φ) Bujur (λ)


1 Labuh Baru -0º 13’ 27.91” 100º 38’ 6.29”
2 Koto Baru BJ -0º 13’ 24.85” 100º 38’ 0.06”
3 Balai Baru -0º 13’ 14.09” 100º 38’ 15.3”
4 Balai Gadang -0º 13’ 9.95” 100º 38’ 36.3”
5 Balai Cacang -0º 12’ 58.46” 100º 38’ 36.3”
6 Kaning Bukit -0º 12’ 37.69” 100º 38’ 40.3”
7 Nan Kodok -0º 12’ 19.33” 100º 38’ 44.7”
8 Payolinyam -0º 12’ 3.28” 100º 38’ 55.3”
64
65

9 Tanjung Anau -0º 11’ 24.11” 100º 38’ 55.3”


10 Payonibung -0º 11’ 50.89” 100º 37’ 53.8"
11 Tambago -0º 11’ 57’ 41” 100º 38’ 1.63”
12 Cubadak Air -0º 12’ 28.12” 100º 38’ 14.3”
13 Balai Jariang -0º 12’ 48.6” 100º 38’ 24.5”
14 Padang Kaduduk -0º 12’ 40.86” 100º 37” 45.2”
15 Tarok -0º 12’ 57.06” 100º 37’ 48.1”
16 Bunian -0º 13’ 16.97” 100º 37’ 48.9”
17 Balai Kaliki -0º 13’ 20.21” 100º 38’ 20.9”
18 Napar -0º 12’ 48.64” 100º 37’ 23”
19 Taruko -0º 12’ 34.24” 100º 39’ 19.6”
20 Talawi -0º 11’ 32.93” 100º 38’ 22.5”
21 Muaro -0º 12’ 55.84” 100º 38’ 42.6”
22 Kubu Gadang -0º 13’ 46.13” 100º 38’ 27.6”
23 Balai Gurun -0º 12’ 58.57” 100º 38’ 20.8”
24 Balai Betung -0º 11’ 21.73” 100º 38’ 44.8”
25 Pasir -0º 12’ 48.17” 100º 38’ 50”

Berdasarkan data koordinat masing-masing kelurahan tersebut, untuk

mendapatkan arah kiblatnya dihitung menggunakan rumus Ilmu Ukur Segitiga

Bola (Spherical Trigonometri). Salah satu contoh proses perhitungannya sebagai

berikut:

Data koordinat diketahui:

Lintang tempat Labuh Baru (φtp) = -0º 13’ 27.91”

Bujur tempat Labuh Baru (λtp) = 100º 38’ 6.29”

Lintang Ka’bah (φK) = 21º 25’ LU

Bujur Ka’bah (λK) = 39º 50’ BT

Langkah perhitungannya adalah sebagai berikut:

Cotan Q = cos φ tempat tan φ Ka’bah _ sin φ tempat


sin (λ tempat – λ Ka’bah) tan (λ tempat – λ Ka’bah)
66

Sebelum memasukkan data ke dalam rumus tersebut maka harus diketahui

nilai selisih bujur (λtp - λK) yaitu (100º 38’ 6.29”- 39º 50’) = 60º 48’ 6.29”

Setelah diketahui nilai selisih bujur maka data diatas dimasukkan ke dalam

rumus:

Cotan Q = cos -0º 13’ 27.91”. tan 21º 25’ _ sin -0º 13’ 27.91”
sin 60º 48’ 6.29” tan 60º 48’ 6.29”

Proses penyelesaian dengan kalkulator, ada beberapa cara penyelesaiannya

tergantung pada model dan jenis kalkulator, salah satunya dengan kalkulator

Royally tipe Ry-350MS yaitu sebagai berikut:

Shift tan (cos (-)0º 13’ 27.91” x tan 21º 25’ : sin 60º 48’ 6.29” – sin (-)0º 13’

27.91” : tan 60º 48’ 6.29”) x-1 = shift o,,, 65º 42’ 1.39”

Dari hasil perhitungan ini maka arah kiblat untuk kelurahan Labuh Baru

adalah 65º 42’ 1.39” dari titik Utara ke arah Barat (U-B) atau 90º - 65º 42’ 1.39”

= 24º 17’ 58.61” dari titik Barat ke Utara (B-U). Adapun azimutnya adalah 360º -

65º 42’ 1.39” = 294º 17’ 58.6” di ukur dari titik Utara.

Berdasarkan proses perhitungan diatas, maka diperoleh arah kiblat untuk

setiap kelurahan yang ada di wilayah Kecamatan Payakumbuh Utara sebagai

berikut:

Tabel 4.2

Hasil Perhitungan Arah Kiblat

No Kelurahan Lintang (φ) Bujur (λ) Kiblat (U-B) Kiblat (B-U)


1 Labuh Baru -0º 13’ 27.91” 100º 38’ 6.29” 65º 42’ 1.39” 24º 17’ 58.61”
2 Koto Baru BJ -0º 13’ 24.85” 100º 38’ 0.06” 65º 42’ 1.48” 24º 17’ 58.52”
3 Balai Baru -0º 13’ 14.09” 100º 38’ 15.3” 65º 42’ 9.7” 24º 17’ 50.3”
4 Balai Gadang -0º 13’ 9.95” 100º 38’ 36.3” 65º 42’ 16.08” 24º 17’ 43.92”
67

5 Balai Cacang -0º 12’ 58.46” 100º 38’ 36.3” 65º 42’ 21.4” 24º 17’ 38.6”
6 Kaning Bukit -0º 12’ 37.69” 100º 38’ 40.3” 65º 54’16.21” 24º 5’ 43.79”
7 Nan Kodok -0º 12’ 19.33” 100º 38’ 44.7” 65º 42’ 41.29” 24º 17’ 18.71”
8 Payolinyam -0º 12’ 3.28” 100º 38’ 55.3” 65º 42’ 50.97” 24º 17’ 9.03”
9 Tanjung Anau -0º 11’ 24.11” 100º 38’ 55.3” 65º 43’ 9” 24º 16’ 50.9”
10 Payonibung -0º 11’ 50.89” 100º 37’ 53.8" 65º 42’ 43.64” 24º 17’ 16.36”
11 Tambago -0º 11’ 57’ 41” 100º 38’ 1.63” 65º 42’ 42.23” 24º 17’ 17.77”
12 Cubadak Air -0º 12’ 28.12” 100º 38’ 14.3” 65º 42’ 30.76” 24º 17’ 29.24”
13 Balai Jariang -0º 12’ 48.6” 100º 38’ 24.5” 65º 42’ 23.45” 24º 17’ 36.55”
14 Padang Kaduduk -0º 12’ 40.86” 100º 37” 45.2” 65º 42’ 19.28” 24º 17’ 40.72”
15 Tarok -0º 12’ 57.06” 100º 37’ 48.1” 65º 42’ 11.8” 24º 17’ 48.2”
16 Bunian -0º 13’ 16.97” 100º 37’ 48.9” 65º 42” 2.75” 24º 17’ 57.25”
17 Balai Kaliki -0º 13’ 20.21” 100º 38’ 20.9” 65º 42’ 8.06” 24º 17’ 51.94”
18 Napar -0º 12’ 48.64” 100º 37’ 23” 65º 42’ 10.35’ 24º 17’ 49.65”
19 Taruko -0º 12’ 34.24” 100º 39’ 19.6” 65º 42’ 41.8” 24º 17’ 18.2”
20 Talawi -0º 11’ 32.93” 100º 38’ 22.5” 65º 42’ 58.05” 24º 17’ 1.95”
21 Muaro -0º 12’ 55.84” 100º 38’ 42.6” 65º 42’ 23.95” 24º 17’ 36.05”
22 Kubu Gadang -0º 13’ 46.13” 100º 38’ 27.6” 65º 41’ 57.49” 24º 18’ 2,51”
23 Balai Gurun -0º 12’ 58.57” 100º 38’ 20.8” 65º 42’ 18.05” 24º 17’ 41.95”
24 Balai Betung -0º 11’ 21.73” 100º 38’ 44.8” 65º 43’ 7.79” 24º 16’ 52.03”
25 Pasir -0º 12’ 48.17” 100º 38’ 50” 65º 42’ 29.07” 24º 17’ 30.93”

Setelah diketahui sudut arah kiblat untuk masing-masing kelurahan di

Kecamatan Payakumbuh Utara, maka untuk proses selanjutnya penulis melakukan

praktek pengukuran di lapangan, yaitu Menentukan arah mata angin dengan

program dari Mizwala Qibla Finder.

Mizwala Qibla Finder merupakan sebuah alat praktis karya Hendro

Setyanto untuk menentukan arah kiblat secara praktis dengan menggunakan sinar

matahari. Mizwala merupakan modifikasi bentuk sundial, terdiri dari sebuah


68

gnomon (tongkat berdiri), bidang dial (bidang lingkaran) yang memiliki ukuran

sudut derajat, dan kompas kecil sebagai ancar-ancar.1

Cara menentukan arah mata angin menggunakan program Mizwala Qibla

Finder adalah sebagai berikut:

1) Persiapkan alat-alat yang diperlukan seperti benang dengan panjang lebih

kurang 1 meter (sesuai dengan kebutuhan), waterpass, GPS (jika ada).

2) Siapkan data yang diperlukan seperti Lintang tempat, Bujur tempat,

tanggal dan waktu pengecekan. Untuk mengetahui lintang, bujur dan

waktu akan lebih baik jika menggunakan GPS atau dengan media lain

seperti google earth.

3) Jalankan software Mizwah.xls pada PC atau media lain yang mendukung

program Microsoft office Excel seperti notebook, laptop, dan sebagainya.

Kemudian masukkan data-data yang diperlukan pada tabel Mizwah.xls

sesuai dengan kolom yang telah disediakan. Setelah itu akan diketahui

nilai azimuth kiblat (kolom Qiblat), data azimuth Matahari (kolom as

Simtu), dan azimuth bayangan Matahari (kolom Mizwah).

4) Letakkan Mizwala Qibla Finder di tempat yang datar, kemudian letakkan

waterpass diatas mizwala untuk mengukur level bidang dial, jika belum

sejajar maka dapat diatur dengan cara memutar tripod atau kaki tiga yang

telah terpasang pada bidang level hingga seimbang. Ikatkan tali yang telah

dipersiapkan pada gnomon.

1
Ahmad Izzuddin, Kajian Terhadap Metode-Metode Penentuan Arah Kiblat dan
Akurasinya, cet.I, (Jakarta: Kementrian Agama RI, 2012), h. 83.
69

5) Apabila Mizwala Qibla Finder sudah terpasang dengan baik, perhatikan

bayang-bayang gnomon (tongkat berdiri) pada bidang dial putar dan

catatlah waktunya (waktu pengamatan).

6) Letakkan benang yang telah diikat pada gnomon, kemudian tarik dan

letakkan benang tersebut ditengah bayang-bayang.

7) Putarlah bidang dial sampai nilai mizwah yang telah disesuaikan dengan

waktu bidik atau waktu pengamatan berada tepat dibawah benang atau

bayang-bayang.2

8) Setelah bidang dial yang memiliki ukuran sudut derajat diputar sesuai

dengan angka yang ditunjukkan oleh kolom mizwah pada program

mizwala qibla finder, maka diketahuilah arah mata angin yaitu arah Utara

pada sudut 0º/360º, arah Timur pada sudut 90º, arah Selatan pada sudut

180º, arah Barat pada sudut 270º.

Setelah ditemukan arah mata angin, langkah selanjutnya yaitu menentukan

arah kiblat dengan cara:

1) Tarik benang yang terikat pada gnomon sesuai dengan angka kiblat yang

telah dicari menggunakan rumus Ilmu Ukur Segitiga Bola (Spherical

Trigonometri) yaitu sebesar 24º untuk wilayah di Kecamatan

Payakumbuh Utara yang diukur dari arah Barat ke arah Utara.

2) Setelah benang ditarik lurus sesuai dengan angka kiblat yang telah dicari

menggunakan rumus Ilmu Ukur Segitiga Bola (Spherical Trigonometri),

maka arah tersebut adalah arah kiblat di tempat pengamatan.


2
Muhammad Umar Setiawan, “Perancangan Aplikasi Perhitungan Mizwala Qibla
Finder dengan Java 2 Micro Edition (J2ME) Pada Mobile Phone,” (Skripsi IAIN Walisongo
Semarang, 2013), h. 63-64.
70

B. Cara Masyarakat dalam Menentukan Arah Kiblat di Kecamatan

Payakumbuh Utara

Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala Kantor Urusan Agama

(KUA) Kecamatan Payakumbuh Utara, penentuan arah kiblat ketika awal

pembangunannya di wilayah ini hanya menggunakan cara-cara perkiraan atau

metode taqribi saja. Hal ini dikarenakan pengetahuan masyarakat yang sangat

awam mengenai ilmu pengukuran arah kiblat yang akurat.3

Dilihat dari alat ukur yang digunakan untuk menentukan arah kiblat masjid

dan mushalla di wilayah Kecamatan Payakumbuh Utara ditemukan banyak

variasi. Dari 25 masjid yang diteliti, masjid yang menggunakan kompas sebanyak

18 masjid atau 72%, menggunakan bayang-bayang matahari sebanyak 4 masjid

atau 16%, dan menggunakan perkiraan arah Barat sebanyak 3 masjid atau 12%.

Setelah diteliti, masjid yang diukur menggunakan kompas jika

dihubungkan dengan keakuratan arah kiblat, dari 18 masjid yang menggunakan

kompas hanya 6 masjid atau 33% yang akurat arah kiblatnya, keakuratan arah

kiblat dengan menggunakan alat bantu kompas ini dikarenakan adanya masukan

dari tokoh agama setempat bahwa arah kiblat masjid ini bukan ke arah Barat

kompas, tetapi dari arah Barat kompas itu serong ke kanan dengan tidak

dijelaskan berapa angka derajatnya.4 Sedangkan yang akurat karena diberi angka

toleransi ada 1 masjid atau 6%, dan yang tidak tepat sebanyak 11 masjid atau

61%. Lihat tabel di bawah ini:

3
Wawancara Pribadi dengan Resfi Yendri. Kepala KUA Kecamatan Payakumbuh Utara.
Payakumbuh, 24 Februari 2015.
4
Wawancara Pribadi dengan Syafri. Pengurus Masjid Nurul Huda Payonibung.
Payakumbuh, 27 Februari 2015.
71

Tabel 4.3

Kiblat Masjid yang Diukur Menggunakan Kompas

No Nama Masjid Alamat Cara Keakuratan


Ukur
1 Muslimin Jl. Arisun No. 24 Labuh Kompas -3º
Baru
2 Baitussalam Jl. Mentilau Rt 02/03 Koto Kompas Akurat
Baru
3 An-Nur Jl. Jend Sudirman Balai Kompas +6º
Baru, Koto Nan Gadang
4 Masjid Raya Balai Gadang, Koto Nan Kompas Akurat
Gadang
5 Muslimin Jl. Jend Sudirman Balai Kompas Akurat
Cacang
6 Arsyad Jl. Jend Sudirman No. 48 Kompas -7º
Nan Kodok
7 Nurul Jannah Jl. Jend Sudirman Kompas +4º
Payolinyam
8 Baiturrahman Jl. K.H. Ahmad Dahlan Kompas +6º
Tanjung Anau
9 Al-Mutawahidah Jl. Camar Rt 01/01 Talawi Kompas -4º
10 Nurul Huda Jl. K.H. Ahmad Dahlan Kompas Akurat
Payonibung
11 Al-Husna Tambago Kompas +8º
12 Syuhada Jl. Pejuang No. 45 Rt Kompas +14º
01/01Balai Jariang
13 Baiturrahim Jl. R.A. Kartini Padang Kompas -6º
Kaduduk
14 Muhsinin Jl. Manunggal Rt 02/02 Kompas Akurat dalam
Tarok Toleransi
15 Asy-Syifa’ Jl. Kesehatan Rt 02/02 Balai Kompas Akurat
Kaliki
16 Hidayah Jl. Tanmalaka Rt 01/01 Kompas +5º
Napar
17 Amaliyah Jl. Jend Sudirman Muaro Kompas -7º
18 Nurul Huda Jl. Jeruk Kompas Akurat
Kubu Gadang
72

Bagi masjid yang diukur menggunakan bayang-bayang matahari pada saat

peristiwa Rashdul Kiblat terdapat 4 masjid. 2 masjid tergolong akurat dan 2

masjid lainnya tidak akurat. Lihat tabel dibawah ini:

Tabel 4.4

Kiblat Masjid yang Diukur Menggunakan Bayang-bayang Matahari

No Nama Masjid Alamat Cara Keakuratan


Ukur
1 Baitul Mukmin Jl. Piobang Rt 02/01 Labuh Bayangan Akurat
Baru Matahari
2 Ansharullah Jl. Jend Sudirman No. 16 Bayangan Akurat
Koto Baru Matahari
3 Al-Muttaqin Jl. R.A. Kartini Rt 01/01 Bayangan -9º
Cubadak Air Matahari
4 Al-Muqarrabin Jl. Tanmalaka Rt 02/02 Bayangan +8º
Bunian Matahari

Berdasarkan hasil wawancara dengan bapak Firman Wazri selaku salah

satu pengurus masjid Ansharullah diatas, pada awalnya kiblat masjid Ansharullah

tidak tepat, sehingga dilakukan pengukuran oleh Departemen Agama Kota

Payakumbuh dengan menggunakan alat bantu kompas. Kemudian berdasarkan

surat himbauan dari Badan Hisab Rukyat (BHR) yang ada di Kemenag Kota

Payakumbuh untuk seluruh pengurus masjid bahwa pada tanggal 27 atau 28 Mei

pada pukul 16.18 WIB atau setiap tanggal 15 atau 16 Juli pada pukul 16.27 WIB

kita bisa melihat sendiri bayangan matahari akan menghadap arah kiblat. Maka

berdasarkan himbauan tersebut pengurus masjid Ansharullah melakukan kembali


73

pengukuran arah kiblat menggunakan bayangan matahari pada tanggal-tanggal

tersebut, sehingga di dapatlah kiblat masjid Ansharullah seperti adanya sekarang.5

Masjid yang diukur menggunakan perkiraan arah Barat dengan patokan

matahari terbenam sebanyak 3 masjid, satu diantaranya memiliki kiblat yang

akurat dan selebihnya tidak akurat. Perhatikan tabel dibawah ini:

Tabel 4.5

Kiblat Masjid yang Diukur Menggunakan Perkiraan Arah Barat

No Nama Masjid Alamat Cara Keakuratan


Ukur
1 Istiqamah Jl. Jend Sudirman Kaning Perkiraan -29º
Bukit Arah
Barat
2 Baitul Hikmah Jl. Tanmalaka Rt 01/02 Perkiraan Akurat
Bunian Arah
Barat
3 Ihsan Jl. Dewi Sartika Rt 02/01 Perkiraan +6º
Arah
Barat

Berdasarkan tabel 4.5 di atas, satu masjid yang akurat arah kiblatnya yaitu

masjid Baitul Hikmah diperkirakan pengukuran arah kiblatnya dilakukan pada

sekitar bulan Juni, karena berdasarkan gerakan semu matahari tahunan pada

tanggal 21 Juni merupakan deklinasi matahari maksimal, yaitu deklinasi matahari

sebesar (+) 23º 30’ dari arah Barat ke arah Utara sehingga hampir bertepatan

denga arah kiblat untuk masjid Baitul Hikmah yaitu 24º 18’. Masjid yang arah

kiblatnya +6º juga diperkirakan bahwa pengukuran arah kiblatnya dilakukan

sekitar bulan Juni, tetapi terdapat kelebihan sebesar 6º. Sedangkan masjid yang

5
Wawancara Pribadi dengan Firman Wazri. Pengurus Masjid Ansharullah. Payakumbuh,
27 Februari 2015.
74

arah kiblatnya menyimpang -29º diperkirakan pengukuran arah kiblatnya

dilakukan sekitar tanggal 8 Maret atau 6 Oktober karena berdasarkan data

deklinasi pokok matahari, pada tanggal tersebut deklinasi matahari adalah -5º dan

hampir berdekatan dengan arah kiblat masjid Istiqamah sekarang ini.

Adapun mushalla yang dalam penentuan arah kiblatnya menggunakan

kompas terdiri dari 40 mushalla. Dari tabel di bawah ini dapat dilihat bahwa yang

tepat arah kiblatnya hanya 9 mushalla atau 22.5%, yang akurat karena diberi

angka toleransi ada 2 mushalla atau 5%, sedangkan yang tidak tepat arah

kiblatnya sebanyak 29 mushalla atau 72.5%.

Kalau kita lihat dari data di atas, mushalla yang dalam penentuan arah

kiblatnya menggunakan alat ukur kompas sebagian besar arah kiblatnya tidak

akurat yaitu sebesar 72.5%. Hal ini mengindikasikan bahwa pengukuran arah

kiblat menggunakan kompas tanpa dibantu dengan data koreksi magnetik dan

tanpa penghitungan untuk menentukan sudut kiblatnya mempunyai resiko besar

terhadap keakuratan arah kiblat. Perhatikan tabel dibawah ini:

Tabel 4.6

Kiblat Mushalla yang Diukur Menggunakan Kompas

No Nama Mushalla Alamat Cara Keakuratan


Ukur
1 Batirai Jl. R.A. Kartini Rt 02/02 Kompas +2º
Nan Kodok
2 Nurul Hidayah Jl. Jnd Sudirman Rt 01/02 Kompas Akurat
Payolinyam
3 Sumua Tobiang Jl. R.A. Kartini Nan Kompas -20º
Kodok
4 Al-Muhajirin Jl. R.A. Kartini Nan Kompas -8º
Kodok Rt 02/02
5 Darul Hikmah Jl. R.A. Kartini Cubadak Kompas -6º
Air
75

6 Al-Ishlah Jl. Tanmalaka Tarok Kompas +10º


7 Taslim Balai Gurun Rt 02/02 Kompas -4º
8 Miftahul Falah Jl. Tanmalaka Napar Kompas +7º
9 Amanah Tabek Taluak Napar Kompas +10º
10 Ibnusina Jl. Pemuda No. 14 Koto Kompas Akurat
Baru
11 Mardhatillah Jl. Ade Irma Suryani Rt Kompas +15º
01/01 Labuh Baru
12 Jambu Balai Gadang Kompas Akurat
13 Pandam Balai Gadang Kompas +4º
14 Mejan Balai Gadang Kompas Akurat
15 Arruhamak Balai Kaliki Kompas Akurat
16 Nurul Falah Jl. Tengah Rt 01/02 Balai Kompas Akurat
Gurun
17 Ikhlas Jl. Rajawali Tarok Kompas +3º
18 Hikmah Jl. Dewi Sartika Rt Kompas +2º
01/01Taruko
19 Al-Rahma Jl. K.H. Ahmad Dahlan Rt Kompas +23º
02/02 Payonibung
20 Darul Muhajirin Padang Kaduduk Kompas Akurat
21 Al-Ikhlas Jl. R.A. Kartini Kompas -14º
Perumahan Cikasimi
Cubadak Air
22 Ikhlas Jl. Ikhlas Pasir Kompas Akurat
23 Pulai Balai Gurun Kompas -7º
24 Darul Hikmah Balai Gurun Rt 02/02 Kompas Akurat
25 Bingkuang Jl. Surau Bingkuang RT Kompas -4º
01/01 Balai Cacang
26 Solok Jl. Jend Sudirman Balai Kompas -8º
Cacang Rt 01/02
27 Nurul Falah Tanjung Anau Kompas +4º
28 Nurul Yaqin Jl. K.H. Ahmad Dahlan Rt Kompas +4º
01/02 Balai Betung
29 Al-Munawarah Jl. Kiwi Rt 03/04 Koto Kompas Akurat dalam
Baru BJ toleransi
30 Darul Huda Tanjung Anau Rt 04/01 Kompas -5º
31 An-Nur Jl. Jend Sudirman Nan Kompas -7º
Kodok
32 Cibodak Balai Kaliki Kompas -5º
33 Baiturrahman Padang Kaduduk Rt 01/02 Kompas +16º
34 Rao-rao Jl. Arisun Labuah Baru Kompas +11º
35 Jamiatul Hujjaj Jl. Rasuna Said No. 50 Kompas +5º
Kubu Gadang
76

36 Al-Hijrah Jl. Jend Sudirman Kaning Kompas -16º


Bukit
37 Kantor Camat Jl. Gelatik Padang Kompas Akurat dalam
Kaduduk toleransi
38 Ambacang Jl. Camar Rt 01/01 Talawi Kompas -12º
39 Tawaqqal Jl. Camar Rt 01/01 Talawi Kompas -4º
40 Al-Muttaqin Jl. K.H. Ahmad Dahlan Rt Kompas -3º
02/02 Talawi

Mushalla yang diukur menggunakan perkiraan arah Barat dengan patokan

matahari terbenam sebanyak 7 mushalla dan tidak ada satupun arah kiblatnya

yang akurat. Perhatikan tabel berikut:

Tabel 4.7

Kiblat Mushalla yang Diukur Menggunakan Perkiraan Arah Barat

No Nama Mushalla Alamat Cara Keakuratan


Ukur
1 Muslim Tambago Perkiraan -18º
Arah Barat
2 Nurul Iman Balai Gurun Perkiraan +4º
Arah Barat
3 Tigo Dusun Jl. K.H. Ahmad Balai Perkiraan -16º
Betung Arah Barat
4 Gonjong Jl. Kenanga Napar Perkiraan +5º
Arah Barat
5 Baru Jl. Camar Rt 01/01 Perkiraan -19º
Talawi Arah Barat
6 Ampalu Jl. Camar Rt 01/01 Perkiraan -24º
Talawi Arah Barat
7 Nurul Iman Jl. K.H. Ahmad Dahlan Perkiraan -21º
Rt 01/01 Talawi Arah Barat

Berdasarkan tabel di atas jika hasil pengukuran arah kiblatnya

dihubungkan dengan data deklinasi pokok matahari maka dapat diperkirakan

bahwa mushalla Nurul Iman kelurahan Balai Gurun dan mushalla Gonjong diukur

sekitar bulan Juni, mushalla Muslim, mushalla Baru dan Nurul Iman kelurahan
77

Talawi diukur pada tanggal 4 April dan 10 September, mushalla Ampalu diukur

sekitar bulam Maret, dan mushalla tigo dusun diukur arah kiblatnya sekitar

tanggal 16 April atau 28 September.

Tabel dibawah ini merupakan satu mushalla yang dalam penentuan arah

kiblatnya menggunakan bayang-bayang matahari pada saat matahari tepat berada

di zenith Ka’bah atau disebut juga dengan rashdul kiblat dan memiliki arah kiblat

yang akurat.

Tabel 4.8

Kiblat Mushalla yang Diukur Menggunakan Bayang-bayang Matahari

No Nama Mushalla Alamat Cara Keakuratan


Ukur
1 Pincuran Sabil Jl. Perjuangan Rt 01/02 Bayangan Akurat
Balai Jariang Matahari

Berikut adalah mushalla yang dalam penentuan arah kiblatnya

menggunakan software arah kiblat yang di download dan dijalankan melalui hand

phone. Berdasarkan hasil wawancara dengan Jefriandi sebagai pengurus mushalla

ini, ketika awal pengukuran arah kiblat menggunakan software ini beliau sudah

meletakkan patokan arah kiblatnya agar disesuaikan dengan bangunan mushalla

nantiknya, tapi ketika fondasi mushalla sudah dibuat ternyata terjadi pergeseran

patokan yang telah beliau tetapkan dari awal. Sehingga bangunan mushalla dan

arah kiblat tidak sesuai dengan hasil pengukurannya di awal.6 Perhatikan tabel

dibawah:

6
Wawancara Pribadi dengan Jefriandi. Pengurus Mushalla Baitul Jannah. Payakumbuh,
17 Februari 2015.
78

Tabel 4.9

Kiblat Mushalla yang Diukur Menggunakan Software Kiblat

No Nama Mushalla Alamat Cara Keakuratan


Ukur
1 Mftahul Jannah Jl. Jend Sudirman Muaro Software -5º
Kiblat

Selanjutnya adalah mushalla yang dalam penentuan arah kiblatnya hanya

berpatokan pada bangunan masjid di sekelilingnya. Terdapat satu mushalla dan

arah kiblatnya tidak akurat sebagaimana tercantum pada tabel dibawah ini:

Tabel 4.10

Kiblat Mushalla yang Diukur Menggunakan Patokan Bangunan Masjid

No Nama Mushalla Alamat Cara Keakuratan


Ukur
1 Nurul Huda Nan Kodok Rt 02/02 Bangunan -21º
Masjid

Berdasarkan pemaparan data-data diatas dapat di ambil kesimpulan bahwa

masyarakat dalam menentukan arah kiblat masjid dan mushallah di wilayah

Kecamatan Payakumbuh Utara pada umumnya menggunakan metode taqribi yaitu

metode yang menggunakan acuan perkiraan. Hal ini disebabkan karena

masyarakat tidak mengerti dengan cara pengukuran menggunakan metode tahqiqi

yang bisa menentukan arah kiblat dengan benar dan akurat sehingga masyarakat

beranggapan bahwa cukup dengan menggunakan cara dan alat-alat yang gampang

dan sederhana saja, yang penting hati tertuju pada Allah di saat melaksanakan

shalat.
79

C. Keakuratan Arah Kiblat Masjid dan Mushalla di Kecamatan

Payakumbuh Utara

Tingkat Akurasi dalam praktik pengukuran arah kiblat ditentukan oleh

bagaimana caranya menggunakan metode taqribi maupun tahqiqi sesuai dengan

prosedur yang baik. Hal ini demi meminimalisir kelemahan pada masing-masing

metode tersebut. Untuk menganalisis konsep arah kiblat ini, sesuai dengan hasil

perhitungan yang penulis lakukan sebelumnya bahwa arah kiblat tiap kelurahan

yang ada di Kecamatan Payakumbuh Utara adalah 24º dari arah Barat ke arah

Utara. Sehingga penulis menemukan sebagian masjid dan mushalla yang akurat

dan juga yang tidak akurat.

Dari hasil penelitian lapangan yang dilakukan terhadap 25 masjid dan 50

mushalla yang berada di wilayah Kecamatan Payakumbuh Utara, hanya 9 masjid

saja atau 36% yang tepat arah kiblatnya yakni masjid Ansharullah, masjid

Baitussalam, Baitul Mukmin, Muslimin, Masjid Raya, Nurul Huda kelurahan

Payonibung, Baitul Hikmah, Asy-Syifa’, dan Nurul Huda kelurahan Kubu

Gadang. Sedangkan dari 50 mushalla yang ada di Kecamatan Payakumbuh Utara,

jumlah mushalla yang tepat arah kiblatnya hanya 10 mushalla atau 20% yaitu

mushalla Nurul Hidayah, Ibnusina, Jambu, Mejan, Arruhamak, Nurul Falah,

Darul Muhajirin, Ikhlas, Darul Hikmah, dan Pincuran Sabil. Perhatikan tabel di

bawah ini:

Tabel 4.11

Arah Kiblat Masjid yang Akurat

No Nama Masjid Alamat Keakuratan


1 Ansharullah Jl. Jend Sudirman No. 16 Koto Baru Akurat
80

2 Baitussalam Jl. Mentilau Rt 02/03 Koto Baru Akurat


3 Baitul Mukmin Jl. Piobang Rt 02/01 Labuh Baru Akurat
4 Muslimin Jl. Jend Sudirman Balai Cacang Akurat
5 Masjid Raya Balai Gadang Koto Nan Gadang Akurat
6 Nurul Huda Jl. K.H. Ahmad Dahlan Payonibung Akurat
7 Baitul Hikmah Jl. Tanmalaka Rt 01/02 Bunian Akurat
8 Asy-Syifa’ Jl. Kesehatan Rt 02/02 Balai Kaliki Akurat
9 Nurul Huda Jl. Jeruk Kubu Gadang Akurat

Tabel 4.12

Arah Kiblat Mushalla yang Akurat

No Nama Mushalla Alamat Keakuratan


1 Nurul Hidayah Jl. Jnd Sudirman Rt 01/02 Akurat
Payolinyam
2 Ibnusina Jl. Pemuda No. 14 Koto Baru Akurat
3 Jambu Balai Gadang Akurat
4 Mejan Balai Gadang Akurat
5 Arruhamak Balai Kaliki Akurat
6 Nurul Falah Jl. Tengah Rt 01/02 Balai Gurun Akurat
7 Darul Muhajirin Padang Kaduduk Akurat
8 Ikhlas Jl. Ikhlas Pasir Akurat
9 Darul Hikmah Balai Gurun Rt 02/02 Akurat
10 Pincuran Sabil Jl. Perjuangan Rt 01/02 Balai Jariang Akurat

Setelah melakukan penghitungan arah kiblat menggunakan rumus Ilmu

Ukur Segitiga Bola seperti yang telah disebutkan di atas, maka diketahui arah

kiblat untuk wilayah Kecamatan Payakumbuh Utara adalah sebesar 24º di ukur

dari arah Barat ke arah Utara. Masjid dan mushalla yang tidak akurat arah

kiblatnya itu mempunyai sudut deviasi, yaitu sudut yang menyimpang dari angka

yang telah ditentukan sebesar 24º dari arah Barat ke arah Utara. Sudut

penyimpangan ini dapat terjadi kurang dari angka yang telah ditentukan ataupun

lebih dari angka yang telah ditentukan.


81

Berdasarkan pengelompokan derajat deviasi (penyimpangan) arah kiblat

dikelompokkan ke dalam dua kategori, yaitu:

a. Negatif atau minus (-) apabila arah kiblat masjid atau mushalla kurang ke

Utara dari hasil hitungan akurasi arah kiblat yang semestinya dari Barat

24º ke Utara.

b. Positif atau plus (+) apabila arah kiblat masjid atau mushalla melebihi ke

Utara dari hasil hitungan akurasi arah kiblat yang semestinya dari Barat

24º ke Utara.

Adapun masjid yang tidak akurat arah kiblatnya sebanyak 16 masjid

(64%) yang terdiri dari keakuratannya kurang (-) ke Utara sebanyak 8 masjid

(32%) dan masjid yang keakuratannya lebih (+) ke Utara sebanyak 8 masjid

(32%). Lihat tabel di bawah ini:

Tabel 4.13

Masjid yang Deviasi Minus (-) ke Utara

No Nama Alamat Cara Hasil Deviasi


Masjid Ukur Ukur
1 Muslimin Jl. Arisun No. 24 Labuh Kompas 21º -3º
Baru
2 Istiqamah Jl. Jend Sudirman Perkiraan -5º -29º
Kaning Bukit Arah Barat
3 Arsyad Jl. Jend Sudirman No. Kompas 17º -7º
48 Nan Kodok
4 Al- Jl. Camar Rt 01/01 Kompas 20º -4º
Mutawahidah Talawi
5 Al-Muttaqin Jl. R.A. Kartini Rt 01/01 Bayangan 15º -9º
Cubadak Air Matahari
6 Baiturrahim Jl. R.A. Kartini Padang Kompas 18º -6º
Kaduduk
7 Muhsinin Jl. Manunggal Rt 02/02 Kompas 23º -1º
Tarok
8 Amaliyah Jl. Jend Sudirman Muaro Kompas 17º -7º
82

Tabel 4.14
Masjid yang Deviasi Plus (+) ke Utara

No Nama Masjid Alamat Cara Hasil Deviasi


Ukur Ukur
1 An-Nur Jl. Jend Sudirman Balai Kompas 30º +6º
Baru, Koto Nan Gadang
2 Nurul Jannah Jl. Jend Sudirman Kompas 28º +4º
Payolinyam
3 Baiturrahman Jl. K.H. Ahmad Dahlan Kompas 30º +6º
Tanjung Anau
4 Al-Husna Tambago Kompas 32º +8º
5 Syuhada Jl. Pejuang No. 45 Rt Kompas 38º +14º
01/01Balai Jariang
6 Al- Jl. Tanmalaka Rt 02/02 Bayangan 32º +8º
Muqarrabin Bunian Matahari
7 Hidayah Jl. Tanmalaka Rt 01/01 Kompas 29º +5º
Napar
8 Ihsan Jl. Dewi Sartika Rt 02/01 Perkiraan 30º +6º
Arah Barat

Sedangkan mushalla yang tidak akurat arah kiblatnya sebanyak 40

mushalla (80%) yang terdiri dari keakuratannya kurang (-) ke Utara sebanyak 22

masjid (44%) dan mushalla yang keakuratannya lebih (+) ke Utara sebanyak 18

mushalla (36%) sebagaimana tercantum dalam tabel di bawah ini:

Tabel 4.15

Mushalla yang Deviasi Minus (-) ke Utara

No Nama Alamat Cara Hasil Deviasi


Mushalla Ukur Ukur
1 Sumua Tobiang Jl. R.A. Kartini Nan Kompas 4º -20º
Kodok
2 Al-Muhajirin Jl. R.A. Kartini Nan Kompas 16º -8º
Kodok Rt 02/02
3 Darul Hikmah Jl. R.A. Kartini Kompas 18º -6º
Cubadak Air
4 Taslim Balai Gurun Rt 02/02 Kompas 20º -4º
5 Miftahul Jl. Jen Sudirman Software 19º -5º
Jannah Muaro Kiblat
83

6 Muslim Tambago Perkiraan 6º -18º


Arah Barat
7 Al-Ikhlas Jl. R.A. Kartini Kompas 10º -14º
Perumahan Cikasimi
Cubadak Air
8 Pulai Balai Gurun Kompas 17º -7º
9 Solok Jl. Jend Sudirman Kompas 16º -8º
Balai Cacang Rt 01/02
10 Tigo Dusun Jl. K.H. Ahmad Balai Perkiraan 8º -16º
Betung Arah Barat
11 Darul Huda Tanjung Anau Rt Kompas 19º -5º
04/01
12 Nurul Huda Nan Kodok Rt 02/02 Bangunan 3º -21º
Masjid
13 An-Nur Jl. Jend Sudirman Nan Kompas 17º -7º
Kodok
14 Cibodak Balai Kaliki Kompas 19º -5º
15 Al-Hijrah Jl. Jend Sudirman Kompas 8º -16º
Kaning Bukit
16 Ambacang Jl. Camar Rt 01/01 Kompas 12º -12º
Talawi
17 Tawaqqal Jl. Camar Rt 01/01 Kompas 20º -4º
Talawi
18 Baru Jl. Camar Rt 01/01 Perkiraan 5º -19º
Talawi Arah Barat
19 Ampalu Jl. Camar Rt 01/01 Perkiraan 0 -24º
Talawi Arah Barat
20 Al-Muttaqin Jl. K.H. Ahmad Kompas 21º -3º
Dahlan Rt 02/02
Talawi
21 Nurul Iman Jl. K.H. Ahmad Perkiraan 3º -21º
Dahlan Rt 01/01 Arah Barat
Talawi
22 Bingkuang Jl. Surau Bingkuang Kompas 20º -4º
RT 01/01 Balai
Cacang

Dari hasil wawancara dengan pengurus mushalla Tawaqqal di Kelurahan

Talawi diketahui bahwa pengukuran arah kiblat ketika awal pembangunan di

mushalla ini dilakukan oleh Departemen Agama Kota Payakumbuh dengan

menggunakan alat bantu kompas. Selang beberapa waktu yang lalu juga sempat di
84

ukur oleh Zainal Arifin yaitu salah seorang hakim Pengadilan Tinggi Agama

Sumatera Barat ketika berkunjung ke mushalla Tawaqqal. Dari hasil pengukuran

yang dilakukannya ternyata kiblat mushalla kurang ke kanan (kurang ke Utara

beberapa derajad).7 Hal ini sesuai dengan hasil pengukuran yang penulis lakukan

yaitu arah kiblatnya kurang ke Utara 4º. Walaupun pengurus mushalla mengetahui

kekurangakuratan arah kiblatnya namun beliau tetap tidak mengubah arah kiblat

mushalla tersebut dengan pemikiran bahwa selisihnya hanya sedikit.

Pemahaman pengurus mushalla seperti halnya diatas mengindikasikan

bahwa pengetahuan tentang arah kiblat tidak sampai kepada pengurus mushallah,

padahal melenceng 1º saja bisa melencengkan arah sekitar 100 kilo meter dari

posisi Ka’bah.

Tabel 4.16

Mushalla yang Deviasi Plus (+) ke Utara

No Nama Alamat Cara Hasil Deviasi


Mushalla Ukur Ukur
1 Batirai Jl. R.A. Kartini Rt Kompas 26º +2º
02/02 Nan Kodok
2 Al-Ishlah Jl. Tanmalaka Tarok Kompas 34º +10º
3 Miftahul Falah Jl. Tanmalaka Napar Kompas 31º +7º
4 Amanah Tabek Taluak Napar Kompas 34º +10º
5 Mardhatillah Jl. Ade Irma Suryani Kompas 39º +15º
Rt 01/01 Labuh Baru
6 Pandam Balai Gadang Kompas 28º +4º
7 Ikhlas Jl. Rajawali Tarok Kompas 27º +3º
8 Hikmah Jl. Dewi Sartika Rt Kompas 26º +2º
01/01Taruko
9 Al-Rahma Jl. K.H. Ahmad Kompas 47º +23º
Dahlan Rt 02/02
Payonibung

7
Wawancara Pribadi dengan Yulasmid. Pengurus Mushalla Tawaqqal. Payakumbuh, 25
Februari 2015.
85

10 Nurul Iman Balai Gurun Perkiraan 24º +4º


Arah Barat
11 Nurul Falah Tanjung Anau Kompas 28º +4º
12 Nurul Yaqin Jl. K.H. Ahmad Kompas 28º +4º
Dahlan Rt 01/02 Balai
Betung
13 Al-Munawarah Jl. Kiwi Rt 03/04 Koto Kompas 25º +1º
Baru BJ
14 Baiturrahman Padang Kaduduk Rt Kompas 40º +16º
01/02
15 Gonjong Jl. Kenanga Napar Perkiraan 29º +5º
Arah Barat
16 Rao-rao Jl. Arisun Labuah Kompas 35º +11º
Baru
17 Jamiatul Hujjaj Jl. Rasuna Said No. 50 Kompas 29º +5º
Kubu Gadang
18 Kantor Camat Jl. Gelatik Padang Kompas 25º +1º
Kaduduk

Dalam tabel di bawah ini akan dijelaskan bahwa masjid yang paling tinggi

penyimpangannya adalah masjid Istiqamah (-29º) untuk kategori kurang (-) ke

Utara dan penyimpangan tertinggi untuk kategori lebih (+) ke Utara adalah masjid

Syuhada (+14º).

Tabel 4.17

Masjid yang Penyimpangan Arah Kiblatnya Paling Tinggi

No Nama Masjid Alamat Keakuratan


1 Istiqamah Jl. Jend Sudirman Kaning Bukit -29º
2 Syuhada Jl. Pejuang No. 45 Rt 01/01Balai Jariang +14º

Sedangkan mushalla yang tertinggi penyimpangan untuk kategori kurang

(-) ke Utara adalah mushalla Ampalu (-24º) dan untuk kategori lebih (+) ke Utara

adalah mushalla Al-Rahma (+23º). Lihat tabel di bawah:


86

Tabel 4.18

Mushalla yang Penyimpangan Arah Kiblatnya Paling Tinggi

No Nama Alamat Keakuratan


Mushalla
1 Ampalu Jl. Camar Rt 01/01 Talawi -24º
2 Al-Rahma Jl. K.H. Ahmad Dahlan Rt 02/02 +23º
Payonibung

Dalam pengukuran arah kiblat ini peneliti memberikan angka toleransi

terhadap keakuratan arah kiblat sebanyak +1º dan -1º. Peneliti menganggap bahwa

kisaran +1º dan -1º merupakan angka penggenapan terkecil dan secara faktual

kisaran angka ini tidak terlalu jauh penyimpangannya. Penggenapan sebanyak +1º

dan -1º ini juga bertujuan untuk memberikan kelonggaran terhadap kemungkinan-

kemungkinan yang bisa terjadi seperti halnya human error, yaitu kesalahan yang

dilakukan seseorang yang bisa diakibatkan karena faktor kondisi fisik lingkungan

yang tidak mendukung.

Apabila diberikan toleransi keakuratan arah kiblat terhadap masjid dan

mushalla sebanyak +1º dan -1º, artinya masjid dan mushalla ini dianggap tepat

arah kiblatnya. Adapun masjid dan mushalla yang dikategorikan akurat

berdasarkan toleransi adalah sebagai berikut:

Tabel 4.19

Toleransi Keakuratan Arah Kiblat Masjid

No Nama Masjid Alamat Keakuratan


1 Muhsinin Jl. Manunggal Rt 02/02 Tarok Akurat dalam toleransi
87

Tabel 4.20

Toleransi Keakuratan Arah Kiblat Mushalla

No Nama Alamat Keakuratan


Mushalla
1 Al-Munawarah Jl. Kiwi Rt 03/04 Akurat dalam toleransi
Koto Baru Balai Janggo
2 Kantor Camat Jl. Gelatik Padang Kaduduk Akurat dalam toleransi

Apabila jumlah masjid dan mushalla yang sudah ditoleril dikeluarkan dari

kategori masjid dan mushalla yang menyimpang arah kiblatnya, ternyata

perubahannya tidak terlalu signifikan. Jumlah masjid yang menyimpang arah

kiblatnya sebanyak 15 masjid atau 60%, sedangkan jumlah mushalla yang

menyimpang arah kiblatnya sebanyak 38 mushalla atau 76%.


BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan pemaparan dan pembahasan tentang akurasi arah kiblat pada

bab-bab sebelumnya, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Masyarakat di wilayah Kecamatan Payakumbuh Utara dalam menentukan

arah kiblat masjid dan mushalla menggunakan metode taqribi, yaitu

metode yang menggunakan acuan perkiraan dengan alat bantu pengukuran

yang bervariasi, yaitu dari 25 masjid yang diteliti, masjid yang

menggunakan kompas sebanyak 18 masjid atau 72%, menggunakan

bayang-banyang matahari sebanyak 4 masjid atau 16%, dan menggunakan

perkiraan arah Barat sebanyak 3 masjid atau 12%. Sedangkan dari 50

mushalla yang dijadikan sampel, sebanyak 40 mushalla atau 80%

menggunakan kompas, 7 mushalla atau 14% menggunakan perkiraan arah

Barat, 1 mushalla atau 2% menggunakan bayang-bayang matahari, 1

mushalla atau 2% menggunakan software kiblat, dan 1 mushalla atau 2%

hanya berpatokan pada bangunan masjid disekitarnya tanpa dilakukan

pengukuran terlebih dahulu. Dari sini terlihat bahwa masyarakat dalam

pengukuran arah kiblat di wilayah Kecamatan Payakumbuh Utara pada

umumnya menggunakan alat bantu kompas.

2. Mayoritas arah kiblat masjid dan mushalla di wilayah Kecamatan

Payakumbuh Utara tidak akurat, walaupun dalam penelitian ini telah

88
89

diberikan angka toleransi penyimpangan sebesar -1º dan +1º dari arah

yang telah ditentukan yakni 24º dari arah Barat ke arah Utara. Dari 25

masjid hanya 9 masjid atau 36% yang akurat, 1 masjid atau 4% ditoleransi

ketepatan arah kiblatnya, dan 15 masjid atau 60% tidak akurat. Sedangan

dari 50 mushalla yang dijadikan sampel, hanya 10 mushalla atau 20%

yang akurat, 2 mushalla atau 4% ditoleransi keakuratan arah kiblatnya, dan

38 mushalla atau 76% tidak akurat.

Berdasarkan alat bantu pengukuran, dari 18 masjid yang menggunakan

alat bantu kompas, hanya 6 masjid atau 33% yang akurat, 1 masjid atau

6% akurat karena toleransi dan 11 masjid atau 61% tidak akurat.

Sedangkan dari 40 mushalla hanya 9 atau 22.5% yang akurat, 2 mushalla

atau 5% ditoleransi dan 29 mushalla atau 72.5% tidak akurat.

Menggunakan bayang-bayang matahari pada saat peristiwa Rashdul Kiblat

ada 4 masjid, 2 akurat dan 2 lainnya tidak akurat. Sedangkan hanya satu

mushalla yang menggunakan rashdul kiblat dan memiliki arah kiblat yang

akurat. Menggunakan perkiraan arah Barat dengan patokan matahari

terbenam ada 3 masjid dan 7 mushalla, satu masjid diantaranya akurat dan

selebihnya tidak akurat, dan mushalla tidak ada satupun arah kiblatnya

yang akurat, serta terdapat satu mushalla menggunakan software arah

kiblat dan satu mushalla perpatokan pada bangunan masjid di

sekelilingnya namun mempunyai kiblat yang tidak akurat.


90

B. Saran-saran

Dalam bagian akhir skripsi ini, penulis ingin memberikan saran-saran yang

berhubungan dengan keakuratan arah kiblat kepada pihak-pihak terkait:

1. Kepada Kementrian Agama Republik Indonesia yang dalam hal ini

merupakan salah satu lembaga yang menangani tentang hisab rukyat,

hendaknya membuat ketentuan resmi yang seragam dalam mengatur cara

pengukuran arah kiblat masjid di Indonesia serta cara perhitungan arah

kiblat dan bagaimana cara melakukan pengukuran di lapangan. Dan juga

mengadakan pelatihan-pelatihan kepada pegawai Departemen Agama

mengenai pengukuran arah kiblat.

2. Kepada Departemen Agama Kanwil Kota Payakumbuh khususnya dan

juga Kanwil-Kanwil lain pada umumnya, hendaklah mempraktekkan

penerapan perhitungan falakiyah dalam menentukan arah kiblat dan

hendaknya memberikan petunjuk secara langsung, yaitu dengan turun

langsung ke lapangan pada waktu pengukuran arah kiblat masjid ataupun

mushalla.

3. Kepada pengurus masjid dan mushalla jika ragu akan ketepatan arah

kiblatnya, diharapkan bertanya kepada lembaga-lembaga yang kiranya

dapat diminta sarannya dalam menentukan arah kiblat seperti Kantor

Urusan Agama atau Departemen Agama yang berada di wilayah masing-

masing.
91

4. Kepada masyarakat hendaklah memperhatikan arah kiblat masjid atau

mushalla, karena dengan keakuratan arah kiblat akan membuat

kesempurnaan dalam beribadah.

5. Untuk Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

khususnya jurusan Peradilan Agama, agar selalu meningkatkan kualitas

pengajaran mengenai ilmu falak yang salah satunya mengenai arah kiblat.

Dan juga menyediakan fasilitas yang kiranya bisa mendukung kegiatan

pembelajaran sehingga mahasiswa mudah memahaminya.


DAFTAR PUSTAKA

Al-Qur’an dan Terjemahan.

Al-Bukhari, Muhammad bin Isma’il bin Ibrahim bin al-Mughirah. Shahih al-
Bukhari, Jilid.I. al-Qahirah: Dar al-Sya’ab, 1987.

Al-Jaziri, Abdurrahman. Al-Fiqhu „ala Madzhahibil Arba‟ati. al-Qahirah: Darul


Hadits, 2004.

Al-Naisaburi, Abu Husain Muslim bin Hujjaj bin Muslim al-Qusyairi. Shahih
Muslim, Juz II. Beirut: Dar Afaq al-Jadidah, t.th.

Amriani, Nurnaningsih. Mediasi: Alternatif Penyelesaian Sengketa Perdata di


Pengadilan, cet.I. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2011.

Ar-Rifa’i, Muhammad Nasib. Taisiru al-Aliyyu Qadir li Ikhtishari Tafsir Ibnu


Katsir. Penerjemah Shihabuddin. Jakarta: Gema Insani, 1999.

Ash-Shabuny, Muhammad Ali. Tafsir Tematik Surat Al-Baqarah-Al-An‟am, cet.I.


Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2000.

Azzam, Abdul Aziz Muhammad dan Abdul Wahhab Sayyed Hawas. Fiqih
Ibadah. Penerjemah Kamran As’at Irsyady, dkk. cet.2. Jakarta: Amzah,
2010.

Depag. Almanak Hisab Rukyat. Jakarta: Proyek Pembinaan Badan Peradilan


Agama. 1998.

Depag. Pedoman Penentuan Arah Kiblat. Jakarta: Proyek Pembinaan Badan


Peradilan Agama, 1994.

Direktorat Jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama Islam Direktorat Pembinaan


Badan Peradilan Agama. Pedoman Penentuan Arah Kiblat. Jakarta: 1995.

Eliade, Mircea. The Encyclopedia of Religion, volume.VII. New York: Macmillan


Library Reference USA, 1993.

Indrawadi. Kecamatan Payakumbuh Utara dalam Angka 2014. Payakumbuh:


Badan Pusat Statistik Kota Payakumbuh, 2014.

Izzuddin, Ahmad. Fiqih Hisab Rukyah di Indonesia: Upaya penyatuan Mazhab


Hisab. Yogyakarta: Logung Pustaka, 2003.

Jamil, A. Ilmu Falak Teori dan Aplikasih. Jakarta: Amzah, 2009.


92
93

Koentjaraningrat, Metode-metode Penelitian Masyarakat. Jakarta: PT Gramedia,


1985.

Majelis Ulama Indonesia. Himpunan Fatwa MUI sejak 1975. Jakarta: Penerbit
Erlangga, 2011.

Maskufa. Ilmu Falak, cet.II. Jakarta: Gaung Persada Press, 2010.

Miswari, Zuhairi. Mekkah Kota Suci, Kekuasaan, dan Teladan Ibrahim, cet.II.
Jakarta: PT. Kompas Media Nusantara, 2009.

Mudhor, Atabik Ali Ahmad Zuhdi. Kamus al-Ashri, cet.IV. Yogyakarta: Multi
Karya Grafika, 1998.

Munawwir, Ahmad Warson. Kamus al-Munawwir Arab-Indonesia. Yogyakarta:


Pustaka Progresif, 1984.

Murtadho, Moh. Ilmu Falak Praktis. Malang: UIN Malang Press, 2008.

Muslim, Shahih Muslim. Maktabah Syamilah, No Hadits: 395, Juz.II.

Perpustakaan Nasional. Ensiklopedi Islam, cet.V. Jakarta: PT Ichtiar Baru van


Hoeve, 1999.

Salim, Peter dan Yenny Salim. Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer, cet.III.
Jakarta: Modern English Press, 2002.

Setiawan, Muhammad Umar. “Perancangan Aplikasi Perhitungan Mizwala Qibla


Finder dengan Java 2 Micro Edition (J2ME) Pada Mobile Phone”.
Semarang: Skripsi IAIN Walisongo Semarang, 2013.

Shihab, M. Quraish. Tafsir Al-Misbah: Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur‟an,


cet.I. Jakarta: Lentera Hati, 2002.

Soekanto, Soerjono. Pengantar Penelitian Hukum. Jakarta: UI Press, 1984.

Sopyan, Yayan. Metode Penelitian untuk Mahasiswa Fakultas Syariah dan


Hukum. Jakarta: Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, 2009.

Sugiono. Metode Penelitian Kuantitatif dan kualitatif dan R&D, cet.VII. Jakarta:
CV. Afabeta 2009.

Supriatna, Encup. Hisab Rukyat dan Aplikasinya. Bandung: PT. Refika Aditama,
2007.
94

Surachmad, Winarno. Dasar dan Teknik Research (Pengantar Metodologi


Ilmiah). Bandung: CV. Tarsito, 1975.

Usman, Husaini, dkk. Metode Penelitian Sosial. Jakarta: Bumi Aksara, 2008.

Wafa, Sirril, dkk. “Akurasi Arah Kiblat Masjid dan Mushalla di Wilayah
Ciputat”, Laporan Penelitian. Jakarta: Fakultas Syariah dan Hukum UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta, 2002.

Yahya, Muhammad Taufiq Ali. Mekah dalam Al-Qur‟an, Hadis dan Sejarah,
Manasik Lengkap Umrah dan Haji serta doa-doanya. Jakarta: Lentera,
2007.

Yaqub, Ali Mustafa. Kiblat Antara Bangunan dan Arah Ka‟bah. Jakarta: Pustaka
Darus-Sunnah, 2010.

Sumber Internet:

Hadi Bashori, “Rashdul Kiblat dan Pro-Kontra Pelurusan Arah Kiblat”, diakses
pada 08 April 2015 dari
https://catatanhadibashori.wordpress.com/tag/arah-kiblat.

Kecamatan Payakumbuh Utara, diakses pada 15 Maret 2015 dari


http://kecamatanpayakumbuhutara.blogspot.com/.

Payakumbuh Kota, “Sejarah Kota Payakumbuh”, diakses pada 16 Maret 2015


dari ttp://payakumbuhkota.go.id/kilas-payakumbuh/sejarah-payakumbuh/.

Sumber Wawancara:

Wawancara Pribadi dengan Firman Wazri. Pengurus Masjid Ansharullah.


Payakumbuh, 27 Februari 2015.

Wawancara Pribadi dengan Jefriandi. Pengurus Mushalla Baitul Jannah.


Payakumbuh, 17 Februari 2015.

Wawancara Pribadi dengan Resfi Yendri. Kepala KUA Kecamatan Payakumbuh


Utara. Payakumbuh, 24 Februari 2015.

Wawancara Pribadi dengan Syafri. Pengurus Masjid Nurul Huda Payonibung.


Payakumbuh, 27 Februari 2015.

Wawancara Pribadi dengan Yulasmid. Pengurus Mushalla Tawaqqal.


Payakumbuh, 25 Februari 2015.
KEMtrI{TtrRIAN AGAMA
UNMRSTTAS ISLAM NEGERT (UIN)
r EE&, S YARIF' HID AYATUL LAH JAKAR'TA
%sEe m FAI(ULTAS SYARIAI.I DAN IIUI(UM
Telp. (62-2 1 ) 7 47 1 1 537, 7 401 925 F ax. (62-21 ) 7 49 1 821
Jln. lr. H. Juanda No. 95 Ciputat Jakarta 't5412, lndonesia Siebsito : lvww.uinjkt.ac.id E-mail : syar_hukuin@yahoo.com

Nomor r Jn.01, / F A / r<Nr.00.02 p ?l / 2a1,5 Jakarta, 23 Februari 2015


Lampiran
Ha1 Permohonan Data / Wawancara

Kepada Yt[
Kepala Kantor Kesatuan Bangsa dan Politik (KESBANGPOL) .i
di
Payakumbuh

/,ss al antu' al aikum Wr.INb.

Dekan Fakultas Syariah dan Hukum IJIN Syari-f Hidayatullah


Jakarta menerangkan bahwa:
Nama Daniel AJfaruqi
Nomor Pokok 1"111044L00065
Tempat/Tanggal Lahir Payakurrb uh, 21. ]anuari 1992
Semester VIII (delapan)
Junrsan/Konsentrasi SAS / f'eradilan Agama
Alamat Jl. Camal Ii.T 001 RW 001 Kelurahan Talawi
Kecamatan Payakumbuh Utara
Teip : 0831806728?-3
Adaiah benar mahasiswa FakuJ.tas Syariah dan Hukum UIN Syarif
I{idayatullah Jakarta yang sedang rnenyusun skripsi dengan judul
"Akurasi Arah Kiblat Masjid dan Mushalla di Wilayah Kecamatan
Payakumbuh LJtara"

Untuk rnelengkapi bahan penulisan skripsi, dimohon kiranya


Bapak/Ibu dapat menerima yang bersangkutan untuk wawancara serta
memperoleh data guna penulisan skripsi dimaksud.
Atas kerjasama dan bantuannya, kami ucapkan terima kasih.

lMassalatn,

kan Bidang Akademik

".r
Ama M.Ag >1
8032002 t

Ternl.usan :
1. Dekan Fakultas Syariair dan Hukurn UIN Jakarta
2. Ka / Sekprodi SAS/ Peradilarn Agama
*l
PEMERI NTAH }<OTA PAYA]<UMBUH
KAI{TOR KESATUAil BA]IGSA DAl{ POLITIK
n. Sri Rejeki No. 5 Kel. Bulakan Balai Kandi Telp/Fax. (0752) - 95713 Koh Payakumbuh 26225

REKOITIENDASI
Nomor. B.2AA| A57 lKesbang-P oYil- 20 1 E

TENTANG
IZIN UELAKSANAKAN PENELITIAN

Kami Pemerintah Kota Payakumbuh melalui Kantor Kesatuan Bangsa dan Politik berdasarkan :

Surat Pengantar : UIN Syarif Hidayatul Jakarta


Nomor : Un 01 .1t41KM.00.02122112015
Tanggal :23 Februari2015.
Perihal : lzin Penelitian
Dengan ini menyatakan tidak keberatan atas maksud melaksanakan penelitian Kota Payakumbuh yang dilakukan
oleh:
Nama : DANIEL ALFARUQI
TempaUTgl. Lahir : Payakumbuh,2l Januari 1992
Pekerjaan :Mahasiswa
Al a m at : KelurahanTalawi Kecamatan Payakumbuh Utara
Kartu ldentitas :1111044100065
No HP/Telp : 083180672823
Maksud/Tujuan : Untuk kelengkapan data dalam menyusun skipsi dengan Judul "Akurasi Arah
Kiblat Masjid Dan lllushalla di wilayah Kecamatan Payakumbuh utara"
Dosen pembimbing : 1. Kemenag Kota Payakumbuh 2. Kantor Camat Payakumbuh Utara
3. KUA Payakumbuh Utara
Waktu : 24 Februari sld24 Mei 2015
Anggota Penelitian : -
Denqan ketentuan sebasai berikut:
1. Kegiatan Penelitian I Survey / Pengambilan Data akan dilakukan setelah memperoleh persetujuan dari Dinas /
Kantor / lnstansi / otoritas lokasi yang diteliti.
2. Tidak boleh menyimpang daritujuan melaksanakan penelitian.
/ /
3. Memberitahukan melaporkan diri pada Pemerintah, Dinas Kantor setempat dan menjelaskan atas
kedatangannya serta menunjukkan surat - surat keterangan yang berhubungan dengan itu serta melaporkan
diri sebelum meninggalkan daerah / lokasi penelitian.
4. Mematuhi semua peraturan yang berlaku dan menghormati adat lstiadat serta kebijaksanaan masyarakat
setempat.
5. Mengirimkan laporan hasil karya ilmiahnya sebanyak 1 (satu) exemplar pada Walikota Payakumbuh cq Kepala
Kantor Kesatuan Bangsa dan Politik Kota Payakumbuh.
6. Apabila terjadi suatu penyimpangan/pelanggaran terhadap ketentuan - ketentuan yang tersebut di atas maka
surat keterangan / Rekomendasi ini akan dicabut kembali.
Demikianlah rekomendasi penelitian ini diberikan kepada yang bersangkutan untuk dapat dipergunakan
oleh yang berkepentingan sebagaimana mestinya.

Februari 2A15
An. KEP BANGSA DAN POLITIK
MBUH
Bangsa

WA
198503 2002

Tembusan disampaikan kepada Yth :


1. Bapak Gubernur Sumatera Barat Cq. Kaban Kesbang Pol Linmas di Padang
2. Bapak Walikota Payakumbuh di Payakumbuh (sebagai laporan)
KEMENTERIAN AGAMA
UNIVF'RSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
SYARIF HID AYATULLAH JAKARTA
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKIUM
relp. (62-21) 747 11537,7401925 Fax. 162-21) 7491821
Jln. lr. H. Juanda No. 95 Ciputat Jakafta 15412, lndonesia Website : www.uinjkt.ac.id E-mail : syar_hukuin@yahoo.r:om

Nomor U n.01, / Fa / I<M.01.3 / 9, 2- / :2015 Jal,iarta, 2'1, J anuri 2015


Lampiran
Hal Permohonan Data/ Wawancara

Kepada Yttr,
Kepala Kantor Kecamatan Payakumbuh Utara
di
Tempat

As s alamu' alaikum Wr.W .

Dekan Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah


Jakarta menerangkan bahwa:

Nama Daniel Alfaruqi


Nomor Pokok 1111044100065
Tempat/Tanggal Lahir Payakumb uh, 2L J anuar i 1992
Semester MII (delapan)
]urusan/Konsentrasi SAS / Peradilan Agama
Alamat Jl. Camar RT 001 RW 001 Kelurahan Talawi
Kecamatan Payakumbuh Utara
Telp 083180672823

Adalah benar mahasiswa Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif


HidayatullahJakarta yang sedang menyusun skripsi dengan judul:

"Akurasi Arah Kiblat Masj id ilan Mushalla ili Wilay ah Kecamatan


Payakumbuh Utara"

Untuk melengkapi bahan penulisan skripsi, dimohon kiranya


Bapak/Ibu dapat menerima yang bersangkutan urrtuk wawancara serta
memperoleh data guna penulisan skripsi dimaksud.
. Atas kerjasama dan btrntuannya, kami ucapkan l;erima kasih.
Wassalam,

Akademik

M.Ag $
97707071998032002

Tembusan :
1. Dekan Fakultas Syariah dan Hukum LIIN Jakarta
2. Ka/Sekprodi SAS/Peradilan Agama
KEMENTERIAN AGAMA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
SYARIF HIDAYATULLAH JAK,A.RTA
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKIUM
Telp. (62-21 ) 747 11537 ,7401925 Fax. (62-2'l) 7491821
Jln. lr. H. Juanda No. 95 Ciputat Jakafia 15412, lndonesia Website : www.uinjkt.ac.id E-mail : syar_hukuin@yahoo.r:om

Nomor : IJn.0'1./F4IKM.00.02 /2t-O/2015 J;rkarta, 26Januari2015


Lampiran
Hal : Permohonan Data/Wawitncara

Kepada Yth,
Kepala KUA Kec. Payakurnbuh Utara
di
Tempat

A s s al amu' al aikum Wr.W .

Dekan Fakultas Slrariah dan Hukum UINI Syarif Hidayatullah


Jakarta menerangkan barhwa :

Nama Daniel Alfaruqi


Nomor Pokok 1111044100065
Tempat/Tanggal Lahir Pay akumb uh, 2L J anuar i 1992
Semester VIII (delapan)
Jurusan/Konsentrasi SAS / Peradilan
Agama
Alamat Jl. Camar RT 001 RW 001 Kelurahan Talawi
Kecamatan Payakumbuh Utara
Telp : 083180572823

Adalah benar mahasiswa Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif


Hidayatullah Jakarta yang sedang menyusun skripsi dengan judul:

"Akurasi Arah Kiblat Masjid dan Mushalla di Vfilayah Kecamatan


Payakumbuh IJtara"

Untuk melengkapi bahan penulisan skripsi, dimohon kiranya


Bapak/Ibu dapat menerirna yang bersangkutan untuk wawancara serta
memperoleh data guna penulisan skripsi dimaksud.
Atas kerjasama dan b,anfuannya, kami ucapkan terima kasih.
.
Wassalam,

ang Akademik

a, M.Ag )A

Tembusan :
L. DekanFakultas Syariah dan Hukum IJIN Jakarta
2. Ka / Sekprodi SAS/ Peradilan Agama
KEMENTERIAN AGAMA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
SYARIF HID AYATULLAH JAKARTA
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
Telp. (62-2 1 ) 7 47 I 1 537, 7 40 1 925 F ax. (62-21 ) 7 491 821
Jln. lr. H. Juanda No. 95 Ciputat Jakarta'.|5412,lndonesia Website : www.uinjkt.ac.id E-mail ; syar_hukuin@yahoo.com

Nomor : Un.01./F4/KN1.01,.3/22q /2015 Jakarta,ZlJanuari2}ll


Lampiran
Hal : Permohonan Data/Wawancara
Kepada Yth,
Ketua DKM Masjid
di
Tempat

A ss alamu' al aikum Wr,W .

Dekan Fakultas S1'ariah dan Hukum UINI Syarif Hidayatullah


Jakarta menerangkan bahwa :

Nama Daniel Alfaruqi


Nomor Pokok 1111044100065
Tempat/Tanggal Lahir Payakumb uh, 21 J anuar i 1992
Semester VIII (delapan)
Jurusan/Konsentrasi SAS / Peradilan
Agama
Alamat Jl. Camar RT 001 RW 001 Kelurahan Talawi
Kecamatan Payakumbuh Utara
Telp : 083180672823

Adalah benar mahasiiswa Fakultas Syariah da.n Hukum UIN Syarif


Hidayatullah Jakarta yang sedang menyusun skripsi dengan judul:

" Akurasi Arah Kiblat Masj iil ilan Mushalla di l\rilay ah Kecamatan
PayakumbuhUtara"

Untuk melengkapi bahan penulisan skriprsi, dimohonkiranya


Bapak/Ibu dapat menerirna yang bersangkutan untuk wawancara serta
memperoleh data guna pe.nulisan skripsi dimaksud.
Atas kerjasama dan bantuannya, kami ucapkan terima kasih.
.
Wassalam,

Akademik

Tembusan :
L. Dekan Fakultas Syariah dan Hukum IJIN Jakarta
2. Ka / Sekprodi SAS/Peradilan Agama
KEMENTERIAN AGAMA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
SYARIF HIDAYATULLAH JAK ARTA
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
reE. (62-21 ) 7 47
11 537, 7 4O1 925 F ax. (62-21 ) 7 49 1 82 1
Jln. lr. H. Juanda No. 95 Ciputat Jakana 15412, lndonesia www.uinjkt.ac.id E-mail ri syar_hukuin@yahoc
Website : www.uinikt.ac.id syar_hukuin@yahoo.com

Nomor : Un.01/F4 /W.01..3/&25/2015 Jal<arta, 21.Januati2015


Lampitan
Hal : Permohonan Data/Wawancara
Kepada Yttr,
Ketua DKM Mushalla
di
Tempat

As s al amu' al aikum Wr.W .

Dekan Fakultas St'ariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah


Jakarta menerangkan bahwa :

Nama Daniel Alfaruqi


Nomor Pokok 1111044100065
Tempat/Tanggal Lahir Payakumb uh, 2'L J amtari 1992
Semester VIII (delapan)
]urusan/Konsentrasi SAS / Peradilan Agama
Alamat Jl. Camar RT 001 RW 001 Kelurahan Talawi
Kecamatan Payakumbuh Utara
Telp : 083180672823

Adalah benar mahasiswa Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif


Hidayatullah Jakarta yang sedang menyusun skripsi dengan judul:

"Akurasi Arah Kiblat Masjid dan Mushalla iliWilayah Kecamatan


PayakumbuhUtars"

Untuk melengkapi bahan penulisan skripsi, dimohon kiranya


Bapak/Ibu dapat menerima yang bersangkutan untuk wawancara serta
memperoleh data guna penulisan skripsi dimaksud.
. Atas kerja sama dan bantuannya, kami ucapkan terima kasih.
Wassalam,

Bidang Akademik

A, M.Ag >l
998032002\

Tembusan :
1. Dekan Fakultas Syariah dan Hukum UIN Jakarta
2. Ka / Sekprodi SAS/ Peradilan Agama
HASIL WAWANCARA

Narasumber Resfi Yendri, S.Ag.

NIP t970t1182000031001

Jabatan Kepala KUA Kecamatan Payakumbuh Utara

Hari/Tanggal Selasa, 24 Februari 2015

Tempat Kantor KUA Kecamatan Payakumbuh Utara

1. Apakatr Kantor Urusan Agama (KUA) kecamatan Payakumbuh Utara

mempunyai program tentang penyuluhan arah kiblat masjid dan mushalla

yang tepat dan akurat?

Jawaban: Program penyuluhan arah kiblat ini adalah program dari Badan

Hisab Rulqtat (BHR) kota yang hanya ditakukan oleh Kemenag. Badan Hisab

RulEat hanya ada di Kemenag, hal ini diknrenakan petugasnya yang belum

menculatpi.

2. Bagaimana peran KUA kecamatan Payakumbuh Utara dalam program

tersebut?

iawaban: Peran KUA kecamatan Payakumbuh (Jtara hanya mendata melalui

surat-surat yang masuk kepada KUA mengenai masjid atau mushalla yang

pengurusnya merasa ada keraguan terhadap arah kiblat mereks. Hasil data

ini disampaikan ke Badan Hisab Rukyat kota. Jadi peran KUA sebagoi

perantara dari masyarakat yang ingin diukur arah kiblatnya kepada Kemenag

melalui Badan Hisab Rulqtat kota.


3. Apakah masyarakat di kecamatan payakumbuh tJtara ketika awal

pernbangunan masjid atau mushalla mendatangi KUA?

Jawaban: sebagaimana dikatakan sebelumnya bahwa Badan


Hisab Rurryat
(BHR) hanya ada di kota, bagi mereka yang tidak mengetahui
hal ini memang
pada dasarnya mereka mendatangi KuA, talu KUA menyalurlan ke Badan

Hisab Rulryat koto. Tapi bagi mereka yang mengetahui bahwa Badan Hisab

Rulgtat ini hanya ada di kota maka mereka langsung mendatangi BHR yang

ada di Kemenag kota Payakumbuh.

4. Bagaimana proses bagi masyarakat yang ingin diukur arah kiblat masjid atau

mushalla yang ada di wilayahnya?

Jawaban: Masyarakat yang ingin di ulrur arah kiblatnya terlebih dahulu


memasukkan surat permohonan kepada KUA atau langsung ke Kemenag
Payahtmbuh untuk diukur arah kiblat mereko, kemudian selang waktu satu

atau dua hari baru tim hisab rulyat ini turun untuk melakukan pengulruran

arqh kiblat.

5. Jika masyarakat tidak mendatangi KUA, bagaimana masyarakat kecamatan

Payakumbuh Utara menentukan arah kiblat di wilayahnya?

Jawaban: Setiap tahun kita melakukan himbauan kepada masyaraftat melalui

surat yang datang dari Badan Hisab Rulqtat (BHR) kota, kemudian KUA

menindak laniuti surat ini dan diteteruskan ke masjid dan mushalla, terutoma

ke masjid, bahwa setiap tanggal 27 atau 2g Mei pada pulatl 16.lg wIB atau

setiap tanggal 15 atau 16 Juli pada pukul 16.27 WIB kita biso melihat sendiri

bayangan matahari akan menghadap arah kiblat. Jadi dihimbau pada

pengurus masiid atau mushalla kalau ragu akan arah kiblat merefta, agar
pada tanggal dan jam tersebut menegakkan tongkat di halaman masjid, mokn

arah bayangan tongknt itu merupalmn arah kiblat masjid atau mushallanya.

6. Pernahkah KUA melakukan penyuluhan arah kiblat terhadap masjid dan

mushalla yang sudah ada di wilayah kecamatan Payakumbuh Utara?

Jawaban: Penyuluhan arah kiblat yang dilakukan KUA yaitu seperti

memberikan himbauan seperti halnya diatas, Namun kalau penyuluhan

dengan cara tatap muka secoro langsung memang tidak ada.

7. Metode atau alat apa yang sering digunakan dalam menentukan arah kiblat?

Jawaban: Alat-alat yang ada di Kemenag yaitu seperti teropong, kompas dan

tongkat istiwa'. Namun Theodilit memang belum ada di Kemenag kota

Payahtmbuh karena biayanya yang mahal.

8. Jika ditemukan rnasjid atau mushalla yang tidak akurat arah kiblatnya,

tindakan apa yang dilakukan oleh KUA?

Jawaban: KUA melafukan pendekatan pada pengurus masjid atau mushalla,

menyampoikan bahwa kemungkinan arah kiblat masjid atau mushalla ini

htrang pas, lalu kita usulkan untuk memeriksa ulang arah kiblatnya. Jikn

pengurus bersedia maka pengurus diminta membuat surat perrnohonan

pengukuran kiblat ke KUA dan KU,4 akan turun melalui BHR kota.

9. Apa saran bapak jika terdapat masjid atau mushalla yang tidak akurat arah

kiblatnya?

Jawaban: Tentu kita menyarankan baik pada pengurus masjid tersebut atau

kepada masyarakat, kiranya kita berlapang hati untuk mengubah arah kiblat,

liarena makin hari bumi ini akon mengalami suatu perobahan yang akan

terjadi. Seperti halnya pergeseran lempengan bumi serta perputarannya yang


kurang pas karena ugianya yang sudah tua. Kita berikan p.engertian pada

masyarakat agar merekn paham dan tidak hanya ikut-ikutan dalam hal kiblat

ini.

10. Ketika Majelis Ulama Indonesia (MUI) mengeluarkan fatura No. 05 Tahun

2010 bahwa arah kiblat bagi umat Islam di Indonesia yang sebelumnya

disebutkan menghadap Barat kini direvisi menjadi ke arah Barat Laut,


tindakan apayangdilakukan KUA Payakumbuh Utara menyikapi hal ini?

Jawaban: Memang setelahfatwa MUI No. a5 Tahun 2010 dikeluarkan, BHR


propinsi melalui Kanwil sibuk-sibulorya mengadai,kan orientasi hisab rulEat.

Jadi atas dasar itulah BHR kota dibentuk dan menurunkan surat ke

masyaralrat atau pengurus masjidnya melalu pengurus di KUA.

ll.Jika ada ketidak tepatan arah kiblat masjid atau mushalla di kecamatan
Payakumbuh Utara, apakah penyebab dari ketidak tepatan arah kiblat

tersebut?

Jawaban: Penyebab ketidak tepatan arah kiblat diantaranya karena ilmu

hisab rulgtat ini sampoi kepada masyarakat baru-baru ini, sementarq rata-

rata masjid yang ada di Payahtmbuh Utara ini merupakan bangunan loma,
'Serta
penetapan arah kiblat yang hanya dilakukan secqra kira-kira. Seperti

hanya melihat pada arah matahari terbenam saja.

12.Bagwmana tindakan masyarakat jika terjadi perubahan atau pergeseran shaf di

masjid atau mushalla di wilayah kecamatan Payakumbuh Utara?

Jawaban: Kalau yang meltggeser arah kiblat ini adalah buya atau sesepuh

yang ada di wilayah tersebut maka mereka menerima saja, namun kalau kita

ltang langsung memberitahu kepada mereka, makn disini bisa timbul pro
MAGAMA
KA}'ITORIJRUSNAGAMATECAMATANPAYAKMBIIHITTARA
lalan RA Kartini No.7 Kelurahan Padang Kaduduk Kota Payakumbuh Pos 26218 Telp : 90886

SURAT KETERANGAN
Kk.03. 14.3/P\M.01/oe1 DA|S

yang bertanda tangan dibawah ini kepala kantor urusan agama kecamatan payakumbuh
utara kota payakumbuh menerangkan bahwa :

Nama :D&*ie+Alfartqi
Tempat/ Tanggal Lahir : Payakumbuh/ 2l Ianr;ert'. 1992
NomorPokok :1111044100065

adalah benar telah melakukan penelitian di Kantor Urusan Agama Kecamatan Payakumbuh
Utara Kota Payakumbuh, berdasarkan surat dari Kepala Badan Kesatuan Bangsa Dan Politik
Kota Payakumbuh nomor : B.200/057/I(esbang-Pol/Il-2015 tanggal 24 Februari 2015,
Rekomerdasi Tefttaftg lzfut Melaksanat*an Fenelitian detgan nfuan ffituk ketengkapan data
dalam menyusun skripsi dengan judul "Akurasi Arah Kiblat Masjid Ilan Mushalla Di
Wilayah Kecamatan Payakumbuh Utara" dari tanggal24 Februari sld24 Mei 2015.

Demikianlah surat keterangan ini kami buat untuk dapat dipergunakan sebagaiuiana
mestinya.

{,ffi uhlL Februari 2015

rirS.Ag
970111 8200003 1001
ST]RAT KETERANGAIY

Kami yang bertanda tangan di bawah ini pengurus masjid Baiturrahim


kelurahan Padang Kaduduk:
: N. Dt. BosaNan Pandak
Pendidikan Teralfiir : Sl
Pekerjaan : PNS

Menerangkan bahwa narna di bawah ini:


Nama Daniel Alfaruqi
NomorPokok I I I 1044100065

Jurusan/Semester Peradilan Agama/VIII

Fakultas Syariah dan Hukum


{.IIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Telah selesai melaksanakan penelitian lapangan guna menyelesaikan
skipsi yang berjudul "AI(URASf rlP-{H KIBLAT MAS.ID DAni
MUSHALLA DI WILAYAII KECAMATAI\I PAYAKUMBUH UTARA'.
Demikian surat keterangan ini kami buat agar dapat dipeqgunakan
sebagaimana mestinya.

Payakumbuh,28

ffi
SURAT KETERANGAN

Kami yang bertanda tangan di bawah ini pengurus masjid Al-


Mirtawahidah kelurahan Talawi :

Nama :Nurkausar, S.Pd.


Pendidikan Terakhir : S1
Pekerjaan : PNS

Menerangkan bahwa nama di bawah ini:


Nama Daniel Alfaruqi

Nomor Pokok 1 I I 1044100065

Jurusan/Semester Peradilan Agama/VIII

Fakultas Syariah dan Hukum

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


! Telah selesai melaksanakan penelitian lapangan guna menyelesaikan
skripsi yang berjudul "AI(URASI ARAII KIBLAT MASJID DAN
MUSIIALLA DI WILAYAII KECAMATAN PAYAKUMBUH UTARA''.
Demikian surat keterangan ini kami buat agar dapat dipergunakan
sebagaimana mestinya.

Payakumbuh, 6 Maret 2015

ffiR

i.
S.URAT KEIERANGAN

Karti yang bertandatangan di bawatr ini pengurus masjid Al-Muttaqin


keluratran Cubadak Air:
Nama : Aljufri
Pendidikan Tera**dr : SLTA
Pekerjaan : Wiraswasta

Meneraogkan bahwanama di bawah ini:


Nama Daniel Alfaruqi
Nomor Pokok 111109100065
Jurusan/Semester Peradilan AgarnaA/III

Fakultas Syariah danHuhrm


UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Telah selesai melaksanakan penelitian lapangan gurn menyelesaikan
slripsi yang berjudul *AKTURASI ARAII KIBLAT MAS.ID DAnf
MUSHALLA I}I WILAYAII KECAMATAN PAYAKUMBTIE UTARA'.
Demikian surat keterangan ini kami buat agar dapat diperguakan
sebagaimanamestinya.

Payakumbuh" 25 Februari 2015


Al'Muttaqitr

#-\
,{"f;
tt{-
\s$e
f-
I

ST'RAT KETERANGAN

Kami yang bertanda tangan di bawah ini pengurus masjid Syuhada'


keluralran Balai Jaring:
Nama : Doni PuEa
Pendidikan Teral&ir : SLTA
Pekerjaan : Wiraswasta

Menerangkan bahwa nama di bawah ini:


Nama Daniel Alfaruqi
NomorPokok I I I 1044100065

Jurusan/Semester Peradilan Agama/VI[

Fakultas SyariahdanHukum
UIN Syarif Hidayatultah Jakafia
guu menyelesaikan
Telah selesai melaksanakan pe,lrelitian lapangan
skripsi yaog berjudul 'AKURASI ARAH KIBLAT MAStrID DAI\[
MUSHALLA DI WILAYAH KECAMATAN PAYAKT}MBTIH UTARA'.
Demikiao surat keterangan ini kami buat agar dapat dipergunakan
sebagaimanamestinya.

26 Februari 2015
Syuhada'
ST'RAT KETERANGAN

Kami yang bertanda tangan di bawah ini pengrrus masjid Al-Muqarrabin


kelurahan Bunian:
Nama : H. Firdaus

Pendidikan Terak&ir : SLTA


Pekerjaan : Wiraswasta

Menerangkan bahwa narna di bawah ini:


Nama Daniel Alfaruqi
Nomor Pokok 1111044100065

Jurusan/Semester Peradilan Agama/Vll

Fakultas Syariah danHukum


UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Telah selesai melaksanakan penelitian lapangan guna menyelesaikan
skripsi yang berjudul .'AKURASI ARAII KIBLAT MA$IID DAnt
MUSHALLA DI WILAYAII KECAIUATAN PAYAKT}MBUII UTARA'.
Demikian surat keterangan ini kami buat agar dapat
sebagaimana mestinya.
ST]RAT KETERANGAN

Kami yang bertanda tangan di bawah ini pengurus mushalla Darut Hikmah
keluratran Cubadak Air:
Nama : Dt. BosaNan Panjang

Pendidikan Terakhir : D3
Pekerjaan : THL/TBPP

Menerangkan bahwa rulma di bawah ini:


Nama Daniel Alfaruqi
Nomor Pokok 11 I 1044100065

Jurusan/Semester Peradilan Agama/VIII


Fakultas Syariatr dan Hukum
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Telah selesai melaksanakan penelitian lapangan guna menyelesaikan
skripsi yang berjudul 6.AI(IRASI ARAII KIBLAT MASJID DAN
MUSHALLA DI WILAYAH KECAMATAIT PAYAKUMBUII UTARA'.
Demikian surat keterangan ini kami buat agar dapat dipergunakan
sebagaimana mestinya.

Payakumbuh, 20 Februari 201 5

Ketua Mushalla Darul Hikmah

w*"#
ST'RAT KETERANGAI\I

Kami yang b€rtandatangan di bawah ini pengurus mushalla Pandarn


keltralran Balai Gadang:

Nama : H. Syafri D
Pendidikan Terakhir : SLTA
Pekerjaan : Pensiun PNS

Menerangkan bahwa fflma di bawah ini:


Nama Daniel Alfaruqi
Nomor Pokok 1111M4100065
Jurusan/Semester Peradilan Agama/VIII

Fakultas Syariah dan Hukum


UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Telah selesai melaksanakan penelitian lapangan guna meoyelesaikan
skripsi yang berjudul 'rAKURASI ARAH KIBLAT MAS.ID DAI{
MUSHALLA DI WILAYAH KECAMATAN PAYAKUMBUII UTARA'.
Demikian surat keterangan ini kami buat agar dapat dipergmakan
sebagaimana mestinya.

Payakumbuh, 16 Februari 2015


Mushalla Pandam
r6F:v'A;
SI]RAT KETERANGAI\I

. Kami yang bertanda tangan di bawah ini pengurus mushalla Pandam


kelurahan Balai Gadang:

Nama : H. Syafri D
Pendidikan Terakhir : SLTA
Pekerjaan : Pensiun PNS

Menerangkan batrwa nama di bawah ini:


Nama Daniel Alfanrqi
Nomor Pokok I I l 1044100065

Jurusan/Semester Peradilan Agama/VI[

Fakultas Syariah dan Hukum


UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Telah selesai melaksanakan penelitian lapangan guna menyelesaikan
skripsi yang berjudul '6AKURASI ARAH KIBLAT MASJID DAN
MUSIIALLA DI WILAYAH KECAMATAN PAYAKT'MBIIII UTARA'.
Demikian surat keterangan ini kami buat agar dapat dipergunakan
sebagaimana mestinya.

Payakumbuh, 16 Februari 2015


Mushalla Pandarr
Gr]
' i'

t,

Daftar Deklinasi Pokok

Tanggal Deklinasi Matahari Tanggal

22 Desember -23e30', 22Desember

- za" 22 Nopember
21. |anuari
8 Pebruari - 150 3 Nopember

23 Pebruari - 100 20 Oktober

8 Maret -5" 6 Oktober

2l Maret 0" 23 September

a April 5o 10 September

15 April 100 28 September

l mei 15" 12 Agustus

'23Mei 20" 24Iuli

21luni 23030', 21Juni

{sepaetl - l
B.-n-

ffi;;w
lU,*,Af /

FiS.5s.
Gambar 17. Gerak semu matahari selama satu tahun
-

ARAH KIBLAT

@l#'i'ta
FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA
Nomor:05 Tahun 2010
-
Tentang
ARAH KIBLAT

Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia setelah


MENIMBANG: A. bahwa dalam rangka memberikan pedoman kepada
masyarakat tentang arah kiblat, Majelis Ulama Indonesia
menetapkan Fatwa Nomor 3 Tahun 2010 tentang Kiblat,
yang pada bagian Ketentuan Hukum Nomor 3 disebutkan:
"Letak geografis Indonesia yang berada di bagian timur
Kabah/Mekkah maka kiblat umat Islam Indonesia adalah
menghadap ke arah barat";
bahwa terhadap diktum fatwa tersebut muncul pertanyaan
di masyarakat, yang bisa menimbulkan kesimpangsiuran
penafsiran serta pertanyaan mengenai keabsahan shalat yang
arah kiblatnya menghadap ke barat laut;
c. bahwa oleh karena itu, Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia
memandang perlu menetapkan fatwa tentang arah kiblat
untuk dijadikan pedoman bagi masyarakat.
MENGINGAT: 1. Firman Allah SWT:

c
1 f;ji
{
i

HIMPUNAN FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA SEJAK 1975

"sungguh Kami (sering) melihat mukamu menengadah ke


langit, maka sungguh Kami akan memalingkan kamu ke
kiblat yang kamu sukai. Palingkanlah mukamu ke arah
Masjidil Haram. dan dimana saja kamu berada, Palingkanlah
mukamuke arahnya. dan Sesungguhnya orang-orang (Yahudi
dan Nasrani) yang diberi At kitab (Taurat dan lnjil) memang
mengetahui, bahwa berpaling ke Masjidil Haram itu adalah
benar dari Tuhannya; dan Allah sekali-kali tidak lengah dari
apa yang mereka kerjakan". (QS. Al-Baqarah [2] : 144)

Firman Allah SWT:


-,
,*5 at'j.St "**i ji,;; C- ot
,L, u&i
3;k& J*ii,c'r"1iufi
"Dan dari mana sajakamukeluar (datang), Maka Palingkanlah
wajahmu ke arah Masjidil haram, Sesungguhnya ketentuan
itu bena*rbenar sesuatu yang hak dari Tuhanmu. dan Allah
sekali-kali tidak lengah dari apa yang kamu keriakan". (QS.
Al-Baqarah [21 : Iag)
3. Firman Allah SWT:

i* t *;lAi 9-ii'fuo<+:i?,-*"*bi

"Dan rJari mana saja kamu (keluar), Maka Palingkanlah


wajahmu ke arah Masjidil Haram. dan dimana saia kamu
(sekalian) berada, Maka Palingkanlah wajahmu ke arahnya,
agar tidak ada hujjah bagi manusia atas kamu, kecuali
orang-orang yang zalim diantara mereka. Maka janganlah
kamu takut kepada mereka dan takutlah kepada-Ku (saja).
dan agar Ku-sempurnakan nikmat-Ku atasmu, dan supaya
kamu mendapat petunjuk". (QS. Al-Baqarah [2]: 150).
BIDANG IBADAH

4. Firman Allah SWT :

[-s u :-] "fi *i'e:;; t jii "+Ai brxr $;


Lb
'Dan lcepunyaan Alhh-hh timur dan barat, Maka kemanapun
kamu menghadap di situlah wajah Allah. Sesungguhnya Allah
Maha Luas (rahmat-Nya) lagi Maha mengetahui.l (QS. Al-
Baqarah [2] : 115)

Firman Allah SWT:

a* J* c: '9W'o; ;ti a1o39e

4 :fl'; i 4i=.1tia;iei;{1i r;r;eiyuiitUG


'*di *s u"r;i
"Dan berjihadlah kamu pada jalan Allah dengan lihad yang
sebenar-benarnya. Dia telah memilih kamu dan Dia sekali-
kali tidak menjadikan untuk kamu dalam agama suatu
kesempitan. (ikutilah) agama orang tuamu lbrahim. Dia
(Allah) telah menamai kamu sekalian orang-orang Muslim
dari dahulu, dan (begitu pula) dalam (Al-Qur'an) ini, supaya
Rasul itu menjadi salcsi atas dirimu dan supaya kamu semua
menjadi saksi atas segenap manusia, Maka dirikanlah shalat,
tunaikanlah zakat dan berpeganglah kamu pada tali Allah.
Dia adalah Pelindungmu, Maka Dialah Sebaik-baik pelindung
dan sebaik- baik penolong". (QS. Al-Hajj [22] :78)
Hadis Nabi SAW:

-Lj cl" ,l' *i- -'et J*; tl lv ,* 4t i;; J$ ,$; , f


€'.,C'; t5; , it e" G-k- St , qk *ti aci'c.iiir -
(d--, €,L-Jl ol-1., ) {< '..J!;jtt ,y > Sut ;9r k ,g, iS t
HIMPUNAN FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA SEJAK 'I975

Dari Atho, ia berkata: aku mendengar Ibnu Abbas berkata:


setelah Rasulullah SAW masuk ke Ka'bah beliau berdoa
pada setiap sudutnya dan beliau tidak shalat (di dalamnya)
sampai beliau keluar Ka'bah. Setelah beliau keluar Ka'bah,
beliau lalu shalat dua rakalat di hadapan Ka'bah. Rasulullah
SAW latu bersabda : "inilah kiblaf'. (HR Imam Bukhari dan
Imam Muslim)
7. Hadis Nabi SAW:

u -3t 4itt 1r"*r >> - d-t +p ir * - Ut lui;} ;'t5


(qj*)l ot5r7
Abu Hurairah berkata, Rasulullah SAW bersabda:
"Menghadaplah kiblat, kemudi an b er t akb irlah (t akb iratul
ihram)" (HR. Imam Bukhari)
8. Hadis Nabi SAW:

u$ q iv',1 it ,f )Q: / *tt * i *u! r


t>G ,;.
- *:4" ir -b - {t Jy:'ol ,S* ?1 "J;e \t :? #t
ukj o*" ,'"o13jr',#"Lf 'rf ii & Jit i
,"^Ut

ffut J.r#;)
((JJr-Jl ,t2r1 *rp| .lryt ;trrlrrit;,v
Dari Malik dari Abdullah bin Dinar dari lbrut Umar berkata:
ketika orang-orang sedang shalat shubuh di Masjid Quba,
tiba-tiba datang seseorang berkata bahwa Rasulullah SAW
tadi malam menerima wahyu dan diperintahkan untuk
menghadap Ka'bah. Mereka lalu mengubah arah (shalat),
yang ketika itu menghadap ke arah Syam (baitul maqdis),
ke arah kiblat (masjidil haram). (HR. Imam Bukhari)

9. Hadis Nabi SAW:

tf .- dt - ;;-; ,si *|slit .)-":. Gi J b- t


ar

A ,)P - *:+ro .ilr .b - #, J;)i'"i*t ,-r; >Lr'


-1. - $t JJ.1,'iivt * p;* i ,
ji ),*rt rrtj
. u'5i'f Uy'V q'rt ifrt'qe, > - d-: +J, ir
r-

BIDANG IBADAH

Dari Sa'id ibn Sa'id al-Maqburi dari Abu Hurairah RA


bahwa ada seoro.ng laki-laki masuk ke masjid kemudian ia
shalat dan saat itu ada Rasulullah sedang duduk di salah
satu sudut masjid. Setelah shalat orang itu mendatangi Rasul
dan memberi salam kepada beliau. Rasul lalu menjawab :
"Wa blaika al-salam, kembalilah/ulangilah shalatmu karena
sesungguhnya kamu belum shalat". Laki-laki itu kemudian
mengulangi shalatnya dan kembali mendatangi Rasul serta
memberi salam kepada beliau. Rasul menjawab salam dan
berkata :"ulangi kembali shalatmu karena kamu belum
shalat". Kemudian laki-laki itu berkata di pengulangan shaiat
yang kedua atau sesudahnya : 'Ajarilah aku wahai Rasulullah"
Rasulullah menjawab : "Apabila engkau akan menunuikan
shalat maka sempurnakanlah wudlu, menghadaplah kiblat
lalu bertakbirlah (takbiratul ihram), kemudian bacalah apa
yang mudah bagimu dari ayat-ayat al-Qur'an, lalu ruku'lah
dengan thumahinah, lalu berdiri dengan sempurna,lalu sujud
dengan thumahinah, lalu duduk dengan thuma'ninah, lalu
sujud dengan thuma'ninah, kemudian bangun dan duduk
dengan tlruma'ninah. Makalakukanlah seperti itu pada setiap
shalat kamu" (HR. Imam Bukhari)

10. Hadis Nabi SAW:

;ret-:JE -l*:qr"nr J.-d' ...,i .r".lt qpt;tfoi'jp


(,jj,.Jl ol;r) .41i ,rriltl A,::Jt
Dari Abu Hurairah RA bahwa Nabi SAW bersabda :'Arah
antara Timur dan Barat adalah Kiblat", (HR. Imam al-
Turmudzi)
r--

HIMPUNAN FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA SEJAK 1975

I l. Hadis Nabi SAW:

: Jtt - &; qf" &l J* -,Jr .ri rg,,F ;l oo ,tbo o"


(fl/l J"sY aL; -r:Jr I r.r--Jl Jr! 4jj .;t
^ij 1r;r J
.€l a Vsbs k rb g ;,)t $! .

Dari Atho dari lbnu Abbas bahwa Nabi SAW bersabda:


"Ka'bah adalah kiblat bagi orang yang shalat di masjidil
haram, dan masjidil haram adalah kiblat bagi penduduk
yang tinggal di tanah haram (mekkah), dan tanah haram
(mekkah) ada kiblat bagi penduduk bumi di timurnya dan
di baratnya dari umatku".

MEMPERHATIKAN:
l. Pendapat Imam Ala al-Din al-Kasani al-Hanafi dalam Kitab
Badai' Shanai'fi Tartib al-Syarai' :

dlr .a= iov otS ri Jr;:-"} ;*(rru r,t^f J! r.! .,I;) of*Ir .ri

Jp .,tf.,! .ijJr Jl *lt * .-l rrru .rr-f


a.KJt i-r-oL:, Jr- .3

P WGr- CtS,rt6- .i,ir V ,y sK i6* g;i+,i t-€r.e


ijE;*ci;r1:ir-; rl .;+l k--- 'e Jt*y,
of,9 .JJJi .--*., Jl o-ll 4y *s C: t,!rli"ea;;
(l-$'e

\r--ajit.-r1}l ,.fJ kd* Jl oll 4e,r1- a-ir r,' i;u cr<

;t1i3...,-Jl .rl, \*r -r;s.k.:r J!) ,taJc ajuJl c,lrt")l.,

.rd\ ,\s) tJ. u4t-:", uV J-* g2 t61\)\1.J*F,


'Sesungguhnya bagi orang yang shalat tidak boleh kosong/
lepas, apakah ia mampu atau tidak, untuk menghadap
kiblat. Apabiia ia mampu maka wajib baginya menghadap
kiblat, jika ia dapat menyaksikannya (Ka'bah) maka ia harus
menghadap kepada <ainul Ka'bah ataukepada arah dari arah
kiblat. Iika ia tidak menghadap salah satunya maka itu tidak
diperbolehkan, sebagaimana firman Allah "...dan dimana
saja kamu berada, Palingkanlah mukamu ke arahnya...".
Dan dalam keadaan yang memungkinkan menghadap tepat
ke'ainul Ka'bah maka wajib dilakukan. Namun jika ghaib
BIDANG IBADAH

(tidak dapat melihat Ka'bah) maka waiib menghadap ke arah

Ka'bah (jihatul Ka'bah) ...!'

Pendapat Imam al-Qurtubi dalam Kitab Jami' al-Ahkam


Al-Qur'an:
JLi a- .-(j-i 1'o+l ri;lt .1t,;' -1 -,,/uJrl ,f } J, lJiL*l J
Y tl..a-J<J c!.i+".a -fs (r otY.r),JJ,Jr;,1r Ju .Jj!t,
:r-r"i a),U.I g".-dt )^t .i4*\ JU ;,. pa- t ,j*-
.41

.;=l*tr c 4rtgjJr;ilr cl : Jrlt


'beQii';l Jr-; -JrJ ,rTrilt.l q .,r,'tlt cl : ..)gr
ef si o; ,y ,.et\t ,t ,?.d.? [eri "rqi ,.*ii
.t ,.;F 'e;ijij';1
it'"rl ut LU ,! grJ' .lrrLjr -, *rr, l-f":-l eL.LJl rll : .JUt
.c-)t ;s
"Mereka berbeda pendapat apakah waiib bagi si ghaib
(orang yang shalat dan tidak dapat melihat Ka'bah) untuk
menghadap tepat ke bangunan Ka'bah (hinul Ka'bah) atau ke
arah Ka'bah (jihatul Ka'bah) ? sebagian berpendaiat pertama
(yaitu, menghadap binul Ka'bah). Berkata lbnu Arabi (W. 543
H) : pendapat ini adalah lemah karena membebani orang yang
tidak dapat shalat dengan menghadap tepat ainul Ka'bah.
Sebagian lain berpendapat cukup menghadap arah Ka'bah
(jihatul Ka'bah). Pendapat terakhir inilah yangbenar, dengan
tiga alasan : (1) Bahwa hal inilah yang memungkinkan bagi
ketentuan sebuah taklif (pembebanan hukum). (2) bahwa
hal initah yang diperintahkan oleh Al-Qur'an dalam ayat
,r/t J9 (Maka Palingkanlah wajahmu ke
.r-JrrL-:, A4-)
arah Masjidil haram) yakni belahan bumi di timur dan
barat , p: fur: t)i (Palingkanlah mukamu ke arahnya).
(3) bahwa para ulama berhujjah dengan (kebolehan)
shalat dengan shaf yang panjang, yang sangat lemah (kecil
kemungkinan) dapat menghadap tepat ke bangunan Ka'bah
(hinul Ka'bah);'
a-

HIMPUNAN FATWA MA]ELIS ULAMA INDONESIA SEJAK 1975

3. Pendapat Imam al-Syirazi dalam kirab al-Muhadzdzab:


Jtt i * ,j Jt( d!r- p: :)): ;.r d
"( I
,)p -,f,)-rlt c, Ot,

,-^---rlr.1 kir- Jl ljr* d.r) r,qJ,;11 4L J.ra:-r -;K, ;f VV


, . t.,
iFt;-rl:tS:Jr ; "irr .1u r.r.r, .1\)ts Jl4r.r rJrr
.t-.rlr 3 I ut< r+:* oi ot ,:Ki ,@'o:'4-
.,"ri *) .r c) ;4.jl z".Vlw;t" :1!l .f JE :b\gt4+g 131
.i-+ll )^ e$t oi gJ.t ,J;: v glb1.q$t *Jt a?t-r! {,jJ al+Jt
U re "r! ;} tr J4Jl .D'4 c--*, I aJr f d]lt i,tt , d!
,,rdl
.y el
"Jika sama sekali ia tidak memiliki petunjuk apa pun,
maka dilihat maslahatnya. Iika ia termasuk orang yang
mengetahui tanda-tanda atau Petunjuk kiblat, maka meskipun
ia tida dapat melihat Ka'bah, ia tetap harus berijtihad
untuk mengetahui kiblat. Karena ia memiliki cara untuk
mengetahuinya melalui keberadaan matahari, bulan, gunung,
dan angin, karena Allah SWT berfirman:

,€:ro:r+e #L;r'y:*t;,
"Dan (Dia ciptakan) tanda-tanda (penunjuk jalan). Dan
dengan bintang-bintang itulah mereka mendapat Petunjuk".
(QS An-Nahl: 16)
Dengan begitu, ia berhak berijtihad (dalam menentukan
letak Ka'bah) seperti orang yang faham tentang .fenomena
alam. Ivlengenai kewajibannya, ada dua pendapat. Dalam
kitab ul-Urnm, ImAm al-Syaf i berkata: "Yang wajib dalam
berkiblat adclah menghadap secara tepat ke bangunan Ka'bah.
Karena orang yang diwajibkan untuk menghadap kibalt, ia
wajib menghadap ke bangunan Ka'bah, seperti halnya orang
Mekkahj' Sedangkan teks yang jelas yang dikutip oleh Imam
al-Muzanni (murid Imam al-Syaf i) dari Imam al-Syaf i
mengatakan bahwa yang wajib adalah menghadap ke arah
Ka'bah (jihat al-Ka'bah). Karena, seandainya yang wajib itu
adalah menghadap kepada bangunan Ka'bah secara fisik,
r-
)'

BIDANG IBADAH

maka shalat jamaah yang shafnya memanjang adalah tidak


sah, sebab di antara mereka terdapat ora.ng yang menghadap
ke arah di luar dari bangunan Ka'bah."

4. Pendapat Ibnu Qudamah al-Hanbali :

."alj *.,i1t1 .ry'If .x U" :- *: rb it ,rt- - qpjJl Ji (r.:JJ


L,0+ l- e* ,l olrlbl .6*.,. ir* t-rJ- :)$1 cg;L)l oly
..i-'ajr J"6i i).e c=.e U .JFJI \Wt .rb)l 0t' , c!9 ..I.i
c6.t*11 aS d)U:-i JJrt-:, i^3 ;)l- \1 ti*. b & .YtAl

e : J, dli .b_/+ Yl.i"aJl J* e q4t Jt o*ja bi jr* ) r;p


.)ti *lr;-t6" t i ...i-zJl ,rU- C 6-.1 Lii.: l,:li .g;itll6*1 {,Jl

*Dan
bagi kita adalah sabda Nabi sAW ,f:rt:*',irt #rt,
dan barat adalah kibla{'(HR. Imam at-Tarmidzi), menurut
sebuah pendapat hadist ini adalah hasan shahih. Yang jelas
bahwa arah antara keduanya adalah kiblat karena jika yang
diwajibkan adalah menghadap tepat ke bangunan Ka'bah
('ainul Ka'bah) maka tidaklah sah shalat orang dengan shaf
yang panjang..."

1. Makalah Drs. KH. A. Ghazalie Masroeri tentang 'Arah Qiblat dari Indonesia"
dan "Posisi Arah Barat Indonesia" dalam Rapat Komisi Fatwa MUI tanggal I
|uli 2010;

2. Pandangan dan pendapat rapat Komisi Fatwa MUI pada hari Senin tanggal 1

Februari 2010 dan 1 ]uli 2010.

MEMUTUSKAN

MENETAPKAN: FATWA TENTANG ARAH KIBLAT

Pertama: Ketentuan Hukum


1. Kiblat bagi orang yang shalat dan dapat melihat Ka'bah adalah menghadap ke
bangunan Kabah ('ainul Ka'bah).
2. Kiblat bagi orang yang shalat dan tidak dapat melihat Kabah adalah arah
Ka'bah (jihat al-Ka' b ah)
HIMPUNAN FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA SEJI\K 1975

3. Kiblat umat Islam Indonesia adalah menghadap ke barat laut dengan posisi
bervariasi sesuai dengan letak kawasan masing-masing'

Kedua: Rekomendasi
ulang shafnYa
Bangunan masjid/mushola yang tidak tepat arah kiblatnya, perlu ditata *
tanpa membongkar bangunannYa - DitetaPkan di : lakarta
Tanggal: 18 Raiab 1431 H
1 luli'2010 M

MAJELIS ULAMA INDONESIA


KOMISI FATWA

Ketua Sekretaris

ttd

DR. KH. Anwar lbrahim D.rs., H. I{asanuddin, M.Ag


i
!
i
j

i
I

Anda mungkin juga menyukai