Anda di halaman 1dari 38

LAPORAN PRAKTEK LAPANGAN (PL) III & IV

RS HERMINA PADANG

OLEH:

NURUL HAFIZAH
2110110141019

PROGRAM STUDI DIPLOMA III ILMU REKAM MEDIS


AKADEMI PEREKAM DAN INFORMASI KESEHATAN
(APIKES) IRIS
PADANG 2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadiran Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
Rahmat dan Hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Praktek
Lapangan (PL) III & IV yang dilaksanakan mulai tanggal 03 Juli 2022 sampai dengan
29 Juli 2022.
Laporan ini penulis buat berdasarkan pengamatan dan pengalaman selama
praktek di lapangan sekaligus membandingkan serta menerapkan teori yang telah di
peroleh selama di perkuliahan sehingga kami dapat mengetahui, melaksanakan,
memahami, dan mengembangkan teori yang telah di dapat,
Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah ikut membantu tersusunnya laporan kegiatan praktek kerja lapangan di
Rumah Sakit Hermina Padang pada tahun 2023. Ucapan terima kasih penulis
sampaikan kepada:
1. Bapak Alm. Dr. Erkadius, Msc selaku Pimpinan Yayasan Apikes Iris Padang.
2. Ibu Sayati Mandia, M. Sc selakuu Direktur Apikes Iris Padang.
3. Bapak Syamsul kamal, M.Kom selaku Dosen Pembimbing Praktek Lapangan
4. Ibu Yulia. N. Maiwa, Amd.RM selaku Pembimbing Praktek Lapangan III &
IV di Rumah Sakit Hermina Padang.
5. Kak Vivin Jesmi, Amd.RM
6. Kak Afra Tivanya, Amd,KES
7. Bang Muchlis Aditya Nugraha, Amd.KES
8. Bang Tegar Septia Baihaqi, Amd.KES
9. Karyawan/Karyawati Rumah Sakit Hermina Padang.
10. Bapak dan Ibu staff APIKES IRIS Padang.
11. Kepada Orang Tua kami yang telah memberikan doa dan restu kepada kami
dan rela mengorbankan segala hal, baik moral maupun materil untuk
kelancaran Praktek Lapangan di Rumah Sakit Hermina Padang.

ii
12. Teman-teman seperjuangan yang telah membantu penulis dalam
menyelesaikan laporan
13. Dan segenap pihak yang telah membimbing pelaksanaan Praktek Lapangan III
& IV ini.
Dalam penulisan laporan ini, Penulis menyadari masih banyak kesalahan dan
kekurangan, maka kami mengharapkan kritikan dan saran dari semua pihak untuk
perbaikan dimasa yang akan datang.
Akhir kata penulis berharap semoga laporan ini bermanfaat dan berguna bagi
pihak yang membutuhkan.

Padang. Juli 2023

Penulis

iii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................................ii

DAFTAR ISI................................................................................................................iv

BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................1

1.1. Latar Belakang................................................................................................1

1.2. Rumusan Masalah...........................................................................................2

1.3. Tujuan.............................................................................................................2

1.4. Manfaat...........................................................................................................2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA...................................................................................4

2.1. Rekam Medis..................................................................................................4

2.1.1. Pengertian Rekam Medis.........................................................................4

2.2.1 Tujuan Rekam Medis...............................................................................4

2.2.2 Kegunaan Rekam Medis..........................................................................4

2.2.3 Nilai Rekam Medis..................................................................................6

2.2.4 Tanggung Jawab Akan Rekam Medis.....................................................7

2.2. Sistem Pengarsipan Rekam Medis..................................................................7

2.3. Sistem Penomoran Rekam Medis...................................................................9

2.4. Sistem Penyimpanan Rekam Medis..............................................................11

2.5. Pengkodean...................................................................................................12

2.6. Statistik Asuhan Kesehatan...........................................................................14

2.6.1 Pengumpulan Data.................................................................................14

iv
2.6.2 Analisa dan Interpretasi Data................................................................15

2.6.3 Presentasi Data......................................................................................19

2.7. Sistem Pelaporan...........................................................................................21

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN.....................................................................24

3.1. Gambaran Umum Rumah Sakit dan Unit Rekam Medis RS Hermina
Padang...........................................................................................................24

3.1.1. Struktur Organisasi RS Hermina Padang..............................................25

3.1.2. Struktur Organisasi Rekam Medis RS Hermina Padang.......................26

3.1.3. Jenis Pelayanan Kesehatan di RS Hermina Padang..............................26

3.2. Sistem Penomoran Rekam Medis RS Hermina Padang...............................28

3.3. Sistem Penyimpanan Rekam Medis RS Hermina Padang............................28

3.4. Sistem Pengarsipan Rekam Medis RS Hermina Padang..............................28

3.5. Kegiatan Pada Rekam Medis RS Hermina Padang......................................28

3.6. Sistem Pelaporan Rekam Medis RS Hermina Padang..................................29

BAB IV PENUTUP.....................................................................................................31

4.1. Kesimpulan...................................................................................................31

4.2. Saran.............................................................................................................31

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................32

v
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Kesehatan merupakan suatu hal yang sangat penting dalam penilaian
kesejahteraan suatu negara. Dengan tingginya taraf kesehatan dalam suatu
negara, maka dapat dikatakan bahwa negara tersebut sejahtera. Dalam
pengukuran IPM, kesehatan adalah salah satu komponen utama selain pendidikan
dan pendapatan. Dalam Undang-Undang Nomor 23 tahun 1992 tentang
Kesehatan ditetapkan bahwa kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa
dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan
ekonomi.
Upaya peningkatan kesehatan masyarakat di Indonesia saat ini tengah
gencar dilakukan oleh pemerintah. Berbagai upaya dilakukan agar taraf
kesehatan masyarakat di Indonesia meningkat. Salah satunya dengan
meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan di rumah sakit, puskesmas, maupun
di fasilitas pelayanan kesehatan lainnya. Di rumah sakit maupun puskesmas,
kualitas pelayanan kesehatan dapat ditingkatkan melalalui manajemen informasi
kesehatan yang baik.
Hal tersebut dapat dicapai melalui penyempurnaan pengelolaan rekam
medis dan informasi kesehatan. Berdasarkan pernyataan yang ada di SK Menkes
No. 034/Birhup/1972 tentang Perencanaan dan Pemeliharaan Rumah Sakit yaitu
setiap rumah sakit wajib mempunyai dan merawat statistik yang up-to-date
(terkini) dan membina medical record yang berdasarkan ketentuan-ketentuan
yang telah ditetapkan. Dari peraturan tersebut, dapat disimpulkan bahwa rekam
medis dan informasi kesehatan memang menjadi sesuatu yang tidak dapat
dipisahkan dari rumah sakit. Sudah banyak dasar hukum yang dikeluarkan
pemerintah untuk mengatur penyelenggaraan rekam medis, diantaranya yaitu

1
Permenkes No. 269/ Menkes/ PER/ III/ 2008 tentang Rekam Medis. Pengelolaan
rekam 2 medis menjadi hal yang sangat penting di rumah sakit dikarenakan
segala informasi yang berguna baik bagi pasien atau dokter bahkan bagi pihak
manajemen rumah sakit pun tersedia di dalam berkas rekam medis.
Rumah Sakit Hermina Kota Padang merupakan salah satu fasilitas
pelayanan kesehatan yang berupaya untuk meningkatkan kualitas pelayanan
kesehatan melalui perbaikan dalam pengelolaan rekam medis dan informasi
kesehatan. Pengelolaan rekam medis yang awalnya manual, beberapa tahun
terakhir mulai diubah menjadi sistem komputerisasi. Sehingga lebih
memudahkan petugas dalam proses pengelolaan rekam medis. Meski
pengelolaan rekam medis sudah dipermudah dengan sistem komputerisasi, akan
tetapi masih ditemukan beberapa permasalahan, baik dari petugasnya maupun
dari proses pengolahannya.
1.2. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengelolaan rekam medis dan informasi kesehatan di RS
Hermina Padang?
2. Apa saja permasalahan yang ada pada pengelolaan rekam medis dan
informasi kesehatan di RS Hermina Kota Padang?
1.3. Tujuan
1. Mengetahui pengelolaan rekam medis dan informasi kesehatan di RS
Hermina Kota Padang
2. Mengetahui permasalahan dalam pengelolaan rekam medis dan informasi
kesehatan di RS Hermina Kota Padang
1.4. Manfaat
1. Bagi Penulis Laporan ini sebagai salah satu bahan pembelajaran bagi
penulis khususnya untuk pengetahuan mengenai pengelolaan rekam medis
dan informasi kesehatan.

2
2. Bagi Akademis Laporan ini sebagai bahan masukan untuk institusi
pendidikan dalam hal pengembangan dan peningkatan ilmu pengetahuan
serta ketrampilan bagi mahasiswa.
3. Bagi Rumah Sakit Penulisan laporan ini berguna sebagai informasi bagi
pihak rumah sakit mengenai pentingnya transparantasi dalam rekam medis
dengan tetap menjaga kerahasiaan dari data pasien.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Rekam Medis


2.1.1. Pengertian Rekam Medis
Rekam medis menurut Permenkes
No.269/Menkes/Per/III/2008 adalah berkas yang berisikan catatan dan
dokumen tentang identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan
dan pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien. Menurut Edna K
Huffman rekam medis adalah berkas yang menyatakan siapa, apa,
mengapa, dimana, dan bagaimana pelayanan yang diperoleh seorang
pasien selama dirawat atau menjalani pengobatan.
2.2.1 Tujuan Rekam Medis
Tujuan rekam medis adalah untuk menunjang tercapainya
tertib administrasi dalam rangka upaya peningkatan pelayanan
kesehatan di rumah sakit. Tanpa dukungan sistem pengelolaan rekam
medis yang baik, tertib administrasi di rumah sakit tidak akan berhasil
sebagaimana yang diharapkan.
2.2.2 Kegunaan Rekam Medis
Kegunaan rekam medis menurut Depkes RI (2006) dapat
dilihat dari beberapa aspek, antara lain:
1. Aspek Administrasi
Berkas rekam medis mempunyai nilai administrasi karena
isinya menyangkut tindakan berdasarkan wewenang dan tanggung
jawab sebagai tenaga medis dan paramedis dalam mencapai tujuan
pelayanan kesehatan

4
2. Aspek Medis
Berkas rekam medis mempunyai nilai medis karena catatan
tersebut digunakan sebagai dasar untuk merencanakan
pengobatan/perawatan yang diberikan kepada pasien dan dalam
rangka mempertahankan serta meningkatkan mutu pelayanan
melalui kegiatan audit medis, manajemen risiko klinis, serta
keamanan/keselamatan pasien dan kendali biaya.
3. Aspek Hukum
Berkas rekam medis mempunyai nilai hukum karena isinya
menyangkut masalah adanya jaminan kepastian hukum atas dasar
keadilan, dalam usaha menegakkan hukum serta penyediaan bahan
sebagai tanda bukti untuk menegakkan keadilan.
4. Aspek Keuangan
Berkas rekam medis mempunyai nilai uang karena isinya
mengandung data dan informasi yang dapat digunakan sebagai
aspek keuangan.
5. Aspek Penelitian
Berkas rekam medis mempunyai nilai penelitian karena isinya
menyangkut data dan informasi yang dapat digunakan sebagai
aspek pendukung penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan
di bidang kesehatan.
6. Aspek Pendidikan
Berkas rekam medis mempunyai nilai pendidikan karena isinya
menyangkut data dan informasi tentang perkembangan kronologis
dan kegiatan pelayanan medis yang diberikan pada pasien,
informasi tersebut digunakan sebagai bahan atau referensi
pengajaran di bidang profesi pendidikan kesehatan.

5
7. Aspek Dokumentasi
Berkas rekam medis mempunyai nilai dokumentasi karena
isinya menyangkutsumber ingatan yang harus didokumentasikan
dan dipakai sebagai bahan pertanggung jawaban dan laporan
rumah sakit.
2.2.3 Nilai Rekam Medis
Nilai-nilai yang terkandung dalam rekam medis, dan nilai-nilai
tersebut dinamakan “ALFRED VALUES” yang diartikan sebagai
berikut:
1. Nilai Administrasi (Administration Value)
Suatu berkas rekam medik mempunyai nilai administrasi,
karena isinya mennyangkut tindakan berdasarkan wewenang dan
tanggung jawab sebagai tenaga medis dan paramedik dalam
mencapai tujuan pelayanan kesehatan.
2. Nilai Hukum (Legal Value)
Suatu berkas rekam medis mempunyai nilai hukum, karena
isinya menyangkut masalah adanya jaminan kepastian hukum atas
dasar keadilan, dalam rangka usaha menegakkan hukum serta
penyediaan bahan tanda bukti untuk menegakkan keadilan.
3. Nilai Keuangan (Financial Value)
Setiap pemeriksaan, baik pemeriksaan fisik oleh dokter,
pemeriksaan penunjang medik (laboratorium, radiologi dan
rehabilitasi medis), diagnostik dari pengobatan semuanya bernilai
dengan biaya (cost) yang harus dikeluarkan demikian pula jasa yang
melekat pada dokter. Pendukung pembiayaan dan pembayaran
tersebut merupakan nilai financial dalam dokumen rekam medis.
4. Nilai Penelitian (Research Value)
Suatu berkas rekam medis mempunyai nilai penelitian, karena
isinya menyangkut data atau informasi yang dapat dipergunakan

6
sebagai bahan penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan
dibidang kesehatan. Berbagai penelitian yang bersumber dari
dokumen rekam medis dapat dilakukan dari berbagai bidang
keilmuan adminsitrasi, hukum, kedokteran, keperawatan, keuangan,
gizi dan lain-lain.
5. Nilai Pendidikan (Education Value)
Pengertian nilai pendidikan berkaitan erat dengan penelitian,
oleh karena itu dari hasil penelitian mendidik untuk melakukan
perubahan atau juga perbaikan kearah penyempurnaan pelayanan
yang bermutu. Hasil penyempurnaan sistem pengisian rekam medic
yang segera mendidik dokter melaksanakan kepatuhan mengisi
rekam medis tepat waktu.
6. Aspek dokumentasi (Documentation Value)
Dokumentasi rekam medis menjadi sumber ingatan yang
senantiasa diperlukan. Pendokumentasian rekam medis haruslah baik
tepat sehingga mudah diperoleh kembali jika diperlukan.
2.2.4 Tanggung Jawab Akan Rekam Medis
Fasilitas Asuhan Kesehatan wajib meyediakan sebuah catatan
untuk setiap pasien dan menjaga catatan dan isinya dari kehilangan,
kerusakan, perusakan dan penggunakan yang tidak sah. Tanggung
jawab untuk rekam medis yang adekuat berada ditangan dokter yang
merawat. Dokter dan tenaga kesehatan lainnya bertanggung jawab atas
pencatatan yang mereka berikan.

2.2. Sistem Pengarsipan Rekam Medis


1. Straight Numeric Filling ( Pengarsipan Nomor Urut)
Adalah pengarsipan catatan medis secara kronologis sesuai dengan nomor
catatan.
Contoh straight yaitu :

7
P S T
85 85 98
85 86 99
85 87 00
85 88 01
Kelebihan dari straight yaitu :
a. Sangat mudah mengambil dokumen rekam medis dalam jumlah
banyak dengan nomor berurutan.
b. Mempermudah melakukan penelitian
c. Mempermudah penyimpanan aktif
Kekurangan dari straight yaitu :
a. Pengawasan kerapian tidak teratur
b. Banyak petugas yang keliru dalam pengarsipan ini
2. Middle Digit Filling
Adalah angka tengah, angka tengah merupakan digit primer angka dikiri
dan angka dikanan merupakan tersier
Contoh dari Middle yaitu :
S P T
99 99 99
00 99 00
00 99 01
00 99 02
00 99 03
3. Terminal Digit Filling
Sistem ini menggunakan nomor 6 angka yang dikelompokan menjadi 3
bagian, masing-masing terdiri dari 2 angka. Angka pertama kelompok 2
angka yang terletak paling kanan, angka ke 2 adalah kelompok 2 angka
yang terletak ditengah dan angka ketiga adalah kelompok 2 angka yang
terletak paling kiri.

8
Contoh Terminal Digit Filling :
T S P
97 98 99
98 99 00
99 99 01
00 00 02
2.3. Sistem Penomoran Rekam Medis
A. Cara Serial (Serial Numbering System)
Cara Serial merupakan suatu sistem penomoran rekam medis, dimana
setiap pasien yang berkunjung di Puskesmas atau sarana pelayanan kesehatan
akan mendapatkan nomor baru. Misal, jika seorang pasien terdaftar 5 kali,
maka pasien tersebut akan memperoleh lima nomor rekam medis yang
berbeda.
Sebagai contohnya lagi, jika seorang pasien terdaftar di Rumah sakit
dan menerima nomor 11120. Ketika pasien tersebut kembali untuk melakukan
kontrol satu bulan setelah perawatan, dia terdaftar dengan nomor rekam medis
12030. Lalu jika dia mengunjungi Rumah sakit lagi pada tahun berikutnya,
dia masih akan menerima nomor ketiga.
Meskipun semua sistem penomoran rekam medis yang diberikan
kepada pasien ini dicatat dalam sistem, catatan medisnya disimpan sesuai
dengan berapa kali ia dirawat di fasilitas tersebut.
Keuntungan dari cara sistem penomoran rekam medis ini, petugas
rekam medis menjadi lebih mudah dan cepat memberikan nomor dan
pelayanan kepada pasien. Namun untuk kekurangannya sendiri, waktu yang
dibutuhkan menjadi lebih lama dalam pencarian dokumen rekam medis
karena satu pasien dapat memperoleh lebih dari satu nomor serta, pelayanan
klinik menjadi tidak berkesinambungan.
B. Cara Unit (Unit Numbering System)

9
Sistem penomoran rekam medis jenis ini merupakan gabungan dari
semua data yang dikumpulkan pada pasien tertentu, baik sebagai pasien rawat
jalan, rawat inap atau pasien darurat tetapi hanya menyediakan satu nomor.
Pasien akan diberikan nomor rekam medis pada kunjungan pertamanya, yang
digunakan untuk semua kunjungan dan perawatan berikutnya.
Namun, untuk sistem penomoran rekam medis cara ini dibagi lagi
menjadi dua bagian, yaitu:
 Social Security Numbering System adalah pemberian satu nomor
kepada pasien dan dapat digunakan kembali untuk kunjungan
selanjutnya.
 Family Security Numbering System adalah pemberian satu nomor
yang berlaku untuk seluruh anggota keluarga dan dapat digunakan
kembali untuk kunjungan selanjutnya.
Keuntungan dari sistem penomoran rekam medis cara ini, informasi
klinis dapat berkesinambungan karena semua data dan informasi mengenai
pasien dan pelayanan yang diberikan berada dalam satu folder. Dengan
demikian maka Kartu Indeks Utama Pasien (KIUP) yang disimpan ditempat
pendaftaran dan Kartu Identitas Berobat (KIB) yang diberikan kepada pasien
akan sangat diperlukan.
Kekurangannya adalah pelayanan pendaftaran pasien yang pernah
berkunjung atau sebagai pasien lama akan lebih lama dibanding cara Serial.
Tetapi kekurangan ini dapat diatasi dengan cara membuat dua loket yaitu
loket untuk pasien baru dan pasien lama. Untuk loket pasien lama dibedakan
menjadi dua lagi, yaitu untuk pasien lama yang membawa KIB dan pasien
lama yang tidak membawa KIB.
C. Cara Seri Unit (Serial Unit Numbering System)
Seperti namanya, sistem penomoran rekam medis cara ini adalah
gabungan antara cara seri dan unit. Dimana setiap pasien akan mendapatkan

10
nomor baru lalu digabungkan yang kemudian disimpan jadi satu di bawah
nomor yang baru.
Keuntungan yang akan didapat dari sistem penomoran rekam medis
cara ini adalah semua pasien dianggap pasien baru, jadi tidak ada yang
membedakan antara pasien yang benar-benar terbaru dan terlama. Namun
untuk kekurangannya sendiri, membuat informasi yang akan diberikan kepada
pasien tidak berkesinambungan.

2.4. Sistem Penyimpanan Rekam Medis


1. Sentralisasi.
Sentralisasi adalah penyimpanan berkas rekam medis seorang pasien dalam
satu kesatuan baik catatan-catatan kunjungan poliklinik maupun catatan-
catatan selama seorang pasien dirawat.
Sentralisasi memiliki manfaat sebagai berikut:
 Mengurangi jumlah biaya yang digunakan untuk peralatan dan
ruangan.
 Tata kerja dan peraturan mengenai kegiatan pencatatan medis mudah
di standarisasikan.
 Memungkinkan peningkatan efisiensi kerja petugas penyimpanan.
 Mudah untuk menerapkan sistem unit record.
Sentralisasi memiliki kekurangan sebagai berikut:
 Petugas menjadi lebih sibuk, karena harus menangani unit rawat jalan
dan unit rawat inap.
 Petugas penerimaan pasien harus bertugas selama 24 jam.
2. Desentralisasi
Desentralisasi adalah penyimpanan berkas rekam medis rawat jalan dan rawat
inap disimpan di tempat penyimpanan yang terpisah.

11
Desentralisasi memiliki manfaat sebagai berikut:
 Efisiensi waktu, sehingga pasien mendapat pelayanan lebih cepat.
 Beban kerja yang dilaksanakan petugas lebih ringan.
Desentralisasi memiliki Kekurangan sebagai berikut:
 Terjadi duplikasi dalam pembuatan rekam medis.
 Biaya yang diperlukan untuk peralatan dan ruangan lebih banyak.
Penyimpanan rekam medis baik metode sentralisasi maupun desentralisasi
dapat dilaksanakan di Rumah Sakit atau Puskesmas sesuai dengan SDM,
tempat, dan kebutuhan pelayanan kesehatan.

2.5. Pengkodean
1. Pengertian Pengkodean
Pengkodean adalah pengklasifikaiaan data dan pemberi representasi
untuk data. Klasifikasi data adalah klasifikasi diagnosis internasional untuk
semua tujuan epidemologi umum dan berbagai tujuan manajemen kesehatan.
Jadi ICD-X bisa dipakai untuk pengkalsifikasian data diagnosa, alasan admisi,
kondisi yang diobati, dan alasan konsultasi yang terdapat pada berbagai
catatan yang merupakan sumber statistik dan informasi kesehatan.
2. Proses Pengkodean
Proses pengkodean bervariasi antara fasilits asuhan kesehatan. Ada
beberapa proses pengkodean, yaitu:
a) Review Rekam Medis.
b) Pemilihan diagnosa-diagnosa dan prosedur yang akan dikode.
c) Pemberian nomor kode yang dicari menggunakan ICD-X volume III
kemudian dirujuk ke ICD-X volume I untuk memastikan kode sesuai
diagnosa penyakit.
d) Membuat urutan kode rawat inap, dimana kode yang ditulisa adalah kode
utama dan disusul dengan semua kode diagnosa lainnya.

12
e) Membuat data terkode dalam database (abstraksi)
f) Pembuatan laporan dari data terkode yang didalamnya mencakup indeks
penyakit.
g) Memasukan kode-kode kedalam sistem tagihan pasien.
3. Tujuan Pengkodean
Tujuan pengkodean dalam asuhan kesehatan adalah:
a) Data klinis yang dikode perlu dalam memiliki informasi untuk asuhan
kesehatan, riset, perbaikan kinerja, perencanaan dan manajemen fasilitas
serta untuk penggantian yang adil akan layanan asuhan kesehatan yang
diberikan oleh penyedia layanan tersebut.
b) Metode pembayaran saat ini bergantung pada data terkode untuk
menentukan jumlah biaya dan pada kebutuhan sebagai pengobatan.
4. Pengkodean Diagnosa Berdasarkan ICD-X
Dasar yang digunakan dalam pengkodean adalah International
Classification of Disease, Tenth Revison (ICD-X). ICD-X diterbitkan oleh
World Health Organization (WHO). ICD dipakai untuk memberikan diagnosa
penyakit dan masalah kesehatan lain menjadi kode Alfa-numerik.
ICD-X terdiri dari 3 volume, yaitu:
a) Volume 1 berisi tentang klasifikasi atau pengelompokan dengan kategori
untuk lebih memudahkan pencarian dan perhitungan statistik.
b) Volume 2 berisi tentang pedoman penggunaan ICD-X.
c) Volume 3 berisi tentang indeks alphabet diagnosis pada klasifikasi.
d) Faktor-faktor yang menyebabkan kegagalan pengkodean yaitu :
 Tidak melakukan review terhadap seluruh bagian rekam medis.
 Salah dalam memilih diagnosa utama.
 Salah dalam menentukan kode yang tepat.
 Megkode diagnosis dan prosedur yang tidak pas dengan isi rekam
medis.

13
 Kesalahan dala memasukan kode kedalam database atau tagihan.
Proses pemeriksaan yang dilakukan untuk mereview kasus-kasus
medicare mencakupi:
a) Kebenaran urutan diagnosa.
b) Kebenaran kode diagnosa utama. Diagnosa kedua dan prosedur.
c) Kebenaran kode dalam formulir tagihan.
d) Disposisi discharge pasien.
Beberapa elemen yang perlu dievaluasi dan memeriksa mutu data yang
terkode:
a) Keadaan (Reability)
b) Keabsahan (Validity)
c) Kelengkapan (Completeness)
d) Ketepatan Waktu (Timeliness)

2.6. Statistik Asuhan Kesehatan


Statistik adalah fakta yang dijadikan gambar. Untuk mencapai tujuannya,
gambar tersebut harus relevan, dan bisa diandalkan kalau seorang akan
mengevaluasinya secara tepat dan menggunakannya didalam pengambilan keputusan.
Persiapan statistik melibatkan pengumpulan, analisa, interpretasi, dan presentasi fakta
sebagai angka-angka. Karena praktisi informasi kesehatan memiliki pengetahuan
yang luas mengenai fasilitas asuhan kesehatan, mereka berada diposisi yang terbaik
untuk tidak saja mengumpulkan data dan mempersipakan data, tetapi juga untuk
menganalisa dan menafsirkan data
2.6.1 Pengumpulan Data
Pengumpulan data Rekam Medis biasanya dilakukan secara
retprospektif pada saat discharge, namun bisa juga secara konkuren.
Pada review data konkuren, petugas menandatangani pos perawatan
untuk mengumpulkan data dari Rekam Medis. Data bisa dikumpulkan

14
dalam waktu 24 jam sejak admisi, dua hari setelah admisi dan
kemudian setiap tiga hari atau menurut pola lain. Sebuah daftar admisi
dan sensus kini diperlukan untuk mengidentifikasi dan menemukan
catatan pasien. Pada review retrospektif, semua pengumpulan data
dilakukan setelah pasien pulang.
 Sumber Data
Rekam Medis merupakan sumber primer data asuhan medis.
Sebelum data dikumpulkan dari rekam medis, petugas bertanggung
jawab untuk memastikan bahwa rekam medis tersebut telah
lengkap dengan cara melakukan analisa kelengkapan terhadap
rekam medis.
 Item-item pengumpulan data
Proses peringkasan data dari rekam medis dikenal dengan
abstraksi, proses pengumpulan data melalui abstraksi
menggunakan set data yang paling umum yaitu Uniform Hospital
Discharge Dataset (UHDDS). Set data ini mencakup item:
- Identifikasi Personal
- Tanggal Lahir
- Jenis Kelamin
- Ras
- Etnis
- Tempat Tinggal
- Identifikasi Rumah Sakit
- Identifikasi Dokter
- Tanggal Masuk dan Tanggal Keluar
- Diagnosa
- Prosedur dan Tanggal Prosedur
- Disposisi

15
- Perkiraan Pembayaran
2.6.2 Analisa dan Interpretasi Data
Analisa asuhan kesehatan berdasarkan peringkasan data dari
Rekam Medis melibatkan :

Sensus Pasien Rawat Inap dan Hari Rawatan Pasien Ranap


 Sensus bisa dikumpulkan secara manual atau dengan komputer
 Sensus adalah jumlah pasien rawat inap pada saat pengambilan
sensus
 Sensus harian adalah jumlah pasien rawat inap pada saat
pengambilan sensus setiap hari ditambah pasien masuk dan
dikurang dengan pasien pulang setelah pengambilan sensus
hari sebelumnya.
 Hari layanan pasien rawat inap adalah suatu untuo pengukur
yang menunjukan pelayanan yang diperoleh pasien rawat
inap/residen dalam suatu periode 24 jam.
 Hari layanan total pasien rawat inap dalam jumlah semua hari
layanan pasien rawat inap/residen untuk setiap hari didalam
periode yang dihitung.
 Sensus rata-rata harian pasien rawat ianp adalah jumlah rata-
rata pasien rawat
 inap yang terdapat setiap hari dalam suatu periode.
 Sensus harian menghasilkan jumlah hari rawatan seorang
pasien yang juga memiliki rumus:

Sensus Harian = Pasien Awal + Pasien Masuk - Pasien Keluar

Hari Layanan = Sensus + (Pasien masuk dan keluar pada hari yang sama)

16
Bed Occupancy Rate (BOR)

BOR adalah persentase pemakaian tempat tidur pada waktu tertentu.


Indikator ini memberikan gambaran tinggi rendahnya tingkat
pemanfaatan tempat tidur rumah sakit. Efisiensi dari BOR ialah 60-
85%. Istilah yang digunakan dalam pembahahasan ini adalah :

 Bed Count adalah jumalah tempat tidur pasien rawat inap yang
tersedia difasilitas, baik yang terisi atau kosong pada hari
tertentu.

 Bed Count Day adalah unit yang mengukur kehadiran satu


tempat tidur pasien rawat inap yang tersedia difasilitas baik
yang terisi maupun kosong yang disiapkan dan memiliki
petugas untuk penggunaan dalam periode 24 jam.

 Bed Count Days adalah jumlah Bed Count Day setiap hari pada
periode yang dihitung.

Rumus BOR:

Jumlah hari perawatan di rumah sakit


BOR = x 100 %
Jumlah tempat tidur x jumlah hari dalam satu periode

Length Of Stay (LOS)

LOS atau lama rawat adalah jumlah hari sejak pasien masuk sampai
pasien keluar. Lama tinggal untuk satu pasien rawat inap didapat dari
tanggal keluar dikurang tanggal masuk. Jika tanggal keluar pasien
sama dengan tanggal masuk, maka lama rawatnya dihitung 1 hari
layanan, karena tidak ada laporan dalam bentuk bagian hari. Satuan
yang digunakan dalam menghitung LOS adalah Hari.

LOS = Tanggal keluar – Tanggal


masuk
17
Average Length Of Stay (ALOS)

ALOS yaitu rata-rata lama tinggal yang menggambarkan rata-rata


lama rawat pasien rawat inap yang sudah pulang selama periode yang
dihitung.
Secara umum LOS yang ideal antara 6 - 9 hari

Jumlah lama rawat


ALOS=
Jumlah pasien keluar (hidup+meninggal)

Bed Turnover Interval (BTR)/ Bed Turn Over (BTO)

BTR adalah angka pertukaran pasien pada setiap tempat tidur pasien
rawat inap di rumah sakit dalam suatu periode. Angka ini menunjukan
efek bersih perubahan angka penggunaan tempat tidur dan lama
tinggal. Satuan BTR dalam bentuk jumlah pasien.

Jumlah pasien keluar ( hidup + meninggal)


BTO =
Jumlah tempat tidur

Idealnya selama satu tahun, 1 tempat tidur rata-rata dipakai 40-50 kali.

Turnover Interval

18
TI adalah rata-rata jumlah hari sebuah tempat tidur tidak berisi atau
selang waktu antara sebuah tempat tidur yang kosong sampai tempat
tidur tersebut terisi kembali.

( Jumlah tempat tidur x periode ) - hari perawatan


TO I =
Jumlah pasien keluar ( hidup + meninggal )

Net Death Rate (NDR)

NDR adalah angka kematian 48 jam setelah dirawat untuk tiap-tiap


1000 penderita keluar. Indikator ini memberikan gambaran mutu
pelayanan dirumah sakit. Nilai NDR yang dianggap masih dapat
ditolerir adalah kurang dari 25 per 1000. Rumus yang digunakan :

Jumlah pasien mati > 48 jam


NDR = 1000 permil
Jumlah pasien keluar ( hidup + meninggal )

Gross Death Rate (GDR)

GDR adalah angka kematian umum untuk setiap 1000 penderita


keluar. Nilai GDR tidak lebih dari 45 per 1000 penderita keluar.
Rumus yang digunakan

Jumlah pasien mati se luruhnya


GDR = 1000 permil
Jumlah pasien keluar ( hidup + meninggal )
:

2.6.3 Presentasi Data


Data statistik yang akan disajikan hendaknya bisa ditangkap
mata pembaca, menarik, dan mudah ditafsirkan dan digunakan.

19
Presentasi data berkisaran dari tabel sederhana sampai tabel yang
rumit. Dan perlu diperhatikan siapa yang akan melihat data tersebut
agar dalam penyajian data dapat disesuaikan.
1. Tabel
Tabel merupakan susunan data dalam baris dan kolom, atau
mungkin dalam struktur yang lebih kompleks. Tabel hendaknya
memiliki judul, label, frekuensi, dan keterangan info akurat.
2. Grafik
Grafik biasanya lebih menarik dari pada tabel karena lebih
cepat dipahami. Grafik bisa diartikan sebagai suatu gambar atau
kerangka yang bersumber dari data-data tabel yang selanjutnya
dijadikan objek visualisasi. Grafik juga dapat didefinisikan sebagai
gambaran pasang surutnya data yang digambarkan dengan garis
ataupun gambar. Grafik hendaknya berjudul dan jika menggunakan
warna, diberikan keterangan di bawahnya dan tidak perlu diberi
penjelasan pada grafik. Grafik berguna sebagai bahan
pertimbangan dalam asuhan pelayanan kesehatan, meihat
perbandingan mutu dari waktu ke waktu. Grafik yangb akan
digunakan dalam olah data statistik yaitu grafik Barber Johnson.
Grafik Barber Johnson digunakan untuk menyajikan efisiensi data
statistik dengan empat parameter, yaitu BOR, BTR, ALOS, dan TI.
Manfaat dari penggunaan grafik barber johnson, yaitu:
1. Perbandingan dalam kurun waktu disuatu Rumah Sakit
Grafik Barber Johnson dapat digunakan untuk
membandingkan dalam kurun waktu beberapa periode dalam
satu grafik. Titik pertemuan indikator dalam 5 tahun dapat
ditampilkan dalam satu grafik dimana hal ini dapat
memberikan gambaran rumah sakit dari waktu ke waktu.
2. Memonitor Kegiatan

20
Kecenderungan perkembangan kegiatan dalam
beberapa tahun dapat dilihat dengan jalan membandingkan
terhadap standar yang telah ditetapkan (Barber Johnson
memberikan daerah batasan sebagai daerah efisien). Bed
Occupancy minimal 75% Turnover Rate lebih dari 1 hari, tetapi
kurang dari 3 hari.

3. Perbandingan antar Rumah Sakit


Grafik Barber Johnson dapat digunakan untuk
membandingkan efisiensi antar rumah sakit. Jika dibutuhkan
grafik ini juga dapat membandingkan antar ruangan rawat inap
yang ada di rumah sakit, tergantung kebijakan dari masing-
masing rumah sakit.
4. Meneliti sesudah suatu kebijakan
Bila misalnya ada perubahan alokasi tempat tidur, atau
ada keputusan memperpendek ALOS.
5. Mengontrol kesalahan laporan
Bila nilai parameter tidak bertemu dalam 1 titik berarti
ada terjadi kesalahan dari nilai parameter yang ada.
Adapun beberapa makna dari Grafik Barber Johnson antara lain :
1. Makin dekat BOR dengan titik sumbu horizontal, maka pasien
pulang penggunaan tempat tidur semakin tinggi jumlahnya
2. Jika rata-rata TI tetap sedangkan LOS berkurang, maka BOR
akan menurun
3. Pada Grafik Barber Johnson. Terdapat tempat yang dibatasi:
a. Turnover Interval : 1-3 hari
b. BOR berkisar antara : 60%-85%
c. ALOS berkisar antara : 6-9 hari

21
d. BTR berkisar antara : 40-50 kali
Menurut Grafik Barber Johnson apabila titik temu antara ke 4
parameter tergambar diluar daerah ini menujukan bahwa sistem
yang sedang berjalan kurang efisien.

2.7. Sistem Pelaporan


Sistem informasi pelaporan rumah sakit yang akan dibuat berguna
untuk mendukung sistem sebelumnya yaitu berupa sistem informasi pelaporan,
yaitu sebuah sistem atau aplikasi yang mempunyai kemampuan untuk melakukan
peringkasan, pemilihan, ataupun merinci lebih lanjut datadata mentah yang telah
ada secara komputerisasi. Sistem tersebut harus dapat menghasilkan
laporanlaporan yang statis terutama dalam bentuk tabel dan grafik yang bersifat
drill down. Hal ini bertujuan agar pimpinan rumah sakit dapat melihat
perkembangan rumah sakit dari segi kunjungan yang dapat dihubungkan dengan
pelayanan kepada pasien.
Menurut SK Menkes No. 1171 tahun 2011, Sistem Informasi Rumah
Sakit (SIRS) adalah suatu proses pengumpulan, pengolahan dan penyajian data
Rumah Sakit se-Indonesia. Sistem informasi ini mencakup semau Rumah Sakit
umum maupun khusus, baik yang dikelola secara publik maupun privat
sebagaimana diatur dalam UU RI No. 44 2009 tentang Rumah Sakit.
Menurut Sk Menkes No. 1171 tahun 2011 tentang Sistem Informasi
Rumah Sakit tertanggal 15 Juni 2011 dan telah diundang-undangkan tertanggal 1
Juli 2011  di Jakarta, SIRS revisi 5 diperbaiki dan menjadi SIRS revisi 6 yang
terdiri dari :

 RL 1.1 : Data dasar Rumah Sakit


 RL 1.2 : Indikator pelayanan Rumah Sakit
 RL 1.3 : Data fasilitas tempat tidur rawat inap

22
 RL 2 : Data ketenagaan
 RL 3.1 : Data kegiatan pelayanan rawat inap
 RL 3.2 : Data pelayanan rawat darurat
 RL 3.3 : Data kegiatan kesehatan gigi dan mulut
 RL 3.4 : Data kegiatan kebidanan
 RL 3,5 : Data kegiatan prinatologi
 RL 3.6 : Data kegiatan pembedahan
 RL 3.7 : Data kegiatan radiologi
 RL 3.8 : Data pemeriksaan laboratorium
 RL 3.9 : Data pelayanan rehabilitasi medik
 RL 3.10 : Data kegiatan pelayanan khusus
 RL 3.11 : Data kegiatan kesehatan jiwa
 RL 3.12 : Data kegiatan keluarga berencana
 RL 3.13 : Data kegiatan obat, penulisan dan pelayanan resep
 RL 3.14 : Data kegiatan rujukan
 Rl 3.15 : Data cara bayar
 RL 4a : Data keadaan morbiditas dan mortalitas pasien rawat inap
 RL 4b : Data keadaan morbiditas pasien rawat jalan Rumah Sakit
 RL 5.1 : Data pengunjung Rumah Sakit
 RL 5.2 : Data kunjungan rawat jalan
 RL 5.3 : Data daftar 10 besar penyakit rawat inap
 RL 5.4 : Data daftar 10 besar penyakit rawat jalan

23
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

1.
2.
3.
3.
3.1. Gambaran Umum Rumah Sakit dan Unit Rekam Medis RS Hermina
Padang
Rumah Sakit Hermina pertama kali dibangun dengan nama “Rumah
Bersalin Djatinegara” dengan kapasitas 7 tempat tidur, yang didirikan atas
prakarsa Ibu Hermina Sulaiman pada tahun 1967. Di tahun 1970, Ibu Hermina
Sulaiman bekerja sama dengan Dr. Budiono Wibowo, seorang dokter spesialis
kebidanan dan kandungan untuk mengembangkan fasilitas pelayanan menjadi 13
tempat tidur. Nama “Rumah Bersalin Djatinegara” pun diubah menjadi “Rumah
Bersalin Hermina”. Sebagai bentuk pengembangan Rumah Bersalin ini, pada
tahun 1983 dibentuklah “Yayasan Hermina”. Yayasan ini kemudian mengajukan
izin untuk mendirikan rumah sakit, sehingga pada tanggal 25 April 1985
berdirilah “Rumah Sakit Bersalin Hermina” secara resmi.
Perluasan lahan dan bangunan Rumah Sakit ini terus dilakukan sejak
tahun 1991 sampai akhirnya berkembang menjadi “Rumah Sakit Ibu dan Anak
Hermina Djatinegara”. Hingga akhir tahun 2017, Rumah Sakit Hermina telah
memiliki 28 rumah sakit dengan kategori Rumah Sakit Umum (RSU) di 17 kota
di Indonesia. Pada tanggal 22 Agustus 2016, dibangun Rumah Sakit Hermina
Padang di Kota Padang dengan status tipe rumah sakit adalah Tipe C.

24
3.1.1. Struktur Organisasi RS Hermina Padang

gambar 1 Struktur Organisasi RS Hermina Padang

Susunan organisasi Rumah Sakit Hermina Padang


sebagaimana tercantum dalam Pedoman Pengorganisasian Rumah Sakit,
terdiri dari : Unsur Pimpinan (Direktur dan Wakil Direktur Medis serta
Wakil Direktur Umum), Unsur Staff / Pembantu Pimpinan, Unsur Staf
Bidang / Bagian, serta Unsur Pelaksana dan unit fungsional

25
3.1.2. Struktur Organisasi Rekam Medis RS Hermina Padang

gambar 2 Struktur Organisasi Rekam Medis RS Hermina Padang

3.1.3. Jenis Pelayanan Kesehatan di RS Hermina Padang


1. Kamar Operasi
RS Hermina Padang juga menyediakan fasilitas 2 kamar operasi
untuk pasien yang memerlukan tindakan pembedahan. Kamar
operasi dilengkapi dengan peralatan meja operasi dan alatalat
kesehatan pendukung tindakan operasi.
2. Kamar bersalin
RS Hermina Padang memiliki kamar bersalin patologis dan
fisilogis yang digunakan untuk melahirkan secara normal ataupun
spontan. Proses melahirkan didampingi oleh seorang bidan
ataupun dokter rumah sakit.
3. Fasilitas Penunjang Medis
a. Fasilitas Laboratorium
a) Pelayanan laboratorium memberikan layanan dalam 24
jam. Dalam memberikan pelayanan laboratorium, Rumah
Sakit mempunyai prosedur untuk menjamin keselamatan

26
bagi pasien dan petugas, terutama dalam specimen
handling dan dalam memberikan layanan transfusi darah.
b) Secara khusus bagian dari laboratorium melayani gawat
darurat dan rawat jalan serta bank darah hendaknya
berlokasi tidak jauh dari unit gawat darurat dan
laboratorium induk. 17
c) Jenis pelayanan yang diberikan ruang laboratorium
melayani pelayanan patologi klinik dengan pemeriksaan
rutin atas indikasi, seperti: sediaan urin, cairan otak,
transudat eksudatif, feses rutin, hematologi klinik, dll. Dan
fasilitas laboratorium ini menyediakan pelayanan
diagnostik untuk melakukan pemeriksaan histopatologi,
sitologi, dll.
b. Instalasi Radiologi dan Imaging Rumah Sakit Hermina Padang
juga menyediakan layanan instalasi radiologi dan imagin
sebagai penunjang medis seperti pemeriksaan X-ray, USG, dan
pemeriksaan kontras yang buka selama 24 jam sehari dalam 1
minggu.
c. Pelayanan Rehabilitasi Medik Rumah sakit menyelenggarakan
pelayanan rehabilitasi medik yang terorganisasi di dalam suatu
unit dan dilayani oleh dokter spesialis rehabilitasi medis serta
tim rehabilitasi medik lainnya. Pada instalasi ini, mampu
memberikan pelayanan rehabilitasi medik sesuai dengan ruang
lingkup pelayanan RS Kelas C yang meliputi: pelayanan
promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif.
d. Pelayanan Farmasi Pelayanan farmasi di rumah sakit
bertanggung jawab kepada semua peredaran obat dan bagian
farmakologi di rumah sakit. Pelayanan farmasi meliputi
penyediaan dan distribusi semua pembekalan farmasi,

27
pelayanan farmasi klinik, serta membuat informasi dan
menjamin kualitas pelayanan yang berhubungan dengan
penggunaan obat.
e. Pelayanan Gizi 18 Pada Rumah Sakit Hermina Padang, juga
memberikan pelayanan gizi pada pasien dengan memberikan
fasilitas dan pelayanan pada bidang gizi kepada pasien.

3.2. Sistem Penomoran Rekam Medis RS Hermina Padang


Rumah Sakit Hermina Padang menggunakan sistem penomoran Unit,
dimana Pasien mendapatkan satu nomor rekam medis pada saat admisi (ranap)
atau kunjungan (rajal) pertama kali ke rumah sakit. Nomor rekam medis tersebut
digunakan untuk admisi atau kunjungan pasien selanjutnya di rumah sakit
tersebut. Catatan medis pasien diarsipkan dalam satu unit di dalam satu map
dengan satu nomor. Keuntungan menggunakan sistem penomoran unit adalah
informasi klinis dapat berkesinambungan yang diberikan berada dalam satu
folder.

3.3. Sistem Penyimpanan Rekam Medis RS Hermina Padang


Rumah Sakit Hermina Padang sistem penyimpanan menggunakan
sentralisasi (terpusat), dimana catatan medis pasien rawat jalan, gawat darurat,
disatukan dengan pasien yang mendapatkan asuhan rawat inap dalam satu
ruangan.

3.4. Sistem Pengarsipan Rekam Medis RS Hermina Padang


Rumah Sakit Hermina Padang menggunakan sistem angka Terminal
Digit Filling dimana pengarsipan rekam medis berpedoman pada perubahan
angka akhir. Namun pada saat ini pengarsipan hanya berpedoman pada bulan
saat pasien tersebut berkunjung.

28
3.5. Kegiatan Pada Rekam Medis RS Hermina Padang
Kegiatan penulis selama magang di RS Hermina Padang adalah
sebagai berikut:
1. Pengodean: Aktivitas menentukan kode penyakit dan tindakan yang tepat
menurut klasifikasi komputer (ICD-10).
2. Assembling: Sortir dan cek kelengkapan berkas rekam medis sebelum di
scan
3. Scan berkas rekam medis RWI (Rawat Inap) dan RWJ (Rawat Jalan) yang
mana setelah berkas rekam medis turun dari semua lantai rawat dilakukan
assembling terelebih dahulu dengan memilah berkas yang dibutuhkan
untuk di scan dan di upload pada EMR RS Hermina (Hinai).
4. Analisa dan review: dengan melihat ketidaklengkapan data berkas rekam
medis.
5. Pelaporan: menghitung jumlah pasien Rawat Jalan per poli, Rawat Inap,
Pasien IGD, Rehab Medik, Hemodialisa, Tindakan, Bayi Lahir,
sensus.BOR, TOI, LOS, BTO, GDR NDR, dan Grafik Barber Jhonson.
6. Filling: untuk penyimpanan data pasien, penyimpana berkas di simpan
berdasarkan tanggal pada berkas tersebut. Petugas rekam medis harus
mampu melakukannya lebih detail untuk mengarsipkan berkas rekam
medis pasien.
7. Pemusnahan: Rekam medis dengan usia 5 tahun sejak kunjungan terakhir
dapat dimusnahkan. kecuali 7 berkas yang tidak boleh dimusnahkan,
seperti; Ringkasan Pulang, Lembaran Masuk dan Keluar, Persetujuan
Tindakan Medis, Laporan Operasi, Identifikasi Bayi Baru Lahir, Laporan
Kematian dan Formulir tertentu lainnya.

3.6. Sistem Pelaporan Rekam Medis RS Hermina Padang


Pelaporan merupakan suatu kegiatan yang dilakukan untuk
menyampaikan hal-hal yang berhubungan dengan hasil pekerjaan yang telah

29
dilakuka selama satu periode tertentu. Pelaporan di rumah sakit yang bertujuan
untuk dapat menghasilkan laporan secara cepat, tepat dan akurat yang secara
garis besar jenis pelaoran dibagi menjadi 2, yaitu Laporan Interen dan Eksteren.
Laporan Interen yaitu pelaporan yang disesuaikan dengan kebutuhan
rumah sakit. Laporan kegiatan rumah sakit seperti BOR, BTR, TI, ALOS, Hari
Layanan dan Sensus. Laporan ini bermanfaat bagi beberapa unit antara lain
Direktur Rumah Sakit, Kepala Bagian, Kepala Instalasi, Kepala Sub Bagian
dan sebagainya.
Laporan Eksteren rumah sakit ditujukan kepada Direktorat Jenderal
Bina Pelayanan Medik, Departemen Kesehatan RI (DIRJEN YANMED), Dinas
Kesehatan Provinsi, Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
Pada Rumah Sakit Hermina Padang, pelaporan ini ada yang
dilakukan perbulan, pertriwulan, dan pertahun. Tentu saja pelaporan ini
diberikan kepada pihak internal dan eksternal. Untuk pihak internal, laporan
diberikan kepada Ketua Yayasan Rumah Sakit Hermina, Direktur Utama,
Manager, dan lain-lain.
Adapun Sistem Pelaporan yang di lakukan perhari di Rumah Sakit
Hermina Padang, yaitu: Pada pagi hari petugas rekam medis bagian pelaporan
melakukan penghitungan total pasien rawat jalan (Poli, IGD, Rehab medik,
Hemodialisa), rawat inap, pasien operasi dan pasien kelahiran pada pengobatan
hari sebelumnya, kemudian petugas rekam medis melakukan Sensus yakni
menghitung total pasien sisa, pasien masuk, pasien keluar pada hari
sebelumnya.

30
BAB IV
PENUTUP

1.
2.
3.
4.
4.1. Kesimpulan
Dari hasil praktek lapangan di Rumah Sakit Hermina Padang,
penulis melihat dan mengamati bahwa Rumah Sakit Hermina Padang lebih
mengutamakan kedisiplinan, sopan, dan kerja sama tim yang baik dalam
segala hal untuk mewujudkan standar rumah sakit yang berkualitas.
Sistem rekam medis di Rumah Sakit Hermina Padang sudah
berjalan dengan baik dengan menerapkan sistem EMR (Electronic Medical
Record)
Setelah melakukan praktek di Rumah Sakit Hermina Padang,
penulis mendapatkan banyak manfaat, baik pengalaman, pengetahuan, dan
semua yang terkait dalam dunia kerja. Sehingga dapat menambah wawasan
dan mengetahui seberapa jauh kemampuan yang sudah didapatkan pada
bangku perkuliahan.

4.2. Saran
Adapun saran yang ingin penulis sampaikan kepada rumah sakit
sebagai masukan yang bersifat membangun yaitu:
1. Sebaiknya menggunakan penulisan ataupun penetapan diagnosa
utama atau sekunder dengan tulisan yang lebih jelas agar
mendapatkan kode yang tepat

31
2. Menambahkan beberapa anggota karyawan agar pekerjaan pada
bagian rekam medis dapat lebih efisien dan maksimal

32
DAFTAR PUSTAKA

G, Sukadi Susanto. "Sistem Informasi Rekam Medis pada Rumah Sakit Umum ."
Jurnal Speed, 2011.
Handayani1, Tri. "EVALUASI PELAKSANAAN SISTEM PELAPORAN REKAM
MEDIS DI ." Tri Handayani1, 2013.
Hospital, Hermina. Sekilas tentang Hermina. 2018.
INDONESIA, PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK. "TENTANG
REKAM MEDIS." TAHUN 2022: NOMOR 24.
Prasetya, Handyka. "Sistem Informasi Pelaporan." Sistem Informasi STIKOM, n.d.: 1.
RI, Kemenkes. Juknis SIRS . Jakarta, 2011.
Wijaya, Frans. "pemusnahan berkas." 2012.
Yose, Mario Eric. "Laporan Praktek Lapangan 3 & 4 Rumah Sakit Hermina Padang."
Padang, 2022.

33

Anda mungkin juga menyukai